hemoragik subkonjungtiva
Post on 27-Jan-2016
269 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Hemoragik Subkonjungtiva Okuli Dextra
Maria Mustika Dewanti*
102011072
Pendahuluan
Mata merupakan panca indera halus yang memerlukan perlindungan terhadap faktor-
faktor luar yang berbahaya. Sebagaimana fungsi visualnya yang penting, untuk melindungi mata
terhadap cedera mata terdapat palpebra dan rongga mata yang terdiri atas tulang orbita di sekitar
mata. Mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 22 hingga 24 mm. Bola mata di bagian
depan mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan dua
kelengkungan yang berbeda. 1
Sebagai indera penglihatan makhluk hidup, bagian mata kita melakukan fungsi
penglihatan dengan melakukan koordinasi fungsi mata di setiap bagiannya. Mata kita seperti
yang terlihat dari luar hanya seperti bulatan bola mata, namun pada bagian dalamnya terdapat
jaringan anatomi mata yang cukup rumit untuk memproses penglihatan kita. Saat kita melihat
suatu objek, tentunya kita bisa menyebutkan objek apa yang sedang kita lihat. Hal ini merupakan
koordinasi fungsi pada anatomi dan morfologi mata, sehingga jika salah satu bagian mata ini
mengalami gangguan, baik secara anatomis maupun fungsional, maka akan mempengaruhi
bentuk dan atau fungsinya.1
Kelainan pada mata dapat terjadi pada beragam komponen penyusunnya, baik dicetuskan
oleh kelainan lokal, sistemik, trauma langsung maupun tidak langsung. Salah satu kelainan yang
dapat mengenai mata adalah hematoma atau perdarahan subkonjunktiva.1
*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510
email: maria_mustika94@yahoo.com
1
Anamnesis
Pada anamnesis, ditanyakan nama, umur, jenis kelamin, keluhan utama, riwayat penyakit
dahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat sosial, riwayat keluarga, dan riwayat obat. 2
Keluhan utama biasanya mata merah mendadak. Untuk mencari tahu riwayat penyakit
sekarang perlu ditanyakan apakah pasien menggunakan kacamata/lensa kontak, apakah ada
penurunan tajam penglihatan, apakah terasa gatal atau tidak, sakit atau tidak, warna sekret mata,
kelopak terasa lengket atau tidak, merasa silau (fotofobia) atau tidak. Tanyakan juga mengenai
ada atau tidaknya demam, sakit kepala, pembengkakan kelenjar, batuk, bersin-bersin, pilek, sakit
ketika menelan, suara serak, dan sakit telinga. 2
Pada riwayat sosial dan keluarga, perlu ditanyakan apakah pasien merokok, baru pergi ke
daerah mana, dan ada tidaknya orang-orang terdekat yang mengalami gejala yang sama.
Pada riwayat penyakit dahulu ditanyakan apakah sering menderita penyakit serupa secara
berulang. Pada riwayat obat, ditanyakan apakah menggunakan obat-obatan tertentu dan apakah
alergi terhadap suatu obat tertentu.2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang diperlukan meliputi survei umum keadaan pasien, tingkat
kesadaran, ekspresi wajah dan aktivitas motorik, tanda-tanda vital, pemeriksaan kelenjar limfe
servikal dan preaurikuler, dan pemeriksaan mata. Bila dicurigai ada infeksi fokal seperti ada
faringitis, maka pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorok diperlukan. 3
Pemeriksaan mata yang dilakukan antara lain:
Ketajaman visus, menggunakan kartu Snellen
Palpebra, dilihat apakah ada edema, warna kemerahan, lesi, arah bulu mata, dan
kemampuan palpebra untuk menutup sempurna.
