farmasi 2014 b gizi buruk
Post on 19-Jan-2016
54 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TUGAS TERSTRUKTUR KELOMPOK NUTRISI
MENELAAH JURNAL TENTANG GIZI BURUK
JUDUL : MULTIPLE MICRONUTRIENT (ZINC, MAGNESIUM) THERAPY TO
SEVERE MALNOURISHED CHILDREN: EFFECT ON GROWTH CATCH UP AND
CLINICAL RECOVER
Disusun oleh :
Jauvica Alvica Madyawati (G1F012006)
Muntofingah (G1F012024)
Ginanjar Wahyu Rahardian (G1F012044)
Catherine Bernadia (G1F012050)
Retno Widiastuti (G1F012058)
Sausa Monica (G1F012062)
Nisadiyah Faridatus Shahih (G1F012064)
Rizky Ariyanti (G1F012070)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2014
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…..................…....………………………………………….…… i
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 2
Latar Belakang………………………………..................................... 2
Rumusan Masalah………………………………….........................… 4
BAB II. TELAAH JURNAL ............................................................................ 5
Pendahuluan Jurnal…………………………………........………….. 5
Metode………………………………………………….........……… 5
BAB III. PEMBAHASAN……………….........……………………...……….. 8
BAB IV. PENUTUP DAN KESIMPULAN………………….....…...……….. 22
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….............…......… 23
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malnutrisi terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh
dunia termasuk negara berkembang, khususnya di Asia Selatan. Kekurangan gizi
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi dan merupakan penyebab utama penyakit
yang dapat menyebabkan kematian. Risiko terjadinya defisiensi seng di negara
berkembang erat berkaitan dengan keadaan status gizi yang buruk. Hambatan
pertumbuhan (stunting) yang disebabkan karena pengaruh gizi buruk berkisar 10%.
sementara angka risiko terjadinya defisiensi seng sekitar 15%. Hal ini berarti jumlah
anak yang berisiko mengalami defisiensi seng 5% lebih tinggi dari jumlah anak balita
yang mengalami stunting. Angka prevalensi nasional balita stunted menurut
Riskesdas tahun 2007 adalah 36,8%. International Conference of Zinc and Human
Health (2000) memperkirakan sekitar 48% populasi dunia mempunyai risiko terjadi
defisiensi seng. Dari penelitian yang dilakukan di Jakarta pada tahun 1988 didapatkan
87,2% dari 156 responden anak dan orang dewasa mengalami defisiensi seng. Di
Mexico (2001) insidens defisiensi seng sebesar 40% di daerah perkampungan
sedangkan 18% di daerah perkotaan. Penelitian oleh Huwae FJ (2006) pada 111 anak
usia 6-8 tahun di Grobogan Jawa Tengah ditemukan 40% mengalami defisiensi seng.
Malnutrisi adalah salah satu penyakit yang menjadi beban di negara
berkembang. Kemiskinan adalah penyebab utama kekurangan gizi dan faktor-faktor
penentunya (Müller & Krawinkel, 2005). Di seluruh dunia, diperkirakan 925.000.000
orang yang kekurangan gizi, yang sebagian besar tinggal di negara-negara
berkembang (World Hunger dan Fakta Kemiskinan dan Statistik, 2012). Wanita
hamil, ibu menyusui, dan anak-anak sangat rentan terhadap konsekuensi dari
kekurangan gizi. Dampak buruk yang dimulai di rahim ibu di mana janin tidak dapat
berkembang dengan baik mempengaruhi perkembangan fisik dan mental. Anak di
bawah usia 5 tahun berada pada risiko tertinggi mengalami malnutrisi karena
3
pertumbuhan yang cepat. Hal ini dibuktikan bahwa lebih dari 70 persen anak-anak
kurang gizi tinggal di Asia, 26 persen di Afrika dan 4 persen di Amerika Latin dan
Karibia, separuhnya tinggal di India, China dan Bangladesh (statistik Unicef, 2005).
Malnutrisi adalah penyebab kematian terbesar anak secara global. 5,5 juta dari 11
juta anak meninggal setiap tahun (World Hunger dan Fakta Kemiskinan dan Statistik,
2012). Mengatasi kekurangan gizi merupakan prasyarat untuk memastikan
perkembangan yang cepat dan tepat.
Mikronutrien memainkan peran penting dalam pengembangan pertumbuhan
fisiologis, fungsi kognitif dan kekebalan, pengurangan morbiditas dan mortalitas pada
anak-anak yang kekurangan gizi (Doherty et al, 1998; Black & Sazawal, 2001; Hitam
et al, 2004). Defisiensi mikronutrien berkontribusi terhadap etiologi penurunan fungsi
fisiologis dan perkembangan termasuk gangguan imunitas akibatnya meningkatnya
kerentanan terhadap infeksi (Elizabeth, 2000). Hal ini menyatakan bahwa defisiensi
mikronutrien tersebar luas di antara 2 miliar orang di negara berkembang dan negara
maju (Wapnir, 2000; Jamil et al, 2008; Tulchinsky, 2010). Hal ini merupakan
penyebab yang mendasari morbiditas dan mortalitas. Zinc adalah elemen dari
biologis dan penting bagi kesehatan masyarakat yang mempengaruhi pertumbuhan
dengan merangsang DNA dan sintesis RNA serta pembelahan sel. Zinc adalah
kofaktor metalloenzymes yang banyak terlibat dalam berbagai proses biokimia seperti
integritas kulit, pertumbuhan jaringan, pembentukan tulang, perkembangan kognitif
dan kekebalan (Wapnir, 2000; Zemel et al, 2002; Siklar et al, 2003; Nriagu et al,
2007).
