hafid
Post on 16-Apr-2015
39 Views
Preview:
TRANSCRIPT
METODE PENGUKURAN DAN PENGAKUANREKENING-REKENING LAPORAN KEUANGAN
UNTUK PENGHITUNGANZAKAT MAL PERUSAHAAN;
STUDI KASUS CV. ADI KOMUNIKAENTERPRISE
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syaratuntuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu EkonomiNahdlatul Ulama Jepara
Disusun oleh:
HAFID JUNAIDINIM 0220000177
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMINAHDLATUL ULAMA
JEPARA2006
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
METODE PENGUKURAN DAN PENGAKUANREKENING-REKENING LAPORAN KEUANGAN
UNTUK PENGHITUNGAN ZAKAT MAL PERUSAHAAN;STUDI KASUS CV. ADI KOMUNIKA ENTERPRISE
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi pada
program S1 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama Jepara.
Nama : HAFID JUNAIDI
NIM : 0220000177
Program Studi : Akuntansi
Disetujui Oleh Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. DUL MU’ ID, M.Si, Akt A. BADARUDIN L, SE
Tgl ........................................... Tgl ..................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN
METODE PENGUKURAN DAN PENGAKUANREKENING-REKENING LAPORAN KEUANGAN
UNTUK PENGHITUNGAN ZAKAT MAL PERUSAHAAN;STUDI KASUS CV. ADI KOMUNIKA ENTERPRISE
Nama Penyusun : HAFID JUNAIDI
NIM : 0220000177
Program Studi : Akuntansi
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Penguji Jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama Jepara.
Pada hari Minggu, tanggal 16 Juli 2006
Penguji I Penguji II
Drs. DUL MU’ ID, M.Si, Akt Drs. DIDIK ARDIYANTO, M.Si, Akt
Mengesahkan
Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. DUL MU’ ID, M.Si, Akt
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
xx‚‚$$ ƒƒ ÎÎ))ß߉‰ çç77 ÷÷èè ttRRyy‚‚$$ ƒƒ ÎÎ)) uurrÚÚúúüü ÏÏèè ttGG óó¡¡ nnSS
Thee do we worship, and Thine aid we seek.
Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanyaHanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya
kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.
Skripsi yang sederhana ini kupersembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu yang tercinta
2. Para Sahabatku yang selalu menemani
3. Seluruh umat Islam pada khususnya dan umat Manusia
pada umumnya
v
ABSTRAKSI
Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi dari suatukesatuan ekonomi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Diharapkan jugainformasi akuntansi berguna dalam penghitungan zakat yang benar atau sesuaisyariah. Untuk itu diperlukan adanya penyesuaian pengukuran dan pengakuansejumlah rekening-rekening pada laporan keuangan, karena tidak semua metodeakuntansi yang biasa dipakai sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Dalamskripsi ini bertujuan untuk menerapkan metode pengukuran dan penilaian rekeninguntuk penghitungan zakat mal perusahaan. Dalam studi kasus ini, peneliti mencobamenerapkannya pada CV Adi Komunika Enterprise yang merupakan perusahaandengan bentuk usaha dagang dan jasa.
Pendekatan penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode terapan ataupengembangan. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan penerapan teoriakuntansi syariah dan hukum zakat dalam rangka memecahkan masalahpenghitungan zakat mal CV Adi Komunika Enterprise. Analisis kualitatif lebihbanyak digunakan dalam skripsi ini dengan menguraikan data dengan caramemberikan pengertian, penjelasan dan penaksiran pada data yang dianalisis.Analisis ini akan digunakan dalam penentuan pengukuran dan pengakuan rekeninglaporan keuangan untuk penghitungan zakat mal dan penentuan rekening yangdimasukkan dalam penghitungan zakat mal perusahaan, yang didasarkan padalandasan teori yang digunakan penulis. Barulah setelah itu secara kuantitatifpenghitungan zakat dilakukan.
Hasil analisis dalam skripsi ini menunjukkan bahwa CV Adi KomunikaEnterprise masih menggunakan metode pengukuran dan pengakuan yangkonvensional, maka dalam penghitungan zakatnya diperlukan penyesuaian metodepengukuran dan pengakuannya. Perubahan yang terjadi terutama pada metodepengukuran persediaan perusahaan. Karena CV Adi Komunika Enterprise memakaikos historis sebagai atribut yang diukurnya dalam mengukur nilai persediaannya.Sedangkan untuk penghitungan zakat, nilai pada saat penghitungan zakat (currentvalue) merupakan atribut yang diukur sebagai penilaian aset perusahaan, lebihtepatnya menggunakan harga jual sekarang (current exit price). Dengan mengacupada aturan harta benda yang wajib dizakati, maka rekening-rekening yangberhubungan dengan penghitungan zakat pada CV Adi Komunika Enterprise secaragaris besar terdiri dari tiga golongan utama yakni; Kas, Persediaan, dan Utang. Zakatmal CV Adi Komunika Enterprise dihitung dengan cara mengurangkan utangterhadap jumlah kas dan persediaan dan mengalikannya dengan tarif zakat sebesar2,575% atas dasar periode akuntansi selama 1 (satu) tahun masehi sebagai haulnya.
vi
KATA PENGANTAR
Seiring dengan rasa syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ ala atas segala
rahmat, hidayah dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “’ Metode Pengukuran
dan Pengakuan Rekening-Rekening Laporan Keuangan untuk Penghitungan Zakat
Mal Perusahaan; studi kasus CV. Adi Komunika Enterprise” ini merupakan hasil
karya penulis yang merupakan tugas akhir studi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Nahdlatul Ulama (STIENU) Jepara.
Metode Pengukuran dan Pengakuan rekening menempati level kedua dalam
kerangka konseptual akuntansi. Sedangkan pada level pertama kerangka konseptual
menjelaskan tujuan pelaporan keuangan. Tentu saja hemat penulis perbedaan tujuan
pelaporan keuangan dapat menyebabkan perbedaan pada metode pengukuran dan
pengakuan rekening-rekening laporan keuangan.
Pelaporan keuangan yang bertujuan untuk mempertanggungjawabkan
muammalah kepada Sang Pemilik yang hakiki yakni Allah SWT seperti yang banyak
digariskan oleh pakar-pakar akuntansi syariah, merupakan kontruksi dari penggunaan
“metrafora amanah” dan “metafora zakat” dalam pekerjaan akuntansi yang
bernafaskan Islam. Sehingga diperlukan adanya metode pengukuran dan pengakuan
yang dapat diterima untuk tujuan tersebut.
Informasi tentang zakat merupakan salah satu informasi yang tidak dapat
dihindari oleh akuntansi syari’ ah. Disamping itu kita juga tidak dapat memungkiri
bahwa penerapan akuntansi syariah secara menyeluruh belumlah dapat dilakukan
vii
karena kurangnya perkembangan akuntansi syariah yang relatif dipandang baru ini.
Maka dalam skripsi ini, penulis menggunakan laporan keuangan perusahaan yang
telah tersedia yang tentu saja masih menggunakan cara-cara konvensional dan
penulis menyesuaikan metode pengukuran dan pengakuannya.
Neraca merupakan laporan keuangan yang diperlukan untuk mengetahui
besarnya zakat perusahaan. Zakat perusahaan itu sendiri besarnya adalah 2,575%
dikalikan hasil pengurangan kewajiban (utang) atas harta yang wajib dizakati (dari
hasil analisis merupakan kelompok aktiva lancar) dimana menggunakan haul 1 tahun
masehi seperti periode akuntansi konvensional. Tentu saja dalam pengukuran dan
pengakuan rekening-rekening neraca telah disesuaikan dengan aturan syariah.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis berusaha untuk mengumpulkan
landasan-landasan teori untuk dapat melakukan penerapan metode pengukuran dan
pengakuan rekening-rekening laporan keuangan untuk penghitungan zakat mal
perusahaan.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa bantuan dan bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesa-
besarnya kepada:
1. Bapak dan Ibu serta kedua adikku yang tercinta yang selalu memberi semangat
dan motivasi dalam hidup ini.
2. Bapak H. Setiyono, SE. MM. Selaku Ketua STIENU Jepara.
3. Bapak Drs. Dul Mu’ id, MSi. Akt. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi STIENU
Jepara sekaligus sebagai Pembimbing I Skripsi ini.
viii
4. Bapak Badaruddin Latief, SE. Selaku dosen pembimbing selama penulis
menimba ilmu di STIENU Jepara sekaligus sebagai Pembimbing II Skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen beserta segenap karyawan STIENU Jepara atas segala
bantuan dan dorongan kepada penulis.
6. Bapak Ir. Adi Sucipto Musa selaku Direktur CV Adi Komunika Enterprise yang
telah memberikan izin riset, penjelasan serta bantuannya kepada penulis dalam
menyusun skripsi ini.
7. Bapak Rudy SH yang telah mengizinkan penulis dalam penggunaan komputer
untuk penulisan skripsi ini.
8. Segenap karyawan Eldiana yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini
dengan memberikan informasi yang penulis butuhkan.
9. Sahabat-sahabatku dan teman-temanku baik yang di kampus maupun di luar yang
tak mungkin kusebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan kita.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah dengan
ikhlas, memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penulisan skripsi ini.
Namun penulis menyadaari pula bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki.
Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan.
Jepara, 1 Juni 2006
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................iv
ABSTRAKSI............................................................................................................v
KATA PENGANTAR .............................................................................................vi
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................1
1.2. Ruang Lingkup Masalah .....................................................................3
1.3. Perumusan Masalah ............................................................................4
1.4. Tujuan Penelitian................................................................................4
1.5. Kegunaan Penelitian ...........................................................................5
1.6. Sistematika Penulisan .........................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................8
2.1. Pengertian Zakat ................................................................................8
2.2. Persyaratan Harta Benda yang Wajib Dizakati ...................................9
2.3. Zakat Perdagangan...........................................................................16
2.4. Zakat Perusahaan.............................................................................17
x
2.5. Perbedaan Zakat, Infak, Sedekah, dan Pajak ....................................19
2.6. Tujuan Akuntansi Syariah................................................................20
2.7. Asumsi Dasar Laporan Keuangan Syariah .......................................21
2.8. Prinsip Akuntansi Syariah................................................................22
2.9. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Syariah .........................24
2.10.Konsep Pengukuran dan Pengakuan Elemen Laporan Keuangan
Syariah ............................................................................................25
2.10.1. Konsep pengukuran..............................................................25
2.10.2. Konsep Pengakuan ...............................................................30
2.11.Kerangka pemikiran.........................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................35
3.1. Pendekatan Metode Penelitian ..........................................................35
3.2. Jenis dan Sumber Data......................................................................36
3.3. Metode Pengumpulan Data ...............................................................36
3.4. Metode Analisis................................................................................37
BAB IV PEMBAHASAN .....................................................................................40
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian .................................................40
4.1.1. Sejarah dan Perkembangan...................................................40
4.1.2. Lokasi Perusahaan................................................................41
4.1.3. Bidang Usaha .......................................................................42
4.1.4. Struktur Organisasi...............................................................43
4.2. Analisis dan pembahasan .................................................................47
4.2.1. Penentuan Rekening untuk Penghitungan Zakat ...................47
xi
4.2.2. Pengukuran dan Pengakuan Rekening Laporan Keuangan....48
4.2.3. Penghitungan Zakat Mal Perusahaan ....................................54
BAB V PENUTUP...............................................................................................57
5.1. Kesimpulan......................................................................................57
5.2. Saran ...............................................................................................59
5.3. Keterbatasan ....................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................61
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ringkasan Perbedaan Prinsip yang Melandasi Akuntansi Syari’ ah
dan Konvensional ...............................................................................23
Tabel 2.2 Analisis Tipe Kesalahan ......................................................................28
Tabel 4.1 Nilai Buku Persediaan dengan Mark Up ..............................................51
Tabel 4.2 Perhitungan Harga Jual Persediaan ......................................................53
Tabel 4.3 Data Harga Emas Bulan Desember 2005 Berdasarkan
Harga Konsumen ................................................................................55
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Skripsi.................................................................34
Gambar 4.1 Bagan Organisasi CV Adi Komunika Enterprise ..................................46
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam era dimana pertanggungjawaban merupakan titik perhatian
dalam masyarakat, kegunaan akuntansi akan semakin dirasakan. Fungsi
akuntansi menjadi semakin penting, karena tujuan utama akuntansi adalah
menyajikan informasi ekonomi dari suatu kesatuan ekonomi kepada pihak
yang berkepentingan. Informasi ekonomi yang dihasilkan akuntansi berbentuk
laporan keuangan, dimana laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu organisasi bisnis yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak
menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi, karena secara umum hanya menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi nonkeuangan. Sementara itu informasi yang
dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan sangat beragam, dan hingga kini
selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan pemakai laporan keuangan.
