gojek dan masyarakat berisiko (studi kasus pengemudi...
Post on 24-May-2020
20 Views
Preview:
TRANSCRIPT
GOJEK DAN MASYARAKAT BERISIKO
(Studi Kasus Pengemudi dan Pengguna Aplikasi Gojek Di Jakarta)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Muhammad Irvansyah
NIM. 11151110000006
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
V
ABSTRAK
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor resiko apa
yang dihadapi oleh masyarakat berisiko di Jakarta, khususnya para pengemudi dan
pengguna aplikasi gojek. Masyakat berisiko adalah sebuah masyarakat yang
menghadapi ketidakpastian dalam resiko-resiko yang ditimbulkan oleh kehidupan
modern. Sumber data dalam penelitian ini, yaitu para pengemudi dan pengguna
gojek di Jakarta. Informan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 21 orang,
terdiri dari 10 pengemudi dan 11 pengguna aplikasi gojek. Metode yang digunakan
adalah metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan data
primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini menggunakan teknik
wawancara mendalam dan observasi, sedangkan data sekunder dalam penelitian ini
menggunakan teknik studi pustaka dan dokumentasi. Dalam menganalisis
fenomena gojek dan masyarakat berisiko di Jakarta, penulis menggunakan Teori
Masyarakat Risiko dari Ulrich Beck yang menjelaskan dua konsep, yaitu
modernitas reflektif dan efek bumerang.
Berdasarkan hasil analisis, penulis menemukan beberapa faktor resiko
kepastian yang dialami oleh para pengguna aplikasi gojek, diantaranya waktu,
kemudahan, biaya, dan keamanan. Faktor-faktor ini yang disebut Beck sebagai
modernitas reflektif, dimana faktor-faktor ini hadir sebagai refleksi yang dilakukan
oleh masyarakat Jakarta atas permasalahan yang dihadapi pada transportasi umum
di perkotaan. Disisi lain, para pengemudi aplikasi gojek mengalami faktor resiko
ketidakpastian, seperti adanya orderan fiktif, dan ketidaksesuaian pada pelayanan
ratting dan komentar dari para pengguna. Kondisi ini yang disebut Beck sebagai
efek bumerang, dimana resiko akan menyerang kembali kepada pemilik alat.
Namun pada akhirnya pihak perusahaan membuat fitur baru sebagai bentuk
kepastian atas ketidakpastian sebelumnya, yaitu fitur untuk mengatasi orderan
fiktif, dan fitur ratting pengguna.
Kata Kunci: Aplikasi Gojek, Masyarakat Risiko, Transportasi Umum.
VI
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas
segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada Baginda
Nabi Besar Nabi Muhammad SAW, baik kepada keluarga-Nya, sahabat-Nya, serta
umat-Nya. Semoga kita tetap termasuk kedalam umatnya sampai akhir zaman.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pada proses penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari
arahan, bimbingan, masukan, bantuan, dan doa berbagai pihak yang sudah
membantu penulis, baik secara fisik, materil, dan moril. Maka dari itu, penulis disini
ingin mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ali Munhanif, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si selaku Kepala Program Studi Sosiologi FISIP
UIN Jakarta
3. Ibu Dr. Joharotul Jamilah, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Sosiologi
FISIP UIN Jakarta
VII
4. Bapak Saifuddin Asrori, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, masukan kepada penulis dengan sabar
sehingga skripsi ini dapat terlesaikan dengan baik.
5. Bapak Kasyfiyullah, M.Si sebagai dosen sekaligus teman diskusi penulis
yang telah memberikan masukan, pendapat, saran pada skripsi penulis.
6. Seluruh Dosen Jurusan Sosiologi yang telah mendidik dan memberikan
ilmu pengetahuan kepada penulis pada proses perkuliahan.
7. Bapak Moch. Rosin dan Ibu Sarinah selaku orang tua penulis yang telah
memberikan motivasi, semangat, nasihat, dan doa kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terlesaikan.
8. Kakak dan Adik penulis, yaitu Mas Agus Pristian, Mba Dewi Rosi Yati,
Aziz Ardi Anto, dan Nadia Raifa Sari yang telah memberikan masukan,
dukungan, dan motivasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi
ini.
9. Bapak dan Ibu petugas perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan pelayanan dan bantuan
kepada penulis untuk mencari sumber-sumber bacaan terkait skripsi
penulis.
10. Anisa Noor Afiati yang telah memberikan semangat dan dukungan disaat
senang maupun duka kepada penulis hingga penulisan skripsi ini selesai.
11. Ubay, Kiting, Rifna, Jaunt, Apoy, Kevin, Adhit, Andes, Danang, Bedil,
Hanif, Dody, Ferbiyan, Iyon, Aldo, Bogor, Tias, Lintung, Amel, Bilah,
Amal, Efril, Hilwa, Riska, Mita, Manda, Sania, Ossy, Zen, Ika, Sekar, Rara,
VIII
Husnul, Lulu, Dina, Hanum, Farah, Nia, Keke, Riri selaku teman-teman di
Sosiologi angkatan 2015. Terima kasih atas pengalaman, pembelajaran,
serta dukungannya kepada penulis.
12. Amat, Panca, Arab, dan Aden selaku sahabat penulis yang telah
memotivasi, mendengarkan keluh kesah penulis, serta dukungannya sampai
selesainya skripsi ini.
13. Rahman, Akbar, Bowo, Fikri, Aziz, Andre, Amir, Ismi, Janu, Rima, Billy,
Ayu, Nuke, Rizqa, Fira, Sari, Upeh, Maul selaku teman-teman KKN PEKA
152. Terima kasih atas pengalaman, dan pembelajarannya kepada penulis.
14. Para pengemudi gojek, baik “Single Fighter” (pengemudi gojek yang tidak
tergabung dalam komunitas) maupun komunitas dan juga kepada pihak-
pihak lain yang telah bersedia meluangkan waktunya kepada penulis untuk
membantu penulis mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam
penyelesaian skripsi ini.
Semoga segala kebaikan serta bantuan yang diberikan kepada penulis
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis juga menyadari bahwa penulisan
skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima segala
kritik dan juga saran yang membangun. Semoga karya ini memberikan manfaat
bagi setiap orang yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
IX
Jakarta, 16 September 2019
Muhammad Irvansyah
X
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ....................................................................................... I
LEMBAR PENYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................. II
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. III
LEMBAR PENGESAHAN PANITIAN UJIAN SKRIPSI ........................ IV
ABSTRAK .................................................................................................. V
KATA PENGANTAR ................................................................................ VI
DAFTAR ISI .............................................................................................. X
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. XIII
DAFTAR TABEL ...................................................................................... XIV
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................ 5
E. Tinjauan Pustaka ........................................................... 5
F. Kerangka Teoritis ......................................................... 10
1. Teori Masyarakat Risiko (Risk Society) ............. 10
G. Metodologi Penelitian .................................................. 13
XI
1. Pendekatan Penelitian ........................................... 13
2. Subjek Penelitian ................................................. 13
3. Metode Pengumpulan Data ................................... 14
4. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................ 16
5. Metode Analisis Data ............................................ 16
H. Sistematik Penulisan ............................................... 17
BAB II GAMBARAN UMUM
A. Gojek ........................................................................... 19
1. Lokasi Perusahaan Gojek .................................... 19
2. Sejarah dan Ide Awal Gojek ................................ 19
3. Perkembangan Perusahaan Gojek ....................... 20
B. Aplikasi Gojek ........................................................... 21
1. Perkembangan Fitur Dalam Aplikasi Gojek dan Investor
Gojek ................................................................... 21
C. Kondisi Permasalahan Transportasi Umum di Jakarta
..................................................................................... 29
1. Jadwal Dari Tiap Transportasi Yang Tidak Menentu
.............................................................................. 29
2. Pola Rute Yang Memaksa Penumpang Melakukan Transfer
Pada Transportasi Lain ........................................ 30
3. Lonjakan Penduduk Pada Waktu-Waktu Sibuk .. 31
4. Perilaku Pengemudi Yang Seringkali Sembarangan atau
Membahayakan Pengguna ................................... 33
XII
D. Profil Singkat Informan ............................................... 34
BAB III PEMBAHASAN
A. Resiko-Resiko Yang Dihadapi Oleh Pengguna Aplikasi Gojek
...................................................................................... 38
1. Waktu .................................................................... 38
2. Kemudahan ........................................................... 40
3. Biaya ..................................................................... 42
4. Keamanan ............................................................. 46
B. Resiko-Resiko Yang Dihadapi Oleh Pengemudi Aplikasi Gojek
....................................................................................... 48
1. Orderan Fiktif ........................................................ 49
2. Fitur Pengguna ...................................................... 54
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................ 60
B. Saran .......................................................................... 63
Daftar Pustaka .......................................................................................... 64
Transkrip Wawancara ....................................................................... LXX
XIII
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Layanan Bagi Pengguna Aplikasi Gojek ............................. 23
Gambar II.2. Beberapa Layanan Dalam Swadaya Gojek ......................... 24
Gambar II.3. Persyaratan Menggunakan Salah Satu Layanan Swadaya Gojek
.................................................................................................................... 28
Grafik II.1. Komuter Jakarta Menurut Tempat Tinggal dan Jadwal Pukul Berangkat
Dari Rumah ................................................................................................ 32
Grafik II.5. Komuter Jakarta Menurut Tempat Tinggal dan Jadwal Pukul Tiba Di
Di Rumah ................................................................................................... 33
Gambar III.1. Tarif Pada Aplikasi Gojek ................................................... 44
Gambar III.2. Pembayaran Menggunakan Gopay Di Alfamart ................. 46
Gambar III.3. Pembayaran Menggunakan Gopay Di Beberapa Tempat Makan
.................................................................................................................... 46
Gambar III.4. Fitur Untuk Mengatasi Orderan Fiktif ................................ 54
Gambar III.5. Fitur Ratting Pengguna ........................................................ 57
Gambar III.6. Fitur Banding Pada Aplikasi Pengemudi Gojek ................. 59
XIV
DAFTAR TABEL
Tabel I.D.I. Tabel Profil Singkat Informan ................................................. 34 – 37
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini ingin menjelaskan tentang ketidakpastian atau resiko yang dialami
oleh masyarakat perkotaan, khususnya pengemudi dan pengguna aplikasi gojek.
Modernitas merupakan sebuah proses perubahan berupa kemajuan dalam berbagai
aspek kehidupan di masyarakat (Ellya, 2011). Menurut Abdulsyani (1994),
modernitas adalah sebuah tranformasi dari segala sesuatu yang cenderung
tradisional menuju yang lebih modern untuk membantu segala aktivitas
masyarakat.
Sejalan dengan itu, perkembangan teknologi juga terus mengalami kemajuan
dan secara tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan masyarakat modern.
Kondisi ini juga secara tidak langsung membantu individu dalam berhubungan
antara satu dengan yang lainnya tanpa mengkhawatirkan beberapa masalah, seperti
waktu, jarak, jumlah, kapasitas, dan kecepatan (Zamroni, 2009). Dalam
mengantisipasi batasan-batasan yang dialami oleh individu dalam berkomunikasi,
individu juga memanfaatkan kemajuan teknologi berupa satelit (Zamroni, 2009).
Namun disamping membantu masyarakat modern dalam melakukan berbagai
aktivitasnya, kemajuan teknologi ternyata juga memberikan dampak yang kurang
baik, seperti membentuk rasa kesepian hingga keterasingan bagi para penggunanya
(Ngafifi, 2014). Hal ini dikarenakan oleh individu yang lebih sering menghabiskan
waktunya pada aktivitas dunia maya dibandingkan melakukan aktivitas sehari-hari
pada umumnya. Salah satunya dengan penemuan internet (Ngafifi, 2014).
2
Menurut Turban, Rainer, dan Potter (2005), internet merupakan sebuah
jaringan yang menghubungkan antara jaringan yang satu dengan jaringan yang lain
secara cepat pada rentan wilayah yang luas. Beberapa media yang bisa mengakses
jaringan internet ini juga cukup beragam. Menurut data BPS (2019), beberapa
media yang bisa digunakan oleh penduduk Jakarta dalam mengakses jaringan
internet, diantaranya komputer, laptop, telepon seluler, dan lain-lain. Media
tertinggi yang paling sering digunakan oleh penduduk Jakarta usia 5 tahun ke atas
dalam mengakses jaringan internet adalah media telepon seluler. Bahkan
penggunaan media telepon seluler ini terus mengalami peningkatan dari tahun 2010
– 2017 sebesar 40,2 persen (BPS, 2019). Selain itu, keberadaan internet dalam
kehidupan di masyarakat juga berpengaruh pada keberadaan mode transportasi ojek
konvensional atau ojek pangkalan, yaitu melahirkan ojek berbasis aplikasi.
Ojek berbasis aplikasi di Indonesia juga beragam, diantaranya gojek, grab
bike, uber, call jek, ojek koe, top jek, ojek argo, taxi motor, lady jek, bang jek, blue
jek, dan smart jek (cnbcindonesia, 2019). Berbagai transportasi ojek berbasis
aplikasi ini juga terus berkompetisi demi memenangkan persaingan pasar. Bahkan
dalam persaingan ini, beberapa transportasi ojek berbasis aplikasi sempat
menghilang dan menyisahkan gojek dan grab bike (cnbcindonesia, 2019).
Akan tetapi, penulis dalam penelitian ini ingin memfokuskan pada
transportasi ojek berbasis aplikasi, yaitu gojek. Gojek merupakan sebuah
transportasi umum ojek berbasis online. Gojek pertama kali didirikan oleh Nadiem
Makarim, dimana pada proses pemesanannya berupa call center yang dikelola oleh
Nadiem dan juga timnya (republika, 2016). Alasan dipilihnya ojek ini sebagai
3
bisnisnya adalah keinginannya untuk memberikan perubahan pada mode
transportasi sehari-harinya (ojek), khususnya pada masalah pendapatan dan jumlah
penumpang yang tidak menentu (republika, 2016). Bahkan pada proses
perkembangannya, gojek ini membuat sebuah inovasi, yaitu aplikasi gojek.
Aplikasi Go-Jek ini memiliki dua jenis, yaitu aplikasi driver yang khusus
diperuntukan untuk para pengemudi Go-Jek, dan aplikasi customer yang khusus
diperuntukan untuk para pengguna Go-Jek. Aplikasi Go-Jek ini bisa diunduh di
telepon genggam yang digunakan oleh tiap individu yang sudah terhubung jaringan
internet. Menurut laporan dari WeAreSocial pada tahun 2018 (Good News From
Indonesia, 2018), pengguna telepon genggam di Indonesia sudah mencapai pada
angka 132 juta orang. Bahkan keberadaan aplikasi gojek ini juga mendapatkan
respon positif oleh seluruh masyarakat Indonesia, dimana hal ini terlihat dari jumlah
pengunduh aplikasi gojek yang sudah mencapai pada angka 13 juta orang
(republika, 2016).