Konjungtiva dan sclera, dilihat warnanya dan vaskularisasinya, cari setiap nodulus atau
pembengkakan. Pada konjungtiva tarsus superior dicari kelainan seperti folikel,
membran, papil, papil raksasa, pseudomembran, sikatriks, dan simblefaron. Pada
konjungtiva tarsus inferior dicari kelainan seperti folikel, papil, sikatriks, hordeolum,
kalazion. Pada konjungtiva bulbi dilihat ada tidaknya sekret. Bila ada amati warna sekret,
kejernihan, dan volume sekret. Kemudian cari ada tidaknya injeksi konjungtival, siliar,
atau episklera, perdarahan subkonjungtiva, flikten, simblefaron, bercak degenerasi,
pinguekula, pterigium, dan pseudopterigium.
2
Kornea, lensa, dan pupil, dengan cahaya yang dipancarkan dari temporal dilihat apakah
ada kekeruhan (opasitas) pada lensa melalui pupil, apakah ada bayangan berbentuk bulan
sabit pada sisi medial, kemudian dilihat ukuran, bentuk dan kesimetrisan pupil.
Lapang pandang, dengan tes konfrontasi
Apparatus lakrimalis, dilihat apakah ada pembengkakan pada daerah kelenjar lakrimalis
dan sakus lakrimalis.
Pada kasus ini hasil pemeriksaan fisiknya adalah visus normal, pada pemeriksaan segmen
anterior tampak daerah kemerahan pada pembuluh darah lensa, dan pemeriksaan posterior dalam
batas normal.3
Pemeriksaan Penunjang
Funduskopi atau Ophtalmoscopy
Tujuan dari pemeriksaan dengan tomometer adalah untuk mengukur TIO. Tonometer ada 3
macam yaitu tonometer digital, tonometer schiotz, dan tonometer aplanasi goldman.3
Cara pemeriksaan menggunakan tonometer :
- Klien diintruksikan untuk meliha kea rah bawah tanpa menutup mata
- Palpasi daerah interkalare dengan 2 telunjuk jika normal pasti terdapat fluktuasi atau
aliran
Cara pemeriksaan menggunakan Tonometer Schiotz :
Cara pemeriksannya adalah klien berbaring tanpa bantal, kemudian matanya ditetesi
pantocain 1-2% satu kali. Instruksikan klien untuk melihat ibu jarinya yang diacungkan
didepan matanya dan letakkan tonometer di puncak kornea. Tekanan normalnya antara
10-20 mmHg atau 7/7,5-10,5/7,5.
Cara pemeriksaan menggunakan Tonometer Aplanasi :
Paling akurat, cara pemeriksaannya dengan klien duduk dan langsung ditempelkan pada
kornea klien dan membutuhkan anastesi local dan sebelumnya klien diberikan fluoressein
lalu dilihat skalanya (mmHg).3
3
Tonometri
Pemeriksaan secara kasar (metode digital)
- Penderita diminta untuk melirik kebawah.
- Kedua jari telunjuk kita gunakan untuk pemeriksaan fluktuasi pada bola mata
penderita
Menggunakan Tonometer dari Schiotz.
- Persiapan : Mata penderita terlebih dulu ditetesi dengan larutan anestesi lokal.
- Tonometer didesinfeksi dengan dicuci alkohol atau dibakar dengan api spiritus.
Penderita tidur telentang, mata yang akan diperiksa melihat lurus keatas tanpa
berkedip.
- Tonometer diletakkan dengan perlahan-lahan dan hati-hati diatas cornea penderita.
- Pemeriksa membaca angka yang ditunjuk oleh jarum tonometer.
- Kemudian pemeriksa melihat pada tabel, dimana terdapat daftar tekanan bola mata.
