gambaran perilaku ibu balita tentang cuci tangan …
Post on 22-Oct-2021
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
GAMBARAN PERILAKU IBU BALITA TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN DAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA
DI RW VI KELURAHAN LIMAU MANIS SELATAN KECAMATAN PAUH KOTA PADANG
TAHUN 2017
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan ke Program Studi D3 Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Padang sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma 3
Poltekkes Kemenkes Padang
Oleh:
Putri Lavena 141110067
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2017
2
3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama Lengkap : Putri Lavena
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Batusangkar/ 08 September 1995
3. Agama : Islam
4. Negeri Asal : Tanah Datar
5. Nama Ayah/ Nama Ibu : Rusman (alm)/ Rosmaini
6. Alamat rumah/Korespondensi : Nan IX Kec. Salimpaung Kab. Tanah Datar
7. No. Telp/ e-mail : 082285602105/ putrilavena969@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
No Riwayat Pendidikan Lulus Tahun
1 2 3 4
Tamat SD di SDN 08 Salimpaung Tamat SLTP di MTsN Lawang Mandahiling Tamat SMA di SMAN 1 Salimpaung Program Studi D3 Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Padang
2008
2011
2014
2017
Padang, Juli 2017 Mahasiswa Peneliti
(PL)
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan do'a dan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan oleh penulis walaupun menemui kesulitan
maupun rintangan.
Penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan suatu rangkaian
dari proses pendidikan secara menyeluruh di Program Studi D3 Jurusan
Kesehatan Lingkungan di Politeknik Kementerian Kesehatan Padang, dan juga
sebagai prasyarat dalam menyelesaikan Pendidikan D3 Jurusan Kesehatan
Lingkungan pada masa akhir pendidikan.
Judul Karya Tulis Ilmiah ini "Gambaran Perilaku Ibu Balita tentang Cuci
Tangan Pakai Sabun dan Kejadian Diare pada Balita di RW VI Kelurahan
Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2017“.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari akan keterbatasan
kemampuan yang ada, sehingga penulis merasa masih ada hal yang belum
sempurna baik dalam isi maupun dalam penyajiannya. Untuk itu penulis selalu
terbuka ataskritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala bimbingan, pengarahan dari Bapak Asep Irfan, SKM,
M.Kes selaku Pembimbing Materi Penulisan Karya Tulis Ilmiah dan Ibuk Sri
Lestari Adriyanti, SKM, M.Kes selaku Pembimbing Teknis Penulisan Karya Tulis
Ilmiah serta berbagai pihak yang penulis terima, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
ii
Ucapan terima kasih selanjutnya penulis tujukan kepada :
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang.
2. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan
3. Bapak Evino Sugriarta, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi D3 Kesehatan
Lingkungan.
4. Bapak Dr. Sumihardi, SKM, M.Kes selaku Pembimbing Akademik.
5. Dosen dan Staf Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang
6. Kedua orang tua dan keluarga tercinta atas dorongan moril dan material
serta do’a yang tulus sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini.
7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses perkuliahan yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan dan pahala yang setimpal kepada
beliau-beliau yang penulis sebutkan di atas. Mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah
ini dapat bermanfaat dan menunjang perkembangan ilmu, kemajuan masyarakat
dan kesejahteraan umat. Amin ya robbalalamin.
Padang, Mei 2017 Penulis
PL
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK KATA PENGANTAR ................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
1. Tujuan Umum ............................................................................. 6 2. Tujuan Khusus ............................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7 E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku ............................................................................................ 8 B. Perilaku Kesehatan ........................................................................... 9 C. Domain Perilaku .............................................................................. 10
1. Pengetahuan ............................................................................... 10 2. Sikap .......................................................................................... 12 3. Praktik atau Tindakan ................................................................ 14
D. Promosi Kesehatan ........................................................................... 16 E. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ..................................................... 20 F. Diare ................................................................................................. 25 G. Kerangka Teori ................................................................................ 29 H. Kerangka Konsep ............................................................................. 29 I. Defenisi Operasional ........................................................................ 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian .............................................................................. 30 B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 30 C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 30 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 32 E. Teknik Pengolahan Data ................................................................... 33 F. Analisis Data ..................................................................................... 35 G. Penyajian Data .................................................................................. 35
iv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 36 B. Hasil Penelitian ................................................................................. 36 C. Pembahasan ...................................................................................... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 50 B. Saran ................................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Langkah-langkah Mencuci Tangan ................................................... 24
Gambar 2 Fecal Oral Route ................................................................................ 27
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Defenisi Operasional ............................................................................. 29
Tabel 2 Distribusi Jumlah KK dan Penduduk .................................................... 36
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Umur Ibu Balita ................................................... 37
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu Balita ............................. 37
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu Balita ............................................ 38
Tabel 6 Hasil Penelitian Perilaku Ibu Balita Tentang CTPS dan Diare Balita .. 38
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Balita Tentang CTPS ............... 39
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Balita Dalam CTPS ............................. 39
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Tindakan Ibu Balita Dalam CTPS ....................... 40
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Kejadian Diare Balita ........................................ 40
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Kuesioner Penelitian
Lampiran B Peta Lokasi
Lampiran C Surat Izin Penelitian
Lampiran D Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian
Lampiran E Dokumentasi
Lampiran F Master Tabel
Lampiran G Hasil Output SPSS
Lampiran H Data 10 Penyakit Terbanyak Balita di Kota Padang Tahun 2015
Lampiran I Data Diare Balita di Setiap Puskesmas Kota Padang Tahun 2015
Lampiran J Frame Sampling
Lampiran K Wawancara Petugas Kesehatan
Lampiran L Lembaran Konsul Pembimbing I
Lampiran M Lembaran Konsul Pembimbing II
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) yang memiliki target
tercapainya peningkatan ekonomi global atau tercapainya kesejahteraan rakyat
dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015 dengan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik. Pada tahun 2015 konsep
MDGs telah berakhir dan sekarang digantikan dengan Sustainable Development
Goals (SDGs) yaitu kesepakatan pembangunan baru yang mendorong perubahan-
perubahan yang bergeser kearah pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan
hak asasi manusia dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial,
ekonomi dan lingkungan hidup. SDGs memiliki 5 pondasi yaitu manusia, planet,
kesejahteraan, perdamaian dan kemitraan yang memiliki 17 tujuan global, dimana
4 diantaranya merupakan bidang kesehatan, terdiri dari tanpa kelaparan, kesehatan
yang baik, kesetaraan jender, air bersih dan sanitasi.1
Dalam UU RI No 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa setiap hal yang
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan
menimbulkan kerugian ekonomi bagi Negara, dan setiap upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan Negara.
Upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti
pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan
merupakan tangung jawab semua pihak pemerintah maupun masyarakat.2
Dalam hal ini perlu disusun Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 bahwa dalam rangka memperkuat upaya
2
pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis
lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat maka pemerintah
berkomitmen untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar yang
berkesinambungan.3
Menurut Hendrik L. Blum derajat kesehatan dipengaruhi empat faktor,
yaitu : faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan.
Faktor lingkungan mempunyai andil yang cukup besar terhadap kesehatan,
kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku, pelayanan kesehatan dan
keturunan.4
Upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat pada program
perilaku hidup bersih dan sehat adalah dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan
perilaku melalui pendekatan pimpinan, binasuasana, dan pemberdayaan
masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat mengatasi masalahnya sendiri,
terutama dalam tatanan masing-masing dan masyarakat dapat menerapkan cara-
cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan.5
Peningkatan derajat kesehatan dapat dicapai melalui Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) yaitu perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang yang mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. PHBS adalah
semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga atau keluarga di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan masyarakatnya.6
3
PHBS di rumah tangga memiliki 10 indikator yang salah satunya adalah
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). CTPS adalah cara yang dilakukan untuk
mencegah berbagai penyakit khususnya yang berkaitan dengan saluran
pencernaan dan pernafasan. Ada 6 waktu penting CTPS yaitu setiap kali tangan
kita kotor (setelah memegang hewan, berkebun dan lain-lainya), sebelum makan
dan menyuapi anak, sesudah buang air besar, sesudah menceboki anak, sebelum
memegang makanan dan sebelum menyusui bayi.6
Menurut kutipan WHO (World Health Organization) permasalahan diare di
Negara-negara berkembang khususnya Indonesia dapat dikurangi dengan perilaku
hidup sehat yaitu CTPS. Namun masih kurangya perhatian dan kesadaran tentang
pentingnya CTPS di masyarakat. Banyak orang yang belum menyadari
pentingnya perilaku CTPS bagi kesehatan.5
Banyak penyakit, terutama diare dapat dicegah bila terbiasa menjaga
kebersihan diri salah satunya dengan cara mencuci tangan dengan sabun dan air
sesudah buang air besar, membersihkan tinja anak, sebelum memberi makan anak
atau menyentuh makanan.7
Penyakit diare sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka
kematian dan kesakitan anak di dunia. Diperkirakan lebih dari 10 juta anak
berusia kurang dari 5 tahun (Balita) meninggal setiap tahunnya, sekitar 20%
meninggal karena infeksi diare.5
Hasil studi Environmental Health Risk Assessment di 55 kabupaten di 16
provinsi pada tahun 2013 di Indonesia, menunjukkan bahwa baru 18,5%
masyarakat yang telah melakukan kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan
benar di lima waktu penting. Melakukan CTPS setelah menceboki anak hanya
4
35,1%, yang melakukan CTPS setelah buang air besar sebanyak 70,8%, yang
melakukan CTPS sebelum makan sekitar 75,1%, yang melakukan CTPS sebelum
memberikan makan anak hanya 30,1%, dan yang melakukan CTPS sebelum
menyiapkan masakan hanya 37,8%.7
Menurut Dinas Kesehatan Kota Padang, penyakit diare pada balita tahun
2015 masih termasuk dalam urutan 10 penyakit terbanyak di Kota Padang,
penyakit diare pada balita berada diurutan ke-4 dengan jumlah 3.230 kasus,
setelah ISPA pada urutan pertama dengan jumlah 30.719 kasus, di ikuti oleh
febris dengan jumlah 4.960 kasus dan penyakit kulit 4.185 kasus.8 (Lampiran H).
Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2015 menunjukkan bahwa
angka kejadian diare tertinggi berada pada wilayah kerja Puskesmas Pauh.