Beberapa riset sebelumnya juga menjelaskan mengenai keuntungan atau
manfaat dari keberadaan aplikasi gojek atau ojek online ini, diantaranya: riset dari
Amajida (2016) yang menganggap keberadaan aplikasi gojek atau ojek online bisa
menjadi solusi atas resiko permasalahan perkotaan yang dialami oleh penduduk
Jakarta, khususnya pada waktu, kemudahan, biaya, dan keamanan; dan riset dari
Anindhita, dkk (2016) yang menganggap keberadaan ojek online ini sebagai salah
satu inovasi pada mode transportasi dengan memanfaatkan perkembangan
teknologi, perubahan mindset masyarakat, proses pemesanan cepat, serta
memberikan kenyamanan bagi para pengguna.
4
Adapun alasan dipilihnya gojek ini karena mempertimbangkan kemudahan
mengakes data-data yang dibutuhkan terkait gojek, khususnya pada lokasi
perusahaan gojek. Disisi lain, gojek juga dianggap sebagai salah satu bisnis yang
dikembangkan oleh anak-anak Indonesia. Bahkan terdapat istilah bahwa “Gojek
Sebagai Karya Anak Bangsa” (inet.detik, 2019). Keberadaan gojek juga dianggap
bisa menjadi solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh transportasi umum
diperkotaan (Tuan, dan Mateo-Babiano, 2013). Adapun beberapa permasalahan
yang sering dialami oleh mode transportasi umum perkotaan, diantaranya: jadwal
dari tiap transportasi yang tidak menentu, pola rute yang memaksa penumpang
melakukan transfer pada transportasi lain, lonjakan penduduk pada waktu-waktu
sibuk, dan perilaku pengemudi yang seringkali cenderung sembarangan atau
membahayakan pengguna (Tamin et al, 1999).
Kondisi ini yang kemudian membuat masyarakat perkotaan, khususnya
masyarakat Jakarta menjadi sebuah masyarakat berisiko. Masyarakat risiko
merupakan masyarakat yang dihadapkan oleh berbagai resiko ketidakpastian,
dimana setiap individunya berjuang untuk meminimalisir hingga mendapatkan
kepastian dari berbagai resiko yang dialami dalam kehidupan modern (Sutopo,
2014). Dalam hal ini, berbagai resiko ketidakpastian yang diterima oleh masyarakat
Jakarta berdasarkan berbagai permasalahan yang dialami oleh transportasi umum
perkotaan. Meskipun penelitian serupa juga pernah dilakukan, khususnya oleh
Amajida (2016), namun fokus dari masyarakat resiko yang digambarkan hanya
berdasarkan pada pengguna dari transportasi gojek. Hal ini yang kemudian
membuat penulis tertarik untuk melihat masyarakat berisiko dari sisi yang lain,
5
yaitu sisi pengemudi gojek. Dalam hal ini, penulis ingin melihat berbagai resiko
yang dialami oleh pengemudi dan pengguna dari aplikasi gojek. Maka dari itu
penulis mengambil judul “GOJEK DAN MASYARAKAT BERISIKO (Studi
Kasus Pengemudi dan Pengguna Aplikasi Gojek Di Jakarta)”.
B. Rumusan Masalah
1. Resiko-resiko apa yang dihadapi oleh pengguna aplikasi gojek?
2. Resiko-resiko apa yang dihadapi oleh pengemudi aplikasi gojek?
C. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor resiko apa saja yang
dihadapi oleh masyarakat perkotaan, khususnya para pengemudi dan
pengguna aplikasi gojek.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam kajian
sosiologi, khususnya mengenai fenomena inovasi teknologi berupa aplikasi
gojek yang memberikan resiko pada masyarakat perkotaan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber bacaan atau referensi
untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai inovasi teknologi berupa
aplikasi gojek, khususnya pada resiko yang dihadapi oleh masyarakat
perkotaan
E. Tinjauan Pustaka
6
Dalam melihat fenomena ini, penulis menggunakan beberapa referensi dari
penelitian sebelumnya. Berikut ini akan dijabarkan mengenai beberapa penelitian
sebelumnya yang terkait dengan penelitian yang sedang diangkat, diantaranya:
Penelitian yang dilakukan oleh Amajida (2016) mengenai refleksi yang
dilakukan masyarakat pada resiko ketidakpastian pada mode transportasi umum
perkotaan, khususnya resiko kemacetan. Kreativitas digital adalah sebuah bentuk
refleksi atas kreativitas masyakarat perkotaan dalam mencari solusi dari berbagai
permasalahan pada mode transportasi umum. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan jumlah informan yang digunakan berjumlah empat orang dengan
kriteria minimal menggunakan aplikasi gojek 3 kali dalam seminggu. Teknik
pengumpulan data yang digunakan berdasarkan data primer (melalui observasi dan
wawancara) dan data sekunder (melalui dokumentasi dan sumber internet). Teori
yang digunakan adalah Teori Masyarakat Berisiko dan Teknologi (Ulrich Beck).
Hasil penelitian menunjukkan beberapa resiko yang bisa diminimalisir dengan
keberadaan aplikasi gojek atau ojek online, diantaranya: waktu (meliputi estimasi
kedatangan pengemudi, mengetahui jarak tempuh ketempat tujuan, dan adanya fitur
GPS pada aplikasi gojek); kemudahan (meliputi memesan makanan, antar barang,
tidak perlu melakukan proses transit, cara pemesanan yang lebih simpel); biaya
(meliputi memberikan kepastian mengenai besaran tarif, dapat menyiapkan tarif
terlebih dahulu, harga dihitung perkilo meter, harga yang dicantumkan di aplikasi
lebih murah, dan terdapat sistem pembayaran cash atau kredit); dan keamanan
(meliputi nama, nomor telepon, kondisi kendaraan yang memenuhi SOP, layanan
helm, masker, penutup rambut bagi pengguna, serta berada dibawah perusahaan
7
yang jelas). Selain itu, keberadaan aplikasi gojek juga dianggap bisa membantu
pemerintah dalam menyelesaikan mengenai permasalahan ketidakpastian pada
resiko kemacetan yang terjadi di Jakarta.
Penelitian yang dilakukan oleh Anindhita, dkk (2016) mengenai penggunaan
aplikasi sebagai salah satu bentuk teknologi komunikasi sekaligus sebagai cara
untuk mengembangkan bisnis yang bergerak pada mode transportasi. Teknologi
komunikasi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang keberadaannya bertujuan
untuk memecahkan masalah-masalah mengenai komunikasi. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan fokus pada
perusahaan gojek dan grab bike. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini berdasarkan data primer (melalui proses wawancara mendalam dan
observasi) dan data sekunder (dokumentasi, sumber internet, studi pustaka, dan
yang lainnya yang berkaitan dengan perusahaan gojek maupun perusahaan grab
bike). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Difusi Inovasi
(Roger). Dalam Teori ini, terdapat 5 tahapan, diantaranya: tahap pengetahuan; tahap
persuasi; tahap pengambilan keputusan; tahap implementasi; dan tahap konfirmasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari ke 5 tahapan teori difusi inovasi
terdapat 3 tahapan saja yang dilakukan oleh perusahaan gojek dan grab bike.
Tahapan itu meliputi: tahapan inovasi; tahapan persuasi; dan tahapan pengambilan
keputusan. Pada tahapan inovasi, inovasi yang dikenalkan berupa penggabungan
antara bisnis transportasi dengan teknologi komunikasi. Bahkan inovasi ini juga
menjadi acuan lahirnya beberapa mode transportasi serupa, selain gojek dan grab
bike. Keberadaan promo-promo juga menjadi sebuah keuntungan yang bisa
8
diterima oleh para penggunanya. Pada tahapan persuasi, pihak gojek dan grab
melakukan tindakan persuasi dengan memberikan promo-promo sekaligus
mengiklankan bisnis. Adapun proses pengiklanan dilakukan pada media sosial
maupun media massa. Pada tahapan pengambilan keputusan, pihak gojek dan grab
bike melakukan dua perubahan, yaitu pada tatanan masyarakat dan tatanan bisnis.
Pada tatan masyarakat, kedua perusahaan ini hadir sebagai solusi atas permasalahan
yang dialami oleh transportasi umum, diantaranya kemudahan, keamanan, dan
bebas dari kemacetan. Pada tatanan bisnis, kedua perusahaan ini hadir sebagai
inovasi dalam mengkolaborasikan antara perkembangan teknologi komunikasi
dengan mode transportasi umum.
Penelitian selanjutnya adalah yang dilakukan oleh Wibisono, dkk (2017)
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang membuat pengguna lebih
memilih menggunakan mode transportasi umum gojek. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan 6 informan
yang terdiri dari 2 pengemudi dan 4 pengguna dari jasa pelayanan gocar. Teori yang
digunakan adalah Teori Pemasaran (Kotler). Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah berupa wawancara mendalam, dokumentasi, dan tinjauan
literatur. Hasil temuan dalam penelitian ini, diantaranya ada beberapa faktor yang
mempengaruhi para pengguna lebih memilih menggunakan layanan gocar
dibanding transportasi serupa. Faktor-faktor tersebut meliputi: harga yang
cenderung lebih hemat dibanding pada mode transportasi sejenisnya dan lebih jelas;
kenyamanan yang memiliki beberapa indikator lainnya, seperti keamanan yang
lebih terjamin, kemudahan dalam proses pemesanan, hingga kepraktisan; terdapat
9
keuntungan yang bisa diterima oleh para penggunanya, seperti adanya promo-
promo atau voucher yang bisa digunakan kembali untuk layanan gojek lainnya; dan
faktor psikologis yang menjadikan sebuah motivasi bagi para pengguna gocar
akibat banyaknya jenis mobil yang bisa digunakan oleh pengguna.
Penelitian yang dilakukan oleh Ardilla (2019) bertujuan untuk mengetahui
motif yang mendasari, pemaknaan pekerjaan gojek, hingga pengalaman-
pengalaman yang didapatkan oleh para pengemudi gojek perempuan. Metode yang
digunakan adalah metode kualitatif dengan informan yang digunakan berjumlah 10
pengemudi gojek perempuan yang masih aktif. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Teori Interaksi Simbolik (Blumer). Teknik pengumpulan data
yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya wawancara mendalam, observasi,
dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu motif,
pemaknaan, dan pengalaman. Motif para pengemudi gojek perempuan bergabung
dengan gojek disebabkan oleh motif karena (meliputi ekonomi, ajakan teman,
sistem kerja yang fleksibel, dan waktu luang yang berlebihan), dan motif harapan
(meliputi untuk mencari teman dan keluarga baru, beramal, mencukupi kebutuhan
sehari-hari, hingga meringankan beban keluarga). Pada proses pemaknaan, para
pengemudi gojek perempuan ini memaknai pekerjaan gojek sebagai sumber
penghasilan, pekerjaan sampingan, pengalaman hidup, ladang pahala, dan
mengajarkan arti kekeluargaan. Adapun pengalaman yang dialami oleh para
pengemudi gojek perempuan ini dibagi menjadi dua, yaitu: pengalaman positif yang
meliputi mendapatkan tip atau bonus dari pengguna, mendapatkan keluarga dan
teman baru, mendapatkan ratting yang bagus, mendapatkan pujian, hingga
10
menerima arti kekeluargaan yang baru dari sesama pengemudi gojek; dan
pengalaman negatif yang meliputi mendapatkan orderan jauh, mendapatkan stigma
buruk dari masyarakat, mengalami cancel order, hingga mengalami kecelakaan.
Dari beberapa penelitian yang penulis gunakan sebagai kajian literatur,
penulis kemudian ingin mengambarkan posisi penelitian penulis dari beberapa
penelitian diatas dengan melihat perbedaan ataupun persamaan. Fokus pada
penelitian sebelumnya dengan penelitian penulis sama-sama berfokus pada
transportasi ojek online, khususnya gojek. Namun dengan sudut pandang yang
berbeda, dimana penelitian sebelumnya hanya berdasarkan salah satu pihak
(pengemudi atau pengguna) sedangkan penelitian penulis berdasarkan keduanya.
Metode yang digunakan memiliki kesamaan dengan seluruh penelitian sebelumnya,
yaitu menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan
juga memiliki kesamaan dengan beberapa penelitian sebelumnya, yaitu
menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Teori
yang digunakan dalam penelitian penulis memiliki kesamaan dengan salah satu
penelitian sebelumnya, yaitu menggunakan teori masyarakat risiko.
F. Kerangka Teoritis
1. Teori Masyarakat Risiko (Risk Society)
Masyarakat risiko adalah masyarakat yang dihadapkan dengan resiko dan
ketidakpastian, dimana setiap individunya berjuang untuk meminimalisir resiko
dan memperoleh kepastian dalam kehidupan modern (Sutopo, 2014). Masyarakat
risiko juga sering disebut sebagai masyarakat yang menghadapi ketidakpastian
dalam resiko-resiko yang ditimbulkan oleh kehidupan modern. Teori ini pertama
11
kali diperkenalkan oleh tokoh sosiolog asal Jerman bernama Ulrich Beck (1992)
dalam karyanya yang berjudul "Risk Society: Toward A New Modernity". Dalam
karyanya ini, Beck menolak bila kehidupan manusia sudah memasuki era post-
modern (Ritzer and Goodman, 2004). Sebab kehidupan manusia memang sudah
modern, tetapi pada bentuk modernitas yang baru (Ritzer and Goodman, 2004).
Akibatnya Beck membagi modernitas menjadi dua bagian, yaitu modernitas klasik
yang berkaitan pada masyarakat industri, dan modernitas maju yang berkaitan
dengan masyarakat berisiko (Clark, 1997). Bila melihat pada kehidupan saat ini,
Beck tidak memposisikan pada salah satu modernitas yang ada. Namun Beck
menganggap kehidupan saat ini lebih tepatnya dipengaruhi oleh dua modernitas
tersebut. Berbagai sumber resiko bisa dilihat dari adanya berbagai industri yang
diciptakan oleh sumber-sumber kekayaan. Hal ini yang kemudian melahirkan
masalah sentral bagi tiap modernitas. Modernitas klasik cenderung memiliki
masalah pada kekayaan dan bagaimana cara pendistribusian secara merata,
sedangkan modernitas maju cenderung memiliki masalah pada risiko dan
bagaimana cara menyelesaikan bahkan mengantisipasi berbagai resiko yang terjadi
(Ritzer and Goodman, 2004). Cita-cita dari tiap modernitas pun juga berbeda, yaitu
modernitas klasik memiliki cita-cita persamaan dan modernitas maju memiliki cita-
cita keselamatan (Ritzer and Goodman, 2004).
Modernitas baru atau modernitas maju ini kemudian disebut Beck sebagai
“Modernitas Reflektif” (Reflexive Modernity) (Ritzer and Goodman, 2004).
Dimana modernitas ini dicirikan oleh proses individualisasi pada tiap individunya.
Pada modernitas ini seluruh individu bisa melakukan apapun sesuai refleksi nya
12
tanpa ada unsur paksaan dari struktural (Ritzer and Goodman, 2004). Beck juga
memberikan contoh mengenai bentuk hubungan sosial yang baru dan juga jaringan
sosial pada modernitas ini sebagai individu yang bisa membentuk, memelihara,
bahkan memperbarui sesuai dengan pilihan individu tersebut (1992).
Risiko yang muncul akibat dari adanya industri yang ditimbulkan oleh
sumber-sumber kekuasaan, pada akhirnya akan mempengaruhi kelas sosial.
