g12 lhp beny samas&kebumen
Post on 30-May-2018
272 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
1/106
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
DEPARTEMEN KEHUTANANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
BALAI PENELITIAN KEHUTANAN SOLO
LAPORAN HASIL PENELITIAN
(LHP)
TAHUN ANGGARAN 2007
MODEL REHABILITASI LAHAN DAN
KONSERVASI TANAH PANTAI BERPASIR
Penanggung Jawab Kegiatan :
Ir. Beny Harjadi, MSc.
SURAKARTA, DESEMBER 2007
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
2/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN
MODEL REHABILITASI LAHAN DAN
KONSERVASI TANAH PANTAI BERPASIR
Tahun 2007
Surakarta, Desember 2007
Diperiksa oleh :
Kepala Seksi EP,
Drs. Prapto Suhendro
NIP. 710 000 452
Diperiksa oleh :
Ketua Kelti KTA,
Ir. Sukresno, MSc
NIP. 710 001 486
Disusun oleh,
Ketua Tim Pelaksana
Ir. Beny Harjadi, MSc
NIP. 710 017 594
Disahkan oleh :
Kepala BPK Solo,
Ir. Edy Subagyo, MP.NIP. 710 008 439
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
3/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
iii
KATA PENGANTAR
Laporan kegiatan penelitian lahan pantai berpasir tahun 2007 yang berjudul
: Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasirmerupakankegiatan pengembangan dan sosialisasi hasil penelitian yang pernah dilakukan di
Samas, Yogyakarta. Judul tersebut merupakan bagian dari UKP Teknologi dan
Kelembagaan Rehabilitasi Lahan Terdegradasi.
Laporan ini berisikan informasi mengenai kegiatan pengembangan pada
lahan pantai berpasir dengan mengembangkan berbagai macam tanaman tanggul
angin yang terdiri dari cemara laut, tanaman buah-buahan dan tanaman kehutanan.
Disamping itu juga dengan tanam tanaman semusim dan kelengkapan sarana dan
prasarana untuk pengamatan berbagai macam fisik tanah dan iklim, meliputi
evaporasi, kecepatan angin, erosi tanah, dan lain-lain. Sehingga tujuan penelitian ini
adalah : untuk menyediakan sarana pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai
berpasir yang sesuai, berupa demplot yang representatif serta inovatif yang memuat
kegiatan-kegiatan antara lain :
1) Mengembangkan jalur TA dengan tanaman Casuarina equisetifolia.
2) Mengembangkan sarana pengairan berupa sumur bak renteng.
3) Mengembangkan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai.
4) Meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat
5) Meningkatkan kenyamanan lingkungan sekitar wisata.
Dengan selesainya laporan ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan acuan
untuk penelitian yang sejenis baik di rumah kaca maupun di lapangan. Selanjutnya
ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh Tim Peneliti, Pemimpin Proyek
serta rekan-rekan di BPK Solo yang telah memberikan saran dan kritik.
Surakarta, Desember 2007
Kepala Balai,
Ir. Edy Subagyo, MPNIP. 710 008 439
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
4/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
iv
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Oleh :
Beny Harjadi, S.Andy Cahyono, Dona Octavia,
Gunawan, Arif Priyanto, dan Siswo
ABSTRAK
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor10/Men/2002 tentang pedoman umum perencanaan pengelolaan pesisir terpadu;dan UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati danEkosistemnya; dan pentingnya pesisir pantai yang kaya akan SDA dan jasalingkungan, hendaknya pemanfaatan lahan pantai berpasir dilakukan secara baik danbenar dan dapat berfungsi ganda, yaitu untuk mengendalikan erosi (angin) dan untukmeningkatkan pendapatan masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim dantanaman keras serta buah-buahan yang sesuai dan bernilai ekonomis. Pada wilayahpantai berpasir, dimana berlangsung erosi angin yang terjadi secara terus menerus,kondisi lahannya marginal dan cenderung diabaikan. Peristiwa tersebut menjadikanlahan pantai berpasir menjadi semakin kritis, baik untuk wilayah itu sendiri maupunwilayah di belakangnya. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyediakan saranapengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai berpasir yang sesuai. Pada wilayahpantai berpasir berlangsung erosi angin yang terjadi terus menerus, kondisi lahannyamarginal dan tidak terurus. Peristiwa tersebut menjadikan lahan pantai berpasirmenjadi semakin kritis. Metode penelitian meliputi : (a) Kegiatan penetapan lokasi, pembuatan rancangan, dan pemetaan lokasi antara lain : patok, meteran, kompas,peta dasar. (b).Kegiatan pembuatan sarana penahan erosi pasir tanaman TA, antaralain : Casuarina equisetifolia (cemara laut). (c) Bibit tanaman budidaya semusim untukditanam di antara jalur tanaman TA antara lain : bawang merah dan jagung (Zeamays L.). (d).Kegiatan perbaikan tanah berupa pupuk kandang dengan dosis 20 ton/haserta pupuk anorganik ZA, KCl, urea, TSP, insektisida, dan fungisida. (e).Kegiatan pengembangan sarana pengairan tanaman budidaya antara lain berupa bakrenteng, pralon, gembor, selang, pompa air. (f).Kegiatan pengamatan perlakuan,antara lain: Sand trap, evaporimeter, ombrometer, anemometer, termometer udara,dan termometer tanah. tanaman tanggul angin yang dikembangkan di pantaiberpasir yaitu cemara laut (Casuarina equisetifolia). Tinggi cemara laut dari umursatu tahun sampai 7 tahun tahun rata-rata ketinggiannya berurutan : 58,7; 126,4;130; 125,2; 320, 530, 810 cm. Hasil produksi bawang merah tahun 2007 20,3ton/ha dengan harga jual Rp. 96.425.000,- dan untuk cabe merah Rp 24 ton/hadengan harga jual Rp 96.000.000,-. Kondisi iklim pantai berpasir desaKaranggadung, kecamatan Petanahan kabupaten Kebumen adalah : suhu udara 27-36 oC,, suhu tanah 33-36 oC, evaporasi 0,9 mm/hari, kecepatan angin 12 km/jamdan erosi angin 15,24 g/bulan. Curah hujan berlangsung selama 6 bulan dari bulanOktober sampai Maret dengan rata-rata 113 566 mm/hari.
Kata Kunci : Rehabilitasi, Konservasi Tanah, Pantai Berpasir, Erosi angin, Kebumen
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
5/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................................... vDAFTAR TABEL...................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xii
I. PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan dan Sasaran UKP ................................................................................... 2
D. Tujuan dan Sasaran PPTP .................................................................................. 3
E. Tujuan dan Sasaran RPTP Tahun 2007.............................................................. 3
F. Luaran Tahun 2007............................................................................................. 4
G. Ruang Lingkup Tahun 2007............................................................................... 4
H. Hasil yang Telah Dicapai................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 8
A. Lahan Kritis dan Upaya Rehabilitasi ................................................................. 8
B. Erosi Angin......................................................................................................... 9
1. Proses Erosi Angin......................................................................................... 9
2. Faktor-faktor Penyebab Erosi Angin ........................................................... 11
3. Erosi Angin Pada Lahan Pantai Berpasir..................................................... 11
C. Model Pengendalian Erosi Angin..................................................................... 12
1. Metode Pengendalian Kecepatan Angin...................................................... 12
2. Metode Pengendalian Faktor Tanah............................................................. 13
D. Teknik Budidaya Tanaman yang Dikembangkan........................................... 15
1. Tanaman Tanggul Angin ............................................................................ 15
1.1. Cemara Laut (Casuarina equisetifolia).................................................. 15
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
6/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
vi
1.2. Pandan (Pandanus tectorius) ................................................................. 16
2. Tanaman Tahunan........................................................................................ 17
2.1. Keben (Barringtonia asiatica) = Lecythidaceae/Barringtoniaceae ....... 17
2.2. Bintangur (Calophyllum inophyllum) = Guttiferae................................ 17
2.3. Waru (Hibiscus tilliaceus) = Malvaceae................................................ 18
2.4. Ketapang (Terminalia catappa) = Combretaceae.................................. 18
3. Tanaman Budidaya...................................................................................... 19
3.1. Semangka (Citrullus vulgaris) ............................................................... 19
3.2. Terong Ungu (Solanum melongena) ...................................................... 19
3.3. Bawang Merah (Allium cepa) ................................................................ 20
3.4. Cabe Merah Keriting (Capsicum annuum
) ............................................ 203.5. Kacang Panjang (Vigna sinensis)........................................................... 21
E. Sosial, Ekonomi dan Budaya............................................................................ 21
1. Adopsi .......................................................................................................... 21
2. Pengertian Partisipasi ................................................................................... 23
3. Perencanaan Partisipatif ............................................................................... 25
III. BAHAN DAN METODE ................................................................................... 30
A. Lokasi Penelitian dan Tata Waktu .................................................................. 30
B. Bahan dan Metode.......................................................................................... 33
1. Jenis Kegiatan .............................................................................................. 33
2. Tahapan Kegiatan......................................................................................... 33
2.1. Pemeliharaan jalur tanaman TA permanen Casuarina equisetifolia di
Samas dan pengembangan jalur tanaman TA di Kebumen ................. 33
2.2. Pemeliharaan sarana pengairan berupa sumur bak renteng .................. 36
2.3. Pengembangan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai....... 36
2.4. Peningkatkan tingkat pendapatan masyarakat ...................................... 36
2.5. Peningkatkan kenyamanan lingkungan sekitar wisata.......................... 37
3. Parameter ..................................................................................................... 37
3.1. Tanaman TA sebagai Pengendali Erosi Pasir ........................................ 37
3.2. Pengembangan sarana pengairan berupa sumur bak renteng................. 37
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
7/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
vii
3.3. Pengembangan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai........ 37
3.4. Peningkatan tingkat pendapatan masyarakat ......................................... 38
3.5. Peningkatan kenyamanan lingkungan sekitar wisata............................. 38
4. Pengambilan Data ........................................................................................ 39
4.1. Tanaman TA Casuarina equisetifolia.................................................... 39
4.2. Sarana Pengairan................................................................................... 39
4.3. Model Tanaman Budidaya .................................................................... 39
4.4. Tingkat Pendapatan Masyarakat ............................................................ 39
4.5. Kenyamanan Lingkungan Wisata ......................................................... 40
5. Pengolahan dan Analisa Data....................................................................... 41
