gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku...
Post on 05-Feb-2018
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DANPERILAKU SISWA MENGENAI ABORTUS
PROVOKATUS DI MAN MODEL CIWARINGINCIREBON PADA TAHUN 2011
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :Ihda Silvia
NIM: 108103000055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1432 H/2011 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jipkalan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 23 September 2011
Ihda Silvia
iii
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJAMENGENAI ABORTUS PROVOKATUS DI MAN MODEL CIWARINGIN
CIREBON PADA TAHUN 2011
Laporan PenelitianDiajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar SarjanaKedokteran (S.Ked)
Oleh :Ihda Silvia
NIM. 108103000055
Pembimbing I
dr. Ayat Rahayu, SpRad, M.Kes
Pembimbing II
dr. Erike A Suwarsono, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DANPERILAKU REMAJA MENGENAI ABORTUS PROVOKATUS DI MANMODEL CIWARINGIN CIREBON PADA TAHUN 2011 yang diajukan olehIhda Silvia (NIM: 108103000055), telah diujikan dalam sidang di FakultasKedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 23 September 2011. Laporanpenelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SarjanaKedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 23 September 2011
DEWAN PENGUJI
Penguji I
dr. Taufik Zain,SpOG (K)
Penguji II
dr. Dede Moeswir,SpPD
Penguji III
dr. Rachmania Diandini,MKK
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN
Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ihda Silvia
Tempat, tanggal lahir : Cirebon, 16 Agustus 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum menikah
Alamat : Jl. Wijaya Kusuma No. 204 RT/RW
02/02 Babakan Ciwaringin Kab.
Cirebon Provinsi Jawa Barat 45167
E-mail : silviaihda@yahoo.com
Pendidikan :
1. SDN 1 Babakan (1997-2002)
2. MTsN Ciwaringin (2002-2005)
3. MA Yayasan Ali Maksum Yogyakarta (2005-2008)
4. S-1 Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-2012)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan segala karunia dan nikmat serta petunjuk yang tiada terbatas dalam
menjalani tugas-tugas kehidupan ini. Tak lupa shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun dalam penelitian ini judul yang penulis pilih adalah ”
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA
MENGENAI ABORTUS PROVOKATUS DI MAN MODEL CIWARINGIN
CIREBON PADA TAHUN 2011.”
Penelitian ini tidak hadir begitu saja. Penulis berterima kasih kepada pihak
yang berperan penting atas bantuan dan dukungannya dalam proses pembuatan
penelitian ini. Untuk itu, dengan segenap hati dan tanpa mengurangi rasa hormat,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. dr. Syarif Hasan Lutfie, Sp.RM, selaku ketua Program Studi Pendidikan
Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Ayat Rahayu, Sp.Rad, selaku dosen pembimbing I yang telah
menyediakan waktu dan tenaga untuk memberikan arahan, bimbingan dan
masukan dari awal hingga akhir penelitian ini.
4. dr. Erike Anggreini S, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah
menyediakan waktu dan tenaga untuk memberikan arahan, bimbingan dan
masukan dari awal hingga akhir penelitian ini.
5. Bapak, Ibu dosen, dan segenap Civitas Akademika UIN Syarif
Hidayatullah yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis.
6. Kepala sekolah dan pihak akademik MAN Model Ciwaringin Cirebon
yang telah memberikan ijin penelitian di sekolahnya.
7. Ayahanda H. Nurhadi Thayyib dan ibunda Hj. Rubai’ah Hanan tercinta,
serta seluruh anggota keluarga yang telah memberikan dukungan yang tak
ternilai baik secara moril maupun materil.
vii
8. Teman-teman sejawat dan seperjuangan di Program Studi Pendidikan
Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberikan
ilmu, pengalaman dan kebersamaan yang tidak akan terlupakan.
9. Semua pihak yang menjadi bagian dalam membantu proses penulisan
penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal
ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Dan semoga Allah SWT selalu memberikan kasih dan
karunia-Nya kepada kita.
Jakarta, 23 September 2011
Ihda Silvia
viii
ABSTRAKIhda SilviaProgram Studi Pendidikan DokterGAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWAMENGENAI ABORTUS PROVOKATUS DI MAN MODEL CIWARINGINCIREBON PADA TAHUN 2011
Kasus aborsi adalah fenomena sosial yang tak kunjung ada solusi nya. Banyakdiantaranya pelaku atau korban aborsi akibat kehamilan yang tidak di kehendakiterjadi di kalangan remaja. Dari penelitian yg dilakukan oleh Sukmaningsih,didapatkan bahwa di Jakarta semakin banyak remaja yang hamil diluar nikah.Dari 500 responden pelajar Sekolah Menengah Umun (SMU), sekitar 4,2%nyamengaku kandungannya digugurkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap danperilaku pada siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon mengenai bahaya abortusprovocatus. Sistem Random Sampling merupakan teknik pengambilan sampelyang berjumlah 106 orang. Rancangan penelitian ini dilakukan secara studideskriptif dengan metode pengumpulan data secara cross sectional. Variabel yangditeliti adalah pengetahuan tentang aborsi, sikap terhadap aborsi, perilaku seksual,serta variabel karaktreristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, sukubudaya, pendidikan ayah, pendidikan ibu, komunikasi dengan lingkungan(keluarga, guru dan teman sebaya) dan keterpaparan media massa sebagai sumberinformasi.
Hasil penelitian diketahui bahwa kriteria usia responden sebanyak 58,5% adalahberusia 17 tahun, dengan jumlah jenis kelamin perempuan sebanyak 70,8% danlaki-laki sebanyak 29,2%. Responden terbanyak berasal dari suku sunda yaitu88,7%. Tingkat pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan presentaseterbanyak pada kategori sedang yaitu 49,1% untuk pendidikan ibu dan 47,2%untuk pendidikan ayah, namun tidak jauh beda dengan data pada kategori rendah.Komunikasi dengan lingkungan (keluarga, guru dan teman sebaya) masih relatifrendah sedangkan untuk keterpaparan media massa sebagai sumber informasimengenai aborsi sendiri juga rata-rata masih kurang, data terbanyak pada mediatelevisi yaitu sebesar 77,2%. Pengetahuan tentang aborsi relatif tinggi, sikapterhadap aborsi relatif sedang, dan untuk perilaku seksual pra-nikah relatifberesiko rendah.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada institusi pendidikanterkait untuk menambah materi kesehatan reproduksi khususnya mengenai aborsidan bekerjasama dengan media massa dalam menyiarkan pembelajaran mengenaiaborsi dan bahayanya.. Perlu dilakukan kegiatan seperti diskusi atau tanya jawabantar siswa maupun dengan para guru. Dan kepada orang tua hendaknyameningkatkan komunikasi dengan anak untuk pemecahan suatu masalah anakmaupun berdiskusi mengenai abosi.
Kata kunci: Pengetahuan tentang aborsi, sikap terhadap aborsi, perilaku seksualpra-nikah.
ix
ABSTRACTIhda SilviaProgram Studi Pendidikan DokterDESCRIPTION OF THE KNOWLEDGE, ATTITUDE AND STUDENTBEHAVIOR ABOUT ABORTUS PROVOCATUS AT MAN MODELCIWARINGIN CIREBON IN 2011
The case of abortion is a social phenomenon that would not go there its solution.Many of the perpetrators or the victims of abortion because of unplannedpregnancies wan’t to happen among teenagers. From research conducted bySukmaningsih, in Jakarta found that a growing number of teenagers who becomepregnant outside of marriage. found that of 500 respondents of High School(secondary school) students in Jakarta, about 4.2% of them argued that abortionaborted.
This study aims to know the description of the knowledge, attitude and studentbehavior about abortus provocatus at MAN Model Ciwaringin Cirebon in 2011.Random sampling is a sampling technique which consisted of 106 people. Thestudy design was a descriptive study conducted by the method of data collectionin cross-sectional. The studied variables were knowledge about abortion, attitudestowards abortion, sexual behaviour, as well as respondents charactreristicvariables include age, gender, ethnic culture, education of father, education ofmother, communication with the environment (family, teachers and peers) andexposure to the media as a source of information.
The survey results showed that the age criteria as much as 58.5% of respondentsaged 17 years, with the number of female sex as much as 70.8% and men as muchas 29.2%. Most of the respondents came from suku sunda it showed 88.7%. Levelof education of the father and the mother's educational level showed a highestpercentage in the intermediate category, 49.1% for education of the mother and47.2% for education of the father, but not much different from data in the lowcategory. Communication with the environment (family, teachers and peers) arestill relatively low, while for the mass media exposure as a source of informationabout abortion is also the average is still relatively low, most of the data showedthe television media with 77.2%. Knowledge of abortion is relatively high, arelatively moderate position on attitudes towards abortion and premarital sexualbehavior is relatively low risk.
Based on the results of these studies suggested to increase the educationalinstitutions related to reproductive health materials, especially regarding abortionand working with broadcast media in learn more about abortion and the risks ofabortion. Need to do activities such as discussions or questions and answersbetween students and with teachers. And the parents should improvecommunication with children to solve problems and discuss about abortion.
Keywords: Knowledge of the abortion, attitudes toward abortion, premaritalsexual behavior.
x
DAFTAR ISI
HalamanJUDUL ............................................................................................... ....... ........... iLEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................... ...................iiLEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................. ................. iiiLEMBAR PENGESAHAN .............................................................. ............... ivRIWAYAT HIDUP ........................................................................... ..................vKATA PENGANTAR ....................................................................... ..................viABSTRAK ......................................................................................... ............... viiiABSTRACK ...................................................................................... ..................ixDAFTAR ISI...................................................................................... ….............. xDAFTAR TABEL ............................................................................. …............. xiDAFTAR GAMBAR ......................................................................... …............ xiiDAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... .............. xiiiBAB I PENDAHULUAN ............................................................. .................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... .................. 11.2 Rumusan Masalah ............................................................... ..…………. 31.3 Tujuan ................................................................................. ..……….... 3
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................... ..…………. 31.3.2 Tujuan Khusus .......................................................... …..………. 3
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................. ………..…. 41.5.1 Manfaat Bagi Peneliti................................................ ……….….. 41.5.2 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi................................ ………..…. 41.5.3 Manfaat Bagi Masyarakat ......................................... ………..…. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................... ………..…. 52.1. Abortus .............................................................................. ………..…. 5
2.1.1 Definisi Abortus ........................................................ ………..…. 52.1.2 Etiologi ..................................................................... …………... 62.1.3 Klasifikasi Abortus ................................................... …………... 72.1.4 Faktor Resiko Abortus .............................................. …………. 102.1.5 Komplikasi Abortus Secara Umum .......................... …………. 112.1.6 Akibat Abortus Provocatus Criminalis ..................... …………. 122.1.7 Alasan Untuk Melakukan Tindakan Abortus Pro-
vocatus ...................................................................... …............. 132.1.7.1 Abortus Provocatus Therapeuticus/Medisi-
nalis .............................................................. …………. 132.1.7.2 Abortus Provocatus Criminalis ..................... …………. 14
2.2 Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Provocatus......... …………. 152.3 Remaja................................................................................. …………. 19
2.3.1 Pengertian Remaja .................................................... …………. 192.3.2 Karakteristik Remaja................................................. …………. 192.3.3 Perkembangan Remaja.............................................. …………. 24
2.4 Kerangka Konsep ................................................................ …………. 272.5 Definisi Operasional ........................................................... …………. 27
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................... …………. 323.1 Desain Penelitian................................................................. …………. 323.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. …………. 323.3 Populasi dan Sampel ........................................................... …………. 32
3.3.1 Populasi ..................................................................... …………. 323.3.2 Sampel....................................................................... …………. 32
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi............................................... ............... 343.4.1 Kriteria Inklusi .......................................................... ............... 343.4.2 Kriteria Eksklusi ....................................................... ............... 343.4.3 Kriteria Pengeluaran atau drop out ........................... ............... 34
3.5 Cara Kerja Penelitian .......................................................... …………. 343.5.1 Pemilihan Subjek Penelitian ..................................... …………. 343.5.2 Pengumpulan Data .................................................... …………. 343.5.3 Flowchart Prosedur Penelitian.................................. …………. 36
3.6 Instrumen Penelitian ........................................................... …………. 363.7 Uji Validitas ........................................................................ …………. 373.8 Managemen Data ................................................................ …………. 383.9 Analisis Data ....................................................................... …………. 383.10 Etika Penelitian ................................................................. …………. 393.11 Biaya Penelitian ................................................................ …………. 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................... …………. 404.1 Keterbatasan Penelitian....................................................... …………. 404.2 Data Karakteristik Responden............................................. …………. 414.3 Data Pengetahuan Responden tentang Aborsi .................... …………. 464.4 Data Sikap Responden terhadap Aborsi.............................. …………. 484.5 Data Gambaran Perilaku Seksual Pra-nikah Responden .... …………. 50
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................. …………. 535.1 Simpulan .............................................................................. …………. 535.2 Saran..................................................................................... …………. 54
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ …………. 55LAMPIRAN....................................................................................... …………. 56
xii
DAFTAR TABEL
Tabel HalamanTabel 2.1 Hubungan Lama Kehamilan dengan Berat Anak...... …………... 5
Tabel 2.2 Definisi Operasional.................................................. …………... 27
Tabel 3.1 Instrumen Penelitian.................................................. ………....... 37Tabel 4.1 Sebaran Responden Berdasarkan Umur………………………… 41Tabel 4.2 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……………….. 42Tabel 4.3 Sebaran Responden Berdasarkan Suku budaya………………… 42Tabel 4.4 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendi-
dikan Ayah………………………………………………..…….. 43Tabel 4.5 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendi-
dikan Ibu………………………………………………..……….. 43Tabel 4.6 Sebaran Responden Berdasarkan Komunikasi Da-
lam Lingkungan………………………………………..….......... 44Tabel 4.7 Sebaran Responden Berdasarkan Keterpaparan
Media Massa Sebagai Sumber Informasi tentangAborsi…………………………………………………..……….. 45
Tabel 4.8 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengeta-
huan tentang Aborsi……………………………...……………... 46
Tabel 4.9. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadapPertanyaan Pengetahuan tentang Aborsi…...……………….…. 46
Tabel 4.10 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap terhadap
Aborsi………………………………………...………………..... 48
Tabel 4.11. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadapPernyataan Sikap tentang Aborsi………...……………………... 48
Tabel 4.12 Sebaran Responden Berdasarkan Pertanyaan tentang
Perilaku Seksual Pra-nikah Pada Remaja………………...……. 50
Tabel 4.13. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadap
Pertanyaan tentang Perilaku seksual Pra-nikah de-
ngan lawan jenis……………………………………..……….... 51
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar HalamanGambar 2.1 Kerangka Konsep……………………....………………… 27Gambar 3.1 Flowchart Prosedur Penelitian………………………….... 36
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
LampiranLampiran 01 Kuesioner PenelitianLampiran 02 Hasil Uji Validasi KuesionerLampiran 03 Surat Izin Penelitian dari Program Studi Pendidi-
kan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah JakartaLampiran 04 Surat Keterangan telah melakukan penelitian dari
MAN Model Ciwaringin kab.CirebonLampiran 05 Master Tabel Hasil Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap tahunnya di dunia, berjuta-juta perempuan mengalami kehamilan
yang tidak direncanakan, dan sebagian besar dari perempuan tersebut memilih
untuk mengakhiri kehamilan mereka, walaupun dalam kenyataanya abortus
provocatus atau biasa dikenal dengan aborsi secara umum adalah illegal. Menurut
Glassman dari The Washington Post tahun 1996, jumlah kematian aborsi 10 kali
lebih banyak dari semua kecelakaan yang masih ditambah dengan kasus bunuh
diri maupun pembunuhan. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahun
terjadi sekitar 20 juta kejadian aborsi yang tidak aman (unsafe abortion).1 Sekitar
13% dari jumlah total kematian ibu di seluruh dunia diakibatkan oleh komplikasi
aborsi yang tidak aman. 95% (19 dari setiap 20 tindak aborsi tidak aman) di
antaranya terjadi di negara-negara berkembang.2
Profil pelaku aborsi di Amerika yang ditulis oleh Clowes didalam buku
“Facts Of Life” para wanita pelaku aborsi adalah wanita muda. Lebih separuh atau
57% wanita pelaku aborsi adalah mereka yang berusia dibawah 25 tahun. Bahkan
24% dari mereka adalah wanita remaja.3
Frekuensi terjadinya aborsi sangat sulit dihitung secara akurat,
karena aborsi buatan sangat sering terjadi tanpa dilaporkan, kecuali jika terjadi
komplikasi, sehingga perlu perawatan di Rumah Sakit. Walaupun bukti-bukti
yang dapat dipercaya tidak tersedia, estimasi nasional menyatakan setiap tahun
terjadi 2 juta kasus aborsi di Indonesia. Ini artinya terdapat 43 kasus aborsi per
100 kelahiran hidup (menurut hasil sensus penduduk tahun 2000, terdapat
53.783.717 perempuan usia 15-49 tahun) atau 37 kasus aborsi per tahun per 1.000
perempuan usia 15-49 tahun (berdasarkan Crude Birth Rate (CBR) sebesar 23 per
1.000 kelahiran hidup).4 Dan di Asia Tenggara kematian yang disebabkan karena
aborsi yang tidak aman adalah sebesar 14-16% dari semua kematian maternal.5
Upaya pencegahan terjadinya aborsi yang tidak aman adalah sangat penting bila
Indonesia ingin mencapai tujuan ke lima dari Millennium Development Goal
2
untuk memperbaiki kondisi kesehatan ibu dan menurunkan kematian masih
maternal.
Masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan fisik, mental, maupun
psikososial yang sangat cepat dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan
selanjutnya, pada perubahan fisik yang dialami remaja berhubungan dengan
produksi hormon seksual dan emosi, dimana pada titik awalnya remaja selalu
ingin mengetahui dan kecenderungan selalu ingin mencoba hal-hal baru, salah
satu masalahnya nanti adalah mengenai kesehatan reproduksi.6
Menurut Sukmaningsih, jumlah pelajar di Jakarta yang hamil diluar nikah
semakin banyak. Dari 500 pelajar Sekolah Menengah Umun (SMU) yang
dijadikan responden, sekitar 4,2%nya mengaku kandungannya digugurkan.
Wilayah Jakarta Timur menduduki peringkat pertama dalam kasus ini, yaitu
sekitar tujuh persen. Responden yang diambil rata-rata siswa yang baru menjalani
masa orientasi sekolah.7
MAN Model Ciwaringin merupakan salah satu Madrasah Aliyah di
Kabupaten Cirebon yang termasuk dalam kategori baik. Sekolah ini berada
didaerah yang banyak terdapat pesantren maupun institusi pendidikan yang
berbasis islam yang dalam hal ini memungkinkan para siswa mempunyai pondasi
agama yang cukup. Rentang usia pada sekolah ini berada pada usia 15-19 tahun
atau masih tergolong pada usia remaja. Pada usia ini, remaja sangat rentan atau
sensitif terhadap hal baru yang memungkinkan berpotensi terhadap terjadinya
berbagai permasalahan termasuk hubungan seks pra nikah yang berujung pada
tindakan aborsi.
Ketidaksiapan remaja dalam menghadapi perubahan dalam dirinya
termasuk diantaranya menerima dorongan seks yang mulai meningkat dan sulit
dikendalikan seringkali berhadapan dengan stimulus seks diluar lingkungan,
peningkatan dorongan seks pada usia remaja, kurang memadainya pengetahuan
remaja tentang proses kesehatan dan kesehatan reproduksi, karena tidak bisa lagi
dihindari meningkatnya remaja berhubungan seksual sebelum menikah
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dan melakukan aborsi.
3
Atas dasar-dasar hal-hal tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan
untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku siswa MAN
Model Ciwaringin Cirebon mengenai bahaya dilakukannya aborsi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan siswa MAN Model Ciwaringin
Cirebon mengenai bahaya dilakukannya abortus provocatus?
2. Bagaimana gambaran sikap siswa siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon
mengenai bahaya dilakukannya abortus provocatus?
3. Bagaimana gambaran perilaku siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon
mengenai bahaya dilakukannya abortus provocatus?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1. Meningkatkan respon ketanggapan siswa MAN Model Ciwaringin
Cirebon mengenai isu abortus provocatus dan bahayanya.
2. Meningkatkan usaha promotif dan preventif terhadap penyakit
kesehatan reproduksi pada siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon
mengenai bahaya dilakukannya abortus provocatus melalui
diketahuinya tingkat pengetahuan, sikap dan perilakunya terhadap
aborsi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan mengenai abortus
provocatus pada siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon mengenai
aborsi.
2. Diketahuinya gambaran sikap siswa siswa MAN Model Ciwaringin
Cirebon terhadap abortus provocatus.
3. Diketahuinya gambaran perilaku siswa MAN Model Ciwaringin
Cirebon terhadap abortus provocatus.
4
4. Sebagai syarat dalam menyelesaikan studi pendidikan dokter di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi peneliti :
1. Meningkatkan kemampuan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian.
2. Sebagai media aplikasi ilmu dalam menentukan permasalahan di
masyarakat serta merumuskan permasalahan tersebut.
3. Mendapatkan informasi mengenai tingkat pengetahuan, sikap serta
perilaku siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon terhadap abortus
provocatus.
1.4.2 Manfaat bagi perguruan tinggi :
1. Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan
fungsi atau tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian
masyarakat.
2. Data awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya atau intervensi
yang akan dilakukan.
1.4.3 Manfaat bagi masyarakat
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat
terutama para orang tua murid MAN Model Ciwaringin Cirebon
tentang abortus provocatus sehingga masyarakat dapat memberikan
edukasi maupun informasi dengan tepat dan benar mengenai
aborsi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ABORTUS
2.1.1. Definisi Abortus
Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute
for Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan abortus
diartikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang
telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20
minggu.8
Sedangkan abortus menurut William adalah pengakhiran dengan
cara apapun sebelum janin cukup berkembang untuk dapat hidup diluar
kandungan.9 Berdasarkan kamus kedokteran dorland, aborsi adalah
pengeluaran hasil konsepsi secara prematur dari uterus dengan fetus yang
memiliki berat kurang dari 500 gram atau umur kehamilannya kurang dari
20 minggu (WHO: 22 minggu) pada saat dikeluarkan dari uterus, yang
mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup)
sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya
adalah kelahiran prematur.10
Menurut Sastrawinata (2001), lamanya kehamilan yang normal adalah 280
hari atau 40 minggu dihitung dari hari pertama haid yang terakhir. Kadang-kadang
kehamilan berakhir sebelum waktunya dan ada kalanya melebihi waktu yang
normal.11
Berakhirnya kehamilan menurut lamanya kehamilan berlangsung,
dapat dibagi sebagai berikut :
Tabel 2.1 Hubungan Lama Kehamilan dengan Berat Anak
LamanyaKehamilan
Berat Anak Istilah
6
< 22 minggu < 500 gram Abortus
22 – 28 minggu 500 – 100 gram Partus Immaturus
28 – 37 minggu 1000 gram – 2500 gram Partuspraematurus
37 – 42 minggu 2500 gram – 4500 gram Partus a’terme(matures)
> 42 minggu > 4500 gram Partus serotinus
Sumber : Bag. Obstetri & Ginekologi Unpad Bandung, 1981
Adapun batasan usia janin kala kehidupan menurut Badan
Kesehatan Dunia (WHO) dapat dibagi menjadi:
1. Abortus yaitu usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat
janin kurang dari 1000 gram.
2. Immatur, yaitu usia kehamilan berkisar antara 20-28 minggu
dengan berat berkisar antara 1000-2500 gram.
3. Prematur adalah usia kehamilan berkisar antara 28-32 minggu
dengan berat antara 2500-3500 gram.
4. Matur, usia bayi 32 minggu.
5. Postmatur, usia bayi lebih dari 32 minggu.
2.1.2. Etiologi
Penyebab abortus (early pregnancy loss) bervariasi dan sering
diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak
diantaranya adalah sebagai berikut:12
Faktor genetik. Translokasi parental keseimbangan genetik
o Mendelian
o Multifaktor
o Robertsonian
o Resiprokal
7
Kelainan kongenital uterus
o Anomali duktus mulleri
o Septum uterus
o Uterus bikornis
o Inkompetensi serviks uteri
o Mioma uteri
o Sindroma Asherman
Autoimun
o Aloimun
o Mediasi imunitas humoral
o Mediasi imunitas seluler
Defek fase luteal
o Faktor endokrin eksternal
o Antibodi antitiroid hormon
o Sintesis LH yang tinggi
Infeksi
Hematologik
Lingkungan
Usia kehamilan saat terjadinya abortus bisa memberi gambaran
tentang penyebabnya. Sebagai contoh, antiphospholipid syndrome (APS)
dan inkompetensi serviks sering terjadi setelah trimester pertama.12
2.1.3. Klasifikasi Abortus
Ada beberapa jenis abortus yang menurut ahli dibagi menjadi:
1. Abortus Spontan
8
Abortus yang terjadi begitu saja tanpa tindakan dalam
bentuk apapun atau kehamilan normal. Penyebab abortus ini
menurut William (1995) dapat terjadi akibat perkembangan janin
yang abnormal, dimana dapat diklasifikasikan menjadi
perkembangan janin dengan jumlah kromosom abnormal
(Aneuplodi) dan perkembangan dengan komponen kromosom yang
normal (Euploidi).9
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung
tanpa tindakan, dalam hal ini dibedakan sebagai berikut:
1. Abortus imminens, Peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks. Abortus imminen adalah
perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20
minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang
meningkat.13 Abortus imminen adalah pengeluaran
secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama
kehamilan.9
2. Abortus insipiens, merupakan
peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
3. Abortus inkompletus, merupakan pengeluaran sebagian
hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
4. Abortus kompletus, merupakan pengeluaran seluruh
hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
5. Missed Abortion atau keguguran tertunda, yaitu keadaan
dimana janin telah mati sebelum minggu ke-22 tetapi tertahan
di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
9
6. Abortus Habitualis, Keguguran habitualis atau keguguran
berulang-ulang, yaitu keguguran yang telah berulang dan berturut-
turut terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut.12
7. Abortus Infeksiosus, Abortus septik, Abortus Infeksiosus
ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
Sedangkan Abortus Septik ialah abortus yang disertai
penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau
peritneum (septikemia atau peritonitis).12
2. Abortus Provocatus
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja
dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin
dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat
hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu,
atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa
kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:
- Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus
yang dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud
dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-
syaratnya:
1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan
penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis
lain, agama, hukum, psikologi).
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau
keluarga terdekat.
10
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang
memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.
2.1.4. Faktor Resiko Abortus
Adapun faktor resiko yang berhubungan dengan abortus, diantaranya :
a. Usia untuk kehamilan dan persalinan
Umur dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita
hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi
daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian
maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda
seringkali secara emosional dan fisik belum matang. Selain pendidikan pada
umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain.
Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan
remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga
nonprofessional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya
angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi karena
mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta
seefisien wanita dewasa. Abortus dapat terjadi juga pada ibu yang tua meskipun
mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah
mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterine.12
b. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan
janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena
keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak
yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko
terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta
11
previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah.12
c. Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal
lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada
paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko
pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.
Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.12
d. Riwayat Kehamilan yang lalu
Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi
pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan
Llewellyn - Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39%.12
2.1.5 Komplikasi Abortus secara umum
Komplikasi medis yang dapat timbul :
1. Perdarahan
2. Perforasi
3. Luka pada serviks uteri
4. Perlekatan pada kavum uteri
5. Syok
6. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya
infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh
peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan
12
abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat
mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
2.1.6. Akibat Abortus Provokatus Kriminalis
Secara umum, alasan seseorang melakukan tindakan abortus yang
disengaja adalah tidak menginginkan kehadiran bayi yang akan lahir
berada dalam keluarga. Williams (1995) mengatakan banyak hal yang
ditimbulkan akibat perilaku aborsi, seperti:
a. Akibat Abortus Elektif
Resiko relatif kematian sebagai akibat abortus, berlipat dua
kurang lebih setiap penundaan 2 minggu setelah kehamilan 8 minggu,
untuk hal tersebut induksi aborsi harus dipertimbangkan dan wanita
yang dipilih sebagai subjek harus wanita primigravida, karena wanita
yang pernah melahirkan akan memperlihatkan penurunan resiko
komplikasi pada kehamilan berikutnya, data resiko abortus dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1) Fertilitas: resiko terjadinya infeksi panggul yang kecil setelah
pengakhiran pada kehamilan.
2) Aspirasi vakum: mengakibatkan peningkatan risiko pada
kehamilan ektopik berikutnya.
3) Kehamilan ektopik: tidak meningkatkan insiden jika
pengakhiran pertama dilakukan dengan aspirasi vakum, kecuali
pada wanita yang sebelumnya menderita infeksi Chlamydia
trachomatis atau pada wanita yang mengalami infeksi post-
abortus.
4) Abortus elektif multipel: dapat meningkatkan resiko kehamilan
berikutnya. Pada tindakan ini berakibat ke arah insiden
persalinan prematur dan persalinan bayi berat badan rendah.
5) Plasenta previa: meningkatnya insiden setelah tindakan abortus
elektif.