Dimana kekayaan hanya meliputi kelas atas, sedangakan risiko meliputi kelas
bawah (Ritzer and Goodman, 2004). Hal ini yang kemudian dimanfaatkan oleh
kelas atas untuk memperoleh keuntungan dari kelas bawah dengan menjual atau
memberikan alternatif penyelesaian bahkan pencegahan dari berbagai risiko yang
dihadapi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi (Ritzer and Goodman, 2004).
Akan tetapi kelas atas tidak merencanakan terlebih dahulu akan dampak yang akan
ditimbulkan oleh alat yang mereka ciptakan kepada kelas bawah. Akibatnya kelas
atas juga merasakan risiko dari alat yang mereka ciptakan sendiri. Ini yang disebut
Beck sebagai “Efek Bumerang”. Dimana efek dari risiko ini bisa menyerang balik
kepada aktor pemilik atau penciptanya sendiri (1992).
Pada akhirnya kondisi ini membuat individu-individu yang menjadi korban
melakukan refleksi dari risiko yang dialami. Beberapa diantaranya bahkan
melakukan pengamatan hingga mengumpulkan data-data terkait resiko tersebut
(Ritzer and Goodman, 2004). Bahkan para korban ini menjadi ahli langsung dalam
menyelesaikan risiko, sebab kepercayaan mereka terhadap para para ilmuwan
sudah mulai hilang (Ritzer and Goodman, 2004). Selaras dengan itu, Beck juga
13
mengecam keras para ilmuwan yang dirinya anggap bukan menyelesaikan
melainkan memelihara masyarakat risiko (1992).
G. Metodologi penelitian
1. Pendekatan penelitian
Pendekatan merupakan sebuah cara pandang yang menentukan sebuah
penelitian dalam melihat sebuah fenomena sosial. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif.
Menurut Stauss dan Corbin dalam Cresswell, J. (1998), penelitian kualitatif adalah
sebuah penelitian yang menghasilkan data-data yang tidak bisa diukur
(kuantifikasi) dengan metode statistik.
2. Subjek Penelitian
Dalam pemilihan informan, penulis menggunakan teknik purposive.
Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria-
kriteria yang sesuai dengan fokus penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis
(Hadari, 2015). Dalam menentukan informan, penulis mengambil informan
sebanyak 21 orang yang terdiri dari 10 orang pengemudi Go-Jek, dan 11 orang
pengguna Go-Jek. Kriteria dari pengemudi meliputi: a) Merupakan anggota atau
pengendara aktif dari transportasi Go-Jek; b) Mengenai usia, penulis akan memilih
informan dengan usia 20 tahun keatas; c) Mengenai jenis kelamin, penulis akan
mengambil informan dari laki-laki maupun perempuan.
Kriteria dari para pengguna, meliputi: a) Merupakan pengguna aplikasi Go-
Jek atau pernah menggunakan aplikasi Go-Jek; b) Mengenai usia, penulis juga akan
14
memilih informan berusia 20 tahun keatas; c) Mengenai jenis kelamin, penulis juga
akan mengambil informan dari laki-laki maupun perempuan. Alasan penulis lebih
memilih kriteria yang sama dalam hal jenis kelamin dan usia, dikarenakan agar data
yang diberikan oleh para informan lebih jelas dan akurat serta untuk melihat
perbandingan data yang diberikan oleh laki-laki maupun perempuan.
3. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi merupakan proses pengamatan
langsung yang dilakukan peneliti pada bagian yang dijadikan objek penelitian
(Hadari, 2015). Dalam penelitian ini, penulis turun langsung untuk mengamati
sekaligus mencari para pengemudi dan pengguna aplikasi gojek yang sesuai dengan
kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya. Adapun para pengemudi yang penulis
amati dan datangi adalah para pengemudi yang sedang istirahat dipinggir jalan
ataupun memiliki waktu luang. Bahkan penulis juga sempat mendatangi komunitas
dari pengemudi gojek. Hal tersebut penulis lakukan, karena penulis merasa
pekerjaan jenis ini merupakan salah satu pekerjaan yang tidak bisa hanya berdiam
disebuah wilayah tertentu. Untuk para pengguna, penulis juga mengamati pada
berbagai tempat yang kiranya ramai dikunjungi oleh masyarakat, seperti mall, halte,
lingkungan kampus, dan lain-lain.
Metode yang kedua adalah dengan menggunakan metode wawancara.
Wawancara merupakan sebuah aktivitas tanya jawab yang dilakukan antara dua
orang atau lebih (informan dengan penulis) dalam mencari atau mendapatkan
15
berbagai informasi guna menjelaskan sebuah fenomena atau kejadian (Soegijono,
1993). Setelah penulis mendapatkan para pengemudi dan pengguna aplikasi gojek
yang sesuai dengan kriteria, kemudian penulis langsung melakukan proses
wawancara dengan para informan tersebut. Pada proses wawancara, sesekali
menggunakan menggunakan pedoman wawancara ataupun sebaliknya. Tergantung
bagaimana suasana dari para informan tersebut. Namun penulis juga tidak
membatasi informan dalam memberikan informasi, demi menciptakan suasana
yang tidak kaku. Disamping melakukan wawancara langsung (bertatap muka),
penulis juga melakukan proses wawancara pada media pesan WhatsApp. Hal
tersebut dilakukan karena untuk mengikuti waktu luang daripada informan.
Metode yang ketiga adalah metode dokumentasi. Dokumentasi merupakan
proses pengumpulan data dengan cara menggunakan berbagai bentuk dokumentasi
yang masih tersimpan, seperti foto, surat, catatan, dan lain-lain (Juliansyah,
2011:141). Kemudian dari kedua metode itu, penulis juga menggunakan metode
dokumentasi yang kiranya memiliki relevansi dengan objek yang sedang penulis
angkat. Selain itu, metode ini penulis gunakan untuk memperkuat berbagai data
yang sudah penulis dapatkan dilapangan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data atau informasi yang didapatkan oleh penulis
berdasarkan informasi secara langsung dari proses wawancara langsung (Jonathan,
2006). Adapun data primer yang penulis dapatkan berasal dari proses observasi dan
wawancara dengan para informan dilapangan atau sesuai dengan kondisi
dilapangan (menggunakan media pesan WhatsApp). Data sekunder adalah data
16
yang penulis dapatkan dari berbagai sumber yang sudah melakukan penelitian
sebelumnya terkait kasus yang sama (Jonathan, 2006). Pada data sekunder, penulis
menggunakan data-data yang dilakukan pada metode dokumentasi, seperti berita,
jurnal, dan lain-lain.
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang penulis jadikan tempat mengamati sekaligus mencari informan,
baik penggemudi dan pengguna adalah ditempat-tempat yang menjadi titik kumpul,
seperti Mall, Halte, dan lingkungan kampus. Sebab tempat-tempat tersebut sering
dijadikan titik kumpul bagi para pengemudi dan pengguna gojek. Waktu penelitian
penulis mulai pada dari awal Maret sampai Juli 2019.
5. Metode Analisis Data
Proses analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Miles dan
Hubermas yang terdiri dari proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan (Praswoto, 2012).
Reduksi data adalah proses pemisahan antara data-data yang dibutuhkan
dengan data-data yang tidak dibutuhkan dari berbagai pertanyaan yang ada dalam
instrumen wawancara ataupun catatan lapangan yang masih tertulis secara acak
(Uiber, 2009). Dalam proses ini, penulis mulai melakukan pemisahan data-data
dengan cara mengkategorisasi setiap pertanyaan dan jawaban dari para informan.
Sebab disini data yang didapatkan oleh penulis masih berupa data dengan bahasan
yang cukup luas karena memberikan kebebasan mengenai berbagai informasi dari
informan.
17
Proses kedua adalah proses penyajian data. Penyajian data adalah sebuah
proses penarikan kesimpulan sementara atau memberikan alasan bagi penulis untuk
melakukan sebuah tindakan guna lebih memperkuat data yang sudah didapatkan
(Uiber, 2009). Setelah melewati proses reduksi data, kemudian penulis mulai
melakukan pemisahan pada setiap jawaban dan membuat indikator dari setiap
jawaban yang ada. Sebab agar jawaban tersebut terlihat lebih jelas dalam menjawab
rumusan masalah penelitian, khususnya berbagai resiko yang dialami oleh
pengemudo maupun pengguna dari aplikasi gojek. Disamping itu proses ini juga
menjadi tolak ukur dalam melihat data-data yang sudah didapatkan oleh penulis
dilapangan untuk melakukan tindakan selanjutnya.
Proses ketiga adalah menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan adalah
sebuah proses mengaitkan segala data atau temuan dilapangan sehingga membuat
sebuah pola-pola atau gambaran yang sudah semakin jelas dan menghasilkan
sebuah kesimpulan akhir (Uiber, 2009). Pada proses terkahir, penulis mulai
mengkaitkan dengan data-data atau temuan dengan membuat pola berdasarkan
indikator jawaban informan untuk mendapatkan kesimpulan akhir
H. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan. Pada bagian ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang
masalah, membuat rumusan masalah yang hendak dijawab, menjelaskan tujuan dan
manfaat penelitian, memaparkan beberapa penelitian sebelumnya guna melihat
posisi penelitian, memaparkan mengenai kerangka teoritis berupa teori yang
digunakan untuk menganalisis, dan metodologi penelitian yang digunakan.
18
Bab II Gambaran Umum. Pada bagian ini penulis ingin memaparkan,
diantaranya: gojek (lokasi perusahaan gojek, sejarah dan ide awal gojek,
perkembangan perusahaan gojek); aplikasi gojek (perkembangan fitur dalam
aplikasi gojek dan investor gojek); dan kondisi permasalahan transportasi umum di
Jakarta.
Bab III Pembahasan. Pada bagian ini penulis ingin memaparkan mengenai hasil
temuan dilapangan mengenai resiko-resiko yang dihadapi oleh para pengguna dan
pengemudi aplikasi gojek
Bab IV Penutup. Pada bagian ini penulis memaparkan mengenai kesimpulan
penelitian dan saran-saran kepada pihak terkait guna menjadi masukan.
19
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Go-Jek
1. Lokasi Perusahaan Go-Jek
Perusahaan Gojek Indonesia berlokasi di Pasar Raya Blok M Gedung B,
lantai 6, sedangkan untuk tempatnya berada di jalan Iskandarsyah II No. 7, RW 2,
Melawai, Kebayoran Baru dan RT 3/RW 1, Melawai, Kebayoran Baru, Kota
Jakarta Selatan, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 12160 (go-jek.com,
2019).
2. Sejarah dan Ide Awal Go-Jek
Gojek merupakan salah satu transportasi umum ojek berbasis online. Pertama
kali Gojek muncul pada tahun 2010 oleh seseorang bernama Nadiem Makarim.
Gojek yang awalnya masih berupa ojek konvensional (ojek pangkalan) ini
merupakan salah satu mode transportasi yang sering digunakan Nadiem ketika
dirinya masih bekerja dibeberapa perusahaan besar di Jakarta, seperti Mckinsey &
Company, Managing Director Zalora Indonesia, dan Chief Innovation Officer
Kartuku (republika, 2016). Ketika menggunakan ojek konvensional, pria kelahiran
Singapura, 4 Juli 1984 ini mendapatkan beberapa permasalahan yang dikeluhkan
oleh pengemudi, seperti tarif yang masih belum jelas (mahal), hingga penumpang
yang belum jelas (republika, 2016).
Bermula dari berbagai permasalah yang dikeluhkan pengemudi, serta dirinya
yang tertarik untuk memperbaiki mode transportasi ini menjadi sebuah ide awal
20
dibuatnya Gojek (liputan6, 2018). Hal tersebut yang kemudian membuat dirinya
serius dalam mengembangkan keinginannya pada transportasi umum pilihannya
itu. Pada awalnya, Nadiem hanya memiliki 20 pengemudi ojek (liputan6.com,
2018). Namun jumlah itu terus berkembang hingga pada angka 210 ribu pengemudi
ojek (republika, 2016). Istilah mitra gojek juga diberikan oleh Nadiem kepada para
pengemudi ojek tersebut.
3. Perkembangan Perusahaan Go-Jek
Pada tahun 2010-2014, gojek adalah manajemen kecil berbasis call center
pada proses pemesanannya. Call center ini didirikan oleh Nadiem dan timnya guna
mewujudkan dari ide awal dibuatnya gojek (republika, 2016). Pada proses
pemesanannya (republika, 2016), pengguna terlebih dahulu melakukan pemesanan
melalui call center yang ada dengan menyertakan lokasi penjemputan yang
diinginkan oleh pengguna. Setelah itu, pihak call center langsung mencari
pengemudi terdekat dari lokasi pengguna untuk mengambil pesanan itu. Pada
akhirnya, pihak call center akan kembali mengkonfirmasi pengguna mengenai
pengemudi yang akan mengambil pesanannya tersebut. Dengan adanya call center
ini, respon positif diberikan pengemudi, salah satunya pendapatannya menjadi lebih
meningkat (republika, 2016).
Pada awal tahun 2015, Nadiem dan timnya membuat aplikasi khusus (aplikasi
gojek) yang bisa diunduh atau diakses pada telepon genggam Android dan iOS
(inet.detik, 2017). Aplikasi ini dibuat karena Nadiem melihat semakin tingginya
penggunaan telepon genggam di masyarakat. Dengan meletakkan aplikasi ini pada
21
setiap telepon ganggam, masyarakat bisa mengunduh serta mengakses dimanapun
dan kapanpun. Akan tetapi tetap pada proses mengaksesnya, telepon genggam
masyarakat harus tersambung dengan jaringan internet terlebih dahulu. Tanggapan
atau respon dari masyarakat terhadap aplikasi gojek bisa dikatakan postitif, dimana
hal itu terlihat pada jumlah pengunduh aplikasi gojek yang sudah mencapai angka
13 juta orang diberbagai daerah di Indonesia (republika, 2016). Dengan
perkembangan yang sangat meningkat ini, gojek menjadi salah satu unicorn
pertama di Indonesia (liputan6, 2018). Unicorn merupakan sebuah usaha rintisan
seseorang yang memiliki nilai valuasi atau ekonomi lebih dari USD 1 Miliar atau
setara dengan Rp 14,3 Triliun, dimana nilai 1 USD setara dengan Rp 14.369
(liputan6, 2018).
B. Aplikasi Gojek
1. Perkembangan Fitur Dalam Aplikasi Dan Investor Gojek
Pada awal bulan Januari 2015, gojek mulai membuat aplikasi khusus untuk
memberikan inovasi sekaligus untuk bersaing dengan kompetitornya, seperti Uber
dan Grabbike (id.techinasia, 2015). Disamping itu, gojek juga terus berinovasi
dengan tidak hanya berfokus pada layanan antar penumpang (Goride). Namun
gojek juga mulai berinovasi dengan membuat fitur Gofood (layanan antar makanan)
dan Gomart (layanan untuk belanja) (id.techinasia, 2015). Bahkan persaingan antar
transportasi berbasis online, khususnya pada transportasi sepeda motor juga terus
dirasakan. Beberapa fitur tambahan pun diberikan gojek guna menawarkan
kemudahan bagi para penggunanya, diantaranya: Gosend (layanan kurir), Gobox
(layanan pengantaran barang berukuran besar), Goclean (layanan untuk
22
membersihkan rumah), Gomessage (layanan pijat), Goglam (layanan kecantikan),
Gobusway (layanan pendeteksi keberadaan halte busway) (in.techinasia, 2015).