Hal ini dimungkinkan terjadi karena orientasi organisasi bisnis yang
cukup berkembang, dimana pada awal perkembangannya, organisasi bisnis
2
hanya mementingkan keuntungannya sendiri (profit-oriented), sehingga
sebuah organisasi bisnis akan melakukan apapun untuk mencapai tingkat
keuntungan yang dapat dicapainya.
Setelah itu berkembanglah orientasi organisasi bisnis yang lain, hal
tersebut disebabkan dengan adanya tuntutan akan etika bisnis yang lebih baik.
Sehingga organisasi tidak hanya menilai prestasinya dengan mengukur tingkat
nominal laba yang dicapai, tapi lebih dari itu yakni dengan menilai hubungan
organisasi bisnis dengan pihak-pihak yang terkait (stakeholder) seperti
pelanggan, pemasok, investor, dan pihak yang lain. Organisasi bisnis seperti
ini berarti telah memiliki orientasi yang mementingkan hubungan dengan
pihak-pihak yang terkait dengan lebih baik (stakeholders-oriented).
Selain dua orientasi organisasi bisnis di atas, berkembang pula orientasi
yang lain, terutama bagi masyarakat Islam, dimana dalam menjalankan
organisasi bisnis, Islam mengharuskan untuk menjalankan syariah sebagai
pedoman yang digunakan untuk berperilaku dalam segala aspek kehidupan.
Sehingga dalam menjalankan organisasi bisnis selalu menggunakan metafora
“amanah” yang bisa diturunkan menjadi metafora zakat, atau realitas
organisasi yang dimetaforakan dengan zakat. Ini berarti bahwa organisasi
bisnis orientasinya tidak lagi profit-oriented atau stakeholders-oriented, tetapi
zakat-oriented (Muhammad : 2000).
Persoalannya sekarang adalah bagaimana kaitan antara zakat dengan
akuntansi. Tidak lain adalah kita seharusnya dapat menggunakan informasi
yang dihasilkan oleh akuntansi untuk keperluan zakat. Dimana diharapkan
3
informasi akuntansi berguna dalam penghitungan zakat yang benar. Untuk itu
diperlukan adanya penyesuaian pengukuran dan pengakuan sejumlah rekening-
rekening pada laporan keuangan, karena tidak semua metode akuntansi yang
biasa dipakai sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam.
Meskipun banyak pembahasan tentang aturan syariah dalam
menjalankan organisasi bisnis, tetapi kebanyakan masih dalam tatanan etika
perusahaan secara global, sedikit sekali yang membahasnya dalam tingkatan
praktik. Terutama dalam pembahasan akuntansi syariah, sedikit sekali yang
membahas tentang praktik akuntansi syariah pada perusahaan secara umum,
karena perkembangan praktik akuntansi syariah sementara ini masih tertuju
pada perbankan syariah saja, sedikit sekali yang menyentuh praktik pada
organisasi bisnis yang lain.
Maka dari itu penulis mengambil judul “METODE PENGUKURAN
DAN PENGAKUAN REKENING-REKENING LAPORAN KEUANGAN
UNTUK PENGHITUNGAN ZAKAT MAL PERUSAHAAN; STUDI
KASUS CV. ADI KOMUNIKA ENTERPRISE”.
1.2. Ruang Lingkup Masalah
Agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu melebar maka perlu
pembatasan masalah yang difokuskan pada penerapan teori pengukuran dan
pengakuan rekening-rekening laporan keuangan perusahan untuk
penghitungan zakat. Pada penelitian ini akan mengambil kasus pada laporan
keuangan CV Adi Komunika Enterprise, sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang jasa dan perdagangan, yang selanjutnya akan dilakukan penyesuaian
4
metode pengukuran dan pengakuan atas rekening laporan keuangannya guna
penghitungan zakat mal perusahaan tersebut.
1.3. Perumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti adalah:
1.3.1. Bagaimanakah metode pengukuran dan pengakuan rekening laporan
keuangan yang digunakan CV Adi Komunika Enterprise dalam laporan
keuangannya?
1.3.2. Bagaimanakah metode pengukuran dan pengakuan rekening laporan
keuangan CV Adi Komunika Enterprise untuk tujuan penghitungan
zakat mal?
1.3.3. Bagaimanakah metode penghitungan zakat mal pada CV Adi
Komunika Enterprise?
1.4. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang ada maka tujuan penelitian ini adalah:
1.4.1. Untuk mengetahui metode pengukuran dan pengakuan rekening-
rekening laporan keuangan CV Adi Komunika Enterprise.
1.4.2. Untuk menerapkan metode pengukuran dan pengakuan rekening-
rekening laporan keuangan yang sesuai syariah, guna penghitungan
zakat mal CV Adi Komunika Enterprise.
1.4.3. Untuk menghitung zakat mal CV Adi Komunika Enterprise.
5
1.5. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk pengembangan penerapan
teori akuntansi syariah yang ada pada tatanan praktik perusahaan non
perbankan, khususnya perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan dagang,
sehingga mempermudah pemahaman akan teori akuntansi syariah yang
berlaku.
Penelitian ini juga berguna untuk mempermudah pemilik CV Adi
Komunika Enterprise dalam menghitung zakat mal perusahaannya dengan
hanya menggunakan laporan keuangan yang sudah tersedia lalu menyesuaikan
metode pengukuran dan pengakuan beberapa rekening yang memang
diperlukan sesuai dengan syariah.
Penelitian ini diharapkan juga dapat menyumbangkan metode praktik
yang dapat digunakan dalam perusahaan yang sejenis dengan perusahaan yang
diteliti guna penghitungan zakat mal.
1.6. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusunnya sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bagian ini berisi beberapa sub bab yang membahas tentang
latar belakang, ruang lingkup masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, dan kegunaan penelitian ini dilakukan.
6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini penulis melandaskan teori untuk penelitiannya
dengan terlebih dahulu membahas zakat, mulai dari; pengertian
zakat, harta benda yang wajib dizakati, zakat perdagangan, zakat
perusahaan, dan sedikit uraian tentang perbedaan zakat, infak,
sedekah, dan pajak. Selanjutnya penulis mulai membahas pijakan
teori dari penerapan dalam penelitian ini dengan membahas; tujuan
akuntansi syariah, Asumsi dasar laporan keuangan syariah, prinsip
akuntansi syariah, karakteristik kualitatif laporan keuangan syariah,
dan akhirnya penulis menutupnya dengan pembahasan tentang
konsep pengukuran dan pengakuan elemen laporan keuangan
syariah.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini, penulis menjelaskan pendekatan metode penelitian
yang digunakan untuk penulisan skripsi, beserta jenis dan sumber
data yang dipakai serta metode pengumpulannya. Setelah itu
penulis menjelaskan metode analisis yang digunakannya dalam
penelitian ini.
BAB IV : PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis akan mulai membahas penelitiannya dari
pengungkapan profil perusahaan, deskripsi metode pengukuran dan
7
pengakuan elemen laporan keuangan perusahaan, dan penerapan
metode pengukuran dan pengakuan elemen laporan keuangan yang
sesuai syariah untuk penghitungan zakat mal.
BAB V : PENUTUP
Disini akhirnya penulis membuat kesimpulan atas hasil
penelitiannya dan memberikan saran berdasarkan hasil
penelitiannya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Zakat
Pengertian zakat menurut Hafidhuddin (2002), ditinjau dari segi bahasa,
kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu ‘ keberkahan’ , an-
namaa ‘ pertumbuhan dan perkembangan’ , ath-thaharatu ‘ kesucian’ , dan ash-
shalahu ‘ kebersihan’ . Sedangkan secara istilah, meskipun para ulama
mengemukakannya dengan redaksi yang agak berbeda antara satu dengan yang
lainnya, akan tetapi pada prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat itu adalah bagian
dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada
pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan
persyaratan tertentu pula.
Zakat adalah suatu rukun yang bercorak sosial-ekonomi dari lima rukun
Islam. Dengan zakat, disamping ikrar tauhid (syahadat) dan shalat, seorang
barulah sah masuk ke dalam barisan umat Islam dan diakui keislamannya,
sesuai dengan firman Allah:
Tetapi bila mereka bertaubat, mendirikan shalat, dan membayarzakat, barulah mereka saudara kalian seagama (Qur an, 9 : 11)
Menurut Qardawi (1999), sekalipun zakat dibahas di dalam pokok
bahasan “Ibadat”, karena dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
shalat, sesungguhnya merupakan bagian sistem sosial ekonomi Islam.
9
2.2. Persyaratan Harta Benda yang Wajib Dizakati
Menurut Hafidhuddin (2003), harta obyek zakat dikemukakan dalam Al-
Qur’ an bersifat terinci (tafsil), juga bersifat global (ijmali). Yang bersifat
terinci seperti emas dan perak (at-Taubah: 34-35), hasil pertanian (al-An’ aam:
141), perdagangan (al-hadits), peternakan (al-hadits), rikas (al-hadits).
Sedangkan yang bersifat global adalah semua harta yang didapatkan dengan
cara yang baik dan halal (at-Taubah: 103 dan al-Baqarah: 267 dan beberapa
hadits Nabi), yang telah memenuhi persyaratan sebagai obyek zakat.
Secara umum dan global Al-Qur’ an menyatakan bahwa zakat itu diambil
dari setiap harta yang kita miliki, seperti dikemukakan dalam surat at-Taubah:
103 dan juga diambil dari setiap hasil usaha yang baik dan halal, seperti juga
digambarkan dalam surat al-Baqarah: 267. (Hafidhuddin, 2002)
Sejalan dengan ketentuan ajaran Islam yang selalu menetapkan standar
umum pada setiap kewajiban yang dibebankan kepada umatnya, maka dalam
penetapan harta menjadi objek zakat pun terdapat beberapa ketentuan yang
harus dipenuhi. Apabila harta seorang muslim tidak memenuhi salah satu
ketentuan, maka harta tersebut belum menjadi sumber atau objek yang wajib
dikeluarkan zakatnya. (Hafidhuddin: 2002)
Qardawi (1999) menguraikan syarat-syarat harta yang wajib dizakati
sebagai berikut:
2.2.1. Milik Penuh
Pemilikan berarti “menguasai dan dapat dipergunakan” sesuai
dengan pengertian yang terdapat di dalam kamus. Di dalam al-
10
Mu jam al-Wasith disebutkan bahwa memiliki sesuatu berarti
menguasai dan hanya ia yang dapat menggunakannya.
Kesimpulan yang hampir sama pula diberikan oleh Mughniyah
(2000) bahwa yang dimaksud dengan pemilikan penuh adalah orang
yang mempunyai harta itu menguasai sepenuhnya terhadap harta
bendanya, dan dapat mengeluarkannya sekehendaknya. Maka harta
yang hilang, tidak wajib dizakati. Begitu juga harta yang dirampas
dari pemiliknya, sampai harta itu kembali kepadanya.
