hubungan antara kemandirian belajar dengan...
Post on 06-Mar-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA MTsN
PARUNG-BOGOR
Oleh:
ROSYIDAH 103017027209
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H / 2010 M
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul “HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN
BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA
MTsN PARUNG BOGOR”, yang disusun oleh Rosyidah, Nomor Induk
Mahasiswa: 103017027209, Jurusan Pendidikan Matematika telah melalui
bimbingan dan dinyatakan syah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan
pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.
Jakarta, Juni 2010
Yang Mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Rachmat Mulyono, M.Si Otong Suhyanto, M.Si
NIP. 196502201999031003 NIP. 196811041999031001
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGER SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
iv
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA MTsN PARUNG-BOGOR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Rosyidah NIM: 103017027209
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Rachmat Mulyono, M.Si Otong Suhyanto, M.Si NIP. 196502201999031003 NIP. 196811041999031001
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
v
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : ROSYIDAH NIM : 103017027209 Jurusan : Pendidikan Matematika Angkatan : 2003 Alamat : Jl. Lestari II No. 102 RT.03/05 Kel. Curug Kec. Bojongsari Depok
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Kemandirian Belajar dengan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa MTsN Parung Bogor” adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: 1. Nama : Drs. Rachmat Mulyono, M.Si. NIP : 19650220 199903 1 003 Dosen : Fakultas Psikologi UIN Jakarta 2. Nama : Otong Suhyanto, M.Pd. NIP : 19681104 199901 1 001 Dosen : Jurusan Pendidikan Matematika FITK UIN Jakarta Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya siap menerima segala konsekuensinya apabila skripsi ini bukan karya saya.
Jakarta, 20 Agustus 2010 Yang menyatakan, Rosyidah
vi
ABSTRAK
ROSYIDAH. Hubungan Antara Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa MTs Negeri Parung-Bogor. Skripsi Strata 1 (S-1) Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian
belajar dengan hasil belajar matematika pada siswa MTsN Parung-Bogor. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak bulan Maret sampai Mei 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan korelasional. Populasi terjangkaunya adalah siswa kelas VIII-7 dan VIII-9 yang berjumlah 95 orang.
Data variabel X (Kemandirian Belajar), dijaring dengan menggunakan instrumen skala kemandirian berbentuk kuesioner, sedangkan untuk variabel Y (Hasil Belajar) digunakan tes hasil belajar matematika. Hasil perhitungan reliabilitas variabel X sebesar 0,95 sedangkan variabel Y sebesar 0,92. Uji persyaratan analisis menunjukkan bahwa variabel X dan Y berdistribusi normal.
Persamaan regresi kedua variabel adalah Ŷ= 21,98+0,335X. Hasil perhitungan koefisien korelasi product moment menghasilkan rxy sebesar 0,755. Hasil pengujian signifikansi koefisien dengan menggunakan uji t menunjukkan kedua variabel adalah signifikan. Perhitungan koefisien determinasi menghasilkan rxy
2 = (0,755)2 = 0,5700, ini berarti bahwa 57% variansi hasil belajar ditentukan oleh kemandirian belajar. Kata kunci: kemandirian belajar, hasil belajar, survey, regresi dan korelasi.
vii
ABSTRACT ROSYIDAH. Relationship Between Independence Learning With Academic Math Achievement. The thesis of Mathematic Education Department, Faculty of Education and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. 2010.
This research aims to know the relationship between student independence in learning and the academic achievement of students MTsN Parung-Bogor. This research was conducted over three months from March to May 2010. The method used is survey method with the correlational approach. The population is 95 students.
To gather data variable X (Independence Students In Learning), used questionnaires of independence learning scale, while variable Y obtained test of math achievement. Normality analysis results that both variables have normal distribution.
Regression equation obtained was Ŷ=21.985+0.335X. Test of correlation product moment result coefficient of rxy= 0.755. the correlation is significant. The calculation of the coefficient of determination resulted rxy
2 = (0,755)2 = 0,5700. This indicates that 57% variance of academic achievement determined by the independence learning.
Key words: independence learning, academic achievement, survey, regression,
correlation
viii
KATA PENGANTAR
Bismilahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. berkat
rahmat-Nya yang telah memberikan kemudahan dan ketabahan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk mengikuti sidang
munaqasah dan wisuda. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan
kita bersama Nabi Muhammad SAW. sebagai panutan dan pimpinan Umat
manusia beserta keluarganya, para sahabatnya dan penggikutnya yang setia
meneruskan perjuangan Islam hingga akhir zaman.
Alhamdulillah atas pertolongan rahmat-Nya penyusun dapat menyusun
skripsi ini sampai selesai. Tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai
dengan selesai. Semoga kebaikan semuanya menjadi amal ibadah dan mendapat
pahala yang berlipat ganda dari Alloh SWT. Amin.
Dalam penulisan Skripsi ini penulis menyadari banyak kendala-kendala
dan kesulitan yang didapat, namun berkat adanya dorongan, bantuan, nasehat dan
bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian skripsi ini, diantaranya:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika, dan
Bapak Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan yang telah memberikan
bimbingan dan arahan.
3. Bapak Drs. Rachmat Mulyono, M.Si., Pembimbing I dan Bapak Otong
Suhyanto, M.Si., Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
fikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan nasehat kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
ix
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Matematika untuk semua ilmu yang
telah diberikan. Pimpinan dan staf akademik yang membantu proses
administrasi.
5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, dan Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas buku-
bukunya yang telah menjadikan skripsi ini penuh makna.
6. Ibu Hj. Eti Munyati, S.Ag., Kepala Sekolah MTs Negeri Parung yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian
disekolah yang Ibu pimpin.
7. Orang Tuaku Bapak Suhadi dan Ibu Elis, suami tercinta (Roni Faslah, S.Pd.,
MM), putra dan putriku (Azka dan Gifar) yang terkasih, kakakku dan adik-
adikku serta keponakanku yang tak pernah lelah memberikan Doa dan
dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan
kuliah.
8. Sahabat-sahabatku Keluarga Besar Pendidikan Matematika angkatan 2003,
kelas A dan B, terutama sahabat-sahabat terbaikku yang selalu memberikan
saran dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Serta pihak-pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Tiada dapat penulis membalas jasa baik mereka selain untaian doa,
semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan mereka dengan pahala dan
kebaikan yang berlipat ganda serta keberkahan hidup di Dunia maupun di Akhirat,
Amin.
Jakarta, Juni 2010
x
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH ............... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................. ii SURAT PERNYATAAN PENULIS ......................................................... iii ABSTRAK ................................................................................................. iv ABSTRACT ................................................................................................. v KATA PENGANTAR ............................................................................... vi DAFTAR ISI ............................................................................................. viii DAFTAR TABEL ...................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................ 8 C. Pembatasan Masalah ........................................................... 9 D. Perumusan Masalah ............................................................. 9 E. Tujuan Penelitian ................................................................ 10 F. Manfaat Penelitian ............................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar .................................................................. 11 2. Kemandirian Belajar ..................................................... 23
B. Kerangka Berfikir ................................................................ 37 C. Hipotesis Penelitian.............................................................. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 40 B. Metode Penelitian ............................................................... 40 C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ........................ 41 D. Teknik Pengumpulan Data
1. Hasil Belajar a. Definisi Konseptual ................................................ 41 b. Definisi Operasional ............................................... 42 c. Kisi-kisi Instrumen .................................................. 42
xi
d. Validasi Instrumen .................................................. 44 2. Kemandirian Belajar
a. Definisi Konseptual ................................................ 46 b. Definisi Operasional ............................................... 46 c. Kisi-kisi Instrumen .................................................. 47 d. Validasi Instrumen .................................................. 48
E. Teknik Analisis Data 1. Mencari Persamaan Regresi ......................................... 50 2. Uji Persyaratan Analisis Uji Normalitas .............................................................. 51 3. Uji Hipotesis
a. Uji Keberartian (Signifikansi) Regresi ................... 51 b. Uji Linieritas Regresi ............................................... 52 c. Uji Koefisien Korelasi ............................................ 53 d. Uji Keberartian (Signifikansi) Koefisien Korelasi . 53 e. Uji Koefisien Determinasi ...................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data
1. Hasil Belajar Matematika ............................................ 55 2. Kemandirian Belajar .................................................... 56
B. Pengujian Persyaratan Analisis ......................................... 58 C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
1. Uji Persamaan Regresi ................................................. 59 2. Uji Signifikansi Persamaan Regresi ............................ 61 3. Uji Liniearitas Regresi ................................................. 62 4. Uji Koefisien Korelasi ................................................. 62 5. Uji Keberartian (Signifikansi) Koefisien Korelasi (Uji -t) .......................................................................... 64 6. Uji Koefisien Determinasi ........................................... 64
D. Interpretasi Hasil Penelitian .............................................. 64 E. Keterbatasan Penelitian ..................................................... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................ 66 B. Saran ................................................................................. 66 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 68
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III.1. Instrumen Hasil Belajar Matematika .................................. 42 Tabel III.2. Instrumen Kemandirian Belajar ......................................... 47 Tabel III.3. Skala Penilaian untuk Kemandirian belajar ....................... 48 Tabel III.4. Daftar Analisi Varians Untuk Uji Kelinearan dan Keberartian Regresi ............................................................ 53 Tabel IV.1. Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika (Variabel Y)......................................................................... 55 Tabel IV.2. Tabel Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar (Variabel X) ........................................................................................ 57 Tabel IV.3. Hasil Uji Normalitas ........................................................... 59 Tabel IV.4. Tabel Anava Untuk Pengujian Signifikansi dan Liniearitas Persamaan Regresi ............................................................. 61 Tabel IV.5. Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana Variabel Antara X dengan Y ............................................. 63 Tabel IV.6 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Keofisien Kore lasi ...................................................................................... 63
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar II.1. Bagan Kerangka Berfikir .................................................. 37 Gambar IV.1. Grafik Histogram Hasil Belajar Matematika .................... 56 Gambar IV.2. Grafik Histogram Kemandirian Belajar ........................... 58 Gambar IV.3. Grafik Persamaan Regresi ................................................ 60
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Instrumen Uji Coba Variabel X ..................................... 71 Lampiran 2 Data Hasil Uji Coba Variabel X .................................... 75 Lampiran 3 Data Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel X ......... 77 Lampiran 4 Langkah-Langkah Perhitungan Uji Validitas ................ 79 Lampiran 5 Data Hasil Uji Coba Validitas Variabel X Setelah di- hilangkan Yang Drop .................................................... 80 Lampiran 6 Data Hasil Perhitungan Kembali Uji Validitas Variabel X .................................................................................... 82 Lampiran 7 Analisis Reliabilitas Variabel X .................................... 83 Lampiran 8 Instrumen Final Variabel X ........................................... 84 Lampiran 9 Instrumen Uji Coba Variabel Y .................................... 87 Lampiran 10 Kunci Jawaban Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika 92 Lampiran 11 Data Hasil Uji Coba dan Analisis Validitas Variabel Y 93 Lampiran 12 Tabel Bantu Uji Validitas Instrumen Variabel Y .......... 95 Lampiran 13 Perhitungan Standar Deviasi ........................................ 97 Lampiran 14 Perhitungan Validitas Butir Variabel Y ........................ 98 Lampiran 15 Langkah-Langkah Perhitungan Uji Validitas Variabel Y .................................................................................... 99 Lampiran 16 Perhitungan Ulang Uji Validitas Instrumen Variabel Y .................................................................................... 100 Lampiran 17 Tabel Bantu Perhitungan Ulang Uji Validitas Instrumen Variabel Y ..................................................................... 102 Lampiran 18 Perhitungan Ulang Validitas Butir Variabel Y .............. 104 Lampiran 19 Uji Reliabilitas Variabel Y ............................................ 105 Lampiran 20 Instrumen Final Variabel Y ........................................... 106 Lampiran 21 Data Penelitian Variabel X ............................................ 110 Lampiran 22 Data Penelitian Variabel Y............................................. 116 Lampiran 23 Data Penelitian Variabel Y (Konversi) ......................... 120 Lampiran 24 Data Mentah Berpasangan Variabel X dan Y ............... 123 Lampiran 25 Perhitungan Rata-Rata, Varians dan Simpangan Baku . 126 Lampiran 26 Tabel Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan Baku Variabel X dan Y ................................................. 127 Lampiran 27 Proses Perhitungan Menggambar Grafik Histogram Variabel Y ..................................................................... 130 Lampiran 28 Grafik Histogram Variabel Y ........................................ 131 Lampiran 29 Proses Perhitungan Menggambar Grafik Histogram Variabel X ..................................................................... 132 Lampiran 30 Grafik Histogram Variabel X ........................................ 133 Lampiran 31 Data Berpasangan Variabel X dan Y Sebagai Dasar Analisis Persamaan Regresi .......................................... 134 Lampiran 32 Perhitungan Uji Linearitas Dengan Persamaan Regresi
xv
Liniear ........................................................................... 137 Lampiran 33 Perhitungan Persamaan Regresi Linear Sederhana ...... 138 Lampiran 34 Tabel Perhitungan Rata-rata, Varians dan Simpangan Baku Ŷ = 13,05 + 0,402X ............................................. 139 Lampiran 35 Perhitungan Rata-rata, Varians dan Simpangan Baku Ŷ = 13,05 + 0,402X........................................................ 142 Lampiran 36 Tabel Untuk Menghitung Ŷ=13,05 + 0,402X ................ 143 Lampiran 37 Grafik Persamaan Regresi ............................................. 146 Lampiran 38 Perhitungan Normalitas Variabel X .............................. 147 Lampiran 39 Langkah Perhitungan Normalitas Variabel X ............... 150 Lampiran 40 Perhitungan Normalitas Variabel Y .............................. 151 Lampiran 41 Langkah Perhitungan Normalitas Variabel X ............... 154 Lampiran 42 Perhitungan JK (G) ........................................................ 155 Lampiran 43 Perhitungan Uji Keberartian Regresi ............................ 157 Lampiran 44 Perhitungan Uji Keliniearan Regresi ............................ 159 Lampiran 45 Tabel Anava Untuk Uji Keberartian dan Uji Keliniear- an Regresi ...................................................................... 160 Lampiran 46 Perhitungan Koefisien Korelasi Product Moment ......... 161 Lampiran 47 Perhitungan Uji Signifikansi ......................................... 162 Lampiran 48 Perhitungan Uji Koefisien Determinasi ........................ 163 Lampiran 49 Tabel Normal Standar .................................................. 164 Lampiran 50 Tabel Distribusi F .......................................................... 165 Lampiran 51 Tabel Distribusi t ........................................................... 167 Lampiran 52 Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors ................................ 169 Lampiran 53 Nilai r Product Moment ................................................. 170 Lampiran 54 Surat Permohonan Izin Penelitian ................................. 171 Lampiran 55 Surat Izin Penelitian ...................................................... 172 Lampiran 56 Daftar Riwayat Hidup ................................................... 173
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu elemen penting dalam kemajuan suatu
bangsa. Bangsa yang ingin maju haruslah memajukan pendidikannya terlebih
dahulu. Karena melalui pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu,
pengetahuan dan keterampilan guna meningkatkan kemampuan berfikir, berusaha,
dan penguasaan teknologi. Sehingga diharapkan ia dapat memenuhi segala
kebutuhan dengan segala keterampilan yang dimilikinya.
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan.