Dan diakhir tahun 2015, gojek juga sempat mengeluarkan fitur terbaru, yaitu Gotix
(layanan pembelian tiket) (cnnindonesia, 2015).
Pada tahun 2016, gojek kembali memberikan beberapa inovasi mengenai
fitur-fiturnya, diantaranya Gocar (layanan antar jemput dengan mobil), Goauto
(layanan perbaikan dan cuci kendaraan), Gopulsa (layanan pembelian pulsa),
hingga pada mode pembayaran elektornik (Gopay) (in.techinasia, 2015).
Menurut Data Euromonitor, mencatat bahwa terdapat 25% jumlah transaksi
non tunai, sedangkan Bank Indonesia sendiri mencatat terdapat 817 miliar jumlah
transaksi elektonik di Indonesia sampai bulan September 2017 (republika, 2017).
Berdasarkan data tersebut, kemudian membuat gojek meluncurkan fitur baru
bernama Gobills (layanan pembayaran tagihan listrik, BPJS, dll). Bahkan
peluncuran fitur terbaru ini juga mendapatkan dukungan dari Pemerintah dan juga
Bank Indonesia, khususnya pada cashless society dan Gerakan Nasional Non Tunai
(GNNT) (republika, 2017).
Selain Gobills, gojek juga memberikan fitur lain yang bisa digunakan
penggunanya, khususnya pada pengguna yang aktif menggunakan berbagai layanan
pada aplikasi gojek. Fitur tersebut bernama Gopoints, dimana fitur hadir sekitar
bulan Februari 2017 (inet.detik, 2018). Layanan ini menawarkan point-point yang
bisa didapatkan dari berbagai pelayanan dalam aplikasi gojek yang digunakan para
penggunanya. Hadiah atau reward yang ditawarkan juga menarik, diantaranya
23
potongan harga untuk makan di restoran, pembelian barang elektronik, voucher
umroh, dan juga adanya diskon pada layanan gojek (inet.detik, 2018). Berdasarkan
beberapa layanan yang penulis jabarkan sebelumnya, data tersebut kemudian
diperkuat dengan gambar berikut mengenai layanan-layanan yang ditawarkan oleh
aplikasi gojek kepada penggunanya.
Gambar II.1. Layanan Bagi Pengguna Aplikasi Gojek
Sumber: Wawancara Pribadi dengan Kak Anggraeni, 4 Juli 2019
Pada sisi pengemudi, aplikasi gojek atau gojek juga memberikan berbagai
pelayanan yang bisa digunakan oleh para pengemudi gojek, seperti adanya fitur
swadaya gojek. Swadaya gojek merupakan berbagai bentuk pelayanan yang bisa
digunakan oleh para pengemudi gojek yang masih aktif. Fitur swadaya ini muncul
sekitar tahun 2016, dimana respon yang diterima dengan keberadaan fitur ini juga
24
sangat positif, khususnya bagi para pengemudi gojek (jawapos, 2019). Terbukti
dengan pengemudi gojek di Solo yang telah terdaftar mengikuti asuransi, baik Pasar
Polis maupun Allianz sudah berjumlah 4.500 orang (jawapos, 2019). Data tersebut
kemudian diperkuat dengan beberapa gambar berikut mengenai layanan-layanan
pada swadaya gojek.
Gambar II.2. Beberapa Layanan Dalam Swadaya Gojek
Sumber: Wawancara Pribadi dengan Bapak Agus, 15 Agustus 2019
Menurut Nadiem selaku CEO Gojek Indonesia, swadaya gojek menawarkan
lima manfaat yang bisa diterima oleh para driver, diantaranya: Pertama, pengemudi
memiliki akses pada layanan jasa keuangan, yaitu perbankan dan asuransi; Kedua,
pengemudi bisa menggunakan akses cicilan otomatis dengan harga yang relatif
terjangkau, seperti membeli motor, handphone, barang elektronik, hingga kacamata
dengan cicilan berkisar antara Rp 6.000 – Rp 29.000 / hari; Ketiga, pemberian
diskon pada barang-barang keperluan sehari-hari, seperti kerjasama gojek dengan
25
satu bengkel otomotif, toko ritel, hingga minimarket; Keempat, akses bisnis untuk
meningkatkan pemasukan keluarga para pengemudi, seperti menjadi ketua Arisan
dari RUMA Arisan Mapan; dan Kelima, gojek juga bekerjasama dengen beberapa
perusahaan guna memberikan pelatihan kemanan berkendara (safety riding), seperti
PT Astra Honda Motor, FIF Group, Courts, Erafone, Optik Melawai, Allianz, Pasar
Polis, Mr Montir, Alfamart, RUMA, Ramayana, dan Rifat Driving Labs
(ekonomi.bisnis, 2016).
Dari berbagai layanan dalam swadaya gojek, beberapa pengemudi mengakui
dirinya pernah menggunakan salah satu layanan yang ditawarkan aplikasi gojek
dalam swadaya gojek, seperti yang diungkapkan oleh informan Bapak Taryono
yang mengatakan: “Ohh engga.. paling saya ngambil cicilan hp buat sehari-hari”
(Wawancara pribadi dengan Bapak Taryono, 21 Mei 2019). Sejalan dengan itu,
beberapa informan juga mengatakan hal yang sama, seperti yang diungkapkan oleh
informan Bang Fiko dan Bapak Agung yang mengatakan: “Cicilan handphone
Samsung. Pernah .. sering. Misalnya hp buat istri saya, saya ambilin” (Wawancara
pribadi dengan Bang Fiko, 23 Mei 2019). “Nah kebetulan saya sudah 2x
menggunakan layanan pembelian hp dalam swadaya gojek ini” (Wawancara
pribadi dengan Bapak Agung, 28 Mei 2019).
Penggunaan pelayanan yang sering digunakan oleh para pengemudi adalah
layanan cicilan handphone. Dua alasan informan pengemudi yang mengaku pernah
menggunakan layanan ini disebabkan untuk membantu dalam proses berkerja
(sebagai pengemudi gojek) hingga untuk diberikan kepada istri dari pengemudi.
Bahkan penggunaan layanan ini juga pernah dilakukan lebih dari satu kali oleh
26
pengemudi. Dalam proses pembayarannya, segala bentuk pelayanan yang
ditawarkan swadaya gojek dalam aplikasi gojek bisa dibayarkan para pengemudi
dengan sistem potongan dari deposit yang dimiliki oleh pengemudi setiap harinya.
Hal ini sejalan dengan informasi yang diberikan oleh informan Bapak Eko yang
mengatakan: “Jadi dipotong langsung dari aplikasinya” (Wawancara pribadi
dengan Bapak Eko, 20 Mei 2019). Sementara Bang Fiko juga mengatakan sistem
pembayaran dari berbagai layanan pada swadaya gojek adalah dengan melakukan
potongan dari deposit yang diterima para pengemudi setiap selesai menyelesaikan
orderannya (Wawancara pribadi dengan Bang Fiko, 23 Mei 2019)
Beberapa informan juga diungkapkan hal serupa yang mengatakan:
“Sistem pembayaran kita kan hampir sama kaya aplikasi customer, ada
deposit. Nah kita juga ada deposit. Perharinya dipotong deposit tergantung pesanan
barang yang diambil. Misalnya handphone atau rumah kan berbeda. Jadi semakin
besar yang diambil, jadi semakin besar juga yang ditarik (deposit) dari gojek”
(Wawancara pribadi dengan Bapak Indra, 25 Mei 2019).
Nah nanti proses pembayarannya dicicil dari potongan deposit kita tiap kita
nganter penumpang. Sehingga tidak memberatkan driver dalam proses
pembayarannya (Wawacara pribadi dengan Bapak Agung, 28 Mei 2019).
Jumlah potongan deposit ini tergantung dari jenis barang apa yang dibeli oleh
pengemudi. Semakin mahal barang yang dibeli pengemudi, maka semakin tinggi
pemotongan depositnya. Proses pendapatan deposit ini berasal dari tiap
penyelesaian pelayanan kepada para pengguna. Bahkan pengemudi merasa tidak
keberatan dengan adanya sistem potongan deposit sebagai bentuk pembayarannya.
Dalam menggunakan layanan swadaya gojek ini juga tidak bisa dilakukan
oleh sembarangan pengemudi gojek. Terdapat beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi oleh para pengemudi gojek dalam menggunakan layanan swadaya gojek
27
ini, seperti informan Bapak Taryono yang mengatakan: “Iyaa gitu (Jadi mitra
gojek)” (Wawancara pribadi dengan Bapak Taryono, 21 Mei 2019). Menurutnya,
salah satu syaratnya adalah pengemudi harus terdaftar sebagai pengemudi aktif
gojek. Selain itu juga jumlah orderan yang harus diambil tiap bulannya minimal
sebanyak 20 kali. Namun jumlah orderan ini juga dipengaruhi oleh jenis barang apa
yang diambil oleh pengemudi. Lama bergabung dengan gojek minimal 2 tahun.
Kemudian juga segala bentuk komentar juga mempengaruhi bisa / tidaknya
menggunakan layanan swadaya gojek. Pada akhirnya semua diputuskan oleh pihak
gojek. Apabila nanti pengemudi memenuhi berbagai kriteria yang ada, pihaknya
akan mengirimkan berupa link yang bisa digunakan pengemudi pada layanan
swadaya. Hal ini sejalan dengan informasi dari beberapa pengemudi gojek yang
mengatakan:
“Itu yang saya baca itu driver minimal udah gabung dua tahun minimal.
Udah gitu dia sering aktif dalam sebulan dua puluh kali narik. Jadi misalnya kalo
kita ga memenuhi kriterianya, kita gabisa ngajuin. Tapi kalo kita memenuhi kriteria,
akun kita ya ada linknya dan kita tinggal make” (Wawancara pribadi dengan Bang
Fiko, 23 Mei 2019).
“Ada. Dia ibaratnya harus berapa penumpang, berapa orderan. Jadi
misalkan semakin tinggi tingkatannya kaya rumah, berarti semakin berat juga
ibaratnya sehari harus berapa customer yang diambil. Tapi kalo powerbank,
powerbank kan ga gitu berat kaya rumah, berarti ya kaya berapa orderan perhari.
Terus juga komenan dari customer juga bagus, ya berarti ya ada besar kemungkinan
di acc (terima) sama gojek” (Wawancara pribadi dengan Bapak Indra, 25 Mei 2019).
Informasi tersebut kemudian diperkuat oleh beberapa gambar berikut
mengenai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pengemudi gojek
untuk menggunakan layanan dalam swadaya gojek.
28
Gambar II.3. Persyaratan Menggunakan Salah Satu Layanan Swadaya Gojek
29
Sumber: Wawancara pribadi dengan Bapak Agus, 15 Agustus 2019
Berbagai investor yang masuk ke gojek juga beragam, diantaranya berasal
dari Sequoia India, Northstar Group, DST Global , NSI Ventures, Rakuten
Ventures, dan Formation Group (cnnindonesia, 2016). Beberapa nama investor
tambahan juga turut hadir, seperti Farallon Capital Management, dan Capital Group
Private Markets (cnnindonesia, 2016).
C. Kondisi Permasalahan Transportasi Umum Di Jakarta
Menurut data Statistik Komuter JABODETABEK (2014), jenis transportasi
di Jakarta cukup beragam, diantaranya sepeda, sepeda motor, mobil, kendaraan
umum, kereta, bus transjakarta, kendaraan jemputan, dan lain-lain. Akan tetapi,
berbagai mode transportasi tersebut juga terlepas dari berbagai persoalan atau
permasalahan yang sering kali diterima oleh para penggunanya, diantaranya: jadwal
dari tiap transportasi yang tidak menentu, pola rute yang memaksa penumpang
melakukan transfer pada transportasi lain, lonjakan penduduk pada waktu-waktu
sibuk, dan perilaku pengemudi yang seringkali cenderung sembarangan atau
membahayakan pengguna (Tamin et al, 1999).
1) Jadwal Dari Tiap Transportasi Yang Tidak Menentu
Ketidakjelasan mengenai jadwal transportasi umum merupakan salah satu
bentuk ketidakpastian yang dialami oleh para pengguna. Berbagai alasan seringkali
dijadikan para pengemudi transportasi untuk tidak langsung melakukan perjalanan,
salah satunya jumlah penumpang atau pengguna yang belum memadai. Akibatnya
para pengguna mengalami kerugian waktu tempuh ke tempat tujuan. Hal ini sejalan
30
dengan informasi dari informan Kak Thasya yang mengatakan: “Kalo bis
kebanyakan ngetem nya” (Wawancara pribadi dengan Kak Thasya, 12 Juni 2019).
Disisi lain kondisi ini secara tidak langsung juga akan menimbulkan
kemacetan pada lalu lintas. Kemacetan merupakan sebuah fenomena yang berimbas
pada terhambat atau terhentinya objek tertentu dalam menjalankan fungsi
sebenarnya (Poerwadarminto, 1976). Dalam hal ini objek yang dimaksud adalah
kendaraan lainnya.
2) Pola Rute Yang Memaksa Penumpang Melakukan Transfer Pada
Transportasi Lain
Selain jadwal yang tidak menentu, ketidakpastian yang dialami pengguna
selanjutnya adalah mengenai pola rute yang memaksa pengguna melakukan transfer
pada transportasi lain. Kondisi ini pada akhirnya memaksa pengguna untuk
mengalami dua persoalan, diantaranya para pengguna yang secara tidak langsung
dipaksa untuk mengikuti pola rute yang sudah ditentukan oleh pihak transportasi,
dan para pengguna yang secara tidak langsung dipaksa untuk melakukan transfer
pada jenis transportasi lain untuk sampai tujuan. Hal ini sejalan dengan informasi
yang diungkapkan informan Kak Anggraeni yang mengatakan: “Yaa karena kan
kita langsung ke tempat tujuan kita tanpa muter dulu kayak naik angkot atau
busway” (Wawancara pribadi dengan Kak Anggraeni, 4 Juli 2019).
Menurutnya, pola rute yang dilakukan beberapa transportasi, seperti angkot
(angkutan kota), dan busway cenderung tidak langsung menuju lokasi dari tujuan
utama tiap penggunanya. Sebab beberapa transportasi ini sudah memiliki pola rute
31
yang sudah ditentukan sebelumnya. Akibatnya disamping para pengguna
mengalami kerugian dalam hal waktu tempuh, pada pengguna juga dirugikan
berupa biaya transpot yang lebih banyak.
