gipsum
Post on 08-Aug-2015
271 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Bahan Gipsum
LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI I
BAHAN GIPSUM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang ilmu material kedokteran gigi kita banyak menemuai aplikasi
penggunaan gips, baik untuk keperluan klinik maupun pekerjaan
laboratorium.Material gips ini banyak dipergunakan antara lain dalam
pembuatan model dan die, articulating cast, mould, refractory investment
dan lain-lain.
Karena banyaknya pengunaan gips dalam Kedokteran Gigi ini maka perlu
untuk mengetahui segala aspek dalam gips terutama sifat sifatnya sehingga
akan memudahkan dalam memanipulasi, dan menghasilkan suatu hasil
manipulasi yang maksimal. Dan untuk lebih memahaminya maka perlu
dilakukan suatu percobaan yang akan memperlihatkan cara manipulasi gips
yang benar serta pengaruh sifat sifatnya terhadap hasil manipulasi.
Bahan-bahan yang dipakai di bidang Kedokteran Gigi kebanyakan
mempunyai berbagai fungsi berdasarkan kegunaannya atau pemakaianya.
Salah satunya adalah penggunaan Gips. Gips dalam bidang ilmu material
kedokteran gigi aplikasi bahan ini banyak sekali dijumpai, baik untuk
keperluan klinik maupun pekerjaan laboratorium.
Bahan yang berasal dari Gips dapat digunakan sebagai :
• Model dan die
• Bahan cetak
• Mounting
• Packing
• Bahan tanam
Gipsum merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Gypsum
yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat
( CaSO4.2H2O ) murni. Produk gypsum dalam kedokteran gigi digunakan
untuk membuat model studi dari rongga mulut serta struktur maksilo fasial
dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi
yang melibatkan pembuatan protesa gigi.
Saat ini penggunaan gypsum dalam kedokteran gigi telah meluas.
Penggunaan tersebut dapat diperlihatkan dalam pembuatan model gig
tiruan. Selain itu kegunaan klinis maupun laboratories yang lain yaitu untuk
membuat model kerja maupun model studi sehingga bahan gypsum ini
harus mempunyai kekuatan tekan yang kuat agar tidak rusak dalam
pembuatan restorasi gigi tiruan. Di alam gypsum merupakan massa yang
padat dan berwarna abu-abu, merah atau coklat. Warna tersebut disebabkan
adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi, anhidrat, karbohidrat, sedikit
SiO2 atau oksida lain.
Intial setting dan final setting pada gipsum sangat begantung dengan
komposisi powder dan liquid yang digunakan. Jika powder yang digunakan
lebih banyak dalam artian tidak seimbang dengan liquidnya maka gypsum
tersebut akan dapat mencapai tahapan initial setting yang lebih cepat.
1.2. Tujuan
o Mengetahui macam-macam gypsum
o Mengetahui cara manipulasi gypsum yang benar
o Mengetahui klasifikasi setting time, initial setting, final setting
o Mengetahui perbedaan antara initial setting dengan final setting
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Gips adalah bentuk hemihidrat dari kalsium sulfat dihidrat, dengan rumus
kimia (CaSO4)2H2O. Di alam, gips merupakan masa yang padat dan
berwarna abu-abu, merah atau coklat. warna tersebut disebabkan adanya zat
lain seperti tanah liat, oksidasi besi, anhidrat, karbokhidrat, sedikit SiO2
atau oksida logam lain (Anderson 1997)
Menurut Craig dkk (1987), sifat kimia gips adalah:
a. Solubility (daya larut) adalah banyaknya bagian dari suatu zat yang
dilarutkan dengan 100 bagian pelarut pada temperatur dan tekanan tertentu
yang dinyatakan dalam persen berat/volume.
b. Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan
dihitung sejak gips kontak dengan air.
Setting time terdapat dua tahap sebagai berikut :
1. Initial setting time: permulaan setting time dimana pada waktu itu
campuran gips dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir ke dalam
cetakan. secara visual ditandai dengan loss of gloss (hilangnya
kemengkilatan/ timbulnya kemuraman). Keadaan dimana gips tidak dapat
hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau.