Dimana kasus diare pada balita meningkat dari tahun 2014 sebanyak 230 kasus
menjadi 269 kasus di tahun 2015.8 (Lampiran I).
Wilayah kerja Puskesmas Pauh yang berada di Kecamatan Pauh Kota
Padang memiliki 9 Kelurahan, Kelurahan paling tinggi kejadian diare pada balita
yaitu Kelurahan Limau Manis Selatan sebanyak 57 balita menderita diare, diikuti
oleh Kelurahan Limau Manis 39 balita menderita diare, Kelurahan Cupak Tangah
30 balita menderita diare, Kelurahan Binuang Kampuang Dalam 26 balita
menderita diare, Kelurahan Piai Tangah 25 balita menderita diare, Kelurahan
Lambung Bukit 25 balita menderita diare, Kelurahan Pisang 24 balita menderita
diare, Kelurahan Kapalo Koto 24 balita menderita diare dan Kelurahan Koto Luar
19 balita menderita diare.
Di Kelurahan Limau Manis Selatan terdapat 8 RW. Diantara 8 RW yang
ada di Kelurahan Limau Manis Selatan, RW VI merupakan penduduk pribumi
5
Kelurahan Limau Manis Selatan yang mana di RW ini jumlah Ibu yang memiliki
balita sebanyak 103 orang dan sebagian besar masyarakat RW VI memiliki
pendidikan SMA kebawah. (Lampiran J).
Sebagian besar hidup manusia, lebih-lebih pada usia dini dihabiskan di
dalam keluarga, atau lebih jelasnya lagi di tempat tinggal atau rumah masing-
masing anggota keluarga yang bersangkutan. Di dalam keluargalah mulai
terbentuk perilaku-perilaku masyarakat dan orang tua merupakan sasaran utama
dalam tatanan ini. Karena orang tua, terutama ibu, merupakan peletak dasar
perilaku kesehatan bagi anak-anak mereka.4
Ibu yang mempunyai anak balita di RW VI Kelurahan Limau Manis
Selatan menjaga dan merawat anak-anaknya mulai dari menyiapkan makanan
untuk anak, menyuapi makan dan menceboki anak, masih banyak yang tidak
mengetahui cara dan pentingnya menjaga kebersihan tangan, padahal tangan
merupakan salah satu media yang dapat menularkan kuman penyebab diare pada
balita. Selain itu pengetahuan ibu yang memiliki anak balita tentang cuci tangan
pakai sabun juga dapat mempengaruhi perilaku anak tersebut dalam cara dan
pentingnya mencuci tangan pakai sabun. Cuci tangan pakai sabun efektif untuk
memutus rantai penyebaran penyakit diare dan ISPA, penelitian sebelumnya
sudah banyak mengenai penyakit ISPA sedangkan penyakit diare masih jarang
diteliti.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Gambaran perilaku ibu balita tentang cuci
tangan pakai sabun dan kejadian diare pada balita di RW VI Kelurahan Limau
Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2017”.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan
adalah Bagaimanakah gambaran perilaku ibu balita tentang cuci tangan pakai
sabun dan kejadian diare pada balita di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan
Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2017.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran perilaku ibu balita tentang cuci tangan
pakai sabun dan kejadian diare balita di RW VI Kelurahan Limau Manis
Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2017.
2. Tujuan khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu balita tentang
cuci tangan pakai sabun di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan
Kecamatan Pauh Kota Padang.
b. Diketahui distribusi frekuensi sikap ibu balita tentang cuci tangan
pakai sabun di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan
Pauh Kota Padang.
c. Diketahui distribusi frekuensi tindakan ibu balita tentang cuci tangan
pakai sabun di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan
Pauh Kota Padang.
d. Diketahui distribusi frekuensi kejadian diare pada balita di RW VI
Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang.
7
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan referensi tentang perilaku ibu balita dalam cuci
tangan pakai sabun dan kejadian diare pada balita.
2. Bagi penulis
Menambah wawasan bagi penulis untuk menerapkan pengetahuan
yang diperoleh selama dibangku kuliah terkait dengan perilaku ibu balita
dalam cuci tangan pakai sabun dan kejadian diare pada balita
3. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut tentang cuci
tangan pakai sabun dan kejadian diare
E. Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada
pengetahuan, sikap dan tindakan ibu balita tentang CTPS dan kejadian diare pada
balita di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang
tahun 2017.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skinner
(1938) seorang ahli spikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).4
Menurut Lawrence Green (1980) perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor
utama, yaitu :9
1. Faktor Predisposisi (Predisposing factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
2. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan
sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi dan
sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa,
dokter atau bidan praktik swasta dan sebagainya. Untuk berprilaku sehat
masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung.
3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh
agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
9
Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat
maupun pemerintahan daerah yang terkai dengan kesehatan. Untuk
berprilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu
pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan
diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh
agama dan para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan.disamping itu
undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat
tersebut.
B. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sehat dan penyakit dan faktor-faktor yang
mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman
dan pelayanan kesehatan.4
Perilaku kesehatan ini pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua
yaitu:9
1. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat.
Perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behavior), yang mencakup
perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindari dari penyakit dan
penyebab penyakit atau penyebab masalah kesehatan dan perilaku dalam
mengupayakan meningkatnya kesehatan. Contoh : makan gizi seimbang,
cuci tangan pakai sabun sebelum makan dan sebagainya.
2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan
Untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah
kesehatanya. Oleh sebab itu perilaku ini disebut perilaku pencarian
10
pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup
tindakan-tindakan yang diambil seseorang atau anaknya bila sakit atau
terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan atau
terlepasnya dari masalah kesehatan tersebut.
C. Domain Perilaku
Perilaku manusia itu sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas. Perilaku manusia dibagi dalam tiga domain (ranah/kawasan). Dalam
perkembangan selanjutnyapara ahli pendidikan ketiga domain ini diukur dari :4
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
dari mata dan telinga.4
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hiding,
tengga dan sebaginya). Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan
presepsi terhadap objek.9
b. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkat, yaitu :4
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengaetahuan ini
11
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan
seluruh bahan dipelajari tau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi didalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suati kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.
c. Cara Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari objek
peneliti atau responden. Data yang bersifat kualitatif digambarkan dengan
12
kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif terwujud angka-angka,
hasil perhitungan atau pengukuran, dapat diproses dengan cara
dijumlahkan dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh
presentase, setelah dipresentasekan lalu ditafsirkan kedalam kalimat yang
bersifat kualitatif.9
Teori perubahan perilaku dimulai dari tahapan pengetahuan yang
nantinya akan mempengaruhi sikap dan selanjutnya sikap akan
diwujudkan secara nyata dalam bentuk tindakan sebagai bentuk aplikasi
dari pengetahuan yang dimiliki.9
2. Sikap (Attitude)
a. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan
faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang,
setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).9
b. Komponen sikap
Menurut Allport (1954), bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen
pokok :12
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
Artinya bagaimana keyakinan, pendapat, pemikiran seseorang
terhadap objek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. Artinya
bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang
tersebut terhadap objek.
13
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Artinya sikap
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku
terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau
berprilaku terbuka (tindakan).
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini,
pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
c. Tingkatan sikap
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-
tingkatan, sebagai berikut :4
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima
stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding)
Merespon disini diartikan memberikan jawaban apabaila
diyanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikab terlepas itu benar
atau salah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusiakan
suatu masalah.
4) Bertanggug jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
14
d. Pengukuran Sikap
Cara mengukur sikap dapat dilakukan melalui wawancara dan
atau observasi, dengan mengajukan pernyataan-pernyataan yang telah
disusun. Kemudian pernyataan-pernyataan tersebut disusun atau
dirumuskan dalam bentuk “instrumen”. Dengan instrumen tersebut
pendapat atau penilaian responden terhadap objek dapat diperoleh
melalui wawancara atau angket. Biasanya responden diminta
pendapatnya terhadap pertanyaan-pertanyaan dengan mengatakan atau
memilih dua pilihan.4
3. Praktik atau Tindakan (Practice)
a. Defenisi Tindakan
Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap
belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya
tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana
dan prasarana.4
b. Tingkatan Tindakan
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan
menurut kualitasnya, yaitu :12
1) Praktik terpimpin (guided response)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi
masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
15
2) Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau
mempraktikan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik
atau tindakan mekanis.
3) Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah
berkembang. Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas
atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi.
c. Pengukuran Tindakan
Pengukuran perilaku terbuka atau praktik dapat dilakukan dengan
dua metoda yakni :9
1) Langsung
Mengukur perilaku terbuka secara langsung, berarti peneliti
langsung mengamati dan mengobsevasi perilaku subjek yang
diteliti. Untuk memudahkan pengamatan, maka hal yang akan
diamati tersebut dituangkan atau dibuat lembar titik dan checklist.
2) Tidak langsung
Pengukuran perilaku secara tidak langsung ini berarti peneliti
tidak secara langsung mengamati perilaku orang yang diteliti
(responden). oleh sebab itu metode pengukuran secara tidak
langsung ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yakni mengingat
kembali (recall), melalui orang ketiga atau orang lain yang dekat
dengan responden, dan melalui indicator (hasil perilaku) responden.
16
D. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan diartikan sebagai upaya memasarkan, menyebarluasan,
mengenalkan atau menjual kesehatan. Dengan kata lain promosi kesehatan adalah
memasarkan atau menjual atau memperkenalkan pesan-pesan kesehatan atau
upaya-upaya kesehatan, sehingga masyarakat menerima atau mengenal pesan-
pesan kesehatan tersebut yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat.9
Promosi kesehatan dalam arti pendidikan, secara umum adalah segala
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik indivisu,
kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan
oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan.4
Salah satu ruang lingkup promosi kesehatan yaitu promosi kesehatan pada
tatanan keluarga. Dalam kegiatan promosi kesehatan dalam keluarga ini, sasaran
utamanya adalah orang tua terutama ibu. Karena ibulah yang didalam keluarga itu
sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku sehat pada anaknya.4
Sasaran promosi kesehatan dibagi dalam 3 (tiga) kelompok sasaran :4
1. Sasaran Primer (Primary Target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya
pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan
kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokan menjadi kepala keluarga
untuk maalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah
kesehatan ibu dan anak, anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan
sebgainya.
17
2. Sasaran Sekunder (Secondery Target)
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagainya.
Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan
kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini
akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat yang di
sekitarnya. Di samping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat
sebagi hasil pendidikan kesehatana yang diterima, maka para tokoj
masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi
masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (Tertiary Target)
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat
pusat, maupun daerah adalah sasaran tertier promosi kesehatan. Dengan
kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini
akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat
(sasaran sekunder) dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer).
Berdasarkan rumusan WHO (1994), Strategi promosi kesehatan dibagi
dalam 3 (tiga) kelompok :9
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau
penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga
para penjabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita
inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat
berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-
undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan
18
sebagainya. Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik
secara formal maupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau
presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang ingin
diharapkan dukungan dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi
secara informal misalnya sowan kepada para pejabat yang relevan dengan
program yang diusulkan, untuk secara informal meminta dukungan, baik
dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilit as
lain. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para
pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor,
yang terkait dengan masalah kesehatan (sasaran tersier).
2. Dukungan Sosial (Social Support)
Strategi dukunngan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari
dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh
masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini
adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor
kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat
(penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial
melalui toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program
kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap
program-program tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan
sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap
kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain pelatihan-
pelatihan para toma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan
sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau
19
bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran
sekunder).
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan
kepada masyarakat langsung. Tujuannya adalah mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan
berbagai kegiatan, antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan
pembangunan masyarakat dalam bentuk misalnya koperasi, pelatihan-
pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga.9
Pemberdayaan masyarakat ialah suatu upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri. Dibidang kesehatan, pemberdayaan
masyarakat adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan.4
Secara bertahap tujuan pemberdayaaan masyarakat dibidang
kesehatan adalah :4
a. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan
bagi individu, kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran
tentang cara-cara memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah awal
dari keberdayaan kesehatan. Masyarakat yang mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan juga melalui proses belajar kesehatan yang
20
dimulai dengan diperolehnya informasi kesehatan. Dengan informasi
kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan hasilnya adalah
pengetahuan.
b. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari
kesadaran dan pemahaman terhadap objek. Kemauan atau kehendak
merupakan kecendrungan untuk melakukan suatu tindakan. Kemauan
ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke tindakan tetapi mungkin juga
tidak, atau berhenti dikemauan saja. Berlanjut atau tidaknya kemauan
menjadi tindakan sangat tergantung dari berbagai faktor. Faktor yang
paling utama adalah sarana atau prasarana untuk mendukung tindakan
tersebut.
c. Timbulnya kemampuan masyarakat dalam bidang kesehatan, berarti
masyarakat baik secara individu maupun kelompok telah mampu
mewujudkan kemauan atau niat kesehatan mereka dalam bentuk
tindakan atau perilaku sehat.
E. Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan perwujudan riil pardigma sehat dalam budaya hidup
perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk
meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya. Perilaku Bersih dan
Sehat adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga
anggota keluarga atau keluarga di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakatnya.6
PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat
21
dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan
edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan melalui
pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat.6
Salah satu ruang lingkup PHBS yaitu PHBS di rumah tangga. PHBS di
rumah tangga merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga
agar tahu, mau dan mampu mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.6
Ada 10 indikator PHBS di tatanan rumah tangga, yaitu :6
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik dirumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
Indikator kelima PHBS adalah cuci tangan pakai sabun, Menurut salah
satu studi Wordl Health Organisation (WHO) menyatakan praktek cuci tangan
pakai sabun pada 5 waktu penting bisa mengurangi prevalensi diare sampai
40%.16 Cuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun.
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit.
Bila digunakan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa
menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh
22
kuman, karena tanpa sabun, maka kotoran dan kuman masih tertinggal di
tangan.10
1. Pengertian CTPS
Cuci tangan dapat berfungsi untuk menghilangkan/ mengurangi
mikroorganisme yang menempel ditangan Kedua tangan kita sangat
penting untuk membantu menyelesaikan berbagai pekerjaan. Makan dan
minum sangat membutuhkan kerja dari tangan. Jika tangan bersifat kotor,
maka tubuh sangat berisiko terhadap masuknya mikroorganisme. 10
CTPS merupakan cara mudah dan tidak perlu biaya mahal. Karena
itu membiasakan CTPS sama dengan mengajarkan anak-anak dan seluruh
keluarga hidup sehat sejak dini. Mencuci tangan yang baik membutuhkan
beberapa peralatan berikut : sabun, air bersih yang mengalir, dan handuk
atau lap bersih. CTPS dilakukan dengan menggosok tangan setidaknya
selama 15-20 detik.10
2. Waktu-waktu CTPS
Ada 6 waktu penting CTPS, diantaranya :6
a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang
binatang, berkebun dll).
b. Sebelum makan dan menyuapi anak
c. Sesudah buang air besar
d. Sebelum menyusui bayi
e. Sesudah menceboki bayi atau anak
f. Sebelum memegang makanan
23
3. Manfaat CTPS
Manfaat dari mencuci tangan yaitu :6
a. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan seperti Shigella,
Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas dan Escherichia coli.
b. Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera, Disentry, Thypus,
Penyakit kulit, ISPA, Kecacingan, Flu burung.
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
4. Cara Mencuci Tangan Yang Benar
Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut :10
a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun.
b. Bersihkan telapak, pergelangan tangan, sela-sela jari, punggung tangan
dan kuku.
c. Sesudah itu keringkan dengan lap bersih.
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan langkah-
langkah sebagai berikut :6
a. Telapak dengan telapak. Gosoklah kedua telapak tangan secara
bergantian, sehingga kedua telapak tangan kena sabun Telapak kanan
diatas punggung tangan kiri dan telapak kiri diatas punggung tangan
kanan
b. Gosok kedua punggung tangan secara bergantian dan gosok diantara
jari jemari tangan secara bergantian sehingga kena sabun
c. Telapak dengan telapak dan jari saling terkait. Gosok kedua telapak
tangan dan diantara jari jemari secara bergantian sehingga kena sabun.
24
d. Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling
mengunci. Gosok punggung jari yang saling mengunci pada telapak
satunya secara bergantian.
e. Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan sebaliknya.
Gosok jempol, dan jari jari tangan lainnya, secara memutar bergantian
di kedua tangan.
f. Jari kiri menguncup, gosok memutar kekanan & ke kiri pada telapak
kanan & sebaliknya. Gosok gosoklah ujung ujung kuku pada telapak
tangan, sehingga busa sabun masuk kedalam sela sela kuku, secara
bergantian dikedua tangan.
g. Setelah selesai siramlah kedua tangan dengan air yang mengalir,
dengan kran air atau dengan air mengalir menggunakan gayung.
Setelah selesai keringkan kedua tangan dengan kain kering dan bersih.
Gambar 1. Langkah-langkah mencuci tangan
Sumber : https://fatmalaughandtears.wordpress.com
25
F. Diare
1. Pengertian diare
Menurut World Health Organization (WHO,2009) diare adalah
buang air besar lembek atau cair sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari
atau buang air besar lebih cair dan lebih sering dari yang biasa terjadi.11
Diare adalah keadaan penyakit yang menyerang pada saluran
pencernaan. Penderita diare biasanya akan buang air besar berkali-kali dan
mengalami dehidrasi karenanya. Gejala diare adalah penderita buang air
besar lebih dari 3 kali atau lebih dalam sehari.13
Menurut defenisi Hippocrates, penyakit diare adalah buang air besar
dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja
yang lebih lembek atau cair.14
Diare adalah BAB lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja
yang frekuensinya lebih sering dari biasanya dan berlangsung kurang dari
14 hari.5
2. Jenis diare
Diare dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu serangan yaitu :11
a. Diare Akut
Diare yang timbul secara mendadak dan berhenti cepat atau
maksimal berlangsung selama 2 minggu.
b. Diare Kronik
Diare yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih yang umumnya
bersifat menahun.
26
Diare berdasarkan derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifiksai yaitu :5
a. Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila ada 2 tanda dibawah ini atau lebih :
1) Keadaan umum : baik
2) Mata : normal
3) Rasa haus : normal, minum biasa
b. Diare dehidrasi ringan/sedang
Tanda diare dehidrasi ringan, bila ada 2 tanda dibawah ini atau lebih :
1) Keadaan umum : gelisah, rewel
2) Mata : cekung
3) Rasa haus : haus, ingin minum banyak
c. Diare dehidrasi berat
Tanda diare dehidrasi berat, bila ada 2 tanda dibawah ini atau lebih :
1) Keadaan umum : lesu, lunglai, atau tidak sadar
2) Mata : cekung
3) Rasa haus : tidak bisa minum atau malas minum
Beberapa jenis diare tersebut sering disebabkan oleh organisasi renik
seperti bakteri dan virus. Bakteri pathogen seperti E.coli, shigella,
campylobacter, salmonella dan vibrio cholera merupakan beberapa contoh
bakteri pathogen yang epidemi utama diare pada anak.5
Gejala diare atau mencret yaitu berak terus-menerus dan encer, perut
mules, muka pucat, lemas dan tidak nafsu makan. 13
27
3. Penularan diare
Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti
Shigella dan Escherichia coli. Penularan penyakit diare melalui fecal oral
route terjadi dengan mekanisme berikut ini :
Gambar 2. Fecal Oral Route
Sumber : http://www.pinsdaddy.com
Penyebab terjangkitnya diare adalah sebagai berikut :
a. Makan dengan tangan yang kotor
b. Meminum air mentah, yaitu air yang tidak dimasak atau kotor
c. Memakan makanan yang tidak higienis
d. Buang air besar ditempat yang kotor
4. Pencegahan dan penanganan diare
Untuk mencegah diare perlu membiasakan hidup bersih,
membiasakan diri untuk cuci tangan sebelum makan dan sesudah
beraktifitas, meminum air bersih dan memakan makanan yang baru
dimasak.
28
Penanganan diare sebagai pertolongan pertama dirumah antara lain :
1. Menjaga kebersihan diri, setelah BAB CTPS sampai bersih.
2. Pemberian oralit yaitu larutan gula dan garam, dengan komposisi 1
sendok teh penuh gula dan ¼ sendok teh garam untuk satu gelas
penuh.
3. Penanganan herbal dengan menggunakan air rebusan daun jambu biji,
disaring dan diminum.
G. Kerangka Teori
Menurut Lawrence Green (1980) Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama
yaitu : faktor predisposisi (predisposising factor), faktor pendukung (enabling
factor) dan faktor pendorong (reinforcing factor).4
Sumber : Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi kesehatan Teori dan Aplikasi.