5.1. Tanaman TACasuarina equisetifolia
................................................... 415.2. Sarana pengairan berupa sumur bak renteng ........................................ 41
5.3. Model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai................................ 41
5.4. Tingkat pendapatan masyarakat............................................................ 41
5.5. Kenyamanan lingkungan sekitar wisata................................................. 42
IV. BIAYA DAN ORGANISASI PELAKSANA.................................................... 43
V. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................... 45
A. Pengembangan Jalur TA dengan tanaman Casuarina equisetifolia ................ 45
a. Pertumbuhan Cemara Laut............................................................................ 45
b. Tanggul Angin Sementara............................................................................. 48
B. Pengembangan Sarana Pengairan Berupa Sumur Bak Renteng....................... 49
a. Kondisi Biofisik ............................................................................................ 49
i. Kesuburan Tanah ....................................................................................... 49
ii. Suhu Tanah ............................................................................................... 54
b. Perubahan Iklim ............................................................................................ 56
i. Evaporasi.................................................................................................... 56
ii. Curah Hujan.............................................................................................. 60
iii. Kecepatan angin....................................................................................... 60
iv. Suhu Udara............................................................................................... 61
c. Instalasi Air ................................................................................................... 62
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
8/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
viii
C. Pengembangan Model Pola Tanam Tanaman Budidaya yang Sesuai.............. 63
a. Tanaman Semusim........................................................................................ 63
b. Teknik Budidaya Tanaman Semusim ........................................................... 65
i. PENANAMAN PADI GOGO ................................................................... 65
ii. PENANAMAN JAGUNG........................................................................ 66
iii. PENANAMAN KACANG TANAH....................................................... 67
iv. PENANAMAN LOMBOK/CABE.......................................................... 68
v. PENANAMAN BAWANG MERAH....................................................... 69
D. Peningkatan Tingkat Pendapatan Masyarakat.................................................. 71
a. Kelompok Tani Pasir Makmur..................................................................... 71
b. Masyarakat Karanggadung .......................................................................... 77c. Kelembagaan................................................................................................ 81
E. Peningkatan Kenyamanan Lingkungan Sekitar Wisata................................... 83
a. Kunjungan Wisata........................................................................................ 84
b. Pendapatan Wisata ....................................................................................... 84
VI. KESIMPULAN................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 87
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
9/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan Evaluasi Konvensional dan Partisipatif ............................... 29
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai
Berpasir 2007 .......................................................................................... 32
Tabel 3. Tim Pelaksana Kegiatan Tahun 2007 ......................................................... 44
Tabel 4. Tinggi Cemara Laut Tahun 2005 sampai 2007 di Karanggadung, Kebumen
................................................................................................................. 46
Tabel 5. Tinggi tanaman Cemara Tahun 1994 sampai 2003 di Samas, Bantul ....... 47
Tabel 6. Perbandingan Unsur Kandungan Unsur Hara Lahan Pantai Berpasir di
Kebumen dan Bantul............................................................................... 50
Tabel 7. Kriteria Tingkatan Kandungan Unsur Hara Tanah..................................... 51
Tabel 8. Data Suhu Tanah Ke dalaman 15, 30 dan > 30 cm di Kebumen Tahun 2007
................................................................................................................. 54
Tabel 9. Data Evaporasi Dekat Pantai Tahun 2007 di Kebumen............................. 57
Tabel 10. Data Evaporasi Jauh dari Pantai Tahun 2007 di Kebumen...................... 58
Tabel 11. Data Kecepatan Angin Siang dan Malam Hari di Pantai Berpasir kebumen
................................................................................................................. 60
Tabel 12. Suhu Udara pada Siang dan Malam Hari Tahun 2007 di Kebumen........ 61
Tabel 13. Data Produksi tanaman Bawang Merah (Brambang) dan Cabe dari Tahun
2000 sampai 2007 di Bantul.................................................................... 64
Tabel 14. Anggota Kelompok Tani Pasir Makmur, Karanggadung, Petanahan....... 76
Tabel 15. Mata pencaharian utama penduduk Desa Karanggadung........................ 79
Tabel 16. Kunjungan Obyek Wisata di Karanggadung Tahun 2006 dan 2007 ....... 83
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
10/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proses Penyusunan Rencana ................................................................... 26
Gambar 2. Lokasi Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Samas, Bantul sejak Tahun
1994 dan Karanggadung, Kebumen Sejak Tahun 2005....................... 30
Gambar 3. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di desa Karanggadung,
Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Sejak Tahun 2005 ....... 31
Gambar 4. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di desa Srigading, Kecamatan
Samas, Kabupaten Bantul, Sejak Tahun 1994 ..................................... 31
Gambar 5. Layout Pengembangan Demplot Tanaman Budidaya dan Tanaman
Tanggul Angin ..................................................................................... 35
Gambar 6. Sebaran Probabilitas Normal Cemara Laut di Kebumen (KT0-KT2) dan
Bantul (KU1-KU4)............................................................................... 45
Gambar 7. Tinggi Cemara Laut dari Tahun 2005 2007 di Karanggadung,
Kebumen.............................................................................................. 46
Gambar 8. Tinggi Cemara Laut dari Tahun 1994 2003 di Samas, Bantul............ 47
Gambar 9. Tanaman Tanggul Angin dari Tanaman Jagung, sudah mengering...... 48
Gambar 10. Kadar Hara Lahan Pantai : N, K, DHL, K tertukar, Kadar Lengas dan
Fe total di Kebumen dan Bantul........................................................... 52
Gambar 11. Kadar Hara Lahan Pantai : Na ttk, Ca ttk, Mg ttk, KPK (Kapasitas
Pertukaran Kation), pH di Kebumen dan Bantul ................................. 52
Gambar 12. Kadar Hara Lahan Pantai : Cu total, Zn total, KB (Kejenuhan Basa),Mn total dan P total di Kebumen dan Bantul....................................... 53
Gambar 13. Suhu Tanah pada Ke dalaman 0 - 15 cm Tahun 2007 di Kebumen..... 55
Gambar 14. Suhu Tanah pada Ke dalaman 15 - 30 cm Tahun 2007 di Kebumen... 55
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
11/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
xi
Gambar 15. Suhu Tanah pada Ke dalaman > 30 cm Tahun 2007 di Kebumen....... 56
Gambar 16. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Dekat Pantai....... 59
Gambar 17. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari Pantai.. 59
Gambar 18. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah dan
Minimum.............................................................................................. 60
Gambar 19. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen............ 61
Gambar 20. Suhu Udara Tahun 2007 Malam dan Siang Hari di Kebumen............. 62
Gambar 21. Instalasi Air untuk Distribusi Kebutuhan Air Tanaman semusim. ...... 63
Gambar 22. Hasil Produksi Bawang Merah dari Tahun 2000 sampai 2007 di Samas,Bantul................................................................................................... 65
Gambar 23.. Hasil Produksi Cabe dari Tahun 2000 sampai 2007 di Samas, Bantul 67
Gambar 24. Studi Banding KT. Pasir Makmur di Lahan Berpasir Bantul .............. 71
Gambar 25. Ternak Besar sebagai pemasok Pupuk Kandang bagi Tanaman di pantai
Berpasir oleh KT. Mandiri, Srigading, Bantul..................................... 73
Gambar 26. Komposisi Tempat Tinggal Anggota Kelompok Tani......................... 74
Gambar 27. Komposisi Kelas Umur Anggota KT. Pasir Makmur ........................... 75
Gambar 28. Penggunaan Lahan di Desa Karang Gadung Kecamatan Petanahan . 77
Gambar 29. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Karang Gadung78
Gambar 30 Komposisi penduduk berdasarkan usia produktif .................................. 78
Gambar 31. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Karanggadung............................. 80
Gambar 32. Jumlah Pengunjung Wisata di Obyek Wisata Pantai Karanggadung... 84
Gambar 33. Pendapatan Dari Obyek Wisata Tahun 2006 dan 2007......................... 84
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
12/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kerangka Logis KegiatanModel Rehabilitasi Lahan dan Konservasi
Tanah Pantai Berpasir(RPTP 2007)................................................... 87
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
13/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah pantai yang luas.
Bentuk lahan (landform) wilayah pantai secara umum dikelompokkan atas wilayah pantaiberlumpur (muddy shores), pantai berpasir (sandy shores), dan pantai berbatu karang atau
andesit (Bloom, 1979).
Pada wilayah pantai berpasir (bergisik), pola penggunaan lahan yang umum
merupakan pola berulang cekungan antara beting pantai (swale) dan punggung pantai
(beach ridge) yang berupa lahan kosong (tanpa taaman), bertekstur tanah kasar (pasir),
atau diusahakan untuk tegalan (Tim UGM, 1992). Wilayah ini bersifat dinamis dimana
terdapat hubungan antara pasokan butir-butir pasir dari hasil abrasi pantai oleh ombak
menuju pantai dan dari gisik yang merupakan hasil erosi angin kearah daratan, sehingga
pasokan pasir terjadi terus-menerus. Peristiwa tersebut menyebabkan lahan pantai berpasir
menjadi kritis, baik untuk wilayah itu sendiri maupun wilayah di belakangnya. Kondisi
lahan yang kritis tersebut disebabkan tidak hanya oleh faktor biofisik semata yang secara
alami telah kritis, tetapi juga upaya penanganan yang ada masih belum optimal, sehingga
bila tidak segera ditangani, dampak negatif yang akan terjadi akan semakin luas.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10/Men/2002
tentang pedoman umum perencanaan pengelolaan pesisir terpadu; UU No.5 Tahun 1990
tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; dan pentingnya pesisir
pantai yang kaya akan SDA dan jasa lingkungan, hendaknya pemanfaatan lahan pantai
berpasir dilakukan secara baik dan benar dan dapat berfungsi ganda, yaitu untuk
mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui
usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan bernilai ekonomis. Dengan model
pengelolaan tersebut dimana hasilnya dapat mengubah lahan yang tadinya terlantar
menjadi lahan yang potensial untuk dapat diusahakan sebagai lahan budidaya, maka perlu
dikembangkan dengan model demplot.