3) Lonjakan Penduduk Pada Waktu-Waktu Sibuk
Jam-jam sibuk (rush hour traffic) di Jakarta dibagi menjadi dua jenis, yaitu
ketika individu berangkat ke tempat kegiatan dan ketika individu kembali dari
tempat kegiatan (Statistik Komuter JABODETABEK, 2014). Dimana ketika
individu berangkat ke tempat kegiatan, seluruh wilayah di Jakarta sepakat bahwa
jam-jam sibuk yang terjadi pada pukul 06:00 – 06.59 (Statistik Komuter
JABODETABEK, 2014). Wilayah terpadat berada di Jakarta Timur sebanyak
132.613 jiwa, sedangkan wilayah terendah berada di Jakarta Pusat sebanyak 42.080
jiwa (Statistik Komuter JABODETABEK, 2014)
32
Grafik II.1. Komuter Jakarta Menurut Tempat Tinggal dan Jadwal Pukul
Berangkat Dari Rumah
Sumber: Statistik Komuter JABODETABEK (Hasil Survei Komuter
JABODETABEK), 2014:15
Akan tetapi ketika individu kembali dari tempat kegiatan, jam-jam sibuk di
Jakarta dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pada pukul 18:00 – 18:59; 20:00 – 23:59;
dan 00:00 – 16:59 (Statistik Komuter JABODETABEK, 2014). Jam-jam sibuk
yang terjadi pada pukul 18:00 – 18.59 hanya berada pada wilayah Jakarta Pusat
dengan jumlah penduduk sebanyak 30.253 jiwa (Statistik Komuter
JABODETABEK, 2014). Wilayah terpadat pada pukul 20:00 – 23.59 berada di
Jakarta Timur sebanyak 116.153 jiwa, sedangkan wilayah terendah berada di
Jakarta Selatan sebanyak 72.643 jiwa (Statistik Komuter JABODETABEK, 2014).
33
Pada pukul 00.00 – 16.59 wilayah yang mengalami jam-jam sibuk hanya berada di
Jakarta Utara sebanyak 39.498 jiwa (Statistik Komuter JABODETABEK, 2014).
Grafik II.2. Komuter Jakarta Menurut Tempat Tinggal dan Jadwal Pukul Tiba Di
Rumah
Sumber: Statistik Komuter JABODETABEK (Hasil Survei Komuter
JABODETABEK), 2014:17
4) Perilaku Pengemudi Yang Seringkali Sembarangan Atau
Membahayakan Pengguna
Ketidakpastian yang dialami pengguna yang terakhir adalah mengenai
perilaku pengemudi yang cenderung sembarangan dalam mengendarai transportasi
umum. Beberapa kasus kecelakaan yang dialami oleh transportasi jenis bus
transjakarta juga pernah terjadi di Jakarta. Salah satunya kasus bus transjakarta
yang menabrak blok pemisah jalur di Jalan Jendral Sudirman pada tahun 2018,
dimana kondisi bus yang ringsek pada bagian depan hingga mengganggu arus
kendaraan pada lajur non-busway (tirto.id, 2018). Akan tetapi peristiwa ini tidak
34
sampai mengalami jatuhnya korban jiwa (tirto.id, 2018). Selain itu, kecelakaan
serupa juga pernah terjadi pada transportasi transjakarta yang terjadi di depan
Universitas Kristen Indonesia (UKI), dimana kondisi badan bus yang terguling
hingga mengakibatkan kemacetan dan juga korban luka-luka sebanyak 10 orang
(tirto.id, 2018). Beberapa kasus tadi pada akhirnya memberikan ketidakpastian
kepada para pengguna, khususnya mengenai kondisi dari pada pengemudi
transportasi umum itu sendiri.
D. Profil Singkat Informan
Berdasarkan 21 informan yang sudah penulis jabarkan mengenai kriteria dan
alasan pada proses pemilihannya. Berikut ini proses penjabaran mengenai profil
singkat para informan pada tabel berikut.
Tabel I.D.I. Profil Singkat Informan
Pengemudi
No Nama Jenis
Kelamin
(Usia)
Pendidikan
Terakhir
Pekerjaan
Sebelum Menjadi
Pengemudi Gojek
(Status Pekerjaan)
Lama Bekerja
Sebagai
Pengemudi Gojek
(Tanggal
Wawancara)
1 Bapak Eko
Budi
Setiawan
Laki-Laki
(34 Tahun)
SMA Pengemudi Uber
dan Bekerja di
Restoran (sudah
behenti)
1 Tahun (20 Mei
2019)
35
2 Bapak
Muhyidin
Laki-Laki
(53 Tahun)
SMA Berdagang (sudah
berhenti)
3 Tahun (20 Mei
2019)
3 Bapak
Taryono
Laki-Laki
(41 Tahun)
SMP Pengemudi ojek
pangkalan (sudah
berhenti)
4 Tahun (21 Mei
2019)
4 Bang Fiko Laki-Laki
(29 Tahun)
SMP Kurir di Polda
Metro (sudah
berhenti)
6 tahun (23 Mei
2019)
5 Bapak
Sadikin
Laki-Laki
(36 Tahun)
SMA Di pabrik otomotif
Toyota (sudah
berhenti)
3 Tahun (24 Mei
2019)
6 Bapak Indra Laki-Laki
(30 Tahun)
S1 Di Bank BNI
(habis kontrak)
2 Tahun (25 Mei
2019)
7 Ibu Heni Perempuan
(49 Tahun)
D3 Di periklanan
(habis kontrak)
2 Tahun (26 Mei
2019)
8 Bapak Agung Laki-Laki
(42 Tahun)
SMP Pengemudi ojek
pangkalan (sudah
berhenti)
4 Tahun (28 Mei
2019)
9 Bapak Agus Laki-Laki
(34 Tahun)
S1 Karyawan Swasta
(masih berlanjut)
4 Tahun (15
Agustus 2019)
10 Bapak Bayu Laki-Laki
(30 Tahun)
SMA Di koperasi
sekolah (sudah
berhenti)
4 Tahun (27 Mei
2019)
36
Pengguna
No Nama Jenis
Kelamin
(Usia)
Pendidikan
Terakhir
Pekerjaan Yang
Ditempuh
Sejak Kapan
Menggunakan
Gojek (Tanggal
Wawancara)
1 Mba Yuni Perempuan
(29 Tahun)
S1 Karyawan Swasta Sejak Menikah
(25 Mei 2019)
2 Kak Anisa Perempuan
(20 Tahun)
SMA
(Masih
Kuliah)
Kuliah di salah
satu Universitas
Negeri
Sudah 4 Tahun
(30 Mei 2019)
3 Kak Dimas Laki-Laki
(20 Tahun)
SMA
(Masih
Kuliah)
Kuliah di salah
satu Universitas
Negeri
Sudah 2 Tahun (8
Juni 2019)
4 Kak Silvani Perempuan
(20 Tahun)
SMA
(Masih
Kuliah)
Kuliah di salah
satu Sekolah
Kedinasan
Sudah 2 Tahun
(10 Juni 2019)
5 Kak
Febriyanti
Perempuan
(21 Tahun)
SMA
(Masih
Kuliah)
Kuliah di salah
satu Universitas
Negeri
Sudah 2-3 Tahun
(11 Juni 2019)
6 Kak Thasya Perempuan
(21 Tahun)
SMK
(Masih
Kuliah)
Kuliah di salah
satu Universitas
Swasta
Sudah 2-3 Tahun
(12 Juni 2019)
37
7 Kak Devi Perempuan
(22 Tahun)
SMA
(Masih
Kuliah)
Kuliah di salah
satu Universitas
Negeri
Sudah 3 Tahun
(11 Juni 2019)
8 Kak Fitria Perempuan
(21 Tahun)
MAN
(Masih
Kuliah)
Kuliah di salah
satu Universitas
Negeri
Sudah 4 Tahun
(14 Juni 2019)
9 Kak Ikhsan Laki-Laki
(22 Tahun)
SMA
(Masih
Kuliah)
Kuliah di salah
satu Universitas
Negeri
Sudah 4 Tahun
(15 Juni 2019)
10 Kak
Anggraeni
Perempuan
(22 Tahun)
MAN
(Masih
Kuliah)
Kuliah di salah
satu Universitas
Negeri
Sudah 2 Tahun (4
Juli 2019)
11 Kak Panca Laki-Laki
(21 Tahun)
SMK
(Masih
Kuliah)
Kuliah di salah
satu Universitas
Swasta
Sudah 3 Tahun
(16 Agustus 2019)
Sumber: Hasil Observasi
38
BAB III
PEMBAHASAN
A. Resiko-Resiko Yang Dihadapi Oleh Pengguna Gojek
Masyarakat resiko merupakan masyarakat berjuang untuk memperoleh
kepastian atas resiko ketidakpastian yang dialami pada kehidupan modern. Dimana
upaya dalam menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan melakukan
refleksi dari berbagai resiko yang dialami atau yang disebut Beck sebagai
Modernitas Reflektif. Gojek merupakan salah satu bentuk refleksi yang dilakukan
masyarakat Jakarta dalam mengatasi berbagai ketidakpastian yang dialami,
khususnya pada permasalahan pada mode transportasi umum. Keberadaan aplikasi
gojek pada akhirnya memberikan sebuah solusi atas ketidakpastian yang dialami
sebelumnya. Adapun solusi yang tawarkan oleh keberadaan aplikasi gojek pada
masyarakat Jakarta (pengguna), diantaranya: waktu, kemudahan, biaya, dan
keamanan (Amajida, 2016).
1. Waktu
Waktu yang singkat merupakan salah satu alasan bagi para pengguna gojek
untuk menggunakan fasilitas pada aplikasi gojek. Keberadaan aplikasi gojek bisa
menjadi solusi ketidakpastian ketika mengalami kesulitan dalam mencari
transportasi umum pada waktu-waktu yang singkat. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh informan Kak Anisa yang mengatakan: “Dan sebagai solusi juga
kalo lagi buru-buru, ongkosnya juga udah ditentuin dari aplikasinya jadi
terjangkau” (Wawancara pribadi dengan Kak Anisa, 30 Mei 2019).
39
Sejalan dengan itu, beberapa informan lain juga mengatakan hal yang sama,
seperti informan Kak Febriyanti yang mengatakan: “Karena gini, kalo buru-buru
telat kerja / kuliah bisa langsung pesen” (Wawancara pribadi dengan Kak
Febriyanti, 11 Juni 2019). Kemudian informan Kak Devi juga yang mengatakan:
“Membantu banget kalo lagi buru-buru dan susah dapet transportasi” (Wawancara
pribadi dengan Kak Devi, 11 Juni 2019).
Selain menjadi solusi atas ketidakpastian bagi para penggunanya ketika
dibutuhkan pada waktu-waktu yang singkat, keberadaan aplikasi gojek juga
memberikan solusi atas ketidakpastian lainnya, yaitu menunggu penggunanya.
Transportasi gojek juga dianggap bisa menjadi salah satu jenis transportasi umum
yang mau menunggu para penggunanya ketika pihak pengemudi sudah sampat pada
titik penjemputan yang sudah disepakati. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
informan Bang Fiko yang mengatakan: “Ojek online juga kadang kita istilahnya
udah nyampe aja, kita (driver) nunggu 10 menit aja kita masih mau” (Wawancara
pribadi dengan Bang Fiko, 23 Mei 2019)
Dari sisi pengguna, para pengguna juga mengatakan hal yang sama. Dimana
salah satu kelebihan yang bisa diterima saat menggunakan layanan pada
transportasi gojek, khususnya goride adalah pengemudi yang mau menunggu
penggunanya. Sebab beberapa transportasi umum lain secara tidak langsung
memaksa penggunanya untuk cenderung menunggu transportasi tersebut karena
sudah memiliki jadwal keberangkatan yang tetap, seperti yang diungkapkan oleh
informan Kak Febriyanti yang mengatakan: “Kalo angkot busway gitu-gitu kan
40
mesti nunggu kan sedangkan kalo gojek tinggal mesen malah kadang drivernya
yang nunggu kita” (Wawancara pribadi dengan Kak Febriyanti, 11 Juni 2019).
Keberadaan aplikasi gojek pada resiko waktu dapat memberikan solusi atas
ketidakpastian sebelumnya yang dialami oleh para penggunanya, diantaranya
sebagai solusi alternatif bagi para masyarakat yang membutuhkan transportasi
dalam rentan waktu yang singkat dan menjadi salah satu transportasi yang bisa
menunggu setiap penggunanya.
2. Kemudahan
Beberapa transportasi umum juga tidak terlepas dari beberapa permasalahan,
seperti waktu tempuh, besaran tarif, hingga proses pemesanan yang cenderung
rumit juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi para masyarakat dalam
menggunakan sebuah transportasi umum. Waktu tempuh pada mode transportasi
umum yang cenderung lebih lama akibat mengikuti pola rute yang sudah ditentukan
juga menjadi salah satu bentuk ketidakpastian yang dialami masyarakat. Besaran
tarif yang cenderung mahal juga menjadi pertimbangan bagi masyarakat dalam
menggunakan sebuah transportasi, apalagi tidak diimbangi dengan pelayanan yang
memadai. Kemudian proses pemesanan yang cenderung rumit dan tidak
memberikan kenyamanan bagi masyakarat juga menjadi poin penting lainnya.
Akibatnya masyarakat membutuhkan solusi atas berbagai ketidakpastian tersebut.
Keberadaan aplikasi gojek dalam hal ini bisa menjadi solusi atas ketidakpastian
pada mode transportasi umum, seperti yang diungkapkan oleh informan Bapak
Indra yang mengatakana: “Aplikasi gojek itu adalah mempermudah masyarakat
41
agar berpergian tanpa ada memakan waktu karena lebih simpel, lebih murah, lebih
cepat” (Wawancara pribadi dengan Bapak Indra, 25 Mei 2019)
Dalam menggunakan berbagai layanan yang ada di dalam aplikasi gojek,
setiap masyarakat bisa mengaksesnya melalui telepon genggam pribadinya dengan
menguduh aplikasi gojek tersebut. Kondisi ini diharapkan bisa semakin
memudahkan para pengguna aplikasi gojek untuk menggunakan berbagai layanan
yang ditawarkan dalam aplikasi gojek. Hal ini sejalan dengan informasi yang
diberikan oleh informan Kak Silvani yang mengatakan: “Yang pertama itu
aksesnya mudah, kita tinggal download aplikasinya aja, terus tinggal modal kuota”
(Wawancara pribadi dengan Kak Silvani, 10 Juni 2019). Akan tetapi jenis telepon
genggam yang bisa digunakan dalam mengakses aplikasi gojek harus termasuk ke
dalam jenis Android ataupun IOS (inet.detik, 2017).
Selain itu, keberadaan aplikasi gojek juga dianggap memberikan kemudahan
kepada masyarakat yang tidak memiliki keahlian dalam menggunakan kendaraan,
seperti yang diungkapkan oleh informan Kak Anisa yang mengatakan: “Sangat
membantu bagi orang-orang yang gabisa mengendarai motor atau mobil sih”
(Wawancara pribadi dengan Kak Anisa, 30 Mei 2019). Dimana keberadaan
transportasi juga menjadi sebuah hal yang penting yang dibutuhkan oleh
masyarakat, khususnya ketika masyarakat melakukan segala aktivitas yang
memiliki jarak tempuh yang jauh
Berbagai inovasi juga terus dilakukan pihak perusahaan gojek terhadap
aplikasi yang dimilikinya. Dimana hal ini dilakukan demi memberikan kenyamanan
42
sekaligus kemudahan bagi para penggunanya, salah satunya dengan bekerjasama
dengan salah satu jenis taksi konvensional, yaitu Blue Bird. Kerjasama gojek
dengan Blue Bird juga menjadi salah satu usaha untuk menghilangkan citra
kompetisi yang ada dari gojek dan juga taksi konvensional demi terciptanya sebuah
koalisi (cnnindonesia, 2017). Inovasi ini dapat digunakan masyarakat dalam
layanan Go Blue Bird. Bersaran tarif yang ditawarkan pada layanan ini juga
dianggap lebih murah dibanding pada tarif taksi konvensional pada umumnya,
seperti yang diungkapkan oleh informan Kak Dimas yang mengatakan: “Terus
mereka juga sekarang ada kerajasama bluebird kan? Jadi karena mereka
kerjasama sama bluebird, jadi harganya mungkin agak lebih murah sekarang
(Wawancara pribadi dengan Kak Dimas, 8 Juni 2019).