Jakarta : Rineka Cipta; 2010
Enabling Factor Ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
Reinforcing factor 1. Sikap dan perilaku
petugas kesehatan
2. Tokoh masyarakat
3. Peraturan
Perilaku Kesehatan
Predisposising factor 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Pendidikan
4. Tradisi 5. Kepercayaan
6. Pekerjaan
7. Status ekonomi
29
H. Kerangka konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
I. Definisi Operasional
Tabel 1 Defenisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional
Alat Cara Pengukuran
Hasil Ukur Skala Ukur
1 Pengetahuan Sesuatu yang diketahui ibu balita tentang Cuci Tangan Pakai Sabun
Kuesioner Wawancara Tinggi jika skor ≥ mean Rendah jika skor < mean
Ordinal
2 Sikap Tanggapan ibu balita tentang Cuci Tangan Pakai Sabun
Kuesioner Wawancara Positif jika skor ≥ mean Negatif jika skor < mean
Ordinal
3 Tindakan Tindakan merupakan segala suatu tingkah laku seseorang ibu dalam menerapkan Cuci Tangan Pakai Sabun
Cheklist Observasi Baik jika skor ≥mean Tidak baik jika skor <mean
Ordinal
4 Kejadian diare
Buang air besar lembek/ cair sebanyak 3x atau lebih dalam sehari pada balita dalam 3 bulan terakhir
Kuesioner Wawancara Tidak Ada Ada
Nominal
Pengetahuan Ibu Balita tentang CTPS
Kejadian diare balita
Tindakan Ibu Balita dalam CTPS Sikap Ibu Balita dalam
CTPS
30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yaitu untuk memperoleh
gambaran perilaku ibu balita tentang cuci tangan pakai sabun dan kejadian diare
pada balita di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota
Padang tahun 2017.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan
Pauh Kota Padang pada bulan Desember 2016 s/d Mei tahun 2017.
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Ibu yang memiliki balita
di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang
yang berjumlah 103 orang.
2. Sampel
Besar sampel ditentukan mengggunakan rumus sebagai berikut :
=�
1 + � ( 2)
Keterangan :
N = Jumlah Populasi
n = Besar Sampel
d = presisi mutlak (10%)
31
Sehingga besar sampel yang didapatkan adalah sebagai berikut :
=�
1 + � ( 2)
=103
1 + 103 (0,12)
=103
1 + 1,03
=103
2,03
n = 51 orang Ibu yang memiliki balita
Setelah dilakukan perhitungan sampel didapatkanlah sampel
sebanyak 51 orang Ibu yang memiliki balita.
Adapun penentuan sampel pada setiap RT, dengan menggunakan
rumus :
1 =� �ℎ � � ��� �ℎ � � � �ℎ� � � �ℎ �
Sehingga besar sampel yang didapatkan disetiap RT adalah sebagai
berikut :
1 =� �ℎ � � �� 1� �ℎ � � � �ℎ� � � �ℎ �
1 =41
103 � 51
1 = 20
2 =� �ℎ � � �� 2� �ℎ � � � �ℎ� � � �ℎ �
2 =62
103 � 51
2 = 31
32
3. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan probability sampling dengan cara stratified random
sampling yaitu setiap ibu yang memiliki balita dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diseleksi menjadi sampel.
4. Kriteria sampel
a. Kriteria Inklusi
1) Bersedia menjadi responden dan dapat berkomunikasi dengan baik
2) Reponden dan balita berada di RW VI Kelurahan Limau Manis
Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang
b. Kriteria Eksklusi
1) Responden tidak bisa ditemui setelah dikunjungi sebanyak tiga
kali, maka sampel diganti dengan rumah ibu balita yang terdekat
dengan sampel terpilih
2) Responden dalam keadaan sakit dan tidak bisa diwawancarai
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Data primer
Pegumpulan data primer dilakukan sendiri oleh peneliti yang
diperoleh dari wawancara dengan ibu balita di RW VI Kelurahan Limau
Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang dengan kuesioner untuk
mendapatkan informasi mengenai pengetahuan, sikap dan kejadian diare
balita. Untuk tindakan diperoleh dengan cara observasi menggunakan
tabel cheklist. Dalam pengumpulan data primer peneliti juga dibantu oleh
33
seorang teman kuliah satu jurusan untuk mendokumentasikan kegiatan
penelitian.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Padang berupa
data penyakit diare balita dan data dari Puskesmas Pauh Kota Padang
berupa data distribusi penyakit diare pada balita dan jumlah ibu yang
mempunyai balita. Data sekunder juga diperoleh dari Kelurahan Limau
Manis Selatan berupa gambaran umum wilayah penelitian.
E. Teknik Pengolahan Data
1. Editing
Setelah pengumpulan data, dilakukan pemeriksaan kelengkapan
pengisian dan kejelasan data setiap instrument (kuesioner dan checklist)
dengan cara mengecek kembali jawaban-jawaban ibu balita setelah
mengisi kuesioner dan observasi tindakan dengan tabel checklist mengenai
pengetahuan, sikap dan tindakan ibu balita tentang cuci tangan pakai
sabun serta kejadian diare balita.
2. Coding
Data yang telah diedit tadi lalu diberi kode sesuai yang telah
ditetapkan peneli. Pengkodean (coding) dilakukan dengan mengubah data
dalam bentuk angka atau bilangan.
a. Variabel Pengetahuan
Jawaban tepat : 2
Jawaban kurang tepat : 1
Jawaban tidak tepat : 0
34
Tinggi bila ≥ mean : 2
Rendah bila < mean : 1
b. Variabel Sikap
Untuk pernyataan positif
Sangat Setuju : 4
Setuju : 3
Tidak Setuju : 2
Sangat Tidak Setuju : 1
Untuk penyataan negatif
Sangat Tidak Setuju : 4
Tidak Setuju : 3
Setuju : 2
Sangat Setuju : 1
Sikap positif bila skore ≥ mean : 2
Sikap negatif bila skore < mean : 1
c. Variabel Tindakan
Tindakan benar : 1
Tindakan Salah : 0
Baik bila skore ≥ mean : 2
Tidak Baik bila skore < mean : 1
d. Kejadian Diare
Diare : 1
Tidak Diare : 2
35
3. Entry
Data kuesioner yang telah diberi kode dalam bentuk angka
selanjutnya dimasukan kedalam komputerisasi berdasarkan kategori
pengetahuan, sikap, tindakan dan kejadian diare balita dengan aplikasi
SPSS. Setelah data dimasukan kedalam komputerisasi selanjutnya
dilakukan Cleaning untuk membersihkan data.
4. Cleaning
Data pengetahuan, sikap, tindakan dan kejadian diare balita yang
telah di entri, di cek kembali untuk memastikan bahwa data telah lengkap
dan bersih dari kesalahan, baik kesalahan pengisian maupun kesalahan
dalam membaca kode.
F. Analisis Data
Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat yaitu melihat gambaran
distribusi frekuensi pengetahuan, sikap dan tindakan ibu balita dalam cuci tangan
pakai sabun serta distribusi frekuensi kejadian diare pada balita di RW VI
Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang.
G. Penyajian Data
Data pengetahuan, sikap dan tindakan ibu balita dalam cuci tangan pakai
sabun serta data kejadian diare pada balita yang sudah diperoleh disajikan dalam
bentuk tabel untuk mengetahui gambaran deskriptif.
36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan
Pauh Kota Padang
RW VI adalah satu dari delapan RW yang ada di kelurahan Limau
Manis Selatan. RW VI mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Limau Manis
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Indarung
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Perbukitan (Kabupaten Solok)
4. Sebelah Barat berbatasan dengan RW V (Koto Baru)
RW VI terdiri dari 2 RT dengan jumlah KK sebanyak 175 KK, dapat
terlihat sebagai berikut :
Tabel 2 Distribusi Jumlah KK dan Penduduk per RT di RW VI Kelurahan
Limau Manis Selatan Kota Padang Tahun 2016
No Nama RT Jumlah KK Jumlah Penduduk Jumlah
Ibu Balita Laki-laki Perempuan Jumlah
1 RT 01 84 191 208 399 41 2 RT 02 93 210 225 435 62
Jumlah 177 401 433 834 103
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa jumlah penduduk RW VI tahun
2016 adalah 844 jiwa yang terdiri dari 401 jiwa laki-laki dan 433 jiwa
perempuan sedangkan jumlah Ibu yang memiliki balita yaitu sebanyak 103
orang.
37
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian diperoleh melalui analisis univariat yaitu untuk
mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan, sikap dan tindakan ibu balita
tentang cuci tangan pakai sabun serta distribusi frekuensi kejadian diare pada
balita di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota
Padang Tahun 2017.
1. Karakteristik Responden
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Umur Ibu Balita di RW VI Kelurahan
Limau Manis Selatan Kota Padang Tahun 2017
No Umur Frekuensi Persentase (%) 1 22-28 17 33,3 2 29-35 22 43,2 3 36-42 12 23,6
Jumlah 51 100
Dari Tabel 3 menunjukan bahwa dari 51 responden, kelompok
umur yang tertinggi yaitu kelompok umur 29-35 tahun sebanyak 22
(43,1%) responden (Lihat Lampiran F).
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu Balita di RW VI
Kelurahan Limau Manis Selatan Kota Padang Tahun 2017
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%) 1 Tidak Sekolah 1 2 2 Tamat SD 12 23,5 3 Tamat SMP 12 23,5 4 Tamat SMA 22 43,2 5 Tamat PT 4 7,8
Jumlah 51 100
Dari Tabel 4 diketahui bahwa dari 51 responden, tingkat
pendidikan yang tertinggi yaitu tingkat pendidikan tamat SMA sebanyak
22 (43,1%) responden (Lihat Lampiran F).
38
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu Balita di RW VI Kelurahan
Limau Manis Selatan Kota Padang Tahun 2017
No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) 1 Ibu Rumah Tangga 43 84,3 2 PNS 1 2 3 Pedagang 6 11,7 4 Pegawai Swasta 1 2
Jumlah 51 100
Dari Tabel 5 diketahui bahwa dari 51 responden, didapatkan
sebagian besar 43 (84.3%) responden memiliki pekerjaan sebagai Ibu
Rumah Tangga (IRT) (Lihat Lampiran F).