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
14/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
2
B. Rumusan Masalah
Pada wilayah pantai berpasir, biasanya berlangsung erosi angin yang terjadi
secara terus menerus, kondisi lahannya marginal, dan cenderung diabaikan. Peristiwa
tersebut menjadikan lahan pantai berpasir menjadi semakin kritis, baik untuk wilayah itu
sendiri maupun wilayah di belakangnya. Dampak peristiwa erosi pasir yang nyata antara
lain : 1) tanah pada lahan pantai bertekstur kasar dan bersifat lepas sehingga sangat peka
terhadap erosi angin, 2) hasil erosi berupa endapan pasir (sand dune) dapat menutup
wilayah budidaya dan pemukiman di daerah di belakangnya, dan 3) butiran pasir bergaram
yang dibawa dari proses erosi angin dapat merusak dan menurunkan produktivitas
tanaman budidaya. Kondisi tersebut jika tidak segera ditangani dengan serius maka akan
berdampak buruk pada lingkungan dan pengaruh negatif yang terjadi akan semakin
meluas.
Adanya pemanfaatan lahan pantai berpasir secara baik dan benar akan berfungsi
ganda, yaitu untuk mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan bernilai ekonomis.
Dengan model pengelolaan tersebut diharapkan hasilnya dapat mengubah lahan yang
tadinya terlantar menjadi lahan yang potensial sebagai lahan budidaya.
C. Tujuan dan Sasaran UKP
Kegiatan ini merupakan bagian dari UKP Teknologi dan Kelembagaan Lahan
Terdegradasi yang bertujuan untuk menyediakan informasi dan teknologi tepat guna,
kajian sosial ekonomi serta rekomendasi kebijakan/kelembagaan rehabilitasi lahan
terdegradasi agar lahan terdegradasi dapat berfungsi kembali sebagai habitat flora,
fauna, dan secara keseluruhan sebagai penyangga kehidupan, termasuk didalamnya
dapat meningkatkan perekonomian rakyat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat
dari mulai perencanaan, kegiatan pelaksanaan, dan pengelolaan pada pasca rehabilitasi
lahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model-model
rehabilitasi lahan terdegradasi yang tepat guna dengan pendekatan social forestry.
Adapun sasaran kegiatan ini adalah pengembangan model rehabilitasi lahan
pantai berpasir, dengan melibatkan peran masyarakat secara aktif. Dampak yang
diharapkan yaitu masyarakat sekitar pantai berpasir tetap dapat melanjutkan secara
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
15/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
3
mandiri pemanfaatan lahan pantai untuk usaha produktif sebagai upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian alam dan konservasi tanah
dan air.
D. Tujuan dan Sasaran PPTP
Tujuan kegiatan pada Proposal Penelitian Tim Peneliti (PPTP) adalah untuk
menyediakan sarana pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai berpasir yang
sesuai, berupa demplot yang representatif dan inovatif serta memuat kegiatan-kegiatan
antara lain :
1) Mengembangkan jalur tanaman tanggul angin
2) Mengembangkan sarana pengairan air tawar
3) Mengembangkan model pola tanam tanaman semusim dan tahunan
4) Meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat
5) Meningkatkan kenyamanan kawasan wisata dan sekitarnya.
Sasaran kegiatan adalah agar pelaksanaan Kepres No. 32 tahun 1990 tentang
kawasan lindung sempadan pantai yang ditentukan minimal 100 m dari titik tertinggi
pasang-surut kearah daratan maupun SKB Mentan dan Menhut No. 550/246/Kpts/4/1984
dan No. 082/Kpts-11/1984 tentang pengaturan penyediaan lahan kawasan hutan untuk
pengembangan usaha budidaya pertanian dan jalur hijau hutan pantai yang dipertahankan
lebarnya 200 m dapat terwujud, yaitu melalui pengembangan model tanaman tanggul
angin Casuarina equisetifolia (pembiakan dan pola tanam), model pengelolaan tanaman
budidaya (bawang merah, cabe, semangka, terong, dll) yang ditanam di antara tanaman
tanggul angin. Keluaran yang diharapkan adalah berupa demplot sesuai petunjuk teknis
seluas 1- 2 ha. Dampak yang diharapkan adalah masyarakat dapat menerima dan
melaksanakan teknik konservasi lahan pantai berpasir dengan model pengendali erosi
angin sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan terlantar.
E. Tujuan dan Sasaran RPTP Tahun 2007
Tujuan kegiatan dalam Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP) adalah untuk
menyediakan sarana pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai berpasir yang
sesuai, berupa demplot yang representatif serta inovatif.
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
16/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
4
Sasaran kegiatan tahun 2007 antara lain :
1) Pemeliharaan jalur tanaman TA permanen di Samas dan pengembangan
jalur tanaman TA di Kebumen.
2) Pemeliharaan sarana pengairan berupa sumur bak renteng
3) Pengembangkan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai.
4) Peningkatkan tingkat pendapatan masyarakat
5) Peningkatkan kenyamanan lingkungan sekitar wisata.
Kegiatan penelitian pantai berpasir ini sesuai pelaksanaan Kepres No. 32 tahun
1990 tentang kawasan lindung sempadan pantai yang ditentukan minimal 100 m dari titik
tertinggi pasang-surut kearah daratan maupun SKB Mentan dan Menhut No.
550/246/Kpts/4/1984 dan No. 082/Kpts-11/1984 tentang pengaturan penyediaan lahan
kawasan hutan untuk pengembangan jalur hijau hutan pantai, yaitu melalui pengembanganmodel tanaman tanggul angin Casuarina equisetifolia (pembiakan dan pola tanam) dan
model pengelolaan tanaman budidaya yang ditanam di antara tanaman tanggul angin
(bawang merah, cabe, semangka, terong, dll) yang dilakukan bersama masyarakat dan
instansi terkait.
F. Luaran Tahun 2007
Luaran yang diharapkan dapat dihasilkan antara lain :
1. Tersedianya informasi pertumbuhan tanaman C. equisetifolia sebagai tanamanjalur TA dan informasi efektivitas jalur TA sebagai pengendali erosi pasir.
2. Tersedianya informasi sistem pengairan yang sesuai untuk lahan pantai pasir.
3. Tersedianya informasi pertumbuhan dan hasil jenis-jenis tanaman semusim
yang sesuai untuk lahan pantai berpasir.
4. Tersedianya analisis finansial model rehabilitasi lahan dan konservasi tanah
yang dikembangkan pada lahan pantai berpasir.
5. Tersedianya informasi kelembagaan, tingkat adopsi dan partisipasi
masyarakat terhadap upaya RLKT (Reboisasi Lahan dan Konservasi Tanah)
lahan pantai berpasir yang mendukung wisata lingkungan terpadu.
G. Ruang Lingkup Tahun 2007
Ruang lingkup pengembangan meliputi :
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
17/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
5
1. Rehabilitasi lahan melalui perbaikan beberapa sifat tanah yang dimungkinkan
dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama.
2. Rehabilitasi lahan melalui perbaikan sistem pola tanam pada lahan marginal
pantai berpasir.
3. Rehabilitasi lahan melalui perbaikan sistem pola tanam lahan pantai, dengan
kombinasi antara tanaman TA: cemara laut, buah-buahan, dan kayu-kayuan
dengan tanaman hortikultura bawang merah, cabe, jagung, sorghum, melon
dll.
4. Analisis biaya dan pendapatan usahatani dari perlakuan yang dicoba.
5. Tingkat adopsi dan partisipasi masyarakat serta kelembagaan dalam kegiatan
rehabilitasi lahan dan konservasi tanah.
H. Hasil yang Telah Dicapai
Penanganan lahan pantai berpasir melalui upaya rehabilitasi lahan dan konservasi
tanah (RLKT) telah dilakukan uji coba oleh BP2TPDAS Surakarta (1997-2000), yaitu
dengan menerapkan model tanam tanaman tanggul angin (windbreak) dengan tanaman
budidaya (semusim) yang ditanam di antara jalur tanaman tanggul angin (TA). Hasil yang
diperoleh berupa Pedoman Teknis Pemanfaatan Lahan Pantai Berpasir, yang memuat
antara lain (Sukresno, 1996b) : 1) Jenis tanaman TA permanen yang sesuai adalah jenis
tanaman-tanaman bergetah seperti cemara laut (Casuarina equisetifolia), Glirisidae,
pandan, dan mete; 2) Jenis tanaman TA sementara yang sesuai adalah tanaman semusim
seperti jagung, ketela pohon dan sorghum; 3) Jenis tanaman budidaya yang sesuai untuk
ditanam di antara jalur tanaman TA adalah semangka, terong, bawang merah, cabe, dan
kacang panjang; 4) Penggunaan pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha telah memberikan
hasil semangka sebanyak 20 ton/ha pada lahan pantai berpasir yang baru dibudidayakan,
21 ton/ha pada lahan tahun kedua, dan 25 ton/ha pada lahan tahun ketiga; 5) Lahan bekas
tanaman semangka yang ditanami terong hasil produksinya sebesar 26 ton/ha; 6) Produksi
bawang merah yang ditumpang gilirkan dengan cabe merah keriting dan kacang panjang,
hasilnya masing-masing sebesar 7.5 ton/ha, 5 ton/ha, dan 26 ton/ha; 7) Hasil analisis input-
output atau benefit costper satuan luas pada tanaman-tanaman budidaya yang dicobakan,
pola bawang merah yang ditumpang gilirkan dengan kacang panjang dan cabe merah
hasilnya lebih tinggi dibanding dengan pola semangka-terong.