Bila tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai tajam penglihatan menurun
pada hematoma subkonjungtiva, maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari
kemungkinan adanya ruptur bulbusokuli sebagai kemungkinan akibat trauma. Epitel konjungtiva
mudah mengalami regenerasi sehingga luka pada konjungtiva penyembuhannya cepat.3
Diagnosis Banding
Konjungtivitis Virus Faringokonjungtiva
Merupakan peradangan pada konjungtiva yang disebabkan oleh
infeksi virus. Gejala muncul berupa demam, faringitis, sekret
berair dan sedikit, folikel pada konjungtiva yang mengenai satu
atau kedua mata. Biasanya disebabkan adenovirus tipe 3, 4 dan
7, terutama mengenai anak-anak yang disebarkan melalui
droplet atau kolam renang. Masa inkubasi 5-12 hari, yang
menularkan selama 12 hari dan bersifat epidemik. Berjalan akut dengan gejala penyakit
hiperemia konjungtiva, sekret serous, fotofobia, kelopak bengkak dengan pseudomembran,
selain itu dapat terjadi keratitis epitel superfisial dan atau subepitel dengan perbesaran kelenjar
limfe preurikel. Pengobatan hanya suportif karena dapat sembuh sendiri. Diberikan kompres,
4
Gambar 3. Konjungtivitis viral 4
astringen, lubrikasi, pada kasus berat dapat diberikan antibiotik dengan steroid topikal.
Pengobatan biasanya simtomatik dan atibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Macam infeksi
konjungtiva ec virus antara lain adalah keratokonjungtivitis epidemi, konjungtivitis herpetik,
konjungtivitis varisela-zoster, konjungtivitis inklusi, konjungtivitis New Castle dan
konjungtivitis epidemi episode akut.4
Dry Eyes atau Konjungtivitis Mata Kering
Keratokonjungtivitis sika adalah suatu keadaan
keringnya permukaan kornea dan konjungtiva yang
diakibatkan berkuarnganya fungsi air mata.
Kelainan-kelainan ini terjadi pada penyakit yang
mengakibatkan defisiensi pada komponen lemak
mata dan atau kelenjar lakrimalis, penguapan yang
berlebihan seperti pada keratitis neuropatik, hidup di
gurun pasir, keratitis lagoftalmus, keberadaan sikatriks pada kornea serta menghilangnya
mikrovili kornea. Pasien umumnya datang dengan keluhan gatal, mata seperti berpasir, visus
turun tampak kabur, sekresi mukus yang berlebihan, sukar menggerakan kelopak mata, mata
tampak kering dan terdapat erosi kornea. Konjungtiva bulbi tampak udema, hiperemik menebal
dan kusam. Kadang-kadang terdapat benang mukus kekuningan pada fornix konjungtiva bagian
bawah. Pengobatan tergantung pada penyebabnya dan air mata buatan yang diberikan
selamanya.5
Diagnosis Utama
Mata merupakan organ tubuh yang dapat dilihat dari luar. Bagian depan bola mata juga dapat
dilihat oleh karena medianya yang bening, sedangkan dinding bola mata bagian dalam atau
fundus dapat dilihat dengan oftalmoskop karena media refraksi yang jernih. Keseluruhan sistem
yang menyusun mata mendukung suatu fungsi penting peranan visual manusia. Sebagai indera
penglihatan makhluk hidup, bagian mata kita melakukan fungsi penglihatan dengan melakukan
koordinasi fungsi mata di setiap bagiannya. Mata kita seperti yang terlihat dari luar hanya seperti
bulatan bola mata namun, pada bagian dalamnya terdapat jaringan pada anatomi mata yang
5
Gambar 4. Dry Eyes 7
cukup rumit untuk memproses penglihatan kita. Saat kita melihat sesuatu objek, tentunya kita
bisa menyebutkan objek apa yang sedang kita lihat. Hal ini merupakan koordinasi fungsi pada
anatomi mata, sehingga jika salah satu bagian mata ini mengalami gangguan yang
mempengaruhi penglihatan. 5
Tanpa mata dengan bagian bagian mata yang sehat, kita tidak bisa melakukan proses
penglihatan. Selain itu, gangguan pada fungsi mata juga akan terjadi di dalam kegelapan, karena
mata tidak bisa melihat sebab tidak adanya cahaya yang masuk ke mata. Berikut merupakan
gambaran anatomi dan fisiologi komponen-komponen penyusun organ mata manusia, yaitu : 3
Kelopak mata : berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata pada benda banda luar,
sekaligus memperindah mata, khususnya pada wanita dengan memakai eyeshadow dan
eyeliner sebagai riasan mata.