Defisiensi zinc mempengaruhi sekitar 2 miliar orang di negara berkembang
yang mengakibatkan retardasi pertumbuhan, hipogonadisme, disfungsi kekebalan
tubuh, dan gangguan kognitif (Prasad, 2009). Magnesium sangat penting untuk
menjaga otot normal dan fungsi saraf, menjaga sistem kekebalan tubuh yang sehat,
menjaga irama jantung dan membangun tulang yang kuat. Elemen ini terlibat dalam
setidaknya 300 reaksi biokimia dalam tubuh. Kekurangan magnesium juga lazim
pada anak-anak penderita gizi buruk (Bhan et al, 2003). Dalam malnutrisi energi
4
protein, hypomagnesaemia dapat menyebabkan perkembangan manifestasi
hyperirritability neuromuskular dan komplikasi jantung. Sebagai kofaktor dari
berbagai reaksi enzimatik, magnesium sangat diperlukan untuk sejumlah besar
langkah-langkah metabolisme termasuk sebagian dari mereka yang peduli dengan
pengalihan atau pemanfaatan energi, sintesis protein dan aktivitas normal dari sistem
saraf (Bhan et al, 2003).
Defisiensi mikronutrien tetap menjadi masalah kesehatan utama bagi anak-
anak di Bangladesh, di mana hampir setengah dari populasi anak-anak mengalami
defisiensi mikronutrien (Jamil et al, 2008). Penelitian ini berusaha untuk melengkapi
seng dan magnesium untuk anak-anak kurang gizi yang bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan pemulihan klinis.
B. Rumusan Masalah
1. Seberapa besar pentingnya zink dan magnesium pada terapi malnutrisi
2. Apa akibat dari kekurangan zink dan magnesium
3. Bagaimana perbedaan pemberian antara zink, magnesium, serta gabungan
antara zink dan magnesium
5
BAB II
TELAAH JURNAL
A. Pendahuluan Jurnal
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk masih menjadi masalah yang belum
terselesaikan sampai saat ini. Gizi buruk banyak dialami oleh bayi dibawah lima
tahun (balita). Malnutrisi atau gizi buruk merupakan masalah kesehatan terbesar
dalam masyarakat di negara berkembang, khususnya di Asia Selatan dan sub-Sahara
Afrika. Tingginya prevalensi penyakit bakteri dan parasit di Negara berkembang
memberikan kontribusi besar terhadap kekurangan gizi di Negara-negara tersebut.
Gizi buruk merupakan salah satu faktor penyebab kerentanan terhadap infeksi yang
selanjutnya dapat menyebabkan kematian. Mayoritas penderita gizi buruk adalah
berasal dari negara-negara berkembang. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka
kematian tapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak
yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Masalah yang timbul akibat
gizi buruk diantaranya adalah kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
yang disebabkan karena ibu hamil mengalami kurang gizi yang akan berpengaruh
terhadap gangguan fisik, mental dan kecerdasan anak (Pudjiadi, 2000).
B. Metode
Metode yang diterapkan adalah studi kasus-kontrol prospektif. Pemberian
seng dan magnesium pada terapi tunggal dan gabungan keduanya diberikan kepada
anak-anak kurang gizi kronik untuk meningkatkan pertumbuhan gizinya dan
pemulihan secara klinis. Seratus pasien yang dirawat di rumah sakit anak-anak
kekurangan gizi, dari 6-60 bulan usia yang terdaftar di unit gizi Rumah Sakit Shishu
Dhaka, Dhaka, Bangladesh. Berat badan, tinggi badan dan lengan pertengahan
keliling anak-anak penderita gizi buruk diukur. Status gizi mereka dinilai dengan
tinggi untuk usia (stunting), berat badan untuk usia (underweight), berat badan untuk
tinggi badan (wasting) dan ada atau tidak adanya edema. Anak-anak secara klinis
diklasifikasikan menjadi marasmic, marasmic-kwashiorkor dan kwashiorkor.
6
Tingkat malnutrisi didiagnosis oleh dokter berdasarkan tanda-tanda klinis dan
data antropometri. Anak-anak yang terdaftar secara purposive berdasarkan kriteria
eksklusi dan inklusi tertentu yang telah ditentukan. Kriteria inklusi adalah 6-60 bulan
usia dari kedua jenis kelamin, status gizi terdiri dari <70% berat untuk ketinggian
rata-rata NCHS (klasifikasi Waterloo), <60% berat badan untuk usia rata-rata NCHS
(klasifikasi Gomez) dan ada tidaknya edema. Kriteria eksklusi adalah penerimaan
setiap terapi mikronutrien sebelum dan setelah masuk ke rumah sakit, gagal ginjal,
edema akibat penyakit lain seperti gagal jantung kongestif, sindrom nefrotik, sirosis
hati dan anomali kongenital, sadar dan meningitis. Untuk melakukan studi ini, izin
etis diperoleh dari Dewan Etika Rumah Sakit Dhaka Shishu.