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
18/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
6
Teknik Rehabilitasi Lahan Pantai Berpasir di Desa Sri Gading, Kecamatan
Sanden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bagian Selatan, luas
daerah pengembangan + 1-2 ha untuk tanaman semusim dan 500 m untuk tanaman
tanggul angin dengan lebar jalur 15 m, yang dilaksanakan tahun 2003 antara lain :
a. Tanaman Casuarina equisetifolia terbukti efektif sebagai tanaman tanggul angin
permanen di lahan pantai berpasir, dimana bibitnya dapat dikembangkan sendiri oleh
masyarakat (petani) setempat dengan cara pembiakan vegetatif metode merunduk
(layering).
b. Tanaman tanggul angin dan tanaman budidaya yang dikembangkan, sangat nyata dapat
mengendalikan erosi pasir dan memperbaiki iklim mikro setempat (kecepatan angin,
suhu tanah, dan laju evaporasi lebih rendah). Secara finansial, kombinasi tanaman
budidaya yang paling layak dikembangkan adalah kombinasi bawang merah, terongdan ketimun.
c. Teknik rehabilitasi lahan pantai berpasir ini akan sulit dikembangkan oleh
masyarakat sekitar secara swadaya. Salah satu penyebabnya adalah tingginya biaya
untuk pembangunan sarana pendukung (infrastruktur) bagi penerapan teknik
rehabilitasi tersebut, sehingga perlu ada campur tangan pemerintah. Namun
demikian, sampai saat ini belum terbangun suatu pola pengembangan lahan pantai
berpasir yang komprehensif dari berbagai instansi terkait.
Jalur tanaman tanggul angin yang dikembangkan di Pantai Petanahan, Desa
Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen berupa Cemara laut cangkok
(69,5% hidup) dan biji (98% hidup) serta Pandan (100% hidup), dan tanaman kehutanan
Mahoni (100% hidup), Akasia (100% hidup), dan buah-buahan Rambutan (100% hidup),
Mangga (100% hidup). Curah hujan rata-rata di pasir berpantai Karanggadung, Petanahan,
Kebumen adalah 35 mm/hari. .Evaporasi berkisar antara 0,3 mm/hari (Desember) sampai
0,9 mm/hari (September). Suhu tanah semakin dalam maka semakin menurun, pada
malam hari suhu tanah 33oC dan pada siang hari 36
oC. Suhu udara siang hari antara 27
36 oC dan pada malam hari 20 oC sampai 24 oC. Kecepatan angin antara 2 sampai 12
km/jam, dengan Erosi angin 0,5 sampai 3,5 g yang tertangkap pada diameter sandtrap 10
cm.
Anggota kelompok tani yang sebagian besar bermata pencaharian utama
petani mempunyai mata pencaharian sampingan sebagai penderes gula kelapa dan
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
19/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
7
tukang. Mayoritas anggota kelompok tani adalah tenaga produktif, sehingga tidak
selalu mempunyai banyak waktu untuk terlibat dalam kegiatan Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah di lahan pantai bepasir. Pemahaman tentang konsep Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi Tanah di lahan pantai berpasir perlu ditingkatkan, pendampingan
dari tenaga penyuluh maupun dari instansi pemerintah kabupaten yang terkait masih
sangat diperlukan. Kerjasama Dinas Pariwisata dengan kelompok tani dalam
pengelolaan lahan pantai berpasir yang berorientasi konservasi dan dapat meningkatan
pendapatan masyarakat, tetap perlu dilaksanakan dan dibina khususnya di sekitar lokasi
lahan pantai berpasir di desa Karanggadung, Petanahan.
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
20/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lahan Kritis dan Upaya Rehabilitasi
Lahan kritis menurut Departemen Kehutanan (2000) didefinisikan sebagai
lahan yang tidak mampu lagi berperan menjadi unsur produksi pertanian baik
sebagai media pengatur tata air maupun sebagai perlindungan alam lingkungan.
Lahan kritis disebabkan oleh proses degradasi pada lahan. Degradasi lahan
didefinisikan sebagai hilangnya atau berkurangnya kegunaan atau potensi kegunaan
lahan untuk mendukung kehidupan. Kehilangan atau perubahan kenampakan
tersebut menyebabkan fungsinya tidak dapat diganti oleh yang lain (Barrow,1991
dalam Widjajanto, 2003). Faktor-faktor utama penyebab degradasi lahan adalah: 1)
bahaya alami, 2) perubahan jumlah populasi manusia, 3) marjinalisasi tanah, 4)
kemiskinan, 5) status kepemilikan tanah, 6) ketidakstabilan politik dan masalah
administrasi, 7) kondisi sosial ekonomi, 8) masalah kesehatan, 9) praktek pertanian
yang tidak tepat, 10) aktifitas pertambangan dan industri. Erosi pantai yang
merupakan salah satu penyebab terjadinya degradasi biofisik sumberdaya pesisir
pantai disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya penambangan pasir, penebangan
bakau, energi gelombang dan pola arus pasang, degradasi DAS, dan meluasnya
DAS kritis.
Rehabilitasi adalah proses pengembalian ekosistem atau populasi yang
telah rusak ke kondisi yang tidak rusak, yang mungkin berbeda dari kondisi semula.
Salah satu upaya rehabilitasi lahan kritis adalah revegetasi. Tujuan revegetasi adalah
memperbaiki lahan yang labil, tidak produktif, dan mengurangi erosi. Dalam jangka
panjang rehabilitasi lahan diharapkan dapat memperbaiki iklim mikro,
meningkatkan biodiversitas dan memperbaiki lahan agar menjadi lebih produktif.
Upaya dengan revegetasi antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan reboisasi,
penghijauan, dan pembangunan hutan rakyat. Selain itu, ada juga upaya peningkatanproduktivitas lahan kritis melalui penambahan bahan organik berupa hijauan
tanaman maupun pupuk kandang yang telah banyak diteliti oleh Puslit Tanah dan
Agroklimat (Purnomo, dkk, 1992).
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
21/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
9
Menurut Setiadi dan Prematuri (1998), hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam rehabilitasi lahan kritis adalah :
1. Pemilihan jenis pohon, hendaknya dipilih jenis pohon dengan karakteristik:
a. Adaptif (pohon sesuai dengan lingkungan setempat)
b. Cepat tumbuh, cepat menutup tanah (tajuk melebar), perakaran intensif
c. Teknik silvikultur diketahui
d. Ketersediaan bahan tanaman
e. Bersimbiosis dengan mikroba
2. Perbaikan kondisi tanah yang meliputi :
a. Perbaikan ruang tumbuh
b. Perbaikan top soil dan bahan organik
Namun demikian, upaya rehabilitasi lahan ini seyogyanya dikombinasikandengan penerapan teknik konservasi tanah dan air terutama di lahan-lahan berlereng
curam, serta berbagai teknik tanam.
B. Erosi Angin
1. Proses Erosi Angin
Angin, seperti halnya jatuhan hujan dan aliran air, memiliki gaya yang dapat
melepaskan (detach) dan memindahkan (transport) butiran tanah dari satu tempat ke
tempat lain yang baru untuk diendapkan (deposition).
Kemampuan melepaskan butiran tanah oleh angin ini besarnya sangat dipengaruhi
oleh kondisi kekasaran permukaan tanah dan besar butiran partikel tanahnya. Adapun
kemampuan angin untuk memindahkan butiran tanah dipengaruhi oleh besarnya kecepatan
angin, bentuk agregat, dan komposisi ukuran partikel tanah. Sedang jarak tempuh
perpindahan partikel tanah hasil erosi tersebut besarnya dipengaruhi oleh kuat-lemahnya
kecepatan angin, ukuran, dan berat partikel dan agregat tanah.
Perpindahan partikel-partikel tanah oleh proses erosi angin secara prinsip adalah
sama seperti pada proses erosi tanah oleh jatuhan hujan, yaitu: 1) merayap (creep) untuk
partikel tanah berukuran 0,5 - 2,0 mm, 2) meloncat-loncat (saltation) untuk partikel tanah
berukuran 0,05 - 0,50 mm atau lebih umum antara 0,10 - 0,15 mm, dan 3) dalam bentuk
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
22/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
10
suspensi partikel tanah halus dengan ukuran < 0,1 mm dan untuk beberapa waktu tetap
dalam bentuk suspensi di udara karena aliran turbulen dan pusaran arus angin.
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
23/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
11
2. Faktor-faktor Penyebab Erosi Angin
Seperti yang diperlihatkan dalam proses erosi tanah oleh gaya angin, maka
beberapa faktor utama yang berpengaruh terhadap terjadinya erosi angin adalah:
1) Faktor iklim, seperti: temperatur, distribusi hujan, kecepatan dan arah angin.
2) Faktor tanah, seperti: ukuran butir, kelengasan, dan kekasaran permukaan.
3) Faktor vegetasi, seperti: bentuk, tinggi, kerapatan, dan distribusi.
3. Erosi Angin Pada Lahan Pantai Berpasir
Berdasarkan prinsip yang umumnya berlaku pada proses erosi angin dan faktor-
faktor penyebabnya, maka proses erosi angin yang terjadi pada lahan pantai berpasir juga
mengikuti prinsip-prinsip tersebut. Contoh kasus adalah endapan pasir yang terjadi di
sepanjang pantai Kedu Bagian Selatan (Jawa Tengah) hingga pantai Parangtritis (DIY)
berasal dari pasir volkanik Gunung Merapi yang terbawa melalui Sungai Progo (Tim
UGM, 1992). Endapan pasir ini membentuk gisik dengan lebar antara 700 hingga 1500
meter yang diukur dari garis pantai. Hembusan angin laut di musim kemarau merubah
posisi endapan pasir dari kedudukannya semula sehingga membentuk bukit-bukit pasir
(sand dune). Daerah di belakang gisik biasanya berupa laguna, beting gisik dan dataran
aluvial pantai. Oleh karena permeabilitas lahan pantai berpasir ini sangat tinggi sehingga
seluruh air permukaan meresap ke dalam tanah, gisik dan bukit-bukit pasir pantai ini
miskin akan tumbuhan. Sedang daerah di belakangnya dimana tanah dan airnya
memungkinkan sebagai media tumbuh tanaman, banyak dimanfaatkan untuk tegal, sawah,
dan pemukiman yang suatu ketika dapat terkena dampak hasil erosi angin berupa endapan
pasir bersalinitas tinggi.