Alis mata : berfungsi untuk menahan keringat atau air hujan yang bisa masuk ke dalam
bola mata.
Bulu mata : berfungsi untuk melakukan terhadap filter cahaya yang masuk dan
melindungi mata dari masuknya benda-benda asing.
Konjungtiva : merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.
Bermacam – macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva. Konjungtiva
mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi
bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
- Konjungitva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari
tarsus.
- Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera dibawahnya.
- Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.Konjungtiva bulbi dan forniks
berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata
mudah bergerak.
Kornea : lapisan paling luar mata ini, bersifat kuat dan tembus terhadap cahaya. Bagian
kornea mata menerima fungsi untuk menerima, dan kemudian meneruskan cahaya yang
masuk ke mata, dan juga melindungi anatomi mata yang bersifat lebih sensitif di
dalamnya.
6
Aqueous humor : bagian yang merupakan cairan kornea dan lensa mata, memiliki fungsi
untuk melakukan pembiasan terhadap cahaya yang masuk kedalam mata.
Lensa kristalin : lensa mata melakukan peran penting dalam mengatur letak bayangan
objek, agar tepat jatuh pada bintik kuning. Lensa mata berfungsi dalam memfokuskan
obyek sehingga jika terdapat gangguan mata silinder misalnya, hal ini terjadi karena
terdapat kelainan yang terjadi pada lensa mata.
Iris : anatomi mata yang membentuk celah lingkaran mata di tengah-tengahnya. Warna
pada mata ini dipengaruhi oleh iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk pada mata
dan terletak pada tengah-tengah bola mata.
Pupil : sebuah celah yang terbentuk karena cahaya yang masuk melalui iris, sehingga
pupil ini melakukan pengaturan terhadap banyak dan sedikitnya cahaya yang masuk ke
dalam mata. Pupil berada di tengah iris dan mengecil atau membesar untuk
menyesuaikan cahaya.
Vitreus humor : berbentuk cairan bening yang terisi pada rongga mata, yakni memiliki
fungsi untuk meneruskan cahaya dari lensa ke retina. Kelainan pada bagian ini dapat
menyebabkan penyakit glaukoma yang sering sebabkan kebutaan.
Retina : merupakan bagian dinding belakang bola mata, yang merupakan tempat
bayangan dibentuk. Retina atau selaput jala adalah bagian mata yang peka terhadap
cahaya. Kemudian retina inilah yang berfungsi menangkap dan meneruskan cahaya dari
lensa hingga ke saraf mata. Pada ujung ujung syaraf inilah yang menerima cahaya.
Bintik kuning : berbentuk seperti melengkung pada badan retina dan merupakan bagian
paling peka pada retina.
Syaraf optik : berfungsi untuk meneruskan rangsangan cahaya yang diterima retina ke
bagian otak. Saraf optik atau syaraf mata ini akan menerima semua informasi yang akan
nantinya diproses di otak, dengan demikian kita bisa melihat suatu objek.
Konjungtiva merupakan membran mukus yang
transparan yang membentang di permukaan dalam
kelopak mata dan permukaan bola mata sejauh dari
limbus. Konjungtiva Ini memiliki suplai limfatik yang
tebal dan sel imunokompeten yang berlimpah. Mukus
penting pada air mata. Konjungtiva merupakan barier
7
pertahanan dari adanya infeksi. Aliran limfatik berasal dari nodus preaurikuler dan
submandibula, yang berkoresponden dengan aliran di kelopak mata. Konjungtiva terdiri atas 3
bagian yaitu sebagai berikut :
Konjungtiva palpebra dimulai dari hubungan mukokutaneus pada tepi kelopak dan
bergabung ke lapis tarsal posterior.
