febtarini r., dr., sp.pk rabu , 14-agustus-2013 patologi klinik fku-uwks semester pendek

Post on 24-Feb-2016

90 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

SEMESTER PENDEK. Febtarini R., dr., Sp.PK Rabu , 14-Agustus-2013 PATOLOGI KLINIK FKU-UWKS SEMESTER PENDEK. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Febtarini R., dr., Sp.PKRabu, 14-Agustus-2013

PATOLOGI KLINIK FKU-UWKSSEMESTER PENDEK

SEMESTER PENDEK

BUAT KELOMPOK PLENO :1. IMUNOLOGI DASAR2. REAKSI HIPERSENSITIVITAS3. AUTOIMUN

MASING-MASING KELOMPOK MENJAWAB SOAL SESUAI JENIS KELOMPOKNYA, CARI TEORI ALASANNYA, JUBIR KELOMPOK 2 ORANG MAJU MENJELASKAN

KELOMPOK 1 : imunologi dasar

Hasil aktivasi komponen jalur klasik, alternative dan lektin adalah

A. Human leucocyte antigenB. Membrane attack complexC. Anaphilatoxic processD. ImmunoneurologyE. Major histocompatibility complex

Termasuk sel fagosit jaringan :

A. Microglia B. D. Sebaceous glandC. NetrofilD. Gastric acid E. Monosit

Faktor yang menyebabkan melemahnya daya pertahanan tubuh manusia adalah obat-obatan :

A. Immunomodulator B. ImmunotreatmentC. ImmunogenesisD. Immunosupressan E. Immunostimulator

Fase efektor respons imun terjadi eliminasi antigen oleh sel mononukleus :

A. Netrofil B. T cell receptorC. Makrofag D. Major histocompatibility complexE. Mast-cell

Molekul HLA kelas I mempresentasikan antigen di semua sel berinti :

A. Limfosit T helper B. Limfosit T sitotoksikC. Limfosit T regulator D. Limfosit T largeE. Limfosit T naïve

Anak N, 3 tahun datang dengan perut buncit karena cacingan. Infeksi cacing kronik menyebabkan respons imun dengan teraktivasinya limfosit T helper 2. Aktivasi limfosit Th2 menghasilkan sitokin :

A. Interleukin-4 B. Human leucocyte antigenC. Interferon alfa D. Sel dendritikE. Interleukin 12

Klasifikasi kelas immunoglobulin berdasarkan :

A. Subclasses B. Light chainC. Heavy chain D. VariationE. Molecular formula

Sistem imun adaptif :

A. Komplemen B. Epitel barrierC. Inflamasi D. Sel plasmaE. Fagositosis

Respons imun pada fase akut hepatik :

A. Penurunan CRP B. Penurunan albuminC. Penurunan proteolisis D. Penurunan ambilan glukosaE. Penurunan lipolisis

Tn R, 38 th, pasca operasi tumor leher kanan bawah di RS swasta. Hasil biopsi jaringan tumor tidak didapatkan tanda keganasan. Tn R mengalami penurunan imunitas organ limfoid :

A. Kelenjar getah bening cincin waldeyerB. Kelenjar timusC. Peyer’s patchD. Kelenjar getah bening submandibulaE. Appendiks

Kelompok 2

• REAKSI HIPERSENSITIVITAS

Reaksi hipersensitifitas tipe 2 dan 3 yang terjadi pada pasien dengan penyakit autoimun merupakan respons imun karena :A. Autoreaktif limfosit TB. Autoantigen reactivationC. Autoantibodi bersama sel fagositD. Angry makrofagE. Autoself and nonself reaction

Tn X, 35 tahun, sedang dilakukan operasi appendisitis oleh ahli bedah di suatu rumah sakit swasta. Pada saat dokter membuka kolon dekstra distal, didapatkan bentukan tuberkel di mukosa kolon. Hal tersebut menunjukkan adanya proses granulomata di usus karena Mycobacterium Spp., termasuk :

A. Dependent reagin reactionB. Cell mediated immune reactionC. Sitotoxic reactionD. Immediate hypersensitivity reactionE. Antigen-antibody complex reaction

Ny U, 45 tahun, datang ke poliklinik UWKS dengan keluhan sesak napas, terdengar suara mengi. Sesak kambuh bila pasien terkena debu saat membersihkan rumah. Immediate hypersensitivity reaction yang terjadi bukan dikarenakan oleh proses dibawah ini :