13
6) Abortus yang diinduksi pada kehamilan mid-trimester. Hal ini
akan mengandung resiko kehamilan berikutnya apabila
digunakan tehnik injeksi.
7) Risiko kesehatan mental
Gejala ini dikenal dengan Post Abortion Syndrome (Sindrom
Paska Aborsi) berdasarkan Psychological Reactions Reported
After Abortion, gejala tersebut seperti kehilangan harga diri,
berteriak histeris, mimpi berkali-kali mengenai bayi, ingin
melakukan bunuh diri, mencoba menggunakan obat-obatan
terlarang, tidak bisa lagi menikmati hubungan seksual serta
dipenuhi rasa bersalah.9
a. Akibat Abortus Septik
Komplikasi serius pada tindakan abortus paling sering, hal
ini dapat berakibat pada perdarahan yang berat, sepsis, syok
bakterialis dan gagal ginjal akut, semuanya juga pernah terjadi
pada aborsi yang legal namun dengan frekuensi yang jauh lebih
rendah.9
2.1.7. Alasan untuk melakukan tindakan Abortus Provokatus
2.1.7.1. Abortus Provocatus Therapeuticus / Medisinalis
Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan
perdarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed
abortion).
Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks
atau jika dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk
penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.
Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
14
Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit
jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis,
tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.
Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol
yang disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.
Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada
kasus seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus
dikonsultasikan dengan psikiater.
2.1.7.2. Abortus Provocatus Kriminalis
Berdasarkan laporan Tim Studi Kedokteran FSI-SMFKUI 13
oktober 2001, alasan seseorang melakukan tindakan abortus
provocatus adalah:
1. Hamil diluar nikah
Kehamilan yang terjadi berada diluar nikah banyak terjadi oleh
para remaja dimana terjadi hubungan seksual sebelum menikah,
akibat hubungan tersebut terjadi kehamilan yang tidak diinginkan
oleh para remaja, maka salah satu pencegahan kehamilan
dilakukan dengan sistem abortus provocatus.
2. Pernikahan yang tidak kokoh seperti yang diharapkan
Hubungan rumah tangga yang tidak harmonis antara pasangan
suami isteri yang berjalan sebagaimana yang diharapkan terjadi
kehamilan, maka untuk mencegah hal tersebut dilakukan abortus
provocatus.
3. Telah cukup anak dan tidak mungkin membesarkan seorang anak
lagi
Jumlah anak yang dilahirkan dirasa cukup dan kehadiran anak
yang baru dirasa oleh keluarga tidak mampu lagi membesarkannya,
15
maka untuk pencegahan kelahiran anak yang baru dilakukan
abortus provocatus.
4. Janin mempunyai efek yang berat
Janin yang berada dalam kandungan ibu hamil mempunyai efek
yang tidak baik seperti mempunyai penyakit atau akan
mempengaruhi kelangsungan hidup ibu yang hamil sehingga bayi
yang berada dalam kandungan harus dilakukan abortus provocatus.
5. Ayah dari anak yang dikandung bukan suami yang syah
Anak yang berada dalam kandungan berasal bukan dari janin
suami yang syah, hal ini dapat diakibatkan oleh pergaulan seksual
yang berhubungan dengan lebih dari satu laki-laki, akibatnya janin
yang berada dalam kandungan harus di lakukan abortus
provocatus.
6. Korban perkosaan
Terjadinya kehamilan dilakukan dengan perkosaan sehingga
kehamilan akan mendatangkan aib bagi keluarga, untuk
pencegahan adanya anak dari perkosaan dilakukan abortus
provocatus.
7. Ibu menderita penyakit berat
Ibu yang hamil berada dalam kondisi penyakitan, sehingga
kehamilan yang terjadi tidak mungkin untuk dilanjutkan. Akibat
terjadinya kehamilan akan mengakibatkan kematian ibu,langkah
pencegahan kehamilan tersebut dilakukan dengan abortus
provocatus.
2.2 Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Provocatus
Abortus telah dilakukan oleh manusia selama berabad-abad, tetapi
selama itu belum ada undang-undang yang mengatur mengenai tindakan abortus.
Peraturan mengenai hal ini pertama kali dikeluarkan pada tahun 4 M di mana telah
ada larangan untuk melakukan abortus. Sejak itu maka undang-undang mengenai
16
abortus terus mengalami perbaikan, apalagi dalam tahun-tahun terakhir ini di
mana mulai timbul suatu revolusi dalam sikap masyarakat dan pemerintah di
berbagai negara di dunia terhadap tindakan abortus. Hukum abortus di berbagai
negara dapat digolongkan dalam beberapa kategori sebagai berikut:
• Hukum yang tanpa pengecualian melarang abortus, seperti di Belanda.
• Hukum yang memperbolehkan abortus demi keselamatan kehidupan
penderita (ibu), seperti di Perancis dan Pakistan.
• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi medik, seperti di
Kanada, Muangthai dan Swiss.
• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosio-medik, seperti
di Eslandia, Swedia, Inggris, Scandinavia, dan India.
• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosial, seperti di
Jepang, Polandia, dan Yugoslavia.
• Hukum yang memperbolehkan abortus atas permintaan tanpa
memperhatikan indikasi-indikasi lainnya (Abortion on requst atau Abortion
on demand), seperti di Bulgaris, Hongaria, USSR, Singapura.
• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi eugenistis (abortus
boleh dilakukan bila fetus yang akan lahir menderita cacat yang serius)
misalnya di India
• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi humanitarian
(misalnya bila hamil akibat perkosaan) seperti di Jepang
Negara-negara yang mengadakan perubahan dalam hukum abortus
pada umumnya mengemukakan salah satu alasan/tujuan seperti yang
tersebut di bawah ini:
• Untuk memberikan perlindungan hukum pada para medisi yang
melakukan abortus atas indikasi medik.
• Untuk mencegah atau mengurangi terjadinya abortus provocatus
criminalis.
• Untuk mengendalikan laju pertambahan penduduk.
17
• Untuk melindungi hal wanita dalam menentukan sendiri nasib
kandungannnya.
• Untuk memenuhi desakan masyarakat.
Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang
Negara, maupun Etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk
melakukan tindakan pengguguran kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak
awal seseorang yang akan menjalani profesi dokter secara resmi disumpah dengan
Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas Deklarasi Jenewa yang isinya
menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan menyatakan diri untuk
menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.
Dari aspek etika, Ikatan Dokter Indonesia telah merumuskannya
dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia mengenai kewajiban umum, (pasal7d)
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
makhluk insani.
Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang melakukan
pelanggaran, maka penegakan implementasi etik akan dilakukan secara berjenjang
dimulai dari panitia etik di masing-masing RS hingga Majelis Kehormatan Etika
Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi dari pelanggaran etik ini berupa
"pengucilan" anggota dari profesi tersebut dari kelompoknya. Sanksi administratif
tertinggi adalah pemecatan anggota profesi dari komunitasnya.
Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat
mutlak. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Reproduksi.
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit
18
genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
bagi korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan media dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman,
dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
19
2.3 Remaja
2.3.1 Pengertian remaja
Masa remaja adalah masa yang menunjukkan masa peralihan dari masa
kanak-kanak menuju ke masa selanjutnya yaitu masa dewasa. Pada masa remaja
ini terjadi perkembangan-perkembangan seperti perkembangan fisik, psikologis,
sosial, dan secara moral. Menurut Hall (1994: 478), masa remaja merupakan masa
topan badai, di mana pada masa tersebut timbul gejolak dalam diri akibat
pertentangan nilai-nilai akibat kebudayaan yang makin modern.14 Batasan usia
untuk remaja (adolescence) menurut Hall antar usia 12-25 tahun.15
Menurut Monks, remaja adalah suatu masa peralihan antara masa remaja
dan masa dewasa. Fase masa remaja secara global berlangsung natara usia 12-21
tahun, dengan pembagian 12-15 tahun: masa remaja awal, 15-18 tahun masa
remaja pertengahan, 18-21 tahun masa remaja akhir.16
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10-20 tahun, hal ini di dasarkan
atas kesehatan remaja yang mana kehamilan pada usia-usia tersebut memang
mempunyai resiko yang lebih tinggi daripada kehamilan dalam usia-usia
diatasnya.17
Selanjutnya yang dimaksud dengan remaja adalah individu yang sedang
mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang dalam
rentangannya terjadi perubahan-perubahan dan perkembangan pada aspek fisik,
psikologis, kognisi, dan sosialnya. Sedangkan, rentang usia pada masa remaja
tersebut adalah antara 12-21 tahun.
2.3.2 Karakteristik remaja
Hurlock (207-209) berpendapat, bahwa semua periode yang penting
selama masa kehidupan mempunyai karakteristiknya sendiri. Begitupun masa
remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode masa
kanak-kanak dan dewasa.17 Ciri-ciri tersebut antara lain :
1). Masa remaja sebagai periode yang penting
Masa remaja dipandang sebagai periode yang penting daripada periode
lain karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, serta akibat-
akibat jangka panjangnya. Misalnya saja, perkembangan biologis menyebabkan
timbulnya perubahan-perubahan tertentu, baik yang bersifat fisiologis yang cepat
20
dan disertai percepatan perkembangan mental yang cepat, terutama pada masa
remaja awal. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian
mental dan perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.19
Minat baru yang dominan muncul pada masa remaja adalah minatnya
terhadap seks. Pada masa remaja ini mereka berusaha melepaskan ikatan-ikatan
afektif lama dengan orang tua. Remaja lalu berusaha membangun relasi-relasi
afektif yang baru dan yang lebih matang dengan lawan jenis dan dalam
memainkan peran yang lebih tepat dengan seksnya. Dorongan untuk melakukan
ini datang dari tekanantekanan sosial akan tetapi terutama dari minat remaja pada
seks dan keingintahuannya tentang seks.19
Karena meningkatnya minat pada seks inilah, maka remaja berusaha
mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Tidak jarang, karena dorongan
fisiologis ini juga, remaja mengadakan percobaan dengan jalan masturbasi,
bercumbu, atau bersenggama.19
2) Masa remaja sebagai periode peralihan
Artinya, apa yang sudah terjadi pada masa sebelumnya akan menimbulkan
bekasnya pada apa yang terjadi pada masa sekarang dan apa yang akan terjadi di
masa yang akan datang. Anak-anak yang beralih dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa haruslah meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan
harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan
sikapnya pada masa yang sudah ditinggalkan. Meskipun disadari bahwa apa yang
telah terjadi akan meninggalkan bekasnya dan akan mempengaruhi pola perilaku
dan sikap baru. Pada masa peralihan ini remaja bukan lagi seorang anak-anak dan
juga bukan orang dewasa. Namun, status remaja yang tidak jelas ini
menguntungkan karena status ini memberi waktu kepada remaja untuk mencoba
gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang
paling sesuai bagi dirinya.19
3) Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
beriringan dengan tingkat perubahan fisik. Pada awal masa remaja, ketika
perubahan terjadi dengan pesat maka perubahan perilaku dan sikap juga
21
berlangsung cepat. Begitu pula jika perubahan fisik menurun maka perubahan
sikap dan perilaku menurun juga. Perubahan itu adalah :
a. Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan
fisik dan psikologis yang terjadi
b. Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial
untuk dipesankan menimbulkan masalah. Remaja akan tetap ditimbuni
masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya.
c. Perubahan minat dan pola perilaku menyebabkan nilai-nilai juga berubah.
Misalnya, sebagian besar remaja tidak lagi menganggap bahwa banyak
teman merupakan petunjuk popularitas, mereka mulai mengerti bahwa
kualitas pertemanan lebih penting daripada kuantitas teman.
d. Remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka
menginginkan dan menuntut kebebasan, namun mereka belum berani untuk
bertanggung jawab akan akibat perbuatan mereka dan meragukan
kemampuan mereka sendiri untuk dapat mengatasi tanggung jawab
tersebut.19
4) Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masa remaja dikatakan sebagai usia bermasalah karena sepanjang masa
kanak-kanak sebagian permasalahan anak-anak diselesaikan oleh guru atau orang
tua mereka, sehingga pada masa remaja mereka tidak cukup berpengalaman dalam
menyelesaikan masalah. Namun, pada masa remaja mereka merasa ingin mandiri,
sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua
dan gurugurunya sampai pada akhirnya remaja itu menemukan bahwa
penyelesaian masalahnya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.19
5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada akhir masa kanak-kanak sampai pada awal masa remaja, penyesuaian
diri dengan standar kelompok jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar
daripada individualitas. Namun, pada masa remaja mereka mulai mendambakan
identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-temannya
dalam segala hal.19
6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
22
Stereotip populer pada masa remaja mempengaruhi konsep diri dan sikap
remaja terhadap dirinya sendiri, dan ini menimbulkan ketakutan pada remaja.
Remaja takut bila tidak dapat memenuhi tuntutan masyarakat dan orang tuanya
sendiri. Hal ini menimbulkan pertentangan dengan orang tua sehingga membuat
jarak bagi anak untuk meminta bantuan kepada orang tua guna mengatasi berbagai
masalahnya.19
7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain seperti yang
mereka inginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-cita. Cita-
cita yang tidak realistik ini tidak saja untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk orang
lain disekitarnya (keluarga dan temantemannya) yang akhirnya menyebabkan
meningginya emosi. Kemarahan, rasa sakit hati, dan perasaan kecewa ini akan
lebih mendalam lagi jika ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya
sendiri.19
8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Meskipun belumlah cukup, remaja yang sudah pada ambang remaja ini
mulai berpakaian dan bertindak seperti orang-orang dewasa. Remaja mulai
memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu
merokok, minum minuman keras, menggunakan obatobatan terlarang, dan terlibat
dalam perbuatan seks dengan harapan bahwa perbuatan ini akan memberikan citra
yang mereka inginkan.19
Persoalan remaja yang sering muncul karena karakteristik remaja sendiri
menurut Santrock, 2002, antara lain adalah:18
1) Penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Remaja menggunakan obatobatan terlarang sebagai suatu cara
untuk mengatasi stres. Tampak bahwa hal ini dipengaruhi oleh kurangnya
keterampilan menghadapi masalah secara kompeten dan pengambilan
keputusan yang kurang bertanggungjawab. Remaja seringkali memasuki
peran orang dewasa seperti dalam pernikahan dan pekerjaan secara
prematur, tanpa perkembangan sosio-emosional yang memadai, sehingga
23
lebih berpeluang untuk mengalami kegagalan dalam peran-peran orang
dewasa.
2) Kenakalan remaja.
Ini kebanyakan disebabkan oleh karena remaja mempunyai
identitas negatif, pengendalian diri rendah, harapanharapan bagi
pendidikan yang rendah, komitmen yang rendah, prestasi yang rendah
pada kelas-kelas awal, pengaruh teman sebaya yang tidak dapat ditolak
dan mempunyai pengaruh yang berat, kurangnya pemantauan, dukungan,
dan disiplin yang tidak efektif dari orang tua, serta kualitas lingkungan
dengan tingginya kejahatan.