Alasan dari penetapan syarat ini, seperti yang dikemukakan
Hafidhuddin (2002) adalah penetapan kepemilikan yang jelas
(misalnya harta kamu atau harta mereka). Misalnya dalam al-
Ma’ aarij: 24 – 25
Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagiantertentu bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidakmempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)
Alasan lain dikemukakan bahwa zakat itu pada hakikatnya
adalah pemberian kepemilikan pada para mustahik dari para muzakki.
Adalah suatu hal yang sangat tidak mungkin, apabila seseorang
(muzakki) memberikan kepemilikan kepada orang lain (mustahik)
sementara dia sendiri (muzakki) bukanlah pemilik yang sebenarnya.
11
Ketentuan-ketentuan lain syarat pemilikan penuh adalah sebagai
berikut:
2.2.1.1. Kekayaan yang Tidak Mempunyai Pemilik Tertentu
Berdasarkan hal-hal di atas apabila kekayaan tidak
mempunyai pemilik maka kekayaan itu tidak wajib dizakati.
2.2.1.2. Tanah Wakaf dan Sejenisnya
Demikian pula hukumnya wakaf yang diberikan kepada fakir
miskin, mesjid, pejuang, anak yatim, sekolah, dan sebagainya
yaitu bahwa zakat atasnya tidaklah wajib.
2.2.1.3. Harta Haram Tidak Wajib Zakat
Dipersyaratkannya harta milik sebagai syarat wajib zakat
membuat kekayaan yang diperoleh dengan cara yang tidak
baik dan haram tidak termasuk ke dalam wajib zakat. Begitu
pula substansi bendanya, seperti yang dikemukakan oleh
Hafidhuddin (2002), hal ini didasarkan pada firman Allah
SWT (al-Baqarah: 267)
Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlah (di jalanAllah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dansebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukkamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruklalu kamu nafkahkan darinya, padahal kamu sendiri tidakmau mengambilnya melainkan dengan memicingkanmata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa AllahMahakaya lagi Maha Terpuji.
2.2.1.4. Zakat Pinjaman
Persoalan yang timbul oleh karena adanya ketentuan milik
penuh mengenai zakat pinjaman ini, apakah zakatnya wajib
12
atas orang yang meminjamkan berdasarkan bahwa ia adalah
pemiliknya yang sebenarnya ataukah atas orang yang
meminjam berdasarkan bahwa dialah yang menggunakan dan
memperoleh keuntungan dari pinjaman itu.
Mayoritas (Jumhur) ahli fikih semenjak masa sahabat sampai
kepada seterusnya, berpendapat bahwa pinjaman itu ada dua
macam:
(a) Pinjaman yang diharapkan kembali, yaitu pinjaman yang
jelas dari orang yang berkecukupan. Dalam hal ini
zakatnya dimajukan bersama dengan kekayaan yang ada
setiap tahun.
(b) Pinjaman yang tidak diharapkan kembali lagi, yaitu
pinjaman dari orang yang tidak berkecukupan yang tidak
akan mungkin membayarnya kembali atau pinjaman dari
seseorang yang tidak mengakui hutangnya sedangkan
pemilik tidak mempunyai bukti apa pun. Dalam hal ini
terdapat beberapa pendapat. Tetapi pendapat yang
dipandang lebih kuat oleh Qardawi (1999) adalah
dikarenakan kekayaan seperti ini bukanlah pemilikan
penuh dan pemilikan yang tidak penuh bukanlah nikmat
sempurna, sedangkan zakat hanya diwajibkan untuk
kompensasi nikmat sempurna yang diterima itu.
13
2.2.1.5. Imbalan dan Simpanan Pegawai
Dalam kasus seperti itu zakatnya wajib dikeluarkan setiap
tahun bila jumlahnya sampai senisab dan memenuhi syarat-
syarat lain seperti bebas dari hutang dan sebagainya.
2.2.2. Berkembang
Ketentuan tentang kekayaan yang wajib dizakatkan adalah
bahwa kekayaan itu berkembang dengan sengaja atau mempunyai
potensi untuk berkembang.
Menurut ahli-ahli fikih, ‘ berkembang’ (nama ) menurut
terminologi berarti “bertambah”. Pengertian ini terbagi menjadi dua,
yakni bertambah secara konkrit dan bertambah tidak secara konkrit.
Secara konkrit berarti bertambah akibat pembiakan dan perdagangan
dan sejenisnya, yang tidak konkrit adalah kekayaan itu berpotensi
berkembang baik berada di tangannya maupun di tangan orang lain
atas namanya.
2.2.3. Cukup Mencapai Nisab
Islam tidak mewajibkan zakat atas seberapa saja besar kekayaan
yang berkembang sekalipun kecil sekali, tetapi memberi ketentuan
sendiri yaitu sejumlah tertentu yang dalam ilmu fikih disebut nisab.
Dengan kata lain nisab ialah jumlah minimal yang menyebabkan harta
terkena kewajiban zakat (Hafidhuddin, 2002)
14
2.2.4. Lebih dari Kebutuhan Biasa
Di antara ulama-ulama fikih ada yang menambahkan ketentuan
nisab kekayaan yang berkembang itu dengan lebihnya kekayaan itu
dari kebutuhan biasa pemiliknya, misalnya ulama-ulama Hanafi
dalam kebanyakan kitab mereka.
Tetapi ada ulama-ulama yang tidak memasukkan ketentuan itu
dalam kekayaan yang berkembang. Menurut mereka kebutuhan
merupakan persoalan pribadi yang tidak bisa dijadikan patokan. Oleh
karena juga kebutuhan manusia sesungguhnya banyak sekali yang
tidak terbatas, terutama pada masa kita sekarang yang menganggap
barang-barang mewah sebagai kebutuhan dan setiap kebutuhan berarti
primer. Oleh karena itu setiap yang diinginkan oleh manusia tidaklah
bisa disebut sebagai kebutuhan rutin.
Hal terpenting yang dapat kita lihat di sini adalah bahwa
kebutuhan rutin manusia itu berubah-rubah dan berkembang sesuai
dengan perubahan zaman, situasi, dan kondisi setempat. Maka dari itu
dalam penentuan hal ini, sebaiknya diserahkan kepada penilaian para
ahli dan ketetapan yang berwenang.
2.2.5. Bebas dari Hutang
Pemilikan sempurna yang dijadikan persyaratan wajib zakat dan
harus lebih dari kebutuhan primer di atas haruslah pula cukup senisab
yang sudah bebas dari hutang. Bila pemilik mempunyai hutang yang
15
menghabiskan atau mengurangi jumlah senisab itu, zakat tidaklah
wajib.
Syarat yang tidak diperselisihkan lagi adalah bahwa hutang itu
menghabiskan atau mengurangi jumlah senisab, sedangkan yang lain
tidak ada lagi untuk mengganti atau untuk mengimbalinya.
2.2.6. Berlalu Setahun
Maksud dari berlalu setahun adalah bahwa kepemilikan yang
berada di tangan si pemilik sudah berlalu masanya dua belas bulan
Qamariah. Jadi tahun yang dipakai sebagai pedoman dalam
penghitungan zakat adalah tahun Hijriyah, seperti yang dijelaskan
pula oleh Mughniyah (2000). Jadi bila menggunakan tahun Masehi,
maka besarnya zakat bukan lagi sebesar 2,5% tetapi sebesar 2,575%.
Hal ini sesuai dengan ketetapan The Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions (AAO-IFI) 1998, yang
dikutip Iwan Triyuwono dan Muhamad As’ udi (2001).
Persyaratan setahun ini hanya untuk ternak, uang, dan harta
benda dagang, yaitu yang dapat dimasukkan ke dalam istilah “zakat
modal”. Tetapi hasil pertanian, buah-buahan, madu, logam mulia,
harta karun, dan lain-lain yang sejenis, tidaklah dipersyaratkan satu
tahun, dan semuanya itu dapat dimasukkan ke dalam istilah “zakat
pendapatan”.
16
2.3. Zakat Perdagangan
Berdagang adalah kegiatan bisnis yang dilakukan dengan cara membeli
barang dagangan dan kemudian menjualnya lagi untuk mendapatkan
keuntungan. Di dalam aturan zakat perdagangan, perdagangan yang dimaksud
adalah perdagangan yang disertai dengan maksud untuk memperdagangkan,
baik itu niat maupun perbuatan.
Seperti yang diungkapkan Qardawi (1999), bahwa yang menjadi patokan
dalam niat itu adalah prinsipnya. Bila prinsipnya adalah bila barang itu untuk
dipakai dan digunakan sendiri maka keinginan untuk menjual barang itu
kembali bila menguntungkan tidaklah mengubah sifat barang itu sebagai
barang dagang. Begitu pula sebaliknya, apabila barang itu prinsipnya adalah
untuk dijual dan diperdagangkan maka penggunaan pribadi tidak mengubah
sifat barang tersebut sebagai barang dagang menjadi barang yang akan dipakai
sendiri yang tidak berkembang.
Menurut Qardawi (1999), seseorang yang memiliki kekayaan
perdagangan dan masanya sudah berlalu setahun (Qomariyah) serta nilainya
sudah sampai senisab pada akhir tahun itu maka orang itu wajib mengeluarkan
zakatnya sebesar 2,5 %, dihitung dari modal dan keuntungan, bukan dari
keuntungan saja. Sedangkan nisabnya, menurut satu nisab emas sebesar 85
gram emas.
Meskipun terdapat berbagai pendapat tentang waktu penghitungan nisab,
pendapat yang lebih kuat menurut Qardawi (1999) adalah pendapat Syafi’ i,
dimana nisab itu diperhitungkan di akhir tahun saja. Jadi apabila nisab sudah
17
cukup pada suatu masa, maka mulai saat itu perhitungan sudah berlaku dan
merupakan permulaan tahun perhitungan zakat bagi seorang Muslim.
Sedangkan cara pengitungan zakat adalah dengan menghitung jumlah
kekayaan: modal (baik kas maupun persediaan barang dagangan), laba,
simpanan, dan piutang yang diharapkan kembali, dikurangi hutang , dan bila
mencapai senisab dikeluarkan zakatnya 2,5%.
Sedangkan barang tak bergerak, seperti bangunan dan perabot yang ada
di toko atau sejenisnya, yang tidak diperjual belikan dengan maksud mencari
keuntungan, maka hal tersebut tidaklah dihitung sebagai harta yang wajib
dizakati. Sifatnya dalam hal seperti itu sama dengan barang untuk penggunaan
pribadi.
Sedangkan harga barang yang dipakai sebagai alat ukur persediaan,
menurut pendapat Jumhur, yaitu barang pada saat jatuh tempo dinilai
berdasarkan harga pasar waktu itu.
Sedangkan bentuk zakat yang dikeluarkan, menurut Yusuf Qardawi
dalam Hukum Zakat, pendapat yang lebih kuat adalah fatwa yang mengatakan
bahwa zakat harus dikeluarkan berupa uang bukan barang, oleh karena nisab
barang dagang dihitung berdasarkan harganya.
2.4. Zakat Perusahaan
Landasan hukum kewajiban zakat pada perusahaan adalah nash-nash
yang bersifat umum. Perusahaan yang dikaitkan dengan kewajiban zakat
haruslah dengan produk yang halal dan dimiliki oleh orang-orang yang
18
beragama Islam, atau jika pemiliknya bermacam-macam agamanya, maka
berdasarkan kepemilikan saham dari yang beragama Islam (Hafidhuddin,
2002).
