fraktur femur post op

Post on 21-Oct-2015

871 Views

Category:

Documents

8 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR FEMUR

PRE DAN POST OPERASI ORIF

OLEH

AYU PARAMITA DEWI

P07120011069

III.2 REGULER

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2013

A. DEFINISI

1. Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan

luasnya.(bruner and sudarth, 2001)

Fraktur adalah  terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

disebabkan oleh ruda paksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000).

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik

(silvia, A. Price, 2005)

Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma

langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang /

osteoporosis.

2. Etiologi

a. Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan

garis patah melintang atau miring.

b. Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari

tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling

lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

c. Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa

pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,

dan penarikan.

3. Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk

menahan tekanan . Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari

yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang

mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi

fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan

jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena

kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan

tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami

nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan

vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian

inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.

4. Manifestasi klinik

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi,

hematoma, dan edema

b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah

c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat

diatas dan dibawah tempat fraktur

d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya

e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

B. PATHWAY

Terlampir

C. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Primer

a. Airway

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret

akibat kelemahan reflek batuk

b. Breathing

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan

yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi

c. Circulation

TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,

takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran

mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut

2. Pengkajian Sekunder

a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan

1) Riwayat keluarga denga tumor

2) Terpapar radiasi berlebih.

3) Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan diplopia

4) Kecanduan Alkohol, perokok berat

5) Terjadi perasaan abnormal

6) Gangguan kepribadian / halusinasi

b. Pola nutrisi metabolik

1) Riwayat epilepsy

2) Nafsu makan hilang

3) Adanya mual, muntah selama fase akut

4) Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan

5) Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)

c. Pola eliminasi

1) Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)

2) Bising usus negatif

d. Pola aktifitas dan latihan

1) Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat

kesadaran

2) Resiko trauma karena epilepsy

3) Hamiparase, ataksia

4) Gangguan penglihatan

5) Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplegia)

e. Pola tidur dan istirahat

1) Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur

f. Pola persepsi kognitif dan sensori

1) Pusing

2) Sakit kepala

3) Kelemahan

4) Tinitus

5) Afasia motorik

6) Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral

7) Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan

8) Penurunan memori, pemecahan masalah

9) kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual

10) Penurunan kesadaran sampai dengan koma.

11) Tidak mampu merekam gambar

12) Tidak mampu membedakan kanan/kiri

g. Pola persepsi dan konsep diri

1) Perasaan tidak berdaya dan putus asa

2) Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan

h. Pola peran dan hubungan dengan sesame

1) Masalah bicara

2) Ketidakmampuan dalam berkomunikasi ( kehilangan komunikasi verbal/

bicara pelo )

i. Reproduksi dan seksualitas

1) Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas

2) Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas

j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

1) Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah

2) Mekanisme koping yang biasa digunakan

3) Perasaan tidak berdaya, putus asa

4) Respon emosional klien terhadap status saat ini

5) Orang yang membantu dalam pemecahan masalah

6) Mudah tersinggung

k. Sistem kepercayaan

1) Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu

3. Diagnosa keperawatan

a. Pre operatif

1) Nyeri berhubungan dengan spasme otot , pergeseran fragmen tulang.

2) Cemas berhubungan dengan pembedahan prosedur preoperatif

b. Post operatif

1) Nyeri berhungan dengan pembedahan invasive

2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitasr

fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler.

3) Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan terbuka , bedah perbaikan

4. Intervensi keperawatan

NoDiagnosa

keperawatanTujuan/outcome Intervensi Rasional

Intervensi pre operatif

1 Cemas

berhubungan

dengan prosedur

pembedahan,

prosedur

preoperatif

Setelah diberikan askep

selama..x.. jam diharapkan

pasien tidak cemas dengan

KE:

Klien akan

menunjukkan

kemampuan focus

pada pengetahuan

baru atau skill

Identifikasi gejala

sebagai indicator

kecemasan sendiri

Tidak menunjukkan

prilaku agresif

Rileks dan nyaman

dalam beraktivitas

1. Monitor klien tanda dan

gejala ansietas saat

pengkajian keperawatan

2. Fokuskan diskusi pada

stressor yang

mempengaruhi kondisi

pasien

3. Diskusikan persepsi klien

akan prosedur pembedahan,

ketakutan yang berhungan

dengan operasi

1. Pengkajian seksama kondisi

pasien dengan ansietas

memungkinkan perawat

membuat prioritas

2. Focus diskusi memfasilitasi

kemampuan pasien untuk

menyatakan ketakutan dan

perasaaan yang dirasakan

dan membangun hubungan

terapeutik

3. Diskusi akan persepsi dan

ketakutan membuat pasien

mengekspresikan diri sendiri

dan mengeksplore

pengetahuannya

4. Tindakan untuk menambah

4. Berikan informasi prosedur

invasive sebelum operasi,

penyakit klien dan

persiapan operasi

pengetahuan

2 Nyeri berhubungan

dengan spasme

otot , pergeseran

fragmen tulang

Setelah diberikan askep

selama …x… jam

diharapkan nyeri berkurang

dengan KE:

1. Klien menyatakan

nyeri berkurang

2. Klien Nampak

rileks, mampu

berpartisipasi dalam

aktivitas /istirahat

dan tidur

3. Ttv dalam batas

normal

INDEPENDEN:

1. Mengkaji karakteristik nyeri :

lokasi, durasi, intensitas nyeri

dengan meng-gunakan skala

nyeri (0-10)

2. Mempertahankan immobilisasi

(back slab)

3. Berikan sokongan (support)

pada ektremitas yang luka.

4. Menjelaskan seluruh prosedur

di atas

1. Untuk mengetahui tingkat rasa

nyeri sehingga dapat

menentukan jenis tindak annya.

