hubungan karakteristik perawat terhadap tingkat...
Post on 26-Mar-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT TERHADAP TINGKAT
KEPUASAN PELAKSANAAN NURSING EARLY WARNING SCORING
SYSTEM (NEWSS)DI RUANG RAWAT NEUROSAIN
RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
SKRIPSI
Disusun oleh :
Dewi Darmawanti
NIM. 011721043
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA 2019
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT TERHADAP TINGKAT
KEPUASAN PELAKSANAAN NURSING EARLY WARNING SCORING
SYSTEM (NEWSS)DI RUANG RAWAT NEUROSAIN
RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
Telah disetujui dan disahkan untuk mempertahankan di depan dewan penguji
sidang Skripsi Program Studi Keperawatan
Universitas Binawan
Menyetujui,
Koordinator Mata Ajar
(Ns. Handayani, M. Kep., Sp. Mat)
Pembimbing I
(Tri Mustikowati, M.Kep)
Pembimbing I
(Erika Lubis, S.Kp.,MN)
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Penelitian dengan judul
“HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT TERHADAP TINGKAT
KEPUASAN PELAKSANAAN NURSING EARLY WARNING SCORING
SYSTEM (NEWSS)DI RUANG RAWAT NEUROSAIN RSUPN Dr. CIPTO
MANGUNKUSUMO JAKARTA”
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dosen Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk Mata Ajar Nursing Inquiry pada
program studi Ilmu Keperawatan Universitas Binawan.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Tri Mustikowati, M.Kep ………………..
Pembimbing II : Erika Lubis, S.Kp.,MN ………………..
Penguji : Sondang Manurung, S.Kp.,M.Kep ..........................
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 31 Juli 2019
Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan
Universitas Binawan
( Dr. Aan Sutandi Skep.,Ns.,MN)
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademis UNIVERSITAS BINAWAN Jakarta,saya yang
bertandatangan dibawah ini:
Nama : Dewi Darmawanti
NIM : 011721043
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Tugas Akhir Riset
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui memberikan hak kepada
UNIVERSITAS BINAWAN Jakarta Hak Bebas Royalti Non Eksekutif (Non
Executive Royalty Free) untuk mempublikasikan skripsi saya dengan judul:
“ HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT TERHADAP TINGKAT
KEPUASAN PELAKSANAAN NURSING EARLY WARNING SCORING
SYSTEM (NEWSS)DI RUANG RAWAT NEUROSAIN RSUPN Dr. CIPTO
MANGUNKUSUMO JAKARTA”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti
Noneksekutif (Non Executive Royalty Free) UNIVERSITAS BINAWAN
Jakarta berhak menyimpan,mengalih media/formatkan,mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Jakarta, 21 Agustus 2019
Yang menyatakan
(DEWI DARMAWANTI)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dewi Darmawanti
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta,11 September 1981
Alamat : Jl Tanah Ara Rt004/12 No 26 Pondok Pinang
Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Pekerjaan : Perawat RSCM
Alamat Institusi : Jl Diponegoro No 71 Jakarta Pusat
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 09 Pagi Pondok Pinang
2. SMPN 87 Pondok Pinang
3. SMUN 29 Jakarta
4. Akademi Keperawatan Fatmawati Jakarta
5. S1 Keperawatan Universitas Binawan
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan Penelitian
yang berjudul “Hubungan Karakteristik Perawat Terhadap Tingkat
Kepuasan Pelaksanaan Nursing Early Warning Scoring System (NEWSS) di
Ruang Rawat Neurosain RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta”. Skripsi
ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar S1 di Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Binawan.
Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak tidak banyak yang bisa
penulis lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu penulis
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas semua bantuan dan dukungan
nya selama pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini kepada :
1. Bapak Drs. Sofyan Hawadi selaku Rektor Universitas Binawan.
2. Ibu Dr. Aliana Dewi, S.Kp.,MN selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Universitas Binawan.
3. Bapak Dr. Aan Sutandi, Skep.,Ns.,MN selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Universitas Binawan.
4. Ibu Handayani, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat selaku Koordinator Mata Ajar
Nursing Inquiry.
5. Ibu Tri Mustikowati, S.Kp.,M.Kep selaku pembimbing pertama yang
telah memberikan arahan,bimbingan serta dukungan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
vii
6. Erika Lubis, S.Kp.,MN selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
arahan,bimbingan serta dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Sondang Manurung, S.Kp.,M.Kep selaku dosen penguji.
8. Suami,anak, keluarga tercinta dan semua pihak yang selalu memberikan
doa dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.
Seperti halnya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga penelitian ini
dapat bermanfaat.
Jakarta, 21 Agustus 2019
Penulis
viii
Nama : Dewi Darmawanti
NIM : 011721043
Fakultas : Ilmu Kesehatan Universitas Binawan
Program Studi : Keperawatan
Judul : Hubungan karakteristik perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN
Cipto Mangunkusumo
ABSTRAK
Kepuasan kerja perawat merupakan suatu respon subjektif yang dirasakan perawat
saat melakukan asuhan keperawatan yang diberikan tentang puas atau tidak puas.
Penelitian ini menguji usia, pendidikan, dan lama kerja terhadap kepuasan yang
dirasakan perawat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan
karakteristik perawat dengan tingkat kepuasan pelaksanaan NEWSS di ruang
rawat Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini menggunakan desain
cross sectional dengan menggunakan 47 responden. Alat penelitian menggunakan
kuisioner kepuasan perawat. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar usia perawat
adalah 26-35 tahun (51,1%), pendidikan perawat adalah D3 Keperawatan (72,3%),
lama kerja perawat adalah 5 tahun (74,5%), dan kepuasan perawat adalah kurang
(51,1%), ada hubungan usia perawat dengan tingkat kepuasan (nilai p: 0,013),
tidak ada hubungan pendidikan perawat dengan tingkat kepuasan (nilai p: 0,574),
ada hubungan lama kerja perawat dengan tingkat kepuasan (nilai p: 0,024).
Peneliti menyarankan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo hendaknya memberikan
reward terkait kinerja asuhan keperawatan.
Kata kunci : Tingkat kepuasan, lama kerja, pendidikan, usia
ix
Nama : Dewi Darmawanti
NIM : 011721043
Fakultas : Ilmu Kesehatan Universitas Binawan
Program Studi : Keperawatan
Judul :Hubungan karakteristik perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan Nursing Early Warning Scoring System
(NEWSS) di ruang rawat Neurosain RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo
ABSTRACT
Nurse job satisfaction is a subjective response that is felt by nurses when doing
nursing care given about being satisfied or not satisfied. This study examines the
age, education, and length of work of the satisfaction felt by nurses. The purpose
of this study was to determine the relationship of nurse characteristics with the
level of satisfaction in implementing NEWSS in the Neurosain ward of Cipto
Mangunkusumo General Hospital. The research design was descriptive correlative
with cross sectional approach and involved 47 respondents. The results showed
that most nurses were 26-35 years old (51.1%), nurses 'education was D3 Nursing
(72.3%), nurses' working time was 5 years (74.5%), and nurse satisfaction was
lacking ( 51.1%), there is a relationship between nurse age with satisfaction level
(p value: 0.013), there is no relationship between nurse education and satisfaction
level (p value: 0.574), there is a relationship between nurse's work duration and
satisfaction level (p value: 0.024). Researchers suggest Dr. RSUPN Cipto
Mangunkusumo should take steps to increase nurse satisfaction in using NEWSS.
Keywords: Level of satisfaction, length of work, education, age
x
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ................................................................................................................................... i
Pernyataan Orisinalitas............................................................................................ii
Lembar Persetujuan.......................................................................................................... iii
Halaman Pengesahan.............................................................................................iv
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi............................................................v
Daftar Riwayat Hidup............................................................................................vi
Kata Pengantar ...................................................................................................... vii
Abstrak ............................................................................................................................ viii
Abstrak English.......................................................................................................ix
Daftar Isi ............................................................................................................................ vi
Daftar Pustaka..........................................................................................................
Daftar Tabel ..................................................................................................................... viii
Daftar Gambar ................................................................................................................... ix
Lampiran……………………………………………………………………….....x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ...............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian ...........................................................................3
1.4. Kegunaan Penelitian.......................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Konsep NEWSS ...........................................................................6
xi
2.2. Konsep Kepuasan .......................................................................13
2.3. Kerangka Teori ...........................................................................24
BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................25
3.2. Hipotesis Penelitian.....................................................................25
3.3. Definisi Operasional.....................................................................26
BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian..........................................................................28
4.2. Populasi dan Sampel ....................................................................28
4.3. Tempat Penelitian dan Waktu .....................................................30
4.4. Alat Pengumpulan Data ...............................................................30
4.5. Pengolahan Data...........................................................................33
4.6. Analisa Data .................................................................................34
4.7. Etika Penelitian ............................................................................36
4.8. Jadwal Penelitian..........................................................................37
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1.Analisis Univariat ...............................................................................38
5.2.Analisis Bivariat ...........................................................................42
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Pembahasan Univariat ................................................................44
6.2. Pembahasan Bivariat ....................................................................50
xii
BAB VII PENUTUP
7.1.Kesimpulan .........................................................................................59
7.2.Saran .............................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA
xiii
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional ............................................................................26
Tabel 5.1. Gambaran distribusi frekuensi usia perawat ........................................39
Tabel 5.2. Gambaran distribusi frekuensi pendidikan perawat .............................40
Tabel 5.3. Gambaran distribusi frekuensi lama kerja perawat ..............................40
Tabel 5.4. Gambaran distribusi frekuensi kepuasan perawat ................................41
Tabel 5.5. Hubungan usia perawat dengan tingkat kepuasan ..............................42
Tabel 5.6. Hubungan pendidikan perawat dengan tingkat kepuasan ....................43
Tabel 5.7. Hubungan lama kerja perawat dengan tingkat kepuasan ....................44
xiv
Daftar Gambar
Kerangka teori .......................................................................................................24
Kerangka konsep penelitian ..................................................................................25
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nursing Early Warning Scoring System atau yang dikenal dengan skoring
NEWSS merupakan sebuah sistem skoring fisiologis (tanda-tanda vital) yang
umumnya digunakan di unit medikal bedah sebelum pasien mengalami kondisi
kegawatan. Skoring NEWSS disertai dengan algoritme tindakan berdasarkan hasil
skoring dari pengkajian pasien (Duncan & Mc.Mullan, 2012).
Penerapan NEWSS cukup berdampak baik bagi pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah menjelang kegawatdaruratan. Dengan
dilakukannya penerapan NEWSS, tanda-tanda perburukan pasien dapat diketahui
lebih dini. Terutama di ruang-ruang perawatan yang cenderung memiliki pasien
pengawasan, seperti ruang neurologi. Masalah kesehatan pada ruang neurologi
yang paling sering adalah stroke, cedera kepala, infeksi pada otak atau lapisan
otak, dan juga pasien dengan indikasi tindakan kraniotomi. Mayoritas pasien yang
mengalami gangguan persarafan mengalami gangguan pada tingkat kesadarannya.
Stroke adalah salah satu penyakit yang paling banyak dirawat di ruang
neurologi, pertumbuhan penyakit ini cukup tajam. Stroke merupakan penyakit
penyebab kematian tertinggi di dunia tahun 2015 dengan peringkat dua setelah
penyakit jantung. Prevalensi stroke di dunia pada tahun 2010 adalah sebanyak 33
juta, dengan 16,9 juta orang terkena stroke serangan pertama. Dari data South
East Asian Medical Information Centre (SEAMIC) diketahui bahwa angka
2
kematian stroke terbesar di Asia Tenggara terjadi di Indonesia yang kemudian
diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand.
Stroke menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia tahun 2014 sebesar
21,1% ( Kemenkes RI,2014). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2013, prevalensi stroke di Indonesia 12,1 per 1.000 penduduk. Angka tersebut
meningkat dibandingkan Riskesdas 2007 sebesar 8,3 perseribu.. Berdasarkan data
medical record RSUPN Cipto Mangunkusumo (2017) didapatkan angka kematian
karena penyakit stroke di Ruang Neurosain lantai 5 RSUPN Cipto
Mangunkusumo pada tahun 2015 adalah 69 pasien, dan pada tahun 2016 adalah
35 pasien.
Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,NEWSS mulai diterapkan sejak tahun
2016. Selama pelaksanaan NEWSS di ruang perawatan banyak terdapat kelebihan
dan kekurangan yang ditemui oleh perawat. Kelebihan dari pelaksanaan NEWSS
adalah identifikasi pasien menjelang kegawatdaruratan dapat dideteksi secara
dini. Sedangkan kekurangannya adalah dalam pelaksanaan NEWSS memerlukan
waktu dan tenaga yang cukup banyak.
Saat dilakukan wawancara pada perawat yang bekerja di ruang neurosain
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo didapatkan hasil bahwa perawat merasa puas
dalam melaksanakan NEWSS karena dapat lebih optimal dalam menilai kondisi
kegawatdaruratan pasien meskipun dapat menghabiskan lebih banyak waktu
dalam penulisan catatan keperawatan, sehingga waktu yang digunakan untuk
melakukan tindakan ke pasien secara langsung berkurang. Saat dilakukan studi
pendahuluan di ruang rawat Neurosain didapatkan bahwa pelaksanaan NEWSS
3
sudah dilaksanakan tepat pada sasaran yaitu pasien yang mengalami perburukan.
Mayoritas perawat mampu menggunakan standar operasional prosedur
pelaksanaan NEWSS dengan benar, sebagian kecil perawat memerlukan edukasi
tentang pelaksanaan NEWSS khususnya perawat baru di ruang rawat Neurosain
baik yang memiliki latar belakang pendidikan S1 Ners maupun D3 Keperawatan.
Saat dilakukan observasi pada pelaksanaan NEWSS pada status rekam medik
pasien didapatkan bahwa pelaksanaan NEWSS yang dilakukan perawat masih
kurang lengkap jika dibandingkan dengan SOP yang ada di Rumah Sakit. Saat
dilakukan wawancara pada perawat didapatkan mayoritas perawat mengatakan
bahwa pelaksanaan NEWSS perlu ditingkatkan kembali.
Berdasarkan paparan diatas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
karakteristik perawat terhadap tingkat kepuasan pelaksanaan NEWSS di ruang
rawat Neurosain RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
1.2 Rumusan Masalah
Pelaksanaan NEWSS cukup memberikan dampak yang baik bagi pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah menjelang kegawatdaruratan.
Dengan dilakukannya penerapan NEWSS, tanda-tanda perburukan pasien dapat
diketahui lebih dini. Pelaksanaan NEWSS sendiri bagi perawat di ruang rawat
Neurosain RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo memiliki kelebihan dan
kekurangan. Mayoritas perawat mengatakan bahwa pelaksanaan NEWSS dapat
ditingkatkan kembali. Berdasarkan fenomena ini didapatkan bahwa kepuasan
perawat terhadap pelaksanaan NEWSS selama ini cukup bervariasi. Berdasarkan
4
uraian tersebut, peneliti membuat pertanyaan penelitian apakah ada hubungan
karakteristik perawat dengan tingkat kepuasan pelaksanaan NEWSS di ruang
rawat Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan karakteristik perawat terhadap tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui gambaran data demografi perawat (usia, pendidikan,
dan masa kerja) di ruang di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo.
1.3.2.2 Mengetahui gambaran tingkat kepuasan perawat di ruang rawat
Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo.
1.3.2.3 Mengetahui hubungan usia perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo.
1.3.2.4 Mengetahui hubungan pendidikan perawat dengan tingkat
kepuasan pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN
Cipto Mangunkusumo.
1.3.2.5 Mengetahui hubungan lama kerja perawat dengan tingkat
kepuasan pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN
Cipto Mangunkusumo.
5
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Untuk Rumah Sakit
Diharapkan hasil penelitian ini bisa bermanfaat bagi rumah sakit agar
dapat meningkatan mutu pelayanan.
1.4.2 Untuk Perawat
Diharapkan setelah dilakukan penelitian ini perawat dapat meningkatkan
mutu asuhan keperawatan dengan melaksanakan standar operasional
prosedur yang sudah dibuat, sebagai contoh pelaksanaan NEWSS.
1.4.3 Untuk Peneliti
Diharapkan dapat menjadi rujukan dan sebagai pertimbangan hasil
penelitian selanjutnya.
1.4.4 Untuk Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pelaksanaan mutu
perawatan di Rumah Sakit, untuk bahan pembelajaran di masa depan
dalam bidang pelayanan di Rumah Sakit.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Nursing Early Warning Scoring System (NEWSS)
2.1.1 Definisi
Early Warning System (EWS) adalah sistem peringatan dini yang dapat
diartikan sebagai rangkaian sistem komunikasi informasi yang dimulai dari deteksi
awal, dan pengambilan keputusan selanjutnya. Deteksi dini merupakan gambaran
dan isyarat terjadinya gangguan fungsi tubuh yang buruk atau ketidakstabilan fisik
pasien sehingga dapat menjadi kode dan atau mempersiapkan kejadian buruk dan
meminimalkan dampaknya, penilaian untuk mengukur peringatan dini ini
menggunakan Early Warning Score (Putra, 2017).
National Early Warning Score (NEWS) adalah sebuah pendekatan sistematis
yang menggunakan skoring untuk mengidentifikasi perubahan kondisi sesorang
sekaligus menentukan langkah selanjutnya yang harus dikerjakan. Penilaian ini
dilakukan pada orang dewasa (berusia lebih dari 16 tahun), tidak untuk anak-anak
dan ibu hamil (Royal College of Physicians, 2012).
Nursing Early Warning Scoring System atau yang dikenal dengan skoring NEWSS
merupakan sebuah sistem skoring fisiologis (tanda-tanda vital) yang umumnya
digunakan di unit medikal bedah sebelum pasien mengalami kondisi kegawatan.
Skoring NEWSS disertai dengan algoritme tindakan berdasarkan hasil skoring dari
pengkajian pasien (Duncan & Mc. Mullan, 2012).
Menurut Suryani (2016) Nursing Early Warning Scoring System merupakan
sebuah skoring fisiologis untuk mendeteksi perburukan kondisi pasien. NEWSS
7
disertai dengan algoritme tindakan berdasarkan hasil skoring dari pengkajian
pasien. Pada pasien dewasa parameter yang digunakan adalah frekuensi nadi,
tekanan darah sistolik, pernafasan, tingkat kesadaran, dan suhu tubuh.
Penelitian Liswati (2015) tentang gambaran tingkat pengetahuan perawat
tentang Nursing Early Warning Score System (NEWSS) di RSKB Cinta Kasih Tzu
Chi Cengkareng, didapatkan hasil bahwa pengetahuan baik sebanyak 39,7%, dan
pengetahuan sedang sebanyak 60,3%. Berdasarkan hasil tersebut, Liswati
merekomendasikan pelatihan tentang EWS di Rumah Sakit.
Penelitian Engeline (2017), tentang gambaran sikap perawat mengenai nursing
early warning scoring system (NEWSS) di ruang rawat inap, didapatkan hasil
57,5% responden memiliki sikap positif terhadap pelaksanaan NEWSS sedangkan
42,5% memiliki sikap yang negatif terhadap pelaksanaan NEWSS di ruang rawat
inap.
2.1.2 Penggunaan Nursing Early Warning Scoring System
Menurut Putra (2017), penggunaan NEWSS ditunjukan pada pasien dewasa
(usia 16 tahun atau lebih), digunakan untuk penyakit akut, penurunan kesadaran
klinis, dan menginisiasi respons klinis yang tepat waktu dan sesuai. NEWSS tidak
digunakan pada pasien dengan usia kurang dari 16 tahun, pasien hamil, pasien
dengan PPOK.
Menurut Suryani (2016), penggunaan NEWSS bertujuan untuk meningkatkan
keselamatan pasien (patient safety), mendeteksi perburukan kondisi pasien.
8
2.1.3 ParameterNational Early Warning Score (NEWS)
Parameter pada National Early Warning Score (NEWS) menggunakan
beberapa kategori yaitu: pernafasan, saturasi oksigen, penggunaan alat bantu nafas,
suhu, tekanan darah sistolik, denyut jantung, dan tingkat kesadaran.
Pernapasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara
atmosfer dengan darah serta darah dengan sel (Perry & Potter, 2016). Saturasi
oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dalam oksigen dalam arteri,
saturasi oksigen normal adalah antara 95-100%. Pada tekanan parsial oksigen yang
rendah sebagian besar hemoglobin terdeoksigenasi, maksudnya adalah proses
pendistribusian darah beroksigen dari arteri ke jaringan tubuh (Hidayat, 2009).
Penggunaan alat bantu nafas pada pasien digunakan beberapa alat bantu nafas yaitu
kanul oksigen, simple mask, non rebreather mask, rebreather mask, dan
sebagainya (Perry & Potter, 2016). Suhu adalah “panas” atau “dingin” suatu
substansi. Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh
proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar (Perry & Potter,
2016).
Menurut Sherwood (2011), tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada
dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Merupakan
indikator kardiovaskuler. Kontraksi jantung mendorong darah dengan tekanan
tinggi ke aorta. Puncak dari tekanan maksimum saat terjadi ejeksi adalah tekanan
sistolik. Pada saat ventrikel relaks, darah yang tetap dalam arteri menimbulkan
tekanan diastolic atau minimum. Lebih lanjut lagi Sherwood menjelaskan nadi atau
denyut nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat di raba di berbagai
9
tempat pada tubuh. Nadi merupakan indikator status sirkulasi. Tingkat kesadaran
adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari
lingkungan (Perry & Potter, 2016). Salah satu metode pengukuran tingkat
kesadaran adalah menggunakan AVPU yaitu alert (sadar penuh), verbal
(menggunakan verbal), pain (menggunakan nyeri), unresponsive (tidak ada
respon).
Parameter yang digunakan dalam penilaian Nursing Early Warning Scoring
System mengadopsi National Early Warning Score (NEWS). Beberapa parameter
yang ada dalam skoring tersebut dapat dilihat di tabel National Early Warning
Score (NEWS) berikut:
Tabel 2.1.
National Early Warning Score (NEWS)
Parameter 3 2 1 0 1 2 3
Pernafasan ≤8 9-11 12-20 21-24 ≥25
Saturasi oksigen ≤91 92-
93
96
Penggunaan alat
bantu O2
Ya Tidak
Suhu ≤35 35,1-36,0 36,1-38,0 38,1-39,0 ≥39,1
Tekanan darah
sistol
≤90 91-
100
101-110 111-219 ≥220
Denyut jantung ≤40 41-50 51-90 91-110 111-
130
≥131
Tingkat kesadaran A V P U
Total
10
Tabel 2.2.
Skor NEWSS dan Respon Klinis yang diberikan
Skor Klasifikasi Respons klinis Tindakan Frekuensi
monitoring
0 Sangat
rendah
Dilakukan monitoring Melanjutkan
monitoring
Minimal 12
jam
1-4 Rendah Harus segera dievaluasi oleh
perawat memutuskan apakah
perubahan frekuensi pemantauan
klinis atau wajib eskalasi
perawatan klinis.
Assessment
dilakukan atau
frekuensi
monitoring
ditingkatkan.
Minimal 4-
6 jam
5-6 Sedang Harus segera melakukan tinjauan
mendesak oleh klinisi yang
terampil dengan kompetensi dalam
penilaian penyakit akut di bangsal
biasanya oleh dokter atau perawat
dengan mempertimbangkan apakah
eskalasi perawatan ke tim
perawatan kritis diperlukan (yaitu
tim penjangkauan perawatan kritis)
Perawat
berkolaborasi
dengan tim/
pemberian
assesmen
kegawatan/
meningkatkan
perawatan
dengan fasilitas
monitor yang
lengkap.