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke
tarsus. Ditepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks
superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera dan menjadi konjungtiva
bulbaris.4
Konjungtiva forniks merupakan konjungtiva peralihan konjungtiva palpebra dan bulbi.
Konjungtiva bulbi yang menutupi sklera anterior dan bersambung dengan epitel kornea
pada limbus. Punggungan limbus yang melingkar membentuk palisade Vogt. Stroma
beralih menjadi kapsula Tenon kecuali pada limbusdimana dua lapisan
menyatu.Konjungtiva bulbaris melekat longgar keseptum orbitale di forniks dan melipat
berkali – kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar
permukaan konjungtiva sekretorik. Lipatan konjungtiva bulbaris tebal, mudah
bergerak dan lunak (plika semilunaris) terletak di kanthus internus dan
membentuk kelopak mata ketiga pada beberapa binatang. Struktur epidermoid kecil
semacam daging (karunkula) menempel superfisial ke bagian dalam plika semilunaris
dan merupakan zona transisi yang mengandung elemen kulit dan membran mukosa.4
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri
siliaris anterior dan arteri palpebralis.
Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan
bersama dengan banyak vena konjungtiva
yang umumnya mengikuti pola arterinya
membentuk jaring – jaring vaskuler
konjungtiva yang banyak sekali.
Pembuluh limfe konjungtiva terusun
dalam lapisan superfisial dan lapisan
profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe kelopak mata hingga membentuk pleksus
8
Gambar 1. Lapisan Konjungtiva 5
Gambar 2. Vaskularisasi Konjungtiva 5
limfatikus yang kaya. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama
nervus V. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. 5
Histologi konjungtiva terdiri dari epitel konjungtiva non-keratinisasi dan tebalnya sekitar
5 sel. Sel basal kuboid menyusun sel polihedral yang mendatarsebelum sel tersebut terlepas dari
permukaan. Sel goblet terdapat didalam sel epitelnya. Sel goblet kebanyakan terdapat di inferior
dari nasaldan di konjungtiva forniks, dimana jumlahnya sekitar 5 – 10% jumlahsel basal. Lapisan
epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisansel epitel silinder bertingkat, superfisial
dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di
dekatpersambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel – selepitel skuamosa. Sel-
sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superfisial dan di dekat limbus dapat
mengandung pigmen. Stroma (substansia propria) terdiri atas jaringan ikat yang
banyak kehilangan pembuluh darah. Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid
(superfisial) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid
dan di beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum
germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. 5
Hemoragik subkonjungtiva merupakan keadaan pecahnya pembuluh darah yang terdapat
pada atau di bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera, dan bisa bersifat
unilateral maupun bilateral tergatung etiologi yang mendasari . Pecahnya pembuluh darah ini
dapat akibat batuk rejan, trauma tumpul basis kranii atau dikenal dengan hematom kacamata,
pembuluh darah yang rapuh dan rentan pecah, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis, anemia
dan faktor obat-obat tertentu. Bila pendarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu
dipastikan bahwa tidak terdapat robekan di bawah jaringan konjungtiva atau sklera. Kadang-
kadang hematoma subkonjungtiva menutupi keadaan mata yang lebih buruk sepeeti perforasi
bulbus okuli. Besarnya pendarahan subkonjungtivaini dapat kecil ata luas di seluruh
subkonjungtiva. Warna merah pada konjungtiva pasien pastinya memberikan rasa was-was