Subjek intervensi dan kontrol: Seratus anak kurang gizi kronik dibagi dalam
empat kelompok masing-masing terdiri dari dua puluh lima anak-anak penderita
morbiditas seragam. Semua anak yang terdaftar menerima diet pemulihan (sesuai
dengan protokol diet gizi diikuti di unit rehabilitasi gizi rumah sakit) dan suplemen
multivitamin, kalium klorida dan potensi kapsul vitamin A-tinggi (100.000-200.000
IU) seperti yang direkomendasikan oleh World Health Organisasi (Ashworth et al,
2003). Kelompok-kelompok intervensi menerima zinc atau magnesium atau
kombinasi zinc dan magnesium bersama dengan diet dan suplemen
pemulihan. Kelompok kontrol hanya menerima diet pemulihan dan suplemen.
7
Tabel 1. Desain dosis intervensi, konten dosis dan jadwal dosis.
Kelompok Intervensi dosis/perlakuan
Subjek suplementasi
Kelompok I Zinc + Multivitamin + Vitamin A + KCI
Kelompok II Magnesium + Multivitamin + Vitamin A + KCI
Kelompok III Zinc + Magnesium + Multivitamin + Vitamin A + KCI
Kelompok IV Multivitamin + Vitamin A + KCI (kontrol)
Tabel 2. Ketentuan dosis berdasarkan rekomendasi WHO (Ashworth et al, 2003).
Pemberian Dosis
Zinc (Oral) 2-3 mg/kg/hari selama 30 hari
Magnesium(Injeksi) 0,3mmolMg/kg/hari selama 7 hari
Multivitamin(> 1 tahun) 1 ml, 2kali sehari selama 30 hari
(< 1 tahun) 0,5ml, 2kali sehari selama 30 hari
Vitamin A(> 1 tahun) 200.00 IU/hari pada hari ke 1,2&15
Potasium(sirup K-20) 4mmol/kg,3kali sehari selama 15 hari
Pengukuran antropometri dan diagnosis morbiditas: Berat badan anak-anak
antara 100g -25kg skala semi Salter (Salter Timbang-Tronis Model 235 PBW, UK).
Pengukuran dengan berdiri tinggi untuk anak di bawah usia dua tahun tidak mungkin,
panjang telentang diukur. Untuk anak-anak 2 tahun ke atas, skala ketinggian vertikal
digunakan. Skala pengukurannya adalah 175cm tinggi dan diukur dengan akurasi
0.1cm. Lengan pertengahan lingkar (MAC) diukur dengan menggunakan pita khusus
dirancang untuk tujuan tersebut. Morbiditas antara anak-anak didiagnosis dengan
tanda dan gejala klinis oleh seorang konsultan pediatrik (salah satu penulis: ASM
Mustafizur Rahman), dan sebagian oleh penyelidikan laboratorium. Terapi intervensi
ini dilakukan di bawah perawatan langsung dari konsultan.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Malnutrisi terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di
seluruh negara berkembang, khususnya di Asia Selatan dan sub - Sahara Afrika.
Tingginya prevalensi penyakit bakteri dan parasit di negara berkembang memberikan
kontribusi besar terhadap kekurangan gizi di sana. Demikian juga kekurangan gizi
dapat meningkatkan kerentanan terhadap beratnya infeksi dan merupakan penyebab
utama kematian.
Malnutrisi merupakan risiko yang paling tinggi untuk berbagai penyakit di
negara berkembang akibat kemiskinan. Diperkirakan 925.000.000 orang yang
kekurangan gizi sebagian besar tinggal di negara-negara berkembang (World Hunger
dan Fakta Kemiskinan dan Statistik, 2012). Wanita hamil, ibu menyusui, dan anak-
anak sangat rentan terhadap konsekuensi dari kekurangan gizi. Dampak buruk ini
dimulai didalam rahim ibu, dimana janin tidak dapat berkembang dengan baik,
sehingga menyulitkan perkembangan fisik dan mental (statistik Unicef , 2005)..
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian,
yakni gizi buruk karena kekurangan protein (kwashiorkor), karena kekurangan
karbohidrat atau kalori (marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini
biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh
membusungnya perut (busung lapar).
Klasifikasi Gizi Buruk
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-
kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari
masing-masing tipe yang berbeda-beda.
1. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak
9
terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit),
rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan
(sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan
banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar.
Gambar 1. Penderita marasmus
Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan
otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
2. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby),
bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein,
walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi.
Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai
seluruh tubuh
10
Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah
dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut
kepala kusam.
c. Wajah membulat dan sembab
d. Pandangan mata anak sayu
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan
terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang
tajam.