Minimal 1
jam
≥7 Tinggi harus segera memberikan penilaian
darurat secara klinis oleh tim
penjangkauan/ critical care
outreach dengan kompetensi
penanganan pasien kritis dan
biasanya terjadi transfer pasien ke
Berkolaborasi
dengan tim
medis/
pemberian
assesmen
kegawatan/
Bad set
monitor/
every time
11
area perawatan dengan alat bantu. pindah ruang
ICU
2.1.4 Parameter Nursing Early Warning Scoring System (NEWSS)
Standar operasional prosedur NEWSS (2016) pada pasien dewasa yang
digunakan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo menggunakan beberapa parameter
sebagai berikut:
Tabel. 2.2.
Parameter NEWSS pada pasien dewasa di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Skor/
Parameter
3 2 1 0 1 2 3
Frekuensi
nafas (/menit)
<8 8 9-17 18-20 21-29 ≥30
Frekuensi
nadi (/menit)
<4
0
41-50 51-100 101-110 111-129 ≥130
Tekanan
darah sistol
≤70 71-
80
81-100 101-159 160-199 200-220 >220
Tingkat
kesadaran
Unrespon
sive
Pai
n
Voices Alert Gelisah/
bingung
Acute
confusio
nal states
Suhu <3
5
35,05-
36
36,05-38 38,05-
38,5
>38,5
Total
12
Hasil pengukuran NEWSS:
Hijau : 0-1
Kuning : 2-3
Orange : 4-5
Merah : ≥6
2.1.4 Tata Laksana Sesuai dengan Skoring NEWSS dan Kode Warna
Berdasarkan hasil skoring dengan SOP NEWSS RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, tata laksana yang dapat dilakukan berdasarkan kode warna,
sebagai berikut:
a. Hijau : 0-1
Pasien dalam kondisi stabil, pemantauan dapat dilakukan setiap 1 kali setiap
shift.
b. Kuning : 2-3
Pengkajian ulang harus dilakukan oleh perawat primer (PP) penanggung jawab
shift (PJ). Jika skor pasien akurat maka PP/PJ shift harus menentukan tindakan
terhadap kondisi pasien dan melakukan pengkajian ulang tiap 2 jam sekali oleh
perawat pelaksana.
c. Orange : 4-5
Pengkajian ulang harus diketahui oleh perawat primer/ PJ shift dan diketahui
oleh dokter jaga/dokter residen. Perawat pelaksana harus memonitor tanda vital
setiap jam. Apabila diperlukan, perawat primer dapat berkonsultasi dengan
perawat ruang insentif.
13
Dokter jaga melaporkan kondisi pasien ke DPJP dan memanggil tim responder
NEWSS. DPJP utama dana tau DPJP tim responder menentukan tindak lanjut
terhadap kondisi perburukan pasien. pertimbangkan alih rawat ke ruang
intensive atau high care unit.
d. Merah : ≥ 6
Aktifkan code blue, TMRC akan melakukan tata laksana kegawat daruratan
pada pasien. perawat melakukan pemantauan tanda-tanda vital setiap jam.
Apabila pemantauan staf medis (dokter atau perawat) merasa khawatir dengan
kondisi pasien dan dicurigai mengalami kegawatdaruratan, atau terdapat tanda
kegawatan sesuai kriteria code blue, sedangkan kategori NEWSS belum merah,
maka staf medis diperbolehkan mengaktifkan code blue.
Rumah Sakit memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang
bagaimana melakukan identifikasi, bagaimana mencari bantuan serta
bagaimana cara melaporkan perubahan kondisi pasien. Bukti hasil edukasi serta
pemahaman pasien dan keluarga atas pentingnya pengetahuan ini dituliskan
dalam rekam medik pada formulir edukasi pasien dan keluarga terintegrasi.
Dokumentasikan hasil pemantauan pasien di formulir pemantauan harian pasien
rawat inap dan tata laksana pasien sesuai algoritme di formulir catatan
perkembangan pasien terintegrasi.
14
2.2 Konsep Teori Kepuasan
2.2.1 Definisi
Menurut Mangkunegara (2013), kepuasan kerja adalah suatu perusahaan yang
menyokong atau tidak menyokong diri karyawan yang berhubungan dengan
pekerjaanya maupun dengan kondisi dirinya. Karyawan akan merasa puas dalam
bekerja apabila aspek-aspek pekerjaan dan aspek-aspek dirinya menyokong dan
sebaliknya jika aspek-aspek tersebut tidak menyokong maka karyawan tidak akan
merasa puas.
Menurut Rivai (2009), kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan
seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas
dalam bekerja. Menurut Sutrisno (2009), kepuasan kerja sebagai suatu sikap
karyawan terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan sistuasi kerja, kerja sama
antar karyawan, imbalan yang diterima dalam kerja dan hal-hal yang menyangkut
faktor fisik dan psikologis.
Berdasarkan pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kepuasan kerja
adalah suatu evaluasi atau sikap yang ditunjukan pekerja/karyawan terhadap
pekerjaannya, yang berhubungan dengan situasi kerja, imbalan, faktor fisik dan
psikologis. Penelitian Remawitda (2014) tentang gambaran kepuasan kerja pada
perawat di rumah sakit umum swasta x di kota Padang, didapatkan hasil kepuasan
kerja perawat didapatkan 33 perawat (58,9%) masuk kedalam kategori kepuasan
kerja rendah, dan 23 perawat (41,1%) masuk dalam kategori sedang.
Penelitian Argapati, dkk (2013) tentang gambaran kepuasan kerja perawat
rawat inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar, didapatkan hasil bahwa 60,8%
15
perawat merasa puas dengan pekerjaannya. Penelitian Kusumawati (2004) tentang
gambaran kepuasan kerja perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit MH. Tamrin
Internasional Salemba Jakarta tahun 2004, didapatkan hasil bahwa mayoritas
perawat merasa tidak puas dengan pekerjaannya sebanyak 50,6%.
2.2.2.Teori Kepuasan
Menurut Rivai dan Sagala (2013) terdapat tiga teori kepuasan yang cukup
dikenal yaitu:
a. Teori ketidak sesuaian (Discrepancy theory)
Teori ini mengukur kepuasan kerja sesorang dengan menghitung selisih
antara sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Sehingga
apabila tingkat kepuasan yang dirasakan melibihi dari yang diinginkan, maka
seseorang akan menjadi lebih puas yang menimbulkan Discrepancy positif.
Kepuasan kerja seseorang akan didapatkan dengan apa yang dicapai.
b. Teori keadilan (Equity theory)
Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas,
tergantung pada ada atau tidaknya keadilan dalam suatu sistuasi kerja.
Menurut teori ini komponen utama dalam teori keadilan adalah input hasil,
keadilan dan ketidakadilan. Input adalah faktor yang bernilai bagi karyawan
yang dianggap mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan, pengalaman,
kecakapan,jumlah tugas dan peralatan atau perlengkapan yang dipergunakan
untuk melaksanakan pekerjaannya.
16
c. Teori dua faktor (Two Factor Theory)
Menurut teori ini kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu merupakan
hal yang berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu bukan
suatu variabel kontinu. Teori ini merumuskan karakteristik pekerjaan menjadi
dua kelompok yaitu satifies atau motivator dan dissatisfies. Satifies ialah
faktor-faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja
yang terdiri dari pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, ada kesempatan
untuk berprestasi, kesempatan memperoleh penghargaan. Dissatisfies adalah
faktor-faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan yang terdiri dari gaji,
hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status.
2.2.3. Pengukuran Kepuasan Kerja
Menurut Greenberg & Baron (2013) terdapat tiga cara untuk mengukur
kepuasan kerja, yaitu:
a. Rating Scales dan Kuesioner
Rating scales dan kuesionermerupakan pendekatan pengukuran kepuasan
kerja yang paling umum dipakai dengan menggunakan kuesioner dimana
rating scales secara khusus disiapkan. Dengan menggunakan metode ini,
orang menjawab pertanyaan yang memungkinkan mereka melaporkan reaksi
mereka pada pekerjaan mereka. Pada rating scale digunakan skala penilaian
dengan menggunakan angka sebagai dasar nilai yang biasa digunakan adalah
nilai 1-5 atau 1-4, dengan perttimbangan bahwa nilai semakin tinggi skor
yang diperoleh seseorang maka tinggi tingkat kepuasan seorang
pekerja.Rating scale dan kuesioner merupakan satu instrument yang satu
17
kesatuan. Di dalam kuesioner terdapat rating scale sebagai bentuk
pengukuran kepuasan pekerja.
b. Critical Incidents
Disini individu menjelaskan kejadian yang menghubungkan pekerjaan
mereka, yang mereka rasakan terutama memuaskan atau tidak memuaskan.
Jawaban mereka dipelajari untuk mengungkap tema yang mendasari. Sebagai
contoh misalnya apabila banyak pekerja menyebutkan situasi di pekerjaan
dimana mereka diperlakukan kasar oleh supervisor atau apabila pekerja
memuji supervisor atas sensitifitas yang ditunjukkan pada masa yang sulit,
gaya pengawasan memainkan peranan penting dalam kepuasan kerja mereka.
c. Interview
Interview merupakan prosedur pengukuran kepuasan kerja dengan
melakukan wawancara tatap muka dengan pekerja. Dengan menanyakan
secara langsung tentang sikap mereka, sering mungkin mengembangkan lebih
mendalam dengan menggunakan kuesioner yang sangat terstruktur. Dengan
mengajukan pertanyaan secara berhati-hati kepada pekerja dan mencatat
jawabannya secara sistematis, hubungan pekerjaan dengan sikap dapat
dipelajari.
2.2.4.Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
Menurut Luthans (2012), ada enam faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan, yaitu:
18
a. Pekerjaan itu sendiri
Dimana suatu pekerjaan-pekerjaan dapat menyediakan tugas-tugas yang
menarik bagi individual itu sendiri. Hal yang menarik dari individu terhadap
pekerjaan-pekerjaannya merupakan sumber utama dari kepuasan kerja.
Elemen utamanya adalah : Autonomy, yaitu tingkat dimana pekerjaan
memberikan kebebasan atau kemandirian serta keleluasaan bagi karyawan
dalam menjadwalkan pekerjaannya dan menentukan prosedur yang
digunakan dalam menyelesaikan pekerjaannya tersebut. Feedback, yaitu
tingkat dimana dalam menyelesaikan aktivitas-aktivitas kerja yang dituntut
oleh pekerjaan memberikan konsekuensinya pada pekerjaan guna
memperoleh informasi langsung dan jelas mengenai aktivitas pekerjaan
tersebut.
b. Upah (Pay)
Yaitu suatu balas jasa yang diterima karyawan dalam bentuk finansial
atas pekerjaan yang telah mereka lakukan.
c. Peluang promosi
Yaitu peluang untuk mengalami peningkatan dalam hierarki. Kesempatan
promosi tampaknya memiliki berbagai pengaruh terhadap kepuasan kerja, ini
dikarenakan promosi memiliki bentuk-bentuk yang berbeda, didampingi
dengan imbalan-imbalan yang mendampinginya. Contoh: individu-individu
yang dipromosikan atas lamanya bekerja seringkali menerima kepuasan kerja,
akan tetapi tidak sebanyak kepuasan yang diterima jika dipromosikan atas
dasar kinerja. Demikian suatu promosi dengan 10% kenaikan gaji tidak sama
19
puasnya dengan kenaikan gaji 20%. Perbedaan ini menjelaskan mengapa
promosi-promosi eksekutif lebih memuaskan daripada yang ada di level
bawah.
d. Pengawasan (Supervision)
Yaitu hal yang cukup mempengaruhi dari kepuasan kerja. Kemampuan
dari supervisor untuk menyediakan bantuan teknik dan dukungan. Hal
tersebut dapat berupa dari adanya pengawasan yang langsung dilakukan oleh
seorang atasan terhadap bawahannya.
e. Kelompok kerja
Kelompok Kerja (Work Group), yaitu pada dasarnya kelompok kerja
akan memiliki efek terhadap kepuasan kerja. Keramahan dari teman kerja
yang kooperatif merupakan sumber yang sederhana terhadap kepuasan kerja
untuk satu individu karyawan. Kelompok kerja berfungsi sebagai sumber
dukungan kenyamanan, saran, nasihat, dan bantuan-bantuan terhadap satu
individu pekerja. Kelompok kerja yang baik membuat pekerjaan lebih
menyenangkan. Akan tetapi, faktor ini tidaklah terlalu penting terhadap
kepuasan kerja. Dilain pihak, jika kondisi sebaliknya terjadi ketika orang-
orang tidak akrab, maka faktor ini memiliki efek negatif terhadap kepuasan
kerja.
f. Kondisi Kerja (Working Condition)
Yaitu kondisi kerja memiliki efek yang sederhana terhadap kepuasan
kerja, jika kondisi kerjanya baik (bersih, dan memiliki lingkungan yang
menarik), maka para karyawan akan menemukan bahwa sangat mudah untuk
20
melakukan pekerjaan mereka, tetapi jika kondisi kerja yang buruk (panas,
lingkungan yang berisik), maka para karyawan akan merasakan sangat sulit
untuk melakukan pekerjaan. Dalam kata lain pengaruh kondisi kerja terhadap
kepuasan kerja, sama dengan kelompok kerja. Jika kondisinya baik maka
tidak akan terdapat masalah, tetapi jika kondisinya buruk, maka akan terdapat
masalah kepuasan kerja.