2. Final setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi
secara lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya
belum selesai. Tandanya antara lain adalah kekerasan belum maksimum,
kekuatannya belum maksimum dan dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi
atau patah.
Menurut Craig dkk (1987) gips keras mempunyai sifat mekanis, antara lain :
1. Compressive strength (kekuatan tekan hancur)
kekuatan gips berhubungan langsung dengan kepadatan atau masa gips.
Partikel dental stone lenih halus, maka air air yang diperlukan untuk
mencampur lebih sedikit jika dibanding dengan air yang dibutuhkan untuk
pencampuran plaster of paris.
2. Tensile strength (daya rentang)
Daya rentang dari gips sangat penting pada saat gips dikeluarkan dari bahan
cetak. Karena tidak adanya sifat lentur pada gips, model akan cenderung
patah. Daya rentang gips keras dua kali lebih besar dari pada gips lunak
baik dalam keadaan basah maupun kering.
3. Surface hardness and abrassive ressistance (kekerasan permukaan dan
daya tahan abrasi.
Kekerasan permukaan gips berhubungan dengan kekuatan tekan hancur.
daya tahan abrsai meningkat dan meningkatnya kekuatan tekan hancur.
Daya tahan terhadap abrasi maksimal didapat ada saat gips mencapai daya
strength. Gips keras merupakan gips yang memiliki daya tahan abrasi
tinggi.
Faktor-faktor berikut ini dapat diamati selama berlangsungnya reaksi
setting:
a. Campuran air dan hemyhidrat dapat dituang dengan seketika (bila
digunakan perbandingan yang benar antara air dengan puder)
b. Bahan menjadi kaku tetapi tidak keras (initial set); pada tahap ini bahan
dapat diukir tetapi sudah tidak dapat dibentuk/dicetak.
c. Terjadi apa yang disebut ‘final set’ dimana bahan menjadi keras dan kuat.
Walaupun demikian pada tahap ini reaksi hydrasi tidak berarti sudah
sempurna, juga tidak berarti bahwa kekuatan dan kekerasan optimum sudah
tercapai.
d. Dihasilkan panas selama setting karena hydrasi hemyhidrat bersifat
eksotermis
(Combe, 1992 : 319).
Gips adalah kalsium sulfat dihidrat,CaSO4.2H2O. Saat mengeras, dimana
suhunya cukup tinggi untuk menghilangkan kadar airnya, gips berubah
menjadi kalsium sulfat hemihidrat, (CaSO4)2.H2O,dan pada temperatur
lebih tinggi, anhidrat dibentuk sebagaimana bertikut;
Gips sampai 130o CaSO4.2H2O
Hemihidrat sampai 200o (CaSO4)2.H2O
Anhidrat CaSo4
(Richard dkk, 2002)
Klasifikasi gips (ADA) spesifikasi nomor 25
1. Impression plaster (tipe I)
Impression plaster sekarang jarang digunakan dalam bidang kedokteran gigi
dan bahan ini digantikan dengan bahan yang tidak terlalu kaku dan material
elastik impression
2. Model plaster (tipe II)
Model plaster biasanya digunakan untuk diagnostik cast dan artikulasi dari
stone cast. Produk ini secara tardisional diproduksi dalam warna putih untuk
membedakannya dengan dental stone.
3. Dental stone (tipe III)
Dental stone ideal untuk pembuatan model dari full atau partial denture,
model ortodonsi dan lain lain.Dental stone secara tradisional berwarana
kuning atau putih
4. Dental stone, high strength (tipe IV)
Material tipe IV ini sering digunakan sebagai die stones karena cocok untuk
pembuatan pola dari malam dalam cast restoration
5. High strength, high expansion dental stone (tipe V)
Tambahan dalam klasifikasi ADA untuk material ini berkembang atas
respon untuk memenuhi kebutuhan akan kekuatan dan ekspansi gips yang
lebih tinggi dibanding dental stone. Material ini berwarna biru atau hijau
dan paling banyak membutuhkan biaya dibandingkan semua produk gips.