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
Gambar 2. Penderita kwashiorkor
3. Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung
protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita
demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal
memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut,
11
kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula (Depkes RI,
2000).
Zinc atau timah sari adalah unsur kimia dengan lambang kimia Zn, bernomor
atom 30, massa atom relatif 65,39. Zinc merupakan unsur pertama golongan 12 pada
tabel periodik. Beberapa aspek kimiawi seng mirip dengan magnesium. Hal ini
dikarenakan ion kedua unsur ini berukuran hampir sama. Selain itu, keduanya juga
memiliki keadaan oksidasi +2. Zinc merupakan unsur paling melimpah ke-24 di
kerak bumi dan memiliki lima isotop stabil. Bijih zinc yang paling banyak ditambang
adalah sfatlerit (seng sulfida). Zinc termasuk dalam kelompok zat gizi mikro yang
mutlak dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sangat kecil untuk memelihara
kehidupan yang optimal.
Gambar 3. Zinc
Terdapat banyak jenis zinc, diantaranya adalah zinc glukonat, zinc cloryda,
zinc sulfat, zinc laktat. Zinc laktat (organik) dapat menyembuhkan ayan. Zinc dapat
diperoleh secara alami dari makanan yang kita konsumsi maupun dari suplemen zinc.
Berikut adalah daftar makanan yang mengandung zinc :
1. Daging
Tiga-ons daging menyediakan sekitar 40
persen atau lebih zinc dari dosis harian yang
direkomendasikan. Daging yang dimaksud
termasuk diantaranya adalah daging panggang,
iga, dan daging rebus. Sedangkan daging yang
menyediakan 25-39 persen dari dosis harian adalah daging sapi, tulang rusuk,
steak, daging domba, bahu panggang, dan lidah. Ayam, ham, daging babi, dan
Gambar 4. Daging
12
kalkun setidaknya menyediakan sekitar 10 persen dari dosis harian zinc yang
direkomendasikan.
2. Makanan Laut (Seafood)
Tiram merupakan sumber
makanan yang mengandung zinc paling
tinggi. Seafood lain menyediakan
setidaknya 10 persen per tiga ons
termasuk kerang, lobster, ikan, dan
daging kepiting. Zinc sering hilang selama proses memasak. Untuk
mempertahankan kandungan zinc, masak makanan dengan air sesedikit
mungkin dan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
3. Produk susu
Beberapa makanan dari produk susu merupakan sumber zinc yang
baik. Sebanyak 8 ons yogurt dan ½ cangkir keju ricotta mengandung
setidaknya 10 persen dari jumlah harian yang disarankan. Keju swiss, keju
Gouda, dan susu juga mengandung zinc.
4. Biji-bijian dan Kacang-kacangan
Tepung gandum utuh merupakan
sumber zinc yang baik. Sereal kering yang
telah difortifikasi biasanya setidaknya 10
persen biasanya berisi setidaknya 10
persen zinc dari jumlah yang
direkomendasikan. Biji Labu, kacang
almond, kacang mete, dan biji bungan matahari merupakan sumber zinc yang
juga baik. Meskipun zinc yang ditemukan di kacang-kacangan tidak seperti
yang ditemukan dalam daging, kacang-kacangan masih menyediakan jumlah
yang cukup dan merupakan sumber zinc yang penting terutama untuk
vegetarian. Pilihan sumber zinc yang baik dari kacang-kacangan adalah black
eyed peas, kacang lima, kacang pinto, kacang kedelai, tempe, dan tahu.
Gambar 6.Kacang-kacangan
Gambar 5. Seafood
13
Tabel 3. Kandungan zinc pada beberapa bahan makanan
Sumber
Makanan
Kandungan
Zinc (mg)
Sumber Makanan Kandungan Zinc (mg)
Tiram 25,8 Oatmeal ¼ cup 0,86
Kepiting 6,48 Avocado 0,73
Hati sapi 6,07 Kentang panggang 0,65
Kuaci 2,51 Roti 0,42
Lobster 2,48 Apricot 0,28
Kedelai 1,98 Pisang 0,19
Yogurt 1,34 Orange jus 0,13
Susu skim 0,98 Lemak, minyak, gula Bukan sumber yang penting
Beberapa bahan makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zinc adalah
asam askorbat dan sitrat (pepaya, jambu biji, pisang, mangga, semangka, pir, jeruk,
lemon, apel, jus nenas, kembang kol, dan limau), asam malak dan tartrat (wortel,
kentang, tomat, labu, kol, dan lobak cina), asam amino sistein (daging, kambing,
daging babi, hati, ayam, dan ikan), dan produk-produk fermentasi (kecap kacang
kedele, acar/asinan kubis). Beberapa makanan yang dapat menghambat penyerapan
zinc adalah fitat (beras, terigu, gandum, kacang kedele, susu coklat, kacang dan
tumbuhan polong), polifenol (teh, kopi, bayam, kacang, tumbuhan polong, rempah-
rempah), kalsium dan fosfat (susu dan keju) (Gillespie, 1998).