sehingga pasien akan segera minta pertolongan pada dokter. Warna merah akan berubah menjadi
warna hitam setelah beberapa hari, layaknya hematom pada bagian tubuh lainnya. Berdasarkan
gambaran penyakit yang ada, pasien pada skenario 10 didiagnosis menderita hematoma
subkonjungtiva. 5
Etiologi
9
Disebabkan oleh enterovirus tipe 70 dan kadang-kadang oleh coxsackievirus A24. Virus
ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh fomite seperti seprei, alat-
alat optic yang terkontaminasi, dan air.6
Terlalu sering mengucek-ngucek mata mengakibatkan lecet pada konjungtiva, namun ada
kalanya pembuluh darah ikut terkena yang akibatnya pembuluh darah kecil ini robek dan
mengeluarkan darah.6
Manuver Valsalva, antara lain seperti batuk, tegang, muntah – muntah, bersin. Batuk,
muntah dan bersin yang terus menerus bisa mengakibatkan naiknya tekanan pembuluh
darah setempat terutama di daerah leher dan kepala sehingga berakibat kaliper mata
menjadi pecah.7
Traumatik. Terpisah atau berhubungan dengan perdarahan retrobulbar atau ruptur bola
mata. Bekas pukulan atau kemasukan benda asing bisa mengakibatkan robeknya
konjungtiva sehingga pembuluh darah ini turut robek dan mengeluarkan darah.7
Hipertensi. Naiknya tekanan darah bisa mengakibatkan tahanan pembuluh kapiler mata
bertambah, akibatnya pembuluh kapiler tidak sanggup menahan naiknya tekanan ini
hingga akhirnya pecah.7
Gangguan perdarahan. Jika terjadi berulang pada pasien usia muda tanpa adanya riwayat
trauma atau infeksi, termasuk penyakit hati atau hematologik, diabetes, SLE, parasit dan
defisisensi vitamin C. Kelainan pada komposisi darah mengakibatkan konsentrasi darah
jauh lebih rendah yang berakibat terjadi perubahan pada tekanan hidrostatis pembuluh
darah sehingga darah merembes keluar dari dalam pembuluh darah.7
Berbagai riwayat pengobatan dengan antibiotik, obat NSAID, steroid, kontrasepsi dan
vitamin A dan D yang telah mempunyai hubungan dengan terjadinya perdarahan
subkonjungtiva, penggunaan warfarin atau anti koagluan lainnya.7
Sequele normal pada operasi mata sekalipun tidak terdapat insisi pada konjungtiva.
Beberapa infeksi sistemik febril dapat menyebabkan perdarahan subkonjungtiva,
termasuk septikemia meningokok, demam scarlet, demam tifoid, kolera, riketsia, malaria,
dan virus (influenza, smallpox, measles,yellow fever, sandfly fever).7
Perdarahan subkonjungtiva telah dilaporkan merupakan akibat emboli dari patahan tulang
panjang, kompresi dada, angiografi jantung, operasi bedah jantung.7
10
Penggunaan lensa kontak, faktor resiko mayor perdarahan subkonjungtiva yang diinduksi
oleh penggunaan lensa kontak adalah konjungtivakhalasis dan pinguecula.7
Konjungtivokhalasis merupakan relaksasi dinding pembuluh darah konjungktiva, yang
mana diduga menjadi salah satu faktor resiko yang memainkan peranan penting pada
patomekanisme terjadinya perdarahan subkonjungtiva.7
Epidemiologi
Dari segi usia, perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua kelompok umur, namun
hal ini dapat meningkat kejadiannya sesuai dengan pertambahan umur. Penelitian epidemiologi
di Amerika Serikat rata – rata usia yang mengalami perdarahan subkonjungtiva adalah usia 30.7
tahun. Perdarahan subkonjungtiva sebagian besar terjadi unilateral (90%). Pada perdarahan
subkonjungtiva tipe spontan tidak ditemukan hubungan yang jelas dengan suatu kondisi keadaan
tertentu (64.3%). Kondisi hipertensi memiliki hubungan yang cukup tinggi dengan angka
terjadinya perdarahan subkonjungtiva (14.3%). Kondisi lainnya namun jarang adalah muntah,
bersin, malaria, penyakit sickle cell dan melahirkan. Pada kasus melahirkan, telah dilakukan
penelitian oleh Stolp W dkk pada 354 pasien postpartum dengan perdarahan subkonjungtiva.