A. Ikatan sel mast-basofil dengan Ig E, mengeluarkan vasoaktif aminB. Antigen terikat Fab dari Ig E sehingga degranulasinya melepaskan vasoaktif amin dan meningkatkan permeabilitas.C. Pengeluaran mediator mengakibatkan kontraksi otot polos, eksudasi dan vasodilatasiD. Antigen terikat Fd dari Ig G dan pengeluaran mediasi yang menyebabkan dilatasi otot polosE. Degranulasi granul-granul sel mast, basofil menghasilkan mediator histamine yang menyebabkan edema

Tn M, 46 tahun, dengan gejala demam tinggi, nyeri kepala, muntah dan nyeri ulu hati. Pasien baru selesai dari tugas dinasnya di Nusa tenggara timur. Hasil pemeriksaan ICT malaria positif. Tn M mengalami :

A. Immediate hypersensitivity reaction, Ig EB. Cell mediated immune reaction, limfosit TC. Sitotoxic reaction, Ig M, Ig GD. Antigen-antibody complex reaction, Ig GE. Dependent regain reaction, Ig E

Kelompok 3 : AUTOIMUN

Tn R38 th mengalami pembesaran leher pasca operasi tumor jinak leher karena obstruksi kelenjar air liur tiga bulan lalu di RS swasta. Keluhan penderita mata kering, lidah dan rongga mulut kering. Dari hasil pemeriksaan skrining autoimun positif, dan dari tes konfirmasinya didapatkan antibodi spesifik. Pasien menderita :

A. SklerodermaB. Sjogren’s syndromeC. Sistemik lupusD. Hashimoto tiroidE. Anemia pernisiosa

Ny P, 45 tahun, mengeluh badan lemas, sariawan yang sulit sembuh, tidak tahan panas matahari. Hasil pemeriksaan darah didapatkan leukopenia, trombositopenia dan sel LE. Pemeriksaan penyaring/skrining ANA/antinuclear antibody positif. Pemeriksaan konfirmasi didapatkan positif DS DNA. Ny P menderita :

A. Organ spesific autoimmune diseaseB. Non organ specific autoimmune diseaseC. Cell mediated immune reactionD. Citotoxic reactionE. Immediate hypersensitivity reaction

Ny. M 55 th datang dengan keluhan nyeri sendi jari-jari telapak tangan pagi hari. Pemeriksaan laboratorium serologi IgM faktor rematoid positif. Reaksi sistem imun autoantigen dan autoantibodi di cairan sendi pasien tersebut terjadi karena adanya imbalance tolerance mechanism :

A. Reaksi autoimun di sistem metabolism sel mielosit reaktifB. Respons autoantibodi terhadap serangan benda asing di sel monosit reaktifC. Respons untuk autoantigen di permukaan sel limfosit reaktifD. Reaktivitas sel jaringan tubuh sendiri terhadap pembuluh darahE. Reaktivasi sel autoreaktif sering terjadi pada imunitas fisiologis

Tn D, 68 tahun, datang ke klinik imunologi dengan keluhan utama pembesaran kelenjar ludah, lidah kering, mata kering. Pemeriksaan skrining/penyaring penyakit autoimun untuk Tn D adalah :

A. Molecular mimicryB. ImmunoblottingC. Antinuclear antibodyD. ELISAE. Immunodiffusion

Ny W 52 tahun, datang ke UGD rumah sakit swasta dengan komplikasi ginjal, paru,sistem syaraf pusat dengan kesadaran menurun.Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan positif autoantibodi double stranded DNA. Riwayat keluhan pasien adalah tidak tahan cahaya matahari, luka di lidah dan mulut, nyeri persendian. Pasien diduga menderita :

A. Autoimun hemaglutinasiB. Systemic sclerosisC. Morbus basedowD. Systemic lupus erythematosusE. Rheumatoid arthritis

Fungsi sistem imun

• Proteksi

• Homeostasis (keseimbangan)

• Surveillance

Exterior Defences(Sistem Pertahanan External)

• Lysozym• Mucus• Sebaceous-Gland• Bact-ComensaI (Intestine) vagina• Spermine

• Cilia• Gastric Acid• Kulit

Phagocyte

• Cel Microglia• Cel Alveoli• Cel Macrophag Splencnik• Cel Monocyt Darah• Cel Pada Lymphnode

• Cel Macrophag dim CJrculasi• Cel Sumsum Tulang (Precursor)• Cel Kupffer• Cel IVIesangial (Ginjal)• Cel Synovial