Rendahnya kualitas pendidikan Indonesia ditunjukkan oleh data Balitbang (2003)
bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP).
Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP)
dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan
dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).1
Secara khusus, penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia,
menurut Kasim diantaranya adalah: 1) rendahnya sarana fisik, 2) rendahnya
kualitas guru, 3) rendahnya kesejahteraan guru, dan 4) rendahnya prestasi belajar
siswa.2
1 Meilani Kasim, Masalah Pendidikan Di Indonesia (http://meilanikasim.wordpress.com/
2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/ (Diakses tanggal: 2 Mei) 2 2010Meilani Kasim, Masalah Pendidikan Di Indonesia ... (Diakses tanggal: 2 Mei
2010)
2
Rendahnya prestasi siswa merupakan akumulasi dari rendahnya sarana
fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru, sehingga pencapaian prestasi siswa
pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai contoh pencapaian prestasi fisika dan
matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah.
Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004),
siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi
matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam
hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai
negara tetangga yang terdekat. Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank
Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the Evaluation of
Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan
membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes
membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand),
52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia). Selain itu, hasil studi The Third
International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999)
memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2
Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika3.
Pendidikan merupakan suatu hal yang urgent dalam kehidupan manusia
dewasa ini. Terlebih pada masa kini pendidikan merupakan sebuah kebutuhan
utama bagi manusia. Dunia pendidikan dituntut untuk lebih memberikan
kontribusi yang nyata dalam upaya meningkatkan kemajuan bangsa. Untuk
mewujudkannya perlu adanya suatu kerja sama antara pihak sekolah, orang tua,
dan siswa itu sendiri.
Pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum memahami makna
pendidikan, dalam hal ini arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan
manifestasinya yang mutlak diperlakukan oleh siswa agar proses belajar dapat
3 2010Meilani Kasim, Masalah Pendidikan Di Indonesia ... (Diakses tanggal: 2 Mei
2010)
3
berjalan sebagaimana mestinya. Persepsi yang salah ini perlu diluruskan agar
siswa dapat memaknai hakekat belajar yang sesungguhnya. Dalam hal ini guru
memiliki peran yang sentral untuk mengubah kekeliruan persepsi dalam proses
belajar tersebut.
Tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar dinyatakan dengan hasil
belajarnya. Hasil belajar dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk skor, setelah melakukan proses belajar. Hasil belajar
yang dicapai siswa memberikan gambaran tentang posisi tingkat dirinya
dibandingkan siswa lain. Untuk mengetahui seseorang telah mengalami proses
belajar dan telah mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan dalam
pengetahuan, ketrampilan ataupun sikap maka dapat dilihat dari hasil belajarnya.
Banyak hal yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas belajar siswa yang
pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajarnya. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi siswa dalam belajar adalah faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa
diantaranya, lingkungan sekolah, misalnya interaksi guru dan murid. Guru yang
kurang berinteraksi secara dekat dengan murid menyebabkan proses belajar
mengajar kurang lancar karena siswa merasa malu untuk bertanya pada guru.
Siswa tidak dapat mengeksplorasi lebih banyak materi yang sedang dibahas
sehingga akan berdampak pada tingkat pengetahuannya.
Faktor eksternal lain yang mempengaruhi hasil belajar adalah status sosial
keluarga. Secara ideal orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap
pendidikan seorang anak. Pada kenyataannya pendidikan di Indonesia cukup
mahal sehingga hanya orang tua yang berada pada posisi menengah ke atas yang
dapat memberikan pendidikan yang layak kepada anaknya. Padahal di Indonesia
kebanyakan anak usia sekolah yang seharusnya berada di sekolah untuk belajar
4
tetapi berada di jalanan untuk mencari uang. Hal ini disebabkan orang tua mereka
tidak mampu membiayai pendidikan mereka.
Faktor lain yang berasal dari luar diri siswa yang berpengaruh pada hasil
belajar ialah peralatan belajar sebagai sarana belajar. Kelengkapan peralatan
belajar di dalam proses belajar akan memberikan kontribusi kepada siswa dalam
mencapai hasil belajar. Kurang lengkapnya peralatan belajar akan mempengaruhi
proses belajar mengajar. Siswa yang dirumahnya memiliki peralatan belajar yang
lengkap akan belajar dengan semangat karena semua kebutuhan belajar sudah
terpenuhi.
Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa antara lain
adalah motivasi, sikap, minat dan perhatian, dan kemandirian belajar siswa.
Motivasi merupakan salah satu aspek penting dan sangat menentukan berhasil
tidaknya studi seseorang. Motivasi adalah suatu dorongan seseorang untuk
melakukan sesuatu, baik itu yang datang dari dalam diri maupun dari luar diri.
Motivasi membuat seseorang melakukan sebaik mungkin semua pekerjaan yang
dilakukan, jika seorang siswa belajar dengan motivasi yang baik maka hasil
belajarnya pun akan baik sebaliknya apabila motivasi kurang maka hasil belajar
pun kurang memuaskan. Motivasi ini dapat diberikan oleh orang tua sebagai
pendidik di rumah, guru sebagai pendidik yang berada di sekolah, dan teman yang
ada di lingkungan sekitarnya dimana biasanya ia berinteraksi.
Sikap belajar siswa juga menjadi salah satu faktor internal yang dianggap
dapat mempengaruhi hasil belajar. Hal ini berhubungan dengan keteladanan
seorang guru, karena akan mempengaruhi bagaimana siswa itu akan bersikap.
Perhatian pada aspek afektif dalam jiwa pendidik sering kurang diperhatikan
sehingga akan berdampak pada sikap siswa yang bersangkutan dalam kegiatan
belajar mengajar. Sikap belajar siswa yang kurang baik akan membuat psikologis
siswa yang bersangkutan merasa tidak nyaman dalam kegiatan belajar mengajar
5
akibatnya konsentrasi siswa terhadap materi pembelajaran tidak akan optimal.
Maka guru pun harus dapat memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan
berdampak dan berpengaruh kuat pada proses dan hasil belajar.
Minat dan perhatian juga menjadi salah satu faktor internal yang dianggap
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Minat dan perhatian dalam belajar
mempunyai hubungan erat sekali. Kalau seorang siswa mempunyai minat dalam
mata pelajaran tertentu maka ia akan memperhatikannya. Namun sebaliknya bila
siswa memiliki minat yang rendah terhadap suatu mata pelajaran biasanya ia
malas untuk mempelajarinya. Demikian juga dengan siswa yang tidak memiliki
perhatian yang serius pada mata pelajaran yang sedang diajarkan, maka siswa
tersebut akan sulit menyerap materi pelajaran tersebut. Hal ini tentu
mempengaruhi hasil belajarnya.
Kemandirian siswa dalam belajar salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Kemandirian merupakan
salah satu segi dari sifat seseorang. Pembentukan kemandirian dibentuk secara
bertahap dari diri sendiri, orang tua dan guru. Pola pendidikan orang tua sangat
berperan dalam pembinaan kemandirian pada anak. Orang tua hendaknya tidak
bersikap otoriter dalam mendidik anak. Anak diberikan kebebasan yang
bertanggung jawab dalam bertindak agar kemandirian terbentuk dalam diri anak.
Guru di sekolah berperan dalam pembentukan kemandirian dengan menciptakan
situasi demokratis. Demokratis maksudnya adalah suasana pelajaran yang
memberikan keleluasan bagi siswa dalam mengeluarkan pendapat, berpikir secara
mandiri, dan guru tidak memaksakan secara mutlak.
Hendaklah anak belajar atas dasar keinginan sendiri bukan paksaan dari
orang lain. Dalam hal ini orang tua, guru, bahkan lingkungan sekitar. Orang tua
yang bersikap otoriter terhadap pendidikan anak akan membuat anak tidak
sungguh-sungguh dalam belajar. Seperti yang dikatakan Ruswan (2004) “apabila
6
seorang pelajar mengalami tekanan dalam hidupnya kecerdasan mereka sedikit
demi sedikit menjadi berkurang”4. Pendapat lain juga diungkapkan oleh Condro
(2003) “Seorang anak yang dibesarkan dengan tekanan akan tumbuh menjadi
murung dan tertutup (Introvert)” 5.
Kemandirian siswa dalam belajar merupakan suatu hal yang sangat
penting dan perlu ditumbuhkembangkan pada siswa sebagai individu yang
diposisikan sebagai peserta didik. Dengan ditumbuhkembangkannya kemandirian
pada siswa, membuat siswa dapat mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Siswa yang memiliki kemandirian belajar yang
tinggi akan berusaha menyelesaikan latihan atau tugas yang diberikan oleh guru
dengan kemampuan yang dimilikinya, sebaliknya siswa yang memiliki
kemandirian belajar yang rendah akan tergantung pada orang lain.
“Mendorong anak untuk belajar harus dimulai sejak dini. Bukan dengan
cara menyuruh tetapi lebih efektif dan produktif dengan contoh atau respon
positif yang tepat guna atas perilaku anak. Hal ini akan membentuk internalisasi
budaya belajar”6. Namun terbentuknya internasilasi budaya belajar tersebut
diperlukan kemampuan responsif setiap rangsangan belajar pada diri anak.
Apabila perilaku belajar mandiri yang pernah dilakukan oleh lingkungan
(termasuk orang tua dan guru) tidak dapat dikembangkan oleh anak, maka anak
tidak dapat mengembangkan dorongan belajar secara mandiri dan pada akhirnya
tidak akan menghasilkan output belajar seperti yang diharapkan. Sebab, semua
aktivitas anak dilakukan karena disuruh atau diperintah orang lain. Anak hanya
akan belajar jika disuruh dan diawasi.
4 Ahmad Muchlis Amrin, Cara Belajar Cerdas Dan Efektif, Bukan Keras Dan
Melelahkan, (Jogjakarta: Garailmu, 2009). h. 88. 5 Ahmad Muchlis Amrin, Cara Belajar…, h.88 6 George Prasetya Tembang, Smart Parenting, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2006). h.93
7
“Semua orang tua mengharapkan anaknya bisa belajar secara mandiri,
artinya tidak usah disuruh anak akan belajar sendiri secara bertanggung jawab”7.
Pada kenyataannya, seperti fenomena yang terjadi pada siswa MTsN Parung-
Bogor kecenderungan memiliki tingkat kemandirian belajar yang rendah. Hal ini
diketahui berdasarkan survei awal terhadap beberapa kelas yang menunjukkan
bahwa tingkat kemandirian siswa dalam belajar pada saat ini masih tergolong
rendah. Hal ini terlihat pada masih tingginya fenomena mencontek tugas dan
ulangan, belajar sistem kebut semalam, rendahnya minat baca, rendahnya usaha
menambah wawasan dari berbagai sumber, rendahya penggunaan sumber
perpustakaan dan masih tingginya ketergantungan belajar pada kehadiran guru di
kelas serta ketidaksiapan menghadapi ulangan.
Salah satu mata pelajaran yang penting dikembangkan adalah matematika.
Dalam setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan
tinggi matematika dipelajari karena dianggap mata pelajaran penting yang
diharapkan sekolah agar peserta didik memiliki kemampuan dan cara-cara berfikir
secara matematis. “Matematika dipandang sebagi ilmu pengetahuan dengan pola
berpikir yang sistematis, kritis, logis, cermat, dan konsisten, serta menuntut daya
kreatif dan inovatif”8.
Matematika memiliki peranan besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi karena memiliki keunggulan dan kemampuannya dalam
memecahkan berbagai masalah yang terdapat dalam bidang ilmu lain. “Tetapi
disisi lain fakta menunjukkan bahwa pembelajaran matematika senantiasa menjadi
masalah pada setiap jenjang pendidikan”9. Sebagai contoh, pada pembelajaran
matematika di kelas VIII MTsN Parung-Bogor, siswa kurang menunjukkan
7 George Prasetya Tembang, Smart Parenting…, h.92 8 Koko Martono dan R. Eryanto, Firmansyah Noor, Matematika Dan Kecakapan Hidup,
(Bandung: Ganesa Exsaet, 2007), h. vii 9 Koko Martono dan R. Eryanto, Noor, Matematika…, h. viii
8
adanya kesungguhan dan kegembiraan belajar sehingga penyerapan materi ajar
kurang efisien dan efektif.
Pada era teknologi informasi ini guru bukan lagi merupakan satu-satunya
sumber informasi bagi siswa. Guru dan siswa juga diharapkan dapat mengelola
informasi secara bersama-sama dengan tingkat kemandirian yang tinggi. Proses
belajar yang baik akan menanam informasi dalam benak siswa. Seorang pakar
fisika Jerman, George Christoph Litschenberg (1742-1799) menganjurkan untuk
belajar dengan menemukannya sendiri atau dengan cara merekonstruksi suatu
penemuan. Pentingnya kemandirian belajar dinyatakan oleh Litschenberg dalam
ungkapan “when you have been obliged to discover by yourself, leaves a path in
your mind wich you can use again when need arises” 10. Jika siswa belajar dengan
menemukan sendiri, maka akan tertinggal suatu lorong di benak siswa yang dapat
dimasuki lagi bilama diperlukan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian tentang hubungan antara
kemandirian belajar dengan hasil belajar Matematika siswa MTsN Parung-Bogor
menjadi penting untuk dilaksanakan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dapat dikemukakan
identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya interaksi guru dengan siswa.
2. Kurangnya motivasi belajar pada siswa.
3. Penerapan sikap belajar yang positif dalam belajar yang masih kurang.
4. Rendahnya minat belajar siswa.
5. Rendahnya tingkat kemandirian siswa dalam belajar matematika
10 Koko Martono dan R. Eryanto, Noor, Matematika…, h. ix
9
C. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan permasalahan dalam proposal ini serta kompleksnya
permasalahan di atas berkaitan dengan upaya peningkatan hasil belajar siswa dan
kaitannya dengan upaya pembinaan kemandirian siswa dalam belajar, maka
masalah yang akan dibahas dibatasi. Batasan-batasan tersebut adalah:
1. Kemandirian siswa
Kemandirian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemandirian siswa
dalam belajar. Sedangkan kemandirian belajar yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kemandirian siswa dalam belajar baik belajar di sekolah,
di rumah, individual atau kelompok.
2. Hasil belajar
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar
matematika yang diperoleh siswa setelah mengikuti sejumlah materi atau
pokok bahasan yang dipersyaratkan dalam satuan kurikulum pendidikan
MTsN di Parung-Bogor pada semester genap kemudian dilakukan tes.
3. Siswa
Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa MTsN Parung-Bogor
yang menjadi objek penelitian yaitu siswa kelas VIII. Dipilihnya kelas VIII
diharapkan akan dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya
meningkatkan dan mengembangkan kemandirian belajar siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat Hubungan Antara
Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika?
10
11
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah–masalah yang telah dirumuskan, peneliti merasa perlu
mengadakan penelitian ini guna mendapatkan data yang empiris dan fakta yang
sahih, benar, dan tepat (valid) serta dapat dipercaya (reliable) untuk mengetahui
hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika siswa
MTsN Parung-Bogor.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan dalam menambah pengetahuan,
wawasan, dan kemampuan berfikir khususnya mengenai kemandirian siswa
dalam belajar.
2. Bagi MTsN Parung-Bogor, untuk mendapatkan pemecahan masalah yang
dialami MTsN Parung-Bogor yang berhubungan dengan kemandirian siswa
dalam belajar dengan hasil belajar siswa.