2. Hasil Penelitian Perilaku Ibu Balita tentang CTPS dan Kejadian
Diare pada Balita
Dari hasil penelitian melakukan obsevasi dan wawancara dengan ibu
balita di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota
Padang tahun 2017, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu Balita tentang CTPS dan Kejadian Diare pada Balita di RW VI Kelurahan Limau
Manis Selatan Kota Padang Tahun 2017
No Variabel Positif (%) Negatif (%) 1 Pengetahuan 45,1 54,9 2 Sikap 47,1 52,9 3 Tindakan 39,2 60,8 4 Diare Balita 41,2 58,8
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa dari 4 varibel, didapatkan
semua variabel mayoritas dengan kategori negatif yaitu pengetahuan
54,9%, sikap 52,9%, tindakan 60,8%, dan diare balita 58,8% (Lihat
Lampiran G).
39
a. Pengetahuan Ibu Balita tentang Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Dari hasil penelitian melakukan wawancara dengan ibu balita
di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota
Padang tahun 2017, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Balita tentang CTPS
di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kota Padang Tahun 2017
No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1 Rendah 28 54,9 2 Tinggi 23 45,1
Total 51 100
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa dari 51 responden,
didapatkan sebagian besar 28 (54,9%) responden berpengetahuan
rendah tentang cuci tangan pakai sabun (Lihat Lampiran G).
b. Sikap Ibu Balita dalam Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Dari hasil penelitian melakukan wawancara dengan ibu balita
di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota
Padang tahun 2017, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Balita dalam CTPS di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kota Padang Tahun 2017
No Sikap Frekuensi Persentase (%) 1 Negatif 27 52,9 2 Positif 24 47,1
Total 51 100
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa dari 51 responden,
didapatkan sebagian besar 27 (52,9%) responden bersikap negatif
dalam cuci tangan pakai sabun (Lihat Lampiran G).
40
c. Tindakan Ibu Balita dalam Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Dari hasil penelitian melakukan observasi tindakan pada ibu
balita di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh,
Kota Padang tahun 2017, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Tindakan Ibu Balita dalam CTPS di RW VI
Kelurahan Limau Manis Selatan Kota Padang Tahun 2017
No Tindakan Frekuensi Persentase (%) 1 Tidak Baik 31 60,8 2 Baik 20 39,2
Total 51 100
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa dari 51 responden,
didapatkan sebagian besar 31 (60,8%) responden memiliki tindakan
tidak baik dalam cuci tangan pakai sabun (Lihat Lampiran G).
d. Kejadian Diare pada Balita
Dari hasil penelitian melakukan wawancara dengan ibu balita
di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota
Padang tahun 2017, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Kejadian Diare Pada Balita di RW VI
Kelurahan Limau Manis Selatan Kota Padang Tahun 2017
No Kejadian Frekuensi Persentase (%) 1 Diare 30 58,8 2 Tidak Diare 21 41,2
Total 51 100
Berdasarkan Tabel 10 menunjukan bahwa dari 51 responden,
didapatkan sebagian besar 30 (58,8%) balita mengalami diare (Lihat
Lampiran G).
41
C. Pembahasan
Dari pengumpulan data yang telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai
Maret 2017 tentang gambaran perilaku ibu balita tentang cuci tangan pakai sabun
dan kejadian diare pada balita di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan
Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2017, dengan uraian sebagai berikut :
1. Pengetahuan Ibu Balita tentang Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Berdasarakan tabel 7 didapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu
balita tentang cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang memiliki pengetahuan
rendah sebanyak 28 orang (54,9%) dan yang memiliki pengetahuan tinggi
sebanyak 23 orang (45,1%). Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar ibu balita memiliki pengetahuan rendah tentang cuci tangan pakai
sabun (CTPS) yaitu sebanyak 28 (54,9%) responden. Hasil ini berbeda
dengan penelitian Gustimade (2014) yang menyatakan bahwa kurang dari
separoh yaitu 31,25% ibu di Kelurahan Ampenan Tengah Kota Mataram
berpengetahuan rendah tentang cuci tangan pakai sabun (CTPS).15
Dari hasil pengumpulan data lapangan melalui kuesioner
didapatkan bahwa 35,3% ibu balita tidak tahu beda efektifitas cuci tangan
pakai sabun dengan cuci tangan menggunakan air biasa dan 62,7% ibu
balita tidak tahu waktu yang dibutuhkan untuk cuci tangan pakai sabun.
Perlu diketahui bahwa mencuci tangan dengan air saja tidak dapat
membunuh kuman sedangkan mencuci tangan pakai sabun dapat
membunuh kuman dan diperlukan waktu minimal selama 15-20 detik agar
kuman ditangan benar-benar mati. Dari hasil pengumpulan data lainnya
47,1% ibu balita tidak tahu pentingnya cuci tangan pakai sabun (CTPS),
42
54,9% ibu balita tidak tahu mengapa cuci tangan harus menggunakan air
yang mengalir dan 56,9% ibu balita tidak tahu manfaat mengajarkan anak
cuci tangan pakai sabun (CTPS). Padahal cuci tangan pakai sabun (CTPS)
sangat bermanfaat bagi kesehatan diantaranya :6
a. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan seperti Shigella,
Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas dan Escherichia coli.
b. Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera, Disentry, Thypus,
Penyakit kulit, ISPA, Kecacingan, Flu burung.
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
dari mata dan telinga.4
Rendahnya pengetahuan ibu balita dipengaruhi oleh informasi dan
kegiatan penyuluhan yang kurang didapatkan mengenai cuci tangan pakai
sabun (CTPS). Hal ini dapat dilihat dari ibu balita di RW VI Kelurahan
Limau Manis Selatan yang tidak mendapatkan penyuluhan mengenai cuci
tangan pakai sabun secara rutin atau berkala dari petugas kesehatan karena
hanya 6 Kelurahan yang mendapat penyuluhan cuci tangan pakai sabun
secara berkala dari petugas kesehatan yaitu 1 kali 3 bulan. Penyuluhan ini
juga tidak menggunakan media seperti poster atau leaflet, namun hanya
mendemonstrasikan cara cuci tangan pakai sabun mengunakan sabun dan
air. Selain itu faktor pekerjaan juga mempengaruhi pengetahuan ibu balita
dalam keterpaparan informasi. Berdasarkan data responden dimana
43
sebagian besar pekerjaan ibu balita adalah ibu rumah tangga (IRT) yaitu
sebanyak 84,3%. Ibu rumah tangga memiliki keterbatasan interaksi dengan
lingkungan sehingga menyebabkan kurangnya pengetahuan mengenai cuci
tangan pakai sabun (CTPS) karena lebih sering berada dirumah untuk
menjaga dan mengawasi anak serta kurangnya kesadaran ibu balita untuk
mengikuti penyuluhan.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan.4
Pengetahuan yang kurang pada ibu balita dapat mengakibatkan ibu
balita bersikap dan berperilaku kurang tepat dalam mencuci tangan pakai
sabun sehingga kuman masih menempel ditangan dan dapat menularkan
penyakit diare.
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita, sebaiknya
pihak puskesmas secara rutin atau berkala memberikan sosialisasi
mengenai cuci tangan pakai sabun, baik dengan penyebaran media
promosi kesehatan berupa poster dan leaflet maupun memberikan
penyuluhan langsung ke masyarakat, dan untuk ibu balita sebaiknya lebih
sering menggali informasi-informasi dari media sosial mengenai cuci
tangan pakai sabun (CTPS) yang baik dan benar, serta mengikuti
penyuluhan yang diadakan oleh puskesmas sehingga dapat memahami,
mempraktekan dan mengajarkan kepada anak-anak mereka dikehidupan
sehari-hari.
44
2. Sikap Ibu Balita dalam Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Berdasarakan tabel 8 didapatkan hasil bahwa sikap ibu balita
dalam cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang negatif sebanyak 27 orang
(52,9%) dan yang positif sebanyak 24 orang (47,1%). Maka dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar ibu balita memiliki sikap negatif dalam
cuci tangan pakai sabun (CTPS) yaitu sebanyak 27 (52,9%) responden.
Hasil ini berbeda dengan penelitian Gustimade (2014) yang menyatakan
bahwa kurang dari separoh yaitu 43,75% ibu di Kelurahan Ampenan
Tengah Kota Mataram bersikap negatif dalam cuci tangan pakai sabun
(CTPS).15
Dari hasil pengumpulan data lapangan melalui kuesioner
didapatkan bahwa 35,3% ibu balita setuju tangan yang kelihatan bersih
tidak perlu dicuci dengan sabun, 56,9% ibu balita setuju mencuci tangan
pakai sabun tidak harus dilakukan selama 15-20 detik dan 31,4% ibu balita
setuju mencuci tangan sebelum dan sesudah makan saja. Mencuci tangan
pakai sabun tidak hanya sebelum dan sesudah makan saja, tetapi ada 6
waktu penting cuci tangan pakai sabun yaitu setiap kali tangan kita kotor,
sebelum makan dan menyuapi anak, sesudah buang air besar, sebelum
menyusui bayi, sesudah menceboki bayi atau anak, dan sebelum
memegang makanan.6
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak
setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).9
45
Ibu balita yang memiliki sikap negatif dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuannya. Berdasarkan teori perubahan perilaku dimulai dari
tahapan pengetahuan yang nantinya akan mempengaruhi sikap dan
selanjutnya sikap akan diwujudkan secara nyata dalam bentuk tindakan
sebagai bentuk aplikasi dari pengetahuan yang dimiliki.4
Sikap berawal dari pengetahuan yang sebelumnya, karena individu
mengetahui dan memberi tanggapan karena kebiasaan yang dia lakukan
atau informasi yang telah didapatkan sebelumnya. Kurangnya informasi
yang didapatkan mengenai cuci tangan pakai sabun mengakibatkan ibu
balita memiliki pengetahuan yang kurang dan bersifat negatif dalam cuci
tangan pakai sabun.
Cuci tangan pakai sabun dilakukan karena tangan seringkali
menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah
dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung maupun tidak
langsung. Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir dapat mencegah
penularan penyakit diare.
Sebaiknya ibu balita membiasakan mencuci tangan pada 6 waktu
penting CTPS dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir serta
dilakukan minimal 15-20 detik agar kuman-kuman ditangan berkurang
karena tangan merupakan media penularan berbagai penyakit yang
disebabkan oleh kuman. Hanya melalui tangan yang kotor, kuman Shigella
dan Escherichia coli dapat dengan mudah berpindah dari satu orang ke
orang lain.