(Hatrick dkk, 2003)
Sifat-Sifat
a. Ketepatan
- Plaster sangat baik dalam mencatat detil detil halus
- Perubahan dimensi sewaktu setting sangat kecil
- Bila terdapat undercut,cetakan gips akan pecah sewaktu dikeluarkan dari
mulut
- Perubahan dimensi selama penyimpanan cetakan gips adalah kecil
meskipun ada sedikit kontraksi karena pengeringan
- Sebelum diisi dengan model gips cetakan harus diberi bahan separasi
b. Sifat sifat lainnya
- Bahan cetak gips bersifat nontoksis
- Waktu setting bisa dikontrol dengan menggunakan bahan tambahan yang
tepat
(Combe, 1992)
laptut skenario gips 3
3.2 KOMPOSISI GIPSUM
Gypsum merupakan salah satu jenis bahan pengisi. Kriteria
pemilihan produk gypsum tertentu bergantung pada penggunaannya serta
sifat fisik tertentu untuk penggunaan tertentu. Misalnya, stone
kedokterangigi merupakan materi yang buruk untuk digunakan sebagai
bahan cetak karena bila ada gigi geligi, tidaklah mungkin mengeluarkan
cetakan melalui undercut gigi tanpa melukainya (karena besarnya kekuatan
stone ).
Gypsum pada kedokteran gigi digunakan untuk membuat model
studi dari rongga mulut serta struktur maksilo-fasial dan sebagai piranti
penting untuk pekerjaan laboratoriumkedokteran gigi yang melibatkan
pembuatan protesa gigi. Gips adalah salah satu bahan yang sering
digunakan dalam aplikasi di bidang kedokteran gigi. Bahan dasar /
komposisi utama pembuatan gips adalah Kalsium Sulfat Dihidrat
(CaSO4.2H2O) yang dihancurkan, dipanaskan dan diolah hingga menjadi
bubuk gips. Gips telah ditemukan dan digunakan sebagai dental cast (bahan
cetak) sejak 1756 (Hatrick dkk, 2003).
Saat mengeras, dimana suhunya cukup tinggi untuk menghilangkan
kadar airnya, gips berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat,
(CaSO4)2.H2O,dan pada temperatur lebih tinggi. Gypsum sendiri dapat
dibagi menjadidua jenis secara umum sebelum diklasifikasikan yaitu :
Plaster dan stone gigi.Kandungan utama plaster dan stone gigi adalah
kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2.H2O atau CaSO4. . H2O. bergantung
pada metode pengapuran bentuk hemihidrat yangberbeda dapat diperoleh.
Karena gips adalah bentuk dihidrat dari kalsium sulfat
(CaSO4.2H2O), pada saat panas, akan kehilangan 1,5 gr mol dari H2O dan
bersifat kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4.½H2O), atau bisa juga ditulis
(CaSO4)2 H2O. Jika kalsium sulfat hemihidrat dicampur dengan air, reaksi
berbalik dan kalsium sulfat hemihidrat kembali berubah ke kalsium sulfat
dihidrat. Oleh karena itu, dehidrasi parsial dari batu gips dehidrasi dari
calsium sulfat hemihidrat tersusun secara reversibel (Robert G. Craig and
John M. Power:392). Gips apabila dipanaskan dalam bejana terbuka dengan
temperatur 1100 C – 1200 C menghasilkan β hemihidrat atau gips lunak yang
lebih dikenal dengan sebutan Plaster of Paris. Apabila gips dipanaskan
dalam autoclaved pada tekanan uap pada temperatur 1200 C - 1300 C
menghasilkan α hemihidrat atau lebih dikenal dengan sebutan gips keras
(Dental Stone) (Combe, 1992 : 320).