Pada resiko kemudahan, aplikasi gojek bisa menjadi solusi atas
ketidakpastian yang dialami para penggunanya, seperti akses aplikasi yang bisa
digunakan pada telepon genggam pribadi tiap individu, menjadi solusi alternatif
bagi masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk mengoperasikan
kendaraan, hingga melakukan inovasi dengan bekerjasama dengan jenis
transportasi umum lainnya.
3. Biaya
Keberadaan aplikasi dalam mode transportasi gojek bisa dikatakan sebagai
sebagai sebuah pembeda yang sangat terlihat jelas. Disisi lain, keberadaan aplikasi
gojek juga menjadi solusi atas ketidakpastian pada mode transportasi ojek
sebelumnya (ojek konvensional) mengenai besaran tarif. Sistem tawar menawar
43
yang dihadirkan untuk penentuan besaran tarif yang harus dibayarkan pada
transportasi ojek konvensional bisa menjadi gambaran mengenai ketidakpastian
yang diterima penggunanya. Hadirnya aplikasi dalam transportasi gojek
memberikan solusi atas ketidakpastian tersebut, khususnya mengenai tarif yang
harus dibayarkan hingga menghilangkan sistem tawar menawar yang terjadi pada
mode transportasi ojek konvesional. Hal ini sejalan dengan informasi dari informan
Kak Fitria yang mengatakan: “Sama udah tau duluan tarifnya tanpa perlu nawar-
nawar lagi” (Wawancara pribadi dengan Kak Fitria, 14 Juni 2019).
Selain harga yang sudah jelas, keberadaan aplikasi gojek juga menjadi solusi
atas ketidakpastian mengenai harga dari satu tempat ke tempat yang lain. Pada
transportasi ojek konvensional, para pengguna harus menanyakan langsung
mengenai besaran tarif dari satu tempat ke tempat lainnya. Akan tetapi, kehadiran
aplikasi gojek ini menjadi solusi atas ketidakpastian tersebut. Hal ini sejalan dengan
informasi dari informan Kak Silvani yang mengatakan: “Terus yang kedua itu kita
udah tau harga jarak dari satu tempat ke tempat yang lain” (Wawancara pribadi
dengan Kak Silvani, 8 Juni 2019). Kemudian informasi ini diperkuat oleh foto
berupa tampilan yang ada pada aplikasi pengguna gojek mengenai besaran tarif
yang jelas dan juga harga dari satu tempat ke tempat lainnya, seperti yang informasi
yang diberikan oleh informan Kak Panca pada gambar berikut.
44
Gambar III.1. Tarif Pada Aplikasi Gojek
Sumber: Wawancara pribadi dengan Kak Panca, 16 Agustus 2019
Disamping bisa menghilangkan sistem tawar menawar dan mengetahui harga
dari satu tempat ke tempat yang lain, keberadaan aplikasi gojek atau gojek juga
menjadi solusi bagi pengguna yang hendak melakukan perjalanan jauh. Sebab tarif
yang dicantumkan dianggap lebih murah dibandingkan pada mode transportasi
lainnya, seperti informasi yang diungkapkan oleh Kak Anggraeni yang
mengatakan: “Dan apalagi untuk jarak jauh udah pasti lebih murah ojek online”
(Wawancara pribadi dengan Kak Anggraeni, 4 Juli 2019).
Dalam aplikasi gojek juga sering memberikan beberapa promo yang bisa
digunakan penggunanya. Salah satu promo yang sering ditawarkan oleh aplikasi
gojek adalah mengenai jasa ongkir atau jasa ongkos kirim, khususnya pada
beberapa tempat makan baru yang sudah terdaftar dalam layanan Gofood. Hal ini
45
sejalan dengan informasi dari informan Mba Yuni yang mengatakan: “Ya itu free
biaya pengantaran. Kayanya kalo untuk makanan ya? Kaya dibeberapa outlet gitu.
Mungkin outlet yang baru ya? Jadi gasemua outlet ada promo gratis anter gitu”
(Wawancara pribadi dengan Mba Yuni, 25 Mei 2019)
Dalam menggunakan berbagai layanan yang ada pada aplikasi gojek, gojek
sendiri memiliki dua sistem pembayaran yang dianggap sah, yaitu cash dan gopay
(gojek payment). Pada awalnya keberadaan gopay ini hanya bisa digunakan khusus
pada layanan gojek. Akan tetapi, keberadaan gopay ini pada akhirnya bisa
digunakan pada keperluan lain, seperti pada informasi dari informan Kak Dimas
yang mengatakan: “Banyak sih ada gopay, dan gopay sekarang kan udah bisa buat
transaksi apa aja kan macem-macem” (Wawancara pribadi dengan Kak Dimas, 8
Juni 2019).
Penggunaan sistem pembayaran gopay kemudian bisa digunakan pada
beberapa tempat makan dan beberapa supermarket. Bahkan penggunaan gopay ini
juga memberikan keuntungan tersendiri bagi para penggunanya. Sebab terdapat
beberapa cashback yang bisa diterima oleh para penggunanya. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh informan Kak Ikhsan yang mengatakan:
“Kaya buat bayar di supermarket ya? Udah bisa sekarang. Di Alfamart,
Alfamidi, Indomart juga udah bisa. Sama kadang juga buat bayar restoran juga
sekarang udah bisa. Malah kadang-kadang di restoran, dapet cashback. Misalnya
ada promo nih 20% kalo bayar pake gopay. Kadang-kadang saya juga sering pake
gopay” (Wawancara pribadi dengan Kak Ikhsan, 15 Juli 2019)
Informasi ini kemudian diperkuat oleh beberapa foto terkait beberapa tempat
makan dan supermarket yang sudah menganggap gopay sebagai sistem pembayaran
yang dianggap sah, seperti hasil observasi penulis pada beberapa gambar berikut.
46
Gambar III.2. Pembayaran Menggunakan Gopay Di Alfamart
Sumber: Hasil Observasi Kamis, 15 Agustus 2019
Gambar III.3. Pembayaran Menggunakan Gopay Di Beberapa Tempat Makan
Sumber: Hasil Observasi Kamis, 15 Agustus 2019
4. Keamanan
47
Keamanan dalam sebuah transportasi menjadi salah satu pertimbangan yang
utama bagi masyarakat. Menurut data Statistik Komuter JABODETABEK (2014),
keamanan atau tindak kejahatan dalam transportasi dianggap menjadi salah satu
pengalaman terburuk yang dialami penduduk Jakarta saat dalam perjalanan.
Terutama bagi para perusahaan yang bergerak pada mode transportasi umum.
Bahkan beberapa pengguna pada mode transportasi umum juga sering mengalami
tindak kejahatan dalam transportasi yang digunakannya, seperti yang diungkapkan
oleh informan Kak Thasya yang mengatakan:
“Iya pernah, lagi duduk di bis yang ga terlalu rame sih dibilang penuh juga
gapenuh penuh amat begitu mau turun bis saya pindahin kan hp ke tas eh pas turun
bener bener turun baru banget turun ngecek tas kan eh hp nya ilang saya dan teman
saya pun panik dan mengejar bis dibantu oleh ibu ibu. Begitu” (Wawancara pribadi
dengan Kak Thasya, 12 Juni 2019).
Dalam hal ini para pengguna transportasi umum mengalami ketidakpastian
akan keamanan yang harusnya diterima sebagai salah satu pelayanan dalam
transportasi umum. Kehadiran aplikasi gojek atau gojek kemudian menawarkan
solusi kepastian atas ketidakpastian sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan
informasi dari informan Mba Yuni yang mengatakan: “Terus juga dalam segi
keamanan juga cukup aman sih” (Wawancara pribadi dengan Mba Yuni, 25 Mei
2019).
Lebih lanjut informan Mba Yuni mengatakan: “Kalo kaya saya kan dari
kantorkan sering pake jasa gosend ya? Itu menurut saya cukup aman. Karena
dalam ngirim itu sering kaya ngirim dokumen penting, atau apa gitu” (Wawancara
pribadi dengan Mba Yuni, 25 Mei 2019). Menurutnya, keamanan pada transportasi
gojek masih sangat dirasa cukup aman karena dokumen yang sering dikirimnya
48
melalui pelayanan Gosend termasuk ke dalam kategori dokumen penting dari
tempatnya bekerja.
Selain itu pihak gojek dalam hal ini juga terus mengembangkan guna
memberikan solusi atas ketidakpastian dalam hal keamanan yang bisa diterima oleh
setiap penggunanya, salah satunya dengan menggunakan fitur bagikan perjalanan
(share trip) dan tombol darurat (emergency hotline) (cnbcindonesia, 2019).
Menurut Raditya Pradesha Wibowo selaku Global Head of Transport Gojek,
keberadaan fitur ini bisa memberikan rasa aman bagi para pengguna gojek,
khususnya pada lokasi penjemputan dan proses pengantaran (cnbcindonesia, 2019).
Hal ini sejalan dengan informasi yang diberikan oleh informan Kak Dimas yang
mengatakan:
“Jadi kaya ada tuh misalnya fitur kaya waktu itu pernah ada kasus yang culik
gitu atau dibawa gitu. Itu kan fitur kaya help atau apa gitu. Itu bisa digunain kalo
misalnya ada apa sama pengguna gojeknya itu gara-gara si tukang ojeknya, ya
tinggal teken itu. Mungkin itu nanti terdeteksi kalo misalnya ada apa-apa sama
pihak mereka (gojek). Mungkin kalo ada fitur itu, diawal-awal akan ada di fitur
gojeknya akan dikasih tau fungsinya dan caranya penggunaannya gitu”
(Wawancara pribadi dengan Kak Dimas, 8 Juni 2019)
B. Resiko-Resiko Yang Dihadapi Oleh Pengemudi Gojek
Solusi atas ketidakpastian yang ditawarkan kepada pengguna melalui sebuah
aplikasi, pada akhirnya keberadaan aplikasi ini juga yang melahirkan permasalahan
baru. Dalam teori masyarakat risiko, ini yang disebut Beck sebagai efek bumerang.
Dimana efek dari resiko bisa menyerang kembali kepada pemilik atau penciptanya
(Beck, 1992). Dalam hal ini aplikasi gojek yang hadir sebagai refleksi yang
dilakukan pengguna atas buruknya transportasi umum perkotaan, disisi lain
49
keberadaan aplikasi gojek ini juga memberikan resiko ketidakpastian bagi para
pengemudi, diantaranya orderan fiktif, dan ratting pelanggan.
1. Orderan Fiktif
Orderan fiktif atau yang sering disebut “opik” merupakan salah satu bentuk
penipuan (fraud) yang ada pada aplikasi, baik gojek maupun grab bike (inet.detik,
2019). Keberadaan orderan fiktif ini dianggap sebagai salah satu musuh bagi para
pengemudi gojek. Para pelaku dari orderan fiktif ini juga tidak menutup
kemungkinan berasal dari sesama ojek online itu sendiri. Hal ini sejalan dengan
informasi dari informan Bapak Indra yang mengatakan:
“Kalo fiktif bang ya? Ini salah satu musuh nih. Musuhnya ojek online ya itu
fiktif. Karena fiktif ini gini mas, ada orang yang iseng, atau ada kelompok yang mau
menghancurkan driver ojol, entah itu ojol gojek, entah itu ojol sebelah ya?”
(Wawancara pribadi dengan Bapak Indra, 25 Mei 2019)
Hal serupa juga diungkapkan oleh Informan Bapak Agung yang mengatakan:
“Tapi kadang sering juga sih orderan kaya gini biasanya dilakuin sama sesama
ojol juga. Tapi saya kurang begitu tau sih sama masalah ini” (Wawancara pribadi
dengan Bapak Agung, 28 Mei 2019). Disisi lain, para pengguna gojek juga
memberikan tanggapannya mengenai para pelaku dari orderan fiktif ini. Para pelaku
orderan fiktif ini dianggap tidak selalu berasal dari sesama pengemudi ojek online,
melainkan juga berasal dari para pengguna aplikasi gojek itu sendiri. Hal ini sejalan
dengan informasi dari informan Kak Febriyanti yang mengatakan:
“Orderan fiktif ini kan ada dua, kaya dari drivernya atau dari orang mesen
atau dari anak-anak kecil yang gajelas gitu kan? Kalo dari gojeknya langsung, ya
jelas lah itu ga bagus juga. Karena kan sama aja curang ya? Ya iya sih ngerti kalo
susah dapet penumpang atau poinnya belum masuk atau poinnya belum nyukupin
buat setif. Tapi tetep aja itu ga diperbolehkan. Karena merugikan driver yang
lainnya kan? Nah kalo dari orderan fiktif dari anak-anak kecil yang iseng atau dari
50
orang-orang yang iseng, ya menurut saya orang-orang yang iseng ini kaya gapunya
otak aja sih. Jadi kaya ya coba orang tuanya dia (pelaku orderan fiktif) diposisikan
jadi drivernya. Udah belinya sekian ratus ribu, tapi ternyata dia tipu. Ya dia
gapunya otak aja. Ya dia kaya ga ngehargain jasa orang-orang yang seperti itu
begitu” (Wawancara pribadi dengan Kak Febriyanti, 11 Juni 2019)
Keberadaan orderan fiktif ini juga dianggap menjadi salah satu sebab
performa dari para pengemudi gojek menjadi menurun. Bahkan bisa sampai
mengakibatkan PM (Putus Mitra). Hal tersebut dikarenakan sistem cancel order
yang dilakukan, baik dari pihak pelaku maupun para pengemudi gojek, seperti yang
diungkapkan oleh informan Bapak Muhyidin yang mengatakan: “Nah ini yang
bikin kita agak performa kita agak turun gitu. Karna kan kita sering kali dapet
orderan gitu ya? Pas nyampe tiba-tiba di cancel” (Wawancara pribadi dengan
Bapak Muhyidin, 20 Mei 2019).
Beberapa pengemudi gojek juga mengungkapkan hal serupa, seperti beberapa
informasi dari para pengemudi gojek yang mengatakan:
“Ya itu sangat merugikan driver ya? Ini kan nanti kalo kita cancel misalnya,
performa kita juga akan berkurang” (Wawancara pribadi dengan Bapak Agung, 28
Mei 2019)
Yaa orderan fiktif yaa nyebelin yaa? Nyebelinnya ya gitu kalo udah dapet
order fiktif, kalo dia mau cancel ya jangan di ceklis (dimenu aplikasi gojek), jangan
dipilih alasan driver apa-apa yang mau. Ini diceklis sama dia itu aja sih nyebelinnya
(Wawancara pribadi dengan Bang Fiko, 23 Mei 2019)
Karena suka masuk ke aplikasi kita. Nanti kita chat “dimana posisi?”. Tapi
gadibales dan tiba-tiba di cancel. Dan kita rugi jadinya (Wawancara pribadi dengan
Bapak Taryono, 21 Mei 2019)
Langsung nelfon ke customer service gojek. Kita lapor gimana ceritanya
masalah ini, nanti dia langsung proses, nanti yang ngecancel itu dari kantor. Kalo
bisa itu jangan kita yang ngecancel. Itu berakibat fatal buat kita (driver) sendiri
kaya performa. Mending kalo cuma di suspend ya? kalo putus mitra itu yang bahaya.
