fraktur femur makalah
Post on 03-Jan-2016
727 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Fraktur Femur Dextra Distal⅓
Fernia Stevani
10.2009.127
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat
fernia_stev91@hotmail.com
Pendahuluan
Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas di Indonesia baik dari segi jumlah
pemakai jalan, jumlah kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan dan bertambahnya jaringan
jalan dan kecepatan kendaraan maka mayoritas kemungkinan terjadinya fraktur adalah akibat
kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas sering mengakibatkan trauma kecepatan tinggi
dan kita harus waspada terhadap kemungkinan polytrauma yang dapat mengakibatkan trauma
organ – organ lain.
Trauma – trauma lain adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, cedera olah raga.
Kita harus dapat membayangkan rekonstruksi terjadinya kecelakaan agar dapat menduga
fraktur yang dapat terjadi. Setiap trauma yang dapat mengakibatkan fraktur juga dapat
sekaligus merusak jaringan lunak disekitar fraktur mulai dari otot, fascia, kulit, tulang,
sampai struktur neurovaskuler atau organ – organ penting lainnya.
Trauma dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, trauma secara langsung
berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu sedangkan trauma tidak
langsung terjadi bilamana titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
Fraktur itu sendiri adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma.
Patah tulang tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar. Pendapat lain menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 1
fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi. Lalu fraktur
femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung
(kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-
laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,
mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok. Batang femur juga dapat mengalami fraktur oleh
karena trauma langsung, puntiran (twisting), atau pukulan pada bagian depan lutut yang
berada dalam posisi fleksi pada kecelakaan jalan raya. Femur merupakan tulang terbesar
dalam tubuh dan batang femur pada orang dewasa sangat kuat. Dengan demikian, trauma
langsung yang keras, seperti yang dapat dialami pada kecelakaan automobil, diperlukan
untuk menimbulkan fraktur batang femur. Perdarahan interna yang masif dapat menimbulkan
renjatan berat.
Rumusan Masalah
Nyeri pada regio femur dextra ⅓ distal, adanya krepitasi, deformasi, gerak tungkai
yang terbatas dan terlihat adanya memar.
Analisis Masalah
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 2
Nyeri pada regio femur dextra ⅓ distal yang
disertai oleh krepitasi, deformasi, gerakan tungkai terbatas &
tampak memarAnamesis
PemeriksaanPemeriksaan fisikPemeriksaan penunjang
DiagnosisWDDD
EtiologiEpidemiologi
Patofisiologi
PenatalaksanaanMedika mentosaNon- medika mentosa
Prognosis
Komplikasi
Anamesis
Anamesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamesis dapat
dilakukan langsung kepada pasien, yang disebut autoanamnesis, atau dilakukan terhadap
orang tua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain, disebut sebagai
aloanamnesis. Termasuk didalam aloanamnesis adalah semua keterangan dokter yang
merujuk, catatan rekam medik, dan semua keterangan yang diperoleh selain dari pasiennya
sendiri. Oleh karena bayi dan sebagian besar anak belum dapat memberikan keterangan,
maka dalam bidang kesehatan anak aloanamnesis menduduki tempat yang jauh lebih penting
dari pada autonamnesis. Yang perlu dilakukan pada anamnesis adalah sebagai berikut: 1
a. Identitas :
Nama (+ nama keluarga)
Umur/ usia
Jenis kelamin
Alamat
Umur/ pendidikan
Agama dan suku bangsa
b. Riwayat penyakit :
Keluhan utama
Keluhan/ gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat
Tidak harus sejalan dengan diagnosis utama
c. Riwayat perjalanan penyakit :
Cerita kronologis, rinci, jls ttg keadaan pasien sblm ada keluhan sampai dibawa
berobat
Pengobatan sebelumnya dan hasilnya (macam obat dll)
Tindakan sebelumnya (suntikan, penyinaran)
Reaksi alergi
Perkembangan penyakit – gejala sisa/ cacat
Riwayat penyakit pada anggota keluarga, tetangga
Riwayat penyakit lain yg pernah diderita sebelumnya
d. Hal – hal yang perlu ditanyakan tentang keluhan / gejala :
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 3
Lama keluhan
Mendadak, terus-menerus, perlahan-lahan, hilang timbul, sesaat
Keluhan lokal: lokasi, menetap, pindah-pindah, menyebar
Bertambah berat/ berkurang
Yang mendahului keluhan
Pertama kali dirasakan/ pernah sebelumnya
Keluhan yang sama adalah pada anggota keluarga, orang serumah, sekelilingnya
Upaya yang dilakukan dan hasilnya
Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan setelah riwayat kesehatan dikumpulkan,
pemeriksaan fisik yang lengkap biasanya dimulai secara berurutan dari kepala sampai kejari
kaki. 2
- Look atau yang biasanya disebut inspeksi adalah dengan melakukan pengamatan
terhadap lokasi pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal,
angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah
apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur,
cedera terbuka. 2,3
- Feel atau yang sering kita sebut palpasi yaitu pemeriksaan dengan cara perabaan,
apakah terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari
fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah
keadaan darurat yang memerlukan pembedahan. 2,3
- Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk
menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi dibagian distal cedera.2,3
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan dalam diagnosis fraktur adalah :
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 4
Pemeriksaan Laboratorium
- Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan
jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di
dalam darah.4
- Pemeriksaan leukosit urine.4
Bisa cenderung dapat terjadi formasi batu kemih yang menetap akibat
Program Immobilisasi.4
- Darah
Hitung darah lengkap: memotokrit mungkin meningkat, atau menurun karena
pendarahan bermakna pada sisi fraktur.4
- Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah
trauma).4
- Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.4
Radiologi
Pemeriksaan radiologis menggunakan foto Roentgen. Film foto polos merupakan
metode penilaian awal utama pada pasien dengan kecurigaan trauma skeletal.
Setiap tulang dapat mengalami fraktur walaupun beberapa diantaranya sangat
rentan. Tanda dan gambaran yang khas dari fraktur adalah:
o Garis fraktur : garis fraktur dapat melintang di seluruh diameter tulang
atau menimbulkan keretakan pada tepi kortikal luar yang normal pada
fraktur minor.5
o Pembengkakan jaringan lunak : biasanya terjadi setelah terjadi fraktur.5
o Iregularitas kortikal : sedikit penonjolan atau berupa anak tangga pada
korteks.5
- Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. 6
- Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai. 6
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 5
- X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk
mendeteksi struktur fraktur yang kompleks. rontgent pada daerah yang
dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :
Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral. 7
Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal. 7
Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera
maupun yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan dengan
yang normal). 7
Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.7
Diagnosis
Working Diagnosis
Fraktur femur tertutup 1/3 distal dextra
Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Agar lebih sistematis, jenis fraktur dapat dibagi
berdasarkan :
1. Lokasi
Fraktur dapat terjadi pada tulang di mana saja seperti pada diafisis, metafisis,
epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur didapatkan bersamaan dengan dislokasi
sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi.8
2. Luas
Terbagi menjadi fraktur lengkap (komplit) dan tidak lengkap (inkomplit). Fraktur
tidak lengkap contohnya adalah retak. 8
3. Konfigurasi
Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar), oblik
(miring), atau spiral (berpilin/ memuntir seputar batang tulang). Jika terdapat lebih
dari satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif, jika satu bagian patah
sedangkan sisi lainnya membengkok disebut greenstick. Fraktur dengan fragmen
patahan terdorong kedalam ( sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah)
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 6
disebut depresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada tulang
belakang ) disebut kompresi. 8
4. Hubungan antar bagian yang fraktur
Antar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced) atau terpisah
jauh (displaced). 8
5. Hubungan antara fraktur dengan jaringan sekitar
Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka (jika terdapat hubungan antara tulang
dengan dunia luar) atau fraktur tertutup (jika tidak terdapat hubungan antara fraktur
dengan dunia luar). 8
a. Fraktur komplet
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran. 8
b. Fraktur tidak komplet
Patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang. 8
c. Fraktur tertutup
Fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit. 8
d. Fraktur terbuka
Fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
Dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm. 8
Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif. 8
Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensif. 8
e. Greenstick
Fraktur dimana hanya terdapat garis dan mengalami pembengkokan tulang. 8
f. Transversal
Fraktur sepanjang garis tengah tulang. 8
g. Kominutif
Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen. 8
h. Depresi
Fraktur dengan fragmen patahan yang terdorong ke dalam. 8
i. Kompresi
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 7
Fraktur dimana tulang mengalami kompresi(biasaya terjadi pada tulang belakang).
j. Patologik
Fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah
perlekatannnya. 8
Ada 2 tipe dari fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan
melalui kepala femur (capital fraktur).