46
3. Tindakan Ibu Balita dalam Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Berdasarakan tabel 9 didapatkan hasil bahwa tindakan ibu balita
dalam cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang memiliki tindakan yang tidak
baik sebanyak 31 (60,8%) responden dan tindakan yang baik sebanyak 20
(39,2%) responden. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu
balita memiliki tindakan yang tidak baik dalam cuci tangan pakai sabun
(CTPS) yaitu sebanyak 31 (60,8%) responden. Hasil ini berbeda dengan
penelitian Gustimade (2014) yang dilaksanakan di Kelurahan Ampenan
Tengah Kota Mataram tindakan ibu balita yang tidak baik dalam cuci
tangan pakai sabun (CTPS) rendah hasilnya yaitu 31,75%.15
Dari hasil pengumpulan data lapangan melalui kuesioner
didapatkan bahwa 58,8% tidak melakukan cuci tangan pakai sabun
(CTPS), 39,2% tidak melakukan langkah ke 2 (gosok kedua punggung
tangan dan gosok diantara jari jemari tangan secara bergantian), 94,1%
tidak melakukan langkah ke 4 (letakkan punggung jari pada telapak
satunya dengan jari saling mengunci), 78,4% tidak melakukan langkah ke
5 (jempol digosok memutar oleh telapak kiri dan sebaliknya), 98% tidak
melakukan langkah ke 6 (jari kiri mengucup, gosok memutar kekanan dan
kekiri pada telapak kanan dan sebaliknya) dan 51% tidak mengeringkan
tangan menggunakan tisu/lap bersih setelah cuci tangan. Salah satu dari 6
langkah dalam cuci tangan pakai sabun (CTPS) tidak dilakukan maka
kuman Shigella dan Escherichia coli yang masih tertinggal ditangan dapat
menyebabkan kejadian penyakit diare dan sakit perut pada ibu dan anak
balita.
47
Tindakan merupakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui, proses selanjutnya akan melaksanakan atau mempraktikan apa
yang diketahui atau disikapinya. Sikap belum tentu terwujud dalam
tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara
lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.4
Sebagian besar ibu balita tidak membiasakan cuci tangan pakai
sabun dan tidak mengeringkan tangan setelah cuci tangan karena sebagian
besar ibu balita tidak memiliki tisu/lap yang bersih. Ibu balita juga tidak
melakukan 6 langkah cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan benar
karena pengetahuan yang kurang mengenai hal tersebut.
Pengetahuan adalah domain yang sangat penting untuk
terbentuknya suatu tindakan seseorang. Apabila perilaku didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dari sikap yang positif, maka perilaku tersebut
akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung
lama.4
Tindakan ibu balita yang kurang baik menandakan ibu balita belum
memahami penting dan cara cuci tangan pakai sabun. Teori L. Green
menjelaskan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
seseorang adalah faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan, sikap,
pekerjaan, pendidikan dan kepercayaan terhadap perilaku kesehatan.9
Apabila cuci tangan pakai sabun tidak dilakukan, maka
kemungkinan untuk terserang penyakit diare dan sakit perut akan lebih
tinggi. Untuk itu ibu balita sebaiknya menerapkan mencuci tangan pakai
48
sabun dan air mengalir dengan 6 langkah cara cuci tangan pakai sabun
(CTPS) yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kejadian Diare Pada Balita
Berdasarkan hasil penelitian dari 51 responden didapatkan 30
(58,8%) balita mengalami diare dan balita yang tidak menderita diare
sebanyak 21 (41,2%). Maka dapat disimpulkan bahwa lebih dari separoh
(58,8%) balita mengalami diare di RW VI Kelurahan Limau Manis
Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2017. Penelitian ini hampir
sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putu Anggun Laksmi
(2013) didapatkan lebih dari separoh (70 %) balita menderita diare di
Puskesmas Sukawati Tahun 2013.16
Diare adalah buang air besar lembek atau cair sebanyak 3 kali atau
lebih dalam sehari atau buang air besar lebih cair dan lebih sering dari
yang biasa terjadi.11
Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti
Shigella dan Escherichia coli. Penularan penyakit diare terjadi melalui
fecal oral. Pada penularan seperti ini, tangan memegang peranan penting
karena lewat tangan yang kurang bersih makanan atau minuman tercemar
kuman penyakit masuk ketubuh manusia.
Banyaknya faktor yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat menjadi faktor terjadinya diare di RW VI Kelurahan Limau Manis
Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang, salah satunya faktor perilaku yang
tidak sehat seperti mencuci tangan pakai sabun.
49
Hal ini sejalan dengan tindakan cuci tangan pakai sabun yang
kurang baik pada ibu balita. Apabila cuci tangan pakai sabun tidak
dilakukan, maka kemungkinan untuk terserang penyakit diare dan sakit
perut akan lebih tinggi karena kuman Shigella dan Escherichia coli yang
masih tertinggal ditangan sehingga dapat menyebabkan kejadian penyakit
diare.
Untuk menurunkan kejadian diare maka perlu untuk
mensosialisasikan cara dan pentingnya cuci tangan pakai sabun yang baik
dan benar secara berkala kepada masyarakat, karena meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang hygine kesehatan dan perilaku cuci
tangan yang benar, dapat mengurangi angka kejadian diare 45%.5 Selain
itu juga harus diperhatikan faktor penyebab diare lainnya seperti menjaga
kebersihan lingkungan dan pola hidup yang sehat.
50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat di simpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar ibu balita berpengetahuan rendah sebanyak 54,9% tentang
cuci tangan pakai sabun (CTPS) di RW VI Kelurahan Limau Manis
Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang.
2. Sebagian baesar ibu balita bersikap negatif sebanyak 52,9% dalam cuci
tangan pakai sabun (CTPS) di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan
Kecamatan Pauh Kota Padang.
3. Sebagian besar ibu balita bertindak tidak baik sebanyak 60,8% dalam cuci
tangan pakai sabun (CTPS) di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan
Kecamatan Pauh Kota Padang.
4. Sebagian besar balita mengalami diare sebanyak 58,8% di RW VI
Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang.
B. Saran
1. Sebaiknya ibu balita di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan
Pauh Kota Padang lebih sering menggali informasi-informasi dari media
sosial mengenai cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang baik dan benar, serta
mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh puskesmas sehingga dapat
memahami, mempraktekan dan mengajarkan kepada anak-anak mereka
dikehidupan sehari-hari.
2. Sebaiknya ibu balita di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan
Pauh Kota Padang membiasakan mencuci tangan harus menggunakan
sabun dan air mengalir yang dilakukan minimal 15-20 detik.
51
3. Sebaiknya ibu balita di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan
Pauh Kota Padang menerapkan mencuci tangan pakai sabun dan air
menggalir dengan 6 langkah cara cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang
baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
4. Sebaiknya Puskesmas Pauh lebih sering mensosialisasikan cara dan
pentingnya cuci tangan pakai sabun yang baik dan benar dengan
menggunakan media poster dan leaflet maupun dengan penyuluhan
langsung kerumah-rumah masyarakat dan sebaiknya peran kader lebih
dimaksimalkan lagi agar ibu balita dapat menerapkan perilaku hidup bersih
dan sehat dengan cuci tangan pakai sabun.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anung. Kesehatan dalam kerangka Sustainable Development Goals (SDGs) [serial online] 2015 Desember [Diakses tanggal 15 November 2016] Tersedia dari: URL: http://www.pusat2.litbang.depkes.go.id/SDGs.pdf
2. Kementrian Kesehatan RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta : Citra Umbara; 2013
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor. 852/Menkes/SK/IX/2008. Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
4. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2012
5. Buletin Diare [Serial Online] 2011 [Diakses tanggal 16 November 2016] Tersedia dari: URL: http://www.depkes.go.id
6. Anik, Maryunani. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta : Trans Info Media; 2013.
7. Pusat Komunikasi Publik Sektretariat Jendral Kemenkes RI. Turunkan Angka Penyakit Menular Melalui STBM [Serial Online] 2013 Oktober [Diakses tanggal 17 Dessember 2016] Tersedia dari: URL: http://www.depkes.go.id
8. Profile Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2015
9. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta; 2010
10. Atikah, Eni. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Yogyakarta : Nuha Medika; 2012
11. Handy, Fransisca. Penyakit Langganan Anak. Jakarta : Pustaka Bunda; 2006
12. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta; 2005
13. Afin, Teguh. Rahasia Sehat Setiap Hari. Jakarta : Dunia Sehat; 2012
14. Suharyono. Diare Akut. Jakarta : Rineka Cipta; 2008.
15. Made, Gusti. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Ketersediaan Sarana dengan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun untuk Mencegah Diare dan Ispa pada Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Ampenan Tengah Kota Mataram. [Serial Online] 2014 [Diakses tanggal 14 Mei 2017] Tersedia dari: URL: http://www.ipsdimataram.com
16. Laksmi, Putu Anggun. Hubungan Perilaku Ibu Balita Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukawati Tahun 2013. [Serial Online] 2013 [Diakses tanggal 14 Mei 2017] Tersedia dari: URL: http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/rt/metadat/15095/0
LAMPIRAN
Lampiran A
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PERILAKU IBU BALITA TENTANG CUCI TANGAN
PAKAI SABUN DAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA
DI RW VI KELURAHAN LIMAU MANIS SELATAN
KECAMATAN PAUH KOTA PADANG
TAHUN 2017
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2017
(Salam) Saya ingin memperkenalkan diri nama Saya Putri Lavena Mahasiswa
Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kementrian Kesehatan Padang. Kami
sedang melakukan pengumpulan data tentang Perilaku Ibu Balita tentang Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS) dan kejadian diare pada balita di RW VI Kelurahan
Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2017.
Wawancara ini akan berlangsung ± 10 menit.
Jawaban Ibu akan kami rahasiakan sehingga tidak seorangpun akan
mengetahuinya.
Apakah Ibu mempunyai pertanyaan ? (tunggu agar responden dapat
berpikir).
Apakah Ibu tidak keberatan bila kami mulai sekarang ?
Lampiran A (Lanjutan 1)
A. Identitas Responden
Indentitas Responden Koding
1. Nama Ibu
2. Umur Tahun
3. Pendidikan Formal Terakhir Responden
4. Pekerjaan
5. Nama Balita
6. Alamat
Pendidikan : Pekerjaan : 1= tidak sekolah, 1= Ibu Rumah Tangga 2= tamat SD, 2= Pedagang 3= tamat SLTP, 3= PNS 4= tamat SMA, 4= Pegawai Swasta 5= tamat PT.