Karena banyak temen-temen fiktif dijalanin, akhirnya putus mitra (Wawancara
pribadi dengan Bapak Indra, 25 Mei 2019)
Menurut riset yang dilakukan Institute for Development of Economics and
Finance (INDEF) mengenai orderan fiktif, dimana metode yang digunakan adalah
51
metode survei dengan cara non-probability atau convenient sampling (inet.detik,
2019). Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 42% pengemudi menganggap
orderan fiktif terjadi di gojek, sebaliknya sebanyak 28% pengemudi yang
menganggap orderan fiktif terjadi di grab bike (inet.detik, 2019). Lebih lanjut dalam
riset ini juga menunjukkan bahwa sebanyak 46% pengemudi gojek yang
mengatakan pihak perusahaan tidak mengetahui atau mengetahui tapi justru
membiarkan hal ini tetap terjadi, sebaliknya sebanyak 30% pengemudi grab bike
yang mengatakan hal serupa (inet.detik, 2019). Hal ini sejalan dengan informasi
dari informan Bapak Sadikin yang mengatakan: “Orderan fiktif ya itu susah juga
sih. Kaya ya pihak gojeknya kaya tutup mata juga. Yaa kita udah pernah lapor.
Cuman jawabannya “Lain kali hati-hati aja pak” (Wawancara pribadi dengan
Bapak Sadikin, 24 Mei 2019).
Secara tidak langsung, keberadaan orderan fiktif ini dianggap menjadi sesuatu
yang wajar dikalangan pengemudi maupun pihak perusahaan. Orderan fiktif yang
dialami oleh para pengemudi gojek juga beragam, seperti pengalaman yag dialami
oleh informan Bapak Sadikin yang mengatakan:
“Saya juga pernah ketipu 500 ribu. Goshop. Iyaa model COD (Cash On
Delivery) gitu kan, gini-gini nanti bayarnya. Saya disuruh nalangin dulu. Nanti pas
sampe tujuan baru baranganya dibayar. Barangnya kan udah saya pegang, tapi ya
kong kali kong (kerjasama) pedagang. Gatau gimana. Dia kan kalo udah barang
kan saya gabuka kan? Udah di plastik rapih, sampe sana alamatnya fiktif. Gaada.
Saya nanya orang situ gaada. Terus nanya orang situ “udah sering pak disini udah
lima kali kejadian”. Pas nelfon kesana (perusahaan), jawabannya enteng aja “lain
kali bapak hati-hati”. Ya kita kalo udah tau bakal ketipu kan mana mau kan?”
(Wawancara pribadi dengan Bapak Sadikin, 24 Mei 2019)
Hal serupa juga pernah dialami oleh pengemudi lain, seperti yang
diungkapkan oleh informan Bapak Indra dan Bapak Taryono yang mengatakan:
52
“Misalkan saya dapet orderan fiktif di gofood, gofood itu saya beliin nih.
Ternyata pas saya antar, rumah kosong atau kuburan atau tanah kosong itu sering
terjadi seperti itu (orderan fiktif). Nah itu kendalanya kalo misalnya fiktif itu kalo
dari awal kita udah curiga ini fiktif, mending di cancel aja. Trus kalo udah misalnya
udah diambil sama kita, kita jalanin, kita anterin ternyata fiktif, jangan langsung di
selesaiin. Karena kalo nanti langsung diselesiin, nanti dari pihak orderan fiktif itu
akan komen bang. Komen macem-macem lah” (Wawancara pribadi dengan Bapak
Indra, 25 Mei 2019)
“Orderan fiktif itu sebenernya saya ga ngerti ya? Karena saya sendiri
gapernah gunain orderan fiktif itu, misalnya kita ambil satu contoh yang saya tau
nih ya ini sih udah lama, misalnya saya yang order dengan jarak 0, lalu itu yang
dapet saya juga. Jadi saya ga ngerti deh tuh. Itu orang-orang yang kaya gitu.
Sebenernya orang-orang yang kaya gitu orang-orang yang pada pinter. Main
orderan fiktif, ya yang sekolahnya pada pinter dah. Masalah jujur dan ga jujurnya
dia lebih tau dah. Dia demen (suka) dah ngejalananin itu” (Wawancara pribadi
dengan Bapak Taryono, 21 Mei 2019)
Selain dialami oleh para pengemudi gojek, orderan fiktif ini juga pernah
dialami oleh para pengguna. Hal ini sejalan dengan pengalaman yang pernah
didapatkan oleh informan Kak Anisa yang mengatakan:
“Tapi kemarin saya juga diceritain sama ibu-ibu. Dia itu driver gocar.
Katanya selain ada orderan palsu, ada juga driver yang iseng gitu nipu juga.
Misalnya kita order via pembayaran gopay, eh si driver itu udah “ok”. Eh taunya
ganyampe-nyampe itu drivernya. Kalo pake gopay kan otomatis udah ke ambil kan
sama drivernya. Jadi gopaynya ke ambil sama drivernya, sedangkan kita ga
diangkut gitu” (Wawancara pribadi dengan Kak Anisa, 30 Mei 2019)
Bahkan karena orderan fiktif ini sangat sering terjadi, beberapa pengemudi
gojek sudah mengetahui ciri-ciri yang kiranya termasuk ke dalam kategori orderan
fiktif, seperti yang diungkapkan oleh informan Bapak Eko yang mengatakan: “Kaya
misalnya gasesuai alamat, ditelfon gabisa dihubungin, mungkin selama 1x15 menit
gitu kan dan itu udah pasti orderan palsu” (Wawancara pribadi dengan Bapak Eko,
20 Mei 2019)
Berdasarkan ketidakpastian yang dialami para pengemudi gojek mengenai
orderan fiktif, pihak perusahaan gojek pada akhirnya membuat call center khusus
sebagai bentuk kepastian atas permasalahan ini (liputan6, 2019). Selain membuat
53
call center khusus, pihak gojek juga membuat fitur khusus mengenai orderan fiktif
yang terdapat di fitur bantuan pada aplikasi pengemudi. Hal ini sejalan dengan
informasi dari informan Bapak Eko yang mengatakan: “Cuman karna diaplikasi
juga udah ada fiturnya untuk pemblokiran itu untuk mengetahui orderan palsu, jadi
kita udah bisa cancel sendiri” (Wawancara pribadi dengan Bapak Eko, 20 Mei
2019).
Sejalan dengan itu, informan Ibu Heni juga mengatakan:
“Kalo sekarang itu kan sistemnya ada di aplikasi itu kan gampang. Kalo
misalkan kita dapet order fiktif, atau apa gitu, itu ada di fitur bantuan. Jadi kita bisa
langsung .. kita screenshoot, kita lapor sama mereka, kirim email aja juga udah di
proses sama mereka” (Wawancara pribadi dengan Ibu Heni, 26 Mei 2019)
Berbagai informasi tadi kemudian diperkuat dengan foto yang
menggambarkan adanya fitur khusus yang mengatasi permasalahan orderan fiktif
itu sendiri, seperti informasi yang diberikan oleh informan Bapak Agus pada
gambar berikut.
54
Gambar III.4. Fitur Untuk Mengatasi Orderan Fiktif
Sumber: Wawancara pribadi dengan Bapak Agus, 15 Agustus 2019
2. Fitur Ratting Pengguna
Selain mengenai orderan fiktif, ketidakpastian yang dialami oleh pengemudi
aplikasi gojek adalah mengenai fitur ratting dan komentar bagi pengemudi yang
tidak sesuai dengan keadaaan sebenarnya. Keberadaan fitur ratting dan komentar
ini merupakan salah satu bentuk masukan kepada tiap pengemudi gojek. Bahkan
beberapa pengemudi gojek terus memberikan pelayanan terbaiknya dengan cara
melihat masukan dari para penggunanya pada fitur ratting dan komentar tersebut.
Akan tetapi tetap saja pengemudi gojek mendapatkan ratting dan komentar yang
buruk dari para pengguna, seperti informan Bapak Eko yang mengatakan: “Paling
ratting. Cuma ada beberapa komen yang kita udah ngikutin gitu, minta cepet mas
55
terus kita cepet. Di ratting tapi tetep aja dikomen yang bla bla bla .. gitu aja sih”
(Wawancara pribadi dengan Bapak Eko, 20 Mei 2019).
Sejalan dengan itu, informan Bapak Indra juga mengatakan: “Kita gabisa
prediksi ini orang enak apa engga, kita udah pelan, tapi nanti komenannya jelek
juga ada. Kita bawa kenceng, ada juga komenannya juga bagus” (Wawancara
pribadi dengan Bapak Indra, 25 Mei 2019). Bahkan kondisi ini pada akhirnya
menyudutkan para pengemudi gojek. Terlebih dalam hal ini pihak perusahaan
secara tidak langsung lebih mendengarkan mengenai sebuah permasalahan dari satu
sudut pandang, dalam hal ini sudut pandang pengguna gojek. Hal ini seperti yang
diungkapkan informan Bapak Taryono yang mengatakan:
“Ratting sih. Cuma kalo masalah ratting itu kebanyakan itu salah dari
customer, driver udah berusaha jauh-jauh kita jemput, tau-tau kata customer begini
“bapak kok lama sekali sih?”. Padahal driver itu kehidupannya ada di ujung tanduk.
Kita bener aja bisa salah, tuh kalo driver. Kalo laporan customer ke kantor gojek
itu udah pasti bener, jadi misal ambil satu contoh yang salah customer, tetep nanti
customer yang lapor kita yang kena” (Wawancara pribadi dengan Bapak Taryono,
21 Mei 2019)
Selain itu, berbagai pengalaman tidak menyenangkan juga sering kali dialami
oleh para pengemudi gojek terhadap para pengguna jasanya, seperti yang
diungkapkan oleh informan Bapak Taryono yang mengatakan:
“Ambil satu contoh waktu itu cewe kerja di daerah ciledug, dia bilang katanya
pake gopay. Ternyata pas saya lihat dia bayarannya pake cash. Kita rugi dong. Lalu
saya tanya “de, maaf ini bayar kok pake cash de?”. Ini kan harusnya pake gopay,
ini ada buktinya (dalam aplikasi gojek). Nah waktu itu dia marah, bahkan saya
dibilang tidak sopan. Customer itu gimana ya? Iya sih banyak juga yang enak, tapi
ada juga yang gaenak. Kita udah berusaha baik tapi terkadang ga dihargai”
(Wawancara pribadi dengan Bapak Taryono, 21 Mei 2019)
Segala bentuk pelayanan, seperti ratting dan komentar tadi juga sangat
berpengaruh bagi para pengemudi gojek. Bahkan segala bentuk penilaian yang ada
56
pada fitur ratting dan komentar dianggap pengemudi gojek sebagai nyawa dari
pengemudi tersebut, seperti yang diungkapkan oleh informan Bapak Bayu yang
mengatakan:
“Ratting tuh penting. Tip juga. Tapi saya sih gaterlalu mengharapkan banget
ya. Karena itu kan tergantung dari penumpangnya sendiri ya mau ngasih apa
engga? Sama komentar juga penting sih karena itu kan bisa dibilang nyawanya
drivernya” (Wawancara pribadi dengan Bapak Bayu, 27 Mei 2019)
Dampak dari ketidakjelasan mengenai penilaian berdasarkan ratting dan
komentar yang tidak sesuai juga bisa berakibat pada performa pengemudi hingga
diberikan suspend dari pihak perusahaan. Padahal seharusnya pihak perusahaan
bisa melakukan klarifikasi berdasarkan dua pihak terkait, dalam hal ini pengemudi
dan pengguna. Kemudian pihak perusahaan baru bisa menilai kesalahan yang
terjadi berada dimana hingga memberikan keputusan yang tidak merugikan kedua
belah pihak. Hal ini sejalan dengan informan Bapak Agung yang mengatakan:
“Ratting sama komentar sih itu yang sangat mempengaruhi performa driver.
Saya sendiri pernah kena suspend dari kantor dan selama satu har saya tidak bisa
narik. Ya karena komentar itu. Saya dibilang nerobos lampu merah, berkendara
ugal-ugalan. Abis itu saya langsung dapet notifikasi dari perusahaan yang isinya
saya kena suspend dan tidak diperkenankan narik selama satu hari” (Wawancara
pribadi dengan Bapak Agung, 28 Mei 2019)
Kondisi ini secara tidak langsung memberikan ketidakpastian bagi para
pengemudi gojek mengenai penilaian ratting dan komentar yang tidak sesuai. Pada
akhir bulan September 2018, pihak perusahaan gojek mulai mensosialisasikan
mengenai salah satu fitur terbaru yang dibuat pihaknya, yaitu fitur ratting pengguna
(viva, 2019). Fitur ini hadir sebagai bentuk inovasi sekaligus memberikan kepastian
kepada para pengemudi gojek atas banyaknya orderan fiktif, sehingga pengemudi
bisa lebih dipercaya dalam memberikan layanan kepada para pengguna (viva,
2019). Akan tetapi fitur ini hanya ada pada beberapa layanan gojek, diantaranya
57
Goride, Gofood, dan Gocar (viva, 2019). Fitur ini hampir sama dengan fitur yang
diberikan pihak perusahaan kepada pengguna dalam menilai para pengemudi gojek.
Situasi ini yang kemudian dimanfaatkan beberapa pengemudi gojek untuk menilai
para pengguna yang dianggapnya buruk, seperti yang diungkapkan oleh informan
Ibu Heni yang mengatakan:
“Itu juga kalo dulu kita gabisa kasih komentar untuk customer, tapi kalo
sekarang kita bisa ngasih komentar ke customer. Jadi kalo dulu kita hanya customer
yang bisa komentar ke kita dan kita rattingnya jadi jelek gitu. Kalo sekarang kita
pun bisa melakukan itu ke customer. Cuma kalo saya pribadi seburuk-buruknya
customer, saya gamau ngasih bintang 1. Palingnya kita gausah kasih bintang udah”
(Wawancara pribadi dengan Ibu Heni, 26 Mei 2019)
Adapun tampilan dari fitur ratting pengguna kemudian diperkuat oleh gambar
berikut.
Gambar III.6. Fitur Ratting Pengguna
Sumber: driver.go-jek.com, 2018
58
Kehadiran fitur ini juga dianggap cukup adil oleh para pengemudi gojek yang
sering kali mendapatkan penilaian buruk padahal sudah memberikan layanan yang
sangat baik. Akan tetapi, sanksi ataupun hukuman yang didapatkan oleh para
pengguna yang mendapatkan ratting dan komentar yang buruk ini belum diketahui
oleh para pengemudi gojek. Hal ini sejalan dengan informasi dari informan Bapak
Agung yang mengatakan:
“Iyaa sekarang udah ada itu. Jadi ya adil gitu. Dulu kan kita (driver) mulu
yang dirugikan. Padahal kita kan cuma memenuhi permintaan penumpang aja.