Saat mengeras, dimana suhunya cukup tinggi untuk menghilangkan
kadar airnya, gips berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat,
(CaSO4)2.H2O, dan pada temperatur lebih tinggi, anhidrat dibentuk
sebagaimana bertikut :
Gips pada suhu 130º C CaSO4.2H2O
Hemihidrat pada suhu 200º C (CaSO4)2.H2O
Anhidrat CaSo4 (Richard dkk, 2002)
3.3 MANIPULASI GIPSUM
Proses manipulasi pertama-tama dilakukan dengan mencampurkan
Plaster atau gips dengan air atau larutan PE dengan perbandingan 100gr
dengan 50 sampai 60ml. Harus dijaga agar tidak terbentuk gelembung udara
sewaktu mengaduk karena gelembung ini dapat muncul di permukaan dan
dapat menyebabkan ketidaktepatan hasil cetakan (Combe, 1992). Untuk
lebih detailnya, manipulasi gips dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai
berikut :
Pemilihan
Untuk proses awal, harus dilakukan pemilihan gips berdasarkan
aplikasi yang akan dibuat.
Perbandingan (rasio P/W atau air/bubuk)
Perbandingan air dan bubuk yang tepat akan sangat menentukan
proses manipulasi dan juga setting reaksi, misalnya apabila terlalu banyak
kandungan air dalam gips maka waktu setting akan lebih cepat dan
diperoleh hasil gips yang lunak. Karena kekuatan suatu stone secara tidak
langsung sebanding dengan rasio W:P adalah sangat penting untuk
mempertahankan jumlah air serendah mungkin. Namun, jangan terlalu
rendah sehingga adukan tidak mengalir ke dalam setiap detail cetakan.
Sekali rasio W:P otimal ditentukan, menggunakan rasio W:P yang
dianjurkan pabrik sebagai pedoman takaran yang harus selalu digunakan.
Air dan bubuk harus selalu diukur dengan menggunakan silinder pengukur
volume air yang akurat dan menimbang kesetaraannya untuk bubuk. Bubuk
tidak boleh diukur dengan volume (menggunakan sendok penakar), karena
tidak dimampatkan seragam. Sendok penakar tersebut mungkin bervariasi
dari produk yang satu dengan yang lain, serta bubuk bisa menjadi lebih
keras begitu kemasan bersisa tidak digunakan. Bila wadah kemasan
dikocok, volume akan meningkat sebagai akibat terjebaknya udara. Bubuk
dalam kantung yang sudah ditimbang menjadi populer, karena memiliki
keakuratan, mengurangi sisa, dan menghemat waktu.
Pengadukan
Bila mengaduk dengan tangan, mangkuk pengaduk harus berbentuk
parabolik, halus, dan tahan terhadap abrasi. Spatula harus memiliki bilah
yang kaku serta pegangan yang nyaman dipegang. Terjebaknya udara dalam
adukan harus dihindari untuk mencegah porus yang dapat menyebabkan
kelemahan dan ketidakakuratan permukaan. Air yang sudah diukur
jumlahnya ditempatkan dalam mangkuk pengaduk, dan bubuk yang sudah
ditimbang ditaburkan. Adukan kemudian dengan cepat diputar, dengan
secara periodik menyapu spatula ke dalam mangkuk pengaduk untuk
menjamin pembasahan semua bubuk serta memecahkan endapan, atau
gumpalan. Pengadukan harus terus berlangsung sampai diperoleh adukan
yang halus, biasanya dalam 1 menit. Semakin lama waktu pengadukan
berarti mengurangi waktu kerja, khususnya untuk menuang model.
Kebiasaan menambahkan air dan bubuk berulang-ulang untuk
mencapai konsistensi yang tepat harus dihindari. Hal tersebut menyebabkan
ketidakseragaman pengerasan dalam massa adukan, menghasilkan kekuatan
yang rendah dan distorsi, satu penyebab utama ketidakakuratan dalam
menggunakan produk gipsum.
Vibrator
Sewaktu menuang ke dalam cetakan model atau die biasanya
digunakan vibrator untuk membantu mengalirnya adonan ke dalam cetakan
dan mempermudah terlepasnya gelembung udara. Penggunaan vibrator
otomatis dengan frekuensi tinggi dan amplitude yang tinggi adalah
membantu. Cegah dilakukannya vibrasi yang berlebih karena dapat
menyebabkan distorsi bahan cetak.