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
24/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
12
C. Model Pengendalian Erosi Angin
Erosi angin berlangsung jika kondisinya memungkinkan untuk melepaskan dan
memindahkan partikel tanah untuk selanjutnya pasir tersebut diendapkan di tempat lain.
Besar erosi angin sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor erodibilitas tanah, kekasaran
permukaan tanah, kondisi iklim (kecepatan angin dan kelembaban), panjang permukaan
tanah terbuka, dan penutupan tanaman.
Metode pengendalian erosi angin melalui upaya rehabilitasi lahan dan konservasi
tanah (RLKT) di lahan pantai berpasir, secara umum yaitu:
1) Menurunkan kecepatan angin di atas permukaan tanah.
2) Menurunkan tingkat erodibilitas tanah.
3) Melindungi tanah permukaan dengan tanaman, mulsa, dan bahan tidak mudah
tererosi lainnya.4) Meningkatkan kekasaran tanah permukaan.
Mengingat bahwa metode pengendalian erosi angin disini berkaitan dengan
permasalahan erosi angin di lahan pantai berpasir maka untuk selanjutnya yang dimaksud
'tanah' adalah lahan pantai berpasir (tanah berpasir).
1. Metode Pengendalian Kecepatan Angin
Laju kecepatan angin untuk berbagai ketinggian di atas permukaan tanah yang
homogen menunjukkan hubungan yang kwadratik. Dari persamaan ini dapat diketahui
bahwa laju kecepatan angin akan bertambah besar seiring dengan peningkatan posisinya di
atas permukaan tanah pada kondisi tanah yang homogen. Besar kecepatan angin yang
tinggi pada posisi tertentu di atas permukaan tanah adalah berkaitan dengan kondisi
kekasaran permukaan tanahnya.
Upaya pengendalian kecepatan aliran angin prinsipnya membuat bangunan
penahan aliran angin yang berupa tanggul angin (windbreak). Bentuk tanggul angin (TA),
yaitu model mekanis dan model vegetatif. Pada model mekanis bentuknya dapat berupa
anyaman bambu atau anyaman daun kelapa (perlindungan sementara). Pada model tanggul
angin vegetatif dimana lebih murah dibanding model mekanis, secara alami akan lebih
tahan. Ketahanan model vegetatif, efektivitasnya tergantung pada kondisi pertumbuhan
tanaman yang diterapkan sebagai jalur tanggul angin. Bentuk TA vegetatif yang umum
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
25/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
13
adalah berupa kelompok jalur-jalur tanaman baik yang bersifat sementara (dengan
tanaman semusim) maupun permanen (dengan tanaman pohon, semak atau perdu) harus
sesuai dengan kondisi setempat. Untuk lahan pantai berpasir jenis tanaman TA sementara,
yaitu jagung, ketela pohon, dan cantel. Sedang jenis yang permanen untuk tanaman pohon,
antara lain., Casuarina equisetifolia (cemara laut), Calophyllum inophyllum (nyamplung),
Terminalia catapa (ketapang),Barringtonia asiatica (rawang),Hibiscus tiliaceus (waru),
Glirisidae; untuk tanaman semak dan perdu, antara lain.: Pandanun tectorius (pandan),
Cyperus martima (teki laut), Crinum asiaticum (bakung), Scaevola taccada (gabusan),
Thuarea involuta (rumput glinting),Ximenia americana (widuri) dan jenis-jenis tanaman
bergetah lainnya (Kartawinata, 1979).
Bentuk tanggul angin yang paling efektif dalam mengendalikan laju kecepatan
angin adalah menggunakan model vegetatif yang tidak terlalu rapat. Tanggul angin modelrapat menyebabkan arus balik (putar) di belakang tanggul angin dimana justru
menimbulkan erosi pasir. Bila model mekanis yang akan digunakan, dalam praktek harus
diupayakan agar bentuk tanggul angin (misal dengan anyaman bambu) harus diberi angin-
angin (permeabilitas angin) sebesar 35-40 %. Disamping itu beberapa faktor lain yang juga
berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian laju kecepatan angin ini, antara lain.: 1)
lebar, 2) tinggi, dan 3) jarak antar tanggul angin.
2. Metode Pengendalian Faktor Tanah
Prinsip pengendalian faktor tanah terhadap tekanan gaya erosif angin adalah:
1) Menurunkan tingkat erodibilitas tanah.
2) Melindungi tanah permukaan yang terbuka dengan tanaman, mulsa, dan bahan
tidak mudah tererosi lainnya.
3) Meningkatkan kekasaran tanah permukaan.
Upaya pengendalian faktor tanah dapat dilakukan dengan beberapa metode,
yaitu: metode konservasi lengas tanah dan metoda perbaikan agregat tanah lapisan atas
(top soil). Pengendalian lengas tanah dapat dilakukan dengan melindungi tanah
permukaan dengan penutupan oleh tanaman, mulsa, atau bahan tidak mudah tererosi
lainnya. Agar pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik (mudah dan cepat tumbuh),
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
26/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
14
sehingga lahan pantai berpasir yang arealnya banyak terbuka dan peka erosi angin menjadi
berkurang luasnya, dapat dilakukan dengan penerapan berbagai perlakuan ameliorasi tanah
dan pemilihan jenis-jenis tumbuhan yang sesuai dengan kondisi setempat (Sukresno,
1998).
Dalam praktek usaha pengendalian kelengasan tanah ini, antara lain, dilakukan
dengan usaha budidaya pada areal lahan di antara jalur tanggul angin (jalur tanaman
cemara dan pandan) dengan menanami tanaman semusim bernilai ekonomi tinggi
(semangka, mentimun, bawang merah, cabe keriting tampar, terong, dll). Upaya perbaikan
agregat tanah pasiran lapisan permukaan (top soil) di lahan pantai berpasir dilakukan
dengan metode pemberian ameliorat bahan organik (pupuk kandang) dan tanah liat ke
areal budidaya yang letaknya berada di antara jalur tanggul angin (Sukresno, 1998). Secara
teknis pemberian ameliorat pupuk organik dan tanah liat untuk perbaikan agregat adalahuntuk meningkatkan kesuburan tanah, pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman.
Pelaksanaannya dilakukan dengan cara membenamkan ameliorat tersebut ke tanah
berpasir sedalam + 10 - 30 cm. Hal ini dimaksudkan agar kelengasannya tetap terjaga dan
beratnya yang ringan bila kering tidak mudah tererosi (Sukresno, 1998).
Berbagai upaya pengendalian erosi angin telah diuji oleh BTPDAS pada tahun
1997/1998 secara nyata hasilnya telah meningkatkan kondisi tanah dan produktivitas lahan
pasir pantai menjadi lebih baik (Sukresno, 1998), antara lain.:
1) Pertumbuhan tanaman tanggul angin (Casuarina equisetifolia, Glirisidae danPandanun tectorius) mencapai > 60% sehingga bermanfaat untuk meningkatkan
produktivitas tanaman-tanaman budidaya (semangka, mentimun dan jagung),
2) Dampak penerapan jalur tanggul angin dan tanaman-tanaman budidaya secara
positip memperbaiki iklim mikro setempat (suhu tanah dan laju evaporasi yang lebih
rendah),
3) Perlakuan vegetatif yang diterapkan pada lahan pasir pantai memberikan dampak
yang baik pada perbaikan sifat-sifat fisik dan kimia tanahnya, antara lain.: bahan
organik tanah lebih tinggi, BV dan BJ lebih rendah, Na tersedia lebih tinggi sebagai
akibat dari tertangkapnya pasir bergaram oleh tanaman,
4) Hasil produksi tanaman semangka (jenis New Dragon) yang ditanam di antara
tanaman tanggul angin tertinggi sebesar 31,6 t/ha (perlakuan kombinasi tanah liat 45
t/ha dan pupuk kandang 36 t/ha) dengan rata-rata hasil antara 20-30 t/ha).
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
27/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
15
Dari kegiatan kajian tahun 1998/1999, hasil yang dicapai (Sukresno, 1999), antara
lain.:
1) Tanaman Casuarina equisetifolia (cemara laut) sangat sesuai sebagai tanaman
tanggul angin di lahan pantai berpasir serta dapat dikembangkan melalui pembiakan
vegetatif cara merunduk.
2) Tanaman tanggul angin dan tanaman budidaya di antara jalur tanggul angin
bermanfaat sangat nyata baik dalam mengendalikan erosi pasir maupun memperbaiki
iklim mikro setempat.
3) Tanaman budidaya yang ditanam di antara jalur tanggul angin (semangka, terong,
bawang merah, cabe merah keriting tampar dan kacang panjang) secara nyata dapat
memberikan hasil seperti yang diharapkan bila beberapa perlakuan diterapkan,
seperti: pemakaian tanah liat sebagai alternatif pengganti pupuk kandang, pengaturan jarak tanam, pengaturan waktu tanam yang sesuai, dan pengaturan pemberian air
yang sesuai.
4) Di antara tanaman-tanaman budidaya yang dicobakan di lahan pantai berpasir,
perlakuan model pertanaman bawang merah yang ditumpang gilirkan dengan cabe
merah keriting tampar dan kacang panjang atau model pertanaman terong,
memberikan prospek dampak yang positip baik pada aspek ekonomi (peningkatan
hasil per satuan luas) maupun lingkungan (pengendalian erosi pasir (dipanen secara
bertahap sampai 180-210 HST).
D. Teknik Budidaya Tanaman yang Dikembangkan
1. Tanaman Tanggul Angin
1.1. Cemara Laut (Casuarina equisetifolia)
Tanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia) merupakan tanaman berumah satu
(monocious) yang dapat mencapai tinggi 50 m dan diameter batang 100 cm. Kulit kayu
berwarna hijau kecoklatan-coklat gelap. Spesies ini banyak diketemukan dekat dengan
wilayah pantai berpasir di Kalimantan. Kayunya sangat berat, sangat keras dengan BJ
1.04-1.18 g/cm3, kelas awet II-III, kelas kekuatan I-II, sehingga sesuai untuk bangunan,
lantai, dinding, bantalan, tiang listrik, perkapalan, dan arang. tanaman cemara laut
merupakan tanaman yang tahan terhadap garam, kekeringan, dan keasaman tanah.