Bahwa kehamilan dan proses persalinan dapat mengakibatkan perdarahan subkonjungtiva.6,7
Patogenesis
Konjungtiva adalah selaput tipis transparan yang melapisi bagian putih dari bola mata
(sklera) dan bagian dalam kelopak mata. Konjungtiva merupakan lapisan pelindung terluar dari
bola mata. Konjungtiva mengandung serabut saraf dan sejumlah besar pembuluh darah yang
halus. Pembuluh-pembuluh darah ini umumnya tidak terlihat secara kasat mata kecuali bila
mata mengalami peradangan. Pembuluh-pembuluh darah di konjungtiva cukup rapuh dan
dindingnya mudah pecah sehingga mengakibatkan terjadinya perdarahan subkonjungtiva.
Perdarahan subkonjungtiva tampak berupa bercak berwarna merah terang di sclera. Karena
struktur konjungtiva yang halus, sedikit darah dapat menyebar secara difus di jaringan ikat
subkonjungtiva dan menyebabkan eritema difus, yang biasanya memiliki intensitas yang sama
dan menyembunyikan pembuluh darah. Konjungtiva yang lebih rendah lebih sering terkena
daripada bagian atas. Pendarahan berkembang secara akut, dan biasanya menyebabkan
kekhawatiran, meskipun sebenarnya tidak berbahaya. Apabila tidak ada kondisi trauma mata
11
terkait, ketajaman visual tidak berubah karena perdarahan terjadi murni secara ekstraokulaer, dan
tidak disertai rasa sakit.2,3 Secara klinis, perdarahan subkonjungtiva tampak sebagai perdarahan
yang datar, berwarna merah, di bawah konjungtiva dan dapat menjadi cukup berat sehingga
menyebabkan kemotik kantung darah yang berat dan menonjol di atas tepi kelopak mata.
Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi secara spontan, akibat trauma ataupun infeksi.
Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah konjungtiva atau episclera yang bermuara ke
ruang subkonjungtiva. Berdasarkan mekanismenya, perdarahan subkonjungtiva dibagi menjadi
dua,yaitu :
Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan
Sesuai namanya perdarahan subkonjungtiva ini terjadi secara tiba – tiba (spontan).
Perdarahan tipe ini diakibatkan oleh menurunnya fungsi endotel sehingga pembuluh
darah rapuh dan mudah pecah. Keadaan yang dapat menyebabkan pembuluh darah
menjadi rapuh adalah umur, hipertensi, arterisklerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia,
pemakaian antikoagulan dan batuk rejan.5,6
Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan ini biasanya terjadi unilateral. Namun pada
keadaan tertentu dapat menjadi bilateral atau kambuh kembali; untuk kasus seperti ini
kemungkinan diskrasia darah (gangguan hemolitik) harus disingkirkan terlebih dahulu.