2.2.3.Faktor individu yang berhubungan dengan kepuasan kerja
Menurut Baron & Byrne (1994) dalam Eman (2004), ada beberapa karakterisik
individu yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu:
a. Umur
Karyawan yang muda tuntutan kepuasan kerjanya sangat tinggi,
sedangkan pekerja yang tua tuntutan kepuasan kerja rendah. Bagi karyawan
professional umur meningkat maka kepuasan kerja meningkat pula. Sedangkan
pada karyawan non profesional kepuasan merosot selama usia tengah baya dan
kemudian naik kembali dalam tahun selanjutnya, seperti kurva huruf U
(Hasibuan, 2015).Rendahnya kepuasan kerja timbul pada saat karyawan berusia
25-30 tahun (Gilmer, 2009), pendapat ini didukung oleh Atliselli dan Brown
dalam As’ad (2015) bahwa batasan umur 25-30 tahun sebagai masa timbulnya
rasa kurang puas terhadap pekerjaan.
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tahsina (2013) tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja perawat di Rumah
Sakit Rumah Sehat Terpadu Parung Bogor tahun 2013, didapatkan data
21
demografis usia perawat mayoritas adalah ≤30 tahun sebanyak 37 responden
(80,4%). Dalam penelitian Setiawan (2007) tentang hubungan antara
karakteristik individu dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di RS
Banyumanik, didapatkan hasil bahwa mayoritas usia perawat adalah 25-34
tahun (58,4%).Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan hubungan yang
signifikan antara usia dengan kepuasan kerja perawat dengan nilai p: 0,017
(<0,05). Setiawan dalam penelitian nya menegaskan bahwa semakin tinggi
usia, akan mempengaruhi untuk semakin baik kepuasan kerja yang dirasakan.
b. Lama kerja
Menurut Robbins (2013), semakin lama seorang bekerja maka akan
menyesuaikan diri dengan pekerjaan, hal ini mendorong bahwa masa kerja
yang tinggi maka memiliki kepuasan tinggi dan sebaliknya. Menurut (Doering
et al dalam rezky ,2010) menyatakan bahwa karyawan yang lama bekerja akan
memiliki kepuasan lebih tinggi dibandingkan pekerja yang baru bekerja.
Menurut penelitian Welda (2012), tentang hubungan karakteristik
perawat, isi pekerjaan, dan lingkungan kerja dengan kepuasan kerja perawat di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit MH. Tamrin Salemba, didapatkan bahwa
sebagian besar lama kerja perawat adalah ≥7 tahun (45,1%). Hasil penelitian
Welda disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja
dengan kepuasan kerja perawat, dengan nilai p: 0,019 (<0,05). Menurut
penelitian Nugroho (2004) tentang hubungan karakteristik perawat dengan
kepuasan kerja perawat di Instalansi Rawat Inap BP. RSUD Kraton Kabupaten
22
Pekalongan, didapatkan bahwa mayoritas lama kerja perawat adalah lebih dari
10 tahun (57,1%).
c. Pendidikan
Pendidikan merrupakan salah satu karakteristik demografis yang penting,
karena mampu mempengaruhi persepsi terhadap lingkungan dan sebagainya.
Menurut As’ad (2015), terdapat kecenderungan bahwa pendidikan memiliki
pengaruh negative terhadap kepuasan pekerjaan. Hal ini dikarenakan system
penggajian yang kurang jelas pada pendidikan, tidak seimbangnya harapan
dengan realita bahwa pendidikan hanya mampu berpengaruh rendah terhadap
prestasi kerja membuat pekerja merasa kurang puas terhadap pekerjaan.
Menurut Depkes RI (2017) keseluruhan perawat yang bekerja di Layanan
Kesehatan di Indonesia sebanyak 296.876 perawat. Yang memiliki pendidikan
D3 Keperawatan sebanyak 77,56%, pendidikan Ners sebanyak 10,84%, dan
sisanya 5,17% perawat lulusan SPK, dan 6,42% perawat dengan pendidikan
spesialis. Menurut penelitian Tahsina (2013) tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Rumah Sehat
Terpadu Parung Bogor tahun 2013. Didapatkan data demografis pendidikan D3
Keperawatan sebanyak 87%, sedangkan pendidikan S1 Ners sebanyak 13%.
Disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan
dengan kepuasan kerja perawat, dengan nilai p: 0,213 (>0,05), sedangkan
variabel gaji memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja
perawat dengan nilai p: 0,041 (<0,05). Penelitian yang mendukung hasil
penelitian ini adalah penelitian Welda (2012) tentang hubungan karakteristik
20
23
perawat, isi pekerjaan, dan lingkungan kerja dengan kepuasan kerja perawat di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit MH. Tamrin Salemba, didapatkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kepuasan
kerja perawat dengan nilai p: 0,290 (>0,05). Penelitian lainnya adalah
penelitian Setiawan (2007) tentang hubungan antara karakteristik individu
dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di RS Banyumanik, didapatkan hasil
tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kepuasan kerja
perawat, dengan nilai p: 1,000 (>0,05).
24
2.3. Kerangka Teori
Gambar 2.1.
Kerangka Teori
Keterangan:
- - - - - - - : tidak diteliti
------------- : diteliti
Baron & Byrne (1994) dalam Eman (2004), Luthans (2012), Greenberg & Baron (2013), Rivai
dan Sagala (2013)
KepuasanNEWSS
Faktor individu:
- Umur- Lama kerja- Pendidikan
Definisi
Teori :
- Discrepancytheory
- Equity theory- Two Factor
Theory
Faktor-faktoryang
mempengaruhi:
- Pekerjaan- Upah- Peluang
promosi- Pengawasan- Kelompok
kerja- Kondisi kerja
Pengukurankepuasan:
- Rating scale- Critical
incidents- Interview
25
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai kerangka konsep penelitian, hipotesis, dan
definisi operasional.
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang
dilakukan dan memberi landasan terhadap topik yang dipilih dalam
penelitian, kerangka konsep diperlukan sebagai landasan berfikir untuk
melakukan suatu penelitian yang dikembangkan dari tinjauan teori yang telah
dibahas (Notoatmodjo, 2012).
Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian
3.2. Hipotesis
Ho : tidak ada hubungan usia perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo.
Ha : ada hubungan usia perawat dengan tingkat kepuasan pelaksanaan
NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Karakteristik perawat:- Usia- Pendidikan- Lama kerja
KepuasanPelaksanaan NEWSS
26
Ho : tidak ada hubungan pendidikan perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo.
Ha : ada hubungan pendidikan perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo.
Ho : tidak ada hubungan lama kerja perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo.
Ha : ada hubungan lama kerja perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo.
1.1. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Kepuasan
perawat
Kepuasan perawat tentang
dilaksanakannya NEWSS di
ruangan, dilihat dari
keuntungan dan kekurangan
pelaksanaan NEWSS.
Kuisioner 1:baik
(>mean)
0: kurang
(≤mean)
Ordinal
2. Usia Lama hidup responden yang
dihitung dari tanggal lahir
sampai dengan saat dilakukan
penelitian.
Kuisioner
demografi
2: >35 tahun
1: 26-35
tahun
0: <26 tahun
Interval
27
(Depkes RI,
2009)
3. Pendidikan Pendidikan terakhir yang
dimiliki responden saat
dilakukan penelitian.
Kuisioner
demografi
2: S2
1: Ners
0: D3
Keperawatan
Ordinal
4. Lama kerja Lama kerja yang dimiliki
perawat, terhitung dari pertama
perawat bekerja di ruang
Neurosain RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.
Kuisioner
demografi
1: > 5 tahun
0: ≤ 5 tahun
Interval
28
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional, bertujuan untuk
mengetahui hubungan karakteristik perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo.
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1.Populasi
Populasi adalah seluruh obyek yang menjadi pusat perhatian
penelitian (Sugiyono, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perawat di ruang Neurosain RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo yang berjumlah 47 perawat.
4.2.2. Sampel
Sedangkan sampel adalah subyek yang diteliti dan dianggap dapat
mewakili seluruh populasi (Sugiyono, 2014). Sampel dalam penelitian
ini adalah perawat yang bekerja di ruang neurosain RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.
Kriteria inklusi dan kriteria ekslusi sebagai berikut:
4.2.2.1. Jumlah Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel
Menurut (Sugiyono, 2014), besar sampel dapat disesuaikan
dengan jumlah subjek. Menurut Arikunto (2010), besar
sampel dapat disesuaikan dengan jumlah subjek. Jika jumlah
29
subjeknya kecil yaitu kurang dari 100 maka lebih baik sampel
diambil semua dan jika jumlah subjeknya besar yaitu lebih
dan 100 dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih,
tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti (waktu,
tenaga, biaya), sempit luasnya wilayah penelitian dan besar
kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.
Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
47 responden yang merupakan total perawat yang berada di
ruang Neurosain yang terbagi dalam ruang neurologi dan
bedah saraf. Pengambilan sampling menggunakan teknik
total sampling.
4.2.2.2. Kriteria inklusi :
a. Perawat yang bertugas di ruang Neurosain RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo.
b. Perawat yang memiliki masa kerja lebih dari 6 bulan
(melewati masa uji coba).
c. Perawat yang bersedia menjadi responden dan
menandatangani informed consent.
4.2.2.3.Kriteria ekslusi:
a. Kepala ruangan.
b. Perawat yang cuti tahunan atau cuti hamil/melahirkan atau
cuti sakit.
30
4.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di ruang Neurosain RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta Pusat pada bulan 1 s.d. 30 Januari 2019.
4.4. Alat Pengumpulan Data
Alat atau instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian
ini berupa kuesioner demografi, kuesioner pelaksanaan NEWSS, kuesioner
kepuasan perawat.
4.4.1. Kuesioner
4.4.1.1. Kuesioner demografi
a. Usia (dimodifikasi dari Depkes RI, 2009)
1. >35 tahun
2. 26-35 tahun
3. <26 tahun
b. Pendidikan (diambil dari standar PPNI, 2014)
1. S-1 Ners
2. DIII Keperawatan
c. Jenis kelamin
1. Laki-laki
2. Perempuan
d. Lama kerja
1. > 5 tahun
2. ≤ 5 tahun
4.4.1.2. Kuesioner tingkat kepuasan perawat terhadap pelaksanaan
NEWSS
31
Kuesioner berisi kepuasan pasien terhadap pelaksanaan
NEWSS, lembar kuisioner tingkat kepuasan sebelum
dilakukan uji validitas reliabilitas berisikan 30 item
pertanyaan, setelah uji validitas reliabilitas menjadi 19 item
pertanyaan. Hasil pengolahan data dapat diklasifikasikan
menjadi:
a. Baik, jika skor kepuasan >nilai rata-rata (mean)
b. Kurang, jika skor kepuasan <nilai rata-rata (mean)
4.4.2.Uji Instrumen Penelitian
4.4.2.3. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu tingkatan yang mengukur
karakteristik yang ada dalam penelitian dengan tepat dan
akurat, hasil dari pengukuran ini akan menyimpulkan suatu
kuisioner layak atau tidak digunakan untuk penelitian
(Notoatmodjo, 2012).