3. Bagi Jurusan Matematika Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri, sebagai
tambahan referensi bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian atau
penulisan ilmiah yang berkaitan dengan hasil belajar.
4. Bagi perpustakaan, sebagai referensi kelengkapan perpustakaan mengenai
penelitian pendidikan khususnya yang berkaitan dengan hasil belajar.
12
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I,
Pasal 1, ayat 4, disebutkan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Hasil dari pengembangan
potensi tersebut dapat tercermin dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran.
Hasil belajar adalah sasaran yang diharapkan oleh semua pihak.
Setidaknya, semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan menghasilkan lulusan yang
dapat membaca dan menulis (literacy), berhitung (numeracy), dan kecakapan
hidup (life skills). Selain itu, peserta didik harus memiliki kecerdasan emosional
dan sosial (emotional dan social intelligences), nilai-nilai lain yang diperlukan
masyarakat. Terkait dengan berbagai macam kecerdasan, yang merupakan
sumbangan penting untuk perkembangan anak adalah membantunya untuk
menemukan bidang yang paling cocok dengan bakatnya.
Hasil belajar yang akan dicapai sesungguhnya yang sesuai dengan
potensinya, sesuai dengan bakat dan kemampuannya, serta sesuai dengan tipe
kecerdasannya, di samping juga nilai-nilai kehidupan (values) yang diperlukan
untuk memeliharan dan menstransformasikan budaya dan kepribadian bangsa.
Semua itu pada dasarnya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional “….
11
13
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab” (Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
Belajar merupakan sebuah proses yang berakhir pada output dan outcome.
Output merujuk pada hasil yang diperoleh selama siswa mengikuti aktivitas
belajar, sedangkan outcome merujuk pada perubahan perilaku dari hasil belajar.
Hasil belajar merupakan ketercapaian atas indikator-indikator yang direncanakan
pada saat pendidik menyusun rencana pembelajaran, biasa berupa kemampuan,
keterampilan dan sikap yang akan dikuasai siswa. Kemampuan yang telah
dikuasai siswa atas pelajaran tertentu ditandai dengan adanya perubahan perilaku
sesuai dengan indikator yang ingin dicapai, karena tanpa adanya perubahan maka
dianggap tidak ada belajar. Menurut Sujana, hasil belajar adalah “kemampuan-
kemampuan yang telah dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar” 11.
Dipertegas oleh Oemar Hamalik yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah
“bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi
mengerti”12.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini
dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh
perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Di sisi lain, hasil belajar adalah tingkat kemampuan siswa setelah mengikuti
pelajaran selama kurun waktu tertentu. Hasil belajar merupakan hasil akhir tentang
11 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 22
12 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2006), hlm. 30
14
tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran
dikatan berhasil jika tingkat pengetahuan mahasiswa bertambah dari sebelumnya.
Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan
kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Sedangkan
Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b)
keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan
motoris. Sedangkan dalam sistem pendidikan nasional, secara umum rumusan
tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis
besar membaginya menjagi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotorik13.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
Uraian ranah-ranah tersebut kemudian dideskripsikan oleh Bloom sebagai
berikut:
a. Pengetahuan, merupakan kemampuan untuk mengetahui apa yang sedang
dipelajari dan juga kemampuan untuk mengingat kembali terhadap hal-hal
yang pernah dipelajari dan disimpan dalam memori berupa fakta, kaidah,
prinsip dan metode. Pada waktu menyelesaikan masalah, si pembelajar
menggali ingatan dari memorinya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapinya. Orang yang memiliki daya ingatan kuat,
dengan cepat dapat mengingat kembali apa yang diketahui dan dialaminya.
Tetapi orang yang daya ingatannya lemah, akan mudah lupa apa yang
diketahui dan dialaminya, karena apa yang tersimpan dalam memori
tertimbun oleh fakta, kaidah, prinsip dan metode.
13 Nana Sudjana, Penilaian Hasil …, h. 22
15
b. Pemahaman, merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari
bahan atau materi yang dipelajari. Kemampuan ini dapat dinyatakan dengan
menguraikan isi pokok dari materi yang dipelajari, mengubah data yang
disajikan dalam bentuk lain, atau membuat perkiraan tentang kecenderungan
dari suatu peristiwa atau keadaan berdasarkan trend data yang terjadi.
c. Penerapan, merupakan kemampuan menerapkan suatu kaidah atau metode
untuk memecahkan suatu permasalahan atau persoalan baru. Kemampuan ini
dapat dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus dalam memecahkan persoalan
yang belum pernah dihadapi atau aplikasi metode dalam memecahkan
permasalahan baru.
d. Analisis, merupakan kemampuan untuk merinci suatu kesatuan dalam bagian-
bagian yang lebih kecil sehingga seluruh struktur berserta bagian-bagiannya
dapat dipahami dengan baik. Kemampuan ini dinyatakan dalam
penganalisisan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar dari
suatu struktur dan mencari dari keterkaitan antara komponen-komponen dasar
sehingga membentuk struktur tersebut.
e. Sintesis, merupakan kemampuan untuk mensintesiskan bahan-bahan atau
materi yang dipelajari serta membentuk suatu kesatuan atau struktur dan pola
baru dari bahan-bahan atau materi yang dipelajari. Dalam hal ini dituntut
kriteria untuk menemukan pola dan struktur baru sehingga kemampuan ini
setingkat lebih tinggi dari kemampuan analisis.
f. Evaluasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai sesuatu atau beberapa hal sebagai pengembangan dari bahan-bahan
atau materi yang dipelajari. Dalam menguraikan pendapat tersebut, sebagai
pertanggungjawabannya perlu disertai dengan argumentasi-argumentasi yang
mengacu atau berdasarkan kepada kriteria tertentu yang telah dipelajari atau
merupakan pengembangan dari bahan-bahan atau meteri yang telah dipelajari
16
Ranah kognitif dari Bloom ini sangat komprehensif dan menyajikan unsur-
unsur secara detail terhadap aspek-aspek pemahaman. Menurut Bloom, untuk
dapat mempelajari suatu materi atau pelajaran baru dengan baik diperlukan dua
hal yaitu perilaku kognitif awal dan karakteristik afektif awal. Perilaku kognitif
awal merupakan jenis pengetahuan, keterampilan dan kompetensi; sedangkan
karakteristik afektif awal merupakan motivasi dari diri si pembelajar. Perilaku
kognitif awal tersebut bersifat kumulatif, artinya suatu materi atau pelajaran yang
baru hanya dapat dipelajari dengan baik jika si pembelajar sudah memiliki atau
memahami materi sebelumnya.
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha. Dalam hal ini
usaha dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang didapat pada nilai setiap tes.
Keberhasilan proses belajar dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa dalam
belajar, seperti pengalaman, cara berpikir dan perubahan tingkah laku.
Keberhasilan proses belajar juga ditentukan dengan tercapai atau tidaknya tujuan
pembelajaran. Jika tujuan pembelajaran tercapai atau terpenuhi, proses belajar
tersebut dapat dikatakan berhasil. Hal ini sejalan dengan pendapat Dimyati dan
Mudjiono ”bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan
tindak mengajar”14.
Di dalam kegiatan belajar mengajar tentu akan dihasilkan suatu produk
yang disebut prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan gambaran tentang
seberapa jauh penguasaan siswa terhadap pelajaran. Pernyataan ini didukung oleh
Yohana yang berpendapat bahwa prestasi belajar adalah ”gambaran penguasaan
siswa atas materi pelajaran dan atau perilaku yang relatif menetap sebagai akibat
dari proses belajar yang dialaminya dalam jangka waktu tertentu”15.
14 Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit PT Rineka Cipta.
Jakarta, hlm. 3 15 Corry Yohana, “Pengaruh Antara SQ, EQ dan IQ Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa
Fakultas Ekonomi UNJ”, Jurnal Econosains Volume VI, Nomor 1, Maret 2008, h. 12.
17
Hasil belajar atau prestasi belajar yang diraih siswa merupakan hasil-hasil
yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Proses
tersebut dimulai dari tahap perencanaan yang ditandai dengan penetapan indikator
keberhasilan yang akan diraih peserta didik setelah mengikuti tahapan berikutnya
yaitu proses pembelajaran yang kemudian diakhiri dengan tahap penilaian. Pada
tahap penilaian inilah akan diketahui tingkat ketercapaian dari indikator-indikator
yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan.
Wiryawan dalam Hajat mengemukakan bahwa:
Prestasi belajar yang diperoleh siswa sebagai akibat dari proses belajar yang dilaksanakan siswa selama ini. Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi yang dihasilkan oleh anak didik terhadap pertanyaan atau persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru, tergantung dari pengetahuan atau pemahaman.16
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Winkle menyatakan prestasi
belajar adalah “bukti usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses
belajar”17. Juga oleh Azwar dalam Legowo yang menyatakan bahwa prestasi
belajar adalah “keberhasilan seseorang dalam belajar. Untuk mengetahui prestasi
belajar seorang siswa dilakukan suatu penilaian. Penilaian tersebut dapat
dilaksanakan baik melalui teknik tes maupun teknis non-tes”18.
Sedangkan Harimurti dalam Legowo menyatakan bahwa prestasi belajar
merupakan “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
16 Nurahma Hajat & I Ketut R, Sudiarditha. “Hubungan Antara Motivasi dengan Prestasi
Belajar Mahasiswa Program D-III Jurusan Ekonomi dan Adminsitrasi FE UNJ”, Jurnal Econosains Volume VI, Nomor 1, Maret 2008, h. 37.
17 Tri Rahayu, “Pelayanan BK Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Semarang”, Jurnal Pendidikan Iswara Manggala Volume I No.1, Februari 2005, h. 8.
18 Sapto Legowo, “Pengaruh Penyesuaian Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Unggulan Di SD Sompok Semarang”, Jurnal Pendidikan Iswara Manggala Volume I No. 3, Juni 2005, h. 7-8.
18
suatu mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau mata pelajaran
yang ditunjukkan dengan angka nilai yang diberikan oleh guru”19.
Pendapat ini menekankan pada tingkat pencapaian prestasi siswa pada
ranah pengetahuan atau keterampilan dari suatu mata pelajaran. Indikator-
indikator pencapaian prestasi siswa kemudian dikembangkan melalaui proses
pembelajaran dan diakhiri dengan evaluasi hasil atau prestasi belajar melalui tes.
Proses penilaian ini akan menghasilkan skor atau angka yang dapat menunjukkan
tingkat keberhasilan siswa.
Menurut Thantawy dalam Rahayu menyatakan bahwa prestasi belajar
adalah “tanda atau simbol keberhasilan yang telah dicapai dari usaha belajar,
tanda atau simbol itu biasanya dinyatakan dengan nilai, angka, atau huruf. Tanda
itu melambangkan kemampuan aktual dalam bidang pengetahuan dan
keterampilan”20.
Secara spesifik Kadir mengemukakan bahwa prestasi belajar matematika
merupakan “salah satu ukuran tingkat keberhasilan siswa setelah menjalani proses
belajar. Keberhasilan ini biasanya diukur dalam jangka waktu tertentu, misalnya
beberapa kali pertemuan, satu caturwulan atau semester bahkan setelah lulus pada
tingkat akhir”21.
Setiap siswa perlu memiliki penguasaan matematika pada tingkat tertentu,
yang merupakan penguasaan kecakapan matematika untuk dapat memahami dunia
dan berhasil dalam kariernya. Kecakapan matematika yang ditumbuhkan pada
siswa merupakan sumbangan mata pelajaran matematika kepada pencapaian
kecakapan hidup yang ingin dicapai melalui kurikulum ini.
19 Sapto Legowo, “Pengaruh Penyesuaian Diri …, h. 7. 20 Tri Rahayu, “Pelayanan BK Dalam …, h. 8 21 Kadir, “Pengaruh Pendekatan Problem Posing Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Jenjang Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi dan Evaluasi ditinjau dari Metakognisi Siswa SMU di DKI Jakarta”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 053, Tahun Ke-11, Maret 2005, h.233
19
Kurikulum Matematika SMP 2003, dinyatakan bahwa Matematika
berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan
menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, dan trigonometri. Matematika
juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan
dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan
persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Tujuan pembelajaran
matematika adalah:
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikian, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin
tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan,
grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Standar Kompetensi Matematika merupakan seperangkat kompetensi
matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada hasil
belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam komponen
kompetensi dasar beserta hasil belajarnya, indikator, dan materi pokok, untuk
setiap aspeknya.
Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada aspek tersebut
didasarkan menurut disiplin ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau
kecakapan yang hendak ingin dicapai. Ruang lingkup materi pada standar
20
kompetensi mataematika ini adalah bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar
serta peluang dan statistik.
Kemampuan matematika yang dipilih dalam Standar Kompetensi ini
dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa agar dapat berkembang
secara optimal, serta memperhatikan pula perkembangan pendidikan matematika
di dunia sekarang ini. Untuk mencapai kompetensi tersebut dipilih materi-materi
matematika dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi,
serta sifat esensial materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan seharihari.
Semua aspek yang dijabarkan dalam Kompetensi Dasar dan Indinkator,
terangkum dalam Kemahiran Matematika yang disajikan pada setiap awal kelas.
Secara rinci matematika SMP dan MTs dikelompokkan kedalam 13
Standar Kompetensi yang tercakup pada 4 (empat) aspek matematika (Bilangan,
Geometri dan pengukuran, Peluang dan Statistika, Aljabar). Tiga belas standar
kompetensi tersebut diatur menurut urutan sebagai berikut:
1. Melakukan operasi hitung bilangan serta dapat menggunakannya dalam
pemecahan masalah
2. Memahami dan dapat melakukan operasi bentuk aljabar, persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel, himpunan serta dapat menggunakan
dalam pemecahan masalah
3. Mengidentifikasi garis, sudut, dan bangun datar serta dapat menentukan
besaran-besaran yang ada di dalamnya
4. Memahami dan melakukan operasi aljabar, fungsi, persamaan garis, dan
sistem persamaan, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
5. Menentukan panjang suatu garis dalam segitiga serta dapat menggunakannya
dalam pemecahan masalah
6. Mengidentifikasi lingkaran serta menentukan besaran-besaran yang terkait di
dalamnya
21
7. Mengidentifikasi bangun ruang sisi lengkung (BRSL) serta menentukan
besaran-besarannya
8. Memahami kesebangunan bangun datar
9. Mengidentifikasi bangun ruang sisi datar serta dapat menentukan besara-
besaran di dalamnya
10. Melakukan kegiatan statistika
11. Melakukan operasi pangkat tak sebenarnya dan logaritma
12. Menentukan pola, deret bilangan dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah
13. Memahami dan menggunakan persamaan kuadrat dalam pemecahan masalah
Hasil belajar seseorang baru dapat diketahui setelah dilakukan evaluasi
hasil belajar. Evaluasi akan menghasilkan skor atau angka yang dapat
menunjukkan tingkat keberhasilan atau prestasi.
Hamalik menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa.22
Beberapa pendapat yang sama menyebutkan bahwa evaluasi dapat
diartikan “sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang
telah ditetapkan, yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atau
objek yang dievaluasi”23. Anas Sudjiono dalam Djaali mengemukakan bahwa
22 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009),
h.159 23 Djaali, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Jakarta, 2000), h. 2
22
evaluasi pada dasarnya merupakan “penafsiran atau interpretasi yang bersumber
pada data kuantitatif, sedangkan penilaian merupakan hasil dari pengukuran”24.