Landasan hukum zakat perusahaan dapat ditelaah pada surat al-Baqarah;
267 dan at-Taubah: 103 yang memang bersifat umum, juga merujuk kepada
sebuah hadits riwayat Imam Bukhari (hadits ke-1448 dan dikemukakan
kembali dalam hadits ke-1450 dan 1451) dari Muhammad bin Abdillah al-
Anshari dari bapaknya, ia berkata bahwa Abu Bakar r.a telah menulis sebuah
surat yang berisikan kewajiban yang diperintahkan oleh Rosulullah saw.
... Dan janganlah disatukan (dikumpulkan) harta yang mula-mulaterpisah. Sebaliknya jangan pula dipisahkan harta yang padamulanya bersatu, karena takut mengeluarkan zakat.
... Dan harta yang disatukan dari dua orang yang berkongsi, makadikembalikan kepada keduanya secara sama .
Meskipun awalnya hadits tersebut ditujukan dalam perkongsian hewan
ternak, dalam perkembangannya Jumhur ulama mempergunakannya dengan
meng-qiyas (analogi) kepada bentuk syirkah yaitu perkongsian serta kerja
sama usaha. (Hafidhuddin, 2002).
Berdasarkan hal tersebut maka keberadaan perusahaan sebagai wadah
usaha menjadi badan hukum menurut Muktamar Internasional pertama tentang
Zakat di Kuwait (29 Rajab 1404 H) menyatakan bahwa kewajiban zakat sangat
terkait dengan perusahaan, dengan catatan antara lain adanya kesepakatan
sebelumnya antara para pemegang saham, agar terjadi keridhaan.
Dalam kaitan dengan kewajiban zakat perusahaan ini, dalam Undang-
Undang No 38 Tahun 1999, tentang Pengelolaan Zakat, Bab IV pasal 11 ayat
19
(2) bagian (b) dikemukakan bahwa di antara objek zakat yang wajib
dikeluarkan zakatnya adalah perdagangan dan perusahaan.
Zakat perusahaan tersebut dianalogikan pula dengan zakat perdagangan
dalam penghitungannya, karena pada prinsipnya perusahaan intinya berpijak
pada kegiatan trading atau perdagangan. Pola penghitungan zakatnya
didasarkan pada laporan keuangan (neraca) dengan mengurangkan kewajiban
atas aktiva lancar. (Hafidhuddin, 2002)
2.5. Perbedaan Zakat, Infak, Sedekah, dan Pajak
Menurut Hafidhuddin (2003) perbedaan infak dan sedekah terhadap
zakat ialah tidak ada nishab yang ditentukan, tidak ada persentase, dan
penerimanya tidak terbatas.
Dipergunakannya kata tersebut (infak dan sedekah) dalam beberapa ayat
Al-Qur’ an dengan maksud zakat, dikarenakan memiliki kaitan yang sangat
kuat dengan zakat. Zakat disebut infak (at-Taubah : 34) karena hakikatnya
zakat itu adalah penyerahan harta untuk kebajikan-kebajikan yang
diperintahkan Allah SWT. Disebut sedekah (at-Taubah : 60 dan 130) karena
memang salah satu tujuan utama zakat adalah untuk mendekatkan diri
(taqarrub) kepada Allah SWT. (Hafidhuddin, 2002)
Zakat bukanlah pajak yang untuk menjamin penerimaan negara. Sebab,
distribusi hasil pengumpulan zakat harta ditujukan kepada delapan kelompok
yang telah ditentukan. Zakat merupakan sarana untuk menyucikan harta
20
seseorang sebagaimana disebut dalam surat at-Taubah (103). Jadi zakat tidak
sama dengan pajak, zakat memiliki unsur spiritual. (Muhammad, 2000)
Qardawi (1999) menyebutkan bahwa meskipun zakat dan pajak sama-
sama merupakan kewajiban dalam bidang harta, namun keduanya mempunyai
falsafah yang khusus, dan keduanya berbeda sifat dan asasnya, berbeda
sumbernya, sasaran, bagian serta kadarnya, disamping berbeda pula mengenai
prisip, tujuan dan jaminannya.
2.6. Tujuan Akuntansi Syariah
Menurut Adnan (2005), tujuan akuntansi dapat dibuat dalam dua
tingkatan. Yang pertama adalah tingkatan ideal, dan yang kedua adalah
tingkatan praktis. Pada tingkatan ideal maka semestinya yang menjadi tujuan
ideal laporan keuangan adalah pertanggungjawaban muammalah kepada Sang
Pemilik yang hakiki, Allah SWT. Dimana hal tersebut ditransformasikan
dalam bentuk pengamalan apa yang menjadi sunnah dan syariah-Nya. Dengan
kata lain, akuntansi harus terutama berfungsi sebagai media penghitungan
zakat karena merupakan bentuk manifestasi kepatuhan seorang hamba atas
perintah Sang Empunya. Sedangkan pada tataran pragmatis barulah diarahkan
kepada upaya untuk menyediakan informasi kepada stakeholder dalam
mengambil keputusan-keputusan ekonomi.
Menurut Syahatah, seperti yang dikutip oleh Kusmawati (2005), selain
memiliki tujuan utamanya yakni media penghitungan zakat, tujuan akuntansi
syariah dapat didampingi oleh tujuan-tujuan praktis yang tentu saja tidak
bertentangan dengan syari’ ah, diantaranya: memelihara harta; membantu
21
dalam pengambilan keputusan; menentukan dan menghitung hak-hak mitra
berserikat; menentukan imbalan, balasan, atau sanksi.
2.7. Asumsi Dasar Laporan Keuangan Syariah
Menurut Adnan (2005), dibandingkan dengan asumsi dasar yang dipakai
oleh Kerangka dasar penyusunan Laporan Keuangan dengan menganut kepada
apa yang dipakai oleh International Accounting Standards Committee (IASC),
maka kerangka dasar akuntansi konvensional secara eksplisit memakai dua
asumsi dasar, yakni dasar Akrual (Accrual basis) dan kelangsungan usaha
(going concern). Sedangkan asumsi dasar yang dipakai dalam kerangka dasar
versi The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions (AAO-IFI) terdiri dari empat hal seperti yang dijelaskan
Kusmawati (2005) dengan mengutip pendapat Rosjidi (1999) yang
menjelaskan keempat konsep tersebut sebagai berikut:
2.7.1. Entitas Bisnis (The accounting unit concept)
Perusahaan dianggap sebagai entitas ekonomi dan hukum terpisah
dari pihak-pihak yang berkepentingan atau para pemiliknya secara
pribadi.
2.7.2. Kesinambungan (The going concern concept)
Berdasarkan konsep ini, suatu entitas dianggap akan berjalan terus,
apabila tidak terdapat bukti sebaliknya. Ali bin Abi Thalib juga
pernah berkata; berusahalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan
hidup selama-lamanya dan berusahalah untuk akhiratmu seolah-olah
22
kamu akan mati esok hari. Tentu saja pengaplikasiannya ditujukan
untuk menghitung zakat.
2.7.3. Periode Akuntansi (The periodicity concept)
Dalam Islam, ada hubungan erat antara kewajiban membayar zakat
dengan periode akuntansi. Karena itu periode ini cukup penting
sebagai asumsi dasar laporan keuangan.
2.7.4. Stabilitas Daya Beli Unit Moneter (The stability of the purchasing
power of the monetary unit)
Mempertimbangkan bahwa uang yang biasa dipahami dalam
akuntansi konvensional rentan terhadap ketidakstabilan, maka satuan
moneter yang memenuhi syarat postulat ini adalah mata uang emas
dan perak. Tetapi hal ini tidak dapat dipenuhi dikarenakan sangat sulit
sekali menerapkan mata uang tersebut. Paling tidak sampai sekarang
penghitungan nisab zakat tetap menggunakan ukuran nisab emas
(terutama bagi yang dianalogikan dengannya, bukan untuk objek
zakat yang telah ditentukan nisabnya).
2.8. Prinsip Akuntansi Syariah
Prinsip yang melandasi Akuntansi Syariah tentu berbeda dengan
Akuntansi Konvensional dikarenakan tujuan akuntansi yang berbeda. Seperti
yang telah diterangkan sebelumnya, perbedaan ini menyebabkan adanya
perbedaan prinsip yang melandasi Akuntansi Syariah dan Konvensional seperti
yang digambarkan Adnan (2005) sebagai berikut:
23
Tabel 2.1 Ringkasan Perbedaan Prinsip yang Melandasi
Akuntansi Syari’ ah dan Konvensional
Akuntansi Konvensional Akuntansi Syari’ ahPostulatEntitas
Pemisahan antara bisnis danpemilik
Entitas didasarkan pada bagihasil
Postulat GoingConcern
Kelangsungan bisnis secara terusmenerus, yaitu didasarkan padarealisasi keberadaan aset
Kelangsungan usaha tergantungpada persetujuan kontrak antarakelompok yang terlibat dalamaktivitas bagi hasil
PostulatPeriodeAkuntansi
Tidak dapat menunggu sampaiakhir kehidupan perusahaandengan mengukur keberhasilanaktivitas perusahaan
Setiap tahun dikenai zakat,kecuali untuk produk pertanianyang dihitung setiap panen
Postulat UnitPengukuran
Nilai Uang Kuantitas nilai pasar digunakanuntuk menentukan zakatbinatang, hasil pertanian danemas
PrinsipPenyingkapanPenuh
Bertujuan untuk mengambilkeputusan
Menunjukkan pemenuhan hakdan kewajiban kepada Allah,masyarakat dan individu
PrinsipObyektivitas
Reliabilitas pengukurandigunakan dengan dasar biaspersonal
Berhubungan erat dengankonsep ketaqwaan, yaitupengeluaran materi maupun nonmateri untuk memenuhikewajiban
Prinsip Materi Dihubungkan dengankepentingan relatif mengenaiinformasi pembuatan keputusan
Berhubungan denganpengukuran dan pemenuhantugas/ kewajiban kepada Allah,masyarakat dan individu
PrinsipKonsistensi
Dicatat dan dilaporkan menurutpola GAAP
Dicatat dan dilaporkan secarakonsisten sesuai dengan prinsipyang dijabarkan oleh syari’ ah
PrinsipKonservatisme
Pemilihan teknik akuntansi yangsedikit pengaruhnya terhadappemilik
Pemilihan teknik akuntansidengan memperhatikan dampakbaiknya terhadap masyarakat
Sumber: M. Akhyar Adnan, Akuntansi Syariah (Arah, Prospek dan Tantangannya),(Yogyakarta: UII press, 2005) hal. 73
24
2.9. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Syariah
Menurut Adnan (2005), karakteristik kualitatif akuntansi syariah dengan
akuntansi konfensional, tampak ada kesamaan yang sangat menonjol.
Kalaupun ada perbedaan maka ini lebih kepada penekanan dan urutan proritas
belaka. Berikut ini Kusmawati (2005) menjelaskan masing-masing karakter:
2.9.1. Dapat dipahami (understandabilily) artinya dapat membantu atau
memberi kesempatan kepada para pemakai informasi untuk
memahami maknanya;
2.9.2. Tepat waktu (timeliness) artinya kualitas informasi yang siap
digunakan oleh para pemakainya, sebelum kehilangan makna dan
kapasitasnya;
2.9.3. Keandalan (realiability) artinya kualitas informasi yang menjamin
bahwa informasinya bebas dari kesalahan dan penyimpangan (error
dan bias) serta telah dinilai dan disajikan secara layak sesuai dengan
tujuannya;
2.9.4. Penyajian yang jujur (representation faithfulness) artinya kesesuaian
antara pengukuran akuntansi dengan fenomenanya, yang menentukan
bahwa pokok persoalannya harus terwakili untuk menjamin
keabsahan dan kebenaran informasinya;
2.9.5. Daya banding (comparability) artinya kualitas informasi yang
bermanfaat bagi para pemakainya untuk mengidentifikasi informasi
yang berbeda atau sejenis antara dua kesatuan entitas ekonomi;
25
2.9.6. Kelengkapan (completeness) artinya informasi yang disajikan
termasuk semua informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan
laporan keuangan.