Initial setting time-working time
Setelah dicampur selama 1 menit, working time dimulai. Selama
viscositas dari campuran bertambah, bahan tidak lagi mengalir dan mulai
megeruh. Saat mulai mengeruh berarti campuran telah mencapai initial
setting. Atau bisa dilihat pada awal campuran dimana bahan menjadi kaku
tetapi tidak keras dan tidak dapat dibentuk serta terjadi ekspansi termis atau
adanya panas. Pada umumnya, initial setting terjadi selama 8 –10 menit
mulai dari awal pengadukan.
Finnal setting
Finnal setting dicapai saat bahan dapat dengan aman dibentuk, tetapi
memiliki kekuatan dan resistensi yang minimal. Saat final setting reaksi
kimia selesai dan model terasa dingin saat disentuh. Sebagian besar pabrik
merekomendasikan 1 jam sampai akhirnya bahan bisa dengan aman dilepas
dari cetakan
Pemberian bahan separator
Sebelum dilakukan pencetakan dengan gips sebaiknya pola diberi
bahan separasi seperti Vaseline. Hal ini bertujuan agar setelah gips setting
maka akan mudah dilepas. Namun tidak boleh terlalu berlebihan karena
akan membuat permukaan menjadi lebik lunak.
Hindari terjebaknya udara
Adanya kandungan udara dalam pencampuran gips akan dapat
menyebabkan porositas pada hasil akhir dari gips. Hal tersebut dapat
dihindari dengan menuangkan air terlebih dulu ke dalam wadah setelah itu
diikuti dengan memasukkan powder.
Penyimpanan
Gips dapat menyerap air dari lingkungan. Kelembaban dan tempat
yang dekat dengan sumber air akan berpengaruh buruk pada powdernya.
Hal ini akan mempengaruhi waktu setting, sehingga gips sebaiknya
disimpan dalam kontainer tertutup. Namun terkadang diperlukan proses
merendam model gipsum dalam air, sebagai persiapan untuk teknik yang
lain. Komponen gipsum yang membentuk model umumnya sedikit larut
dalam air. Jika model stone direndam dalam air mengalir, dimensi liniernya
akan menurun sekitar 0,1% untuk setiap 20 menit perendaman tersebut.
Metode teraman untuk merendam model adalah menempatkannya dalam
bak berisi air yang khusus untuk tujuan tersebut, dimana debris plaster
masih tetap konstan di dasar bak air untuk membentuk larutan jenuh
kalsium sulfat.
Seperti dijelaskan sebelumnya, penyimpanan baik stone atau plaster
pada temperatur ruang tidak menimbulkan perubahan dimensi yang
bermakna. Namun, bila temperatur penyimpanan dinaikkan sampai antara
90o dan 110o C (194o-230oF), pengerutan terjadi begitu kristalisasi air
dikeluarkan dan dihidrat berubah menjadi hemihidrat. Kontraksi plaster
pada temperatur tinggi lebih besar dibandingkan dengan stone, dan ini juga
mengurangi kekuatannya.
Kontraksi tersebut dapat terjadi selama penyimpanan di atas
temperatur ruang, begitupun bila model stone sedang dikeringkan.
Barangkali tidaklah aman menyimpan atau memanaskan suatu model stone
pada temperatur yang lebih tinggi dari 55oC (130oF).
Produk gipsum agak peka terhadap perubahan kelembaban relatif
dari lingkungan. Bahkan kekerasan permukaan dari model plaster dan stone
mungkin berfluktuasi sedikit dengan kelembaban atmosfer relatif.
Permukaan gipsum yang dibuat dengan adukan yang lebih encer nampak
terpengaruh lebih banyak dibandingkan dengan rasio W:P yang rendah.
Hemihidrat gipsum mengambil air dari udara dengan mudah.