Penilaian dapat dilakukan berdasarkan hasil pengukuran atau dapat pula
dipengaruhi oleh hasil pengukuran. Hasil penilaian dapat menentukan tingkat
keberhasilan seorang siswa. Sedangkan tingkat keberhasilan biasanya dinyatakan
dalam bentuk angka yang diperoleh dari hasil pengukuran.
Menurut Djaali, pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dalam arti memberi angka terhadap sesuatu yang disebut obyek pengukuran atau obyek ukur. Di sekolah, pengukuran dilakukan guru untuk menaksir prestasi siswa. Alat yang digunakan untuk mengukur prestasi siswa adalah pada umumnya adalah tes yang disebut tes hasil belajar25.
Evaluasi dapat dilakukan dengan mengadakan ujian lisan atau tulisan;
hasil pengujian belajar dapat diketahui setelah disesuaikan dengan hasilnya.
Bentuk penilaian dapat berupa angka atau huruf dan nilai berdasarkan hasil
penilaian dinamakan prestasi belajar26.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa
dibuktikan dengan ditunjukkan melalui angka dari hasil evaluasi yang dilakukan
guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya
setelah mengikuti tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran.
Djaali menyatakan bahwa tes dapat berfungsi sebagai ”alat untuk
mengukur prestasi belajar siswa. Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar
siswa tes dimaksudkan untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan
yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka
24 Djaali, Pengukuran Dalam ..., h. 2 25 Djaali, Pengukuran Dalam …, h. 8 26 Nurahma Hajat & I Ketut R. Sudiarditha, “Hubungan Antara Motivasi ..., h. 37
23
waktu tertentu”27. Sedangkan Sudijono menyatakan bahwa terdapat dua macam
fungsi tes yaitu:
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai28.
Dalam kaitannya mengukur hasil belajar siswa sebagai efek atau pengaruh
dari kegiatan pembelajaran, tes dibedakan menjadi beberapa golongan. Djaali
menggolongkan menjadi dua yaitu ”tes awal yang dikenal dengan istilah pre-test
dan tes akhir yang dikenal dengan post-test”29.
Tes awal atau yang dikenal dengan pre-test dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui kemampuan awal atau penguasaan dasar atas pengetahuan atau
materi pelajaran yang akan diberikan pendidik. Materinya meliputi pokok bahasan
penting yang akan diajarkan pada kegiatan pembelajaran.
Tes akhir atau yang dikenal dengan istilah post-test diberikan setelah siswa
mengikuti sejumlah materi pelajaran yang diberikan guru. Tes ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi-materi yang penting
telah diajarkan. Umumnya, materi tes disesuaikan dengan indikator yang akan
dicapai yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan pengajaran yaitu pada
penyusunan indikator keberhasilan.
Disamping tes awal dan tes akhir, dalam pembelajaran dikenal juga tes
formatif dan tes sumatif. Tes formatif digunakan untuk mengukur setiap satuan
bahasan tertentu dan bertujuan hanya untuk memperoleh gambaran tentang daya
27 Djaali, Pengukuran Dalam …, h. 11 28 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h.67 29 Djaali, Pengukuran Dalam…, h. 16
24
serap siswa terhadap satuan bahasan tertentu. Hasil tes ini dipergunakan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar tertentu dalam waktu tertentu pula, atau
sebagai umpan balik dalam memperbaiki proses belajar mengajar.
Tes sumatif diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap pokok-
pokok bahasan yang telah diajarkan siswa selama satu semester. Tujuannya adalah
untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu
periode belajar tertentu. Hasil tes ini digunakan untuk kenaikan kelas sebagai
ukuran kualitas sekolah. Jika hasil keseluruhan dari tes sumatif ini baik maka
dapat dikatakan bahwa sekolah tersebut mempunyai kualitas yang baik.
Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes sumatif terhadap mata
pelajaran Matematika pada siswa kelas VIII semester genap. Tes tersebut
diberikan setelah siswa mengikuti program pembelajaran matematika selama satu
semester dengan pokok bahasan atau materi sesuai dengan kurikulum yang
berlaku.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dalam proses
belajar yang hasilnya dinyatakan dengan skor yang diperoleh melalui tes.
2. Kemandirian Belajar
Kemandirian termasuk ke dalam lingkup sifat seseorang. Sifat merupakan
“struktur mental” seseorang yang menunjukkan adanya suatu konsistensi karena
kemandirian merupakan salah satu segi dari sifat seseorang, maka dalam
mempelajari konsep kemandirian harus dilihat sebagai bagian dari kepribadian
individu yang bersangkutan.
Menurut Jacob Utomo, “kemandirian adalah mempunyai kecenderungan
bebas berpendapat. Kemandirian merupakan suatu kecederungan menggunakan
25
kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah secara bebas,
progresif, dan penuh dengan inisiatif” 30. Pendapat ini dapat diartikan bahwa
seseorang yang mempunyai kemandirian akan bertanggung jawab dan tidak
tergantung kepada orang lain.
Pendapat lain menurut Steinberg (dalam Aspin, 2007) “remaja yang
memperoleh kemandirian adalah remaja yang dapat memiliki kemampuan untuk
mengatur diri sendiri secara bertangung jawab, meskipun tidak ada pengawasan
dari orang tua ataupun guru ”31.
Siswa dengan kemandirian yang tinggi, akan berusaha untuk bertanggung jawab terhadap kemajuan prestasinya, mengatur diri sendiri, memiliki inisiatif yang tinggi dan memiliki dorongan yang kuat untuk terus menerus mengukir prestasi. Mereka juga berusaha mendapatkan dan menggunakan segala fasilitas dan sumber belajar dengan sebaik-baiknya. Sikap mandiri siswa dalam mengerjakan tugas harus dipupuk sedini mungkin, karena dengan sikap mandiri dapat menunjukkan inisiatif, berusaha untuk mengejar prestasi, mempunyai rasa percaya diri.32
Hal ini berarti dalam kemandirian terdapat sifat tanggung jawab.
Tanggung jawab adalah sikap utama yang harus dimiliki oleh siswa dalam belajar.
“Siswa yang bertanggung jawab biasanya tahu akan hak dan kewajibannya
sebagai pelajar, memiliki kesadaran diri tinggi akan tugasnya sebagai pelajar,
berusaha dengan tekun dan keras dalam memperjuangkan prestasinya dan mereka
juga berani dalam mengambil tindakan atau keputusan”33.
Siswa akan menganggap belajar merupakan tugas pokok yang harus
dilakukan dengan sebaik mungkin dengan cara mengerjakan semua tugas yang
30 La Ode Basir, Kemandirian Belajar Atau Belajar Mandiri. www.smadwiwarna.net
(Diakses tanggal 2 Mei 2010) 31 Aspin, Hubungan Gaya Mengasuh Orang Tua Authoritarian Dengan Kemandirian
Emosian Remaja, (Tesis Publikasi Jurnal Damandiri, www.damandiri.or.id), h. 25 (Diakses tanggal 6 Juni 2009)
32 Dede Suryadi, Memupuk Kemandirian Siswa. http://bataviase.co.id/node/160617. Diakses Tangga 6 Juni 2009.
33 Dede Suryadi, Memupuk Kemandirian..
26
diberikan oleh guru atas dorongan dalam diri sendiri tanpa dorongan dari orang
lain untuk mengejar prestasi yang diinginkan. Siswa yang mandiri dengan
tanggung jawabnya akan belajar walaupun guru tidak hadir di kelas. Guru hanya
sebagai fasilitator, motivator, sehingga kalau guru tidak hadir waktunya akan
dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk memperdalam materi pelajaran yang
telah diajarkan. Siswa yang bertanggung jawab adalah siswa yang memiliki
kesadaran diri, memiliki ketekunan dalam mengerjakan tugas, dan berani
mengambil keputusan.
Kemandirian belajar siswa merupakan salah satu prinsip terpenting dalam
psikologi pendidikan hal ini dapat dilihat dari Slavin dalam bukunya Psikologi
Pendidikan yang menyatakan bahwa:
Salah satu prinsip terpenting dalam psikologi pendidikan ialah bahwa guru tidak dapat hanya memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar dengan cara-cara yang menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa, dengan memberi kesempatan kepada siswa menemukan atau menerapkan sendiri gagasan-gagasan, dan dengan mengajari siswa untuk mengetahui dan dengan sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga untuk menuju pemahan yang lebih tinggi, namun siswa sendiri harus memanjat tangga itu. 34
Pernyataan ini menunjukkan bahwa untuk berhasil mencapai prestasi
belajar yang tinggi, sangat tergantung dari usaha siswa itu sendiri, siswa harus
memiliki kemampuan belajar mandiri dengan cara membangun pengetahuan
dalam pikiran, memanfaatkan kesempatan untuk menemukan atau menerapkan
sendiri gagasan-gagasan dan menggunakan strategi belajar yang dimiliki. Dengan
kata lain, kesadaran untuk belajar secara mandiri menjadi hal penting dalam
pengembangan potensi akademik yang dimiliki siswa.
34 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktek Jilid 2 (Jakarta: PT Indeks,
2009), h. 6
27
Jika dikaitkan dengan teori pembelajaran konstruktivis (contructivist teori
of learning), maka prinsip-prinsip pembelajaran mandiri memiliki relevansi yang
tinggi. Slavin (mengutip dari beberapa literatur) menyatakan bahwa “Inti teori
konstruktivis ialah gagasan bahwa pelajar masing-masing harus menemukan dan
mengubah informasi yang rumit kalau mereka ingin menjadikannya milik
sendiri”35. Pandangan ini, menurut Salvin memiliki implikasi yang sangat besar
bagi pengajaran, karena hal itu menyarankan peran yang jauh lebih aktif bagi
siswa dalam pembelajaran mereka sendiri daripada biasanya ditemukan dalam
ruang kelas.
Beberapa pendapat lain yang menunjukkan bahwa kemandirian belajar
erat kaitannya dengan prestasi belajar siswa diantaranya adalah menurut pendapat
Parnell (2001), membuktikan bahwa “pembelajaran mandiri dapat menjadikan
siswa berhasil”36. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Silberman yang
menyatakan bahwa “ketika para peserta didik belajar atas kemamuan sendiri,
mereka mengembangkan kemampuan memfokuskan dan merefleksikan. Bekerja
atas kemauan sendiri juga memberi mereka kesempatan untuk bertanggung jawab
secara pribadi terhadap belajarnya”37. Dalam buku yang sama Silberman
mempertegas bahwa “belajar dengan pengarahan sendiri sering lebih mendalam
dan lebih permanent daripada dengan pengarahan pengajar (guru)”38.
Pendapat-pendapat tersebut menunjukkan bahwa keterlibatan siswa yang
dominan dalam proses pembelajaran menjadi salah satu faktor penentu
keberhasilnya meraih prestasi yang tinggi. Secara teori, ini membuktikan bahwa
kemandirian siswa yang ditandai dengan aktivitas individu baik di dalam kelas
35 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan..., h. 6 36 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching & Learning (Bandung: Mizan Learning
Center, 2009), h. 178 37 Mel Silberman, Active Learning, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), h. 182 38 Mel Silberman, ActiveLearning …, h. 197
28
maupun diluar kelas menjadi penting untuk terus ditumbuhkembangkan sehingga
melekat dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam prilaku kesehariannya.
Badura (1991), Dembo & Eaton (2000) Schunk & Zimmerman, 1997 serta
Winne (1997). dalam Slavin menyatakan bahwa:
Pelajar yang mandiri (Self-regulated learner) adalah siswa yang mempunyai pengetahuan tentang strategi pembelajaran yang efektif dan bagaimana serta kapan menggunakkannya. Lebih jauh, pelajar yang mandiri termotivasi oleh pembelajaran itu sendiri, bukan hanya oleh nilai atau persetujuan orang lain (Bockaerts, 1995), dan mereka mampu bertahan pada tugas jangka panjang hingga tugas tersebut terselesaikan. dan “program yang mengajarkan strategi pembelajaran mandiri kepada anak-anak telah ditemukan meningkatkan pencapaian siswa (Fichs et.al 2003; Mason 2004)39.
Kemandirian belajar juga erat kaitannya dengan teori atribusi. Menurut
Slavin, teori atribusi merupakan teori motivasi yang terfokus pada bagaimana
orang menjelaskan penyebab keberhasilan dan kegagalan mereka sendiri. Salah
satu konsep yang merupakan inti teori atribusi adalah lokasi kendali (locus of
control). Slavin menyatakan bahwa “seseorang yang memiliki lokasi kendali
internal adalah orang yang percaya bahwa keberhasilan atau kegagalan terjadi
karena upaya atau kemampuannya sendiri”40.
Menurut Steinberg (dalam Aspin) Secara psikososial kemandirian tersusun dari tiga bagian pokok yaitu : 1). Otonomi emosi (emotional autonomy) – aspek kemandirian yang berhubungan dengan perubahan kedekatan/keterikatan hubungan emosional individu, terutama sekali dengan orang tua, 2). Otonomi bertindak (behavioral autonomy) – aspek kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas dan menindaklanjutinya dan 3). Otonomi nilai (value autonomy) – aspek kebebasan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, yang wajib dan yang hak, apa yang penting dan apa yang tidak penting41.
39 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan..., h. 13 40 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan..., h. 111 41 Aspin, Hubungan Gaya Mengasuh Orang ..., h. 21
29
Siswa yang telah memiliki kemandirian menjadikan orang tua sebagai
mitra dan bahkan sahabat yang ketergantungannya tidak tinggi dan baru muncul
ketika diperlukan. Siswa seperti ini tidak banyak memiliki tuntutan terhadap orang
tuanya dan memahami kondisi orang tuanya, termasuk kemampuan secara
finansial. Di samping itu, siswa yang mandiri, mampu mengambil keputusan
secara cepat, dan menjalankannya dengan penuh konsekuensi. Siswa yang mandiri
juga terbiasa dengan nilai-nilai, norma dan etika terhadap baik-buruknya, pantas-
tidaknya suatu perbuatan. Siswa yang mandiri terbiasa mendahulukan kegiatan
yang menjadi prioritas, karena mereka tidak banyak bergantung kepada
lingkungan, sehingga berusaha menyelesaikan kegiatan yang mereka anggap lebih
penting daripada hal-hal yang kurang manfaat.
Kemandirian belajar juga erat kaitannya dengan pendekatan pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL). Salah satu prinsip dalam CTL adalah
pengaturan diri sendiri.
Prinsip ini meminta para pendidik untuk mendorong setiap siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Ketika siswa menghubungkan materi dengan konteks keadaan pribadi mereka, mereka terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan diri. Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternative, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi, dan dengan kritis menilai bukti.42
Sesuai dengan prinsip tersebut, maka salah satu komponen CTL adalah
para siswa akan menjadi siswa yang dapat mengatur diri sendiri dan aktif
sehingga dapat mengembangkan minat individu, mampu bekerja sendiri atau
dalam kelompok.