2.10. Konsep Pengukuran dan Pengakuan Elemen Laporan Keuangan Syariah
2.10.1. Konsep Pengukuran
Secara umum akuntansi dipandang sebagai disiplin pengukuran
dan pengkomunikasian. Menurut Stevens, S.S, (1967) dalam Belkaoui
(2000), yang dimaksud dengan pengukuran adalah “pelekatan suatu
angka kepada objek atau peristiwa menurut aturan tertentu”.
Adnan (2005) menyatakan bahwa pengukuran memegang
peranan penting dalam kaitannya dengan peran laporan akuntansi
yang harus menyajikan data kuantitatif tentang posisi kekayaan
perusahaan dalam suatu waktu tertentu.
Belkaoui (2000) mengemukakan empat atribut yang diukur dan
dua unit ukuran yang digunakan. Empat atribut dari semua kelompok
aset dan hutang yang mungkin diukur adalah:
1. Kos historis (historical cost)
2. Kos pengganti (replacement cost)
3. Nilai buku yang dapat direalisasikan.
4. Kapitalisasi atau nilai tunai atas aliran kas harapan.
Dua unit ukuran (unit of measure) yang mungkin digunakan adalah:
1. Unit uang
2. Unit daya beli umum
26
Perbedaan penentuan atribut dan unit pengukuran inilah yang
menjadi penyebab timbulnya perbedaan konsep penilaian dan
pengukuran. Kombinasi empat atribut tersebut dan dua unit ukurannya
menghasilkan delapan alternatif penilaian aset dan model penentuan
laba.
Setiap alternatif tersebut menghasilkan laporan keuangan yang
berbeda, yang memberi makna dan relevansi berbeda bagi
pemakainya. Belkaoui mengevaluasi alternatif ini dengan
menggunakan contoh sederhana untuk mempertinggi kejelasan
konseptual dan komparabilitas di antara berbagai pendekatan.
Evaluasi tersebut menyoroti sifat perbedaan dan dasar perbandingan
hasil berbagai alternatif tersebut.
Belkaoui membandingkan model-model tersebut berdasarkan
kriteria:
1. Kesalahan waktu, yakni kriteria untuk menentukan apakah atribut
atau elemen-elemen laporan keuangan yang seharusnya diukur
dalam akuntansi keuangan dan pelaporan adalah jenis atribut yang
terhindar dari kesalahan waktu (timing errors). Penyebabnnya
adalah perubahan dalam nilai yang terjadi dilaporkan pada periode
tertentu tetapi dicatat dan dilaporkan pada periode lain. Atribut
yang disukai adalah atribut yang mengakui perubahan dalam nilai
pada periode yang sama dengan terjadinya perubahan. Secara
ideal, laba dapat didistribusikan pada keseluruhan aktivitas bisnis.
27
2. Kesalahan unit pengukuran (measuring unit errors) adalah kriteria
untuk menentukan apakah unit ukuran yang seharusnya diterapkan
untuk atribut-atribut elemen-elemen laporan keuangan seharusnya
adalah jenis unit ukuran yang menghindari kesalahan unit
pengukuran. Kesalahan unit pengukuran terjadi ketika laporan
keuangan tidak dinyatakan dalam unit daya beli umum. Unit
pengukuran yang lebih disukai adalah unit pengukuran yang
mengakui perubahan tingkat harga umum dalam laporan
keuangan.
3. Kemampuan ditafsirkan (interpretability) untuk mengevaluasi
apakah laporan keuangan yang dihasilkan seharusnya dapat
dipahami baik dari segi makna maupun penggunaan. Agar model
akuntansi dapat diinterpretasikan, model tersebut harus diletakkan
dalam laporan “jika maka ...” untuk menyampaikan kepada
pemakai pemahaman makna sebagaimana menunjukkan salah satu
kegunaannya. Karena ada dua kemungkinan unit ukuran,
interpretasi model akuntansi–menurut definisinya–, akan berupa
salah satu berikut:
a. Jika model akuntansi mengukur berbagai atribut dalam unit
uang, maka hasilnya dapat dinyatakan dalam jumlah dolar
(number of dollar atau NOD);
b. Jika model akuntansi mengukur biaya historis dalam unit daya
beli umum, maka hasilnya tetap dinyatakan dalam NOD;
28
c. Jika model akuntansi mengukur nilai sekarang dalam unit daya
beli umum, maka hasilnya dinyatakan dalam kemampuan
memiliki barang (command of goods atau COG)
4. Relevansi (relevance) model akuntansi. Dengan kata lain, hasil
laporan keuangan seharusnya berguna. Dari sudut pandang
normatif, COG dianggap sebagai atribut yang paling relevan
karena mengekspresikan perubahan tingkat harga umum.
Hasil evaluasi Belkaoui (2000) diringkas dalam suatu tabel yang
menampilkan enam model alternatif yang dianggap cukup untuk
mewakili delapan model yang diinterpretasikan, seperti berikut:
Tabel 2.2 Analisis Tipe Kesalahan
Kesalahan Waktu InterpretasiModel Akuntansi Laba
OperasiKeuntungan
Penyimpanan
KesalahanUnit
Pengukuran NOD COGRelevansi
Akuntansi KosHistoris Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak
Akuntansi KosPengganti Ya Ditiadakan Ya Ya (laporan
Income)Ya (figuraktiva)
Ya (figuraktiva)
Akuntansi nilaibuku yang dapatdirealisasi
Ditiadakan Ditiadakan Ya Ya (laporanIncome)
Ya (aktiva& hutangmoneter)
Ya (aktiva& hutangmoneter)
Akuntansi Koshistoris disesuaikanlevel harga umum
Ya Ya Ditiadakan Ya Ya Ya
Akuntansi biayapenggantidisesuaikan tingkatharga umum
Ya Ditiadakan Ditiadakan Ditiadakan Ya Ya
Akuntansi nilaibuku yang dapatdirealisasidisesuaikan levelharga umum
Ditiadakan Ditiadakan Ditiadakan Ditiadakan Ya Ya
Sumber: Ahmed R. Belkaoui, Teori Akuntansi (Accounting Theory) jilid 2, alih bahasaMarwata dkk., (Jakarta: Salemba Empat, 2001) hal. 198
29
Ringkasan di atas menunjukkan bahwa model akuntansi nilai
buku yang dapat direalisasikan disesuaikan tingkat harga umum
adalah model pengukuran yang memenuhi semua kriteria.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dalam melakukan penilaian
harta untuk penghitungan zakat, akuntansi syariah mengakui
penggunaan nilai pada saat penghitungan zakat (current value).
Sementara itu menurut Belkaoui (2000), harga sekarang (current
value) memiliki beberapa interpretasi, yakni: nilai kapitalisasi atau
nilai tunai (present value); harga beli sekarang (current entry price);
harga jual sekarang (current exit price); dan kombinasi nilai.
Sedangkan seperti yang telah dikemukakan di muka, guna
penghitungan zakat mal, harga barang yang dipakai sebagai alat ukur
persediaan, menurut pendapat Jumhur, yaitu barang pada saat tempo
jatuh dinilai berdasarkan harga pasar waktu itu. Qardawi (1999) dan
Kusmawati (2005) menjelaskan bahwa yang digunakan dalam
penghitungan zakat adalah harga jual sekarang.
Hal ini menurut Qardawi (1999) dikarenakan zakat dikenakan
tidak hanya pada modalnya saja, tetapi juga pertumbuhannya.
Sehingga dalam pengukuran persediaan, bukan diukur atas harga
belinya (modal) saja, tetapi harga jualnya (modal ditambah
pertumbuhan).
30
2.10.2. Konsep Pengakuan
Konsep pengakuan memegang peranan penting sebagai
kerangka dasar dalam pelaporan keuangan. Karena pengakuan
merujuk kepada prinsip yang mengatur kapan dicatatnya transaksi
pendapatan (revenue), beban (expenses), laba (gain) dan rugi (loss).
Pada gilirannya konsep pengakuan akan banyak berperan dalam
menentukan aktiva dan pasiva, serta laba rugi operasi perusahaan.
Dalam konteks ini, ada kesan bahwa pada dasarnya The Accounting
and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAO-
IFI) memakai konsep akrual sebagai dasar pengakuan untuk semua
bentuk transaksi. Meskipun dalam prakteknya ada sejumlah
penyimpangan. Seperti pemakaian dasar kas (cash basis) dalam
pengakuan revenue dan income praktik beberapa bank syariah dengan
alasan konservatisme.
Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 5
seperti yang diungkapkan Anis Chariri dan Imam Ghozali (2003)
menyebutkan bahwa kriteria pengakuan yang digunakan untuk
mengakui elemen laporan keuangan didasarkan pada empat faktor
sebagai berikut:
1. Definisi: Pos akan diakui apabila memenuhi definisi elemen
laporan keuangan
2. Keterukuran: Pos tersebut memiliki atribut yang dapat diukur
dengan cukup handal
31
3. Relevan: Informasi memiliki kemampuan untuk membuat
perbedaan dalam pengambilan keputusan
4. Keandalan: Informasi menggambarkan keadaan sebenarnya secara
wajar, dapat diuji kebenarannya dan netral.
Menurut Anis Chariri dan Imam Ghozali (2003), pengakuan
merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi
elemen laporan keuangan serta kriteria pengakuan. Pengakuan
dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata
maupun dalam jumlah rupiah tertentu dan mencantumkannya dalam
neraca atau laporan rugi laba.
Kriteria pengakuan yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) dapat dipandang lebih sederhana dari Financial
Accounting Standards Board (FASB). Dimana kriteria pengakuan
elemen laporan keuangan adalah (paragrap 83):
1. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan
pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan; dan
2. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan
andal
Dalam penghitungan zakat mal perusahaan, rekening laporan
keuangan yang terlibat meliputi harta dan kewajiban. Berikut ini
penjelasan pengakuan kedua rekening tersebut menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI):
32
2.10.2.1.Pengakuan Aktiva
Aktiva diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa
manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan
dan aktiva tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal.
Oleh karena itu aktiva didefinisikan sebagai sumber daya
yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan
diharapkan akan diperoleh perusahaan.
Dalam penghitungan zakat, aktiva yang diperhitungkan
hanyalah aktiva lancar. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
sendiri mengakui bahwa klasifikasi lancar dan tak lancar di
dalam praktek lebih berdasarkan pada konvensi dan bukan
pada suatu konsep tertentu. (Paragraf 6, PSAK No 9)
Aktiva lancar adalah aktiva yang dapat direalisasikan dalam
satu tahun atau dalam siklus normal perusahaan, mana yang
lebih lama, antara lain meliputi:
(a) Kas dan bank.
(b) Surat-surat berharga yang mudah dijual dan tidak
dimaksudkan untuk ditahan.
(c) Deposito jangka pendek.
(d) Wesel tagih yang akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun
33
(e) Piutang usaha
(f) Piutang lain-lain yang diharapkan akan direalisasikan
dalam waktu satu tahun.
(g) Persediaan
(h) Pembayaran uang muka pembelian akiva lancar
(i) Pembayaran pajak di muka
(j) Biaya dibayar dimuka yang akan menjadi beban dalam
waktu satu tahun sejak tanggal neraca.
2.10.2.2.Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan
bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat
ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur
dengan andal.
Oleh karena itu kewajiban didefinisikan sebagai hutang
perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat
ekonomi.