B. Identitas Pewawancara
Nama Pewawancara
Tanggal Wawancara
KUESIONER PENGETAHUAN
C. Pengetahuan tentang CTPS
1. Menurut ibu, Apakah yang dimaksud dengan CTPS (Cuci Tangan Pakai
Sabun) ?
a. Proses menghilangkan kotoran atau kuman yang menempel dikulit
kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air yang mengalir [2]
b. Proses menghilangkan kotoran atau kuman yang menempel dikulit
kedua belah tangan dengan memakai sabun saja atau air saja [1]
c. Mencuci tangan dengan sabun [0]
Lampiran A (Lanjutan 2)
2. Menurut pengetahuan ibu, kapan saja waktu yang tepat untuk mencuci
tangan?
a. Sebelum mengolah makanan, sebelum dan sesudah makan, sesudah
buang air besar, sesudah menceboki anak, sesudah memegang hewan
[2]
b. Sebelum dan sesudah makan saja [1]
c. Sewaktu ingat saja [0]
3. Apa pentingya cuci tangan pakai sabun yang ibu ketahui?
a. Membunuh kuman dan mencegah penularan penyakit [2]
b. Membersihkan tangan dari kotoran [1]
c. Supaya tangan harum [0]
4. Menurut pengetahuan ibu, Selain sabun apa saja yang dibutuhkan agar
cuci tangan benar – benar bersih ?
a. Air bersih yang mengalir [2]
b. Air yang dituangkan [1]
c. Air tergenang [0]
5. Bagian manakah yang digosok ketika mencuci tangan pakai sabun
menurut pengetahuan ibu?
a. Seluruh bagian tangan [2]
b. Seluruh bagian tangan kecuali punggung tangan [1]
c. Telapak tangan dan pergelangan tangan [0]
6. Menurut pengetahuan ibu, apa yang dilakukan setelah tangan dicuci bersih
dengan air mengalir dan sabun ?
a. Mengeringkan tangan dengan tisu/lap [2]
b. Menunggu tangan sampai kering [1]
c. Langsung makan dengan tangan basah [0]
7. Menurut pengetahuan ibu, berapa lama waktu mencuci tangan pakai sabun
yang baik (menurut depkes)?
a. 15-20 detik [2]
b. 10 detik [1]
c. 5 detik [0]
Lampiran A (Lanjutan 3)
8. Menurut ibu, apa yang ibu lakukan sebelum memasak dan sebelum
menyuapi anak makan?
a. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun [2]
b. mencuci tangan dengan air [1]
c. tidak perlu cuci tangan [0]
9. Menurut ibu, apakah beda efektifitas cuci tangan pakai sabun dengan cuci
tangan dengan air biasa ?
a. Cuci tangan dengan sabun, menjadikan kuman pada tangan kita
menjadi hilang sedangkan cuci tangan dengan air saja masih
menyisakan kuman ditangan. [2]
b. Mencuci tangan dengan sabun atau mencuci tangan dengan air biasa
menjadikan kuman pada tangan hilang. [1]
c. Cuci tangan dengan air saja, menjadikan kuman pada tangan kita
menjadi hilang sedangkan cuci tangan dengan sabun masih menyisakan
kuman ditangan. [0]
10. Dibawah ini sarana yang diperlukan untuk cuci tangan pakai sabun yang
ibu ketahui?
a. Sabun, air mengalir dan lap atau tisu untuk mengeringkan tangan [2]
b. Air bersih dan mengalir [1]
c. Air kobokan [0]
11. Tahukah ibu mengapa cuci tangan dengan air yang mengalir?
a. Agar kuman ditangan berkurang [2]
b. Agar larutan sabun dapat lepas dari tangan [1]
c. Karena air mengalir itu sejuk [0]
12. Menurut ibu, apakah manfaat membiasakan anak mencuci tangan ?
a. Agar anak terbiasa sejak kecil menjaga kebersihan tangan [2]
b. Agar tangan anak kelihatan bersih dan harum [1]
c. Untuk menjaga kondisi steril [0]
Lampiran A (Lanjutan 4)
KUESIONER SIKAP D. Sikap terhadap CTPS
Petunjuk pengisian
Berikut adalah pertanyaan mengenai sikap anda tentang cuci tangan pakai
sabun. Silahkan memberi tanda ( √ ) pada kolom yang disediakan
No Pertanyaan Tentang CTPS SS S TS STS
1 Cuci tangan pakai sabun sebaiknya dengan air
mengalir
2 Tangan yang kelihatan bersih tidak harus di
cuci menggunakan sabun
3 Penyakit yang timbul apabila tidak mencuci
tangan adalah diare, ISPA dan sakit perut
4 Cuci tangan tidak perlu pakai sabun
5 Membiasakan anak mencuci tangan pakai
sabun agar anak terbiasa menjaga kebersihan
tangan sejak kecil
6 Mencuci tangan dengan sabun tidak harus
dilakukan minimal selama 15-20 detik
7 Sabun dan air adalah media yang baik untuk
cuci tangan
8 Mencuci tangan setiap sebelum makan dan
sesudah makan saja
Keterangan :
Pertanyaan Positif (+) : Pertanyaan Negatif (-) :
SS = Sangat Setuju [4] SS = Sangat Setuju [1]
S = Setuju [3] S = Setuju [2]
TS = Tidak Setuju [2] TS = Tidak Setuju [3]
STS = Sangat Tidak Setuju [1] STS = Sangat Tidak Setuju [4]
Lampiran A (Lanjutan 5)
CHEKLIST TINDAKAN
E. Tindakan dalam CTPS
Tabel dibawah ini merupakan tabel pengamatan terhadap tindakan Ibu
yang mana pengamatan positif (ya) diberi skor 1 dan tindakan negatif (tidak)
diberi skor 0. Dan cara pengisian diisi oleh peneliti dengan diberi tanda (√)
pada kolom (ya) atau (tidak).
No Pengamatan tentang CTPS Ya Tidak
1 Mencuci tangan menggunakan sabun
2 Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir
3 Menggosok telapak dengan telapak
4 Menggosok kedua punggung tangan dan gosok
diantara jari jemari tangan secara bergantian
5 Menggosok telapak dengan telapak dan jari saling
terkait secara bergantian
6 Meletakkan punggung jari pada telapak satunya
dengan jari saling mengunci
7 Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan
sebaliknya
8 Jari kiri menguncup, gosok memutar kekanan &
kekiri pada telapak kanan & sebaliknya
9 Menggeringkan tangan dengan tisu/lap bersih setelah
cuci tangan
F. Kejadian diare pada balita
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah ada balita ibu yang menderita diare (buang
air besar lembek atau cair sebanyak 3 kali atau lebih
dalam sehari) dalam 3 bulan terakhir
Lampiran B
Peta Lokasi Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang
LAMPIRAN E DOKUMENTASI
Lampiran G
Hasil Output SPSS
apa yang dimaksud dengan CTPS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mencuci tangan dengan
sabun 2 3.9 3.9 3.9
proses menghilangkan
kotoran atau kuman yang
menempel dikulit kedua
belah tangan dengan
memakai sabun saja atau air
saja
1 2.0 2.0 5.9
proses menghilangkan
kotoran atau kuman yang
menempel dikulit kedua
belah tangan dengan
memakai sabun dan air
mengalir
48 94.1 94.1 100.0
Total 51 100.0 100.0
kapan saja waktu yang tepat untuk CTPS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sebelum dan sesudah
makan saja 11 21.6 21.6 21.6
Sebelum mengolah
makanan, sesudah
menceboki anak, sesudah
memegang hewan
40 78.4 78.4 100.0
Total 51 100.0 100.0
Lampiran G (Lanjutan 1)
apa pentingnya CTPS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Membersihkan tangan dari
kotoran 24 47.1 47.1 47.1
membunuh kuman dan
mencegah penularan
penyakit
27 52.9 52.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
Selain sabun apa saja yang dibutuhkan agar cuci tangan benar-benar bersih
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid air tergenang 1 2.0 2.0 2.0
air bersih yang mengalir 50 98.0 98.0 100.0
Total 51 100.0 100.0
bagian manakah yang digosok ketika mencuci tangan pakai sabun
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid pergelangan tangan 5 9.8 9.8 9.8
Seluruh bagian tangan
kecuali punggung tangan 7 13.7 13.7 23.5
seluruh bagian tangan 39 76.5 76.5 100.0
Total 51 100.0 100.0
apa yang dilakukan setelah tangan dicuci bersih dengan air yang mengalir dan sabun
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid langsung makan dengan
tangan basah 1 2.0 2.0 2.0
mengeringkan tangan
dengan tisu 50 98.0 98.0 100.0
Total 51 100.0 100.0
Lampiran G (Lanjutan 2)
berapa lama waktu mencuci tangan pakai sabun yang baik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 5 detik 6 11.8 11.8 11.8
10 detik 26 51.0 51.0 62.7
5-20 detik 19 37.3 37.3 100.0
Total 51 100.0 100.0
apa yang dilakukan sebelum memasak dan sebelum menyuapi anak makan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mencuci tangan dengan air 2 3.9 3.9 3.9
Mencuci tangan dengan air
mengalir dan sabun 49 96.1 96.1 100.0
Total 51 100.0 100.0
apakah beda efektifitas CTPS dengan cuci tangan dengan air biasa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Mencuci tangan dengan
sabun atau mencuci tangan
dengan air biasa menjadikan
kuman pada tangan hilang.