Misalnya, bila kelembaban relatif melebihi 70%, plaster mengambil uap air
secukupnya untuk memulai reaksi pengerasan. Hidrasi pertama
menghasilkan lebih sedikit kristal gipsum pada permukaan kristal
hemihidrat. Kristal ini bertindak sebagai nukleus kristalisasi, dan
manifestasi pertama dari kerusakan plaster adalah penurunan dalam waktu
pengerasan.
Begitu kerja higroskopik berlanjut, lebih banyak kristal gipsum
terbentuk sampai keseluruhan kristal hemihidrat tertutup. Pada keadaan ini
air sulit menembus lapisan dihidrat, dan waktu pengerasan menjadi
diperpanjang. Karena itu, adalah penting bahwa semua jenis produk gipsum
disimpan dalam atmosfer kering. Cara penyimpanan terbaik adalah menutup
produk tersebut dalam wadah logam tahan kelembaban. Bila produk gipsum
disimpan dalam tempat tertutup, umumnya waktu pengerasan hanya sedikit
dihambat, sekitar 1 atau 2 menit per tahun. Bila perlu hal ini dapat diatasi
sengan sedikit meningkatkan waktu pengadukan.
Kebersihan
Peralatan manipulasi gips harus dijaga kebersihannya. Seperti yang
disebut diatas waktu setting gips akan lebih cepat karena pengadukan.
Bowl, spatula, dan vibrator harus segera dibersihkan segera sebelum setelah
menipulasi, sehingga tidak terkontaminasi bahan lain (Hatrich dkk, 2003).
3.4 SETTING TIME
Menurut Craig dkk (1987), Setting time adalah waktu yang
diperlukan gips untuk menjadi keras dan dihitung sejak gips kontak dengan
air. Setting time adalah waktu yang diperlukan untuk setting (mengeras)
suatu bahan sampai menjadi rigid (kaku). Waktu setting merupakan waktu
yang digunakan oleh bahan yang telah set sampai menjadi cukup kuat untuk
menahan penetrasi sebuah jarum dengan diameter tertentu dan besar beban
yang diketahui. Alat penguji ini terdiri dari dua bagian yaitu jarum vicat
dari Gillmore. Waktu setting dapat dipengaruhi oleh komposisi gips/stone,
bentuk fisis gips/stone, suhu pencampuran, impurity, akselerator, W/P ratio,
waktu pengadonan meningkat maka setting cepat.
Setting time terdapat dua tahap sebagai berikut :
1. Initial setting time: permulaan setting time dimana pada waktu itu
campuran gips dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir ke dalam
cetakan. Secara visual ditandai dengan loss of gloss (hilangnya
kemengkilatan/ timbulnya kemuraman). Keadaan dimana gips tidak dapat
hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau.
2. Final setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi secara
lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya belum
selesai. Tandanya antara lain adalah kekerasan belum maksimum,
kekuatannya belum maksimum dan dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi
atau patah.
Ketika hemihidrat dicampur dengan air terbentuk dihidrta sebagai
berikut:
(CaSO4)2, H2O + 3H3O → 2 CaSO4, 2 H2O+ 3900 kal/ gr mol
Reaksi yang terjadi saat setting time ini merupakan reaksi exotermik,
dimana reaksi ini menghasilkan panas ± 3900 kal/gr mol. Pada proses
tersebut terjadi :
1. Kalsium sulfat hemihidrat larut dan bereaksi dengan air membentuk
Kalsium sulfat dihidrat.
2. Terjadi presipitasi Kristal kalsium sulfat dihidrat menjadi bahn yang kaku
tetapi tidak keras, dapat diukir tetapi tidak dapat dibentuk, ekspansi thermos
dan panas asih berlangsung (INITIAL SETTTING).
3. Bahan keras, kaku, ekspansi thermos dan panas sudah berakhir (FINAL
SETTING).
Ini adalah kebalikan reaksi pembentukan hemihidrate. Dari
persamaan di atas dapat dihitung bahwa untuk menghasilkan hidrasi yang
sempurna untuk 100 g hemihidrate dibutuhkan sekitar 18,6 ml air. Sewaktu
hemihidrate dicampur dengan air diduga terjadi hal-hal sebagai berikut:
1. Sebagian hemihidrat larut dan menghasilkan ion Ca2+ dan SO4 2-
kelarutan hemihidrate dalam air 0,8 %
2. Pada suhu ini kelarutan dihidrat hanya sekitar 0,2%; hemihidrate yang larut
membentuk dihidrate dalam larutan yang kemudian menjadi terlalu jenuh.