Siswa mandiri berdasarkan pendekatan CTL berarti para pelajar yang
memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri semua aktivitas belajarnya baik
42 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching …, h.82
30
di dalam kelas maupun di luar kelas. Mereka mengambil keputusan sendiri dan
menerima tanggung jawab atas apa yang telah diperbuat. Pembelajaran CTL,
mengharuskan siswa untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal:
“mengambil tindakan, bertanya, membuat keputusan mandiri, berpikir kreatif dan
kritis, memiliki kesadaran-diri, dan biasa bekerja sama”43.
Kemampuan dan keterampilan tersebut menjadi ciri atau karakter dari
siswa yang memiliki kemandirian dalam belajar. Kemampuan dalam mengambil
tindakan tanpa diminta dan membuat keputusan secara mandiri dengan
mempertimbangkan segala resiko sebagai bagaian dari tanggung jawab menjadi
ciri pembelajar yang telah memiliki kemandirian. Kemampuan dan keterampilan
bertanya, berpikir kritis dan kreatif dalam upaya siswa mengekplorasi
pengetahuannya baik di kelas maupun di luar kelas menjadi kebiasaan bagi siswa
yang mandiri.
Menurut Steinberg, (dalam Aspin) Kemandirian perilaku pada remaja ditandai dengan beberapa indikator yakni 1). kemampuan untuk membuat keputusan sendiri dan mengetahui dengan pasti kapan seharusnya meminta/mempertimbangkan nasehat orang lain selama hal itu sesuai, 2). mampu mempertimbangkan bagian-bagian alternatif dari tindakan yang dilakukan berdasarkan penilaian sendiri dan saran-saran orang lain, 3) mencapai suatu keputusan yang bebas tentang bagaimana harus bertindak/melaksanakan keputusan dengan penuh percaya diri44.
Knowless mengemukakan bahwa belajar secara mandiri merupakan “A
process in which individuals take the initiative in: 1) designing learning
experiences, 2) diagnosing needs, 3) locating resources and 4) evaluating
learning”45.
43 Eaine B. Johnson, Contextual Teaching …, h.153-154 44 Aspin, Hubungan Gaya Mengasuh …, h. 22 45 Brian Warnick dan Gary Starquadine, Andargogy: Application for Higer Education
(http://teach-usda.ahnrit.vt.edu/best_practice/presentations/pdfs/Andragogy.pdf) (Diakses tanggal 6 Juni 2009)
31
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kemandirian juga
ditandai dengan adanya inisiatif. Inisiatif ini dilakukan dalam berbagai hal. Dalam
belajar aspek inisiatif sangat diperlukan. Siswa yang memiliki sikap inisiatif akan
berusaha bagaimanapun caranya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan,
memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan yang menunjang proses belajarnya dan
memanfaatkan semua sumber-sumber belajar semaksimal mungkin. Dengan
inisiatif siswa akan mampu melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan
keinginannya sendiri, mampu mengatasi masalah yang ada pada dirinya tanpa
bantuan orang lain. Inisiatif ditandai dengan bersikap kreatif dan mengembangkan
sikap kritis.
siswa yang memiliki inisiatif mereka akan sangat kreatif misalnya dalam hal pengumpulan tugas, mereka akan berusaha mendapatkan nilai tambah melalui tampilan tugas, isi tugas, membuat catatan kecil, meletakan rumus-rumus di kamar tidur, di pintu masuk dan tempat-tempat lainnya yang mudah dilihat olehnya. Disamping itu, siswa yang mempunyai inisiatif juga akan mengembangkan sikap kritis, mereka akan langsung bertanya kepada guru jika ada materi yang tidak dipahami, mereka akan mengkritisi makna dan tujuan setelah mempelajari suatu materi.46
Kemandirian dalam belajar merupakan aktivitas yang dilakukan secara
sadar dan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan serta
aspirasi tanpa adanya paksaan dari siapapun. Siswa yang mandiri dalam belajar
ditunjukkan dengan belajar sendiri, yaitu seorang siswa yang mempunyai sikap
positif terhadap kegiatan belajarnya, berpegang teguh pada tanggung jawab
belajar, dan merencanakan kegiatan belajarnya untuk mendapatkan prestasi
belajar yang lebih baik serta menganggap belajar sebagai tugas yang diterima
secara sukarela. Seorang yang memiliki kemandirian akan berkeinginan untuk
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
46 Dede Suryadi, Memupuk Kemandirian...
32
Durkheim, dalam Muhammad Ali, “berpendapat bahwa: kemandirian
tumbuh dan berkembang karena 2 (dua) faktor yang menjadi prasyarat, yaitu 1)
disiplin, yaitu adanya aturan bertindak dan otoritas, dan 2) komitmen terhadap
kelompok”47.
Kemandirian belajar akan tumbuh dan bekembang jika peserta didik
memiliki tingkat disiplin yang tinggi. Disiplin dalam mengatur waktu,
melaksanakan aktivitas belajar sesuai dengan rencana, tidak mudah dipengaruhi
oleh aktivitas lain diluar aktivitas belajar yang telah ditetapkan serta disiplin yang
tinggi pun dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam meletakkan kegiatan belajar
sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Sedangkan komitmen terhadap kelompok
diarahkan untuk mentaati aturan belajar kelompok yang telah ditetapkan,
menjalankan hak dan kewajiban sebagai anggota kelompok sesuai dengan tugas
dan tanggungjawab yang telah dibebankan kepadanya.
Pao-Nan Chou dan Wei-Fan Chen dari beberapa literatur mengemukakan
bahwa karakteristik siswa yang memiliki kemandirian belajar meliputi:
1. Independence. Self-directed learners are fully responsible people who can independently analyze, plan, execute, and evaluate their own learning activities.
2. Self-management. Self-directed learners can identify what they need during the learning process, set individualized learning goals, control their own time and effort for learning, and arrange feedbacks for their work.
3. Desire for learning. For the purpose of knowledge acquisition, self-directed learners’ motivations for learning are extremely strong.
4. Problem-solving. In order to achieve the best learning outcomes, self-directed learners make use of existing learning resources and feasible learning strategies to overcome the difficulties which occur in the learning process48.
47 Brian Warnick dan Gary Starquadine, Andargogy: Application … 48 Pao-Nan Chou dan Wei-Fan Chen. Exploratory Study of the Relationship between Self-
Directed Learning and Academic Performance in a Web-Based Learning Environment (http://www.westga.edu/~distance/ojdla/spring111/chou111.pdf) (Diakses tanggal 6 Juni 2009)
33
Dalam terjemahan bebas dapat diartikan sebagai berikut:
1. Kemandirian. Siswa yang memiliki kemandirian belajar bertanggung jawab
penuh serta dapat menganalisis, merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi kegiatan belajar mereka sendiri.
2. Manajemen diri. Siswa yang memiliki kemandirian belajar didik dapat
mengidentifikasi apa yang mereka butuhkan selama proses belajar,
menetapkan tujuan pembelajaran sendiri, mengontrol waktu mereka sendiri
dan berusaha untuk belajar dengan tekun, dan mengelola umpan balik atas apa
yang mereka telah usahakan.
3. Keinginan untuk belajar. Siswa yang memiliki kemandirian belajar memiliki
motivasi yang kuat untuk mengarahkan diri sendiri dalam belajar.
4. Memecahkan masalah. Dalam rangka mencapai hasil pembelajaran yang
terbaik, siswa dapat mengarahkan diri dalam memanfaatkan sumber belajar
yang ada dan menggunakan strategi belajar untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan yang terjadi dalam proses belajar.
Dari pernyataan di atas terlihat bahwa siswa yang memiliki kemandirian
dalam belajar akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan kemampuannya
sendiri dengan penuh tanggung jawab tanpa tergantung kepada orang lain. Siswa
yang mandiri akan berusaha sekuat tenaga untuk memahami materi pelajaran yang
diberikan oleh guru dan tidak mengenal putus asa.
Pengertian kemandirian siswa dalam belajar dapat dianggap sebagai cara
belajar yang didasari oleh aktivitas diri dan bukan aktivitas yang dikendalikan,
misalnya suatu aktivitas yang disebabkan oleh guru. Konsep belajar mandiri
bukan berarti siswa tidak membutuhkan seseorang untuk membantu belajar
mereka. Sebaliknya siswa yang mandiri akan lebih berinisiatif untuk belajar
walaupun ada pertolongan atau tidak. Tampaknya bahwa siswa yang belajar
mandirinya tinggi dapat memanfaatkan sumber-sumber belajar seperti: para tutor,
34
teman, keluarga, dan media (buku, koran, radio, televisi, dan komputer) dengan
baik.
Konsep pokok yang mengacu pada kemandirian belajar dapat
diidentifikasi bahwa siswa belajar dengan pengendalian diri sendiri, belajar dari
pengalaman, menetapkan batas materi sesuai dengan kemampuannya dan belajar
atas keinginan sendiri tanpa ada unsur paksaan. Semua konsep pokok ditujukan
dalam usaha mendapatkan prestasi yang diinginkan.
Kemandirian belajar telah digunakan dalam hubungannya dengan prestasi
akademik dan bahkan sebagai indikator yang sempurna dalam memprediksi
keberhasilan akademis dalam proses pembelajaran tradisional atau pembelajaran
jarak jauh. Seperti yang dikemukakan oleh Long (dalam Pao-Nan Chou dan Wei-
Fan Chen), “self-directed learning had been used as a correlation for students’
academic performance and even as a perfect indicator of predicting academic
success in traditional learning settings or non-webbased distance learn”49.
La Ode Basir, mengemukakan bahwa ciri-ciri anak yang memliki
kemandirian adalah:
1) dapat menemukan identitas dirinya, 2) memiliki inisiatif dalam setiap langkahnya, 3) membuat pertimbangan-pertimbangan dalam tindakannya, 4) bertanggung jawab atas tindakannya, dan 5) dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhanya sendiri.50
Siswa yang telah memiliki kemandirian belajar, tentunya dapat
mengetahui hak dan kewajibannya sebagai pelajar dimanapun ia berada. Selain
itu, siswa yang memiliki kemandirian belajar juga memiliki inisiatif dalam proses
pembelajarannya.
49 Pao-Nan Chou dan Wei-Fan Chen, Exploratory Study … 50 La Ode Basir, Kemandirian Belajar ...
35
Menurut Ubaydillah, inisiatif adalah kemampuan seseorang untuk bertindak melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari pekerjaan. Termasuk dalam pengertian inisiatif adalah kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah lebih dahulu dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil pekerjaan, menciptakan peluang baru atau untuk menghindari timbulnya masalah51.
Dengan demikian siswa yang mandiri berusaha mengerjakan tugas-tugas
atau pekerjaan rumah dengan sebaik-baiknya dan berusaha melebihi dari standar
minimal yang telah ditetapkan guru, mengulang materi tanpa menunggu
diperintah guru atau jika ada ujian, berusaha menemukan gagasan dan jawaban
atas masalah pada saat diskusi serta mampu memanfaatkan setiap kesempatan dan
peluang pada saat proses belajar mengajar berlangsung untuk memperkaya
khasanah keilmuannya, misalnya dengan mengajukan pertanyaan sebelum diminta
guru.
”Belajar mandiri memposisikan pebelajar sebagai subyek, pemegang
kendali, pengambil keputusan atau pengambil inisiatif atas belajarnya sendiri.
Dengan demikian, kemampuan dalam mengendalikan atau mengarahkan
belajarnya sendiri merupakan sarat utama bagi pebelajar”52. Pembelajar mandiri
mampu memanfaatkan lingkungan sekitarnya untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan dalam mencapai tujuan belajarnya. Sumber-sumber belajar seperti
perpustakaan telah menjadi bagian dari proses belajarnya, sehingga ia akan
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, pembelajar mandiri juga akan menjadikan
internet sebagai media untuk mencari berbagai referensi yang dibutuhkan secara
bertanggung jawab. Terlebih dari itu, pembelajar mandiri juga menjadikan guru
sebagai sumber ilmu tidak hanya di dalam kelas, tetapi sebagai teman berdiskusi
51 Ubaydillah N. Evaluasi dan Motivasi http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_
detail.asp? id=486 Diakses tangga 02 Mei 2010. 52 Admin. Belajar Mandiri. http://www.ictjabar.org/2009/02/04/belajar-mandiri. ictjabar.
html (Diakses tanggal 6 Juni 2009)
36
di luar kelas. “Pembelajar mandiri bukanlah berarti anak hanya belajar sendiri
tanpa membutuhkan guru atau orang lain. Tetapi, pembelajar mandiri selalu
memiliki dorongan internal untuk belajar dan bertanggung jawab atas proses
belajar yang dijalaninya”53.
Seorang pembelajar mandiri mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya.
Dia tahu, dengan metode atau strategi belajar seperti apa yang paling efektif untuk
dirinya. Dia pun bisa mengatur jadwal yang paling sesuai untuk dirinya.
Termasuk di dalam pengelolaan diri adalah kemampuan melakukan evaluasi atas
proses yang dilakukannya dan bersikukuh untuk terus menyelesaikan proses
belajar yang dijalaninya hingga tuntas.
Pembelajaran mandiri adalah sebuah proses. Proses belajar mandiri adalah
suatu metode yang melibatkan siswa dalam tindakan-tindakan yang meliputi
beberapa langkah. Proses yang harus diikuti siswa yang mandiri mengikuti siklus
“Rencana, Kerjakan, Pelajari, Lakukan Tindakan” (Plan, Do, Study, Act [PDSA])
yang dikembangkan oleh Edward Deming (1994)54. Untuk merealisasikan proses
tersebut, maka siswa yang mandiri, baik mereka bekerja dalam kelompok maupun
bekerja sendiri, melakukan langkah-langkah:
1. Siswa mandiri menetapkan tujuan 2. Siswa mandiri membuat rencana 3. Siswa mandiri mengikuti rencana dan mengukur kemajuan diri 4. Siswa mandiri membuahkan hasil akhir 5. Siswa yang mandiri menunjukkan kecakapan melalui penilaian
autentik55.
“Belajar mandiri sebagaimana yang direkayasa melalui kelas diharapkan
tumbuh terus meskipun siswa sudah tidak berada di kelas lagi. Kesadaran akan
53 Admin. Ciri Pembelajar Mandiri. http://www.sekolahrumah.com/index.php? option
=com_content&task=view&id=1273&Itemid=25 (Diakses tanggal 6 Juni 2009) 54 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching …, h. 171 55 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching …, h. 172-174
37
pentingnya belajar tersebut diharapkan dapat “mempribadi” pada diri siswa,
sehingga akhirnya siswa terus belajar sepanjang hayat”56. Kebiasaan belajar
secara mandiri jika terus ditanamkan pada diri peserta didik, akan menjadi
kebiasaan positif yang akan terus menerus dilakukan meskipun siswa tersebut
berada di luar kelas atau bahkan sudah selesai menyelesaikan studinya. Kebiasaan
positif ini akan terus tertanam dan menjadikan belajar sebagai sebuah kebutuhan
yang terus menerus dipenuhi dimanapun siswa tersebut berada.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian
siswa dalam belajar adalah perilaku siswa dalam belajar yang dilakukan atas dasar
keinginan sendiri yang ditandai dengan kemampuan bertanggung jawab,
mengelola diri, inisiatif dan dorongan internal. Kemampuan bertanggung jawab
ditandai dengan memiliki kesadaran diri, ketekunan, dan berani mengambil
keputusan; kemampuan mengelola diri ditandai dengan mengatur diri sendiri,
membuat rencana, dan menetapkan tujuan; inisiatif ditandai dengan berpikir
kreatif dan mengembangkan sikap kritis; dan dorongan internal ditandai dengan
belajar atas kemauan sendiri dan belajar sebagai kebutuhan.