18 35.3 35.3 35.3
Cuci tangan dengan sabun,
menjadikan kuman pada
tangan kita menjadi hilang
sedangkan cuci tangan
dengan air saja masih
menyisakan kuman ditangan
33 64.7 64.7 100.0
Total 51 100.0 100.0
Lampiran G (Lanjutan 3)
Apa sarana yang diperlukan untuk CTPS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid air bersih dan mengalir 6 11.8 11.8 11.8
Sabun, air mengalir dan lap
atau tisu untuk
mengeringkan tangan
45 88.2 88.2 100.0
Total 51 100.0 100.0
mengapa cuci tangan dengan air yang mengalir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid agar larutan sabun dapat
lepas dari tangan 28 54.9 54.9 54.9
agar kuman ditangan
berkurang 23 45.1 45.1 100.0
Total 51 100.0 100.0
apakah manfaat membiasakan anak CTPS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid untuk menjaga kondisi steril 18 35.3 35.3 35.3
agar tangan anak kelihatan
bersih dan harum 11 21.6 21.6 56.9
agar anak terbiasa sejak
kecil menjaga kebersihan
tangan
22 43.1 43.1 100.0
Total 51 100.0 100.0
CTPS sebaiknya dengan air mengalir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 4 7.8 7.8 7.8
Setuju 18 35.3 35.3 43.1
sangat setuju 29 56.9 56.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
Lampiran G (Lanjutan 4)
Tangan yang kelihatan bersih tidak harus di cuci mengunakan sabun
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat setuju 1 2.0 2.0 2.0
Setuju 18 35.3 35.3 37.3
tidak setuju 29 56.9 56.9 94.1
sangat tidak setuju 3 5.9 5.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
Penyakit yang timbul apabila tidak mencuci tangan adalah diare, Ispa dan sakit perut
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat tidak setuju 1 2.0 2.0 2.0
tidak setuju 5 9.8 9.8 11.8
Setuju 20 39.2 39.2 51
sangat setuju 25 49.0 49.0 100.0
Total 51 100.0 100.0
cuci tangan tidak perlu pakai sabun
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat setuju 1 2.0 2.0 2.0
Setuju 4 7.8 7.8 9.8
tidak setuju 35 68.6 68.6 78.4
sangat tidak setuju 11 21.6 21.6 100.0
Total 51 100.0 100.0
membiasakan anak mencuci tangan pakai sabun agar anak terbiasa menjaga
kebersihan tangan sejak kecil
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 1 2.0 2.0 2.0
Setuju 22 43.1 43.1 45.1
sangat setuju 28 54.9 54.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
Lampiran G (Lanjutan 5)
mencuci tangan dengan sabun tidak harus dilakukan selama 15-20 detik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat setuju 4 7.8 7.8 7.8
Setuju 29 56.9 56.9 64.7
tidak setuju 16 31.4 31.4 96.1
sangat tidak setuju 2 3.9 3.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
sabun dan air adalah media yang baik untuk cuci tangan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Setuju 23 45.1 45.1 45.1
sangat setuju 28 54.9 54.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
mencuci tangan setiap sebelum makan dan sesudah makan saja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat setuju 5 9.8 9.8 9.8
Setuju 16 31.4 31.4 41.2
tidak setuju 27 52.9 52.9 94.1
sangat tidak setuju 3 5.9 5.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
mencuci tangan menggunakan sabun
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 30 58.8 58.8 58.8
Ya 21 41.2 41.2 100.0
Total 51 100.0 100.0
Lampiran G (Lanjutan 6)
mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 10 19.6 19.6 19.6
Ya 41 80.4 80.4 100.0
Total 51 100.0 100.0
gosok telapak dengan telapak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 51 100.0 100.0 100.0
gosok kedua punggung tangan dan gosok diantara jari jemari tangan
secara bergantian
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 20 39.2 39.2 39.2
Ya 31 60.8 60.8 100.0
Total 51 100.0 100.0
gosok telapak dengan telapak dan jari saling terkait secara bergantian
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 5 9.8 9.8 9.8
ya 46 90.2 90.2 100.0
Total 51 100.0 100.0
letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling mengunci
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 48 94.1 94.1 94.1
ya 3 5.9 5.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
Lampiran G (Lanjutan 7)
jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan sebaliknya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 40 78.4 78.4 78.4
ya 11 21.6 21.6 100.0
Total 51 100.0 100.0
jari kiri menguncup, gosok memutar kekanan dan kekiri pada telapak
kanan dan sebaliknya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 50 98.0 98.0 98.0
ya 1 2.0 2.0 100.0
Total 51 100.0 100.0
mengeringkan tangan dengan tisu/lap bersih setelah cuci tangan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 26 51.0 51.0 51.0
ya 25 49.0 49.0 100.0
Total 51 100.0 100.0
Statistics
apakah ada balita ibu yang menderita
diare dalam 3 bulan terakhir
N Valid 51
Missing 0
Mean 1.41
apakah ada balita ibu yang menderita diare dalam 3 bulan terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 30 58.8 58.8 58.8
tidak 21 41.2 41.2 100.0
Total 51 100.0 100.0
Lampiran H
DATA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA BALITA
DI KOTA PADANG TAHUN 2015
No Penyakit Jumlah
1 Ispa 30719
2 Febris 4960
3 Kulit 4185
4 Diare 3230
5 Pneumonia 2349
6 Dermatitis 1301
7 Peny lain 740
8 Alergi 730
9 OMP/A 687
10 Cacingan 540
Disalin Oleh Putri Lavena
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2015
Lampiran I
DATA PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI 22 PUSKESMAS
KOTA PADANG TAHUN 2015
No Puskesmas Jumlah No Puskesmas Jumlah
1 Padang Pasir 159 12 Pengambiran 184
2 Seb. Padang 84 13 Lubuk Kilangan 86
3 Pemancungan 195 14 Pauh 269
4 Rawang 187 15 Belimbing 153
5 Andalas 212 16 Kuranji 155
6 Ulak Karang 39 17 Ambacang 81
7 Alai 85 18 Nanggalo 114
8 Air Tawar 90 19 Lapai 78
9 Bungus 205 20 Air Dingin 178
10 Lubuk Begalung 148 21 Lubuk Buaya 251
11 Anak air 141 22 Ikur Koto 142
Disalin Oleh Putri Lavena
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2015
Lampiran J
Frame Sampling
No Nama Ibu Nama Balita Alamat 1 Eka Keenan RT 02 2 Yurlinda Zahwa RT 02 3 Ratna Arsy RT 02 4 Gusleni Rangga Yuda Pratama RT 02
5 Defi Maryam Zaifa Naqiya RT 02
6 Gus Bilal Dwi Aprilia RT 02
7 Rika Priti Zahara RT 02
8 Yelisma Zaky RT 02
9 Zuraida Siti Fatimah RT 02
10 Yusmarni Junior Fadel Bram RT 02
11 Melia Agustin Mutia RT 02
12 Mel Hafifah RT 02
13 Meri Habib Azziby dan Asyila RT 02 14 Ira Maulus Irja Putri RT 02 15 Erniati Diara RT 02 16 Linda Alfero RT 02 17 Susi Stevani Dwi RT 02 18 Reni Arjuna RT 02 19 Arni Rani Tri Oktaviani RT 02 20 Ramidah Rukiyah RT 02
21 Fitria Zidam RT 02
22 Rice Syahla RT 02
23 Rita Anisa RT 02
24 Yeyu Dea Fitri RT 02
25 Arginta nurnilas Fauzan RT 02
26 Mareni Fauzia Kairunisa RT 02
27 Derneli Rizki RT 02
28 Wildania Ramadani fitria RT 02
29 Neni Aisyah RT 02 30 Rani M. Aska Restu Perdana RT 02 31 Yulianti Zahdan RT 02
32 Rina Jihan Talita RT 02
33 Zurniwati M. iqbal RT 02 34 Yusrina Febri Rio RT 02 35 Ednita Defnita Aulia RT 02
36 Leli Syaza Naura RT 02
37 Yulia Fera M. Bintang Ramadhan RT 02
38 Erni Sasha Anjani RT 02 39 Dewi Ghania RT 02
40 Eka Novita Kenzi Dika RT 02
41 Halimah M. Arifal RT 02
42 Mira Intan RT 02
43 Leni Arfa RT 02
44 Evi Dian RT 02
45 Parmawati Malfa RT 02
46 America Zafran RT 02 47 Deci Daffa RT 02 48 Yelisma Tri RT 02 49 Elimurni Azam Raiz RT 02 50 Yeneli Ziva RT 02
51 Maya Afdal Dwi Akbar RT 02
52 Desniwijayatuti Wira Aldiansyah RT 02
53 Lusi Latifa RT 02
54 Desri Nafiza Aulia RT 02
55 Lina Wulan dan Khairul RT 02
56 Fitkiani Habib Alzikra RT 02
57 Fatmawati Cendikia Cahya RT 02
58 Wati Alora RT 02 59 Neli Silvia RT 02
60 Fitri Ulfa Amanda RT 02
61 Yenti Tasya RT 02
62 Sumarni Gaffa RT 02
63 Yosi Oktaria Suci aulia RT 01 64 Resti M. Qalil RT 01
65 Sari Rahmat ilham RT 01
66 Melda Aini RT 01
67 Marlinda Sri Ratu RT 01
68 Yulia Selfia RT 01
69 Ratna wita Afif RT 01 70 Eriyanti Aufa RT 01
71 Nira Futia RT 01
72 Riza Bima Ridwan RT 01 73 Ratna Yulianti Kayla Zakira RT 01 74 Erlina Bilqis Mutia RT 01 75 Yurniati Rehan RT 01 76 Arpina Syakila RT 01 77 Riza Bungga Adelia RT 01
78 Pat Farisa Sopiyah RT 01
79 Santi Muntazah RT 01
80 Rini Seandri Bagas RT 01
81 Nurhayati Indah Permata RT 01
82 Desmi Fadli RT 01 83 Nermawati Rafi Ahmad Agus saputra RT 01 84 Rika Arilla RT 01 85 Yuni Afifah RT 01 86 Sari Arya RT 01 87 Yeneli M. Akbar RT 01 88 Silvia Cantika Azira RT 01 89 Meli Aldo RT 01 90 Ira Irvandi RT 01 91 Isma Wati Heybi RT 01 92 Meri Fahika Azara RT 01 93 Ined Zeta dan Zahira RT 01 94 Roza Tristan Oriando RT 01 95 Masni Revan dan Gori RT 01
96 Deni Dio RT 01
97 Lina Nauri RT 01
98 Yurnawelis Rahman RT 01
99 Nini Yulianti Fahira Zahra Adni RT 01 100 Yeni Arfa RT 01
101 Isi Reval RT 01 102 Jasna Hafif mahardika RT 01
103 Vera Fabil RT 01
Lampiran K
Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Petugas Kesehatan
1. Apakah sudah pernah dilakukan penyuluhan mengenai STBM (cuci tangan
pakai sabun) pada masyarakat? Dimana, kapan dan berapa kali penyuluhan
dilakukan?
2. Dalam penyuluhan memakai media apa? Apakah di demonstrasikan?
3. Apakah sudah dibentuk kader? Berapa orang dan bagaimana tugas kader?
top related