hukum dan globalisasi - guru besar ilmu hukum...

Post on 04-Mar-2018

230 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Hukum dan Globalisasi

Hikmahanto JuwanaGuru Besar Hukum Internasional

Fakultas Hukum UISH (UI), LL.M (Keio University, Jepang), PhD

(University of Nottingham, Inggris)

1Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Apa itu Globalisasi?

Multi makna dari globalisasi

Ciri-ciri globalisasi

– Borderless

– Kepentingan cross border

– Dampak yang meluas

2Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Kapan ada Globalisasi?

Perdagangan antar bangsa

Penyebaran peradaban dan hukum Eropa

Beberapa gelombang globalisasi

Globalisasi dewasa ini menyangkut segalaaspek kehidupan manusia dan negara

3Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Globalisasi dan Hukum: Penggunaan Hukum olehNegara Maju terhadap Negara Berkembang

Salah satu aspek globalisasi dan hukumadalah bagaimana hukum dimanfaatkanoeh negara maju terhadap negaraberkembang untuk kepentingan politik

4Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Fungsi Hukum

Hukum memiliki banyak fungsi

– Hukum sebagai alat kontrol (pengendali) sosial

– Hukum sebagai alat untuk mengubahmasyarakat

– Hukum sebagai alat politik

5Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Bagaimana memanfaatkan hukum sebagaialat politik?

Bagaimana Negara Maju memanfaatkanhukum sebagai alat politik?

6Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Dalam lima tahun terakhir ini telah banyak keluhan tentang rongrongan atas kedaulatan Republik Indonesia dalam proses legislasi

Rongrongan terjadi sebagai akibat keikutsertaan Indonesia antara lain dalam berbagai perjanjian internasional maupun ketergantungan Indonesia kepada negara asing, lembaga keuangan internasional maupun perusahaan multinasional

7Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Apakah rongrongan terhadap kedaulatan Indonesia dalam proses legislasi dapat dimaknai sebagai intervensi asing dalam urusan domestik?

Tidak-kah ini bertentangan dengan hukum internasional?

Bila bukan intervensi, apakah ini merupakan cara baru bagi Negara Maju untuk mengendalikan Negara Berkembang, seperti Indonesia?

Apakah tujuan pengendalian ini dalam rangka tujuan mulia ataukah sekedar untuk mengamankan kepentingan Negara Maju?

8Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Hukum sebagai Alat Pengganti Kekuasaan Kolonial

Pasca proses dekolonisasi dua hal yang menarik, (1) jumlah negara semakin banyak (2) obyek yang diperebutkan adalah Pasar, bukan lagi wilayah

Dikotomi masyarakat internasional: Negara Maju dan Negara Berkembang

Negara Maju memiliki produsen yang dominan sementara Negara Berkembang memiliki konsumen

9Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Negara Berkembang dalam hal tertentu dianggap sebagai suatu ancaman oleh Negara Maju

Ancaman terpenting adalah kenyataan bahwa Negara Berkembang setelah merdeka memiliki kedaulatan untuk membuat peraturan perundang-undangan

Dalam perspektif Negara Maju, kedaulatan dibidang legislasi ini sangat rawan, dan telah terbukti, digunakan untuk membuat aturan yang kerap merugikan kepentingan Negara Maju.

10Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Oleh karena itu, untuk dapat mencegah agar peraturan perundang-undangan Negara Berkembang tidak berdampak negatif terhadap Negara Maju maka Negara Maju merasa perlu untuk melakukan tindakan campur tangan atau intervensi

Namun, karena realita perkembangan situasi hubungan internasional maka Negara Maju menghadapi permasalahan mendasar, yaitu mereka tidak dapat lagi melakukan intervensi seperti pada masa kolonialisme dan imperialisme.

11Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Tantangan ini telah dijawab oleh Negara Maju dengan memanfaatkan ‘hukum’ dan berbagai ‘ketergantungan’ Negara Berkembang sebagai pengganti dari kekuasaan kolonial dan imperial di masa lampau.

12Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Hukum sebagai Instrumen Politik

hukum berfungsi sebagai instrumen politik

Sebagai instrumen politik, hukum digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu

Termasuk hukum internasional digunakan untuk melindungi kepentingan Negara Maju

13Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Dua cara yang paling sering dilakukan oleh Negara Maju terhadap Negara Berkembang

Pertama adalah cara yang memanfaatkan perjanjian internasional

Kedua adalah cara yang memanfaatkan ketergantung dibidang tertentu untuk mendesak perubahan peraturan perundang-undangan

Intervensi melalui dua cara ini tidak bisa dianggap sebagai suatu intervensi yang melanggar hukum internasional

14Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Keikutsertaan suatu negara dalam perjanjian internasional berarti negara tersebut dengan sengaja membebankan dirinya untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban yang termaktub dalam perjanjian internasional

Salah satu kewajiban tersebut adalah men-transformasikan ketentuan yang ada dalam perjanjian internasional ke dalam hukum nasionalnya

15Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Perubahan peraturan perundang-undangan yang dilakukan karena adanya faktor ketergantungan juga tidak dianggap sebagai suatu pelanggaran hukum internasional

Perubahan atas peraturan perundang-undangan pada dasarnya dilakukan secara sukarela oleh negara yang memiliki ketergantungan agar dapat memperoleh apa yang diinginkan oleh Lembaga Keuangan Internasional, seperti International Monetary Fund (IMF) atau Negara Asing

16Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Hal yang sama juga berlaku bagi perusahaan multinasional yang mengancam akan keluar dari Indonesia bila pemerintah tidak melakukan reformasi peraturan perundang-undangan tertentu

Desakan semacam ini tidak dapat dianggap sebagai suatu pelanggaran hukum internasional

17Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Pelanggaran terhadap hukum internasional semakin tidak akan dirasakan jika intervensi yang dilakukan memang dikehendaki oleh komponen dalam negeri Negara Berkembang itu sendiri, baik sadar maupun tidak

18Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Memahami Cara Kerja Hukum Internasional sebagai Instrumen Politik

Ada sebuah isu tertentu, seperti tertutupnya akses pasar dari Negara Berkembang, minimnya perlindungan yang didapat atas HKI pelaku usaha Negara Maju, bahkan keamanan investasi

Selanjutnya Perjanjian internasional dimanfaatkan

Perjanjian internasional dirancang oleh Negara Maju yang memiliki kepentingan

Perjanjian internasional dibuat sedemikian rupa sehingga kepentingan Negara Maju terbungkus dengan berbagai kalimat hukum yang canggih

19Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Selanjutnya perjanjian internasional ini didiskusikan dengan Negara Berkembang dalam suatu konperensi internasional

Diskusi yang dilakukan sebenarnya tidak akan merubah secara signifikan draft yang dibuat

Disini keahlian bernegosiasi akan dilakukan oleh wakil dari Negara Maju agar wakil dari Negara Berkembang mau menerima draft perjanjian internasional tanpa harus membuat perubahan yang signifikan

20Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Berikutnya adalah proses sosialisasi dan upaya-upaya yang menyebabkan Negara Berkembang turut dalam Perjanjian Internasional dimaksud

Ketika Negara Berkembang telah turut dalam perjanjian internasional tersebut maka Negara Berkembang akan selalu diingatkan untuk mengubah atau mengamandemen ketentuan hukum nasionalnya

21Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Dalam konteks tersebut sebenarnya yang terjadi adalah Negara Maju telah melakukan intervensi terhadap hukum nasional Negara Berkembang melalui ‘prosedur hukum’ yang disepakati bersama

22Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Secara kritis memang dapat dipertanyakan tujuan dari amandemen terhadap suatu peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh pemerintah

Apakah amandemen terhadap peraturan perundang-undangan ditujukan untuk merespon kebutuhan masyarakat Indonesia ataukah karena merupakan kewajiban yang diamanatkan dalam perjanjian internasional?

23Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Selanjutnya akan diulas bagaimana ‘ketergantungan’ dapat dijadikan alat untuk mengintervensi kedaulatan dalam proses legislasi suatu negara

Negara Maju telah lama melihat adanya ketergantungan ekonomi dari Negara Berkembang

24Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

semakin Negara Berkembang bergantung secara ekonomi pada Negara Maju atau lembaga keuangan internasional yang Negara Maju kendalikan maka semakin rentan Negara Berkembang tersebut untuk diintervensi

25Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Ketergantungan ekonomi sebagai alat pemaksa dapat berbentuk insentif maupun sanksi

Insentif antara lain berupa hibah dan kuota tekstil yang diberikan kepada Negara Berkembang agar negara tersebut memiliki ketergantungan

Ketergantungan inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk melakukan intervesi atas kedaulatan dibidang legislasi

26Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Sementara sanksi yang dikenakan kepada Negara Berkembang yang tidak mengikuti kehendak Negara Maju dapat berupa penundaan kucuran pinjaman, pencabutan kuota tekstil bahkan dimasukkan dalam daftar hitam negara mitra perdagangan

27Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Mengamati apa yang telah diuraikan diatas, pertanyaan mendasar bagi Indonesia adalah bagaimana kita harus menyikapi rongrongan terhadap kedaulatan dalam proses legislasi yang sedang terjadi?

Satu hal yang pasti, apa yang telah diuraikan sama sekali tidak dimaksudkan untuk mendorong agar Indonesia bersikap anti terhadap Negara Maju, anti terhadap IMF, anti terhadap utang luar negeri dan berbagai anti lainnya.

28Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Sikap berbagai ‘anti’ tidak akan mengeluarkan Indonesia dari masalah, justru akan menimbulkan masalah baru yang tidak diharapkan.

Apa yang diuraikan juga tidak menganjurkan agar Indonesia menarik diri dalam gelombang globalisasi. Globalisasi adalah suatu realita yang harus dihadapi, bukan untuk ditakuti.

29Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Apa yang diuraikan adalah dalam rangka menyadarkan pada kita semua bahwa hukum dapat digunakan sebagai alat politik, antara lain sebagai alat intervensi bagi Negara Maju terhadap Indonesia

30Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

Untuk menghadapi intervensi yang menggunakan hukum tidak bisa lain selain menghadapinya pula dengan memanfaatkan hukum

Kepandaian dalam merumuskan kalimat hukum dan bernegosiasi harus dilawan dengan kepandaian yang sama. Demikian pula kelihaian harus dilawan dengan kelihaian

31Copyright by Hikmahanto Juwana 2007(c) www.jamalwiwoho.com

top related