3) Kehamilan pada remaja.
Kurangnya keterbukaan dan pendidikan tentang reproduksi sehat
serta anggapan remaja bahwa orang tua mereka tidak akan memahami
mereka, menyebabkan semua keingintahuan mereka terhadap seks
disembunyikan. Keingintahuan ini malah dibagi dan dicoba-coba dengan
teman-teman yang samasama tidak tahu tentang pendidikan seks dengan
dalih kemandirian.
4) Bunuh diri pada remaja.
Umumnya bunuh diri dikaitkan dengan dengan faktor-faktor saat
ini yang menegangkan, seperti: kehilangan pacar, nilai rapor yang rendah,
atau kehamilan yang tidak diinginkan.
5) Gangguan-gangguan makan.
Anoreksia nervosa dan bulimia terutama menimpa perempuan
selama masa remaja dan awal dewasa. Sebab47 sebabnya meliputi faktor-
faktor sosial, psikologis, dan fisiologis. Faktor sosial yang mendorong
adalah tren tubuh kurus yang digemari akhir-akhir ini. Faktor psikologis
meliputi motivasi untuk menarik perhatian lawan jenis, keinginan akan
individualitas, penolakan seksualitas, dan cara mengatasi kekangan orang
tua. Penderita gangguan makan ini biasanya memiliki keluarga yang
memberi tuntutan yang tinggi bagi mereka untuk berprestasi.
Ketidakmampuan memenuhi standar orang tua ini menyebabkan mereka
tidak mampu mengendalikan kehidupan mereka sendiri.
24
2.3.3 Perkembangan pada masa remaja
Periode yang disebut masa remaja akan dialami oleh semua individu. Awal
timbulnya masa remaja ini dapat melibatkan perubahan-perubahan yang
mendadak dalam tuntutan dan harapan sosial atau sekedar peralihan bertahap dari
peranan sebelumnya. Meskipun bervariasi, satu aspek remaja bersifat universal
dan memisahkannya dari tahap-tahap perkembangan sebelumnya.
1) Perkembangan fisik
Perkembangan fisik remaja didahului dengan perubahan pubertas.
Pubertas ialah suatu periode di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi
secara pesat terutama pada awal masa remaja. Empat perubahan yang paling
menonjol pada perempuan ialah menarche, pertambahan tinggi badan yang cepat,
pertumbuhan buah dada, dan pertumbuhan rambut kemaluan; sedangkan empat
perubahan tubuh yang paling menonjol pada laki-laki adalah pertumbuhan tinggi
badan yang cepat, pertumbuhan penis, pertumbuhan testis, dan pertumbuhan
rambut kemaluan.20
Freud Santrock (2002: 288), dengan teori psikoanalisisnya
menggambarkan superego sebagai salah satu dari tiga struktur utama kepribadian,
yang dua lainnya adalah id dan ego. Dalam teori psikoanalisis-klasik Freud,
superego pada masa anak-anak sebagai cabang kepribadian, berkembang ketika
anak mengatasi konflik oedipus dan mengidentifikasi diri dengan orang tua yang
berjenis kelamin sama karena ketakutan akan kehilangan kasih sayang orang tua
dan ketakutan akan dihukum karena keinginan seksual mereka yang tidak dapat
diterima itu terhadap orang tua yang berbeda jenis kelamin pada tahun-tahun awal
masa kanak-kanak. Karena mengidentifikasikan diri dengan orang tua yang sama
jenis, anak-anak menginternalisasikan standar-standar benar dan salah orang tua
yang mencerminkan larangan masyarakat. Selanjutnya anak mengalihkan
permusuhan ke dalam yang sebelumnya ditujukan secara eksternal kepada orang
tua berjenis kelamin sama. Permusuhan yang mengarah ke dalam ini sekarang
dirasakan sebagai suatu kesalahan yang patut dihukum, yang dialami secara tidak
sadar (di luar kesadaran anak). Dalam catatan perkembangan moral psikoanalisis,
penghukuman diri sendiri atas suatu kesalahan bertanggung jawab untuk
25
mencegah anak dari melakukan pelanggaran. Yaitu anak-anak menyesuaikan diri
dengan standar-standar masyarakat untuk menghindari rasa bersalah.20
2) Perkembangan psikis
Perkembangan remaja secara psikologis yang dimaksud di sini meliputi
perkembangan minat, moral, dan citra diri. Tidak seperti masa kanak-kanak yang
pertumbuhan fisiknya berlangsung perlahan dan teratur, remaja awal yang tumbuh
pesat pada waktu-waktu tertentu cenderung merasa asing terhadap diri mereka
sendiri. Mereka disibukkan dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra
individual mengenai gambaran tubuh mereka. Dibutuhkan waktu untuk
mengintegrasikan perubahan dramatis ini menjadi perasaan memiliki identitas diri
yang mapan dan penuh percaya diri. Perempuan pasca-menarche cenderung agak
lebih mudah tersinggung dan mempunyai perasaan negatif, seperti
ketidakberaturan suasana hati, iritabilitas, dan depresi sebelum menstruasi atau
sewaktu menstruasi. Remaja pria merasa punya dorongan seksual yang lebih besar
setelah pubertas, namun karena ini pula mereka merasa khawatir atau malu jika
tidak dapat mengendalikan respon atas dorongan seksual.16
Perkembangan biologis di atas menyebabkan timbulnya
perubahanperubahan tertentu, baik bersifat fisiologis maupun psikologis. Secara
psikologis perkembangan tersebut menyebabkan anak remaja dihadapkan pada
banyak masalah baru dan kesulitan yang kompleks. Diantaranya, anak muda
belajar berdiri sendiri dalam suasana kebebasan, ia berusaha melepaskan diri dari
ikatan-ikatan lama dengan orang tua dan obyek-obyek cintanya, lalu ia berusaha
membangun perasaan atau afeksi baru karena menemukan identifikasi dengan
obyek-obyek baru yang dianggap lebih bernilai atau lebih berarti daripada obyek
yang lama. Anak remaja ini kemudian mulai memekarkan sikap hidup kritis
terhadap dunia sekitar, yang didukung oleh kemantapan kehidupan batinnya.
Remaja berusaha keras melakukan adaptasi terhadap tuntunan lingkungan
hidupnya, penilaian yang amat tinggi terhadap orang tua kini makin berkurang,
dan digantikan dengan respek terhadap pribadi-pribadi lain yang dianggap lebih
memenuhi kriteria afektif-intelektual remaja sendiri. Contohnya adalah pribadi-
pribadi ideal berwujud seorang guru atau pemimpin.
3) Perkembangan kognisi
26
Kemampuan kognitif pada masa remaja berkembang secara kuantitatif dan
kualititatif. Kuantitatif artinya bahwa remaja mampu menyelesaikan tugas-tugas
intelektual dengan lebih mudah, lebih cepat dan efisien dibanding ketika masih
kanak-kanak. Dikatakan kualitatif dalam arti bahwa perubahan yang bermakna
juga terjadi dalam proses mental dasar yang digunakan untuk mendefinisikan dan
menalar permasalahan.16
Pemikiran remaja yang sedang berkembang semakin abstrak, logis dan
idealistis. Remaja menjadi lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri,
pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka, serta
cenderung menginterpretasikan dan memantau dunia sosial.20
4) Perkembangan sosial
Salah satu tugas perkembangan yang tersulit pada masa remaja adalah
yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Untuk menjadi dewasa dan tidak
hanya dewasa secara fisik, remaja secara bertahap harus memperoleh kebebasan
dari orang tua, menyesuaikan dengan pematangan seksual, dan membina
hubungan kerjasama yang dapat dilaksanakan dengan teman-teman sebayanya.
Dalam proses ini remaja secara bertahap mengembangkan suatu filsafat kehidupan
dan pengertian akan identitas diri.16
Pada masa ini remaja cenderung menghabiskan waktu di luar rumah dan
lebih bergantung pada teman-temannya. Teman sebaya mempunyai pengaruh
yang besar terhadap sikap, minat, penampilan, dan tingkah laku remaja
dibandingkan dengan pengaruh keluarga. Semua perubahan yang terjadi dalam
sikap dan perilaku sosial, yang paling menonjol terjadi di bidang hubungan
heteroseksual. Dalam waktu yang singkat remaja mengalami perubahan yang
bertolak belakang dari masa kanak-kanak, yaitu dari tidak menyukai lawan jenis
sebagai teman menjadi lebih menyukai teman dari lawan jenisnya. Kegiatan
dengan sesama jenis ataupun dengan lawan jenis biasanya akan mencapai
puncaknya selama tahun-tahun tingkat sekolah menengah atas.1
27
2.4 Kerangka Konsep
2.5 Definisi Operasional
Tabel. 2.2 Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur
dan cara ukur
Kategori Skala
Usia Pengakuan usia
responden pada saat
mengisi kuesioner
dalam tahun (tahun
genap).
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
16 – 18 tahun Ordinal
Jenis
kelamin
Karakteristik
biologis responden
yang dilihat dari
penampilan luar.
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
1. Laki-laki
2. Perempuan
Nomina
l
Suku Perkumpulan orang
yang memiliki latar
belakang budaya,
bahasa, kebiasaan,
gaya hidup, dan ciri-
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
1. Sunda
2. Jawa
3. Batak
4. Minang
5. Lain-lain
Nomina
l
Karakteristik siswa: Usia Jenis kelamin Suku budaya Pendidikan ayah Pendidikan ibu
Lingkungan sosial: Komunikasi
dengan keluarga,guru dan temansebaya
Keterpaparanmedia massa
Pengetahuan tentangaborsi
Sikap terhadap aborsi
Perilaku terhadapaborsi
28
ciri fisik yang sama.
Pendidikan
Ayah
Pernyataan
responden tentang
pendidikan formal
terakhir dari ayah
responden yang telah
ditamatkan.
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
1. Rendah :
tidak pernah
sekolah,
tamat/ tidak
tamat SD dan
yang
sederajat.
2. Sedang :
tamat/ tidak
tamat SMP
dan yang
sederajat dan
tamat/ tidak
tamat SMU
dan yang
sederajat.
3. Tinggi :
tamat/ tidak
tamat
perguruan
tinggi
Ordinal
Pendidikan
Ibu
Pernyataan
responden tentang
pendidikan formal
terakhir dari ibu
responden yang telah
ditamatkan.
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
1. Rendah :
tidak pernah
sekolah,
tamat/ tidak
tamat SD dan
yang
sederajat.
2. Sedang :
tamat/ tidak
Ordinal
29
tamat SMP
dan yang
sederajat dan
tamat/ tidak
tamat SMU
dan yang
sederajat.
3. Tinggi :
tamat/ tidak
tamat
perguruan
tinggi
Komunikasi
dengan
keluarga,
guru dan
teman
sebaya
Pernyataan
responden tentan
pernah atau tidaknya
dalam 6 bulan
terakhir ini
berdiskusi tentang
aborsi dengan
anggota keluarga,
guru dan teman
dekat responden
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
1.Pernah
2.Tidak
Pernah
Ordinal
Keterpapara
n dengan
media
massa
Pernyataan
responden tentan
pernah atau tidaknya
dalam 6 bulan
terakhir ini
mendapatkan
informai mengenai
aborsi dari media
massa seperti koran,
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
1.Pernah
2.Tidak
Pernah
Ordinal
30
majalah, buku, tv,
radio dan internet.
Pengetahua
n tentang
Abortus
Provocatus
Tahu/tidaknya
responden tentang 9
pertanyaan yang
diajukan yang terkait
dengan aborsi yaitu:
pengertian, jenis
aborsi, penyebab,
akibat dan aspek
hukum
Pengetahuan yang
diajukan di dalam
angket penilaian dari
setiap jawaban benar
adalah 1, jawaban
salah adalah 0
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
Total skor : 91. Rendah :jika jawabanyang benar <60%(total skor <5)2. Sedang :jika jawabanyag benarantara 60-80% (totalskor 5-6)3. Tinggi :jika jawabanyang benar >80%(total skor >6)
Ordinal
Sikap
terhadap
Abortus
Provocatus
Pernyataan
responden tentang
derajat setuju dan
ketidaksetujuan
terhadap situasi atau
tindakan yang
berkaitan dengan
tindakan
pengakhiran
kehamilan pada 4
subjek yang berbeda
(umum/orang yang
tidak dikenal, teman
dekat, saudara
kandung, pacar/yang
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
Total skor :241. Kurang :jika jawabanyang benar <60%(total skor <
14)
2. Sedang :jika jawabanyag benarantara 60-80% (totalskor 14-19)3. Baik : jikajawabanyang benar >80%(total skor >19)
Ordinal
31
bersangkutan) dinilai
dengan skala Likert.
Perilaku
seksual
Pernah atau tidaknya
tindakan yang
mengarah ke
perilaku seksual
dengan lawan jenis
yang terdiri dari:
Beresiko rendah
apabila responden
melakukan kegiatan
seperti ngobrol,
nonton, jalan
berduaan ditempat
sepi, pegangan
tangan, berciuman
pipi.
Beresiko tinggi
apabila responden
melakukan kegiatan
seperti berpelukan,
berciuman mulut,
berciuman leher,
meraba buah
dada/alat kelamin
dan hubungan
seksual.
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
1.Beresikorendahapabilamemenuhikriteriaperilakuberesikorendah yangtelahdisebutkan2. Beresikotinggi apabilamemenuhikriteriaperilakuberesikotinggi yangtelahdisebutkan
Ordinal
32
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara studi deskriptif dengan metode
pengumpulan data secara cross sectional untuk mengetahui pengetahuan, sikap,
dan perilaku siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon pada tahun 2011
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian bertempat di MAN Model Ciwaringin Cirebon dan
dilaksanakan pada bulan Agustus 2011
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi didefinisikan sebagai kelompok siswa yang hendak
dikenai generalisasi hasil penelitian.19 Sebagai suatu populasi, kelompok
siswa dalam penelitian harus memiliki ciri atau karakteristik bersama yang
membedakannya dari kelompok siswa yang lain. Semakin banyak
karakteristik siswa yang diisyaratkan sebagai populasi, maka semakin
spesifik karakteristik populasinya dan semakin homogen pulalah
populasinya.