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
28/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
16
tanaman ini dapat mengikat N dari udara sebanyak 50-80% sehingga akumulasi hara pada
lantai hutan sangat tinggi, yaitu 1600 kg N/ha dan 85 kg P/ha.
Untuk pemanfaatan Casuarina equisetifolia sebagai tanaman TA yang terbaik,
tanaman cemara laut tersebut ditanam pada lahan pantai berpasir dengan jarak tanam 3 m x
3 m dengan sistem selang-seling (gigi belalang) dengan posisi tegak lurus menghadap arah
angin. Untuk mengembangbiakan tanaman yang dapat dilakukan sebelum tanaman
menghasilkan biji adalah melalui metode vegetatif, yaitu dengan cara merunduk (layering).
Untuk memperoleh bibit yang lebih cepat terbentuk, pada bagian batang yang dirundukkan
diberi perlakuan pengupasan secara melingkar, kemudian pada ujung kulit kayu terkupas
bagian atas diberikan pasta zat perangsang pertumbuhan jenis rootone-F (Sukresno, 2000).
1.2. Pandan (Pandanus tectorius)Tanaman pandan adalah jenis perdu yang paling banyak tumbuh di daerah pantai
berpasir. Akarnya berupa akar tunjang yang tumbuh lurus mengikuti pangkal batang
sehingga bentuk tanaman seperti kerucut. Daunnya panjang-panjang dan berduri di tepi
kedua sisinya. Buah berupa buah majemuk yang berbentuk seperti bola panjang berwarna
kuning hingga merah jingga (Kartawinata, 1979).
Sebagai tanaman perdu untuk mengendalikan erosi pasir, maka tanaman ini
ditanam secara rapat menurut jalur yang tegak lurus arah angin. Untuk areal budidaya
tanam tanaman ini dilakukan pada jalur yang merupakan batas antar pemilik penggarap
(Sukresno, 1999b).
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
29/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
17
2. Tanaman Tahunan
2.1. Keben (Barringtonia asiatica) = Lecythidaceae/Barringtoniaceae
Barringtonia asiatica KURZ (B. speciosa FORST.). Di Jawa dikenal dengan
nama:Butun, Keben.
Pohon dari Asia Tenggara,tinggi hingga 17 m dan gemangnya 50 cm, pada
umumnya agak bengkok, bercabang-cabang rendah dekat tanah, tumbuhnya berpencar-
pencar di pantai-pantai yang berpasir dan berkarang, kadang-kadang ditanam karena
daunnya yang bagus dan bunga-bunganya yang indah. Kayunya lunak dan tidak awet.
Namun di Kediri menurut pemberitahuan secara lisan, kayu ini dapat digunakan untuk
membangun rumah.
Buah-buahnya yang persegi empat dan sebesar kepalan tangan itu terdiri atas
kulit yang berserabut, dibawahnya yang tanpa tempurung terdapat sebutir biji yang juga
sedikit banyak bersegi empat. Biji ini keras, di dalamnya putih dan agak berlendir. Biji
ini, oleh masyarakat Ternate biasa digunakan untuk menangkap ikan-ikan di sungai.
Di Ternate, biji yang dilumatkan ini dioleskan pada ruam seperti kudis guna
membasmi parasit-parasit yang menjadi penyebabnya. Abu biji-bijinya yang dipirik
menjadi serbuk dicampur dengan ramuan-ramuan lain, digunakan sebagai obat dalam
maupun luar terhadap kolik/mulas (Rumphius dalam Heyne, 1987). Penemuan baru
membuktikan biji keben berupa obat tetes dapat dipakai untuk mengobati penyakit
katarak (Trubus No.434, Januari 2006 XXXVII).
2.2. Bintangur (Calophyllum inophyllum) = Guttiferae
Calophyllum inophylum LINN., di Indonesia dikenal dengan nama Bintangur
dan di Jawa dikenal dengan nama Nyamplung. Pohon agak tinggi mencapai 20 m
dengan diameter batang yang besar hingga 1.50 m, dengan batangnya sangat pendek,
bercabang rendah dekat permukaan tanah. Pohon ini tersebar di seluruh daerah tropis,
hampir khusus di sepanjang pantai dan biasanya tumbuh sedikit mengelompok.
Kayu memiliki berat agak ringan hingga sedang, tetapi padat dan agak halus
struktumya, berurat kusut, sehingga tak dapat dibelah. Karena kayu ini tidak membelah
maka baik digunakan untuk roda, poros dan alas meriam berat. Kayu juga dipakai
untuk memangkal perahu, karena bagian luarnya lebih awet di dalam air laut. Karena
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
30/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
18
keawetannya yang tinggi, kekuatan serta lukisan kayunya yang indah maka di Jawa
kayu ini bernilai tinggi.
Gelam kayu berpotensi sebagai obat. Jika dihilangkan lapisan luarnya, direbus
dalam air dengan gelam Intsia amboinensis, samama ( Anthocephalus macrophyllus
HAVIL.) dan gayang laut serta rebusannya diminum, mempunyai khasiat pembersih
untuk wanita bersalin, mengobati kencing berdarah dan penyakit kencing nanah (Heyne,
1987). Pohon ini menghasilkan damar yang berguna mengobati rematik (encok), sendi-
sendi kaku dan pereda kejang yang mujarab. Air rendaman daun dapat dipakai untuk
mencuci mata yang meradang . Bijinya setelah disalai juga dapat dipakai untuk
mengobati ruam seperti kudis.
2.3. Waru (Hibiscus tilliaceus) = Malvaceae
Hibiscus tiliaceus LINN. Di Jawa dikenal dengan nama: Waru. Tumbuhan ini
ditemukan di daerah-daerah tropis, terutama tumbuh di pantai-pantai berpasir atau di
dekat pesisir, biasanya berkelompok. Di Jawa pohon ini ditanam di pekarangan dan di
pinggir-pinggir jalan daerah pesisir, namun jarang sekali di daerah pedalaman.
Tumbuhan ini dianjurkan agar dibudidayakan untuk menghasilkan kayu bakar pada
tanah-tanah tak berguna yang berpasir, kering dan asin, terutama sekali di sekitar pantai.
Rebusan akar Waru setelah dicampur dengan akar tapakliman (daun
mangkokan) dapat digunakansebagai obat dalam untuk penurun panas (demam).
Di Madura, daun waru telah digunakan sebagai makanan ternak pada waktu
kekurangan makanan lain, sakit panas pada saat demam. Daun waru yang dilumatkan
dan ditaruh pada bisul menjadi obat pematang dan pemecah bisul tersebut. Kepala yang
dicuci dengan air remasan daun waru muda akan mendatangkan rasa sejuk serta
menambah kesuburan rambut. Rebusannya pun dianggap berkhasiat mengobati sulit
kencing.
2.4. Ketapang (Terminalia catappa) = Combretaceae
Terminalia cattapa LINN., di Jawa dikenal dengan nama Ketapang. Raksasa
rimba memiliki tinggi hingga 40 m dan gemang batangnya 2 m; tingginya 20 m dan
gemangnya 1 m, tumbuh liar di dataran rendah nusantara. Di Jawa hanya di pantai atau
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
31/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
19
di tanah masin dekat pesisir; pohon ini ditanam hingga kurang lebih 800 m di atas
permukaan laut, tetapi terutama sekali di daerah panas dan dekat pesisir.
Kulit kayu yang kaya akan damar sering digunakan sebagai obat penutup luka
sariawan dan dapat menyembuhkan radang selaput lendir usus. Biji buah ketapang yang
dibudidayakan dapat dimakan mentah seperti biji kenari, lebih kering dan rasanya lebih
enak.
3. Tanaman Budidaya
3.1. Semangka (Citrullus vulgaris)
Tanaman semangka termasuk dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae)
yang berasal dari Afrika tropika. Daya tarik budidaya semangka terletak pada nilai
ekonominya yang tinggi, berumur relatif singkat (70-80 hari). Keuntungan yang dapat
diperoleh dari budidaya semangka di lahan pantai berkisar antara 1-2 kali lipat dari
investasinya. Hasil rata-rata semangka jenis New Dragon per hektar di lahan sawah
mencapai 24 ton.
Tanaman semangka yang ditanam di antara jalur tanaman TA di pantai berpasir
Samas, DIY menggunakan bedengan dengan jarak tanam 4 m x 0.65 m dan jarak antar
bedeng 0.6 m. Dengan pemberian pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha, ZA 500 kg/ha, urea
150 kg/ha, KCl 350 kg/ha, dan TSP 500 kg/ha dapat memberikan hasil pada tahun I, II,
dan III masing-masing sebesar 20 ton/ha, 21 ton/ha, dan 25 ton/ha (Sukresno, 1999a).
3.2. Terong Ungu (Solanum melongena)
Tanaman terong sudah lama dikenal dan dibudidayakan baik untuk lalapan
maupun sayuran karena banyak mengandung gizi, terutama vitamin A. Jenis dan varietas
terong mempunyai aneka bentuk, ukuran, dan warna buah dengan varietas lokal maupun
unggul. Varietas unggul yang banyak ditanam petani adalah jenis Farmers Long (Taiwan)
dan Money Maker No.2 (Jepang). Ciri-ciri jenis Farmer Long adalah umur tanaman
pendek, pertumbuhannya tegak, tahan penyakit layu Fusarium, buahnya panjang-lurus,
warna ungu-kemerah merahan, dan berserat halus. Produksi rata-rata terung hibrida adalah
30 ton/ha.
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
32/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
20
Tanaman terong yang ditanam sebagai tanaman budidaya setelah semangka di
antara jalur tanaman TA di pantai Samas, DIY adalah jenis hibrida (ungu), jarak tanam
seperti semangka 4 m x 0.65 m dan jarak antar bedeng 0.6 m, hasil yang diperoleh 26.4
ton/ha (Sukresno, 1999a).