2. Mencegah pergeseran tulang dan

penekanan pada jaringan yang

luka.

3. Peningkatan vena return,

menurunkan edem, dan me

ngurangi nyeri.

4. Untuk mempersiapkan mental

serta agar pasien be-partisipasi

pada setiap tindakan yang akan

KOLABORASI:

5. Pemberian obat-obatan

analgesik

dilakukan.

5. Mengurangi rasa nyeri

Intervensi post operatif

1 Kerusakan

mobilitas fisik

berhubungan

dengan cedera

jaringan sekitasr

fraktur, kerusakan

rangka

neuromuskuler.

Setelah diberikan askep

selama …x… jam

diharapkan kerusakan

mobilitas fisik dapat

berkurang. Dengan KE:

1. Meningkatkan

mobilitas pada tinggi

yang mungkin

2. Mempertahankan

posisi fungsional

3. Meningkatkan

kekuatan/fungsi

yang sakit

4. Menunjukkan teknik

mampu melakukan

INDEPENDEN:

1. Kaji tingkat immobilisasi yang

disebabkan oleh edema dan

persepsi pasien tentang

immobilisasi tersebut.

2. Mendorong partisipasi dalam

aktivitas rekreasi (menonton

TV, membaca koran dll ).

1. Pasien akan membatasi gerak

karena salah persepsi (persepsi

tidak proporsional)

2. Memberikan kesempatan untuk

mengeluarkan energi,

memusatkan perhatian,

meningkatkan perasaan me-

ngontrol diri pasien dan

membantu dalam mengurangi

isolasi sosial.

aktivitas

3. Menganjurkan pasien untuk

melakukan latihan pasif dan

aktif pada yang cedera maupun

yang tidak.

4. Membantu pasien dalam

perawatan diri

5. Auskultasi bising usus, monitor

kebiasaan eliminasi dan

menganjurkan agar bab teratur.

6. Memberikan diit tinggi protein ,

3. Meningkatkan aliran darah ke

otot dan tulang untuk

meningkatkan tonus otot,

mempertahankan mobilitas

sendi, mencegah kontraktur /

atropi dan reapsorbsi Ca yang

tidak digunakan.

4. Meningkatkan kekuatan dan

sirkulasi otot, meningkatkan

pasien dalam mengontrol situasi,

meningkatkan kemauan pasien

untuk sembuh.

5. Bedrest, penggunaan analgetika

dan perubahan diit dapat

menyebabkan penu-runan

peristaltik usus dan konstipasi.

6. Mempercepat proses

vitamin , dan mineral. penyembuhan, mencegah

penurunan BB, karena pada

immobilisasi biasanya terjadi

penurunan BB

2 .

Nyeri berhubungan

dengan prosedur

invasif

Setelah diberikan askep

selama …x… jam

diharapkan nyeri berkurang

dengan KE:

1. Klien menyatakan

nyeri berkurang

2. Klien Nampak

rileks, mampu

berpartisipasi dalam

aktivitas /istirahat

dan tidur

4. Ttv dalam batas

normal

INDEPENDEN:

1. Mengkaji karakteristik nyeri :

lokasi, durasi, intensitas nyeri

dengan meng-gunakan skala

nyeri (0-10)

2. Mempertahankan immobilisasi

(back slab)

3. Berikan sokongan (support)

pada ektremitas yang luka.

4. Menjelaskan seluruh prosedur

di atas

1. Untuk mengetahui tingkat rasa

nyeri sehingga dapat

menentukan jenis tindak annya.

2. Mencegah pergeseran tulang dan

penekanan pada jaringan yang

luka.

3. Peningkatan vena return,

menurunkan edem, dan me

ngurangi nyeri.

4. Untuk mempersiapkan mental

serta agar pasien be-partisipasi

pada setiap tindakan yang akan

KOLABORASI:

5. Pemberian obat-obatan

analgesik

dilakukan.

5. Mengurangi rasa nyeri

3 Resiko infeksi

berhubungan

dengan jaringan

terbuka , bedah

perbaikan

Setelah diberikan askep

selama …x… jam

diharapkan resiko infeksi

tidak terjadi diatasi dengan

KE:

1. Tidak ada tanda-

tanda reeda

2. Ttv dalam batas

normal

3. Nilai wbc <10 e3

mg/dL

INDEPENDEN:

1. Kaji keadaan luka (kontinuitas

dari kulit) terhadap adanya:

edema, rubor, kalor, dolor,

fungsi laesa.

2. Anjurkan pasien untuk tidak

memegang bagian yang luka.

3. Merawat luka dengan meng-

gunakan tehnik aseptik

4. Mewaspadai adanya keluhan

nyeri mendadak, keterbatasan

gerak, edema lokal, eritema

1. Untuk mengetahui tanda-tanda

infeksi.

2. Meminimalkan terjadinya

kontaminasi.

3. Mencegah kontaminasi dan

kemungkinan infeksi silang.

4. Merupakan indikasi adanya

osteomilitis.

pada daerah luka.

KOLABORASI:

5. Pemeriksaan darah : leokosit

Pemberian obat-obatan :

6. antibiotika dan TT (Toksoid

Tetanus)

7. Persiapan untuk operasi sesuai

indikasi

5. Lekosit yang meningkat artinya

sudah terjadi proses infeksi

6. Untuk mencegah kelanjutan

terjadinya infeksi dan

pencegahan tetanus.

7. Mempercepat proses

penyembuhan luka dan dan

penyegahan peningkatan infeksi.

5. Implementasi keperawatan

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi

6. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan outcome

DAFTAR PUSTAKA

Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta.

EGC

Price Sylvia, A (2005), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC

Smeltzer Suzanne, C (2001). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.

Edisi 8. Vol 3. Jakarta. EGC

top related