Respon imun berlangsung dalam beberapa fase :

1. Fase kognitif pengenalan antigen dengan pengikatan (binding) antigen pada reseptor spesifik di permukaan limfosit. limfosit B mengikat Ag pada Ig permukaan. limfosit T mengikat fragmen Ag – MHC (HLA) pada TCR.2. Fase aktifasi - limfosit berproliferasi expansi klonal dari limfosit spesifik terhadap antigen tsb. - limfosit berdiferensiasi limfosit B secreting cells (sel plasma) Ab mengikat Ag bebas (soluble Ag).

limfosit T mediated killing mengaktifkan makrofag membunuh mikroba intraseluler. melisis sel yang mengekspresikan Ag asing atau Ag virus.

3. Fase efektor eliminasi dan/atau netralisasi Ag. Memerlukan partisipasi sel-sel nonlimfoid secara kolektif disebut sel-sel efektor. Kompleks Ag-Ab difagosit sel-sel polimorfonukleus & mononukleus (dlm sirkulasi). ~ mengaktifkan sistem komplemen utk melisis & fagosit mikroorganisme. Limfosit T tersensitasi mensekresi sitokin mengaktifkan sitolisis & fagositosis.

SPESIFIK (adaptif)NONSPESIFIK (alamiah)

FISIK LARUT SELULAR HUMORAL SELULAR

• Kulit• Saluran pernapasan• Saluran cerna• Membran mukosa

• BIOKIMIA : Lisozim, Sebaseous, Asam lambung, Laktoferin, Asam neuraminik• HUMORAL : Komplemen, Inter feron, Crp

FAGOSIT : Sel MN, PMN• Sel NK• Sel MAST• Basofil

SEL B : • IgG• IgA• IgM• IgD• IgE

SEL T :• Th1• Th2• Ts/Tr/Th3• Tdth• CTL/Tc

SISTEM IMUN

Limfosit T

Berkembang dari stem cells dalam sumsum tulang, bermigrasi ke dalam timus dan berdiferensiasi menjadi sel T matur.

Sel T matur mengekspresikan “antigen binding protein”dipermukaan selnya, disebut reseptor sel T (TCR) terdiri dari 2 protein subunit atau , dihubungkan oleh ikatan disulfida.

TCR mengenal Ag dipermukaan sel yang berasosiasi/ dipresentasikan molekul MHC (HLA).

Bila sel T naive kontak dengan Ag sel T berproliferasi & berdiferensiasi menjadi sel T memori dan sel efektor.

Subpopulasi sel T : Sel T helper (TH) & sel T sitotoksik (TC) dibedakan berdasarkan marka protein membran sel CD4 pada TH dan CD8 pada TC.

TH setelah kontak dengan Ag berubah menjadi efektor yang mensekresi sitokin (limfokin) mengaktifkan sel B, TC , sel-sel fagosit dan efektor lainnya.

TC setelah kontak dengan Ag berubah menjadi efektor yang memediasi reaksi sitotoksik membunuh/melisissel yang mengekspresikan Ag : - sel terinfeksi virus - sel terinfeksi mikroorganisme intrasel - sel tumor - sel alograf

Innate Immune System

• Physical & Chemical Barrier

• Phagocytosis

• Inflammation

• Complement

•Barier fisik•Barier kimiawi•Flora bakterial

• Barier fisis• Barier kimiawi

Membran mukosa

SISTEM IMUN NON SPESIFIK

(PERTAHANAN FISIK, KIMIAWI DAN BIOLOGIS)

- Tersebar diseluruh tubuh- Dalam sumsum tulang, timus, darah, KGB, limpa, sal nafas, saluran

cerna, sal kemih dan jaringan- Berasal dari sel prekursor multipoten dalam sumsum tulang

• Membran mukosa• Epitel bersilia

Saluran pernapasan• Membran mukosa• Asam dan basa• Flora bakterial

Saluran cerna

Kulit

Fisik

Biokimia- lisozim (keringat, ludah, air mata, ASI) menghancurkan dinding sel kuman gram positif- Laktoferin & asam neuraminik (ASI) anti bakterial E coli & staphylococus- HCl, enzim proteolitik, empedu lingkungan ~ cegah infeksi bakteri- Laktoferin & transferin (dr makrofag) ikat zat besi- Lisozim (dr makrofag) hancurkan kuman gram negatif

