hiv dan konseling

Post on 30-Jun-2015

1.925 Views

Category:

Health & Medicine

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

H - Human

I - Immuno-deficiency

V - Virus

Virus hanya dap at menginfeksi manusia

Virus, membuat tubuh manusia menurun sistem kekebalannya , sehingga tubuh gagal melawan infeksi

Virus ini mampu memperbanyak diri sendiri didalam sel manusia

A - Acquired

I - Immune

D - Deficiency

S - Syndrome

Ditularkan dari orang ke orang.

Merusak sistem kekebalan manusia. Kekebalan adalah sistem pertahanan tubuh untuk mempertahankan diri dari serangan infeksi seperti bakteri atau virus.

Penurunan sistem kekebalan tubuh

Orang dengan AIDS mengalami berbagai gejala infeksi oportunistik dan penyakit lainnya.

• < 5 tahun atau > 40 tahun.

• Dipengaruhi oleh muatan virus dalam plasma & jumlah CD4 sel T :

– Makin tinggi muatan virus (jumlah virus dalam badan) makin rendah jumlah CD4 & makin tinggi progresivitas HIV menjadi AIDS & kematian.

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

0 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Jum

lah

4C

D+

sel

Asimtomatik

HZV

OHL

OC

PPEPCP

CM CMV, MAC

TB

Bulan….. Tahun sesudah terinfeksi HIV

SindromInfeksiAk ut HIV

Level relative -Plasma HIV RNA

CD4+ T cells

Antibodi

Periode jendela

•Stadium klinis I – IV.

•Skala Performance (modifikasi dari The Eastern Co-operative Oncology Group Score).

•Stadium Laboratorium A - C mengukur jumlah sel CD4.

Stadium Klinis I

• Asimptomatik

• Pembesaran kelenjar

limfe menyeluruh

(persistent generalized

lymphadenopathy (PGL)

Stadium Klinis II

• Kehilangan BB, < 10% BB.

• Manifestasi minor pada

mucocutaneous (D. seboroik,

prurigo, infeksi jamur pada kuku,

ulkus berulang pd mulut, luka

pada sudut mulut).

• Herpes Zoster, 5 tahun terakhir.

• ISPA berulang ( misal: sinusitis

bakteri).

Dan / atau skala Performance 1:

Asymptomatic, aktivitas normal Dan/atau Skala Performance 2: symptomatic, aktivitas normal

Stadium Klinis III:

• Penurunan BB, > 10% BB.

• Diare kronis tanpa penyebab yang jelas , > 1 bulan.

• Demam kronis tanpa penyebab yang jelas (selang-seling atau menetap), > 1 bulan.

• Kandidiasis Oral

• Leukoplakia oral (hairy) .

• TB paru, dalam 1 tahun terakhir.

• Infeksi bakterial berat.

Dan/atau skala performance 3:

baring ditempat tidur, < 50% hari lamanya dalam bulan terakhir

Stadium Klinis IV:

• Gejala HIV makin berat– Pneumonia Pneumocystis carinii – Toxoplasmosis otak– Cryptosporidiosis dg diarrhoea, > 1

bulan– Cryptococcosis, extrapulmonary– Cytomegalovirus (CMV) organ selain

hepar, lien atau nodus lymphaticus– Infeksi Herpes simplex virus (HSV),

mucocutaneous > 1bulan,atau visceral tak terbatas waktu

– Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML)

–Setiap disseminasi endemic mycosis (misal e. histoplasmosis, coccidioidomycosis)–Kandidiasis pada esofagus, trakea, bronkus atau paru–Atypical mycobacteriosis, disseminated–Non-typhoid Salmonella septicaemia–TB Ekstrapulmonar

• Lymphoma–Kaposi’s sarcoma (KS)–HIV encephalopathy

Dan/atau skala performance 4:

baring ditempat tidur, > 50% hari lamanya dalam bulan terakhir

• .Hubungan Seksual

• ,Darah , produk darah jaringan dan organ

Transfusi darah, transplantasi

Penggunaan ulang jarum suntik, semprit, alat medik lain, alat tusuk lain (tindik, tatoo, dll)

• - -Ibu ke anak

• Kontak sosial atau sentuhan tubuh (makan bersama, bersalaman, berpelukan, cium pipi, batuk, bersin, menggunakan telpon umum, mengunjungi RS)

• Feses, urin, air liur, keringat, airmata .

• Donor darah

• Penggunaan toilet umum

• Gigitan serangga (nyamuk)

• Kolam renang

•Perilaku Seksual : – Tak konsisten menggunakan kondom.– Banyak pasangan seksual.– Sering jajan seks.