Instrumen penelitian dilakukan uji validitas dengan
menggunakan 15 responden pada tanggal 21 Desember
2018 di ruang Bedah Saraf RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo. Dikatakan Valid, jika r hitung lebih besar
dari pada r tabel (0,514). Setelah dilakukan uji validitas
didapatkan pertanyaan yang memiliki nilai r hitung < r tabel
product moment (0,514) adalah no. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
14, dan 17. Pada pertanyaan yang tidak valid tidak
digunakan dalam penelitian.
32
4.4.2.4. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah suatu tingkatan yang mengukur
konsistensi hasil suatu pertanyaan jika dilakukan
pengukuran secara berulang pada suatu karakteristik,
penghitungan uji reliabilitas ini dapat diukur dengan
formula Cronbach’s alpha (Notoatmodjo, 2012).
Instrumen penelitian sudah dilakukan uji reliabilitas
dengan menggunakan 15 responden pada tanggal 21
Desember 2018 di ruang Bedah Saraf RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo dengan mengisi kuesioner yang diberikan.
Berikut adalah tingkatan hasil reliabilitas :
a. Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna
b. Jika alpha 0,70 s.d. 0,90 maka reliabilitas tinggi
c. Jika alpha 0,50 s.d. 0,70 maka reliabilitas moderat
d. Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah
Setelah dilakukan uji reliabilitas didapatkan nilai
Cronbach’s alpha: 0,889 yang berarti keseluruhan
pertanyaan reliabel tinggi.
33
4.5. Proses Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dimulai dari penyusunan izin di tempat
penelitian sampai dengan pengumpulan data selesai dilakukan. Tahapannya
sebagai berikut ini:
4.5.1. Peneliti melakukan perizinan tertulis pada instansi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta Pusat.
4.5.2. Peneliti mendapatkan izin dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta Pusat untuk melakukan penelitian.
4.5.3. Peneliti menentukan sampel penelitian dan melakukan inform consent
pada responden
4.5.4. Peneliti mengadakan pendekatan dengan responden dan menjelaskan
tujuan, manfaat dan peran serta selama penelitian. Peneliti menjamin
kerahasiaan responden dan hak responden untuk menolak menjadi
responden. Bila responden menyetujui maka peneliti meminta
responden untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi
responden.
4.5.5. Responden mengisi kuesioner yang diberikan peneliti.
4.5.6. Setelah selesai, lembar kuesioner diperiksa kembali kelengkapannya
oleh peneliti, bila ada data yang kurang lengkap diselesaikan saat itu.
34
4.6. Etika Penelitian
Mengingat etika penelitian keperawatan berhubungan dengan manusia, maka
sebuah penelitian harus memperhatikan etika penelitian. Ada tiga etika
penelitian yang penulis gunakan pada penelitian ini.
4.6.1. Beneficience
Penelilitian ini tidak bersifat menguntungkan pasien. Penelitian ini
bersifat sukarela dan memiliki manfaat yang dirasakan responden
(Notoatmodjo, 2012).
4.6.2. Mal-efficience
Penelitian tidak merugikan atau tidak membahayakan dan tidak
memaksa. Peneliti menjamin responden terlindung dari setiap resiko
yang ada (Notoatmodjo, 2012).
4.6.3. Respect for human dignity
Responden berhak menentukan dirinya sendiri, mendapatkan
informasi mengenai tujuan penelitian, cara pelaksanaan penelitian,
manfaat, dan hal yang berkaitan dengan penelitian (Notoatmodjo,
2012).
4.6.4. Informed consent
Penelitian ini memperlakukan subjek penelitian dengan adil baik
sebelum, saat, dan setelah penelitian selesai dilakukan, tanpa adanya
diskriminasi dan semua subyek diperlakukan dengan baik
(Notoatmodjo, 2012).
35
4.6.5. Anonimity (tanpa nama)
Anonimity (tanpa nama) merupakan etika penelitian dengan tidak
mencantumkan identitas/nama responden tetapi menggunakan kode.
Hal ini bermaksud menghormati privasi dan menjaga kerahasiaan
identitas responden (Notoatmodjo, 2012).
4.6.6. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah–masalah
lainnya. Semua data yang terkumpul dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil penelitian (Notoatmodjo, 2012).
4.7. Analisis Data
4.7.1. Melakukan Teknik Analisis
Penelitian menggunakan analisis terhadap data penelitian
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Pada penelitian ini penelitian mengggunakan statistik
deskritif (menggambarkan) yaitu statistik yang membahas cara-cara
meringkas, menyajikan, dan mendiskripsikan suatu data dengan
tujuan agar mudah di mengerti dan lebih mempunyai makna.
4.7.1.1. Analisis univariat
Analisis univariat adalah analisis satu variabel. Analisis ini
di gunakan untuk melakukan analisis distribusi dan
36
presentasi dari masing-masing variabel usia, pendidikan
dan lama kerja responden.
a. Penghitungan skor
Berikut rumus skor yang digunakan:
Keterangan :
f = Frekuensi
n = Jumlah Responden
4.7.1.2. Analisis bivariat
Analisa bivariat adalah analisa pengaruh atau hubungan
antara dua variabel. Menurut Dahlan (2008) dalam
menggunakan rumus chi-square, sebagai berikut :
Keterangan:
X2 : chi kuadrat
O : Frekuensi observasi
E : Frekuensi Ekspektasi
Menurut Dahlan (2008) dalam memberikan interpretasi
hasil uji korelasi chi-square dapat dilihat dari nilai p:
a. nilai p < 0,05, maka terdapat hubungan yang bermakna
antara dua variabel yang di uji.
b. nilai p> 0,05, maka tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara dua variabel yang di uji.
28
4.8. Jadwal Penelitian
Tabel 4.1.
Jadwal pelaksanaan penelitian
No Kegiatan
Agustus
2018
September
2018
Oktober
2018
November
2018
Desember
2018Januari 2018
Februari
2018
Maret 2018 April 2018 Mei 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Memilih judul
2. Studi pendahuluan
3. Penyusunan proposal
4. Revisi proposal
5. Persiapan lapangan
6. Uji coba instrument
7. Pengumpulan data
8. Pengolahan data
9. Analisis data
10. Penyusunan laporan
11. Seminar hasil penelitian
12. Revisi hasil penelitian
13. Penyerahan hasil penelitian
37
26
38
38
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini menjelaskan hasil penelitian tentang hubungan karakteristik perawat
dengan tingkat kepuasan pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1 s.d. 30
Januari 2019 menggunakan jumlah sampel sebanyak 47 responden. Hasil
penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel didasarkan pada analisa univariat dan
bivariat.
5.1. Analisis Univariat
Analisa univariat pada penelitian ini terdiri dari distribusi frekuensi
tentang data demografi dan kepuasan perawat di ruang rawat Neurosain
RSUPN Cipto Mangunkusumo. Analisis tersebut terdiri dari distribusi
frekuensi usia, pendidikan, lama kerja, dan kepuasan perawat di ruang rawat
Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo.
5.1.1. Gambaran distribusi frekuensi usia perawat
Berikut ini akan diuraikan distribusi perawat berdasarkan usia:
Tabel 5.1. Gambaran distribusi frekuensi usia perawat
Usia Frekuensi Persentase
<26 tahun 0 026-35 tahun 24 51.1%> 35 tahun 23 48.9%
Total 47 100.0
Berdasarkan tabel 5.1. didapatkan data responden yang berusia
<26 tahun sebanyak 0 responden (0%), usia 26-35 tahun sebanyak 24
reponden (51,1%), sedangkan responden yang berusia > 35 tahun
39
sebanyak 23 responden (48,9%). Mayoritas usia responden adalah 26-
35 tahun.
5.1.2. Gambaran distribusi frekuensi pendidikan perawat
Berikut ini akan diuraikan distribusi perawat berdasarkan pendidikan:
Tabel 5. 2. Gambaran distribusi frekuensi pendidikan perawat
Pendidikan Frekuensi Persentase
D3 Keperawatan 34 72.3%
S1, Ners 13 27.7%
Total 47 100.0
Berdasarkan tabel 5.2. didapatkan data responden yang memiliki
pendidikan D3 Keperawatan sebesar 34 reponden (72,3%), responden
yang memiliki S1 Ners sebesar 13 reponden (27,7%). Mayoritas
pendidikan responden adalah D3 Keperawatan.
5.1.3. Gambaran distribusi frekuensi lama kerja perawat
Berikut ini akan diuraikan distribusi perawat berdasarkan lama kerja
dalam bentuk tabel:
Tabel 5. 3. Gambaran distribusi frekuensi lama kerja perawat
Lama kerja Frekuensi Persentase
≤ 5 tahun 12 25.5%
>5 tahun 35 74.5%
Total 47 100.0
Berdasarkan tabel 5. 3. didapatkan data responden yang memiliki
lama kerja ≤ 5 tahun sebesar 12 reponden (25,5%), responden yang
memiliki lama kerja > 5 tahun sebesar 35 reponden (74,5%). Mayoritas
lama kerja responden adalah > 5 tahun.
40
5.1.4. Gambaran distribusi frekuensi kepuasan perawat
Berikut ini akan diuraikan distribusi perawat berdasarkan kepuasan:
Tabel 5. 4. Gambaran distribusi frekuensi kepuasan perawat
Kepuasan Frekuensi Persentase
Kurang 24 51.1
Baik 23 48.9
Total 47 100.0
Berdasarkan tabel 5. 4. didapatkan nilai rata-rata (mean) kepuasan
perawat adalah 60,5, data responden yang memiliki kepuasan kurang
sebanyak 24 reponden (51,1%), sedangkan responden yang memiliki
kepuasan baik sebanyak 23 reponden (48,9%). Kesimpulan dari data
tersebut bahwa kepuasan responden adalah kurang.
41
5.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini berisi tentang hubungan karakteristik
perawat dengan tingkat kepuasan pelaksanaan NEWSS di ruang rawat
Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo.
5.2.1. Hubungan usia perawat dengan tingkat kepuasan pelaksanaan
NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo
Tabel 5.5. Hubungan usia perawat dengan tingkat kepuasan pelaksanaan
NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo
Usia
KepuasanTotal
P value ORKurang Baik
n % n % n %
26-35 tahun 17 70,8% 7 29,2% 24 100
0,006 5,551>35 tahun 7 30,4% 16 69,6% 23 100
Total 24 51,1% 23 48,9% 47 100
Berdasarkan tabel 5.5. didapatkan data perawat dengan usia 26-35
tahun sebagian besar memiliki kepuasan kurang sebanyak 17 reponden
(70,8%), pada perawat yang memiliki usia >35 tahun mayoritas
memiliki kepuasan baik sebanyak 16 reponden (69,6%).
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan chi-square
didapatkan nilai odd ratio (OR): 5,551 dan nilai p: 0,006 (<0,05) yang
berarti ada hubungan usia perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo. Dengan umur >35 tahun meningkatkan 5,5x lebih
puas daripada umur <35 tahun.
42
5.2.2. Hubungan pendidikan perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo
Tabel 5.6. Hubungan pendidikan perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo
Pendidikan
KepuasanTotal
P value ORKurang Baik
n % n % n %
D3 16 47,1% 18 52,9% 34 100
0,374 0,556S1, Ners 8 61,5% 5 38,5% 13 100
Total 24 51,1% 23 48,9% 47 100
Berdasarkan tabel 5.6. didapatkan data perawat dengan pendidikan
D3 Keperawatan sebagian besar memiliki kepuasan baik sebanyak 18
reponden (52,9%), pada perawat yang memiliki pendidikan S1, Ners
sebagian besar memiliki kepuasan baik sebanyak 5 responden (61,5%).