Larut

Humoral

» Crp

- protein fase akut-kadar me pd infeksi akut, kerusakan jaringan-Cara kerja opsonisasi CRP melapisi bakteri shg mudah dikenali & dimakan oleh makrofag fagositosis >>

» Interferon- Glikoprotein yg dihasilkan sel tubuh sbg respon thd infeksi virus- Sifat antivirus induksi sel sekitar shg resisten thd virus aktifkan sel NK

» Komplemen

- Komplemen meningkatkan fagositosis dgn cara :

1. Menghancurkan membran bakteri

2. Melepas bahan kemotaktik makrofag >> ke tempat bakteri

3. Opsonisasi memudahkan makrofag mengenali dan memakan bakteri

- Td 9 komponen C1 – C9- C3 >> kadar C3 serum ~ gamb biologik konsentrasi C- Aktivasi interaksi Ag-Ab kontak dg dinding sel sasaran

Three pathways to activate complement

(anaphylotoxins)

C3 convertase makes C3b. C3b binds to factor B; factor B is cleaved by Factor D. The resultant C3bBb is a C3 convertase.

1. Jalur klasik

C1qrs (esterase) pengenalan

C4 C4b & C4a

C2 C2a & C2b

C4b2a + Mg C3 konvertase aktivasi

C3 C3b & C3a

C4b2a3b C3 peptidase

C5 C5b & C5a

penghancuran C5-6-7 C5-6-7-8 C5-6-7-8-9

- Jalur reaksi komplemen:

a. Jalur klasik/intrinsik

b. Jalur alternatif/ekstrinsik

2. Jalur alternatif

- Aktivasi langsung melalui C3- Pencetus : endotoksin

zymosan

IgA

bisa ular kobra

Fungsi komplemen

-Sitolisis C56789-Anafilatoksin C3a, C4a, C5a-Kemotaksis C3a, C5a, C567-Kinin C2 bebas-Imunoderens C3b, C4b

- Sel fagosit : monosit, makrofag, neutrofil, eosinofilSeluler

- Sel nul : sel Natural Killer - Sel mediator : basofil, mastosit, trombosit

MastositSel Natural Killer

1. Sel NK

sifat sitotoksik virus, keganasan

aktivasi oleh interferon

2. Mononuklear (MN) monosit & makrofag- Siklus hidup lama- Granul lisozim, komplemen, interferon, sitokin- Gerak lambat 7-8 jam

3. Polimorfonuklear (PMN) neutrofil, eosinofil- Siklus hidup pendek- Granul enzim hidrolitik, laktoferin- Gerak cepat 2-4 jam

Fagositosis makrofag/monosit, segmen eosinofil, netrofil memakan, mamasukan, menghancurkan Dibantu oleh :

- C3a, C5a, C567 kemotaksis- C3b pengenalan Ag sasaran oleh sel

fagosit- opsonin

Proses fagositosisTerdiri dari :1. Kemotaksis gerakan sel fagosit ke tempat infeksi2. Menelan 3. Memakan (fagositosis) dgn pembentukan fagosom4. Membunuh lisozom, H2O2, mieloperoksida

( membentuk fagolisosom)5. Mencerna

Fagositosis

Pathogen Fagosit/memakanChemotaxis/bergerak

Menyerangan Membunuh Mencerna

1

2

3 4 5

Sel B menemukan antigen dan menangkap

Sel B menunggu aktivasi dari sel T helper

Kemudian sel B mengktivasi sel plasma dan sel memori

Kmd sel plasma memproduksi antibodi untuk menyerang antigen

Sel antibodi memfagosit antigen

Sel memori mengingat terus apbl ada antigen yang sama

Respon imun spesifik

Antigen Precenting Cells (APC).

Sistem imun humoral & seluler diaktifkan oleh TH yang mengenal Ag dipermukaan sel berasosiasi dengan MHC.

Ag dipresentasikan oleh antigen presenting cells (APC) makrofag, limfosit B, sel-sel dendritik.

APC mengambil Ag dengan fagositosis atau endositosis mengekspresikannya kembali dalam bentuk fragmen antigen yang berasosiasi dengan MHC (HLA).

Major Histocompatibility Complex (MHC)

Protein membran sel, diekspresikan oleh kelompok gen (gene cluster) yang terangkai sempurna (tight linkage).

Produk MHC berperan penting dalam pengenalan Ag antar sel dan diskriminasi self dari nonself menentukan kompatibilitas jaringan antar individu dalam satu spesies disebut transplantation antigen.