Perdarahan subkonjungtiva tipe traumatik
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sebelumnya mengalami trauma di mata
langsung atau tidak langsung yang mengenai kepala daerah orbita. Perdarahan yang
terjadi kadang – kadang menutupi perforasi jaringan bolamata yang terjadi.7
Penatalaksanaan
Hemoragik subkonjungtiva sebenarnya tidak dibutuhkan pengobatan khusus dalam
menangani penyakit ini, bahkan dengan dibiarkan saja akan hilang dengan sendirinya kecuali
pada gangguan yang disebabkan oleh kelainan darah. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang
atau diabsorpsi dalam 1- 2 minggu tanpa diobati. Namun dokter mata bisa saja memberikan obat
tetes mata antibiotik sekedar untuk mencegah terjadinya infeksi pada bagian mata yang lecet atau
robek tersebut.2
12
Pada bentuk-bentuk berat yang menyebabkan kelainan dari kornea, dapat dilakukan
sayatan dari konjungtiva untuk drainase dari perdarahan. Pemberian airmata buatan juga dapat
membantu pada pasien yang simtomatis. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dicari penyebab
utamanya, kemudian terapi dilakukan sesuai dengan penyebabnya. Tetapi untuk mencegah
perdarahan yang semakin meluas beberapa dokter memberikan vasacon (vasokonstriktor) dan
multivitamin. Air mata buatan untuk iritasi ringan dan mengobati faktor risikonya untuk
mencegah risiko perdarahan berulang.3,7
Perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke spesialis mata jika ditemukan kondisi
berikut ini :
Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan.
Terdapat perubahan penglihatan (pandangan kabur, ganda atau kesulitan untuk melihat).
Terdapat riwayat gangguan perdarahan.
Riwayat hipertensi.
Riwayat trauma pada mata.
Komplikasi
Perdarahan subkonjungtiva akan diabsorpsi sendiri oleh tubuh dalam waktu 1 – 2
minggu, sehingga tidak ada komplikasi serius yang terjadi. Namun adanya perdarahan
subkonjungtiva harus segera dirujuk ke dokter spesialis mata apabila ditemui berbagai hal seperti
yang telah disebutkan diatas. Pada perdarahan subkonjungtiva yang sifatnya menetap atau
berulang (kambuhan) harus dipikirkan keadaan lain. Penelitian yang dilakukan oleh Hicks D dan
Mick A mengenai perdarahan subkonjungtiva yang menetap atau mengalami kekambuhan
didapatkan kesimpulan bahwa perdarahan subkonjungtiva yang menetap merupakan gejala awal
dari limfoma adneksa okuler.2,7
Preventif
13
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hematoma subkonjungtiva
antarai lain adalah :7
- pengaturan pola hidup dan makan, terutama untuk pasien yang memiliki riwayat
gangguan sirkulasi darah positif, seperti hipertensi.
- pencegahan trauma baik benda tajam maupun benda tumpul.
Prognosis
Secara umum prognosis dari perdarahan subkonjungtiva adalah baik. Karena sifatnya
yang dapat diabsorpsi sendiri oleh tubuh. Namun untuk keadaan tertentu seperti sering
mengalami kekambuhan, persisten atau disertai gangguan ketajaman penglihatan maka
dianjurkan untuk dievaluasi lebih lanjut lagi. Apabila tidak ada gangguan penurunan ketajaman
penglihatan maka prognosisnya sangat baik.4,5
Kesimpulan
Pada kasus yang sudah dibahas yaitu seorang pria yang berusia 50 tahun mengeluh mata
kanannya merah mendadak tanpa disertai penurunan visus dan dengan dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang maka diagnosisnya adalah hemoragik
subkonjungtiva okuli dextra dengan diagnosis banding nya yaitu konjungtivitis virus okuli dextra
dan dry eye okuli dextra.
Daftar Pustaka
1. Ilyas S. Masalah lesehatan mata anda dalam pertanyaan-pertanyaan. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2000.h.1-120.
2. Bickley LS. Bates buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h.183.
3. Graber MA, Toth PP, Herting RL. Buku saku dokter keluarga University of Lowa. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000.h.558-9.
4. Delp, Manning. Mayor diagnosis fisik. Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.h.197-226.
5. Ilyas HS, Yuliyanti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi 4. Jakatra : Balai penerbit FKUI; 2013.h. 118, 265.
6. Morosidi SA, Paliyama MF. Ilmu penyakit mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Krida Wacana : 2011.h.43-4.
14
7. Vaughan, Asbury. Oftalmogi umum. Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran
EGC :2012.h.120.
15
top related