Hanya di bawah kepala femur.
Melalui leher dari femur.9
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
- Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih
besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter. 9
- Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di
bawah trokhanter kecil. 9
Differntial Diagnosis
-
Etiologi
Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan
daya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat :
a. Cedera traumatik
Peristiwa trauma tunggal
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba – tiba dan berlebihan,
yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan
posisi miring, pemuntiran, atau penarikan.10
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena; jaringan
lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya menyebabkan fraktur
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 8
melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya; penghancuran kemungkinan akan
menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas. 10
Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang
jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur
mungkin tidak ada. 10
Kekuatan dapat berupa :
1. Pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral. 10
2. Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyebabkan fraktur melintang. 10
3. Penekukan dan Penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang tetapi disertai
fragmen kupu – kupu berbentuk segitiga yang terpisah. 10
4. Kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan penekanan yang menyebabkan fraktur obliq
pendek. 10
5. Penatikan dimana tendon atau ligamen benar – benar menarik tulang sampai terpisah. 10
Tekanan yang berulang – ulang
Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat tekanan
berulang – ulang. 10
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat
mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan
progresif.
2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul
sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 9
3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi
kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan
kalsium atau fosfat yang rendah. 10
c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit
polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
Epidemiologi
Klasifikasi alfanumerik pada fraktur, yang dapat digunakan dalam pengolahan
komputer, telah dikembangkan oleh . Angka pertama menunjukkan tulang yaitu :
1. Humerus
2. Radius/Ulna
3. Femur
4. Tibia/Fibula
Sedangkan angka kedua menunjukkan segmen, yaitu :
1. Proksimal
2. Diafiseal
3. Distal
4. Maleolar
Untuk fraktur femur yang terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada
fraktur collum, fraktur subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan usia
lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik, trauma yang dialami oleh
wanita tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi) sedangkan pada penderita
muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan. Sedangkan fraktur batang femur, fraktur
supracondyler, fraktur intercondyler, fraktur condyler femur banyak terjadi pada penderita
laki – laki dewasa karena kecelakaan ataupun jatuh dari ketinggian. Sedangkan fraktur batang
femur pada anak terjadi karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah. Fraktur femur
distal relative tidak umum terjadi dan, bersamaan dengan fraktur diafisis femur, fraktur ini
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 10
sekarang lebih banyak ditemukan pada pasien yang lebih tua. Deskripsi ketergantungan-usia
ini mengindikasikan kesamaan dengan fraktur proksimal humerus, dan oleh sebab itu fraktur
femur distal dimasukkan kedalam kategori fraktur osteopenia. 50% insidens terjadi pada usia
tua, dan 50% sisanya terjadi disebabkan karena jatuh. Namun, pada pasien yang lebih muda,
fraktur banyak terjadi akibat kecelakaan sepeda motor dan cedera olahraga. 10
Patofisiologi
Penyebab fraktur adalah trauma Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma
minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :
• Osteoporosis Imperfekta
• Osteoporosis
• Penyakit metabolik.11
Trauma Dibagi menjadi dua, yaitu :
• Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan
posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras
(jalanan). 11
• Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya
jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua. 11
Tanda dan Gejala
• Nyeri hebat di tempat fraktur
• Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
• Rotasi luar dari kaki lebih pendek
• Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi,
sepsis pada fraktur terbuka, deformitas. 11
Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu :
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 11
1. Fase hematum
• Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur.
• Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat. 11
2. Fase granulasi jaringan
• Terjadi 1 – 5 hari setelah injury.
• Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis. 11
• Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah
baru fogoblast dan osteoblast. 11
3. Fase formasi callus
• Terjadi 6 – 10 harisetelah injuri. 11
• Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus. 11
4. Fase ossificasi
• Mulai pada 2 – 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh. 11
• Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam
kalsium yang menyatukan tulang yang patah. 11
5. Fase consolidasi dan remadelling
• Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan
oksifitas osteoblast dan osteuctas. 11
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu:
1. Mengurangi rasa nyeri,
Trauma pada jaringan disekitar fraktur menimbulkan rasa nyeri yang hebat
bahkan sampai menimbulkan syok. Untuk mengurangi nyeri dapat diberi obat
penghilang rasa nyeri, serta dengan teknik imobilisasi, yaitu pemasangan bidai /
spalk, maupun memasang gips. 12
2. Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
Seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, fiksasi internal,
sedangkan bidai maupun gips hanya dapat digunakan untuk fiksasi yang bersifat
sementara saja. 12
3. Membuat tulang kembali menyatu
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 12
Tulang yang fraktur akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan
menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. 12
4. Mengembalikan fungsi seperti semula
Imobilisasi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan atrofi otot dan
kekakuan pada sendi. Maka untuk mencegah hal tersebut diperlukan upaya
mobilisasi.12
Medika Mentosa
1. X-Ray
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat diimobilisasi dengan
salah satu dan tiga cara berikut ini:
A. Traksi
Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah
dalam jangka waktu sesingkat mungkin
Metode Pemasangan traksi:
a. Traksi Manual
Yaitu perbaikan dislokasi untuk mengurangi fraktur pada keadaan emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.
b. Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
- Traksi Kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya:
otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-
anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi
definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.
- Traksi Skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced
traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat
metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 13
Macam-macam traksi yang digunakan dalam reduksi fraktur adalah:
1. Traksi kulit
Biasanya menggunakan plester yang direkatkan sepanjang ekstremitas yang
kemudian dibalut, ujung plester dihubungkan dengan tali untuk ditarik. Penarikan
biasanya dilaksanakan dengan katrol dan beban. Beban tarikan pad traksi kulit tidak
boleh melebihi lima kilogram karena bila lebih, kulit dapat mengalami nekrosis akibat
tarikan karena iskemia kulit. Pada kulit yang tipis, beban bahkan lebih kecil lagi dan
pada orang tua tidak boleh dilakukan traksi kulit. Traksi kulit ini banyak dipakai pada
anak karena traksi skelet dapat merusak cakram epifisis anak. 13
2. Traksi skeletal
Dilaksanakan dengan pin Steinmann atau kawat Kirschner yang lebih halus
yang ditusukkan ke tulang. Kemudian pin tersebut ditarik dengan tali, katrol, dan
beban.
3. Traksi panggul
Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk
mengikat puncak iliaka. 13
4. Traksi ekstension (Buck’s extention)
Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki.
Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk
mengurangi spasme otot. 13
5. Traksi servikal
Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme.
Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.
6. Traksi Russel
Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga
digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal
yang biasa digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan
kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula. 13
7. Traksi khusus untuk anak-anak
Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan
steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas
splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 14
dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang
cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif. 13
Fraktur femur distal dapat dikelola secara konservatif dengan traksi skeletal
dengan lutut dalam posisi fleksi 900. Traksi ini juga memerlukan masa istirahat di
tempat tidur yang lama sehingga lebih disukai reposisi terbuka dan pemasangan
fiksasi interna dengan pelat suprakondiler yang kokoh, yang memungkinkan
mobilisasi segera dan menggerakkan sendi lutut. 13
Comminuted fracture dan fraktur yang tidak sesuai untuk intramedullary nailing
paling baik diatasi dengan manipulasi di bawah anestesi dan balanced sliding skeletal
traction yang dipasang melalui tibial pin. Traksi longitudinal yang memadai
diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi spasme otot dan mencegah pemendekan,
dan fragmen harus ditopang di posterior untuk mencegah peleng-kungan. 14
B. Fiksasi Interna
Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya
kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya
dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol
rotasi.Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan
bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini
hampir selalu menyebabkan non-union. 14
Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas
longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dápat
dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu
setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi, trauma bedah tambahan dan risiko
infeksi. 14
Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang
minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa
pemendekan.Comminuted fracture paling baik dirawat dengan locking nail yang
dapat mempertahankan panjang dan rotasi. 14
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 15
C. Fiksasi Eksterna
Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada
pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace dapat
dipasang. 14
Non- Medika Mentosa
Prinsip terapi fraktur adalah :
Reduksi
Pemulihan keselarasan anatomi bagi tulang fraktura disebut reduksi. Jelas
tidak diperlukan reduksi untuk fraktura yang tidak tergeser dan fraktura jepit stabil.