Tabel 4. Angka kecukupan zinc rata-rata yang dianjurkan per orang per hari
Golongan Umur Zinc (mg)
0 – 6 bulan 3
7 – 12 bulan 5
1 – 9 tahun 10
10-59 Ahun 15
>60 tahun 15
Hamil +5
Menyusui 0 – 6 bulan +10
7 – 12 bulan +10
Sumber : Muhilal dkk. Angka kecukupan gizi
yang dianjurkan. Dalam Widya Karya
Pangan dan Gizi V, Jakarta, 1994 : 432.
14
Menilai banyaknya zinc yang dibutuhkan seseorang adalah sangat penting
karena mencakup banyak faktor yang harus diperhitungkan. Zinc tersebar dalam
semua organ, jaringan dan cairan tubuh. Orang dewasa laki-laki dengan berat badan
70 kg mengandung 2 - 3 g seng; deposito terbesar terdapat dalam otot dan tulang.
Kebutuhan zinc fisiologis yang sebenarnya adalah banyaknya zinc yang harus
diabsorpsi untuk menggantikan pengeluaran endogen, pembentukan jaringan,
pertumbuhan dan sekresi susu. Jadi kebutuhan zinc fisiologis tergantung dari usia dan
status fisiologis seseorang.
Tabel 5. Penyebaran deposito zinc dalam tubuh
Jaringan Jumlah (g) Penyebaran (%)
Otot 1,5 60
Tulang 0,5 – 0,8 20 – 30
Kulit dan rambut 0,21 8,0
Hati 0,0 – 0,15 4 – 6
Saluran pencernaan dan pankreas 0,03 2,0
Ginjal 0,02 0,8
Limpa 0,003 0,1
Susuan saraf pusat 0,04 1,6
Darah 0,02 0,8
Plasma 0,003 < 0,1
Sumber : Sandström, Dietary pattern and zinc supply. Dalam Zinc in human biology,
CF Mills (ed). London : Springer Verlag, 1989 : 351.
Fungsi Zinc
Zinc penting untuk pertumbuhan dan replikasi sel, kematangan organ seks,
fertilitas dan reproduksi, mencegah buta senja, imunitas, daya kecap dan selera
makan (Wahlqvist, 2001). Zinc umumnya ada di otak, dimana zinc mengikat protein.
Kekurangan zinc akan berakibat fatal terutama pada pembentukan strukturotak,
fungsi otak dan mengganggu respon tingkah laku dan emosi (Black, 1998).
15
Zinc merupakan zat gizi mikro yang mutlak dibutuhkan tubuh dalam jumlah
yang sangat kecil untuk memelihara kehidupan yang optimal. Zinc terdapat dalam
jumlah yang cukup banyak di dalam setiap sel, kecuali sel darah merah dimana zat
besi berfungsi khusus mengangkut oksigen. sekalipun kalsium merupakan elemen
makro, namun jumlahnya dalam sel lebih kecil dibandingkan zinc kecuali didalam sel
tulang. Zinc tidak terbatas fungsinya seperti zat besi dan kalsium. Fungsi fisiologis
yang tergantung pada zinc adalah pertumbuhan dan pembelahan sel, antioksidan,
perkembangan seksual, kekebalan seluler dan humoral, adaptasi gelap, pengecapan
serta nafsu makan.
Peranan biokimia Zinc merupakan komponen dari metalloenzymes untuk
mempertahankan kelangsungan berbagai proses metabolisme dan stabilitas membran
sel. Fungsi zinc dalam metallo-enzyme ialah katalitik. Contoh enzim zinc yang
berfungsi katalitik ialah karbonik anhidrase, karboksipeptidase, dan aldolase. Hampir
300 jenis enzim zinc berhasil di identifikasi. hal ini menunjukan peranan zinc untuk
mempertahankan kelangsungan berbagai proses metabolisme tubuh, menstabilkan
struktur membran sel dan mengaktifkan hormon pertumbuhan. Zinc terutama
dibutuhkan dalam percepatan pertumbuhan.
Peranan terpenting zinc bagi mahluk hidup adalah pada pertumbuhan dan
berperan penting dalam sintesa dan degradasi dari karbohidrat, lemak, protein, asam
nukleat dan pembentukan embrio. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan dan
terbukti bahwa zinc merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Defisiensi zinc
Defisiensi zinc adalah penafsiran hasil pemeriksaan konsentrasi zinc
dilakukan bersamaan dengan keadaan klinis, metabolik penderita dan melakukan
pemantauan respons fisik dan biokimia terhadap suplementasi zinc.
Defisiensi zinc dapat terjadi karena:
a. Pemasukan berkurang
b. Absorpsi berkurang
c. Meningkatkan perusakan
d. Meningkatkan pengeluaran
16
e. Ultilisasi berkurang dan
f. Kebutuhan meningkat.