Populasi adalah keseluruhan siswa yang dikenai penelitian,20
sedangkan menurut Hadi (2000: 220) populasi merupakan sejumlah
kelompok siswa yang setidaknya memiliki satu ciri atau sifat khas yang
sama.21
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi MAN Model
Ciwaringin Cirebon
3.3.2 Sampel
Sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagian siswa
atau wakil populasi yang diteliti,22 sedangkan menurut Hadi (2000: 220)
sampel adalah sebagian siswa dari populasi yang karakteristiknya hendak
diselidiki.23
33
Dapat disimpulkan bahwa, sampel berarti sekelompok siswa yang
bersifat sama dengan populasi. Kesimpulan penelitian mengenai sampel
nantinya akan digeneralisasikan terhadap populasi.
Sampel diambil dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
n1 Besar sampel minimal
Zα Standar variasi, untuk α = 0,05, Zα bernilai 1,96
P Proporsi responden 50 %, dikarenakan belum ada data
sebelumnya, maka p = 50 %.
Q 100 – p
L Derajat ketepatan yang diinginkan, dalam hal ini diambil
10 %.
Maka besar minimal sampel adalah :
Berdasarkan rumus besar sampel di atas, maka jumlah
sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 96
responden. Untuk mengantisipasi terdapatnya bias, maka jumlah
sampel ditambahkan 10% dari besar sampel.
Maka jumlah sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah 106
responden.
n = (Zα)2 .p . q(L)2
n = 96 + 9,6 = 105,6 ≈ 106
(1,96)2 x 0,5 x 0,5(0,1)2
34
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon.
2. Bersedia mengikuti penelitian ini.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon yang tidak bersedia
mengikuti penelitian iini.
2. Siswa MAN Model Ciwaringin Cirebon yang tidak hadir pada saat
pengambilan sampel.
3.4.3 Kriteria Pengeluaran atau Drop Out
Tidak terisi kuesioner dengan lengkap.
3.5 Cara Kerja Penelitian
3.5.1 Pemilihan Subyek Penelitian
Sampel siswa/i MAN Model Ciwaringin Cirebon yang memenuhi
kriteria pada penelitian ini dan yang telah dipilih secara random.
3.5.2 Pengumpulan Data
A. Variabel
Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi
(Arikunto, 2002:97).
Variabel yang diteliti:
a. Tingkat pengetahuan mengenai Abortus Provocatus
b. Tingkat sikap mengenai Abortus Provocatus
c. Tingkat perilaku mengenai Abortus Provocatus
d. Usia
e. Jenis kelamin
f. Suku
g. Pendidikan orang tua
h. Komunikasi dengan keluarga, guru dan teman sebaya
i. Keterpaparan dengan media massa
B. Cara pengumpulan data dengan kuesioner
Pengisian kuesioner dilakukan dengan tertulis.
35
C. Teknis Pelaksanaan
a. Pengambilan data dilakukan selama dua hari di MAN
Model Ciwaringin kabupaten Cirebon
b. Peneliti mendatangi institusi MAN Model Ciwaringin
beberapa hari sebelum pengambilan data untuk
permohonan izin pengambilan data penelitian .
c. Setelah mendapat izin, peneliti mendatangi institusi
MAN Model Ciwaringin pada waktu yang telah disepakati,
kemudian peneliti memberikan penjelasan tentang
penelitian ini kepada responden, kemudian meminta
kesediaan responden untuk ikut dalam penelitian ini.
d. Peneliti memberikan lembar persetujuan ikut dalam
penelitian kepada responden untuk diisi.
e. Setelah selesai menandatangani lembar persetujuan
penelitian, peneliti melakukan guidance interview terhadap
kuesioner pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang aborsi.
f. Kemudian responden mengisi kuesioner
36
3.5.3 Flowchart prosedur penelitian
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan peneliti untuk memperoleh data dalam
penelitian ini, yaitu kuesioner.
Kuesioner merupakan alat pengumpulan data yang cukup relevan dengan
tujuan penelitian serta memiliki validitas dan reliabilitas yang optimal. Hal ini
dikarenakan jawaban pada kuesioner dapat dimanifestasikan ke dalam angka-
angka, tabel analisis statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian.
SMA/sederajat
MAN ModelCiwaringin
Pendataan danseleksi calon
Persetujuan kepadasubjek penelitian dan
Pengisian kuesionerdengan cara tertulis
Simple randomsampling
Observasi datapribadi siswadan
Sesuai dengan kriteriainklusi subjek
Tidak sesuaidengan kriteriainklusi subjek
Pengolahan data hasilkuesioner dengan programSPSS
37
Tabel 3.1 Instrumen Penelitian
Variabel IndikatorNo.Butir
kuesioner
Jumlah
pertanyaan
Pengetahuan
remaja
terhadap
aborsi
a. Definisi aborsi
b. Jenis aborsi
c. Penyebab aborsi
d. Dampak aborsi
e. Aspek hukum dan
medikolegal aborsi
1
2,3
4
7, 8
5,6,9
9
Sikap remaja
terhadap
aborsi
1-6 6
Perilaku
remaja yang
berkaitan
dengan aborsi
1-10 10
3.7 Uji Validitas
Salah satu instrumen yang sering dipakai dalam penelitian ilmiah adalah
angket yang bertujuan untuk mengetahui pendapat seseorang mengenai suatu hal.
Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket, yaitu keharusan angket
untuk valid dan reliabel. Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu angket dikatakan
valid (sah) jika pertanyaan pada suatu angket mampu mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh angket tersebut. Sedangkan dikatakan reliabel (andal) jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisiten atau stabil dari waktu ke
waktu.21
Dalam penelitian ini uji validitas menggunakan SPSS 16 dan program
Iteman. Untuk program SPSS sendiri mempunyai syarat batas nilai valid sesuai r
tabel ( α = 0,05, n = 30) = 0,361. Jika r hasil lebih besar dari r tabel, maka
pertanyaan tersebut dianggap valid, sedangkan untuk program Iteman akan
dijelaskan lebih lanjut pada lampiran.
38
3.8 Managemen Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program Epi
Data dan SPSS®(statistic for social science) versi 15.0. Pengolahan data dilakukan
dengan tahap-tahap sebagai berikut :
A. Menyunting Data (data editing)
Editing dilakukan setiap kali responden selesai mengisi kuesioner.
Bila ada kesalahan atau yang tidak lengkap peneliti kembali
menemui responden untuk klarifikasi, Editing ini dilakukan untuk
memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti kelengkapan
pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap
jawaban kuesioner.
B. Mengkode data (data coding)
Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah
dikumpulkan untuk memudahkan dalam memasukkan.
C. Memasukkan data ( data entry)
Memasukkan data yang telah diberikan kode dalam program
software computer.
D. Membersihkan data ( data cleaning)
Setelah data dimasukkan dilakukan pengecekan kembali untuk
memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan
demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.
E. Memberikan nilai data (data scoring)
Penilaian data dilakukan dengan pemberian skor terhadap jawaban
yang menyangkut variabel pengetahuan, variabel sikap dan
variabel perilaku.
3.9 Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat yang
digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi responden dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dengan jumlah dan ukuran persentase masing-masing
kelompok.
39
3.10 Etika Penelitian
Penelitian dimulai dengan usulan penelitian yang disetujui oleh Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sebelum mengikuti penelitian, subyek penelitian memberikan persetujuan
dalam bentuk lisan dan tulisan setelah mendapatkan penjelasan mengenai tujuan
penelitian dan jaminan kerahasiaan terhadap data yang diberikan.
3.11 Biaya Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuesioner, dan dengan mengeluarkan biaya
print, fotokopi, dan transportasi sebesar Rp 800.000,00.
40
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan terhadap siswa-siswi MAN Model Ciwaringin
Kabupaten Cirebon pada bulan Agustus tahun 2011. Besar sampel yang
dikumpulkan sebanyak 106 subyek.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap,
dan perilaku remaja tentang abortus provokatus dengan menggunakan alat ukur
kuesioner. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di MAN Model
Ciwaringin Kabupaten Cirebon.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi dimana
dilakukan pengambilan subyek sebanyak 30 responden. Validasi dilakukan
dengan menggunakan program iteman untuk pertanyaan pengetahuan dan
program SPSS® versi 16.0 untuk pertanyaan sikap dan perilaku. Didapatkan
perubahan redaksi sebelum pertanyaan dinyatakan valid pada pertanyaan
pengetahuan nomor 1, 3, 4, dan 6 karena redaksi pada kuesioner sebelumnya
kurang dapat dimengerti oleh responden. Adapun pertanyaan sikap dan perilaku
didapatkan hasil yang baik atau valid.
4.1. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut, antara lain:
1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau desain potong
lintang yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen
maupun dependen pada waktu yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya
hubungan sebab akibat.
2. Subyek dalam penelitian ini hanya terdiri dari siswa kelas 3 sehingga kurang
mewakili suatu populasi.
3. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pengisian
kuesioner tertulis oleh responden. Selama proses pengumpulan data ada
sedikit kendala yang dialami oleh peneliti, yaitu dalam hal perizinan kepada
41
pihak sekolah yang pada awalnya agak dipersulit karena judul penelitian
menyangkut aborsi dan perilaku seksual dianggap tabu. Namun setelah
dibicarakan lebih lanjut pada akhirnya peneliti diperbolehkan untuk
mengambil data.
4.2. Data Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, suku, tingkat
pendidikan orang tua, pernah atau tidak nya berkomunikasi dengan orang terdekat
mengenai abortus seperti dengan anggota keluarga, teman sebaya maupun guru
serta keterpaparan media massa sebagai sumber informasi diduga merupakan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku
seseorang.
Namun, dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis lebih lanjut mengenai
hubungan karakteristik responden dengan pengetahuan, sikap, serta perilaku.
Dalam penelitian ini, hanya dipaparkan mengenai sebaran karakteristik responden
sebagai berikut :
Tabel 4.1. Sebaran Responden Berdasarkan Umur
Umur (tahun) Jumlah Persentase (%)161718
226222
20,858,520,8
Total 106 100,0
Tabel 4.1 memperlihatkan sebaran umur dari 106 responden. Sebagian
besar responden yaitu sebanyak 62 responden (58,5% ) berumur 17 tahun, 22
responden (20,8%) berumur 16 tahun, dan 22 responden (20,8%) berumur 18
tahun. Belum ada data atau penelitian sebelumnya.
Pengaruh umur terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku
bervariasi. Umumnya pada usia muda lebih mudah menerima suatu informasi
sebagai penambah pengetahuan.22
Remaja adalah seorang anak manusia yang berumur 14-21 tahun. Dalam
keadaan ini mereka sangat rawan terhadap keadaan apapun, mereka selalu ingin
42
mencoba hal baru tanpa memikirkan akibatnya di masa yang akan datang. Untuk
itu para remaja perlu mendapatkan pendidikan atau bimbingan agar dapat menjadi
manusia yang berguna bagi nusa, bangsa masyarakat serta agamanya.23
Tabel 4.2. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)Laki-laki
Perempuan3175
29,270,8
Total 106 100,0
Tabel 4.2. memperlihatkan sebaran jenis kelamin responden. Dalam
penelitian ini, diketahui sebanyak 75 responden (70,8%) adalah perempuan dan 31
responden (29,2%) adalah laki-laki. Belum ada data atau penelitian sebelumnya.
Tabel 4.3. Sebaran Responden Berdasarkan Suku budayaSuku Jumlah Persentase (%)SundaJawaBatak
94102
88,79,41,9
Total 106 100,0
Tabel 4.3. memperlihatkan sebaran suku responden. Diketahui sebanyak
94 responden (88,7%) adalah berasal dari suku Sunda, 10 responden (9,4%)
berasal dari suku Jawa dan 2 responden (1,9%) berasal dari suku Batak. Tidak ada
responden yang berasal dari suku selain yang disebutkan diatas. Belum ada data
atau penelitian sebelumnya.
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku budaya, nilai-nilai yang
terkandung dalam kebudayaan menjadi acuan sikap dan perilaku manusia sebagai
makhluk individual yang tidak terlepas dari kaitannya pada kehidupan
masyarakat dengan orientasi kebudayaannya yang khas, sehingga baik pelestarian
maupun pengembangan nilai-nilai budaya merupakan proses yang bermantra
individual, sosial dan cultural sekaligus. Sejalan dengan pengertian tersebut
maka tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat akan terikat oleh
kebudayaan yang terlihat wujudnya dalam berbagai pranata yang berfungsi
sebagai mekanisme kontrol bagi tingkah laku manusia.24
43
Tabel 4.4. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ayah
Tingkatpendidikan
Jumlah Persentase (%)
RendahSedangTinggi
365218
34,049,117,0
Total 106 100,0
Tabel 4.4. memperlihatkan sebaran tingkat pendidikan ayah responden.
Diketahui sebanyak 52 ayah responden (49,1%) memiliki tingkat pendidikan
sedang (tamat/ tidak tamat SMP dan yang sederajat dan tamat/ tidak tamat SMU
dan yang sederajat), 36 ayah responden (34,0%) memiliki tingkat pendidikan
rendah (tidak pernah sekolah, tamat/ tidak tamat SD dan yang sederajat) dan 18
ayah responden (17,0%) memiliki tingkat pendidikan tinggi (tamat/ tidak tamat
perguruan tinggi). Belum ada data atau penelitian sebelumnya.
Tabel 4.5. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%)RendahSedangTinggi
48508
45,347,27,5
Total 106 100,0
Tabel 4.5. memperlihatkan sebaran tingkat pendidikan ibu responden.
Diketahui sebanyak 50 ibu responden (47,2%) memiliki tingkat pendidikan
sedang (tamat/ tidak tamat SMP dan yang sederajat dan tamat/ tidak tamat SMU
dan yang sederajat), 48 ibu responden (45,3%) memiliki tingkat pendidikan
rendah (tidak pernah sekolah, tamat/ tidak tamat SD dan yang sederajat) dan 8 ibu
responden (7,5%) memiliki tingkat pendidikan tinggi (tamat/ tidak tamat
perguruan tinggi). Belum ada data atau penelitian sebelumnya.
Dari data di atas, didapatkan hanya 17% untuk variabel pendidikan ayah
yang mempunyai pendidikan tinggi sedangkan untuk variabel pendidikan ibu
hanya 7,5% saja dari keseluruhan data responden. Seseorang dengan pendidikan
tinggi (dalam hal ini adalah pendidikan orang tua) diharapkan mempunyai
pengetahuan, sikap, dan perilaku yang lebih baik bila dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikan yang lebih rendah. Sehingga dapat
44
mempengaruhi orang disekitar terutama keluarga.24 Karena itu, diharapkan dengan
semakin tinggi nya pendidikan orang tua akah meningkatkan kualitas
pengetahuan, sikap dan perilaku remaja.