Pada sistem imun MHC berpengaruh pada kreasi respon humoral dan seluler (cell mediated) sel TH & TC mengenal Ag yang berasosiasi dengan molekul MHC MHC menentukan repertoire (daftar) Ag yang dapat direspon TH & TC MHC berimplikasi pada suseptibilitas thd penyakit & autoimun.

MHC adalah kumpulan gen (gene array); pada manusia terletak pada khromosom 6 disebut kompleks HLA, pada tikus terletak pada khromosom 17 disebut kompleks H2.

HLA mengkode 3 macam molekul : HLA klas I, klas II & klas III.

HLA klas I dikode oleh regio A, B dan CHLA klas II dikode oleh regio DP, DQ, DRSetiap regio mempunyai alel yang sangat majemuk mempunyai variasi sangat besar, meskipun pada saudara sekandung.

Molekul HLA klas I mempresentasikan Ag yang dikenal TC terdapat pada semua sel berinti.

Molekul HLA klas II mempresentasikan Ag yang dikenal TH terdapat pada antigen presenting cells (APC) makrofag, sel dendritik, limfosit B, dll.

Schematic diagram of structure of Ig

Glycoprotein Polypeptide : 82-96%Cbh : 2-14%

ANTIBODIES

STRUCTURE CLASS

The Fab portion of the antibody has specificity for binding an epitope of an antigen.

The Fc portion directs the biological activity of the antibody.

The Fab portion of the antibody has the complementarity-determining regions (red) providing specificity for binding an epitope of an antigen.

The Fc portion (purple) directs the biological activity of the antibody. (S-S = disulfide bond; N = amino terminal of glycoprotein; C = carboxy terminal of glycoprotein; CHO = carbohydrate.)

(Kuby, 2006)(Yoes Prijatna Dachlan, 2010)

Electrophoretic profiles of the serum

Yoes Prijatna Dachlan, 2010

Manfaat imunologi untuk kesehatan / kedokteran

1. Sistem imun dapat dimanipulasi agar fungsi sistem imun dapat dikontrol untuk melawan penyakit. Manipulasi sistem imun dapat dilakukan dengan: - memanipulasi antigen asing yang masuk – vaksinasi - memanipulasi pertemuan substansi asing dengan sel/molekul sistem imun – imunoterapi.

Contoh : vaksinasi terhadap smallpox oleh Edward Jenners (1758).Observasi Jenners pemerah susu yang menderita smallpox setelah sembuh jarang/tidak pernah terkena smallpox untuk kedua kalinya.

- Suntikkan cairan dari lesi cowpox ke anak umur 8 th beberapa minggu.- Setelah selesai, anak tersebut diinfeksi virus smallpox tidak sakit (kebal terhadap smallpox).

Metoda Jenners disebut vaksinasi (vaccine – dari sapi) metoda vaksinasi dipakai secara luas untuk mengin-duksi imunitas terhadap bermacam-macam penyakit.

2. Reaksi imun in vitro dan in vivo dapat dimanfaatkan untuk : diagnosis & terapi penyakit infeksi dan/atau terpapar toksin.

Contoh : antibodi terhadap virus/bakteri dalam darah dipakai sebagai indikator perkembangan penyakit. Antibodi terhadap toksin/bisa digunakan untuk mengobati penderita terpapar toksin/bisa i.e pasien digigit ular, dsb.

jenis imunisasi untuk balita yang diwajibkan, yakni:

1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin)2. Vaksin DPT/DTP3. Vaksin Polio4. Vaksin Campak5. Vaksin Hepatitis B

Gangguan pada imunitas

Kegagalan pertahanan dapat muncul, dan jatuh pada tiga kategori:

• Defisiensi imun, Defisiensi imun muncul ketika satu atau lebih komponen sistem imun tidak aktif.

• AIDS dan beberapa tipe kanker menyebabkan defisiensi imun dapatan.

defisiensi imun

• Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun yang disebut autoimunitas.

• Sistem imun gagal untuk memusnahkan dengan tepat antara diri sendiri dan bukan diri sendiri, dan menyerang bagian dari tubuh.

Autoimunitas

• Hipersensitivitas adalah respon imun yang merusak jaringan tubuh sendiri.

Hipersensitivitas

Menjaga dengan baik sistem imun kita dengan perilaku hidup bersih dan sehat

top related