Fraktura geser terjadi akibat trauma etiologi dan tarikan otot yang menyilang tempat
fraktura. Reposisi memerlukan pemulihan panjang serta koreksi deformitas angular
dan rotasional. Reposisi manipulatif biasanya dapat dilakukan pada fraktura
ekstremitas distal, dimana spasme otot tidak berlebihan. Lebih proksimal, karena
tarikan kuadriseps dan tendo fosa poplitea dalam fraktura femur, serta bisep dan trisep
dalam fraktur humerus, maka penerapan traksi kontinyu mungkin diperlukan untuk
mengatasi otot yang lebih kuat serta mencapai reduksi. Traksi bisa diberikan dengan
plester felt melekat diatas kulit atau dengan memasang pin transversa melalui tulang,
distal terhadap fraktura. Fraktura tertentu mungkin tidak tepat untuk reduksi
manipulatif atau traksi, dalam kasus ini biasanya dilakukan reduksi terbuka bedah.
Reduksi terbuka biasanya disertai oleh sejumlah bentuk fiksasi interna dengan plat
pin, batang, atau sekrup. 15
Dalam keadaan spesifik, mungkin memuaskan membuang bagian tulang
daripada reduksi. Fraktura kominuta patella atau kaput radii, dimana putusnya
permukaan sendi menghalangi anatomi, paling tepat diterapi dengan pembuangan
patella atau kaput radii. 15
Imobilisasi
Bila reduksi telah dicapai, maka diperlukan imobilisasi tempat fraktura sampai
timbul penyembuhan yang mencukupi. Berbagai teknik digunakan untuk imobilisasi,
tergantung pada fraktura. Fraktura impaksi pada humerus proksimal biasanya stabil,
begitu juga dengan fraktura kompresi pada vetebra, sehingga hanya memerlukan
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 16
balutan lunak, korset, atau brace. Fraktura yang memerlukan reduksi bedah terbuka
biasanya diimobilisasi dengan perangkat keras interna. Kebanyakan fraktura
ekstremitas dapat diimobilisasi dengan gips atau gips fiberglass atau dengan brace
yang tersedia secara komersial. Keakraban dengan teknik gips penting karena gips
yang terpasang tidak tepat bisa menimbulkan tekanan kulit, vaskular, ataupun saraf.
untuk fraktura ekstremitas, maka mobilisasi sendi diatas ekstremitas dan dibawahnya
diperlukan untuk pemindahan tekanan ke fraktura. 15
Sewaktu gips dipasang, maka pasien diingatkan untuk mengamati nyeri
progresif dan baal atau pucat, yang merupakan tanda pembengkakan kontinyu di
dalam batas kaku gips. Bila gejala ini timbul, maka perlu membelah gips untuk
menghilangkan tekanan. Bila traksi digunakan untuk reduksi, maka traksi juga
bertindak sebagai imobilisasi dengan ekstremitas disokong diatas ranjang atau diatas
bidai sampai reduksi dicapai. Kemudian traksi diteruskan sampai ada penyembuhan
yang mencukupi, sehingga pasien dapat dipindahkan memakai gips atau brace. 15
Rehabilitasi
Bila penyatuan tulang padat terjadi, maka rehabilitasi terutama merupakan
masalah pemulihan jaringan lunak. Kapsula sendi, otot dan ligamentum berkontraksi
membatasi gerakan sendi sewaktu gips atau bidai dilepaskan. Batas ini lebih terbukti
dalam fraktura dekat sendi dibandingkan fraktura pada pertengahan korpus tulang
panjang. Dianjurkan terapi fisik untuk gerakan aktif dan pasif serta penguatan otot.