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan chi-square
didapatkan odd ratio (OR): 0,556 dan nilai p: 0,374 (>0,05) yang
berarti tidak ada hubungan pendidikan perawat dengan tingkat
kepuasan pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN
Cipto Mangunkusumo.
5.2.3. Hubungan lama kerja perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo
43
Tabel 5.7. Hubungan lama kerja perawat dengan tingkat kepuasan pelaksanaan
NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo
Lama kerja
KepuasanTotal
P value ORKurang Baik
n % n % n %
≤ 5 tahun 10 83,3% 2 16,7% 12 100
0,01 7,5>5 tahun 14 40% 21 60% 35 100
Total 24 51,1% 23 48,9% 47 100
Berdasarkan tabel 5.7. didapatkan data perawat dengan lama kerja
≤ 5 tahun mayoritas memiliki kepuasan kurang sebanyak 10 reponden
(83,3%), pada perawat yang memiliki lama kerja >5 tahun mayoritas
memiliki kepuasan baik sebanyak 21 reponden (60%).
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan chi-square
didapatkan nilai odd ratio (OR): 7,5 dan nilai p: 0,01 (<0,05) yang
berarti ada hubungan lama kerja perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo. Lama kerja perawat akan meningkatkan 7,5x tingkat
kepuasan.
45
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan tentang penelitian ini, yang terdiri dari dua bagian
yaitu pembahasan univariat yang yang berisi tentang gambaran data demografi
dan gambaran tingkat kepuasan, dan pembahasan bivariat yang berisi tentang
hubungan karakteristik perawat (usia, pendidikan, dan masa kerja) dengan tingkat
kepuasan pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan
menggunakan 47 responden yang diambil dengan tehnik total sampling.
6.1. Analisis Univariat
6.1.1. Gambaran data demografi perawat (usia, pendidikan, dan masa kerja)
di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo
Gambaran demografi pada responden yang digunakan dalam
penelitian ini dibagi menjadi beberapa variabel, yaitu usia, pendidikan, dan
masa kerja. Usia diklasifikasikan menjadi <26 tahun, 26-35 tahun, dan >35
tahun (Depkes RI, 2009); pendidikan diklasifikasikan menjadi DIII
Keperawatan, dan S-1 Ners (PPNI, 2012); dan lama kerja diklasifikasikan
menjadi >5 tahun dan ≤5 tahun.
a. Gambaran usia perawat di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo
Karakteristik demografis yang pertama adalah usia. Berdasarkan
tabel 5.1. didapatkan data tidak ada responden yang berusia <26 tahun,
usia 26-35 tahun sebanyak 51,1%, sedangkan responden yang berusia
46
> 35 tahun sebanyak 48,9%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian responden adalah usia 26-35 tahun atau dewasa awal (Depkes
RI, 2009). Lebih lanjut dalam Depkes RI dijelaskan bahwa pada usia ini
individu mulai masuk ke dalam penemuan jati diri yang sesungguhnya,
sehingga individu sudah dewasa dalam menghadapi pekerjaannya.
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tahsinaa
(2013), tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja
perawat di Rumah Sakit Rumah Sehat Terpadu Parung Bogor tahun
2013, didapatkan data demografis usia perawat mayoritas adalah ≤30
tahun sebanyak 37 responden (80,4%). Berdasarkan hasil penelitian ini,
teori terkait, dan penelitian sebelumnya. Peneliti menyimpulkan bahwa
gambaran usia perawat di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo sebagian besar adalah usia 26-35 tahun.
b. Gambaran pendidikan perawat di ruang rawat Neurosain RSUPN
Cipto Mangunkusumo
Karakteristik yang kedua adalah pendidikan. Berdasarkan tabel 5.2.
didapatkan data responden yang memiliki pendidikan D3 Keperawatan
sebesar 72,3%, responden yang memiliki S1 Ners sebesar 27,7%. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pendidikan D3 Keperawatan. Menurut PPNI (2014), tentang pendidikan
perawat dibagi menjadi beberapa diantaranya adalah pendidikan D3
Keperawatan yang merupakan jenjang vokasi dan jenjang perawat
professional adalah S1 dengan tambahan pendidikan Profesi.
47
Menurut Depkes RI (2017), keseluruhan perawat yang bekerja di
Layanan Kesehatan di Indonesia sebanyak 296.876 perawat. Yang
memiliki pendidikan D3 Keperawatan sebanyak 77,56%, pendidikan
Ners sebanyak 10,84%, dan sisanya 5,17% perawat lulusan SPK, dan
6,42% perawat dengan pendidikan spesialis. Menurut penelitian
sebelumnya yang dilakukan Tahisna (2013), tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Rumah
Sehat Terpadu Parung Bogor tahun 2013, didapatkan data demografis
pendidikan D3 Keperawatan sebanyak 87%, sedangkan pendidikan S1
Ners sebanyak 13%.
Berdasarkan hasil penelitian ini, teori terkait, dan penelitian
sebelumnya. Peneliti mengimpulkan bahwa gambaran pendidikan
perawat di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo
sebagian besar adalah D3 Keperawatan.
c. Gambaran lama kerja perawat di ruang rawat Neurosain RSUPN
Cipto Mangunkusumo
Karakteristik yang ketiga adalah lama kerja. Berdasarkan tabel 5.3.
didapatkan data responden yang memiliki lama kerja ≤ 5 tahun sebesar
25,5%, responden yang memiliki lama kerja > 5 tahun sebesar 74,5%.
Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas perawat bekerja lebih dari 5
tahun di Neurosain RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Menurut penelitian Welda (2012) tentang hubungan karakteristik
perawat, isi pekerjaan, dan lingkungan kerja dengan kepuasan kerja
perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit MH. Tamrin Salemba,
48
didapatkan bahwa sebagian besar lama kerja perawat adalah ≥7 tahun
(45,1%). Menurut penelitian Nugroho (2004), tentang hubungan
karakteristik perawat dengan kepuasan kerja perawat di Instalansi
Rawat Inap BP. RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan, didapatkan
bahwa mayoritas lama kerja perawat adalah lebih dari 10 tahun
(57,1%).
Berdasarkan hasil penelitian ini, teori terkait, dan penelitian
sebelumnya. Peneliti mengimpulkan bahwa gambaran lama kerja
perawat di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo
sebagian besar adalah lebih dari 5 tahun.
6.1.2. Gambaran tingkat kepuasan perawat di ruang rawat Neurosain
RSUPN Cipto Mangunkusumo
Berdasarkan tabel 5.4. didapatkan nilai rata-rata (mean) kepuasan
perawat adalah 60,5, data responden yang memiliki kepuasan kurang
sebanyak 51,1%, sedangkan responden yang memiliki kepuasan baik
sebanyak 48,9%. Dalam penelitian ini, mean atau nilai rata-rata digunakan
dalam membagi tingkat kepuasan perawat menjadi dua klasifikasi yaitu
kurang dan baik. Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas kepuasan
perawat adalah kurang. Kepuasan perawat yang cenderung kurang akan
mempengaruhi kinerja yang ditunjukkan dalam melakukan asuhan
keperawatan nantinya.
Menurut Rivai (2009), kepuasan merupakan evaluasi yang
menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak
senang, puas atau tidak puas dalam bekerja. Menurut Sutrisno (2009)
49
kepuasan kerja sebagai suatu sikap karyawan terhadap pekerjaan yang
berhubungan dengan sistuasi kerja, kerja sama antar karyawan, imbalan
yang diterima dalam kerja dan hal-hal yang menyangkut faktor fisik dan
psikologis.
Penelitian (Argapati dkk, 2013) tentang gambaran kepuasan kerja
perawat rawat inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar, didapatkan hasil
bahwa 60,8% perawat merasa puas dengan pekerjaannya.
Penelitian Kusumawati (2004), tentang gambaran kepuasan kerja
perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit MH. Tamrin Internasional
Salemba Jakarta tahun 2004, didapatkan hasil bahwa mayoritas perawat
merasa tidak puas dengan pekerjaannya sebanyak 50,6%.
Dampak dari kepuasan perawat akan mempengaruhi kinerja perawat
tersebut. Menurut penelitian Yanidrawati (2011), tentang hubungan
kepuasan kerja dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD
Kabupaten Bekasi, dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kepuasan dengan kinerja perawat dengan koefisien korelasi sebesar
0,409.
Berdasarkan hasil penelitian ini, teori terkait, dan penelitian
sebelumnya. Peneliti mengimpulkan bahwa gambaran tingkat kepuasan
perawat di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo sebagian
besar adalah kurang.
50
6.2. Analisis Bivariat
6.2.1. Hubungan usia perawat dengan tingkat kepuasan pelaksanaan
NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo
Berdasarkan tabel 5.5. didapatkan data perawat dengan usia 26-35
tahun sebagian besar memiliki kepuasan kurang (70,8%), pada perawat
yang memiliki usia >35 tahun mayoritas memiliki kepuasan baik (69,6%).
Berdasarkan hasil ini didapatkan kecenderungan semakin tua usia perawat
maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dimiliki. Berdasarkan hasil uji
hipotesis dengan menggunakan chi-square didapatkan nilai p: 0,006
(<0,05) yang berarti ada hubungan usia perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo. Berdasarkan hasil uji hipotesis didapatkan nilai odd
ratio: 5,551 yang berarti perawat yang berusia >35 tahun memiliki
peluang sebesar 5,551 kali lebih besar untuk memiliki kepuasan lebih baik
daripada perawat yang berusia 26-35 tahun.
Menurut Baron & Byrne dalam Eman (2014), ada beberapa
karakterisik individu yang mempengaruhi kepuasan kerja, salah satunya
adalah usia. Bagi karyawan profesional umur meningkat maka kepuasan
kerja meningkat pula. Sedangkan pada karyawan non professional
kepuasan merosot selama usia tengah baya dan kemudian naik kembali
dalam tahun selanjutnya, seperti kurva huruf U (Hasibuan, 2015).
Rendahnya kepuasan kerja timbul pada saat karyawan berusia 25-30 tahun
(Gilmer, 2009), pendapat ini didukung oleh Atliselli dan Brown dalam
51
As’ad (2015) bahwa batasan umur 25-30 tahun sebagai masa timbulnya
rasa kurang puas terhadap pekerjaan.
Penelitian ini menggunakan responden dengan karakteristik profesi
sebagai perawat. Ditemukan fenomena bahwa semakin tinggi usia maka
semakin baik kepuasan perawat. Berdasarkan hasil pengolahan data
didapatkan bahwa tingginya kesadaran perawat tentang pentingnya
pelaksanaan NEWSS, sehingga mayoritas perawat mendukung
dilaksanakannya NEWSS. Dampak yang dirasakan perawat terhadap
efisiensi pelaksanaan asuhan keperawatan adalah pelaksanaan NEWSS
membutuhkan waktu yang cukup banyak, sehingga memerlukan tambahan
tenaga ekstra dalam melakukan asuhan keperawatan. Bagi perawat yang
berusia lebih tua atau sudah lama bekerja akan menjadi hal yang biasa
karena sudah sering dilaksanakan, tetapi bagi perawat yang baru bekerja
atau masih muda menjadi hal yang berbeda. Karena pelaksanaan NEWSS
memberikan beban kerja tersendiri.
Menurut penelitian Setiawan (2007) tentang hubungan antara
karakteristik individu dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di RS
Banyumanik. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan hubungan
yang signifikan antara usia dengan kepuasan kerja perawat dengan nilai p:
0,017 (<0,05). Setiawan dalam penelitian nya menegaskan bahwa semakin
tinggi usia, akan mempengaruhi untuk semakin baik kepuasan kerja yang
dirasakan.