Maka dari larutan ini terjadi pertumbuhan kristal dihidrate
3. Faktor ang penting sehubungan dengan reaksi ini:
Terjadi pertumbuhan kristal pada inti kristalisasi; padakasus ini inti dapat
berupa kristal gypsum yang timbul sebagai impurity pada kristal
hemihidrate
Difusi atau pergerakan ion ke inti juga sangat penting
Oleh karena dihidrate berkristalisasi maka lebih banyak hemihidrate yang
larut dan proses bersanbung terus
Faktor yang mempengaruhi Setting Time
1. Mixing Time: pertambahan mixing time akan mempercepat setting time.
2. W/ P ratio: memperkecil W/ P ratio akan mempercepat setting time.
3. Temperatur: meningkatkan temperatur dapat mempercepat reaksi sehingga
setting time juga semakin cepat. Tetapi jika temperatur berada di atas 50oC
maka yang terjadi adalah sebaliknya, hal ini disebabkan karena kelarutan
hemihidrate dibandingkan dihidrate menurun. Jika temperatur melebihi
100oC maka tidak akan terjadi reaksi, hal ini disebabkan karena kelarutan
hemihidrate dan dihidrate sama.
4. Pemercepat dan penghambat (accelerators and retarders):
Akselerator , contohnya adalah Na2SO4 dapat empercepat
pembentukan larutan kalsium sulfat hemihidrate, K2SO4 dapat menambah
kecepatan larutnya kalsium sulfat hemihidrat, dan gypsum mempersiapkan
inti pertumbuhan Kristal dihydrat yang terbentuk lebih lanjut. NaCl dengan
konsentrasi kurang dari 20% akan meningkatkan kelarutan hemihidrate
sehingga setting time menjadi lebih cepat.
Retardus , contohnya Na sitrat, borax, kalsium sulfat adalah bahan
yang dapat diserap oleh inti Kristal sehingga dapat meracuni inti Kristal.
Retardus bekerja dengan membentuk lapisan pada partikel hemihidrate dan
dihidrate yang berakibat pada penurunan kelarutan hemihidrate dan
dihidrate serta menghambat perkembangannya.
5. Koloid: darah, saliva, agar, alginat dapat memperpanjang setting time.
6. Gipsum: calcium sulfate dihydrate merupakan accelerator.
7. Perubahan Setting expansion
Memperbesar setting expansion, misalnya kalsium asetat menambah 1%
setting expansion linear. Untuk kompensasi pengkerutan logam saat dingin.
Memperkecil setting expansion , misalnya Natrium sulfat mengurangi
setting expansion 0,05%.
Penambahan bahan additive tersebut biasanya dapat mengurangi
kekuatan dari gips itu sendiri.selain diengaruhi oleh penambahan bahan
aditive, kekuatan gips juga bergantung pada:
Bahan yang dipergunakan ; misalnya hemihydrat yang autoclaved /
calcined, dan adanya bahan additive.
Perbandingan air / puder.
Kekeringan bahan yang telah set. Untuk mendapatkan sifat – sifat optimal,
gips hendaknya dibiarkan berhydrasi selama paling sedikit 1 jam (dan kalau
bisa lebih lama), dan kemudian dikeringkan sampai diperoleh berat yang
konstan pada suhu 450C. (E.C.Combe,1992)
3.5 APLIKASI GIPSUM DALAM KEDOKTERAN GIGI
Produk gypsum telah digunakan secara meluas dalam kedokteran
gigi untuk membuat model studi dari rongga mulut dan struktur maksilo-
facial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran
gigi yang melibatkanpembuatan protesa gigi.