2.11. Kerangka Pemikiran
Untuk menghitung zakat mal perusahaan, penulis menggunakan
informasi laporan keuangan perusahaan yaitu neraca sebagai dasar
34
penghitungannya. Dalam penghitungan zakat mal, penulis menetapkan
rekening-rekening yang berhubungan dengan penghitungan zakat mal
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Setelah itu dilakukan penyesuaian metode
pengukuran dan pengakuan atas rekening-rekening yang diperhitungkan dalam
zakat. Dan yang terakhir penulis mengkalkulasi zakat mal perusahaan tersebut.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan di atas, maka
dalam penyusunan skripsi ini penulis dapat menggambarkannya seperti pada
bagan berikut ini:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Skripsi
Laporan KeuanganNeraca
Penentuan rekeninguntuk penghitungan
zakat mal perusahaan
Metode pengukurandan pengakuan
rekening sesuai syariah
Penghitunganzakat mal perusahaan
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Metode Penelitian
Pendekatan penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode Terapan
atau Pengembangan. Menurut Umar (1997) penelitian jenis ini adalah
melakukan penerapan teori dalam rangka memecahkan suatu masalah dan
melakukan pengujian teori untuk menilai kegunaan teori itu sendiri.
Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002), penelitian
terapan (Applied Research) merupakan tipe penelitian yang menekankan pada
pemecahan masalah-masalah praktis. Penelitian ini diarahkan untuk menjawab
pertanyaan spesifik dalam rangka penentuan kebijakan, tindakan atau kinerja.
Temuan penelitian ini umumnya berupa informasi yang diperlukan untuk
pembuatan keputusan dalam memecahkan masalah-masalah pragmatis.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan tersebut dengan
tujuan untuk mengembangkan ketrampilan atau pendekatan baru dalam hal ini
penggunaan metode pengukuran dan pengakuan rekening-rekening laporan
keuangan sesuai aturan syariah untuk penghitungan zakat.
Pendekatan studi kasus digunakan dalam penelitian ini karena tujuannya
melakukan penyelidikan secara mendalam mengenai subyek tertentu. (Nur
Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002)
36
3.2 Jenis dan Sumber Data
3.2.1. Jenis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data
sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
3.2.2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari 2 macam
3.2.2.1. Internal
Data internal merupakan data yang didapat dalam perusahaan
dimana penelitian dilakukan, yaitu laporan keuangan neraca,
daftar harga barang, dan data umum mengenai perusahaan.
3.2.2.2. Eksternal
Data eksternal merupakan sumber data yang diciptakan di
luar perusahaan. Penulis menggunakan data harga emas yang
diperoleh dari BPS Jepara sebagai harga dasar penghitungan
nisab zakat mal perusahaan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan cara:
3.3.1. Studi Pustaka
Pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku kepustakaan,
dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek yang diteliti sebagai
dasar teori penerapan akuntansi syariah dalam penelitian ini.
37
3.3.2. Dokumentasi
Dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti
menyelidiki dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Dokumen yang
digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan dan dokumen-
dokumen pendukung lainnya.
3.4 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.4.1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah analisis yang tidak memerlukan
pengujian secara matematik statistik, tetapi hanya dianalisis
berdasarkan pendapat peneliti. Peneliti menguraikan data dengan cara
memberikan pengertian, penjelasan dan penaksiran pada data yang
dianalisis. Analisis ini akan digunakan dalam penentuan pengukuran
dan pengakuan rekening laporan keuangan untuk penghitungan zakat
mal dan penentuan rekening yang dimasukkan dalam penghitungan
zakat mal perusahaan.
Analisis kualitatif juga meliputi penetapan tanggal waku
pembayaran zakat, penetapan harta dan kewajiban yang masuk dalam
penghitungan zakat, penetapan nisab sebesar 85 gram emas, serta kadar
prosentase zakat yang dibebankan.
38
3.4.2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah analisis secara matematik yang
dilakukan terhadap data yang telah diperoleh. Analisis kuantitatif
dalam penelitian ini adalah penghitungan zakat mal dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menghitung wi a zakat (tempat zakat) dengan mengurangi harta
wajib zakat (aktiva lancar) dengan kewajiban.
TZ = AL – U
Ket: TZ = Tempat Zakat
AL = Aktiva Lancar
U = Utang
b. Menghitung nisab zakat. Nisab harta perdagangan senilai 85 gram
emas untuk zakat perdagangan/ perusahaan. Lalu membandingkan
tempat zakat dengan nisab zakat. Bila tempat zakat telah mencapai
nisab maka wajib dizakati
NZ = 85 x harga emas per gram
Ket: NZ = Nisab Zakat
c. Menghitung jumlah zakat dengan mengalikan prosentase dengan
tempat zakat. Prosentase zakat sebesar 2,5% bila menggunakan
tahun Hijriyah dan 2,575% untuk penghitungan zakat yang
menggunakan tahun Masehi sebagai dasarnya. Tentu saja dalam
penelitian ini menggunakan tahun masehi karena menggunakan
39
Laporan Keuangan yang memiliki periode akuntansi 1 (satu) tahun
masehi.
JZ = TZ x 2,575%
Ket: JZ = Jumlah Zakat
TZ = Tempat Zakat
40
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1 Sejarah dan Perkembangan
Obyek dari penelitian ini adalah CV Adi Komunika Enterprise.
Perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
perdagangan dan jasa telekomunikasi. Perusahaan ini didirikan oleh
Bapak Ir. Adi Sucipto Musa pada tahun 1992 berkedudukan di Rt 08
Rw 03 Ujungbatu Jepara. Pada 16 September 1993 perusahaan ini
membuka usaha di bidang telekomunikasi, tepatnya perusahaan ini
mendirikan wartel sebagai bentuk usaha awalnya. Wartel yang
dioperasikan memiliki nama Eldiana.
Pada awal pendirian perusahaan ini, wartel yang dioperasikan
berada di Senenan, tepatnya di antara Kalingga Jati dan Istana Perabot
pada Jalan Raya Jepara Senenan km 3,5. Pada 24 Februari 1997 CV
Adi Komunika Enterprise membuka cabang usahanya di Jepara Kota,
tepatnya di Jl Veteran No 24. Pemilihan tempat ini tidak lain karena
dipandang sangat strategis karena bisa dikatakan bahwa tempat ini
merupakan wilayah pusat kegiatan ekonomi di Jepara. Bahkan dalam
perkembangannya tempat inilah yang menjadi pusat kegiatan
perusahaan sampai sekarang.
41
Perkembangan usaha di bidang telekomunikasi yang semakin
menjanjikan mendorong pemilik perusahaan untuk melebarkan
usahanya lagi. Pada 18 Februari 2005 Perusahaan ini membuka
bidang usaha yang lain, yakni counter HP. Counter HP yang didirikan
sejumlah dua unit. Pertama berada di Eldiana Veteran, satu tempat
dengan wartel Eldiana, dan yang kedua ditempatkan di SCJ (Shopping
Center Jepara).
4.1.2 Lokasi Perusahaan
CV Adi Komunika Enterprise berpusat di Jl Veteran No 24
sebelah selatan swalayan SAUDARA Jepara. Unit usaha terdiri dari
wartel dan counter HP. Unit usaha wartel terdiri dari dua unit, pertama
Eldiana Jepara di Jl Veteran No 24 , dan yang kedua di Senenan jalan
raya Jepara Senenan Km 3,5. Sedangkan unit usaha counter HP juga
memiliki 2 unit, pertama juga di Jl Veteran No 24, dan yang kedua
berada di SCJ (Shopping Center Jepara) tepatnya di lantai satu pintu
sebelah selatan SCJ.
Lokasi sangatlah penting bagi perusahaan dalam mengadakan
aktivitas usaha, karena akan mempengaruhi kedudukan perusahaan
dalam menghadapi persaingan yang menentukan kelangsungan hidup
baik sekarang maupun masa datang.
Faktor utama penentuan lokasi unit usaha CV Adi Komunika
Enterprise adalah letak pasar. Di mana unit usaha milik CV Adi
Komunika Enterprise berhubungan dengan adanya kebutuhan
42
masyarakat. Dengan lokasi usaha yang strategis, CV Adi Komunika
Enterprise dapat melayani kebutuhan konsumen dengan cepat dan
memuaskan.
4.1.3 Bidang Usaha
Bidang usaha dari perusahaan ini adalah pelayanan jasa dan
perdagangan di bidang telekomunikasi. Hal tersebut diwujudkan
dengan usaha jasa telekomunikasi wartel dan counter HP, dimana
kedua unit tersebut memiliki produk pelayanan yang dapat
memuaskan pelanggan.
Wartel yang didirikan tidak semata-mata hanya melayani
pelanggan yang ingin berkomunikasi lewat telepon, tetapi wartel
Eldiana yang merupakan merk unit usaha CV Adi Komunika
Enterprise juga melayani pengiriman fax serta penerimaan fax. Jasa
ini sangat membantu para pelanggan Eldiana yang rata —rata
merupakan pengusaha mebel dalam menjalankan transaksi mereka,
mengingat Jepara merupakan kota industri yang cukup terkenal, salah
satunya adalah industri mebel yang telah sejak lama berorientasi
ekspor.
Selain itu wartel Eldiana dan wartel Senenan juga memanjakan
pelangggan dengan menyediakan kebutuhan ringan pelanggan, wartel
ini juga menyediakan minuman ringan dan juga rokok sebagai bentuk
servis lebih dari wartel Eldiana. Servis Eldiana ini telah mendapat
pengakuan dari PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk, terbukti dengan
43
didapatkannya penghargaan sebagai wartel dengan performansi
terbaik pada tahun 2002.
Sedangkan counter HP melayani konsumen dalam memenuhi
kebutuhan komunikasi yang memiliki mobilitas yang sangat tinggi.
Counter HP Eldiana menyediakan HP yang ditawarkan untuk
konsumen. Selain itu juga menyediakan voucher pulsa, baik fisik
maupun non fisik. Counter HP Eldiana juga menyediakan aksesoris
HP yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat.
Selain melakukan operasi jual beli, counter HP Eldiana juga
menyediakan jasa servis HP serta download kebutuhan HP yang
semakin beragam. Lengkapnya produk Eldiana merupakan bukti
komitmennya dalam memuaskan pelanggan dalam memenuhi
kebutuhan telekomunikasi yang sekarang ini sudah menjadi
kebutuhan masyarakat.
4.1.4 Struktur Organisasi
Kebanyakan organisasi berawal sebagai usaha wiraswasta
dengan struktur sederhana yang terdiri atas pemilik atau pemilik-
pemilik dan para karyawan. Struktur sederhana itu lebih dirumuskan
secara negatif dari pada positif. Struktur sederhana itu bukan struktur
yang rumit. Yang dimaksud adalah bahwa organisasi itu mempunyai
derajat departementalisasi yang rendah, rentang kendali yang luas,
otoritas yang terpusat di tangan satu orang, dan sedikit formalisasi.
Organisasi dengan struktur sederhana lazimnya hanya mempunyai dua
44
atau tiga tingkatan vertikal, sebuah pengaturan karyawan secara
informal, dan satu orang memegang wewenang mengambil keputusan.
Struktur sederhana ini paling luas digunakan oleh perusahaan
kecil di mana pemilik dan manajernya merupakan orang yang sama.
Kekuatan-kekuatan struktur sederhana itu sudah jelas: cepat, fleksibel,
dan murah untuk dipertahankan. Salah satu kelemahan utamanya ialah
bahwa sulit membuatnya menjadi sebuah struktur yang efektif selain
dalam organisasi-organisasi kecil. Struktur ini semakin lama semakin
tidak memadai sewaktu organisasi tumbuh sebab formalisasinya yang
rendah serta tingginya sentralisasi cenderung mengakibatkan
kelebihan beban informasi di puncak.
Struktur organisasi pada CV Adi Komunika Enterprise
menggunkan tipe organisasi divisional, dengan pemisahan divisi
menurut unit usaha serta wilayah operasinya. Struktur organisasi CV
Adi Komunika Enterprise terdiri dari:
a. Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan pendiri sekaligus pemilik CV Adi
Komunika Enterprise. Memiliki kedudukan tertinggi dalam
struktur organisasi tetapi tidak turut mengelola perusahaan. Hanya
mengawasi kinerja manajemen perusahaan, dan mengevaluasinya.