Tabel 4.6. Sebaran Responden Berdasarkan Komunikasi Dalam Lingkungan
Partner KomunikasiJawaban
Jumlah Persentase (%)
Anggota keluargaPernahTidak
4102
3,896,2
Total 106 100,0
GuruPernahTidak
1393
12,387,7
Total 106 100,0
Teman sebayaPernahTidak
4957
46,253,8
Total 106 100,0
Tabel 4.6. memperlihatkan sebaran komunikasi/diskusi responden tentang
aborsi dengan anggota keluarga, guru maupun teman sebaya. Diketahui
komunikasi/diskusi tersering dilakukan dengan teman sebaya yang dinyatakan
oleh 49 responden (46,2%), 13 responden (12,3%) dengan guru, dan 4 responden
(3,8%) dengan anggota keluarga. Belum ada data atau penelitian sebelumnya.
Dari data di atas didapatkan hanya 3,8% dari responden yang pernah
berkomunikasi mengenai aborsi dengan anggota keluarganya. Hal ini
menunjukkan kurang nya peranan orang tua, padahal dalam penelitian Jamaludin
(2001) menyatakan bahwa kendala orang tua untuk membicarakam masalah
reproduksi ialah orang tua sering mengeluh harus memulai darimana bahwa ada
rasa malu, canggung dan sungkan karena merupakan suatu sifat yang sangat
pribadi. Untuk komunikasi dengan guru hanya 12,3% responden yang menjawab
pernah, sedangkan untuk komunikasi dengan teman sebaya cukup banyak yang
menjawab pernah yaitu 46,2% dari seluruh responden. Ketiga hal ini saling
berkaitan menyangkut interaksi dalam keseharian remaja. Sesuai dengan
penelitian Suarta (2002) yaitu lemahnya kerjasama antar sektor menjadi hambatan
bagi pendidikan kesehatan reproduksi.26
45
Tabel 4.7. Sebaran Responden Berdasarkan Keterpaparan Media Massa Sebagai
Sumber Informasi tentang Aborsi
Sumber InformasiJawaban
Jumlah Persentase (%)
KoranYaTidak
3769
34,965,1
Total 106 100,0
MajalahYaTidak
2284
20,879,2
Total 106 100,0
BukuYaTidak
2185
19,880,2
Total 106 100,0
TelevisiYaTidak
7729
72,627,4
Total 106 100,0
RadioYaTidak
997
8,591,5
Total 106 100,0
InternetYaTidak
1987
17,982,1
Total 106 100,0
Tabel 4.7. memperlihatkan sebaran keterpaparan media massa sebagai
sumber informasi yang didapatkan responden tentang aborsi. Diketahui sumber
informasi yang terbanyak didapatkan dari televisi yang dinyatakan oleh 77
responden (72,6%), 37 responden (34,9%) dari koran, 22 responden (20,8%) dari
majalah, 21 responden (19,8%) dari buku, 19 responden (17,9%) dari internet, 9
responden (8,5%) mendapatkan sumber informasi dari radio. Dalam penelitian ini,
setiap responden boleh memilih lebih dari satu sumber informasi yang mereka
dapatkan tentang aborsi.
Dari data diatas, media massa yang lebih banyak ditemukan responden
sebagai sumber informasi adalah televisi yaitu sebanyak 72,6%. Sumber informasi
sangat berperan terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang.
Materi informasi yang sederhana, metode yang terarah dan diberikan oleh orang
yang berkompeten dalam hal tersebut akan lebih mudah diserap oleh seseorang
sehingga akan berpengaruh pula terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku.24
Menurut Santrock (2002) penyebab persoalan remaja yg sering muncul
seperti kenakalan pada remaja diantaranya adalah karena remaja mempunyai
46
identitas negatif seperti harapan-harapan bagi pendidikan yang rendah, komitmen
yang rendah, prestasi yang rendah pada kelas-kelas awal, pengaruh teman sebaya
yang tidak dapat ditolak dan mempunyai pengaruh yang berat, kurangnya
pemantauan, dukungan, dan disiplin yang tidak efektif dari orang tua, serta
kualitas lingkungan dengan tingginya kejahatan. Serta tidak kalah pentingnya,
yaitu kurangnya keterbukaan dan pendidikan tentang reproduksi sehat serta
anggapan remaja bahwa orang tua mereka tidak akan memahami mereka,
menyebabkan semua keingintahuan mereka terhadap seks disembunyikan.
Keingintahuan ini malah dibagi dan dicoba-coba dengan teman-teman yang
samasama tidak tahu tentang pendidikan seks dengan dalih kemandirian.20
4.3 Data Pengetahuan Responden tentang Aborsi
Tabel 4.8. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Aborsi
Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)Pengetahuan Tinggi
SedangRendah
60397
56,636,86,6
Total 106 100,0
Tabel 4.8. memperlihatkan sebaran tingkat pengetahuan responden tentang
Aborsi. Diketahui sebanyak 60 responden (56,6%) memiliki tingkat pengetahuan
yang tinggi, 39 responden (36,8%) memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 7
responden (6,6%) memiliki tingkat pengetahuan rendah.
Pengetahuan responden tentang Aborsi dihitung berdasarkan skor yang
dijawab oleh reponden atas 9 pertanyaan dalam kuesioner. Skor nilai pengetahuan
responden tertinggi 8 dan nilai terendah 3. Untuk pengolahan lebih lanjut
(analisis), maka skor nilai pengetahuan responden tersebut dikategorikan menjadi
tiga kelompok, yaitu pengetahuan tinggi, sedang, dan rendah.
Tabel 4.9. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadap PertanyaanPengetahuan tentang Aborsi
Pertanyaan PengetahuanJawaban
JumlahPersentase
(%)
47
Tabel 4.9. memperlihatkan sebaran jawaban responden terhadap
pertanyaan pengetahuan tentang Aborsi. Sebanyak 72 responden (67,9%)
mengetahui bahwa definisi Aborsi adalah.... 83 responden (78,3%) mengetahui
klasifikasi aborsi yaitu spontaneous dan provocatus. 63 responden (59,4%)
mengetahui definisi abortus provocatus criminalis. 101 responden (95,3%)
mengetahui tentang penyebab tersering aborsi yang dilakukan oleh remaja. 99
responden (93,4%) mengetahui bahwa aborsi yang aman adalah aborsi yang di
bantu oleh tenaga medis yaitu dokter spesialis kandungan dan kebidanan.
Sebanyak 94 responden (88,7%) mengetahui beberapa tindakan aborsi yang
beresiko tinggi seperti penggunaan ramuan, obat-obatan atau melakukan pijatan
pada rahim. 102 responden (96,2%) mengetahui akibatt yang ditimbulkan dari
tindakan aborsi seperti perdarahan, luka pada leher rahim maupun komplikasi dari
1. Definisi AborsiBenarSalah
7234
67,932,1
Total 106 100,0
2. Klasifikasi AborsiBenarSalah
8323
78,321,7
Total 106 100,0
3. Salah satu jenis aborsiBenarSalah
6343
59,440,6
Total 106 100,0
4. Penyebab aborsi pada remajaBenarSalah
1015
95,34,7
Total 106 100,0
5.Pelaku Aborsi yang aman (dengan indikasimedis )
BenarSalah
997
93,46,6
Total 106 100,0
6. Tindakan aborsi beresiko tinggiBenarSalah
9412
88,711,3
Total 106 100,0
7. Akibat dari tindakan aborsiBenarSalah
1024
96,23,8
Total 106 100,0
8.Dampak psikologis pada seseorangyang menjalani aborsi
BenarSalah
1006
94,35,7
Total 106 100,0
9.Aspek hukum di Indonesia mengenaiAbortus provocatus criminalis
BenarSalah
4858
45,354,7
Total 106 100,0
48
infeksi seperti infertilitas atau mandul. 100 responden (93,4%) mengetahui bahwa
seseorang yang telah menjalani aborsi beresiko mengalami dampak psikologis
seperti ketegangan mental, perasaan bersalah, depresi maupun stress. Sebanyak 48
responden (45,3%) mengetahui bahwa tindakan aborsi yang sengaja dapat
dihukum secara pidana menurut hukum yang berlaku di Indonesia. Dari jawaban
ini, menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah cukup mengetahui
tentang aborsi dan hal yang terkait.
4.4 Data Sikap Responden terhadap Aborsi
Tabel 4.10. Sebaran Responden Berdasarkan Sikap terhadap Aborsi
Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)Sikap Baik
SedangKurang
38626
35,858,53,7
Total 106 100,0
Tabel 4.10. memperlihatkan sebaran sikap responden terhadap Aborsi.
Diketahui sebanyak 38 responden (35,8%) memiliki sikap yang baik, 62
responden (58,5%) memiliki sikap sedang, dan 6 responden (3,7%) memiliki
sikap kurang.
Pengukuran sikap dilakukan dengan memberikan 6 pernyataan.
Diharapkan responden memberikan respon terhadap pernyataan dengan memilih
lima alternatif jawaban yang disediakan, yaitu: Sangat setuju, Setuju, Ragu-ragu,
Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju.
Pada pernyataan sikap, dari 6 buah pernyataan seluruhnya merupakan
pernyataan positif. Skor nilai sikap responden tertinggi 20 dan nilai terendah 9.
Untuk pengolahan lebih lanjut (analisis), maka skor nilai pengetahuan responden
tersebut dikategorikan menjadi tiga kelompok kelompok, yaitu sikap baik, sedang,
dan kurang.
Tabel 4.11. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pernyataan Sikaptentang Aborsi
Pernyataan SikapJawaban
JumlahPersentas
e (%)
49
1.Kehamilan diluar nikah sebaiknyadiakhiri dengan aborsi
Sangat setujuSetujuRagu-raguTidak setujuSangat tidaksetuju
0023965
00
1,936,861,3
Total 106 100,0
2.
Bila remaja belum menikah danmengalami kehamilan, bolehmelakukan aborsi untukmengakhiri kehamilan
Sangat setujuSetujuRagu-raguTidak setujuSangat tidaksetuju
0154258
09,04,739,654,7
Total 106 100,0
3.
Salah seorang sahabat Andamengalami kehamilan diluar nikah,bermaksud mengakhirikehamilannya, bagaimanakah sikapanda ?
Sangat setujuSetujuRagu-raguTidak setujuSangat tidaksetuju
0074158
00
6,638,754,7
Total 106 100,0
4.
Jika kakak/adik perempuan andadihamili oleh pacarnya dan inginmelakukan aborsi, bagaimana sikapanda ?
Sangat setujuSetujuRagu-raguTidak setujuSangat tidaksetuju
0173068
09,06,628,364,2
Total 106 100,0
5.
Bila anda (wanita) mengalamikehamilan oleh pacar/kekasih,maka untuk mengakhiri kehamilan,aborsi adalah tindakan yang tepat
Sangat setujuSetujuRagu-raguTidak setujuSangat tidaksetuju
0134062
09,02,837,758,5
Total 106 100,0
6.
Bila anda (pria) mempunyaikekasih yang sedang hamil olehperbuatan anda berdua, maka untukmengakhiri kehamilan, aborsiadalah tindakan yang tepat
Sangat setujuSetujuRagu-raguTidak setujuSangat tidaksetuju
0244159
01,93,838,755,7
Total 106 100,0
Tabel 4.11. memperlihatkan sebaran sikap responden terhadap pernyataan
tentang Aborsi. Sebanyak 65 responden (61,3%) sangat tidak setuju tindakan
aborsi yang harus dilakukan akibat hamil pranikah, 58 responden (54,7%) sangat
50
tidak setuju bila remaja yang belum menikah dan mengalami kehamilan
diperbolehkan melakukan aborsi untuk mengakhiri kehamilannya, 58 responden
(54,7%) setuju jika sahabat responden melakukan aborsi akibat hamil diluar
nikah,, 68 responden (64,2%) setuju jika saudara kandungnya melakukan aborsi
akibat hamil diluar nikah, 62 responden (58,5%) setuju jika responden (wanita)
mengalami hamil diluar nikah dan mengakhiri kehamilannya dengan tindakan
aborsi, serta 59 responden (55,7%) setuju jika responden (pria) mengalami hamil
diluar nikah dan mengakhiri kehamilannya dengan tindakan aborsi,
Dalam penelitian ini, sebanyak 38 responden mempunyai sikap yang baik
tentang aborsi, 62 mempunyai sikap yang sedang mengenai aborsi dan terdapat 6
responden yang memiliki sikap yang kurang. Hal ini dapat terlihat dari sebaran
jawaban atas pernyataan sikap, lebih dari 50% responden menyatakan sangat tidak
setuju untuk setiap pernyataan yang diajukan yang menunjukkan sebagian besar
responden memiliki sikap baik terhadap aborsi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri Rejeki Andayani di UNDIP
Semarang tahun 2006, dinyatakan bahwa ada korelasi positif antara perilaku
seksual pranikah dengan sikap terhadap aborsi, tetapi tidak ada perbedaan sikap
terhadap aborsi antara pria dan wanita.25
4.5 Data Gambaran Perilaku Seksual Pra-nikah Responden
Tabel 4.12. Sebaran Responden Berdasarkan Gambaran Perilaku SeksualPra-nikah Pada Remaja
Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)Perilaku Resiko tinggi
Resiko rendah5
1014,795,3
Total 106 100,0
Tabel 4.12. memperlihatkan sebaran perilaku seksual pra-nikah responden
dengan lawan jenis yang mempunyai kemungkinan resiko untuk melakukan
aborsi. Diketahui sebanyak 101 responden (95,3%) memiliki perilaku beresiko
rendah, dan hanya 5 responden (4,7%) yang memiliki perilaku beresiko tinggi.
Perilaku seksual pra-nikah responden dilihat dari beberapa pertanyaan
mengenai perilaku seksual dengan lawan jenis yang terdiri dari 10 pertanyaan.
Untuk pengolahan lebih lanjut (analisis), maka skor nilai pengetahuan responden
51
tersebut dikategorikan menjadi tiga kelompok kelompok, yaitu perilaku beresiko
tinggi dan beresiko rendah.
Tabel 4.13. Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku seksual Pra-nikah denganlawan jenis
Pertanyaan PerilakuJawaban
JumlahPersentas
e (%)
1. NgobrolYaTidak
4363
40,659,4
Total 106 100,0
2. NontonYaTidak
2284
20,879,2
Total 106 100,0
3. Jalan-jalan berdua ditempat sepiYaTidak
3103
2,897,2
Total 106 100,0
4. Pegangan tanganYaTidak
1888
17,083,0
Total 106 100,0
5. Berciuman pipiYaTidak
5101
4,7095,3
Total 106
6. BerpelukanYaTidak
4102
3,8096,2
Total 106 100,0
7. Berciuman mulutYaTidak
3103
2,8097,2
Total 106 100,0
8. Berciuman leherYaTidak
1105
0,9099,1
Total 106 100,0
9. Meraba buah dada/alat kelaminYaTidak
2104
1,9098,1
Total 106 100,0
10. Hubungan seksualYaTidak
1105
0,9099,1
Total 106 100,0
Tabel 4.13. memperlihatkan sebaran jawaban responden terhadap
pertanyaan tentang perilaku seksual pra-nikah dengan lawan jenis yang
memungkinkan untuk terjadinya resiko aborsi. Diketahui sebanyak 43 responden
(40,6%) melakukan ngobrol dengan lawan jenis, 22 responden (20,8%) pernah
52
nonton dengan lawan jenis, 3 responden (2,8%) pernah jalan-jalan berdua
ditempat sepi dengan lawan jenis, 18 responden (17,0%) berpegangan tangan, 5
responden (4,7%) berciuman pipi,. Sebanyak 4 responden (3,8%) pernah
berpelukan dengan lawan jenis, 3 responden (2,8%) berciuman mulut, 1
responden (0,9%) berciuman leher, 2 responden (1,9%) pernah meraba buah
dada/alat kelamin dan 1 responden (0,9%) pernah melakukan hubungan seksual.