•Perilaku penggunaan NAPZA : – Tukar-menukar peralatan suntik (IDU).– Pembersihan jarum tak semestinya.

• KELUAR (EXIT) –virus harus keluar dari tubuh orang yang terinfeksi.

• BERTAHAN HIDUP (SURVIVE) –virus harus dapat bertahan hidup.

• JUMLAH CUKUP (SUFFICIENT) – jumlah virus yang bertahan hidup harus cukup untuk dapat menginfeksi.

• MASUK (ENTER) – virus harus masuk aliran darah untuk dapat menginfeksi orang.

• Seks vaginal –tidak menggunakan kondom, tidak ejakulasi: Risiko buat perempuan? – Risiko rendah sampai tinggi . virus juga terdapat di cairan pra ejakulat, berisiko

terhadap IMS.

• Hubungan seks dalam keadaan perempuan menstruasi – menggunakan kondom , tidak menggunakan kondom.. – Menggunakan kondom risiko rendah, tanpa kondom risiko tinggi.

• Seks vaginal – tanpa kondom, ‘ditarik’ kemudian ejakulasi: Risiko buat laki-laki? – Sedang sampai tinggi – virus juga terdapat di cairan pra ejakulat, berisiko terhadap

IMS

• Seks vaginal – tanpa kondom, ejakulasi: Risiko untuk perempuan? – Tinggi.

• Seks anal penetratif – tanpa kondom, ‘ditarik’ kemudian ejakulasi

– Sedang sampai tinggi – virus juga terdapat di cairan pra ejakulat, berisiko terhadap IMS.

• Seks anal reseptif – tanpa kondom, tanpa ejakulasi

– Sedang sampai tinggi –pasangan sering lupa ‘menarik’ dan virus juga terdapat di cairan pra ejakulat, berisiko terhadap IMS.

• Seks oral – penis dalam mulut perempuan. Risiko buat perempuan ? – Tak ada risiko HIV.

• Seks oral – penis masuk ke dalam mulut perempuan . Risiko bagi laki-laki? – Tidak ada risiko, kemungknan risiko untuk lesi herpes

• Seks oral – laki-laki dengan laki-laki, dengan ejakulasi: Risiko kepada

pasangan yang dipenetrasi? – Tidak ada risiko HIV, hindari jika laki-laki reseptif mempunyai herpes di

mulutnya.

• Seks oral – laki-laki dengan laki-laki, tidak ada ejakulasi: Risiko bagi laki-

laki penerima? – Tidak ada risiko HIV..

• Menggunakan alat suntik bersama (misalnya kapas,

air, mangkok pencampur)

– Rendah untuk HIV ; tinggi untuk Hep B dan Hep C.

• Menggunakan jarum dan/atau semprit bersama

– Tinggi.

• Menggunakan sikat gigi bersama-sama

– Tidak ada risiko.

• Ciuman dalam – Tidak ada risiko HIV.

• Gigitan nyamuk – Tidak ada risiko.

• Bertukar sendok dan garpu – Tak berisiko.

• Melakukan tato – Memerlukan informasi lebih lanjut atas metoda dan alat-alat

yang digunakan, dapat berisiko rendah, sedang atau tinggi dalam kelompok ritual tattoo.

Total: 42 juta

Western Europe

570 000570 000North Africa & Middle East

550 000550 000Sub-Saharan

Africa

29.4 million29.4 million

Eastern Europe & Central Asia

1.2 million1.2 million

South & South-East Asia

6 million6 million

Australia & New Zealand

15 00015 000

North America

980 000980 000Caribbean

440 000440 000

Latin America

1.5 million1.5 million

East Asia & Pacific

1.2 million1.2 million

• 2002-2010 Pada tahun tanpa usaha -pencegahan

– 45 126 ODHA bertambah juta orang di negara m iskin dan negara

berpenghasilan menengah

– > 40% di Asia dan Pasifik.

UNAIDS (2002)

Negara Jumlah HIV %

(15- 49 TH)Heteroseku

al

IDU

Cambodia 170,000 2.7 +++ -

Myanmar 420,000 2.0 +++ ++

Thailand 670,000 1.8 +++ ++

India 3,970,000 0.8 ++ +

Papua NG 17,000 0.7 ++ _

Nepal 58,000 0.5 _ ++

Vietnam 130,000 0.3 +++ +

Indonesia 120,000 0.1 + ++

China 850,000 <01 _ +++

Sri Lanka 4,800 <01 + -

Bangladesh 13,000 <01 + -

•GENERALISATA – > 1% populasi umum .