45
b. Direktur
Direktur merupakan jabatan menejemen tertinggi pada
perusahaan, bertanggung jawab atas jalannya usaha CV Adi
Komunika Enterprise dengan membawahi beberapa divisi.
c. Pimpinan Divisi
Pimpinan Divisi adalah pengelola unit usaha perusahaan.
Bertanggung jawab sepenuhnya atas jalannya unit usaha yang
dipimpinnya. Unit Divisi CV Adi Komunika Enterprise dibedakan
atas unit usaha serta wilayah operasinya. Bentuk tanggung jawab
Pimpinan Divisi kepada Direktur dilaksanakan secara langsung.
d. Karyawan
Karyawan merupakan pelaksana kegiatan perusahaan pada level
terdepan dalam melayani konsumen. Karyawan CV Adi
Komunika Enterprise terdiri dari karyawan penjaga wartel,
penjaga counter, serta tenaga servis HP.
Struktur organisasi CV Adi Komunika Enterprise memiliki tipe
organisasi dengan pemisahan divisional menurut unit usaha dan
lokasinya. Struktur organisasi tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
46
Gambar 4.1 Bagan Organisasi CV Adi Komunika Enterprise
DewanKomisaris
Direktur
Pimpinan DivisiSenenan
Pimpinan DivisiVeteran
Pimpinan DivisiSCJ
Karyawan Karyawan Karyawan
47
4.2 Analisis dan Pembahasan
4.2.1 Penentuan Rekening untuk Penghitungan Zakat
Di dalam melakukan penerapan penghitungan zakat mal
perusahaan dengan menggunakan laporan keuangan, pendekatan
neraca digunakan dalam penyusunan skripsi ini. Sehingga dapat
dikatakan hanya rekening riil yang akan dipakai dalam penghitungan
zakat mal. Hal ini dikarenakan penulis mengikuti pendapat yang lebih
kuat diantara beberapa pendapat. Sesuai dengan pengertiannya bahwa
zakat itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang
Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada
yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula. Harta di
dalam akuntansi dilaporkan dalam neraca terutama pada sisi aktiva.
Persyaratan harta yang wajib dizakati seperti telah dijelaskan
pada bab sebelumnya yang meliputi: milik penuh, berkembang, cukup
mencapai senisab, lebih dari kebutuhan biasa, bebas dari hutang, dan
telah berlalu setahun. Persyaratan-persyaratan tersebut membantu kita
dalam menetapkan rekening apa saja yang dapat diperhitungkan
dalam zakat mal. Rekening laporan keuangan yang diperhitungkan
dalam zakat ini terdiri dari aktiva dan utang.
Definisi aktiva sebagai sumber daya yang dikuasai oleh
perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh
48
perusahaan memperjelas akan kewajiban zakat atasnya, dimana syarat
harta milik penuh telah terpenuhi.
Sedangkan syarat berkembang dianalogikan pada aktiva lancar
karena aktiva lancar merupakan modal kerja perusahaan yang
berpotensi untuk berkembang. Berbeda dengan aktiva tetap yang
malah mengalami penyusutan pada umumnya.
Pada sisi pasiva, hutang yang menjadi kewajiban perusahaan
akan dijadikan sebagai pengurang harta yang dikenakan zakat. Karena
hutang bukanlah hak milik perusahaan melainkan kewajiban
perusahaan.
Setelah mempelajari neraca CV Adi Komunika Enterprise maka
dapat kita tentukan rekening apa saja yang akan diperhitungkan dalam
zakat yakni meliputi:
a. Kas
b. Persediaan
c. Utang
Untuk penghitungan zakat CV Adi Komunika Enterprise maka
pembahasan metode pengukuran dan pengakuan rekening laporan
keuangannya akan dikhususkan pada rekening-rekening di atas.
4.2.2 Pengukuran dan Pengakuan Rekening Laporan Keuangan
Metode pengukuran dan pengakuan laporan keuangan yang
diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan CV Adi Komunika
Enterprise memerlukan penyesuaian untuk pengitungan zakatnya. Hal
49
ini dikarenakan di dalam penghitungan zakat mal, harta yang wajib
dizakati memiliki persyaratan tertentu seperti dijelaskan sebelumnya.
Sesuai dengan pembahasan pada sub bab sebelumnya,
rekening-rekening yang berhubungan dengan penghitungan zakat
pada CV Adi Komunika Enterprise secara garis besar terdiri dari tiga
golongan utama yakni; Kas, Persediaan, dan Utang.
4.2.2.1 Kas
Kas merupakan suatu alat pertukaran dan juga digunakan
sebagai ukuran dalam akuntansi. Kas adalah segala sesuatu
yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat
pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya.
Diterima pada nilai nominal sewaktu diuangkan merupakan
petunjuk untuk menentukan apakah suatu surat berharga
dapat dianggap sebagai kas. Kriteria lain untuk dapat
dianggap sebagai kas adalah dapat digunankan segera.
Artinya, apabila diminta dapat segera dikeluarkan.
Sesuai dengan definisinya, di neraca CV Adi Komunika
Enterprise, kas disajikan pada nilai nominalnya. Pengukuran
kas sesuai dengan nilai nominal kas. Metode pengakuan dan
pengukuran ini tidak mengalami perubahan dalam
penghitungan zakat mal perusahaan, karena tidak
bertentangan dengan aturan syariah.
50
Maka di dalam penghitungan zakat nanti, kas dihitung
sebesar nilai nominal yang dilaporkan dalam neraca CV Adi
Komunika Enterprise.
4.2.2.2 Persediaan
Persediaan barang dagang adalah barang-barang yang
dimiliki perusahaan untuk dijual kembali. Persediaan barang
dagang pada umumnya dinilai pada harga perolehannya.
Dalam hal tertentu persediaan dapat dinilai pada harga
terendah antara harga perolehan dan harga pasar atau nilai
yang dapat diharapkan dapat direalisasikan.
Apabila persediaan dinilai berdasarkan harga terendah antara
harga pokok dan harga pasar, maka harga pokok persediaan
(yang telah ditetapkan berdasarkan metode FIFO, LIFO, atau
rata-rata) dibandingkan dengan harga pasarnya. Harga yang
terendah diantara keduanya dipilih untuk penilaian dan
digunakan untuk penyajian di laporan keuangan.
Setiap persediaan yang dijual pada CV Adi Komunika
Enterprise memiliki rekening sendiri-sendiri yang merupakan
buku pembantu persediaan. Cara ini dikenal sebagai metode
buku (perpetual), di mana setiap perubahan dalam persediaan
diikuti dengan mencatat dalam rekening persediaan sehingga
jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dengan
melihat kolom saldo dalam rekening persediaan.
51
Berikut ini tabel nilai persediaan beserta mark up menurut
jenis persediaan berdasarkan data CV Adi Komunika
Enterprise:
Tabel 4.1 Nilai Buku Persediaan dengan Mark Up
Jenis Persediaan Nilai Buku/ Harga
Beli Mark up
Minuman Ringan Rp 382.000 25%
Voucher Fisik Rp 4.820.000 5%
Voucher Non Fisik Rp 2.680.000 5%
Kartu Perdana Rp 320.000 5%
Aksesoris HP Rp 1.380.000 25%
Hand Phone Rp 6.800.000 5%
Jumlah persediaan Rp 16.382.000Sumber: CV Adi Komunika Enterprise
Perlu diperhatikan juga, dalam persediaan CV Adi Komunika
Enterprise tidak diakuinya persediaan rokok sebagai milik
perusahaan. Hal ini dikarenakan rokok tersebut merupakan
barang konsinyasi (titipan). Dalam cara penjualan titipan,
barang-barang yang dititipkan untuk dijual haknya masih
tetap pada yang menitipkan sampai saat barang-barang
tersebut dijual.
Sebelum barang-barang tersebut dijual masih tetap menjadi
persediaan pihak yang menitipkan. Pihak yang menerima
titipan tidak mempunyai hak atas barang-barang tersebut
sehingga tidak mencatat barang-barang tersebut sebagai
persediaannya. Apabila barang-barang itu sudah dijual maka
52
yang menerima titipan membuat laporan pada yang
menitipkan. Dalam hal ini zakat atas barang konsinyasi tidak
diwajibkan kepada perusahaan karena syarat milik penuh
tidak terpenuhi.
Metode pengukuran pada CV Adi Komunika Enterprise
menggunakan kos historis sebagai atribut yang diukurnya
dalam mengukur nilai persediaannya. Sedangkan untuk
penghitungan zakat, nilai pada saat penghitungan zakat
(current value) merupakan atribut yang diukur sebagai
penilaian aset perusahaan, lebih tepatnya menggunakan harga
jual sekarang (current exit price).
Alasan pengukuran atribut harga jual sekarang dikarenakan
zakat dikenakan tidak hanya pada modalnya saja, tetapi juga
pertumbuhannya. Sehingga dalam pengukuran persediaan,
bukan diukur atas harga belinya (modal) saja, tetapi harga
jualnya (modal ditambah pertumbuhan).
Berdasarkan data nilai persediaan beserta mark up yang telah
diperoleh, maka kita dapat melakukan pengukuran persediaan
dengan atribut harga jual dengan menambahkan harga
perolehan dengan mark up yang telah dikalikan dengan harga
perolehan tersebut (laba kontribusi)
Harga jual = harga perolehan + (mak up x harga perolehan)
53
Tabel 4.2 Perhitungan Harga Jual Persediaan
Jenis Persediaan Mark up Nilai Buku/ HargaBeli
Nilai Realisasi/Harga Jual
Minuman Ringan 25% Rp 382.000 Rp 477.500Voucher Fisik 5% Rp 4.820.000 Rp 5.061.000Voucher Non Fisik 5% Rp 2.680.000 Rp 2.814.000Kartu Perdana 5% Rp 320.000 Rp 336.000Aksesoris HP 25% Rp 1.380.000 Rp 1.725.000Hand Phone 5% Rp 6.800.000 Rp 7.140.000
Rp 16.382.000 Rp 17.553.500Sumber: data yang telah diolah
Jadi berdasarkan perhitungan di atas, di mana persediaan
dihitung berdasarkan atribut harga pasar, maka persediaan
dinilai sebesar Rp 17.553.500 untuk penghitungan tempat
zakat.
4.2.2.3 Utang
Utang adalah pengorbanan manfaat ekonomi di masa
mendatang yang timbul akibat dari peristiwa masa lalu pada
prinsipnya utang akan dicantumkan sebesar nilai tunai dari
utang-utang tersebut, tetapi pada umumnya akan
dicantumkan dengan jumlah sebesar nilai nominalnya.
Penyimpangan ini dilakukan dengan dasar anggapan bahwa
selisih antara nilai nominal dengan nilai tunainya relatif kecil.
Dasar pengukuran hutang adalah jumlah rupiah sumber
ekonomi yang harus dikorbankan apabila pada saat penilaian
(pelaporan), hutang dilunasi. Hal ini disebabkan tujuan
54
penyajian hutang biasanya dikaitkan dengan masalah
likuidasi.
Utang pada neraca CV Adi Komunika Enterprise terdiri atas
utang dagang dan utang biaya. Utang dagang timbul dari
pembelian barang-barang atau jasa-jasa dan dari pinjaman
jangka pendek. Utang biaya merupakan utang yang timbul
dari pengakuan akuntansi terhadap biaya-biaya yang sudah
terjadi tetapi belum dibayar. Yang termasuk dalam kelompok
ini adalah utang yang timbul dari gaji dan upah, biaya sewa,
dan lain-lain.
