hukum pemerintahan daerah : perubahan politik · pdf filepembagian daerah di indonesia atas...
Post on 06-Feb-2018
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUKUM PEMERINTAHAN
DAERAH : Perubahan Politik Hukum Riana Susmayanti, SH.MH.
Faculty of Law, Universitas Brawijaya
Email : rerezain@yahoo.co.id, r.susmayanti@ub.ac.id
Pertemuan 4 - 5
1. PENDAHULUAN 1.1. Pengantar
Amandemen UUD 1945 dan berlakunya UU No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah memberikan implikasi yuridis terhadap struktur dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pengaturan
sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah yang sebelumnya didasarkan pada UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menjadi tidak berlaku.
Sesuai dengan amanat UUDNRI Tahun 1945, UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengatur penyelenggaraan
pemerintahan daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat,
serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan
suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu lebih memperhatikan aspek-aspek
hubungan antarsusunan pemerintahan dan antarpemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan
persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara.
1.1.1.1. PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN
[Pertemuan 4][Pertemuan 4][Pertemuan 4][Pertemuan 4] 1.1. Pengantar 2.2. Tujuan
2.2.2.2. PERUBAHAN POLITIK PERUBAHAN POLITIK PERUBAHAN POLITIK PERUBAHAN POLITIK
HUKUM PEMERINTAHAN HUKUM PEMERINTAHAN HUKUM PEMERINTAHAN HUKUM PEMERINTAHAN
DAERAHDAERAHDAERAHDAERAH [Pertemuan 4][Pertemuan 4][Pertemuan 4][Pertemuan 4]
2.1 Pasal 18 UUD 1945
2.2 UU No. 22 Tahun 1948
2.3. UU No. 1 Tahun 1957
2.4. Penetapan Presiden No. 6
Tahun 1959
2.5. UU No. 18 Tahun 1965
[Pertemuan 5][Pertemuan 5][Pertemuan 5][Pertemuan 5]
2.6. TAP MPR No. IV/1973
2.7. UU No. 5 Tahun 1974
2.8. TAP MPR No. XV/1998
2.9. UU No. 22 Tahun 1999
2.10. UU No. 32 Tahun 2004
SE
LF
-PR
OP
AG
AT
ING
EN
TR
EP
RE
NE
UR
IAL E
DU
CA
TIO
N D
EV
ELO
PM
EN
T
MODUL
2
Page 8 of 52
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
1.2. Tujuan Penguasaan materi dalam modul ini, mahasiswa akan dapat :
� memahami perubahan politik tata pemerintahan daerah mulai jaman kemerdekaan hingga saat ini
� menganalisis problematika penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia.
2. PERUBAHAN POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH Perubahan politik hukum pemerintahan daerah dapat dipetakan menjadi beberapa era :
� Era UUD 1945 Periode I
� Era Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) 1949
� Era Undang-undang Dasar Sementara (UUDS) 1950
� Era UUD 1945 Periode II
� Dekrit Presiden 5 Juli 1959
� Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) 1966
� Era Orde Baru
� Masa Konsolidasi 1966-1979
� Masa Stabilisasi 1979-1980 (Perumusan Politik Hukum)
� Masa Pertumbuhan 1980-1990
� Masa Pemerataan & Globalisasi 1990-1998
� Tap XV / MPR / 1998
� Era Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUDNRI) Tahun 1945
� Perumusan Paradigma Bernegara
� Pengaturan Pradigma Otonomi Daerah: − Pemilihan Kepala Daerah (KDH) secara langsung. − Pemilihan Umum DPRD dengan sistem proporsional Terbuka
− Sistem Pemerintahan soft bicameral. − Jaminan Hak-hak masyarakat adat/daerah dalam Konstitusi.
− Jaminan prinsip keadilan dalam pengelolaan Sumber Daya Nasional − Jaminan terhadap sistem hukum lokal.
� Dua kamar parlemen Indonesia.
Desentralisatie Wet 1903
Desentralisasi dominan
UU N.1 / 1945
Dekonsentrasi dominan
UU No.22 / 1948
Desentralisasi dominan
UU No.1 / 1957
Desentralisasi dominan
Penpres No.6 / 1959
Dekonsentrasi dominan
UU No.18 / 1965
Desentralisasi dominan
UU No.5 / 1974
Dekonsentrasi dominan
UU No.22 / 1999
Desentralisasi dominan
Hingga saat ini
Desentralisasi dominan
1. Akibat dari perubahan setting politik makro
2. Konstitusi yang multi tafsir
3. Menggambarkan kepentingan pemegang kekuasaan
2.1. Kebijakan Desentralisasi Sejak 1945 Hingga Sekarang
Page 9 of 52
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
KEBIJAKAN DESENTRALISASI
DARI WAKTU KE WAKTU
UU 22 / 1999desentralisasi dominan
32/2004
UU 5 / 1974dekonsentrasi dominan
UU 18 / 1965desentralisasi dominan
PENPRES 6 / 1959dekonsentrasi dominan
UU 1 / 1957desentralisasi dominan
UU 22 / 1948desentralisasi dominan
UU 1 / 1945dekonsentrasi dominan
DESENTRALISATIE WET 1903dekonsentrasi dominan
2.2. Ketentuan Pemerintahan Daerah dalam Pasal 18 UUD 1945
Ketentuan Pemerintahan Daerah dalam Pasal 18 UUD 1945
1. Pembagian Daerah di Indonesia atas besar dan kecil dengan bentuksusunan pemerintahanya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.