•TERKONSENTRASI– < 1% populasi umum, > 5% dalam

kelompok risiko tinggi.

•LEVEL RENDAH– < 1% dalam populasi umum, < 5% dalam

kelompok risiko tinggi

• Epidemi HIV generalisata :

–Kamboja*, sebagian India, Myanmar & Thailand*.

• Epidemi HIV terkonsentrasi :

–Sebagian China, Indonesia, Malaysia, Nepal & Vietnam.

• Epidemi HIV level rendah :

–Bangladesh, Bhutan, Laos, Maldives, Filipina, Republik Korea & Sri Lanka.

• Tak ada laporan HIV:

–Korea Utara. * Saat ini menurun

12%

21%

2%

21%4%

37%

3%

NAPI

Pasangankel.risti

WPS

Gay

PelangganWPS/PSK

PSK

IDU

IMS merupakan faktor penyerta penularan HIV

masalah besar kesehatan masyarakat

Hampir 50 juta penderita IMS setiap tahun di Asia

Tenggara.

•IMS rentan terhadap HIV-Pencegahan IMS dapat

melindungi diri dari tertular HIV

Pengendalian IMS dapat mengurangi penularan

HIV.

• Peningkatan IMS :– meningkatkan kerentanan individu

terhadap HIV – ODHA.

• Pola perilaku berisiko IMS sama dengan

perilaku berisiko HIV.

• Mencegah IMS mencegah penularan

HIV:– Kondom.

•Sasaran intervensi:– Program kondom 100% pada pekerja seks

dan pelanggannya.– Program pencegahan dampak buruk (Harm reduction) pada pengguna narkoba suntik

(IDU).

• Penatalaksanaan IMS .

• Pencegahan penularan ibu-anak (PMTCT)

• Pastikan semua donor darah aman.

• Konseling sukarela dan tes (Voluntary counselling and testing=VCT).

=

Konseling dan Tes Sukarela

Konseling bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan

sebelum dan sesudah tes HIV

VCT dilakukan setelah klien memahami dan

menandatangani informed consent

• VCT merupakan strategi kesehatan masyarakat yang efektif dalam mencegah penularan HIV :

• Pengurangan perilaku berisiko.• Peningkatan penggunaan kondom.• Penggunaan jarum suntik steril

• VCT merupakan pintu masuk keberbagai akses pelayanan dan dukungan HIV/AIDS.

• Pelayanan VCT harus secara luas di sosialisasikan .

1. Pencegahan penularan HIV :

Dari seseorang dengan HIV (+) ke orang lain yang HIV (-) atau yang belum jelas statusnya

Dari ibu HIV (+) ke anak.

Konseling dan tes sukarela HIV merupakan komponen efektif untuk pencegahan penularan HIV yang mempromosikan perubahan perilaku seksual dan menyuntik yang aman.

 

2. Merupakan pintu masuk kesemua layanan HIV/AIDS:

• Pelayanan medik. ART Terapi dan pencegahan IO Penularan ibu-anak (PMTCT)

• Keluarga Berencana

• Pelayanan Psikososial

• Konseling perilaku hidup sehat

• Dukungan mental-emosional

• Bantuan hukum dan perencanaan masa depan

 

VCT DAN LAYANAN

TERKAIT

Perencanaan masa depan (layanan yatim-piatu, keluarga

dan pembuatan wasiat, warisan)

Penerimaan dan ‘coping’ akan serostatus

Normalisasi dan destigmatisasi HIV/AIDS

Dukungan sebaya, sosial, & masyarakat, termasuk kelompok

ODHA

Akses KB

Akses pada kondom (perempuan dan laki-laki )

Akses layanan pengobatan dini termasuk terapi ARV’s pencegahan TB, & IO

Penatalaksanaan dini IO

Pencegahan , skrining dan terapi IMS

Pemberian layanan KIA /PMTCT

Memfasilitasi perubahan perilaku

(Sexual, safe injecting)

ARV - antirretroviralIO - infekasi oportunistikIMS - infeksi menular seksual

• Perawatan klinis dan asuhan keperawatan.

• Dukungan psikososial dan konseling.

• Dukungan ekonomi dan pekerjaan.

• Perumahan.

• Bantuan Hukum.

• Dukungan dan perawatan untuk anak yatim dan janda.

• Pelatihan tentang perawatan dan dukungan bagi care givers.

Planning and Implementing HIV/AIDS Care Programmes: A step-by-step approach. WHO SEARO 1998/ 2002

• Mengurangi stigma masyarakat

Diagnosis HIV mempunyai banyak implikasi baik fisik, psikologik,

sosial, maupun spiritual. Penyakit ini dapat mengancam

kehidupan dan pengobatannya seumur hidup stigma.