Tabel 6. Gejala-gejala defisiensi zinc
Defisiensi zinc ringan Defisiensi zinc berat
Oligospermia
Dermatitis
Pertumbuhan terhambat
Penyembuhan luka terhambat
Gangguan adaptasi gelap
Perubahan emosi
Alat-alat kelamin mengecil
Infeksi
Diare
Perubahan neurologis
kematian
Magnesium adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol
Mg dan nomor atom 12 serta berat atom 24,31. Magnesium adalah elemen terbanyak
kedelapan yang membentuk 2% berat kulit bumi. Serta merupakan unsur terlarut
ketiga terbanyak pada air laut. Logam alkali tanah ini terutama digunakan sebagai zat
campuran (alloy) untuk membuat campuran alumunium-magnesium yang sering
disebut “magnalium” atau “magnelium”.
Gambar 7. Magnesium
Magnesium (Mg) adalah kation kedua terbanyak di intrasel setelah kalium.
Pada tubuh dewasa sehat ada 21–28 g Mg, 99% tersebar di kompartemen intrasel dan
hanya 1 % di cairan ekstrasel. Mg dibagi lagi ke dalam tiga kompartemen utama
tubuh: kira-kira 65% berada pada fase mineral rangka, 34% di ruang intrasel, dan
hanya 1% di dalam cairan ekstrasel. Usus halus adalah tempat utama penyerapan Mg,
sedangkan ekskresi sebagian besar melalui ginjal. Angka Kecukupan Gizi (AKG)
yang diadopsi dari The Recommended Daily Allowance (RDA) menganjurkan agar
17
kita mengonsumsi magnesium sebanyak 400 miligram per hari, bahkan disarankan
sebanyak 450-1000 miligram per hari bagi mereka yang sedang dalam pengobatan.
Pada suatu studi tahun 2001 yang dimuat dalam Jurnal Nutritio Health Aging
mengatakan bahwa serangan jantung mendadak akan terjadi 1,5 kali lebih tinggi di
antara orang dewasa yang rata-rata mengonsumsi 105 miligram magnesium bila
dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi 233 miligram magnesium per hari.
Penelitian tahun 2002 yang dimuat dalam American Journal Clinical Nutrition
menyatakan bahwa efek penurunan magnesium terjadi pada wanita yang telah
mengalami menopause. Selain itu, bila kebutuhan megnesium tidak terpenuhi, akan
terjadi detakan jantung yang tidak normal. Dari data korban serangan jantung
mendadak yang dilaporkan oleh majalah Science tahun 1980, diketahui bahwa hanya
magnesium yang ditemukan dalam jumlah sangat kurang dalam serum darah pada
otot-otot jantung, dari jumlah yang seharusnya.
Kebutuhan magnesium harian bagi
wanita hamil dianjurkan untuk ditambah, begitu
pula wanita yang telah mengalami menopause
serta tubuh yang sedang mengalami stres.
Berdasarkan penelitian, hanya 1/3 bagian dari
magnesium yang dikonsumsi dapat diserap
tubuh sehingga beberapa peneliti menyarankan
agar konsumsi harian magnesium sebesar 1200
mg. Kebutuhan dari magnesium meningkat sehubungan dengan umur dan tingkat
tekanan hidup. Magnesium mengendalikan kontraksi otot, metabolisme protein,
diantara tugas vital lainnya. Sumber utama magnesium adalah sayur hijau, serealia
tumbuk, biji-bijian dan kacang-kacangan. Daging, susu dan hasilnya serta cokelat
merupakan sumber magnesium yang baik.
Gambar 8. Susu
18
Tabel 7. Kandungan magnesium pada beberapa bahan makanan
Sumber Makanan Kandungan Makanan
Biji labu (panggang) 532
Kacang almond 300
Kacang brazil 225
Biji wijen 200
Kacang tanah 183
Kenari 158
Beras (gandum coklat) 110
Roti gandum 85
Bayam 80
Dimasak kacang 40
Brokoli 30
Pisang 29
Kentang 25
Roti tawar 20
Yoghurt 17
Susu 10
Beras (putih) 6
Keping jagung 6
Apel 4
Madu 0.6
Fungsi Magnesium
Fungsi magnesium dalam tubuh adalah untuk membantu proses pencernaan
protein dan mampu memelihara kesehatan otot serta sistem jaringan penghubung.
Magnesium memiliki sejumlah fungsi penting, contohnya:
1. Membantu proses pembentukan energi dari makanan
2. Mendukung fungsi kelenjar paratiroid. Kelenjar paratiroid menghasilkan
hormon yang penting bagi kesehatan tulang
19
3. Membantu relaksasi otot
4. Membantu transmisi sinyal saraf
5. Sebagai co faktor membantu enzim yang merupakan katalisator lebih dari 300
reaksi kimia termasuk mengatur suhu tubuh manusia.
Defisiensi Magnesium
Diabetes militus merupakan penyakit yang tersering berkaitan dengan
defisiensi Magnesium. Sampai 39% penderita rawat jalan telah dilaporkan
hipomagnesia. Pada ketoasidosis berat, magnesium bisa terbuang dalam urine selama
asidosis. Kadar magnesium mungkin lemah atau tinggi akibat deplesi volume.
Namun, terapi cairan dan insulin menghasilkan penurunan ke kisaran subnormal.