2. karena negara Indonesia itu suatu ”eenheidstaat” (negara kesatuan), maka Indonesia tidak akan mempunyai daerah di dalam lingkungannya yang bersifat ”staat” juga. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah provinsi, dan daerah provinsi akan dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil. Daerah-daerah itu bersifat otonom (streek dan locale rechstgemeenschappen) atau bersifat daerah
administrasi belaka ;
2.3. Ketentuan Pemerintahan Daerah dalam UU No. 22 Tahun 1948
Page 10 of 52
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Ketentuan Pemerintahan Daerah dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1948
1. Daerah-daerah dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu:
a. Daerah otonom (biasa), danb. Daerah istimewa
2. tiga tingkatan dalam setiap jenis daerah, yakni:a. provinsi, yang berada dibawah pengawasan presidenb. kabupaten/kota besar, dibawah pengawasan provinsi danc. desa/kota kecil, dibawah pengawasan kabupate/kota besar
3. Tiap daerah mempunyai dua macam kekuasaan, yaitu:a. otonomi, ialah hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga
daerahnya, b. Medebewind (sementara), ialah hak menjalankan peraturan-peraturan
dari Pemerintah Pusat atau Daerah tingkat atasan berdasarkan perintah pihak atasan itu.
2.4. Ketentuan Pemerintahan Daerah dalam UU No. 1 Tahun 1957
Ketentuan Pemerintahan Daerah dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1957
Undang-undang ini dibentuk dalam rangka untuk melaksanakan ketentuan Pasal 131 UUDS RI. Berdasar ketentuan Undang-undang ini wilayah Republik Indonesia dibagi dalam daerah besar dan kecil yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri, dan yang merupakan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) tingkat yang derajatnya dar atas ke bawah adalah:
1. Daerah Tingkat I termasuk Kotapraja Jakarta Raya2. Daerah Tingkat I termasuk Kotapraja3. Daerah Tingkat III
2.5. Ketentuan Pemerintahan Daerah dalam Penetapan Presiden No. 6 Tahun 1959
Page 11 of 52
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Ketentuan Pemerintahan Daerah dalam
Penetapan Presiden No. 6 Tahun 1959
1. Pemerintahan Daerah Tingkat I dan II terdiri dari kepala daerah termasuk kepala daerah istimewa Yogyakarta (dibantu oleh Badan Pemerintahan Harian-BPH) dan DPRD
2. pengawasan dan pelaksanaan pemerintahan daerah berada dalam satu tangan yaitu Kepala Daerah. Kedudukan Kepala Daerah disini sangat kuat, karena ia tak hanya menjadi kepala eksekutif tetapi juga menjadi kepala legislatif.
3. Dalam menjalankan tugasnya Kepala Daerah dibantu oleh suatu Badan Pemerintah Harian (BPH).
2.6. Ketentuan Pemerintahan Daerah dalam UU No. 18 Tahun 1965
Ketentuan Pemerintahan Daerah dalamUU No. 18 Tahun 1965
Undang-undang No. 18 Tahun 1965 ini merupakan gabungan dari segala pokok-pokok (unsur-unsur) pemerintahan daerah yang diatur dalam peraturan yang ada sebelumnya. Undang-undang ini mengatur:1. Pembagian Negara Kesatuan RI dalam daerah-daerah dan
tersusun dalam tiga tingkatan antara lain sebagai berikut:• provinsi dan/atau Kotapraja sebagai Daerah Tingkat I;• Kabupaten dan/atau Kotamadaya sebagai Daerah
ingkat II;• Kecamatan dan/atau Kotapraja sebagai Daerah
Tingkat III 2. Pemerintah daerah terdiri dari:• Kepala daerah• Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
2.7. Politik Hukum Otonomi Daerah menurut TAP MPR No. IV/1973
� Melancarkan pelaksanaan pembangunan
� Membina kestabilan politik serta kesatuan bangsa
� Keserasian pusat dan daerah atas dasar keutuhan negara kesatuan
� Otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab
Page 12 of 52
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
� Pelaksanaan bersama dengan dekonsentrasi
2.8. Ketentuan Pemerintahan Daerah menurut UU No. 5 Tahun 1974
Ketentuan Pemerintahan Daerah dalamUU No. 5 Tahun 1974
1. Politik Desentralisasi dan DekonsentrasiUUD 1945 Pasal 18 mengharuskan pemerintah untuk melaksanakan
politik desentralisasi di bidang ketatanegaraan, yang menegaskan bahwa:
daerah Indonesia dibagi dalam daerah provinsi, dan akan dibagi pula dalam daerahyang lebih kecil;
daerah-daerah itu bersifat otonom atau bersifat daerah administrasi belaka.
2. Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah atau daerah tingkat atasnya kepada daerah menjadi urusan rumah tangganya.
3. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabatnya di daerah.
4. Pembagian WilayahDalam menjalanknpemerintahan, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi dalam daerah-daerah otonom dan wilayah administratif
5. Daerah OtonomDalam rangka pelaksanaan azas desentralisasi dibentuk dan disusun Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II. Titik berat otonomi daerah diletakan pada Daerah Tingkat II
6. keuangan Daerah:Sumber pendapatan daerah:
a. Pendapatan asli daerah sendiri, yang terdiri dari:1) hasil pajak daerah;2) hasil retribusi daerah;3) hasil perusahaan daerah.
b. Pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah yang terdiri dari:1) sumbangan dari Pemerintah Pusat;2) sumbangan-sumbangan lain.
c. Lain-lain pendapatan yang sah.Uang daerah disimpan pada kas daerah atau Bank Pembangunan Daerah.
2.9. Politik Hukum Otonomi Daerah menurut TAP MPR No. XV/1998
� Azas : otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab
� Pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan
� Perimbangan keuangan pusat dan daerah
� Demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan
� Penghargaan terhadap keanekaragaman daerah
2.10. Politik Hukum Otonomi Daerah menurut UU No. 22 Tahun 1999
Page 13 of 52
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
3. Pengawasan 1) Melemahnya pengawasan pusat kepada daerah (pengawasan
merupakan pengikat negara kesatuan)2) Pengawasan tunggal berbentuk represif (terhadap Peraturan
Daerah)disertai hak pengajuan keberatan kepada MA3) Penawasan era UU No.5 Tahun 1974 yang merupakan model orde
baru:Umum : Daerah tidak memiliki kemandirian Prefentif : Mengacu pada rancangan perda dengan bentuk
ditolak, diterima atau direvisiRepresif : Terhadap Perda dengan implementasi dibulatkan,
ditangguhkan atau direvisi (ditimbang ulang)
4. Implementasi• “Keterpaksaan “ model dan keinginan secepat mungkin
melaksanakan politik hukum otonomi luas itulahyang sekarang justru menyebabkan rumitnya pelaksanaan otonomi daerah
• Inkonsistensi kebijakan –kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan otonomi daerah
2.11. Politik Hukum Otonomi Daerah menurut UU No. 32 Tahun 2004
Page 14 of 52
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Ketentuan Pemerintahan Daerah dalamPenetapan Presiden No. 32 Tahun 2004
� Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupatendan kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerimtahan daerah
yang bersifat khusus atau bersifat istimewa
Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
• Pemerintahan daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pmerintahannya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan serta menjalankan otonomi seluas-luasnya (kecuali urusan pemerintah)yang diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,pemberdayaan, peran serta masyarakat dan peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan serta kekhususan
REFERENSI Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (Amandemen 1 – 4) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
Aan Eko Widiarto, Diktat Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Lokal, FHUB, Malang, 2009
Dadang Solihin, Kamus Istilah Otonomi Daerah, ISMEE, Jakarta, 2002
Dadang Juliantara, Pembaharuan Desa, Lappera, Yogyakarta, 2003
HAW Widjaja, Pemerintahan Desa/Marga, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001
Indra J Piliang, Otonomi Daerah: Evaluasi dan Proyeksi, Yayasan Harkat Bangsa, Jakarta, 2003
Josef Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, Fisipol UGM, Raja Grafindo, Jakarta, 2002
Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Rineka Cipta, Yogyakarta,
1993
R. Herlambang Perdana, Penindasan atas nama Otonomi, Pustaka Pelajar-LBH
Surabaya, Yogyakarta, 2001
Sadu Wasistiono, Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Fokus Media, 2003
Page 15 of 52
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Taliziduhu Ndraha, Dimensi-dimensi Pemerintahan Desa, Bumi Aksara, Jakarta, 1981
PROPAGASI A. Latihan dan Diskusi (Analisa Kasus dalam Paper dan Presentasi)
1. Perbedaan Desentralisasi pada Orde Lama, Orde Baru dan Orde Reformasi
2. Sinkronisasi Kebijakan Pusat dan Daerah
B. Pertanyaan (Evaluasi mandiri) 1. Mengapa sering terjadi revisi perundang-undangan di bidang pemerintahan
daerah ? 2. Jelaskan karakteristik desentralisasi dominan berdasarkan peraturan perundang-
undangan !
C. QUIZ (evaluasi) – essay (written test) dan/atau lisan
D. PROYEK
(Eksplorasi entrepreneurship, penerapan topic bahasan pada dunia nyata)
top related