Dalam kedokteran gigi Gipsum digunakan untuk :
1. Model dan die
2. Bahan cetak
3. Mounting
4. Packing
5. Bahan tanam
Berbagai jenis plaster digunakan untuk membuat cetakan dan model
dimana protesa dan restorasi kedokteran gigi dibuat. Bila plaster diaduk
dengan silica maka dikenal dengan bahan tanam gigi. Bahan tanam tersebut
digunakan untuk membentuk mold guna mengecor restorasi gigi dengan
logam yang dicairkan. Penambahan silica pada bahan tanam tersebut
bertujuan untuk mengurangi penyusutan pada gips karena panas yang
dihasilkan dari pengecoran logam dan juga mengurangi resiko patahnya
gips saat dilakukan pengecoran (Kenneth J. Anusavice, 2004 : 155).
Penggunaan gypsum dalam kedokteran gigi juga dapat diperlihatkan dalam
membuat gigi tiruan. Misalnya, campuran plaster of Paris dan air
ditempatkan dalam sendok cetak dan ditekan pada jaringan rahang. Plaster
dibiarkan mengeras dan kemudian cetakan dikeluarkan. Dokter gigi
sekarang memiliki bentuk negative dari jaringan yang dibentuk tersebut
yang dibuat dalam rongga mulut. ( Kenneth J.Anusavice, 2004 : 155).
Bila jenis plaster lain yang dikenal dengan stone gigi, yang sekarang
diaduk dengan air sekarang diaduk dengan air kemudian dituang kedalam
cetakan model negative yang tadi lalu dibiarkan sampai mengeras. Lalu
cetakan plaster yang mengeras tersebut menjadi mold untuk menjadi model
positif atau model master. Pada model inilah gigi tiruan dibuat tanpa
kehadiran pasien. ( Kenneth J. Anusavice, 2004 :155).
Terdapat dua jenis aplikasi dari gipsum, yaitu model kerja dan
model studi. Model kerja menggunakan gipsum jenis α-hemihidrat karena
dibutuhkan kekerasan yang lebih dalam penggunaanya. Sedangkan untuk
model studi menggunakan gipsum jenis β-hemihidrat yang digunakan untuk
menegakkan diagnosa sehingga tidak memerlukkan kekerasan yang lebih.
Untuk model kerja sendiri berupa gipsum biru, sedangkan contoh untuk
model studi yaitu alat protesa, bentuk gigi, pembuatan rahang tanpa
menghadirkan pasien, cetakan pembuatan lempeng gigit, dan sebagai bahan
tanam.
Model studi juga digunakan untuk bahan cetak yang memerlukkan
bahan cetak non elastis. Selain itu digunakan untuk mounting, packing, dan
investment materials (bahan tanam). Mounting adalah memasang model
gips pada artikulator. Sedangkan packing yaitu pengisian mould yang
terbuang dari gips yang terdapat dalam kuvet logam dengan bahan plastis,
kemudian diproses untuk membuat protesa. Tipe bahan tanam:
a. Kalsium sulfat (gipsum) bonded investment, Bahan untuk casting aloy dan
pemanasan tidak boleh lebih dari 700°C
b. Phosphate bounded investment
c. Silica bounded investment, Merupakan bahan alternative dan digunakan
untuk cast tingkat tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.
Jakarta: EGC.
Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta :
Balai Pustaka
Craig, Robert G, and John M. Power. 2002. Restorative Dental Material: 11th
Edition. United State of America : Mosby
Fairhurst CW. Compresive Properties Of Dental Gypsum. J Dent Res 1960; 39:
812- 824.
Harty, F.J dan R. Ogston.1995.Kamus Kedokteran Gigi.Jakarta:EGC
Mahler DB, Ady AB. An Explanation For The Hygroscopic Setting Expansion Of
Dental Gypsum Products. J Dent Res 1960; 39: 578- 589.
Robert. G. Craig, Ph. D. 1983. Dental Material Properties and Manipulation. The
University of Michigan scool of dentistry; the C. V. Mosby Company
Wilson, H. J. dkk. 1987. Dental Technology and Materials for
students.Blackwell Scientific Publication
top related