Insulin telah ditunjukkan menyebabkan perpindahan Mg ke dalam jaringan
lunak. Kekurangan insulin pada diabetes tipe 1 bisa mengakibatkan penurunan
magnesium intrasel. Walaupun disimpulkan bahwa hipomagnesia disebabkan oleh
diabetes dan bukan kebalikannya, defisiensi Mg juga bisa mempengaruhi onset
penyakit ini. Defisit Mg mengganggu reaksi enzimatik yang menggunakan atau
memproduksi adenosine triphospate (ATP), yang memodifikasi kaskad enzimatik
pada metabolisme karbohidrat, sehingga memicu DM.
Penelitian dalam jurnal ini dilakukan dengan studi kasus-kontrol prospektif
terhadap seratus anak yang kekurangan gizi dari usia 6-60 bulan yang terdaftar dari
unit gizi Rumah Sakit Shishu Dhaka, Dhaka, Bangladesh. Status gizi mereka dinilai
dari tinggi badan, berat badan, berat badan untuk tinggi badan, dan ada atau tidak
adanya edema. Anak-anak secara klinis diklasifikasikan menjadi marasmus,
marasmus - kwashiorkor dan kwashiorkor. Terapi tunggal dan kombinasi dari zinc
dan magnesium diberikan kepada anak-anak kurang gizi parah untuk meningkatkan
pertumbuhan mereka dan pemulihan klinis. Karena pengukuran berdiri tinggi untuk
anak di bawah usia dua tahun tidak mungkin, maka diukur panjang telentang. Panjang
anak dibacakan ke 0.1cm terdekat. Untuk anak-anak 2 tahun ke atas, skala ketinggian
vertikal yang digunakan. Pertengahan lingkar lengan (MAC) diukur dengan
menggunakan pita khusus dirancang untuk tujuan tersebut.
20
Pengaruh intervensi mikronutrien tunggal dan kombinasi terhadap
pertumbuhan dan pemulihan klinis dijelaskan dalam tabel 7. Pertumbuhan dinyatakan
dalam kenaikan berat badan, tinggi badan dan pertengahan lingkar lengan. Tingkat
pemulihan klinis dinyatakan dalam jangka waktu tinggal di rumah sakit.
Jangka waktu tinggal di rumah sakit digunakan sebagai indikator untuk
tingkat pemulihan klinis oleh terapi mikronutrien. Hal itu terlihat bahwa kecuali
untuk terapi magnesium pada anak marasmic (p = 0,282), ada yang peningkatan yang
signifikan (p <0,05) pada pemulihan klinis dalam kelompok intervensi dan dalam
kelompok intervensi-kontrol pada anak edema dan non-edema (tabel 8).
Tabel 8. Efek terapi mikronutrien dalam pemulihan klinis pada jangka
waktu rawat inap rumah sakit
Malnutrition Zinc therapy Mg therapy Zn-Mg Therapy No Zn-Mg
Non-edematous
(Marasmus) 12.00±2.25 16.00±3.10 9.00±1.64 17.00±2.25
Edematous
(Kwarshiorkor and
Marasmus-
Kwarshiorkor)
16.00±2.90 19.00±2.40 12.00±2.50 20.00±1.50
Perbedaan yang signifikansi pada pertumbuhan antara kelompok intervensi
berbeda diuji dengan paired t –test. Kecuali untuk beberapa kasus, zinc tunggal,
magnesium tunggal dan kombinasi terapi zinc - magnesium meningkatkan
pertumbuhan secara signifikan (p < 0,05) pada anak-anak yang kekurangan gizi.
Pertumbuhan tertinggi dalam hal kenaikan berat badan, tinggi badan dan MAC
diperoleh dengan terapi kombinasi zinc - magnesium. Peningkatan berikutnya adalah
dengan zinc diikuti dengan terapi magnesium saja. Hal ini lebih lanjut mencatat
bahwa anak-anak marasmus telah menunjukkan kenaikan pertumbuhan tertinggi,
yang diikuti oleh marasmus - kwashiorkor dan kwashiorkor anak. Dibandingkan
dengan kelompok kontrol, terapi zinc - magnesium memiliki peningkatan tertinggi (p
< 0,001) dalam kenaikan berat badan, tinggi dan nilai MAC pada anak marasmus
diikuti dalam marasmus - kwashiorkor dan anak-anak kwashiorkor (tabel 9).