Edema stasis, yang terjadi setelah gips dilepaskan, secara bertahap berkurang dengan
kembalinya gerakan dan tonus otot.15
Prognosis
Prognosis fraktur tergantung seberapa cepat fraktur tersebut ditangani, adanya infeksi
atau tidak serta seberapa parah fraktur yang dialami, dan apakah adanya penyakit sekunder
yang mengikuti seperti adanya penyakit penyerta lainnya.
Komplikasi
Kompikasi Umum
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 17
Syok hipovolemia (karena perdarahan yang banyak), syok neurogenik (karena
nyeri yang hebat), koagulopati diffus, gangguan fungsi pernafasan. Komplikasi ini
dapat terjadi dalam waktu 24 jam pertama pasca trauma, dan setelah beberapa hari
atau minggu dapat terjadi gangguan metabolisme yaitu peningkatan katabolisme,
emboli lemak, tetanus, gas ganggren, trombosit vena dalam (DVT). 8
Komplikasi Lokal
Jika komplikasi yang terjadi sebelum satu minggu pasca trauma disebut
komplikasi dini, jika komplikasi terjadi setelah satu minggu pasca trauma disebut
komplikasi lanjut. 8
Ada beberapa komplikasi yang terjadi yaitu :
a. Infeksi, terutama pada kasus fraktur terbuka.
b. Osteomielitis yaitu infeksi yang berlanjut hingga tulang.
c. Atropi otot karena imobilisasi sampai osteoporosis.
d. Delayed union yaitu penyambungan tulang yang lama.
e. Non union yaitu tidak terjadinya penyambungan pada tulang yang fraktur.
f. Artritis supuratif, yaitu kerusakan kartilago sendi.
g. Dekubitus, karena penekanan jaringan lunak oleh gips.
h. Lepuh di kulit karena elevasi kulit superfisial akibat edema.
i. Terganggunya gerakan aktif otot karena terputusnya serabut otot.
j. Sindroma kompartemen karena pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga
mengganggu aliran darah.8
Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. Fraktur femur
adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung
(kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-
laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,
mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok. Prognosis fraktur tergantung seberapa cepat
fraktur tersebut ditangani, adanya infeksi atau tidak serta seberapa parah fraktur yang dialami,
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 18
dan apakah adanya penyakit sekunder yang mengikuti seperti adanya penyakit penyerta
lainnya.
Daftar Pustaka
1. Suresh, GK. Clark, RE. Cost-effectiveness of Strategies That are Intended to Prevent
Kernicterus in Newborn Infants. USA : Pediatrics ; 2004. p. 114:917-24.
2. Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC ; 2005.
3. Brunner. Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 3. Jakarta : EGC ; 2002.
4. Fraktur. 2009. Diunduh dari http://ppnilaten.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=63:fraktur&catid=38:ppni-ak-
category&Itemid=66. 19 Maret 2011.
5. Patel, PR. Lecture notes radiologi. Edisi 2. Jakarta : Erlangga ; 2007.h. 222.
6. Dandy, DJ. Edwards , DJ. Essential Orthopaedics and Trauma. London : Churchill
Livingstone ; 2009. p. 169.
7. Rasad, S. Radiologi diagnostik. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKU I ; 2010. h. 31-3.
8. Hamilton,B. ilmu bedah gawat darurat. Yogyakarta :GADJAH MADA UNIVERSITY
PRESS ; 1992.
9. Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Bagian
Bedah FKUI. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2001.
10. Bucholz, RW. Heckman, JD. Brown, CC. Fractures in Adults. Edisi 6. USA : Lippincott
William & Wilkins; 2006. p.14-111. Elizabeth J. Corwin. 2009.
11. Buku saku patofisiologi. Edisi 3.Jakarta: EGC;2003. h. 414-28
12. Reksoprodjo,S. Kumpulan kuliah ilmu bedah.Jakarta ; Bagian Bedah FKUI ;1992.
13. Sjamsuhidajat, R. Jong, DW. Buku ajar ilmu bedah.Edisi 2.Jakarta :EGC ; 2002 .h.840-
81.
14. Simbardjo,D. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta :
Bagian Bedah FKUI ; 1997
15. Sabiston, DC. Buku ajar bedah. Bagian 2.Jakarta:EGC;2004.h.370-3
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 19
Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Baratfernia_stev91@hotmail.com Page 20
top related