Metode pengukuran dan pengakuan utang yang ada pada
neraca CV Adi Komunika Enterprise tidak bertentangan
dengan aturan syariah maka tidak perlu dilakukan
penyesuaian guna penghitungan zakat mal perusahaan
tersebut.
4.2.3 Penghitungan Zakat Mal Perusahaan
4.2.3.1 Penghitungan Tempat Zakat
Tempat zakat terdiri dari aktiva lancar dikurangi dengan
utang. Maka tempat zakat dapat dihitung sebagai berikut:
TZ = AL – U
= (Kas + Persediaan) – Utang
= (4.156.850 + 17.553.500) – 1.322.000
= 21.710.350 – 1.322.000 = Rp 20.388.350,-
55
Jadi tempat zakat CV Adi Komunika Enterprise periode 31
Desember 2005 sebesar Rp 20.388.350,-
4.2.3.2 Penghitungan Nisab Zakat
Nisab zakat mal perusahaan sebesar 85 gram emas. Harga
emas yang digunakan adalah harga konsumen emas pada
waktu penghitungan zakat, hal ini sesuai dengan ukuran yang
digunakan dalam penghitungan harta perusahaan yang
menggunakan harga konsumen juga (harga jual).
Tabel 4.3 Data Harga Emas Bulan Desember 2005
Berdasarkan Harga Konsumen
Waktu Harga per gram(Rp)
Minggu I 135.000
Minggu II 137.500
Minggu III 140.000
Minggu IV 140.000Sumber BPS Kab Jepara 2006
Berdasarkan data di atas, maka besarnya nisab harta
perusahaan dapat dihitung sebagai berikut:
NZ = 85 x harga emas per gram
= 85 x 140.000 = Rp 11.900.000
Karena tempat zakat yang telah dihitung lebih besar dari
nisab zakat yang ada, berarti harta tersebut telah memenuhi
persyaratan nisab zakat. Maka harta tersebut wajib dizakati.
56
4.2.3.3 Penghitungan Jumlah Zakat
Zakat CV Adi Komunika Enterprise dihitung dengan
menggunakan laporan Neraca 31 Desember 2005. Hal ini
berarti haul yang digunakan dalam pengitungan zakat adalah
tahun masehi, maka besarnya prosentase jumlah zakat
sebesar 2,575% dari tempat zakat.
Maka besarnya zakat mal CV Adi Komunika Enterprise pada
31 Desember 2005 adalah sebagai berikut:
JZ = TZ x 2,575%
= Rp 20.388.350,- X 2,575%
= Rp 525.000,-
Berdasarkan perhitungan tersebut, jumlah zakat mal CV Adi
Komunika Enterprise sebesar Rp 525.000,- pada periode 31
Desember 2005 dengan haul satu tahun masehi mulai tanggal
1 Januari 2005.
57
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan dari hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya tentang
metode pengukuran dan pengakuan rekening-rekening laporan keuangan pada CV
Adi Komunika Enterprise maka selanjutnya dapat diambil suatu kesimpulan serta
kiranya diberikan saran-saran yang dapat membangun perusahaan sebagai suatu
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan menetapkan kebijakan untuk masa
yang akan datang dalam mencapai tujuan perusahaan.
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil setelah pembahasan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
5.1.1. Akuntansi syariah berbeda dengan akuntansi konvensional karena
faktor tujuan. Siapapun yang bertransaksi dengan cara syariah, harus
dapat diasumsikan bahwa tujuannya adalah dalam rangka mematuhi
perintah-Nya Yang Maha Kuasa. Tentu saja berbeda dengan tujuan
yang biasanya ingin dicapai akuntansi konvensional, yang biasanya
hanya sarat dengan nilai-nilai keduniawian, tetapi kering dari nilai-
nilai ukhrowi.
5.1.2. Tujuan akuntansi syariah dapat dibuat dalam dua tingkatan. Yakni
ideal dan praktis. Secara ideal maka laporan keuangan adalah
pertanggung jawaban muammalah kepada Sang Pemilik Yang Hakiki,
Allah SWT, dengan mentransformasikan dalam bentuk pengamalan
58
syariah-Nya. Jadi berfungsi sebagai media penghitungan zakat, karena
itu adalah manifestasi kepatuhan kepada-Nya. Barulah dengan tujuan
pragmatis dengan upaya untuk menyediakan informasi kepada stake
holder dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi.
5.1.3. Aspek pengakuan banyak berperan dalam menentukan elemen laporan
keuangan. Sedangkan aspek pengukuran memegang peranan penting
dalam kaitannya dengan peran laporan akuntansi yang harus
menyajikan data kuantitatif tentang posisi kekayaan perusahaan dalam
suatu waktu tertentu.
5.1.4. Dalam praktek akuntansi syariah untuk penghitungan zakat mal
perusahaan, aspek pengakuan tidaklah berbeda jauh dengan praktek
konvensional, hanya terdapat perbedaan atas aspek pengukuran saja,
karena aturan syariah dalam penghitungan zakat menggunakan ukuran
harga pasar sebagai atribut pengukuran rekening laporan keuangan,
sedangkan dalam metode konvensional menggunakan biaya historis.
Sehingga menghasilkan ukuran yang berbeda atas aset perusahaan.
5.1.5. Dalam kasus CV Adi Komunika Enterprise perbedaan pengukuran
terletak pada pengukuran persediaan perusahaan, dimana secara
konvensional persediaan CV Adi Komunika Enterprise sebesar Rp
16.382.000, setelah menyesuaikan unit ukuran dengan harga pasar
maka persediaannya sebesar Rp 17.553.500.
5.1.6. Penghitungan zakat pada CV Adi Komunika Enterprise dengan
menggunakan laporan keuangan menggunakan rekening kas,
59
persediaan, dan utang sebagai dasar penghitungannya. Dengan
mengurangkan utang terhadap jumlah kas dan persediaan dan
mengalikannya dengan tarif zakat sebesar 2,575% atas dasar periode
akuntansi selama 1 tahun masehi sebagai haulnya, maka zakat CV Adi
Komunika Enterprise pada periode 31 Desember 2005 sebesar Rp
525.000,-.
5.2 Saran
Setelah penulis melakukan pembahasan skripsi ini maka dapat memberikan
saran-sarannya sebagai berikut:
5.2.1. Hendaknya bila perusahaan membayarkan zakat tersebut disalurkan
melalui badan amil zakat ataupun lembaga amil zakat yang telah
mendapat pengesahan pemerintah, karena sesuai UU No 38 Tahun
1999 Tentang Pengelolaan zakat, maka zakat yang dikeluarkan
tersebut dapat dikurangkan dari laba kena pajak sesuai perundang-
undangan yang berlaku.
5.2.2. Perusahaan tidak perlu melakukan perubahan atas metode pengukuran
atas persediaan untuk penyusunan laporan keuangan konvensional,
perubahan metode pengukuran atas pesediaan hanya dilakukan untuk
penghitungan zakat saja.
5.2.3. Diharapkan adanya penerapan yang lebih luas atas metode
pengukuran dan pengakuan rekening laporan keuangan untuk
penghitungan zakat mal perusahaan yang lebih kompleks.
60
5.3. Keterbatasan
Penulis sangat menyadari bahwa dalam melakukan penelitian tidak lepas dari
keterbatasan dan kelemahan. Keterbatasan dan kelemahan tersebut adalah
adanya pertimbangan (jugment) pribadi penulis di dalam melakukan penelitian.
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang mungkin dapat diatasi
oleh peneliti selanjutnya. Beberapa keterbatasan tersebut adalah:
5.3.1. Penelititian hanya dilakukan dengan metode studi kasus terhadap
perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan perdagangan. Maka hasil
dari penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan karena karakteristik
masing-masing jenis perusahaan berbeda.
5.3.2. Adanya keterbatasan konsep yang digunakan dalam penelitian ini.
Dimana penulis menggunakan asumsi ditiadakannya utang jangka
panjang dalam perusahaan, karena dalam konteks perusahaan yang
islami, penulis mencoba mengasumsikan hanya ada utang jangka
pendek yang tidak berbunga (riba), karena diasumsikan utang jangka
panjang dalam perusahaan yang islami telah diganti dengan sistem
pembiayaan syariah, dan diasumsikan sifat pembiayaan tersebut tidak
sama dengan utang jangka panjang yang dipraktekkan pada
perusahaan pada umumnya, sehingga konsep ini belum bisa
diterapkan pada dunia usaha dengan sempurna.
61
DAFTAR PUSTAKA
Anis Chariri dan Imam Ghozali. 2003. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. BP UNDIP.Semarang.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi (Accounting Theory, 4th ed). Buku1 dan Buku 2, edisi Pertama. Alih bahasa Marwata dkk. Salemba Empat.Jakarta.
Didin Hafidhuddin. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern. Gema Insani Press.Jakarta.
________________. 2003. Islam Aplikatif. Gema Insani Press. Jakarta.
Husein Umar. 1997. Riset Akuntansi. Gramedia Pustaka utama. Jakarta.
IAI. 2002. Standard Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakata.
Iwan Triyuwono dan Muhamad As’ udi. 2001. Akuntansi Syariah. Edisi Pertama.Salemba Empat. Jakarta.
Mughniyah, Muhammad Jawad. 2000. Fiqih Lima Mazhab. Alih Bahasa MasykurA.B. dkk. Lentera. Jakarta.
Muhammad. 2000. Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Al-Qur an. UII Press.Yogyakarta.
M. Akhyar Adnan. 2005. Akuntansi Syariah: Arah, Prospek dan Tantangannya.UII Press. Yogyakarta.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis: UntukAkuntansi & Manajemen. Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
62
Qardawi, Yusuf. 1999. Hukum Zakat. Alih Bahasa Salman Harun dkk. Penerbitkerjasama Lintera Antar Nusa dengan Mizan. Jakarta.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. RinekaCipta. Jakarta.
Syahatah, Husein. 2004. Akuntansi Zakat, Panduan Praktis Penghitungan ZakatKontemporer. Alih Bahasa A. Syakur, Lc. Pustaka Progressif. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat,http://www.tempointeraktif.com, diakses pada 21 April 2006.
Zaidah Kusmawati. 2005. Menghitung Laba Perusahaan, Aplikasi AkuntansiSyari ah. Magistra Insania Press. Yogyakarta.
63
Aktiva Lancar Utang
Kas 4.156.850Rp Utang Usaha 670.000Rp
Persediaan 16.382.000Rp Utang Gaji 652.000Rp
Aktiva Tetap Jumlah Utang 1.322.000Rp
Harga Perolehan 545.200.000Rp
Akumulasi Depresiasi 43.150.000Rp Ekuitas 521.266.850Rp
Nilai buku 502.050.000Rp522.588.850Rp 522.588.850RpPASSIVAAKTIVA
CV ADI KOMUNIKA ENTERPRISENERACA
PERIODE 31 DESEMBER 2005
AKTIVA PASSIVA
64
Jl Veteran No 24 Jepara 59417. Phone/ Fax (0291) 591531
SURAT KETERANGANNo: 001/AKE-Pnt/VI//2006
Yang bertanda tangan di bawah ini selaku Direktur CV Adi Komunika Enterprise
Jepara menerangkan:
Nama : HAFID JUNAIDI
NIM : 0220000177
Jurusan : Akuntansi
Alamat : Ngasem krajan rt 17/ 02 Batealit – Jepara
Bahwa mahasiswa tersebut di atas telah benar-benar melakukan penelitian di CV
Adi Komunika Enterprise dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul “Metode
Pengukuran dan Pengakuan Rekening-Rekening Laporan Keuangan untuk Penghitungan
Zakat Mal Perusahaan; Studi Kasus CV Adi Komunika Enterprise”.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Jepara, 27 Mei 2006
CV Adi Komunika Enterprise
Ir. Adi Sucipto MusaDirektur
top related