3.3. Bawang Merah (Allium cepa)
Tanaman bawang merah termasuk keluarga Liliaceae dengan ciri berumbi lapis,
berakar serabut, dan berdaun silindris. Umbi lapis tersebut berasal dari pangkal daun yang
bersatu dan membentuk batang-batang semu serta berubah bentuk dan fungsinya. Sebagai
tanaman semusim berbentuk rumput yang tumbuh tegak, tingginya dapat mencapai 15-20
cm dan membentuk rumpun. Karena sifat perakaran yang berbentuk serabut maka bawang
merah kurang tahan (peka) terhadap kekeringan. Dari satu umbi yang ditanam dapatmembentuk tunas-tunas lateral sebanyak 2-20 tunas, yang akhirnya akan menjadi umbi
sebagai hasil panennya. Hasil panen bawang merah yang pertumbuhannya baik dan
ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm dapat mencapai 10-15 ton/ha.
Tanaman bawang merah yang ditanam di lahan pantai berpasir di Samas, ditanam
dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm, pupuk kandang 30 ton/ha memberikan hasil 7.5 ton/ha
(Sutikno dkk., 1998).
3.4. Cabe Merah Keriting (Capsicum annuum)Tanaman cabe adalah tanaman hortikultur, mudah dikenal, banyak manfaat, dan
merupakan tanaman semusim. tanaman berbentuk perdu dengan ketinggian antara 70-110
cm, memiliki banyak cabang dan pada setiap percabangan akan muncul buah cabe. Ukur
dan bentuk buah tergantung dari jenis dan varietasnya. Untuk jenis cabe cerah dengan
bentuk ramping-memanjang, umur dapat mencapai 115 HST, dan pedas adalah sesuai
untuk ditanam dari dataran rendah-dataran tinggi. Produksi rata-rata dari cabe hibrida
dengan pertumbuhan baik dapat mencapai 30 ton/ha dan untuk cabe lokal berkisar antara
10-15 ton/ha.
Pemanfaatan lahan pantai berpasir di Samas dengan tanaman cabe besar yang
ditanam dengan jarak tanam 15 cm x 25 cm, pupuk kandang 36 ton/ha, dan diberi mulsa
jerami 6 ton/ha, memberikan hasil sebesar 44.2 ton/ha (Sutikno dkk., 1998). Sedang pada
tanam tumpang gilir cabe merah keriting dengan kacang panjang yang ditanaman setelah
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
33/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
21
bawang merah dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil 5 ton/ha (Sukresno,
1999a).
3.5. Kacang Panjang (Vigna sinensis)
Tanaman kacang panjang sudah umum dibudidayakan di antara kacang tunggak,
kacang uci dan kacang hibrida. Kacang panjang yang merupakan tanaman semusim jenis
merambat dan setengah membelit memiliki batang yang panjang, liat dan sedikit berbulu
serta berbuku-buku. Buah kacang panjang berbentuk polong dengan ukuran panjang dan
ramping, berwarna hijau keputih-putihan (muda) atau kemerah-merahan, namun menjadi
putih kekuning-kuningan atau hijau kekuning-kuningan (tua). Sistem perakaran Tanaman
ini dapat menembus lapisan olah tanah hingga ke dalaman 60 cm. Tanaman kacang
panjang termasuk jenis tanaman yang akar-akarnya dapat bersimbiosis dengan bakteriRhizobium untuk mengikat N dari udara. Unsur N terikat dari bintil-bintil akarnya dapat
mencapai 198 kg bintil akar/tahun atau setara dengan 440 kg urea. Produksi polong muda
kacang panjang dapat mencapai 20 ton/ha.
Tanam tanaman kacang panjang yang ditanam dengan cabe merah keriting pada
lahan pantai berpasir dengan jarak tanam 30 cm x 60 cm, memberikan hasil sebesar 19
ton/ha (Sukresno, 1999a).
E. Sosial, Ekonomi dan Budaya
1. Adopsi
Adopsi dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa
pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada
diri seseorang setelah menerima inovasi. Mengingat adopsi adalah suatu proses
perubahan maka ada beberapa tahapan yang dilalui (Pusat Penyuluhan Kehutanan,
1997) yaitu :
a) Awareness (kesadaran) yaitu sasaran mulai sadar tentang inovasi yang
ditawarkan
b) Interest yaitu tumbuhnya minat yang ditandai oleh keinginan untuk
mengetahui lebih banyak tentang hal-hal yang berkaitan dengan inovasi.
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
34/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
22
c) Evaluation yaitu penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yang
meliputi aspek teknis, ekonomi, sosial budaya dan kesesuaiannya dengan
kebijaksanaan pembangunan.
d) Trial yaitu masyarakat mulai mencoba dalam skala kecil untuk lebih
meyakinkan penilaiannya.
e) Adoption yaitu menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan berdasarkan
penilaian dan uji coba yang telah dilakukan sendiri.
Menurut Pusat Penyuluhan Kehutanan (1997), kecepatan masyarakat
mengadopsi suatu teknologi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :
a. Sifat inovasi yang ditawarkan yaitu sifat intrinsik (yang melekat pada inovasinya)
antara lain keunggulan teknis, ekonomis dan budaya, mudah tidaknya
dikomunikasikan dan diamati, serta sifat ekstrinsik yang mencakup kesesuaianlingkungan setempat dan tingkat keunggulan relatif dibanding teknologi yang sudah
ada.
b. Sifat sasaran yaitu cepat atau tidaknya sasaran mengadopsi suatu inovasi yang
menurut dibagi dalam 5 kelompok yaitu : (a) Golongan perintis; (b) Golongan
penerap dini/pelopor; (c) Golongan penganut dini; (d) Golongan penganut lambat
dan (e) Golongan kolot/penolak.
c. Cara pengambilan keputusan, dimana secara individu lebih cepat dibandingkan
secara kelompok.
d. Saluran komunikasi yang digunakan dapat berupa media masa, kelompok atau
media antar pribadi.
e. Keadaan penyuluh yaitu tergantung bagaimana kegigihan dan kerajinan penyuluh
dalam menyampaikan inovasi.
f. Sumber informasi yang antara lain media masa, penyuluh, teman, tetangga, serta
pedagang.
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
35/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
23
2. Pengertian Partisipasi
Secara harfiah, partisipasi berarti turut berperan serta dalam suatu kegiatan;
keikutsertaaan atau peran serta dalam suatu kegiatan; peran serta secara aktif atau
proaktif dalam suatu kegiatan. Partisipasi dapat didefinisikan secara luas sebagai bentuk
keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-
alasan dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya (ekstrinsik) dalam
keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan (Irfani, 2004).
Sedang menurut Keith Davis (1962) dalam Karyana (2004),participation can
be defined as mental and emotional involvement of a person in group situation which
encourages to contribute to group goals and share responsibility in them. Dalam
definisi tersebut terdapat tiga gagasan yang penting yaitu :
a) Dalam partisipasi bukan semata-mata keterlibatan secara jasmaniah, tetapi juga
keterlibatan mental dan perasaan.
b) Adanya kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha untuk mencapai
tujuan kelompok.
c) Adanya tanggung jawab bersama.
Partisipasi sebagai suatu proses dimana seluruh pihak terkait (stakeholder)
secara aktif terlibat dalam rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan sampai pada
pelaksanaan. Pelibatan semua kelompok tidak selalu berarti secara fisik terlibat, tetapi
yang penting adalah prosedur pelibatan menjamin seluruh pihak dapat terwakili
kepentingannya. Partisipasi harus sudah dimulai sejak evaluasi sumberdaya yang ada
sebelum perencanaan disusun.
Menurut Irfani (2004), pendekatan partisipatif lahir sebagai kritik terhadap
metode penelitian konvensional antara lain penelitian yang banyak menggunakan logika
sains dan penelitian etnometodologis. Penelitian konvensional dirasa mengandung
beberapa kelemahan antara lain : 1) hanya menghasilkan pengetahuan yang empiris-
analitis dan cenderung tidak mendatangkan manfaat bagi obyek (masyarakat) dan 2)
banyak bermuatan kepentingan teknis untuk melakukan rekayasa sosial (social
enginering). Sebagai alternatif muncul pendekatan partisipatif. Kepentingan pendekatan
ini adalah pelibatan masyarakat. Metode yang menggunakan pendekatan partisipatif
antara lain Participatory Rural Appraisal (RRA) dan Participatory Action Research
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
36/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
24
(PAR). Pendekatan ini menekankan pentingnya proses sharing of knowledge antara
peneliti dengan masyarakat di lokasi penelitian. Proses analisa dilakukan bersama
peneliti dan masyarakat. Hasil analisa langsung dikembalikan kepada masyarakat untuk
disusun rencana tindakan bersama. Oleh karena itu, pendekatan ini juga disebut riset
aksi, dimana ukuran dari pendekatan adalah terjadinya perubahan sosial. Melalui PAR,
pihak terkait menarik pelajaran dan pengalaman melalui observasi, perencanaan, aksi
dan refleksi secara bersama dan terus-menerus. Proses interaksi antara pihak terkait
melalui siklus belajar PAR dijadikan dasar observasi. Dalam hal ini, alat bantu
observasi utama adalah dokumentasi proses (Kusumanto, 2002).
Partisipasi dalam pembuatan keputusan berarti mendefinisikan permasalahan,
memilih alternatif pemecahan masalah yang memuaskan bagi masyarakat dan
menetapkan bagaimana melaksanakan keputusan tersebut. Pelibatan masyarakat dalamsuatu proses perencanaan perlu menganut prinsip dasar proses partisipatif, yaitu :
1. Partisipasi penuh (Full Participation), dimana proses pengambilan keputusan
melibatkan seluruh pihak terkait dan terkena program, termasuk pihak-pihak
yang selama ini diabaikan.
2. Saling pengertian (Mutual Understanding) dimana kesepakatan kegiatan harus
bersifat awet. Para pihak yang terlibat dalam kegiatan perlu menerima secara
terbuka pikiran dan harapan yang berkembang dalam proses pengambilan
keputusan.
3. Solusi yang diterima semua pihak ( Inclusive Solution) dimana solusi yang
diciptakan berangkat dari proses integrasi antara perspektif dan kebutuhan
semua pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan. Dengan demikian solusi yang
diciptakan bisa sesuai dengan visi dan karakteristik yang terlibat dalam
kegiatan.