56 Isjoni, Membangun Visi Bersama: Aspe-Aspek Penting Dalam Reformasi Pendidikan,
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), h. 89
38
B. Kerangka Berpikir
Gambar II.1
Bagan Kerangka Berpikir
Keterangan:
Variabel yang diteliti
Hasil belajar merupakan sesuatu yang ditunggu, tidak saja oleh siswa
sebagai pelaku pembelajaran, tetapi juga oleh orang tua, guru dan juga
pemerintah. Hasil belajar akan terus menjadi variabel penting untuk dibicarakan,
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil
Belajar Siswa
Faktor Eksternal Guru Fasilitas Manajemen Kurikulum Anggaran Lingkungan sekolah Status Sosial Keluarga dll
Faktor Internal Motivasi Kreativitas Sikap Minat Perhatian dll Kemandirian Belajar
Rendahnya Hasil Belajar
Hasil Belajar
39
dianalisis, dikembangkan dan disempurnakan, karena banyak faktor yang
mempengaruhinya.
Secara umum terdapat dua faktor yaitu faktor internal yang diantaranya
meliputi motivasi, kreativitas, sikap, minat, perhatian dan kemandirian belajar
siswa. Kedua adalah faktor eksternal yang meliputi guru, fasilitas, manajemen,
kurikulum, anggaran, lingkungan sekolah dan status sosial keluarga.
Kemandirian siswa merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu
ditumbuhkembangkan pada siswa sebagai individu yang diposisikan sebagai
peserta didik. Karena dengan adanya kemandirian akan terbentuk usaha-usaha
belajar yang giat, penuh kesungguhan, tanpa merasa harus terpaksa dan tidak
didasarkan pada rangsangan dari luar.
Kemandirian siswa khususnya dalam belajar akan membawa siswa untuk
terus menerus mencari ilmu tanpa harus menunggu pemberian dari guru di
sekolah. Oleh karena itu kemandirian belajar menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar. Kemampuan siswa menyelesaikan berbagai tugas
dan latihan, merupakan salah satu gambaran bahwa siswa tersebut memiliki
kemandirian belajar. Kemauan belajar yang sungguh-sungguh, tekun dan pantang
menyerah akan berdampak pada prestasi yang dicapai oleh siswa tersebut.
Setiap siswa memiliki perbedaan karateristik dilihat dari tingkatan
kemandiriannya. Siswa yang memiliki tingkat kemandirian belajar yang tinggi
akan lebih berpeluang untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik serta dapat
menyelesaikan setiap tugas atau latihan yang diberikan oleh guru sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki siswa tersebut.
Jadi siswa yang memiliki kemandirian akan mampu mengantisipasi setiap
tantangan yang muncul terhadap dirinya dan berusaha untuk mencari beberapa
alternatif jawaban yang lebih baik. Prestasi belajar siswa muncul dari diri mereka
sangat ditentukan oleh kemandirian yang dimilikinya. Oleh karena itu
40
kemandirian dapat mendorong seseorang untuk berprestasi. Selain itu kemandirian
merupakan salah satu segi kedewasaan seseorang. Kemandirian dalam belajar
merupakan unsur yang mendasari proses pembentukan pribadi siswa sehingga
akan menerima pelajaran yang diberikan oleh guru tidak merasa mendapatkan
beban.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka berpikir yang telah diuraikan
di atas maka diduga “Terdapat hubungan postif dan signifikan antara kemandirian
belajar dengan hasil belajar matematika”.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Parung-Bogor yang beralamat di Jl.
Raya Parung-Bogor. Waktu penelitian berlangsung selama 3 bulan terhitung sejak
proposal ini disetujui.
B. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey dengan teknik korelasional, yaitu untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel, yaitu variabel bebas (kemandirian belajar) dengan variabel terikat (hasil
belajar). Alasan peneliti menggunakan metode survey seperti yang dikemukakan
oleh Kerlinger (1973) bahwa metode survei adalah “penelitian yang dilakukan
pada populasi besar atau kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel
yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,
distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun
psikologis”57.
Adapun alasan peneliti menggunakan metode survey dengan pendekatan
korelasional karena penelitian korelasi adalah “penelitian yang mencoba melihat
hubungan antara beberapa variabel. Apakah mungkin perubahan satu variabel
berhubungan dengan perubahan variabel lainnya”58.
57 Admin. Penelitian Menurut Metode. http://www.pascasarjana-stiami.ac.id /2009/04/
penelitian-menurut-metode. diakses tanggal 10 Januari 2010. 58 Ronny Kountur. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis,(.Jakarta: Penerbit
PPM, 2004), h.54
42
Dengan menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional, akan
memberikan suatu gambaran hubungan antara variabel bebas (kemandirian
belajar) yang ditandai dengan simbol X dengan variabel terikat yang ditandai
dengan simbol Y. Selain itu akan menghasilkan data yang representatif sesuai
dengan tujuan penelitian.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas:obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tetentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”59. Sedangkan sampel adalah
“bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”60.
Populasi keseluruhan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTsN Parung-
Bogor. Populasi terjangkaunya adalah siswa kelas VIII-7 dan VIII-9 yang
berjumlah 95 orang. Kelas tersebut dipilih karena peneliti melakukan kegiatan
PPKT sehingga mengetahui masalah yang menjadi obyek penelitian. Karena
peneliti menentukan sampel dengan alasan tertentu, maka teknik pengambilan
sampel yang tepat adalah teknik purvosive sampling.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini meneliti dua variabel yaitu kemandirian belajar (Variabel X)
dengan hasil belajar matematika (Variabel Y). Adapun instrumen tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut :
1. Hasil Belajar Matematika (Variabel Y)
a. Definisi Konseptual
59 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008), h. 117 60 Sugiyono, Metode Penelitian …, h. 118.
40
43
Hasil belajar matematika adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran matematika setelah mengikuti proses pembelajaran yang
hasilnya dinyatakan dengan skor yang diperoleh melalui tes.
b. Definisi Operasional
Hasil belajar siswa yaitu skor hasil belajar matematika yang diperolah dari
hasil tes belajar matematika setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
matematika selama satu semester sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Dalam penelitian ini, kurikulum yang berlaku adalah kuriklum 2004
dengan pendekatan KTSP pada semester genap. Sesuai kurikulum yang
berlaku, tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
matematika pada satuan pendidikan SMP Kelas VIII semester genap
meliputi kompetensi dasar dan indikator sebagaimana terdapat pada Tabel
III.1.
c. Kisi-kisi Instrumen Hasil belajar Matematika
Kisi-kisi instrumen yang disajikan pada bagian ini merupakan kisi-kisi
instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel hasil belajar
matematika. Kisi-kisi ini disajikan dengan maksud untuk memberikan
informasi mengenai butir- butir yang drop setelah dilakukan uji validitas
dan uji realibilitas serta analisis butir soal, dan juga untuk memberikan
gambaran sejauh mana instrumen final masih mencerminkan indikator
variabel hasil belajar matematika yang terdapat pada tabel III.1.
Tabel III.1
Instrumen Hasil Belajar Matematika
Kompetensi Dasar Indikator Nomor Soal Menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran.
Membedakan lingkaran dan bidang lingkaran serta dapat menyebutkan unsurunsur dan bagian-bagian lingkaran: pusat lingkaran, jari-jari, diameter,
1,2,3, 4, 5, 6, 7, 14,
44
Kompetensi Dasar Indikator Nomor Soal busur, tali busur, juring, dan tembereng.
Menghitung keliling dan luas lingkaran.
• Menentukan nilai π (phi). • Menghitung keliling dan luas bidang
lingkaran. • Menghitung besarnya perubahan luas jika
jari-jari berubah. • Menghitung panjang busur, luas juring,
dan luas tembereng.
8, 9, 10, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 31, 39
Menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring dalam penyelesaian masalah.
• Mengenal hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika menghadap busur yang sama.
• Menentukan besar sudut-sudut keliling jika menghadap diameter dan busur yang sama.
12, 13, 18
Menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran.
• Menemukan sifat sudut yang dibentuk oleh garis yang melalui titik pusat dan garis singgung lingkaran.
• Mengenali bahwa melalui satu titik pada lingkaran hanya dibuat satu garis singgung pada lingkaran tersebut.
• Membuat dan menggambar dua garis singgung lingkaran yang melalui satu titik di luar lingkaran.
• Menyebutkan syarat kedudukan dua lingkaran: perpotongan, persinggungan, dan saling lepas.
• Melukis dan menghitung panjang garis singgung yang ditarik dari sebuah titik di luar lingkaran.
• Melukis dan menghitung garis singgung persekutuan dalam dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran.
• Menghitung panjang sabuk lilitan minimal yang menghubungkan dua lingkaran dengan rumus.
22, 23, 24, 32, 36, 37, 38, 40
Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok serta bagianbagiannya.
Mengenal dan menyebutkan bidang, rusuk, diagonal bidang, bidang diagonal, serta diagonal ruang kubus dan balok.
27
Membuat jaring-jaring kubus dan balok.
Membuat jaring-jaring kubus dan balok.
26
Menghitung luas permukaan dan volume kubus dan balok.
• Menentukan rumus luas permukaan kubus dan balok.
• Menentukan rumus volume dan menghitung volume kubus dan balok.
• Merancang kubus dan balok untuk volume tertentu.
• Menghitung besar perubahan bangun kubus dan balok jika ukuran rusuknya berubah.
28, 35
45
Kompetensi Dasar Indikator Nomor Soal • Menyelesaikan soal yang melibatkan
kubus dan balok. Mengidentifikasi sifat-sifat limas dan prisma serta bagianbagiannya.
Mengenal dan menyebutkan bidang rusuk, diagonal bidang, bidang diagonal, dan diagonal ruang pada limas dan prisma tegak.
29, 30, 33
Untuk menguji instrumen tes hasil belajar matematika dengan
menggunakan model tes pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban dan
hanya satu jawaban yang benar. Kunci jawaban dapat dilihat pada
lampiran.
d. Validasi Instrumen Hasil belajar Matematika
Proses pengembangan instrumen hasil belajar matematika dimulai dengan
penyusunan instrumen yang menggunakan tes pilihan berganda sebanyak
40 butir soal yang mengacu pada indikator-indikator variabel hasil belajar
matematika seperti terlihat pada tabel III.2 yang disebut sebagai konsep
instrumen untuk mengukur variabel hasil belajar matematika.
Tahap berikutnya, konsep instrumen dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing berkaitan dengan validitas konstruk yaitu seberapa jauh butir-
butir instrumen telah mengukur indikator dari variabel hasil belajar
matematika. Setelah disetujui selanjutnya instrumen itu diujicobakan
kepada 30 orang siswa kelas VIII MTs Sirajul Falah Parung-Bogor.
Proses validasi dilakukan dengan menganalisis data hasil uji coba
instrumen yaitu validitas butir dengan menggunakan koefisien korelasi
antara skor butir dengan skor tabel instrumen. Rumus yang digunakan
untuk menghitung uji coba instrumen digunakan koefisien korelasi biserial
(rbis) yang menggunakan rumus :
46
rbis = qi
pi
St
XtXi− 61
Dimana:
rbis : Koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total
iX = Rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal nomor i
tX = Rata-rata skor total semua responden
St = Standar Deviasi skor total semua responden
pi = Proporsi jawaban yang benar untuk butir soal nomor i
qi = Proporsi jawaban yang salah untuk butir soal nomor i
Kriteria batas minimal butir pernyataan yang diterima adalah rtabel = 0,361.
Jika rhitung > rtabel, maka butir pernyataan dianggap valid dan sebaliknya.
Jika rhitung < rtabel, maka butir pernyataan dianggap tidak valid dan
sebaliknya didrop atau tidak digunakan.
Hasil analisis validitas menunjukkan bahwa dari 40 butir soal, terdapat 31
butir yang valid, dimana rhitung > dari rtabel, sedangkan sisanya yaitu 9 butir
soal dinyatakan tidak valid atau drop karena rhitung < rtabel. Proses dan hasil
perhitungan dapat dilihat pada lampiran 10, 11, 12, 14, 15, 16 dan 17).
Selanjutnya dihitung reliabilitasnya terhadap butir-butir soal yang telah
dinyatakan valid dengan menggunakan rumus uji reliabilitas yakni Alpha
Cronbach sebagai berikut :
rii =
−
−∑
2t
2b1
1k
k
σσ
62
Dimana:
rii = Reliabilitas
61 Djaali, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: PPs UNJ, 2000), hal.77 62 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ... h.196
47
k = Banyaknya butir yang valid
∑ 2bσ = Jumlah Varians butir
2tσ = Varians Total
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai reliabilitasnya sebesar 0,92.
Angka ini menunjukkan bahwa tingkat reliabilitasnya sangat tinggi karena
nilai rii lebih besar dari 0,7063. Dengan demikian dari 31 butir yang valid
tersebut juga reliabel dapat dijadikan instrumen untuk mengukur hasil
belajar matematika siswa. (proses perhitungan dapat dilihat pada lampiran
18).
2. Kemandirian Belajar (Variabel X)
a. Definisi Konseptual
Kemandirian belajar adalah perilaku siswa dalam belajar yang dilakukan
atas dasar keinginan sendiri yang ditandai dengan kemampuan
bertanggung jawab, mengelola diri, insiatif, dan dorongan internal.
b. Definisi Operasional
Kemandirian siswa dalam belajar yang diukur dari skor skala kemandirian
siswa dengan model skala likert sebanyak 60 butir pernyataan. Adapun
tolok ukur yang digunakan adalah indikator dari kemandirian siswa, yaitu:
1) tanggung jawab yang ditandai dengan memiliki kesadaran diri,
ketekunan, dan berani mengambil keputusan; 2) kemampuan mengelola
diri yang ditandai dengan mengatur diri sendiri, membuat rencana, dan
63 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2009), h. 209
48
menetapkan tujuan; 3) inisiatif ditandai dengan berpikir kreatif dan
mengembangkan sikap kritis; dan 4) dorongan internal yang ditandai
dengan belajar atas kemauan sendiri dan belajar sebagai sebuah
kebutuhan.
c. Kisi-kisi Instrumen Kemandirian Siswa Dalam Belajar
Kisi-kisi instrumen yang disajikan pada bagian ini merupakan kisi-kisi
instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel kemandirian siswa
dalam belajar dan juga untuk memberikan gambaran seberapa jauh
instrumen ini mencerminkan indikator variabel kemandirian siswa dalam
belajar. Kisi-kisi ini disajikan dengan maksud untuk memberikan
informasi mengenai butir- butir yang drop setelah dilakukan uji validitas
dan uji realibilitas serta analisis butir soal, dan juga untuk memberikan
gambaran sejauh mana instrumen final masih mencerminkan indikator
variabel kemandirian siswa dalam belajar yang terdapat pada tabel III.2.
Tabel III.2
Instrumen Kemandirian Belajar
Nomor Butir Uji Coba No. Aspek Indikator
(+) (-) a. Memiliki kesadaran
diri 1,2,4,,6, 3,5
b. Ketekunan 7,8,10 9,11,12 1. Tanggung
Jawab c. Berani Mengambil
keputusan 13,14,16, 17,18 15,19
a. Mengatur diri sendiri 20,21,24,25 22,23,26 b. Membuat rencana 27 28,29,30,31 2.