Sekarang kita bisa ngasih tau kondisi dilapangan yang sebenernya gimana. Tapi ya
untuk hukuman yang diterima penumpang, itu yang belum saya tau. Kalo di driver
kan ada suspend gitu” (Wawancara pribadi dengan Bapak Agung, 28 Mei 2019)
Bahkan tidak hanya membuat fitur ratting pengguna, pihak perusahaan gojek
juga mengeluarkan fitur khusus untuk melakukan banding kepada pihak yang
merasa dirugikan dalam hal ini. Kondisi ini semakin dianggap adil oleh para
pengemudi gojek terhadap ketidaksesuaian ratting dan komentar pada kondisi yang
sebenarnya, seperti informasi dari informan Ibu Heni yang mengatakan:
“Ya cukup adil sih kalo menurut saya. Nanti kalo misalnya kita kena suspend
apa gimana itu kan kita bisa banding gitu. Nah itu kan biasanya nanti dibandingkan
antara informasi dari pengemudi dan customer nya. Jadi sekarang balik lagi ke
sistem deh. Pokoknya diterima apa engganya kalo kita di suspend, diterimanya
banding kita apa engga, tergantung kebijakan dari perusahaan” (Wawancara
pribadi dengan Ibu Heni, 26 Mei 2019)
Hal ini kemudian juga diperkuat oleh gambar yang terdapat pada
aplikasi para pengemudi gojek, seperti gambar yang diberikan oleh informan
Bapak Agus berikut.
59
Gambar III.7. Fitur Banding Pada Aplikasi Pengemudi Gojek
Sumber: Wawancara pribadi dengan Bapak Agus, 15 Agustus 2019
60
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan yang sudah penulis jabarkan pada bab sebelumnya,
maka penulis menarik beberapa kesimpulan:
1. Faktor-faktor resiko yang dihadapi oleh para pengguna aplikasi gojek dalam
memberikan kepastian atas ketidakpastian yang dialami pada persoalan
mode transportasi umum di Jakarta, diantaranya: Waktu. Pada faktor ini,
aplikasi gojek memberikan kepastian, seperti bisa menjadi solusi ketika
individu membutuhkan transportasi dalam waktu yang cepat atau singkat.
Bahkan gojek termasuk ke dalam salah satu transportasi yang bisa
menunggu penggunanya; Kemudahan. Keberadaan aplikasi gojek dalam hal
ini juga memberikan solusi kemudahan, khususnya mengenai aplikasinya
yang bisa diunduh pada tiap telepon genggam masyarakat yang termasuk
dalam ketegori IOS maupun Android. Disisi lain kehadiran aplikasi gojek
atau gojek juga dianggap bisa menjadi solusi bagi masyarakat yang tidak
memiliki keahlian dalam menggunakan kendaraan. Selain itu, aplikasi gojek
atau gojek memberikan sebuah inovasi baru untuk para penggunanya yang
ingin menggunakan transportasi jenis taksi dengan bekerjasama dengan
salah satu perusahaan taksi konvensional dalam sebuah layanan bernama
Gobluebird; Biaya. Kehadiran aplikasi dalam transportasi gojek juga
memberikan beberapa kepastian, seperti tidak adanya sistem tawar menawar
61
pada transportasi ojek karena tarif yang sudah jelas. Selain itu, para
pengguna bisa mengetahui jarak dari satu lokasi ke lokasi lain tanpa harus
menanyakan pihak pengemudi ojek. Aplikasi gojek atau gojek juga bisa
menjadi solusi ketika ingin berpergian jauh karena tarif yang dicantumkan
lebih murah dibanding transportasi serupa. Pada aplikasi gojek juga sering
terdapat promo-promo yang bisa digunakan para pengguna, salah satunya
promo gratis antar makanan pada berbagai tempat makan baru yang sudah
berkerjasama dengan pihak gojek. Dalam aplikasi gojek juga terdapat dua
sistem pembayaran yang dianggap sah, yaitu cash dan gopay (gojek
payment). Penggunaan gopay pada akhirnya tidak selalu diperuntukan
untuk berbagai layanan gojek, tetapi bisa digunakan untuk makan di
beberapa tempat makan dan belanja di beberapa supermaket. Bahkan
terdapat cashback yang bisa diterima oleh para pengguna gopay tersebut.
dan Keamanan. Kehadiran aplikasi gojek atau gojek juga menjadi solusi
kepastian yang bisa digunakan oleh para penggunanya, seperti keamanan
yang lebih terjamin. Bahkan pihak perusahaan gojek juga memberikan fitur
baru untuk semakin memberikan rasa aman bagi para penggunanya dengan
menghadirkan fitur bagikan perjalanan (share trip) dan tombol darurat
(emergency hotline). Beberapa faktor tadi pada akhirnya hadir sebagai
sebuah refleksi dari masyarakat Jakarta atas berbagai permasalahan pada
mode transportasi umum di Jakarta. Ini yang kemudian dianggap Beck
sebagai Modernitas Reflektif. Sebab masyarakat Jakarta yang melakukan
refleksi atas ketidakpastian yang dialami sebelumnya.
62
2. Kehadiran aplikasi gojek selain memberikan kepastian bagi para
penggunanya, disisi pengemudi justru sebaliknya. Kehadiran aplikasi gojek
pada sisi pengemudi, justru menghadirkan berbagai persoalan negatif yang
harus dihadapi. Hal ini yang disebut Beck sebagai Efek Bumerang. Dimana
efek dari alat yang dihadirkan bisa menyerang kembali kepada pembuat alat,
dalam kasus ini pihak perusahaan gojek. Akan tetapi pihak yang harus
merasakan dampaknya adalah para pengemudi gojek selaku pihak yang
menggunakan aplikasi gojek. Adapun beberapa faktor resiko yang dihadapi
oleh pengemudi gojek, diantaranya: Orderan Fiktif. Orderan fiktif termasuk
kedalam tindak penipuan yang secara tidak langsung akan merugikan salah
satu pihak, dalam hal ini pengemudi gojek. Para pelaku dari orderan fiktif
ini bisa berasal dari pihak pengemudi ojek online, maupun pengguna itu
sendiri. Dampak dari kehadiran aplikasi gojek, seperti penurunan performa
pengemudi hingga berakibat PM (Putus Mitra) bagi pengemudi. Kondisi ini
yang pada akhirnya membuat pihak perusahaan memberikan inovasi guna
menyelesaikan permasalahan ini, salah satunya dengan call center khusus
dan fitur laporkan orderan fiktif; dan Fitur Ratting Pengguna.
Ketidaksesuaian mengenai penilaian berupa ratting dan komentar bagi
pengemudi dari para pengguna juga menjadi ketidakpastian yang dialami
oleh para pengemudi gojek. Bahkan kondisi ini sempat dikeluhkan oleh para
pengemudi gojek karena pihak perusahaan hanya melihat persoalan dari sisi
pengguna saja. Akibatnya karena banyak persoalan ini, pihak perusahaan
membuat fitur baru, yaitu fitur ratting bagi pengguna. Alasannya agar pihak
63
perusahaan bisa melihat persoalan dari kedua sisi hingga bisa membuat
keputusan yang adil. Respon kehadiran fitur ini juga disambut baik oleh para
pengemudi aplikasi gojek karena dianggap sudah adil.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini, penulis ingin menjabarkan beberapa saran guna
menjadi masukan kepada pihak-pihak terkait, yaitu:
1. Untuk perusahaan gojek agar tetap memberikan berbagai inovasi atau fitur-
fitur baru yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat,
khususnya bagi pengemudi dan pengguna aplikasi gojek.
2. Untuk masyarakat, khususnya kepada pengemudi dan pengguna aplikasi
gojek untuk tetap menghargai antara satu sama lain dengan cara
memberikan pelayanan sebaik mungkin. Demi terciptanya timbal balik yang
baik.
3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan bisa melihat aplikasi gojek selain
dari sisi resiko yang dihadapi masyarakat di perkotaan, dalam hal ini
pengemudi dan pengguna aplikasi gojek
64
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Ardilla, Nurul. 2019. “Fenomena Komunikasi Perempuan Sebagai Pengemudi
Gojek,” JOM Fisip 6:1-13
Clark, Nigel. 1997. “Panic Ecology: Nature In The Age Of Superconductivity,”
Theory, Culture and Society 14:77-96
Darma Amajida, Fania. 2016. “Kreativitas Digital Dalam Masyarakat Resiko
Perkotaan: Studi Tentang Ojek Online “Go-Jek” Di Jakarta,” Jurnal
Informasi Kajian Ilmu Komunikasi 46(1):115-128
Ngafifi, Muhamad. 2014. “Kemajuan Teknologi Dan Pola Hidup Manusia Dalam
Perspektif Sosial Budaya,” Jurnal Pembangunan Pendidikan 2 (1):33-47
Rosana, Ellya. 2011. “Modernisasi dan Perubahan Sosial,” Jurnal TAPIs 7(12):31-
47
Soegijono. 1993. “Wawancara Sebagai Salah Satu Metode Pengumpulan Data,”
Media Litbangkes 3(1):17-21
Sutopo, Oki Rahardianto dan Meiji, Nanda Harda Pratama. 2014. “Transisi Pemuda
Dalam Masyarakat Risiko: Antara Aspirasi, Hambatan, dan Ketidakpastian,”
Jurnal Universitas Paramadina 11 (3): 1164-1186
Tamin, Ofyar Z, dkk. 1999. “Evaluasi Tarif Angkutan Umum dan Analisis ‘Ability
To Pay’ (ATP) dan ‘Willingnes To Pay’ (WTP) di DKI Jakarta,” 1(2): 121-
139
65
Tuan, Vu Anh, dan Iderlina B. Mateo-Babino. 2013. “Motorcycle Taxi Service in
Vietnam – It’s Socioeconomic Impacts and Policy Considerations.” Journal
of the Eastern Asia Society for Transportation Studies 10:13-28
Wibisono, Totok, dkk. 2017. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengguna
Transportasi Gojek Di Kota Semarang: Sebuah Analisis Kualitatif,”
Dinamika Sosial Budaya 19(2):277-285
Zamroni, Mohammad. 2009. “Perkembangan Teknologi Komunikasi dan
Dampaknya Terhadap Kehidupan,” Jurnal Dakwah 10(2): 195-211
Buku
Abdulsyani. 1994. Sosiologi, Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara
Andi, Praswoto. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press
Beck, Ulrich. 1992. Risk Society: Towards a New Modernity. London: Sage
Publication
Cresswell, J. 1996. Qualitative Research Design: An Interactive Approach.
Thousand Oak, CA: Sage Publications
Irawan, Heru dan Pragesari Novita Noor. 2014. Statistik Komuter JABODETABEK
(Hasil Survei Komuter JABODETABEK 2014). Jakarta: Badan Pusat Statistik
Nawawi, Hadari. 2015. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
66
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, Dan karya
Ilmiah. Jakarta: Kencana
Poerwadarminto,W. J. S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Silalahi, Uiber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Adimata
Turban, Efraim, R. Kelly Rainer, Jr, and Richard E. Potter. 2005. Introduction To
Information Technology. 3rd. Jhon Wiley & Sons, United States
Website
https://www.bps.go.id/dynamictable/2016/12/20/1606/persentase-penduduk-usia-
5-tahun-ke-atas-yang-pernah-mengakses-internet-dalam-3-bulan-terakhir-
menurut-media-2010---2017.html diunduh pada Kamis, 28 Februari 2019
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190515183538-39-72750/deretan-ojek-
online-yang-tergilas-grab-dan-gojek diunduh pada Rabu, 2 September
2019
https://m.republika.co.id/berita/koran/halaman-1/16/03/16/o44e4715-nadiem-
makarim-pendiri-dan-ceo-gojek-indonesia-membangkitkan-gairah-usaha-
tukang-ojek diunduh pada Minggu, 12 Mei 2019
67
https://inet.detik.com/cyberlife/d-4595568/cerita-driver-ojol-gabung-go-jek-
karena-dukung-karya-anak-bangsa diunduh pada Kamis, 3 Oktober 2019
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/02/06/inilah-perkembangan-digital-
indonesia-tahun-2018 diunduh pada Kamis, 28 Februari 2019
https://www.gojek.com/contact/ diunduh pada Sabtu, 11 Mei 2019
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3582132/cerita-nadiem-makarim-bangun-
go-jek-dari-nol-hingga-raih-sukses diunduh pada Minggu, 12 Mei 2019
https://inet.detik.com/cyberlife/d-3609781/awal-mula-transportasi-online-
menjamur-di-indonesia diunduh pada Sabtu, 10 Agustus 2019
https://id.techinasia.com/kilas-balik-ojek-online-2015 diunduh pada Minggu, 28
Juli 2019
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20151230123444-185-101155/aplikasi-
gojek-bisa-dipakai-untuk-beli-tiket-acara diunduh pada Minggu, 28 Juli
2019
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/17/11/23/ozugfm383-
gojek-luncurkan-gobills-untuk-bayar-listrik-dan-bpjs diunduh pada Senin,
29 Juli 2019
https://inet.detik.com/cyberlife/d-4219455/go-points-cara-go-jek-tingkatkan-
loyalitas-pengguna diunduh pada Senin, 29 Juli 2019
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20160804220652-185-149329/gojek-
raih-investasi-baru-rp72-triliun diunduh pada Kamis, 01, Agustus 2019
68
https://www.jawapos.com/jpg-today/15/03/2019/go-jek-indonesia-luncurkan-
progam-swadaya-ini-perinciannya/ diunduh pada Rabu, 09 Oktober 2019
https://ekonomi.bisnis.com/read/20161120/98/604396/luncurkan-program-
swadaya-go-jek-bantu-akses-layanan-jasa-keuangan-bagi-mitra diunduh
pada Sabtu, 03 Agustus 2019
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170330131538-185-203729/go-blue-
bird-bentuk-kemesraan-baru-gojek-dan-blue-bird diunduh pada Jum’at, 11
Oktober 2019
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190315125130-37-60883/demi-
keamanan-go-jek-tambah-fitur-tombol-darurat diunduh pada Sabtu, 12
Oktober 2019
https://inet.detik.com/cyberlife/d-4417275/hasil-riset-tentang-order-fiktif-dan-
fake-gps-pada-ojol diunduh pada Senin, 14 Oktober 2019
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3948135/jurus-gojek-tekan-order-fiktif
diunduh pada Selasa, 15 Oktober 2019
https://www.viva.co.id/digital/startup/1173220-driver-gojek-juga-bisa-kasih-
rating-ke-pelanggan-begini-cara-lihatnya diunduh pada Selasa, 15 Oktober
2019
https://driver.go-jek.com/s/article/Sudah-Tahu-Sekarang-Anda-Juga-Bisa-Kasih-
Bintang-Lho diunduh pada Selasa, 15 Oktober 2019
69
https://tirto.id/mengapa-kecelakaan-transjakarta-banyak-dipicu-kelalaian-
pengemudi-c5Yi diunduh pada Rabu, 16 Oktober 2019
Seminar Nasional
Anindhita, Wiratri, dkk. 2016. “Analisis Penerapan Teknologi Komunikasi Tepat
Guna Pada Bisnis Transportasi Ojek Online: Studi Pada Bisnis Gojek dan
Grab bike Dalam Penggunaan Teknologi Komunikasi Tepat Guna Untuk
Mengembangkan Bisnis Transportasi.” Prosiding Seminar Nasional
INDOCOMPAC, Mei 2016
top related