Para remaja tentu saja tidak luput dari berbagai informasi yang semakin
gencar beredar di masyarakat. Tanpa adanya atau tanpa dibekalinya remaja
dengan pengetahuan maupun sikap yang baik terhadap identitas negatif pada diri
remaja dan berbagai aspek yang terlibat seperti komunikasi yang baik maupun
informasi yang didapat mengenai proses kesehatan dan kesehatan reproduksi, hal
ini tentu dapat berpengaruh terhadap perilaku remaja seperti terjadinya hubungan
seks pra nikah yang berlanjut pada kejadian aborsi.
53
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Sebanyak 62 responden (58,5% ) berumur 17 tahun, 22 responden (20,8%)
berumur 16 tahun, dan 22 responden (20,8%) berumur 18 tahun.
2. Sebanyak 75 responden (70,8%) adalah perempuan dan 31 responden (29,2%)
adalah laki-laki.
3. Sebanyak 94 responden (88,7%) adalah berasal dari suku Sunda, 10
responden (9,4%) berasal dari suku Jawa dan 2 responden (1,9%) berasal dari
suku Batak. Tidak ada responden yang berasal dari suku selain yang
disebutkan.
4. Sebanyak 52 ayah responden (49,1%) memiliki tingkat pendidikan sedang
(tamat/ tidak tamat SMP dan yang sederajat dan tamat/ tidak tamat SMU dan
yang sederajat), 36 ayah responden (34,0%) memiliki tingkat pendidikan
rendah (tidak pernah sekolah, tamat/ tidak tamat SD dan yang sederajat) dan
18 ayah responden (17,0%) memiliki tingkat pendidikan tinggi (tamat/ tidak
tamat perguruan tinggi)
5. Sebanyak 50 ibu responden (47,2%) memiliki tingkat pendidikan sedang
(tamat/ tidak tamat SMP dan yang sederajat dan tamat/ tidak tamat SMU dan
yang sederajat), 48 ibu responden (45,3%) memiliki tingkat pendidikan rendah
(tidak pernah sekolah, tamat/ tidak tamat SD dan yang sederajat) dan 8 ibu
responden (7,5%) memiliki tingkat pendidikan tinggi (tamat/ tidak tamat
perguruan tinggi)
6. Komunikasi/diskusi mengenai abosi tersering dilakukan dengan teman sebaya
yang dinyatakan oleh 49 responden (46,2%), 13 responden (12,3%) dengan
guru, dan 4 responden (3,8%) dengan anggota keluarga.
7. Diketahui sumber informasi yang terbanyak didapatkan dari televisi yang
dinyatakan oleh 77 responden (72,6%), 37 responden (34,9%) dari koran, 22
responden (20,8%) dari majalah, 21 responden (19,8%) dari buku, 19
responden (17,9%) dari internet, 9 responden (8,5%) mendapatkan sumber
informasi dari radio.
54
8. Sebanyak 60 responden (56,6%) memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, 39
responden (36,8%) memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 7 responden
(6,6%) memiliki tingkat pengetahuan rendah.
9. Sebanyak 38 responden (35,8%) memiliki sikap yang baik, 62 responden
(58,5%) memiliki sikap sedang, dan 6 responden (3,7%) memiliki sikap
kurang.
10. Sebanyak 101 responden (95,3%) memiliki perilaku beresiko rendah, dan
hanya 5 responden (4,7%) yang memiliki perilaku beresiko tinggi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka perlu diadakan:
1. Pengoptimalisasian edukasi khususnya kepada institusi terkait mengenai
kesehatan reproduksi untuk mengantisipasi terjadinya perilaku remaja
yang menyimpang seperti aborsi akibat hamil diluar nikah.
2. Pembinaan untuk anggota keluarga, guru, teman sebaya dan lingkungan
sekitar untuk lebih mengadakan diskusi maupun komunikasi tanya
jawab mengenai aborsi maupun kesehatan reproduksi secara umumnya.
3. Penyediaan dan sosialisasi pengoptimalisasian dari penggunaan media
massa sebagai alat untuk mendapatkan informasi khususnya
menyangkut aborsi maupun kesehatan reproduksi.
4. Penyuluhan yang intensif tentang bahaya aborsi dan edukasi mengenai
perilaku seksual.
55
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Kesehatan Dunia (WHO), Aborsi Tidak Aman: Estimasi Global dan
Regional dari Insiden Aborsi Tidak Aman dan Kematian yang Berkaitan pada
tahun 2003. (Unsafe Abortion: Global and Regional Estimates of the
Incidence of Unsafe Abortion and Associated Mortality due to Unsafe
Abortion with a Listing of Available Country Data), edisi ketiga, Geneva:
Division of Reproductive Health (Technical Support) WHO, 1998.
2. Safe Motherhood Newsletter. Unsafe Abortion – A Worldwide Problem.
Issue 28, 2000.
3. Clowes. 1994. Fact of Life. [On-Line] http://www.aborsi.org diakses pada 11
Juni 2011.
4. Utomo B dkk., Insiden dan Aspek Sosial-Psikologis dari Aborsi di Indonesia:
Survei Komunitas di 10 Kota dan 6 Kabupaten, Tahun 2000 (Insidence and
Social-Psychological Aspects of Abortion in Indonesia: A Community-Base
Survey in 10 Major Cities and 6 Districts, Year 2000), Pusat Penelitian
Kesehataan, Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
5. Badan Kesehatan Dunia (WHO), Aborsi Tidak Aman: Estimasi Global dan
Regional dari Insiden Aborsi Tidak Aman dan Kematian yang Berkaitan pada
tahun 2003. (Unsafe Abortion: Global and Regional Estimates of the
Incidence of Unsafe Abortion and Associated Mortality in 2003), edisi kelima,
Geneva:WHO, 2007.
6. Depkes RI. Strategi Nasional Kesehatan Remaja. Direktorat Kesehatan
Keluarga Dirjen BinKesmAs Depkes RI, Jakarta, 2005.
7. Sukmaningsih. I., 2003. Pelajar SMU yang Hamil di Luar Nikah Makin
Banyak. http://www.tempointeraktif.com diakses pada 10 Juli 2011.
8. Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social,
Studies and Action, Maret 1991. http://www.aborsi.org diakses pada 10
September 2011
9. Cunningham F Gary, et al. William Obstetrics, 22th Ed. New York, McGraw-
Hill, 2007.
56
10. Dorland, W.A . Kamus kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC, Jakarta, 2002.
11. Sastrawinata, Sulaeman: Obstetri Patologi. Bagian Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, 1981.
12. Prawirohardjo, Sarwono: Aborsi. Ilmu kebidanan, Edisi 2. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2008.
13. Mansjoer, Arif M, dkk: Kapita selekta Kedokteran. Media Aesculapius,
Jakarta, 2001.
14. Apuranto, H dan Hoediyanto: Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal.
Bag. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
UNAIR, Surabaya, 2006
15. Hanafiah, M Jusuf: Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi 4. EGC,
Jakarta, 2008.
16. Mussen, Paul Henry dkk: Perkembangan dan Kepribadian Anak. Arcan,
Jakarta, 1994.
17. Sarwono, S.W: Pengantar Psikologi Umum. N.V Bulan, Jakarta, 1988.
18. Monks, F.J.- A.M.P. Knoers, Siti Rahayu Haditono: Psikologi Perkembangan
Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, 2001.
19. Hurlock, E.B: Psikologi Perkembangan: Edisi 6. Jilid 2. Alih Bahasa Meitasari
Tjandrasa. Erlangga, Jakarta, 1990.
20. Santrock, JW: Life-Span Development Jilid 2. Erlangga, Jakarta, 2002.
21. Azwar, Saifudin: Metode Penelitian, Edisi kesatu. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2003
22. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rhineka Cipta
23. Hadi, Sutrisno, (2000). Analisis Regresi, Edisi enam. Andi Offset,
Yogyakarta, 2002.
24. Effendi Fikri. Faktor-faktor yang Mempegaruhi Pengetahuan Sikap dan
Perilaku. Dalam Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu-ibu tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di RW 05 Kelurahan Kayu
Putih Tahun 1996 [Laporan Hasil Penelitian]. Bagian Kedokteran Komunitas
FKUI, Jakarta, 1996.
57
25. Suarta, S., Pendidikan Sosial dan Reproduksi Berbasis Sekolah.
http://www.situs.kesrepro.info diakses pada tanggal 10 Juli 2011
26. Budiono Kusumohamodjojo: Kebhinekaan Masyarakat Indonesia. Grasindo,
Jakarta, 2000,
27. Andayani Tri Rejeki. Perilaku Seksual Pranikah dan Sikap terhadap Aborsi.
FK UNDIP, Semarang, 2006.
58
Lampiran 01
Petunjuk Pengisian :1. Silahkan anda isi kuesioner di bawah ini dengan jujur sesuai dengan keadaanyang sebenarnya karena jawaban bersifat pribadi dan akan kami rahasiakandengan sebaik mungkin2. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti dan cermat. Tidak perlu bertanyakepada teman-teman anda di sekolah karena hasil diharapkan murni dari jawabanpribadi dan akan DIRAHASIAKAN3. Selamat bekerja !!!
I. Identitas dan Karakter Responden1. Jenis Kelamin :2. Tanggal lahir/umur :3. Agama :4. Kelas :5. Asal daerah :6. Jumlah saudara kandung :7. Tinggal dengan :
II. Faktor Keluarga1. Pendidikan Ayah :2. Pendidikan Ibu :3. Pekerjaan Ayah :4. Pekerjaan Ibu :5. Apakah pernah diskusi tentang aborsi dengan keluarga dalam 6 bulan
terakhir ini ?1. Pernah 2. Tidak pernah (teruskan ke bagian
III)6. Bila pernah dengan siapa ?
1. Ayah2. Ibu3. Saudara pria atau wanita
7. Kapan anda membicarakan topik tersebut ?1. Setiap ada kesempatan2. Waktu makan malam3. Waktu makan siang
III. Lingkungan sosial1. Apakah anda pernah mendengar istilah tentang aborsi dari media massa
:(6 bulan terakhir)a. Ya b. Tidak (teruskan ke no.3)
2. Jika ya, darimana anda paling sering mendengar istilah aborsi(Jawaban boleh lebih dari 1)1. Koran2. Majalah
No. Kuesioner :
59
3. Buku-buku4. Televisi5. Radio6. Internet
3. Pernahkah anda membicarakan masalah aborsi dengan teman sebaya ?(6 bulan terakhir)a. Ya b. Tidak (teruskan ke no. 6)
4. Seberapa sering anda dalam membicarakan masalah aborsi denganteman sebaya?a. Sering (> 1 kali seminggu)b. Kadang-kadang (1-3 kali sebulan)c. Jarang (1 kali dalam 6 bulan)d. Tidak pernah
5. Kapan waktu anda mendiskusikan tentang topik ini dengan teman anda?a. Waktu belajar di sekolah c. Saat istirahatb. Belajar kelompok d. Bila diperlukan
6. Pernahkah anda membicarakan masalah aborsi dengan guru di sekolah ?(6 bulan terakhir)a. Ya b. Tidak (teruskan ke bagian IV)
7. Seberapa sering anda dalam membicarakan masalah aborsi dengan guru?a. Sering (> 1 kali seminggu)b. Kadang-kadang (1-3 kali sebulan)c. Jarang (1 kali dalam 6 bulan)d. Tidak pernah
8. Kapan waktu anda mendiskusikan tentang topik ini dengan guru sekolah?a. Waktu belajar di sekolah c. Saat istirahatb. Belajar kelompok d. Bila diperlukan
IV. Pengetahuan tentang AborsiJawablah pertanyaan di bawah ini dengan melingkari salah satu jawabanyang menurut anda paling tepat1. Apa yang dimaksud dengan aborsi ?
a. Menggugurkan janin dalam rahimb. Suatu tindakan untuk mengugurkan janin yang tidak dikehendakic. Menggugurkan kandungan secara paksad. Gugurnya kehamilan sebelum mencapai usia kandungan 5 bulane. Bukan salah satu di atas
2. Jenis Aborsi :a. Aborsi spontanb. Aborsi buatanc. A dan B benard. A dan B salahe. BSSD
60
3. Aborsi yang dilakukan dengan sengaja tanpa alasan kesehatan ataumedis disebut dengan :a. Aborsi spontanb. Aborsi buatan medisc. Aborsi buatan kriminalitasd. Semua salahe. Semua benar
4. Penyebab aborsi yang sering dilakukan oleh remaja :a. Kehamilan yang tidak diinginkan d. Semua benarb. Belum menikah e. Semua salahc. Pasangan tidak mau bertanggung jawab
5. Aborsi yang aman (dengan indikasi medis ) dapat dilakukan oleh :a. Dukun d. Dokter umumb. Bidan e. Semua salahc. Dokter Spesialis Kandungan
6. Tindakan aborsi yang beresiko tinggi :a. Penggunaan ramuan d. A dan B salahb. Pijatan pada rahim e. BSSDc. A dan B benar
7. Akibat yang ditimbulkan oleh tindakan aborsi :a. Perdarahanb. Luka pada leher rahimc. Kemandulan akibat infeksid. Kematiane. Semua benar
8. Dampak psikologis bagi seseorang yang telah menjalani aborsi adalah:a. Ketegangan mental d. Stressb. Perasaan bersalah e. Semua benarc. Depresi
9. Seseorang yang sengaja melakukan aborsi, menurut Hukum Indonesiadapat dihukum :a. Hukum Pidana d. Hukum Adatb. Hukum Perdata e. Hukum Agamac. Hukum Masyarakat
V. Perilaku1. Apakah anda dulu atau saat ini memiliki hubungan setia/pacaran ?
1. Ya 2. Tidak (jika tidak, lanjutkan keNo. 4)
2. Apa yang pernah anda lakukan dengan lawan jenis dari piliohan dibawah ini (jawaban boleh lebih dari 1)a. Ngobrolb. Nontonc. Jalan-jalan berduaan di tempat sepid. Pegangan tangane. Berciuman pipi
61
f. Berpelukang. Berciuman muluth. Berciuman leheri. Meraba buah dada/alat kelaminj. Hubungan seksual
62
VI. Sikap terhadap AborsiJawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda ceklist () pada tempat yang telah sediakan
No. PERNYATAANSangatSetuju
Setuju Ragu-RaguTidakSetuju
SangatTidakSetuju
1 Kehamilan diluar nikah sebaiknya diakhiri dengan aborsi
2 Bila remaja belum menikah dan mengalami kehamilan, bolehmelakukan aborsi untuk mengakhiri kehamilan
3 Salah seorang sahabat Anda mengalami kehamilan diluarnikah, bermaksud mengakhiri kehamilannya, bagaimanakahsikap anda ?