Mengelola diri
c. Menetapkan tujuan 32,33,35,37 34,36,38 a. Kreatif 39,40,41,42,43,
44
3. Inisiatif b. Mengembangkan
sikap kritis 45,46,47,48,50 49
4 Dorongan a. belajar atas kemauan 51,52, 53,54,55
49
sendiri internal
b. Kebutuhan belajar 57,58,60 56,59
Untuk menguji instrumen dengan menggunakan skala kemandirian belajar
telah disediakan alternatif jawaban dari setiap butir pernyataan dan
responden dapat memilih satu jawaban yang sesuai. Setiap item jawaban
bernilai 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) sesuai dengan tingkat
jawabannya. Alternatif jawaban yang digunakan sebagai berikut :
Tabel III.3
Skala Penilaian untuk Kemandirian belajar
Pilihan Jawaban Bobot Skor
Pernyataan Positif Bobot Skor
Pernyataan Negatif ST : Sangat Setuju 5 1 S : Setuju 4 2 R : Ragu-Ragu 3 3 TS : Tidak Setuju 2 4 STS : Sangat Tidak Setuju 1 5
d. Validasi Instrumen Kemandirian Belajar
Proses pengembangan instrumen kemandirian belajar dimulai dengan
penyusunan instrumen yang menggunakan skala kemandirian belajar
sebanyak 60 butir pernyataan yang mengacu pada indikator-indikator
variabel kemandirian siswa dalam belajar seperti terlihat pada tabel III.3
yang disebut sebagai konsep instrumen untuk mengukur variabel
kemandirian siswa dalam belajar.
Tahap berikutnya, konsep instrumen dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing berkaitan dengan validitas konstruk yaitu seberapa jauh butir-
butir instrumen tersebut telah mengukur indikator dari variabel
kemandirian siswa dalam belajar. Setelah disetujui selanjutnya instrumen
50
itu diujicobakan kepada 30 orang siswa kelas VIII MTs Sirajul Falah
Parung-Bogor.
Proses validasi dilakukan dengan menganalisis data hasil uji coba
instrumen yaitu validitas butir dengan menggunakan koefisien korelasi
antara skor butir dengan skor tabel instrumen. Rumus yang digunakan
untuk menghitung uji coba validitas yaitu :
rit = ∑∑
∑)y( )x(
xx2t
2i
ti 64
Dimana:
rit = Koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total
xi = Jumlah kuadrat deviasi skor dari Xi
xt = Jumlah kuadrat deviasi skor dari Xt
Kriteria batas minimal butir pernyataan yang diterima adalah rtabel = 0,361.
Jika rhitung > rtabel, maka butir pernyataan dianggap valid dan sebaliknya.
Jika rhitung < rtabel, maka butir pernyataan dianggap tidak valid dan
sebaliknya didrop atau tidak digunakan.
Hasil analisis validitas menunjukkan bahwa dari 60 butir pernyataan,
terdapat 38 butir yang valid, dimana rhitung > dari rtabel, sedangkan sisanya
yaitu 22 butir pernyatan dinyatakan tidak valid atau drop karena rhitung <
rtabel. (Proses dan hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 3, 4, 5 dan
6).
Selanjutnya dihitung reliabilitasnya terhadap butir-butir pernyataan yang
telah dinyatakan valid dengan menggunakan rumus uji reliabilitas yakni
Alpha Cronbach sebagai berikut :
64 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ..., h.170
51
rii =
−
−∑
2t
2b1
1k
k
σσ
65
Dimana:
rii = Reliabilitas
k = Banyaknya butir yang valid
∑ 2bσ = Jumlah Varians butir
2tσ = Varians Total
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai reliabilitasnya sebesar 0,95.
Angka ini menunjukkan bahwa tingkat relibailitasnya sangat tinggi karena
nilai rii lebih besar dari 0,7066. Dengan demikian dari 38 butir yang valid
tersebut juga reliabel dapat dijadikan instrument untuk mengukur
kemandirian belajar siswa (proses perhitungan dapat dilihat pada lampiran
7).
E. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini sesuai dengan metodologi dan tujuan penelitian untuk
mengetahui seberapa besar hubungan antara kemandirian siswa dalam belajar
dengan hasil belajar. Dilakukan dengan analisis korelasi dan regresi. “Analisis
korelasi adalah sekumpulan teknik statistika yang digunakan untuk mengukur
keeratan hubungan (korelasi) antara dua variabel. Fungsi utama analisis korelasi
adalah untuk menentukan seberapa erat hubungan antara dua variabel“67.
Sedangkan regresi adalah bentuk hubungan fungsional antar variabel-variabel.
Analisis regresi adalah mempelajari bagaimana antar variabel saling berhubungan.
65 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ..., h.196 66 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi …, h. 209 67 Muhammad Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2009). h.168
52
Hubungan antara variabel biasanya dinyatakan dalam bentuk persamaan
matematika yang dikenal dengan hubungan fungsional antara variabel68. Langkah-
langkah analisis regresi dan korelasi adalah sebagai berikut:
1. Mencari Persamaan Regresi Y
Didapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Ŷ = a + bX69
dimana koefisien a dan b dapat dicari dengan rumus berikut70:
b = ∑∑
2x
xy a = Y - b X
2. Uji Persyaratan Analisis
Uji Normalitas dengan uji liliefors pada taraf signifikansi (α) = 0,05
Rumus yang digunakan adalah:
Lo = ( ) ( )ZiSZiF − 71
Keterangan :
F (Zi) : Merupakan peluang angka baku
S (Zi) : Merupakan proporsi angka baku
Lo : L observasi (harga mutlak terbesar)
Hipotesis statistik :
Ho : Data berdistribusi normal
Hi : Data berdistribusi tak normal
68 Darwyan Syah, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h.
84 69 Darwyan Syah, Pengantar Statistik ..., h. 85 70 Darwyan Syah, Pengantar Statistik ..., h. 85 71 Darwyan Syah, Pengantar Statistik ..., h. 68
53
Kriteria Pengujian:
Jika Ltabel > Lhitung, maka Ho diterima, berarti data berdistribusi normal.
3. Uji Hipotesis
a. Uji Keberartian (Signifikansi) Regresi
Digunakan untuk mengetahui apakah persamaan regresi diperoleh berarti
atau tidak.
Dengan hipotesis statistik :
Ho : β = 0
Hi : β > 0
)(
)/(
SRJK
abRJKFh= 72
Kriteria pengujian keberartian regresi adalah :
Terima Ho jika Fhitung < Ftabel dan tolak jika Fhitung > Ftabel
Regresi dinyatakan sangat berarti jika berhasil menolak Ho
b. Uji Linearitas Regresi
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi
tersebut berbentuk linear (garis lurus) atau tidak.
Hipotesis statistik :
Ho : Y = α + β x
Hi : Y ≠ α + β x
)(
)(
GRJK
TCRJKFh= 73
Kriteria pengujian linearitas regresi adalah:
72 Muhammad Idrus, Metode Peneitian ..., h. 183 73 Muhammad Idrus, Metode Peneitian ..., h. 184
54
Terima Ho jika Fhitung < Ftabel dan tolak jika Fhitung > Ftabel, berarti regresi
dinyatakan Linear jika Ho diterima.
Hi = Regresi tidak linear
Ho = Regresi linear
Untuk mengetahui keberartian dan linearitas persamaan regresi di atas
digunakan tabel anava berikut ini:
55
Tabel III.4
Daftar Analisi Varians Untuk Uji Kelinearan dan Keberartian Regresi74
Sumber Varians
Derajat Bebas (db)
Jumlah Kuadrat (JK)
Rata-rata Jumlah Kuadrat (RJK)
Fhitung (Fo)
Ket
Total N ∑ 2Y
Regresi (a) 1 ( )n
Y2
∑
Regresi (a/b) 1 b.∑ XY JK(b/ a )
db(b / a )
Sisa (s) n-2 JK(T)-JK(a)-JK(b) JK(s) db(s)
RJK(b / a) RJK (s)
Fo>Ft maka regresi berarti
Tuna Cocok (TC)
k-2
JK(s)-JK(G) JK(TC) Db(TC)
Galat n-k
∑ 2Y - ( )
nk
Y2
∑
JK(G) Db(G)
RJK(TC) RJK(G)
Fo<Ft Maka regresi
berbentuk linier
c. Uji Koefisien Korelasi
Menghitung rxy menggunakan rumus “r” (Product Moment) dari Pearson
dengan rumus sebagai berikut75 :
Keterangan :
r xy = Koefisien korelasi Product Moment
∑ x = Jumlah skor dalam sebaran x
∑ y = Jumlah skor dalam sebaran y
d. Uji Keberartian Koefisien Korelasi (uji-t)
Menggunakan uji – t untuk mengetahui keberartian hubungan 2 variabel,
rumus:
74 Muhammad Idrus, Metode Peneitian ..., h. 185 75 Muhammad Idrus, Metode Peneitian ..., h. 170
( )( )∑∑∑=
22 yx
xyrxy
56
thitung = 2(r)1
2Nr
−
− 76
Keterangan :
t hitung = Skor signifikansi kofisien korelasi
r = koefisien korelasi Product Moment
n = banyaknya sampel atau data
Hipotesis Statistik :
Ho : ρ = 0
Hi : ρ # 0
Kriteria pengujian:
Ho diterima jika thitung < ttabel dan ditolak jika thitung > ttabel berarti koefisien
korelasi signifikan jika Hi diterima.
e. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah tingkat pengaruh variabel X terhadap
variabel Y yang dinyatakan dalam presentase (%).77:
KD = rxy 2 X 100%
Keterangan :
KD = Koefisien Determinasi
rxy2 = Koefisien korelasi Product Moment
76 Muhammad Idrus, Metode Peneitian ..., h. 173 77 Darwyan Syah, Pengantar Statistik ..., h. 94
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Hasil Belajar Matematika
Data hasil belajar matematika (variabel Y) diperoleh melalui tes hasil
belajar matematika oleh 95 responden dengan banyaknya butir soal 31. Data yang
dikumpulkan menghasilkan skor terendah 50 dan skor tertinggi 90; skor rata-rata
( X ) sebesar 68,82; dan simpangan baku (S) sebesar 8,826 (proses perhitungan
lihat lampiran 25).
Distribusi frekuensi data hasil belajar matematika dapat dilihat pada Tabel
IV.1, dimana rentang skor adalah 40 banyak kelas interval 7 dan panjang kelas
adalah 6 (proses penghitungan lihat lampiran 26)
Tabel IV.1
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil belajar Matematika
(Variabel Y)
Kelas Interval Batas
Bawah Batas Atas Frek. Absolut Frek. Relatif
50 - 55 49,5 55,5 6 6,3%
56 - 61 55,5 61,5 13 13,7%
62 - 67 61,5 67,5 18 18,9%
68 - 73 67,5 73,5 32 33,7%
74 - 79 73,5 79,5 15 15,8%
80 - 85 79,5 85,5 8 8,4%
86 - 91 85,5 91,5 3 3,2%
Jumlah 95 100%
55
58
Untuk mempermudah penafsiran data hasil belajar matematika maka data
digambarkan dalam grafik histogram. Berdasarkan gambar IV.1 dapat dilihat
bahwa frekuensi kelas tertinggi variabel hasil belajar matematika yaitu 32
terletak pada interval kelas ke-4 yakni antara 68 – 73 dengan frekuensi relatif
sebesar 33,7%. Sedangkan frekuensi terendahnya adalah 3 yaitu terletak pada
interval kelas ke-7 dengan frekuensi relatif 3,2%.
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 6 7 8
Freku
ensi
Gambar IV.1
Grafik Histogram Hasil belajar Matematika (Y)
2. Kemandirian Belajar
44,5 51,5 58,5 65,5 72,5 79,5 86,5 93,5 Batas Nyata Y
59
Data kemandirian belajar (variabel X) diperoleh melalui pengisian
instrumen penelitian berupa skala kemandirian belajar oleh 95 responden dengan
banyaknya butir pernyataan 38. Data yang dikumpulkan menghasilkan skor
terendah 104 dan skor tertinggi 185, skor rata-rata (X ) yang diperoleh dari skor
total jawaban seluruh responden yang telah memberikan penilaian terhadap
kuesioner skala kemandirian belajar sebanyak 38 butir pernyatan dengan total
skor 13.277 kemudian dibagi dengan jumlah responden 95 orang, maka diperoleh
skor rata-rata sebesar 138,17 dan simpangan baku (S) sebesar 18,46 (proses
perhitungan lihat lampiran 25).
Distribusi frekuensi data kemandirian belajar dapat dilihat pada Tabel
IV.2, dimana rentang skor adalah 81, banyak kelas interval 7 dan panjang kelas
adalah 12 (proses penghitungan lihat lampiran 28).
Tabel IV.2
Tabel Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar (Variabel X)
Kelas Interval Batas Bawah
Batas Atas
Frek. Absolut Frek. Relatif
104 - 115 103,5 115,5 10 10,5%
116 - 127 115,5 127,5 16 16,8%
128 - 139 127,5 139,5 20 21,1%
140 - 151 139,5 151,5 24 25,3%
152 - 163 151,5 163,5 11 11,6%
164 - 175 163,5 175,5 8 8,4%
176 - 187 175,5 187,5 6 6,3%
Jumlah 95 100%
60
Untuk mempermudah penafsiran data kemandirian belajar maka data
digambarkan dalam grafik histogram. Berdasarkan gambar IV.2 dapat dilihat
bahwa frekuensi kelas tertinggi variabel kemandirian belajar yaitu 24 terletak
pada interval kelas ke-4 yakni antara 140 – 151 dengan frekuensi relatif
sebesar 25,3%. Sedangkan frekuensi terendahnya adalah 6 yaitu terletak pada
interval kelas ke-7 dengan frekuensi relatif 6,3%.
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 5 6 7 8
Freku
ensi
Gambar IV.2
Grafik Histogram Kemandirian Belajar (X)
B. Uji Persyaratan Analisis
Uji Normalitas
103,5 115,5 127,5 139,5 151,5 163,5 175,5 187,5 Batas Nyata X
61
Dilakukan untuk menguji apakah data dari sampel yang diambil
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian distribusi normal bertujuan untuk
melihat apakah sampel yang diambil mewakili distribusi populasi. Jika distribusi
sampel adalah normal, maka dapat dikatakan bahwa sampel yang diambil
mewakili populasi. Pengujian normalitas dilakukan dengan Uji Liliefors pada
taraf signifikan (α = 0,05) dengan tingkat kepercayaan 95% dengan sample
sebanyak 95. Pengujian ini dilakukan dengan melihat Lhitung atau data |Fzi-Szi|
terbesar, dengan kriteria pengujian berdistribusi normal apabila Lhitung (Lo) < Ltabel
(Lt), dan sebaliknya maka data tidak berdistribusi normal.
Hasil perhitungan Uji Liliefors menyimpulkan bahwa data variabel X dan
Y berdistribusi normal. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil perhitungan Lo
untuk variabel X sebesar 0,073 sedangkan Lt = 0,091 Ini berarti Lo < Lt. Dan Lo
untuk variabel Y sebesar 0,067 sedangkan Lt = 0,091 Ini berarti Lo < Lt. (proses
perhitungan lihat lampiran 37 dan 38).
Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel
IV.3.
Tabel IV.3
Hasil Uji Normalitas
Variabel n α Lhitung Ltabel Keterangan
X 95 0,05 0,073 0, 091 Data Berdistribusi Normal
Y 95 0,05 0,067 0, 091 Data Berdistribusi Normal
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Hipotesis yang diajukan adalah apakah terdapat hubungan positif
antara kemandirian belajar (variabel X) dengan hasil belajar matematika
62
(variabel Y). Untuk membuktikan hipotesis tersebut, berikut ini dilakukan
berbapa analisis.
1. Uji Persamaan Regresi
Persamaan regresi yang dilakukan adalah regresi linear sederhana.
Bersamaan regresi ini bertujuan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel
kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika dan memprediksi hasil
belajar matematika dengan menggunakan kemandirian belajar.
Analisis regresi linier sederhana tehadap pasangan data penelitian antara
Kemandirian Belajar dengan Hasil belajar Matematika menghasilkan koefisien
arah regresi sebesar 0,402 dan konstanta sebesar 13,05. Dengan demikian bentuk
hubungan antara Kemandirian Belajar dengan Hasil belajar Matematika memiliki
persamaan regresi Ŷ = 21,98 + 0,335 X (proses perhitungan pada lampiran 31
dan 32).
Persamaan regresi ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu skor
Kemandirian Belajar dapat menyebabkan kenaikan hasil belajar matematika
sebesar 0,335 pada konstanta 21,98.
Persamaan garis liniear regresi Ŷ = 21,98 + 0,335X dapat
dilukiskan pada gambar IV.3.
63
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195
KEMANDIRIAN BELAJAR (X)
HA
SIL
BE
LA
JAR
MA
TE
MA
TIK
A (Y
)
Gambar IV.3
E. Grafik Persamaan Regresi Ŷ = 13,05 + 0,402X
Dalam grafik di atas dapat dilihat bahwa sumbu X yaitu kemandirian
belajar berada pada kisaran angka 100 lebih sedikit hingga angka 185. Hal ini
berarti bahwa untuk melakukan prediksi nilai Y atau hasil belajar matematik
untuk nilai X atau kemandirian belajar hanya diijinkan yang berada dalam rentang
tersebut. Sebab, tidak ada dasar yang kuat untuk mengatakan bahwa hubungan
variabel X dan Y tetap linier untuk titik-titik data yang mendekati angka nol.
Kondisi seperti ini berdampak terhadap interpretasi intersep. Dalam kasus ini,
karena data untuk variabel X tidak memuat angka nol atau mendekati nol, intersep
dikatakan tidak memiliki makna yang berarti, sehingga tidak perlu
diinterpretasikan.
2. Uji Signifikansi Persamaan Regresi
Ŷ = 21,98 + 0,335 X
64
Berikut dilakukan uji keberartian (signifikan) dan linearitas model regresi
Kemandirian Belajar dengan Hasil belajar Matematika yang hasil perhitungannya
disajikan dalam tabel IV.4.
F. Tabel IV.4
Tabel Anava Untuk Pengujian Signifikansi dan Linearitas Persamaan Regresi
Kemandirian Belajar (X) dengan Hasil belajar Matematika (Y)
G. Ŷ = 13,05 + 0,402X
Sumber
Varians
dk
Jumlah
Kuadrat (JK)
Rata-rata Jumlah
Kuadrat (RJK) Fhitung Ftabel
Total 95 457206,25
Regresi (a) 1 449883,22
Regresi (b/a) 1 4174,69 4174,69
Sisa 93 3148,34 33,85 123,32 3,94
Tuna Cocok 42 1792,09 42,67
Galat Kekeliruan 51 1356,25 26,59 1,60 1,62
Keterangan :
JK : Jumlah Kuadrat
Dk : Derajat Kebebasan
RJK : Rata-rata Jumlah Kuadrat
*) Persamaan Regresi Signifikan = Fhitung (123,32) > Ftabel (3,94)
**) Persamaan Regresi Linear = Fhitung (1,60) < Ftabel (1,624)
(proses lihat lampiran 39, 40, 41 dan 42)
65
Diketahui bahwa Ftabel diperoleh dari (0,05;1/93) dimana 0,05 adalah taraf
signifikansi (α) dan 1/93 adalah dk penyebut/dk pembilang (k), hasilnya dapat
diketahui dari tabel distribusi F. Berdasarkan hasil perhitungan Fhitung (123,32) >
Ftabel (3,94). Sehingga Fhitung (123,32) > Ftabel (3,94) maka dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak artinya model persamaan regresi adalah signifikan (proses lihat
lampiran 40).
3. Uji Linieritas Regresi
Diketahui bahwa Ftabel diperoleh dari (0,05; 42/51) dimana 0,05 adalah taraf
signifikansi (α) dan 42/51 adalah dk penyebut/dk pembilang (k), hasilnya dapat
diketahui dari tabel distribusi F. Berdasarkan hasil perhitungan Fhitung (1,60) <
Ftabel (1,62) Sehingga Fhitung (1,60) < Ftabel (1,62) maka dapat disimpulkan bahwa
Ho diterima artinya model persamaan regresi adalah linier (proses lihat lampiran
41).
Hasil pengujian seperti yang ditunjukkan pada tabel IV.4 di atas
menyimpulkan bahwa bentuk hubungan Kemandirian Belajar dengan Hasil
belajar Matematika adalah signifikan dan liniear.
4. Uji Koefisien Korelasi
Selanjutnya, dilakukan pengujian koefisien korelasi. Pengujian ini bertujuan
untuk membuktikan apakah terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y
dengan menggunakan rumus Koefisien Korelasi Product Moment dari Pearson.
Hasil uji koefisien korelasi, koefisien determinasi dan uji keberartian
(signifikansi) koefisien korelasi dapat disajikan pada tabel IV.5.
Tabel IV.5
Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana Antara X Dengan Y
66
Korelasi
Antara
Koefisien
Korelasi
Koefisien
Determinasi
thitung ttabel
( αααα = 0,05)
X dan Y 0,755 0,5700 11,10 1,98
Hasil penghitungan koefisien korelasi antara Kemandirian Belajar dengan
Hasil belajar Matematika diperoleh koefisien korelasi sederhana (rhitung) 0,755.
(Proses perhitungan lihat lampiran 43). Nilai koefisien korelasi sebesar 0,755
menunjukkan tingkat keeratan hubungan atau korelasi yang tinggi atau kuat antara
kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika. Hal ini dapat dilihat dari
tabel interpretasi koefisien korelasi yang disajikan dalam tabel IV.6
Tabel IV.6
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangar rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (2008), h. 257
Nilai koefisien korelasi sebesar 0,739 bertanda positif, hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kemandirian belajar dengan
hasil belajar matematika.
5. Uji Keberartian Koefisien Korelasi (uji-t)
Berdasarkan pengujian keberartian atau signifikansi koefisien korelasi
antara pasangan skor Kemandirian Belajar dengan Hasil belajar Matematika
67
sebagaimana terlihat pada tabel IV.5 di atas, diperoleh thitung = 11,10> ttabel = 1,98
(proses perhitungan lihat lampiran 44). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa koefisien korelasi rxy = 0,755 signifikan, artinya dapat dikatakan bahwa
terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan hasil
belajar matematika.
6. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah tingkat pengaruh variabel X terhadap
variabel Y yang dinyatakan dalam presentase (%). Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh koefisien determinasi sebesar rxy2 = (0,755)2 = 0,5700. Hal ini berarti
57% variasi hasil belajar matematika ditentukan oleh kemandirian belajar atau
hasil belajar matematika dipengaruhi oleh kemandirian belajar sebesar 57%.
(Proses perhitungan lihat lampiran 45).
D. Interpretasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dikemukakan di atas, diketahui
adanya hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan
hasil belajar matematika pada siswa MTs Negeri Parung Bogor.
Dari perhitungan itu pula maka hasil penelitian diinterpretasikan bahwa
kemandirian belajar mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemandirian belajar yang baik, akan
memiliki tingkat hasil belajar matematika yang tinggi. Sebaliknya siswa yang
memiliki kemandirian belajar yang kurang baik menyebabkan rendahnya hasil
belajar matematika.
Namun demikian, kemandirian belajar bukan satu-satunya variabel atau
faktor yang menyebabkan meningkatnya hasil belajar siswa. Tetapi terdapat
faktor-faktor lain yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar siswa baik
68
faktor internal maupun eksternal seperti motivasi, sarana dan prasarana, disiplin,
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, guru dan
lainnya.
F. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak sepenuhnya sampai pada
tingkat kebenaran mutlak. Dari hasil uji hipotesis tersebut peneliti juga menyadari
bahwa penelitian ini memiliki beberapa kelemahan antara lain :
1. Peneliti hanya meneliti 2 variabel, yaitu kemandirian belajar dengan hasil
belajar matematika sedangkan masih banyak faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar seperti motivasi, sarana dan prasarana, disiplin,
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, guru dan
lainnya.
2. Hasil dari penelitian hanya berlaku pada kelas VIII.7 dan VIII.9 MTs Negeri
Parung-Bogor dan tidak dapat digeneralisasikan pada sekolah lainnya, karena
setiap respondennya memiliki karakteristik yang berbeda.
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teoritis, pengolahan data statistik dan interpretasi data
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan
signifikan antara kemandirian belajar (Variabel X) dengan hasil belajar
matematika (Variabel Y). Semakin tinggi tingkat kemandirian belajar, maka akan
semakin tinggi hasil belajar matematika siswa.
Hasil penghitungan koefisien korelasi antara kemandirian belajar dengan
hasil belajar matematika diperoleh koefisien korelasi sederhana (rhitung) 0,755.
Berdasarkan pengujian signifikansi koefisien korelasi antara pasangan skor
kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika rxy = 0,755 adalah
signifikan, artinya dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan positif dan
signifikan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika.
Besarnya sumbangan atau kontribusi yang diberikan oleh variabel
kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika adaah 57%. Sedangkan
sisanya sebesar 57% ditentukan oleh faktor lain seperti motivasi, sarana dan
prasarana, disiplin, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat, guru dan lainnya.
B. Saran
1. Siswa, guru dan orangtua hendaknya selalu memperhatikan dan meningkatkan
kemandirian belajar guna memperoleh hasil belajar yang baik. Upaya tersebut
66
70
dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek dan indikator-indikator
kemandirian belajar yang mempengaruhi hasil belajar.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam yang berkaitan dengan
kemandirian belajar dengan hasil belajar siswa. Karena pada penelitian ini
hanya mengetahui hubungan kedua variabel tersebut. Tetapi penelitian ini
belum menghasilkan upaya atau perlakukan kemandiran belajar yang perlu
diberikan kepada siswa dalam bentuk konkret dan menganalisis hasil-hasil
perlakukan tersebut.
3. Perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variabel-variabel yang
mempengaruhi hasil belajar siswa. Karena dalam penelitian ini hanya meneliti
satu variabel yang mempengaruhi hasil belajar matematika yaitu kemandirian
belajar. Sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya
seperti motivasi, lingkungan sekolah, lingkungan belajar, status sosial
keluarga, guru,sarana prasarana dan variabel lainnya.
71
DAFTAR PUSTAKA Admin. Belajar Mandiri. http://www.ictjabar.org/2009/02/04/belajar-mandiri.
ictjabar. html (Diakses tanggal 6 Juni 2009) -----------. Ciri Pembelajar Mandiri. http://www.sekolahrumah.com/index.php?
option =com_content&task=view&id=1273&Itemid=25 (Diakses tanggal 6 Juni 2009)
-----------. Penelitian Menurut Metode. http://www.pascasarjana-stiami.ac.id
/2009/04/ penelitian-menurut-metode. diakses tanggal 10 Januari 2010. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Penerbit PT
Rineka Cipta, 2006) Aspin, Hubungan Gaya Mengasuh Orang Tua Authoritarian Dengan
Kemandirian Emosian Remaja, (Tesis Publikasi Jurnal Damandiri, www.damandiri.or.id), Diakses tanggal 2 Mei 2010.
Basir, L.O, Kemandirian Belajar Atau Belajar Mandiri. (www.smadwiwarna.net)
Diakses tanggal 2 Mei 2010. Djaali, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Jakarta, 2000) Hajat, N. & I Ketut R, “Sudiarditha. Hubungan Antara Motivasi dengan Prestasi
Belajar Mahasiswa Program D-III Jurusan Ekonomi dan Adminsitrasi FE UNJ”, Jurnal Econosains Volume VI, Nomor 1, Maret 2008,
Hakim, T, Belajar Secara Efektif, (Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusantara) Hamalik, O, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009) Idrus, M. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Erlangga,
2009). Isjoni, Membangun Visi Bersama: Aspe-Aspek Penting Dalam Reformasi
Pendidikan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006) Johnson, E.B., Contextual Teaching & Learning (Bandung: Mizan Learning
Center, 2009)
68
72
Kadir, “Pengaruh Pendekatan Problem Posing Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Jenjang Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi dan Evaluasi ditinjau dari Metakognisi Siswa SMU di DKI Jakarta”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 053, Tahun Ke-11, Maret 2005
Kasim, M, Masalah Pendidikan Di Indonesia (http://meilanikasim.
wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/) Diakses tanggal: 2 Mei 2010.
Kountur, R. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis,(.Jakarta:
Penerbit PPM, 2004) Legowo, S, “Pengaruh Penyesuaian Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas
Unggulan Di SD Sompok Semarang”, Jurnal Pendidikan Iswara Manggala Volume I No. 3, Juni 2005
Martono, K. dan R. Eryanto, Firmansyah Noor, Matematika Dan Kecakapan
Hidup, (Bandung: Ganesa Exsaet, 2007) Muchlis, A.A., Cara Belajar Cerdas Dan Efektif, Bukan Keras Dan Melelahkan,
(Jogjakarta: Garailmu, 2009). Pao-Nan Chou dan Wei-Fan Chen. Exploratory Study of the Relationship
between Self-Directed Learning and Academic Performance in a Web-Based Learning Environment (http://www.westga.edu/~distance/ojdla/ spring111/chou111.pdf) (Diakses tanggal 6 Juni 2009)
Prasetya, T.G, Smart Parenting, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006) Rahayu, T, “Pelayanan BK Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI
SMA Negeri 5 Semarang”, Jurnal Pendidikan Iswara Manggala Volume I No.1, Februari 2005
Silberman, M, Active Learning, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007) Slavin, R.E., Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktek Jilid 2 (Jakarta: PT Indeks,
2009) Sudijono, A, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2009) Sudjana, N, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,.( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009) Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008)
73
Suryadi, D, Memupuk Kemandirian Siswa. (http://bataviase.co.id/node/160617)
Diakses Tangga 6 Juni 2009. Syah, D, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010) Ubaydillah. Evaluasi dan Motivasi. (http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_
detail.asp?id=486) Diakes Tanggal 2 Mei 2010. Warnick, B dan Gary, S, Andargogy: Application for Higer Education
(http://teach-usda.ahnrit.vt.edu/best_practice/presentations/pdfs /Andragogy.pdf) Diakses tanggal 6 Juni 2009.
Yohana, C, “Pengaruh Antara SQ, EQ dan IQ Terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNJ”, Jurnal Econosains Volume VI, Nomor 1, Maret 2008
top related