• Mendukung hak azasi

Infeksi HIV merupakan hal serius yang mempunyai dampak

kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, termasuk

kesehatan reproduksi, kehidupan seksual dan keluarga,

kehidupan sosial dan produktivitas di masyarakat.  

3. Kesehatan Masyarakat

• IDU (injecting drug user)

• Sex workers (laki-laki dan perempuan) dan pasangannya

• MSM (Man who have sex with man) Homosexual atau Gay , Waria

• Anak remaja

• PTTCT (Prevention Parent to Child transmission) dulu PMTCT

• Narapidana

• Kaum migran

• Occupational Exposure (Petugas Kesehatan, Polisi lalu lintas, Cleaning service, Petugas pemulasaran jenazah, dll)

•Informed consent

•Kerahasiaan

•Consent adalah persetujuan akan sesuatu dengan persepsi yang sama yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih

•Consent yang valid didahului dengan informasi faktual, dan harus dimengerti

• Informasi yang perlu disampaikan: risiko,

keuntungan,

alternatif,

(variasi tergantung konteks).

• Informasi diberikan dapat: memberdayakan pasien ,

memastikan partisipasinya,

ketaatan

• Perlu ada perangkat hukum dan kebijakan yang mendukung kerahasiaan konseling dan tes HIV

• Ada sanksi yg jelas bila terjadi pelanggaran.

• Pusat pelayanan VCT perlu mengembangkan kebijakan yang melindungi kerahasiaan klien. Petugas di setiap lini perlu mengetahui kebijakan dan alasan kebijakan ini dibuat.

• Bila klien dirujuk harus ada persetujuan tertulis dari klien, tentang informasi apa yang boleh dan tidak diberikan.

• Keputusan untuk boleh menyampaikan atau menyertakan orang lain dalam proses VCT ada ditangan klien.

 

 

• Tes anonimus dapat melindungi klien dari pengenalan identitas.

• Tes anonimus tidak menggunakan nama klien tetapi menggunakan kode yg ditempelkan pada catatan medik dan sampel darah.

• Pelaporan hasil tes HIV ke pusat pencatat data juga dilakukan dengan sistem kode.

 

• Surveilans – epidemiologi.

• Pemeriksaan darah – Pastikan kualitas dan

keamanan darah & produknya

• Individu – tes sukarela untuk mengetahui

status seseorang

• Tes diagnostik – penatalaksanaan klinis

•Konseling.

•Pelayanan medik.

•Pelayanan keperawatan.

•Dukungan psikososial .

• Perawatan klinis dan asuhan keperawatan.

• Dukungan psikososial dan konseling.

• Dukungan ekonomi dan pekerjaan.

• Perumahan.

• Bantuan Hukum.

• Dukungan dan perawatan untuk anak yatim dan janda.

• Pelatihan tentang perawatan dan dukungan bagi care givers.

Planning and Implementing HIV/AIDS Care Programmes: A step-by-step approach. WHO SEARO 1998/ 2002

•Medikasi antiretroviral (ARVs).•Medikasi Profilaksis untuk infeksi oportunistik.•Medikasi infeksi oportunistik (terutama TB).•Medikasi gangguan neuro-psikiatrik•dll

Dr. Eka Viora, SpKJSubdirektorat Pencegahan Penanggulangan Masalah NAPZA, Rokok dan Alkohol

Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa- Ditjen Bina Pelayanan Medik

Departemen Kesehatan RI

Alamat Kantor

Jl HR Rasuna Said Blok X5 Kav 4-9 Jakarta, Blok B # 412

Telp/ Fax: 021.5222429

HP: 08161464070

E-mail address: e_viora@yahoo.com atau viora@depkes.go.id

Alamat Rumah

Jl. Qamari I/ D.32 Villa Ilhami-Islamic Village

Karawaci –Tangerang-Banten

Telp: 021.54203332

• Pendidikan:– Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa: FKUI 1995– Pendidikan Dokter, FK Unsri Palembang– SMA No. 3 Rumbai– SMP No. 1 dan SD No.8 Bangkinang

• Diklat:– Trainer VCT: Bangkok-Thailand 2002– Drugs

• Yangoon-Myanmar 2003• Sydney- Australia, 2003• Adelaide-South Australia, 2004• Brazil, 2005• Denpasar - Bali 2001, 2005

– Mental Health & Disaster Mental Health• New Delhi-India, 2002• Rome-Italy, 2005• Kobe-Jepang, 2005

top related