4 Jika kakak/adik perempuan anda dihamili oleh pacarnya daningin melakukan aborsi, bagaimana sikap anda ?
5 Bila anda (wanita) mengalami kehamilan oleh pacar/kekasih,maka untuk mengakhiri kehamilan, aborsi adalah tindakanyang tepat
6 Bila anda (pria) mempunyai kekasih yang sedang hamil olehperbuatan anda berdua, maka untuk mengakhiri kehamilan,aborsi adalah tindakan yang tepat
63
Lampiran 02
HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER
Batas nilai valid sesuai r tabel ( α = 0,05, n = 30) = 0,361. Jika r hasil lebih besar dari r tabel,
maka pertanyaan tersebut dianggap valid
SIKAPButir No. Corrected Item-Total Correlation Keterangan
1 0.743 Valid
2 0.502 Valid
3 0.700 Valid
4 0.681 Valid
5 0.664 Valid
6 0.764 Valid
PERILAKUButir No. Corrected Item-Total
Correlation
Keterangan
1 0,176 Tidak Valid
2 0,605 Valid
3 0,585 Valid
4 0,482 Valid
5 0,537 Valid
6 0,343 Tidak Valid
7 0,564 Valid
8 0,072 Tidak Valid
9 0,585 Valid
10 0,585 Valid
Ket: r alpha > r table
Pertanyaan reliabel
PENGETAHUAN
Uji Validasi mengunakan software Iteman.
64
Secara umum kriteria pemilihan soal pilihan ganda:
Kriteria Koefisien Keputusan
Tingkat Kesukaran 0,30 s.d. 0,70 (sedang) Diterima
0,10 s.d. 0,29 atau 0,70 s.d. 0,90
(sukar atau mudah) Direvisi
< 0,10 atau > 0,90 (sangat
sukar atau sangat mudah) Ditolak
Daya Pembeda > 0,3 Diterima
0,10 s.d 0,29 Direvisi
< 0,10 Ditolak
Proporsi Jawaban > 0,05 Berfungsi baik
Item Statistics Alternative Statistics Ket
Seq.no
Scale-item
Prop.correct
Biser Pointbiser
Alt. Prop.endorsing
Biser Pointbiser
key
1 0-1 0,400 0,671 0,529 ABCDE
Other
0.4330.1330,0330,4000,0000,000
-0.6500.119-0.3910.671-9.000-9.000
-0.5160.075-0.1620.529-9.000-9.000
*
Valid
2 0-2 0.633 0.525 0.410 ABCDE
Other
0.0000.0330.2330.1000.6330.000
-9.000-0.391-0.5970.0810.525-9.000
-9.000-0.162-0.4320.0470.410-9.000
*
Valid
3 0-3 0.633 0.471 0.368 ABCDE
Other
0.1670.0670.6330.0670.0670.000
-0.257-0.2920.471-0.6050.021-9.000
-0.172-0.1510.368-0.3140.011-9.000
*
Valid
4 0-4 0.800 0.694 0.486 ABCD
Other
0.1330.0000.0670.8000.000
-0.633-9.000-0.4490.694-9.000
-0.401-9.000-0.2330.486-9.000
*
Valid
65
5 0-5 0.833 0.662 0.444 ABCDE
Other
0.0000.1000.8330.0000.0670.000
-9.000-0.7270.662-9.000-0.292-9.000
-9.000-0.4250.444-9.000-0.151-9.000
*
Valid
6 0-6 0.833 0.581 0.389 ABCD
Other
0.0000.1000.0670.8330.000
-9.000-0.727-0.1360.581-9.000
-9.000-0.425-0.0700.389-9.000
*
Valid
7 0-7 0.900 0.727 0.425 ABCDE
Other
0.0330.0000.0000.0670.900
-0.663-9.000-9.000-0.6050.727
-0.274-9.000-9.000-0.3140.425 *
Valid
8 0-8 0.767 0.663 0.480 ABCDE
Other
0.0000.1330.1000.0000.7670.000
-9.000-0.633-0.381-9.0000.663-9.000
-9.000-0.401-0.223-9.0000.480-9.000
*
Valid
9 0-9 0.633 0.471 0.368 ABCDE
Other
0.6330.0330.0330.0000.3000.000
0.4710.155-0.118-9.000-0.518-9.000
0.3680.064-0.049-9.000-0.393-9.000
* Valid
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Telp. : (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 7404985J1. Kertamukti Pisangan Ciputat 15419 Tangerang Selatan Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail : flcik@uinjlct.ac.ici
66
Nomor : Un.01/ F.10/ KM. 03.1/3—/2011 Lamp :Hal : Izin Pengambilan Data Penelitian
Kepada Yth, Kepala
Sekolah
MAN Model Ciwaringin
kab. Cirebon
Jakarta, 27 Juli 2011
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa mahasiswa berikut ini akanmelaksanakan penelitian dengan judul " Gambaran Pengetahuan,Sikap, dan Perilaku Remaja Mengenai Abortus Provokatus" :
Nama : IHDA SILVIA
Nomor Induk Mahasiswa : 108103000055
Program Studi : Pendidikan Dokter
Semester : VI (Enam)
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon mahasiwa tersebutdiizinkan untuk melakukan validasi kuesioner (Uji Kuesioner) di instansiyang Bapak/Ibu pimpin.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan
terima kasih. Wassalaamu'alaikum Wr.Wb.
A.n. Dekan,Pembantu DekanBidang Administrasi Umum,
Tembusan :Yth. Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Telp. : (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 7404985J1. Kertamukti Pisangan Ciputat 15419 Tangerang Selatan Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail : flcik@uinjlct.ac.ici
67
Nomor : Un.01/ F.10/ KM. 03.1/3—/2011Lamp :Hal : Izin Validasi (Uji) Kuesioner
Kepada Yth,
Kepala Sekolah
SMA Triguna
C i p u t a t
Jakarta, 27 Juli 2011
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa mahasiswa berikut ini akanmelaksanakan penelitian dengan judul " Gambaran Pengetahuan,Sikap, dan Perilaku Remaja Mengenai Abortus Provokatus" :
Nama : IHDA SILVIA
Nomor Induk Mahasiswa : 108103000055
Program Studi : Pendidikan Dokter
Semester : VI (Enam)
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon mahasiwa tersebutdiizinkan untuk melakukan validasi kuesioner (Uji Kuesioner) di instansiyang Bapak/Ibu pimpin.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan
terima kasih. Wassalaamu'alaikum Wr.Wb.
A.n. Dekan,Pembantu DekanBidang Administrasi Umum,
Tembusan :Yth. Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI
(MAN) MODELBABAKAN CIWARINGIN CIREBON
Alamat JIn. Desa Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon Telp/Fax (0231) 342187 Kode Pos 45167 Website :
www.manciwaringin.schid
SURAT KETERANGAN
68
Nomor : Ma.10.3/PP.006/ 400 /2011
Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon,menerangkan :
Nama : IHDA SILVIA
N I M : 108103000055
Prodi : Pendidikan Dokter
Semester : VI (Enam)
Telah melaksanakan Penelitian dengan judul: "Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Remaja Mengenai Bahaya Abortus Provokatus di MAN Model Ciwaringin
Tahun 2011 " pada tanggal 14 Agustus 2011.
Demikian Surat Keterangan ini kami buat, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Ciwaringin, 14 Agustus 2011
69
Lampiran 05
Master Tabel Hasil Penelitian dgn SPSS
usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 16 22 20.8 20.8 20.8
17 62 58.5 58.5 79.2
18 22 20.8 20.8 100.0
Total 106 100.0 100.0
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 31 29.2 29.2 29.2
perempuan 75 70.8 70.8 100.0
Total 106 100.0 100.0
suku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid sunda 94 88.7 88.7 88.7
jawa 10 9.4 9.4 98.1
batak 2 1.9 1.9 100.0
Total 106 100.0 100.0
skor_pd_ayah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Rendah 36 34.0 34.0 34.0
Sedang 52 49.1 49.1 83.0
Tinggi 18 17.0 17.0 100.0
Total 106 100.0 100.0
skor_pd_ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 48 45.3 45.3 45.3
2 50 47.2 47.2 92.5
3 8 7.5 7.5 100.0
Total 106 100.0 100.0
70
diskusi dgn keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Pernah 4 3.8 3.8 3.8
tidak pernah 102 96.2 96.2 100.0
Total 106 100.0 100.0
Diskusi dgn teman sebaya
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 49 46.2 46.2 46.2
Tidak 57 53.8 53.8 100.0
Total 106 100.0 100.0
informasi dari guru
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 13 12.3 12.3 12.3
Tidak 93 87.7 87.7 100.0
Total 106 100.0 100.0
informasi dari koran
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 37 34.9 34.9 34.9
Tidak 69 65.1 65.1 100.0
Total 106 100.0 100.0
informasi dari majalah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 22 20.8 20.8 20.8
Tidak 84 79.2 79.2 100.0
Total 106 100.0 100.0
informasi dari buku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 21 19.8 19.8 19.8
Tidak 85 80.2 80.2 100.0
Total 106 100.0 100.0
71
informasi dari televisi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 77 72.6 72.6 72.6
Tidak 29 27.4 27.4 100.0
Total 106 100.0 100.0
informasi dari radio
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 9 8.5 8.5 8.5
Tidak 97 91.5 91.5 100.0
Total 106 100.0 100.0
informasi dari internet
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 19 17.9 17.9 17.9
Tidak 87 82.1 82.1 100.0
Total 106 100.0 100.0
regrouping hasil pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Rendah 7 6.6 6.6 6.6
Sedang 39 36.8 36.8 43.4
Tinggi 60 56.6 56.6 100.0
Total 106 100.0 100.0
hasil_sikap2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 6 3,7 3,7 3,7
Sedang 63 58,5 58,5 47,4
Baik 38 35,8 35,8 100.0
Total 106 100.0 100.0
Perilaku_hasil
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Resiko rendah 101 95.3 95.3 95.3
Resiko tinggi 5 4.7 4.7 100.0
Total 106 100.0 100.0
72
pengetahuan1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 34 32,1 32,1 67,9
Benar 72 67,9 67,9 100.0
Total 106 100.0 100.0
pengetahuan2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 23 21.7 21.7 21.7
Benar 83 78.3 78.3 100.0
Total 106 100.0 100.0
pengetahuan3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 43 40.6 40.6 40.6
Benar 63 59.4 59.4 100.0
Total 106 100.0 100.0
pengetahuan4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 5 4.7 4.7 4.7
Benar 101 95.3 95.3 100.0
Total 106 100.0 100.0
pengetahuan5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 7 6.6 6.6 6.6
Benar 99 93.4 93.4 100.0
Total 106 100.0 100.0
73
pengetahuan6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 12 11.3 11.3 11.3
Benar 94 88.7 88.7 100.0
Total 106 100.0 100.0
pengetahuan7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 4 3.8 3.8 3.8
Benar 102 96.2 96.2 100.0
Total 106 100.0 100.0
pengetahuan8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 6 5.7 5.7 5.7
Benar 100 94.3 94.3 100.0
Total 106 100.0 100.0
pengetahuan9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Salah 58 54.7 54.7 54.7
Benar 48 45.3 45.3 100.0
Total 106 100.0 100.0
sikap1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid ragu-ragu 2 1.9 1.9 1.9
tidak setuju 39 36.8 36.8 38.7
sangat tidak setuju 65 61.3 61.3 100.0
Total 106 100.0 100.0
74
sikap2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid setuju 1 .9 .9 .9
ragu-ragu 5 4.7 4.7 5.7
tidak setuju 42 39.6 39.6 45.3
sangat tidak setuju 58 54.7 54.7 100.0
Total 106 100.0 100.0
sikap3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ragu-ragu 7 6.6 6.6 6.6
tidak setuju 41 38.7 38.7 45.3
sangat tidak setuju 58 54.7 54.7 100.0
Total 106 100.0 100.0
sikap4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid setuju 1 .9 .9 .9
ragu-ragu 7 6.6 6.6 7.5
tidak setuju 30 28.3 28.3 35.8
sangat tidak setuju 68 64.2 64.2 100.0
Total 106 100.0 100.0
75
sikap5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid setuju 1 .9 .9 .9
ragu-ragu 3 2.8 2.8 3.8
tidak setuju 40 37.7 37.7 41.5
sangat tidak setuju 62 58.5 58.5 100.0
Total 106 100.0 100.0
sikap6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid setuju 2 1.9 1.9 1.9
ragu-ragu 4 3.8 3.8 5.7
tidak setuju 41 38.7 38.7 44.3
sangat tidak setuju 59 55.7 55.7 100.0
Total 106 100.0 100.0
Perilaku 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 43 40.6 40.6 40.6
Tidak 63 59.4 59.4 100.0
Total 106 100.0 100.0
Perilaku 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 22 20.8 20.8 20.8
Tidak 84 79.2 79.2 100.0
Total 106 100.0 100.0
Perilaku 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 3 2.8 2.8 2.8
Tidak 103 97.2 97.2 100.0
Total 106 100.0 100.0
76
Perilaku 4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 18 17.0 17.0 17.0
Tidak 88 83.0 83.0 100.0
Total 106 100.0 100.0
Perilaku 5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 5 4.7 4.7 4.7
Tidak 101 95.3 95.3 100.0
Total 106 100.0 100.0
Perilaku 6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 4 3.8 3.8 3.8
Tidak 102 96.2 96.2 100.0
Total 106 100.0 100.0
Perilaku 7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 3 2.8 2.8 2.8
Tidak 103 97.2 97.2 100.0
Total 106 100.0 100.0
77
Perilaku 8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 1 .9 .9 .9
Tidak 105 99.1 99.1 100.0
Total 106 100.0 100.0
Perilaku 9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 2 1.9 1.9 1.9
Tidak 104 98.1 98.1 100.0
Total 106 100.0 100.0
Perilaku 10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 1 .9 .9 .9
Tidak 105 99.1 99.1 100.0
Total 106 100.0 100.0
top related