Usia seseorang sangat mempengaruhi terhadap tingkat kepuasan yang
dimiliki, sehingga penting dilakukan pembenahan pada kepuasan perawat
52
dengan usia yang lebih muda, tetapi tetap mempertahankan hasil kepuasan
perawat yang berusia lebih tua. Berdasarkan uraian hasil penelitian,
implikasi penelitian, teori terkait, dan penelitian sebelumnya, peneliti
menyimpulkan ada hubungan usia perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo. Berdasarkan kesimpulan ini, peneliti menyarankan
kepada bagian diklat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo diharapkan
memberikan pelatihan dan seminar tentang pentingnya penggunaan
standar operasional prosedur NEWSS sesuai dengan kebutuhan pasien
yang ada, sehingga pelaksanaan NEWSS dapat meningkat.
6.2.2. Hubungan pendidikan perawat dengan tingkat kepuasan pelaksanaan
NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo
Berdasarkan tabel 5.6. didapatkan data perawat dengan pendidikan D3
Keperawatan yang memiliki kepuasan baik (52,9%), kurang (47,1%). Pada
perawat yang memiliki pendidikan Ners sebagian besar memiliki kepuasan
kurang (61,5%), sedangkan baik (38,5%). Berdasarkan hasil uji hipotesis
dengan menggunakan chi-square didapatkan nilai p: 0,374 (>0,05) yang
berarti tidak ada hubungan pendidikan perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo. Berdasarkan hasil uji hipotesis didapatkan nilai odd
ratio: 0,556 yang berarti perawat yang berpendidikan S1 Ners memiliki
peluang sebesar 0,556 kali lebih besar untuk memiliki kepuasan lebih baik
daripada perawat yang pendidikan D3 Keperawatan.
53
Pendidikan merupakan salah satu karakteristik demografis yang
penting, karena mampu mempengaruhi persepsi terhadap lingkungan dan
sebagainya. Menurut As’ad (2015), terdapat kecenderungan bahwa
pendidikan memiliki pengaruh negative terhadap kepuasan pekerjaan. Hal
ini dikarenakan system penggajian yang kurang jelas berdasarkan
pendidikan yang dimiliki pekerja, tidak seimbangnya harapan dengan
realita bahwa pendidikan hanya mampu berpengaruh rendah terhadap
penggajian atau reward membuat pekerja merasa kurang puas terhadap
pekerjaan.
Pendidikan bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kepuasan
pekerja. Terdapat faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap kepuasan
pekerja. Salah satunya adalah upah atau penggajian (Luthans (2012). Hal
ini dikuatkan oleh Rivai dan Sagala (2013) dalam teori keadilan. Teori ini
mengemukakan bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung
pada ada atau tidaknya keadilan dalam suatu sistuasi kerja. Menurut teori
ini komponen utama dalam teori keadilan adalah input hasil, keadilan dan
ketidakadilan. Input adalah faktor yang bernilai bagi karyawan yang
dianggap mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan, pengalaman,
kecakapan, jumlah tugas dan peralatan atau perlengkapan yang
dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaannya. Pekerja akan merasa
tidak puas jika memiliki input yang baik tetapi tidak berbanding lurus
dengan penghasilan yang didapatkan.
Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo perawat dengan masa kerja
yang tinggi walaupun dengan pendidikan D3 Keperawatan masih cukup
54
banyak. Lama kerja ini mempengaruhi penghasilan yang didapatkan.
Karena berkaitan dengan tunjangan remunerasi dan sebagainya yang
memiliki nominal yang cukup besar dibandingkan gaji pokok. Sedangkan
pada perawat yang baru bekerja walaupun memiliki pendidikan Ners
sekalipun masih memerlukan lama kerja yang cukup untuk mendapatkan
tunjangan remunerasi yang baik. Sehingga pendidikan yang dimiliki
perawat tidak memberikan dampak yang signifikan pada tingkat kepuasan
yang dimiliki perawat terhadap pekerjaan.
Menurut penelitian Tahsina (2013) tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Rumah Sehat
Terpadu Parung Bogor tahun 2013. Disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kepuasan kerja
perawat, dengan nilai p: 0,213 (>0,05), sedangkan variabel gaji memiliki
hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja perawat dengan nilai p:
0,041 (<0,05). Penelitian yang mendukung hasil penelitian ini adalah
penelitian Welda (2012) tentang hubungan karakteristik perawat, isi
pekerjaan, dan lingkungan kerja dengan kepuasan kerja perawat di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit MH. Tamrin Salemba, didapatkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan
kepuasan kerja perawat dengan nilai p: 0,290 (>0,05). Penelitian lainnya
adalah penelitian Setiawan (2007) tentang hubungan antara karakteristik
individu dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di RS Banyumanik,
didapatkan hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan
dengan kepuasan kerja perawat, dengan nilai p: 1,000 (>0,05).
55
Dalam kondisi ini pendidikan tidak memegang peranan kuat dalam
memberikan kepuasan pada perawat, terdapat faktor lain yang
mempengaruhi kepuasan perawat seperti lama kerja, pengalaman, dan
sebagainya yang berujung pada sistem penggajian yang dapat memberikan
kepuasan pada perawat. Peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan
pendidikan perawat dengan tingkat kepuasan pelaksanaan NEWSS di
ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo. Berdasarkan hasil
ini, peneliti menyarankan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo hendaknya
memberikan reward terkait kinerja asuhan keperawatan yang diberikan
perawat, sehingga pelaksanaan asuhan keperawatan khususnya NEWSS
dapat meningkat dan kepuasan kerja perawat dapat meningkat pula.
6.2.3. Hubungan lama kerja perawat dengan tingkat kepuasan pelaksanaan
NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo
Berdasarkan tabel 5.7. didapatkan data perawat dengan lama kerja ≤ 5
tahun mayoritas memiliki kepuasan kurang (83,3%), pada perawat yang
memiliki lama kerja >5 tahun mayoritas memiliki kepuasan (60%).
Berdasarkan hasil ini ditemukan kecenderungan bahwa semakin tinggi
lama kerja perawat maka semakin tinggi kepuasan perawat. Berdasarkan
hasil uji hipotesis dengan menggunakan chi-square didapatkan nilai p:
0,01 (<0,05) yang berarti ada hubungan lama kerja perawat dengan tingkat
kepuasan pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo. Berdasarkan hasil uji hipotesis didapatkan nilai odd
ratio: 7,5 yang berarti perawat yang memiliki lama kerja >5 tahun
56
memiliki peluang sebesar 7,5 kali lebih besar untuk memiliki kepuasan
lebih baik daripada perawat yang memiliki lama kerja ≤ 5 tahun.
Menurut Robbins (2013) semakin lama seorang bekerja maka akan
menyesuaikan diri dengan pekerjaan. Semakin banyak pengalaman yang
dimiliki pekerja akan memberikan dampak pada pekerjaan yang dilakukan
pekerja tersebut, sehingga pekerja tersebut puas terhadap pekerjaannya,
hal ini mendorong bahwa masa kerja yang tinggi maka memiliki kepuasan
tinggi dan sebaliknya. Menurut Doering et al dalam rezky (2010)
menyatakan bahwa karyawan yang lama bekerja akan memiliki kepuasan
lebih tinggi dibandingkan pekerja yang baru bekerja. Menurut Luthans
(2012) peluang promosi memberikan dampak kepuasan yang cukup tinggi
pada pekerja. Peluang promosi dimiliki pada pekerja dengan masa kerja
atau lama kerja yang tinggi, sehingga semakin tinggi masa kerja maka
semakin tinggi pula peluang promosi yang dimiliki. Hal ini menjelaskan
bahwa lama kerja memberikan dampak yang cukup tinggi terhadap
kepuasan kerja pegawai.
Menurut penelitian Welda (2012) tentang hubungan karakteristik
perawat, isi pekerjaan, dan lingkungan kerja dengan kepuasan kerja
perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit MH. Tamrin Salemba.
Didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama
kerja dengan kepuasan kerja perawat, dengan nilai p: 0,019 (<0,05).
Sehingga penting bagi seorang perawat dalam mendalami asuhan
keperawatan yang dilakukan, karena dengan bertambahnya lama kerja
akan semakin baik pula pengalaman dan penggajian yang akan diterima
57
perawat. Berdasarkan hasil penelitian ini, teori terkait dan penelitian
sebelumnya peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan lama kerja
perawat dengan tingkat kepuasan pelaksanaan NEWSS di ruang rawat
Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo. Berdasarkan kesimpulan ini,
peneliti menyarankan perawat hendaknya meningkatkan penerapan standar
operasional prosedur pelaksanaan NEWSS yang ada di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo terutama untuk mendeteksi dini perburukan pada pasien
di ruangan dengan harapan mutu asuhan keperawatan dapat meningkat.
6.3. Implikasi Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa
implikasi yang diperoleh,yaitu:
1. Pentingnya penerapan NEWSS sesuai dengan standar operasional
prosedur.
2. Pentingnya pelaksanaan kegiatan pelatihan dan seminar tentang
penggunaan standar operasional prosedur NEWSS sesuai dengan
kebutuhan pasien yang ada, sehingga pelaksanaan NEWSS dapat
meningkat.
3. Adanya reward terkait pelaksanaan NEWSS yang dilakukan oleh perawat.
6.4. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan penelitian, yaitu karakteristik
responden yang kurang pada pendidikan S1 Ners. Pada penelitian selanjutnya
diharapkan peneliti dapat menggunakan responden yang lebih besar dengan
58
karakteristik pendidikan S1 Ners lebih banyak lagi, sehingga fenomena yang
ditemukan dapat dilihat lebih luas lagi.
Keterbatasan yang lain adalah pada variabel penelitian. Variabel
penelitian masih dapat dikembangkan lagi menjadi lebih luas dengan harapan
fenomena tentang kepuasan kerja dapat diketahui. Seperti faktor lain yang
dapat mempengaruhi kepuasan kerja perawat, dampak kepuasan kerja
perawat, dan sebagainya.
59
BAB VII
PENUTUP
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian
dan beberapa saran mengenai penelitian yang berjudul Hubungan Karakteristik
Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Pelaksanaan Nursing Early Warning Scoring
System (NEWSS) di Ruang Rawat Neurosain RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo.
7.1.Kesimpulan
7.1.1. Sebagian besar usia perawat di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo adalah 26-35 tahun (51,1%).
7.1.2. Sebagian besar pendidikan perawat di ruang rawat Neurosain RSUPN
Cipto Mangunkusumo adalah D3 Keperawatan (72,3%).
7.1.3. Sebagian besar lama kerja perawat di ruang rawat Neurosain RSUPN
Cipto Mangunkusumo adalah lebih dari 5 tahun(74,5%).
7.1.4. Gambaran tingkat kepuasan perawat di ruang di ruang rawat Neurosain
RSUPN Cipto Mangunkusumo adalah kurang (51,1%).
7.1.5. Ada hubungan usia perawat dengan tingkat kepuasan pelaksanaan
NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo,
dengan nilai p: 0,013 (<0,05).
7.1.6. Tidak ada hubungan pendidikan perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo, dengan nilai p: 0,574 (>0,05).
60
7.1.7. Ada hubungan lama kerja perawat dengan tingkat kepuasan
pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto
Mangunkusumo, dengan nilai p: 0,024(<0,05).
7.2. SaranBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat
diberikan saran sebagai berikut:
7.2.1 RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Bagian Diklat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo diharapkan
memberikan pelatihan dan seminar tentang pentingnya penggunaan
standar operasional prosedur NEWSS sesuai dengan kebutuhan
pasien yang ada, sehingga pelaksanaan NEWSS dapat meningkat.
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo hendaknya memberikan
seminar atau pelatihan kepada perawat, sehingga pelaksanaan
asuhan keperawatan khususnya NEWSS dapat meningkat dan
kepuasan kerja perawat dapat meningkat pula.
7.2.2 Perawat
Perawat hendaknya menggunakan standar operasional prosedur
pelaksanaan NEWSS yang ada di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo terutama untuk meneteksi dini perburukan pada
pasien di ruangan, dengan harapan angka kematian dapat menurun.
7.2.3 Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti variabel lain yang
mempengaruhi kepuasan kerja perawat, sehingga fenomena pada
variabel lain dapat diketahui.