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
37/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
25
3. Perencanaan Partisipatif
Perencanaan adalah suatu proses menyusun langkah-langkah untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Dalam konsteks suatu komunitas (masyarakat), perencanaan
berarti himpunan langkah untuk memecahkan persoalan dan kebutuhan komunitas
tersebut, guna mencapai maksud dan tujuan tertentu yang bisa diidentifikasikan sebagai
keadaan yang lebih baik. Sedang perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang
dalam tujuannya melibatkan kepentingan rakyat dan dalam prosesnya melibatkan rakyat
(Abe, 2002).
Menurut Abe (2002), tahap-tahap untuk menyusun perencanaan dari bawah
adalah penyelidikan, perumusan masalah, menentukan tujuan dan target,
mengidentifikasi sumberdaya (daya dukung), merumuskan rencana kerja, dan
menentukan anggaran yang hendak digunakan dalam realisasi rencana.
1. Penyelidikan
Penyelidikan adalah sebuah proses untuk mengetahui, menggali dan mengumpulkan
persoalan-persoalan yang berkembang di masyarakat. Dalam proses ini, keterlibatan
masyarakat menjadi faktor kunci. Melalui proses ini, masyarakat diajak untuk
mengenali secara seksama problem-problem yang mereka hadapi.
2. Perumusan masalah
Perumusan masalah adalah tahap lanjut dari hasil penyelidikan. Untuk mencapai
perumusan perlu dilakukan suatu proses analisis atas informasi yang ada, untuk
menemukan keterkaitan antara satu fakta dengan fakta yang lain. Masyarakat harus
terlibat dalam proses, agar rumusan masalah dapat mencerminkan kebutuhan dari
komunitas dan bukan sekedar keinginan. (catatan : pendamping/petugas diharapkan
mampu menjadi teman diskusi/fasilitator yang baik sehingga perumusan masalah
yang diperoleh merupakan hal yang dapat dicarikan jalan keluarnya).
Pengorganisasian masalah perlu juga dilakukan untuk menyusun kembali masalah,menyeleksi masalah, melihat hubungan sebab-akibat dari masalah tersebut,
mendiskusikan prioritas masalah dan menggalinya, menganalisis alternatif
pemecahan masalah, dan pengembangan potensi sosial. Pengorganisasian masalah
merupakan tahapan yang sangat kritis dalam proses pembangunan masyarakat,
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
38/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
26
karena apabila terjadi kesalahan dalam menganalisis dapat mengakibatkan
kebutuhan riil masyarakat tidak dapat diketahui (Hikmat, 2001).
3. Identifikasi daya dukung
Daya dukung bukan hanya sekedar dana konkrit, tetapi keseluruhan aspek yang
memungkinkan terselenggaranya aktivitas dalam mencapai tujuan dan target yang
telah ditetapkan. Daya dukung ini bisa merupakan daya dukung konkrit, aktual, ada
tersedia dan daya dukung yang merupakan potensi (akan ada atau bisa diusahakan).
Pemahaman mengenai daya dukung ini diperlukan agar rencana kerja yang disusun
tidak bersifat asal-asalan tetapi merupakan hasil perhitungan yang masak (Gambar
1).
Gambar 1. Proses Penyusunan Rencana
4. Perumusan tujuan
Tujuan adalah kondisi yang hendak dicapai (suatu keadaan yang diinginkan) dan
karenanya dilakukan sejumlah upaya untuk mencapainya.
5. Menetapkan langkah-langkah
Proses membuat rumusan yang lebih utuh perencanaan dalam sebuah rencana
tindakan. Umumnya suatu rencana tindakan akan memuat : 1) apa yang hendak
dicapai; 2) kegiatan yang hendak dilakukan; 3) pembagian tugas atau pembagian
tanggung jawab; dan 4) waktu (kapan dan berapa lama kegiatan akan dilakukan).
Proses Perencanaan
-Mendefinisikan masalah-Menetapkan tujuan dan
target
- Identifikasi sumberdayapendukung
-Merumuskan rencanatindakan
-Menyusun anggaran
Diskusi
intensif yang
melibatkan
masyarakat
Rumusan Rencana
-Situasi, kondisi dankebutuhan
-Perubahan yangdiinginkan
-Peluang dan sumberdayayang tersedia
-Rincian rencana kerja-Anggaran
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
39/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
27
6. Anggaran
Perencanaan anggaran bukan berarti menghitung uang, melainkan suatu usaha
untuk menyusun alokasi anggaran atau sumber daya yang tersedia. Hal ini
sangat menentukan berhasil tidaknya sebuah perencanaan.
Dalam konteks perencanaan partisipatif (Abe, 2002), tahapan tersebut bisa
dikembangkan menjadi tahap-tahap berikut :
1) Melakukan identifikasi peserta, sehinga ada pengenalan yang lebih seksama
terhadap mereka yang ingin dilibatkan dalam proses perencanaan.
2) Melakukan identifikasi persoalan-persoalan desa, potensi dan masa depan yang
hendak dicapai. Sebaiknya tim awal telah mempersiapkan suatu penyelidikan.
3) Setelah bahan terkumpul dan dipilah-pilah bersama, apa yang menjadi masalah
terutama untuk keperluan menemukan sebab dasar dan kaitan antara satu
masalah dengan masalah lain.
4) Melakukan analisis tujuan. Disebut analisis karena dalam proses ini dilakukan
penggalian mengenai apa yang hendak dituju dengan menggunakan pohon
masalah. Tujuan bisa bermakna penyelesaian masalah atau rumusan yang ingin
dicapai.
5) Memilih tujuan untuk persoalan yang komplek sehingga diperlukan langkah-
langkah sistematik agar tujuan utama dapat tercapai. Memilih tujuan
mengandung maksud menetapkan apa yang paling mungkin dilakukan, dengan
mempertimbangkan sumberdaya.
6) Menganalisis kekuatan dan kelemahan.
7) Melakukan perumusan hasil-hasil dalam sebuah matrik program. Dalam matriks
telah disusun dengan lebih seksama yakni tujuan, target, jenis aktivitas, waktu,
tahap kerja, penanggung jawab, sampai pada biaya yang dibutuhkan. Matriks
sebaiknya juga dilengkapi dengan detail kegiatan yang akan dilakukan.
8) Menyiapkan organisasi kerja. Rumusan perencananan hanya akan menjadi
sekedar rencana bila tidak diikuti dengan kejelasan organisasi kerja. Untuk itu,
semua potensi yang terlibat diharapkan bisa menjadi bagian dari organisasi
kerja.
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
40/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
28
Partisipasi warga masyarakat dalam melaksanakan gerakan pembangunan
harus selalu didorong dan ditumbuhkembangkan secara bertahap, ajeg dan
berkelanjutan. Prinsip-prinsip penerapan partisipasi (Hikmat, 2001) yang harus
dilakukan adalah :
1) Masyarakat dipandang sebagai subyek dan bukan obyek
2) Praktisi berusaha menempatkan diri sebagai insiderbukan outsider
3) Praktisi berperan sebagai fasilitator, sedang masyarakat yang harus
mengidentifikasi masalah, mendiskusikan, menganalisis, menyeleksi prioritas
masalah, menyajikan hasil dan merencanakan kegiatan aksi.
4) Pelaksanaan evaluasi termasuk penentuan indikator keberhasilan dilakukan
secara partisipatif.
Perencanaan partisipatif dapat dilaksanakan jika praktisi pembangunan tidakberperan sebagai perencana untuk masyarakat tetapi sebagai pendamping dalam proses
perencanaan yang dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat yang mempunyai peran
utama sebagai pengelola perencanaan dari mulai tahap identifikasi masalah dan
kebutuhan, identifikasi potensi lokal, pendayagunaan sumber-sumber lokal, penyusunan
dan pengusulan rencana hingga evaluasi dari mekanisme perencanaan. Menurut Hikmat
(2001), untuk menjadi pendamping yang baik, ada beberapa ketrampilan dasar yang
harus dimiliki dalam rangka untuk menciptakan kemampuan internal masyarakat antara
lain :
1) Kemampuan melakukan diskusi kelompok yang terarah
2) Kemampuan memfasilitasi analisis pola keputusan yang dilakukan masyarakat
dalam proses perencanaan.
3) Negosiasi yaitu keahlian meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
penawaran program, proyek dan kegiatan yang diusulkan kepada sumber-
sumber lokal.
4) Pengambilan keputusan yaitu keahlian meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam mengambil keputusan secara demokratis, transparan dan memperhatikan
akuntabilitas masyarakat.
5) Pelibatan berbagai pihak (stakeholders) di tingkat lokal, yaitu keahlian
meningkatkan kemampuan mengidentifikasi semua untur masyarakat yang
seharusnya memiliki peran yang optimal dalam pembangunan. Stakeholders ini
-
8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen
41/106
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Beny Harjadi dkk di BPK Solo
08122686657, adbsolo@yahoo.com
29
harus diidentifikasi bersama masyarakat (siapa, apa perannya dan apa
kontribusinya terhadap pembangunan).
Dalam fungsi manajemen, monitoring dan evaluasi harus dilakukan dari mulai
penyusunan rencana sampai ke pelaksanaan kegiatan untuk memberi masukan pada
setiap tahap kegiatan. Ada beberapa perbedaan antara evaluasi konvensional dan
partisipatif (Tabel 1).
Tabel 1. Perbandingan Evaluasi Konvensional dan Partisipatif
Aspek Evaluasi Konvensional Evaluasi Partisipatif
Siapa Ahli dari luar Anggota masyarakat, staf proyek,
fasilitator
Apa Indikator keberhasilan, efisiensibiaya dan keluaran hasil/produk
yang telah ditentukan
Masyarakat mengidentifikasisendiri indikator keberhasilan
termasuk hasil yang dicapai
Bagaimana Fokus pada obyektivitas
ilmiah, ada jarak antara
evaluator dan partisipan, ada
pola seragam, prosedur
kompleks, akses terbatas pada
hasil
Evaluasi sendiri, metode sederhana
yang diadaptasi dengan budaya
lokal, terbuka, ada diskusi hasil
dengan melibatkan partisipan
dalam proses evaluasi
Kapan Biasanya tergantung jadwal,
kadangkala juga ada evalua
top related