DAFTAR PUSTAKA
As’ad. (2015). Psikologi industry. Yogyakarta: Liberty
Depkes RI (2017). Infodatin Perawat tahun 2017. Jakarta: Kemenkes RI
Depkes RI. (2009). Profil kesehatan Indonesia tahun 2008. Jakarta: Kemenkes RI
Doering. (2005). The relationships between job characteristic, job satisfaction, and
turnover intention among software developers.Disertasi
Duncan &Mcmullan. (2012). Early warning systems: the next level of rapid response.
Philadelphia: Lippincott
Gilmer. (2009). Industrial psychology. USA: McGraw Hill Book Company Inc
Greenberg, J. And Robert A. Baron. (2013). Behavior in Organization International
Edition, New Jersey: Prentice Hall
Hasibuan. (2015). Manajemen sumber daya manusia: Dasar dan kunci keberhasilan.
Jakarta: GunungAgung
Luthans, Fred. (2012). Perilaku Organisasi, (Alih Bahasa V.A Yuwono, dkk), Edisi
Bahasa Indonesia, Yogyakarta: ANDI.
Mangkunegara, Anwar Prabu. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Notoatmodjo. (2012). Metodologi penelitian. Jakarta: RinekaCipta
Nugroho. (2004). Hubungan karakteristik perawat dengan kepuasan kerja perawat di
Instalansi Rawat Inap BP. RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Jurnal
penelitian online
Potter, & Perry, A. G. (2016). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,.
Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC
Rivai. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta cetakan kesembilan
Robbins. (2013). Organizational behavior: Concepts, controversies, and application
(8th Edition). Engelwood Cliffs: Prentice-Hall
Setiawan,T.(2007). Hubungan antara karakteristik individu dengan kepuasan kerja
perawat pelaksana di RS Banyumanik. Jurnalpenelitian online
Sherwood. (2011). Fisiologi manusia dari sel ke jaringan. Jakarta:EGC
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D. Bandung
:Alfabeta
Sutrisno. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi pertama. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Tahsina. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja perawat di
Rumah Sakit Rumah Sehat Terpadu Parung Bogor tahun 2013. Jurnal
penelitian online
Welda. (2012). Hubungan karakteristik perawat, isi pekerjaan, dan lingkungan kerja
dengan kepuasan kerja perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit MH.
Tamrin Salemba. Jurna lpeneliitan online
WHO. (2012).Cerebrovasculer Accident (Data base)
Jakarta, Oktober 2018
Kepada Yth:
Calon responden penelitian
di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dewi Darmawanti
NIM : 011721043
adalah Mahasiswa Universitas Binawan yang sedang melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pelaksanaan Nursing Early
Warning Scoring System (NEWSS) di ruang rawat Neurosain RSUPN Cipto Mangunkusumo”.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi responden. Kerahasiaan informasi
yang diberikan akan kami jaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila
Bapak/Ibu bersedia maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan
responden serta mengisi kuisioner yang telah tersedia.
Atas perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
Dewi Darmawanti
Lembar Persetujuan Responden
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama (Inisial) : ....................
Umur : ........... tahun
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Dewi
Darmawanti, Mahasiswa Universitas Binawan yang melakukan penelitian “Hubungan
karakteristik perawat dengan tingkat kepuasan pelaksanaan NEWSS di ruang rawat Neurosain
RSUPN Cipto Mangunkusumo”. Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan menyebabkan
kerugian kepada saya, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden pada penelitian ini.
Responden
(................)
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASANPELAKSANAAN NURSING EARLY WARNING SCORING SYSTEM (NEWSS) DI
RUANG RAWAT NEUROSAINRSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO
A. Data Demografi
Nama perawat : ……..……..
Pendidikan : ……..……..
Usia : ……..……..
Lama Kerja : ……..……..
B. Tingkat Kepuasan Perawat terhadap Pelaksanaan NEWSS
Berikan tanda cek list (v) pada jawaban yang tersedia,
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
NO. Pernyataan SS S TS STS1. Pelaksanaan NEWSS sangat penting
dilakukan pada pasien.2. Pelaksanaan NEWSS memungkinkan saya
mendeteksi perburukan kondisi pasienlebih dini.
3. Pelaksanaan NEWSS membutuhkan waktuyang cukup lama.
4. Pelaksanaan NEWSS dapat memperberatbeban kerja yang ada di ruangan.
5. Perawat yang bekerja setiap shift dinasbelum sesuai dengan kebutuhan tenaga yangada.
6. Perawat membutuhkan bantuan dalammenangani pasien yang membutuhkanpengawasan.
7. Pelaksanaan NEWSS mengurangi waktukerja efektif bagi perawat.
8. Pelaporan NEWSS membuat dokumentasikeperawatan menjadi lebih banyak.
9. Dokumentasi NEWSS yang dilakukankurang maksimal.
10. Pelaksanaan NEWSS tidak berdampakterlalu signifikan pada pelaporan asuhankeperawatan.
11. Pelaksanaan NEWSS hanya sebagaipelengkap asuhan keperawatan saja.
12. Secara individu saya merasa puas terhadappelaksanaan NEWSS.
13. Saya merasa terbebani dengan pelaksanaanNEWSS.
14. Saya merasa manfaat pelaksanaan NEWSStidak sebanding dengan tenaga dan waktuefektif yang dibutuhkan dalam asuhankeperawatan.
15. Saya mendukung pelaksanaan NEWSSuntuk ditingkatkan lagi.
16. Saya merasa pelaksanaan NEWSSbermanfaat bagi mutu asuhan keperawatan.
17. Saya merasa tertekan karena pelaksanaanNEWSS di ruangan menghambat asuhankeperawatan saya.
18. Saya merasa pelaksanaan NEWSSmemberikan dampak positif bagipengembangan diri saya secara profesional.
19. Saya merasa senang terhadap pelaksanaanNEWSS yang dilakukan di ruangan.
20. Saya sudah mulai terbiasa denganpenggunaan NEWSS dalam asuhankeperawatan.
21. Pelaksanaan NEWSS memudahkanperawat dalam memberikan asuhankeperawatan.
22. NEWSS merupakan salah satu indikatorpenilaian untuk menentukan tingkat
kegawatan pasien.
23. Penting untuk perawat untuk memahamipenilaian NEWSS pada pasien.
24. Skoring NEWSS membantu perawat dalammenentukan tingkat kegawatan pasien.
25. Perawat perlu mengupdate pengetahuantentang penilaian NEWSS.
26. Selama ini saya sudah melakukan scoringNEWSS dengan tepat.
27. Penerapan NEWSS membutuhkankelengkapan nursing kit.
28. Ketidaklengkapan nursing kit menghambatperawat dalam melakukan scoring NEWSS.
29. Dengan coring NEWSS perawat lebihtanggap terhadap perburukan kondisipasien.
30. NEWSS dapat diterapkan di semua ruangrawat.
Pendidikan
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid D3 34 72.3 72.3 72.3
S1, Ners 13 27.7 27.7 100.0Total 47 100.0 100.0
Usia
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 26-35
tahun 24 51.1 51.1 51.1
> 35 tahun 23 48.9 48.9 100.0Total 47 100.0 100.0
Lama_Kerja
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid <= 5 tahun 12 25.5 25.5 25.5
> 5 tahun 35 74.5 74.5 100.0Total 47 100.0 100.0
Kepuasan
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid Kurang 24 51.1 51.1 51.1
Baik 23 48.9 48.9 100.0Total 47 100.0 100.0
CrosstabsCase Processing Summary
47 100.0% 0 .0% 47 100.0%Pendidikan * KepuasanN Percent N Percent N Percent
Valid Missing TotalCases
Crosstabs
Pendidikan * Kepuasan Crosstabulation
16 18 3417.4 16.6 34.0
47.1% 52.9% 100.0%8 5 13
6.6 6.4 13.061.5% 38.5% 100.0%
24 23 4724.0 23.0 47.0
51.1% 48.9% 100.0%
CountExpected Count% within PendidikanCountExpected Count% within PendidikanCountExpected Count% within Pendidikan
D3
S1, Ners
Pendidikan
Total
Kurang BaikKepuasan
Total
Chi-Square Tests
.789b 1 .374
.316 1 .574
.795 1 .373.517 .288
.772 1 .380
47
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.36.
b.
Risk Estimate
.556 .151 2.048
.765 .438 1.337
1.376 .646 2.935
47
Odds Ratio forPendidikan (D3 / S1,Ners)For cohortKepuasan = KurangFor cohortKepuasan = BaikN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% ConfidenceInterval
Case Processing Summary
47 100.0% 0 .0% 47 100.0%Usia * KepuasanN Percent N Percent N Percent
Valid Missing TotalCases
Usia * Kepuasan Crosstabulation
17 7 2412.3 11.7 24.0
70.8% 29.2% 100.0%7 16 23
11.7 11.3 23.030.4% 69.6% 100.0%
24 23 4724.0 23.0 47.0
51.1% 48.9% 100.0%
CountExpected Count% within UsiaCountExpected Count% within UsiaCountExpected Count% within Usia
26-35 tahun
>35 tahun
Usia
Total
Kurang BaikKepuasan
Total
Chi-Square Tests
7.671b 1 .0066.139 1 .0137.893 1 .005
.009 .006
7.507 1 .006
47
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.26.
b.
Crosstabs
Risk Estimate
5.551 1.590 19.384
2.327 1.192 4.544
.419 .213 .827
47
Odds Ratio for Usia(26-35 tahun / >35 tahun)For cohort Kepuasan =KurangFor cohort Kepuasan =BaikN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% ConfidenceInterval
Case Processing Summary
47 100.0% 0 .0% 47 100.0%Lama_Kerja * KepuasanN Percent N Percent N Percent
Valid Missing TotalCases
Lama_Kerja * Kepuasan Crosstabulation
10 2 126.1 5.9 12.0
83.3% 16.7% 100.0%14 21 35
17.9 17.1 35.040.0% 60.0% 100.0%
24 23 4724.0 23.0 47.0
51.1% 48.9% 100.0%
CountExpected Count% within Lama_KerjaCountExpected Count% within Lama_KerjaCountExpected Count% within Lama_Kerja
<= 5 tahun
> 5 tahun
Lama_Kerja
Total
Kurang BaikKepuasan
Total
Chi-Square Tests
6.715b 1 .0105.093 1 .0247.210 1 .007
.017 .011
6.572 1 .010
47
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.87.
b.
Risk Estimate
7.500 1.423 39.523
2.083 1.291 3.361
.278 .076 1.013
47
Odds Ratio forLama_Kerja (<= 5tahun / > 5 tahun)For cohortKepuasan = KurangFor cohortKepuasan = BaikN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% ConfidenceInterval
ReliabilityCase Processing Summary
15 100.00 .0
15 100.0
ValidExcludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.889 .923 30
Cronbach'sAlpha
Cronbach'sAlpha Based
onStandardized
Items N of Items
Item-Total Statistics
85.47 48.981 .259 . .88985.53 48.552 .287 . .88886.40 47.257 .272 . .89186.20 48.029 .457 . .88687.93 53.067 -.398 . .90387.87 53.552 -.455 . .90486.67 55.952 -.645 . .91287.33 52.524 -.271 . .90586.73 44.924 .498 . .88586.33 46.095 .551 . .88386.27 46.924 .518 . .88486.13 45.981 .753 . .88086.20 46.029 .886 . .87987.13 51.838 -.197 . .90386.07 45.210 .806 . .87886.20 45.457 .669 . .88186.33 47.667 .493 . .88586.13 45.267 .887 . .87886.20 46.029 .886 . .87986.13 45.267 .887 . .87886.13 45.267 .887 . .87886.13 45.267 .887 . .87886.13 45.267 .887 . .87886.13 45.267 .887 . .87886.13 45.267 .887 . .87886.13 45.267 .887 . .87886.13 45.267 .887 . .87886.13 45.838 .557 . .88386.20 45.171 .712 . .88086.13 45.267 .887 . .878
p1p2p3p4p5p6p7p8p9p10p11p12p13p14p15p16p17p18p19p20p21p22p23p24p25p26p27p28p29p30
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
SquaredMultiple
Correlation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
top related