21
Tabel 9. Efek dari terapi mikronutrien pada kenaikan pertumbuhan yang diperoleh pada berat (Weight (gm)), tinggi (Height (cm)),
and lingkar lengan tengah (Mid Arm Circumference (cm)) *
Malnutrition Zinc therapy Magnesium therapy Zn-Mg Therapy No Zn-Mg (control)
no Weight Height MAC no Weight Height MAC no Weight Height MAC no Weight Height MAC
Marasmus 13 1305.0±311.0 1.1±0.10 1.06±0.12 11 1071.0±64.0 0.71±0.05 0.63±0.13 15 1528.0±190.0 1.31±0.10 1.25±0.12 14 891.0±56.0 0.65±0.10 0.54±0.17
Marasmus -
Kwarshiorkor 7 584.0±85.0 0.90±0.13 0.73±0.11 9 422.0±130.0 0.69±0.12 0.62±0.10 5 734.0±139.0 1.00±0.10 0.69±0.11 6 387.00±58.0 0.57±0.10 0.52±0.07
Kwarshiorkor 5 619.0±67.0 0.94±09 0.78±0.16 4 489.0±34.0 0.75±0.06 0.55±0.06 4 750.0±9.0 1.05±0.10 0.83±0.32 6 439.00±13.0 0.60±0.10 0.54±0.07
*Disajikan dalam rata-rata±sd
22
BAB IV
PENUTUP DAN KESIMPULAN
Anak-anak yang kekurangan gizi dikategorikan ke dalam dua macam yaitu
non-edematous (marasmus) dan edematous (marasmic-kwashiorkor dan
kwashiorkor). Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasinya adalah dengan
memberikan terapi mikronutrien Zn dan Mg. Cara terapi dibagi menjadi tiga yaitu
pemberian Zn, pemberian Mg, pemberian kombinasi Zn-Mg dan kontrol. Terapi ini
dapat menambah kenaikan yang signifikan untuk tinggi badan, berat, dan juga nilai
MAC terhadap marasmus dengan kombinasi zink-magnesium.
Kombinasi Zink-magnesium menunjukan efek yang cukup signifikan terhadap
marasmus-kwasiokor, tetapi efeknya tidak sebaik yang ditunjukan terhadap terapi
marasmus. Tetapi setelah dilihat berdasarkan survey dan penelitian, hasil
menunjukkan bahwa pemberian terapi kombinasi Zn dan Mg menghasilkan kemajuan
yang lebih cepat dalam penambahan tinggi dan kenaikan berat badan daripada
pemberian terapi Zn saja atau pemberian terapi Mg saja. Oleh karena itu, bersamaan
dengan makanan dan suplemen, terapi kombinasi mikronutrien ini diberikan untuk
rehabilitasi dari anak-anak yang kekurangan gizi. Dapat disimpulkan bahwa
kombinasi zink-magnesium berserta diet dan pemberian suplemen menunjukan nilai
yang signifikan dalam memperbaiki gizi buruk, terutama marasmus.
23
DAFTAR PUSTAKA
Bhan, M. K.; Bhandari, N. & Bahl, R. 2003. Management of the severely
malnourished child: perspective from developing countries. BMJ
326(7381):146-151.
Black, M.M. 1998. Zinc Deficiency and Child Development. Am J Clin Nutr. ; 68
(Suppl) : 464S -9S.
Depkes RI. 2000. Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional Tahun 2001-2005.
Jakarta.
Doherty, C. P.; Sarker, M. A.; Shakur, M. S.; Ling, S. C.; Elton, R. A. & Cutting, W.
A. 1998. Zinc and rehabilitation from severe protein-energy malnutrition:
higher-dose regimens are associated with increased mortality. Am J Clin Nutr
68(3):742-748.
Elizabeth, K. E. 2000. Status of micronutrients in malnutrition before and after
rehabilitation (letter to the editor). Indian Pediartric 37:912-13.
Gillespie, S.R. 1998. Major Issues in The Control of Iron Deficiency. The
Micronutrient Inititative. Canada : Unicef.
Jamil, K.M.; Rahman, A. S.; Bardhan, P. K.; Khan, A. I.; Chowdhury, F.; Sarker, S.
A.; Khan, A.M. & Ahmed,.T. 2008. Micronutrients and Anaemia. J Health
Popul Nutr 26(3):340–355.
Lamid, dkk. 2012. Penanganan Balita Gizi Buruk Secara Rawat Jalan di Puskesmas
dengan Pemberian Makanan Terapi : Formula-100 dan Ready to Use
Therapeutic Food. Panel Gizi Makanan, 35(2): 168-181. Jawa Barat.
Muhilal dkk. 1994. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Jakarta : Widya Karya
Pangan dan Gizi.
24
Müller, O. & Krawinkel, M. 2005. Malnutrition and health in developing countries.
CMAJ 173(3):279-286.
Sandström, Dietary pattern and zinc supply. 1989. Zinc in human biology, CF Mills
(ed). London : Springer Verlag/
Solikhin pudjiadi. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak Edisi Keempat. Jakarta : FKUI.
Touhida Ahsan, MBBS, MS, ASM Mustafizur Rahman, MBBS, M.Phil., et all..
2013. MULTIPLE MICRONUTRIENT (ZINC, MAGNESIUM) THERAPY
TO SEVERE MALNOURISHED CHILDREN: EFFECT ON GROWTH
CATCH UP AND CLINICAL RECOVER. European Scientific Journal Vol
9.
Unicef statistics. 2005. Malnutrition. The Challence. www.childinfo.org/areas/
malnutrition/. Diakses pada 6 April 2014.
Wapnir, R. A. 2000. Zinc deficiency, malnutrition and the gastrointestinal tract. J
Nutrition 13:1388s-1392s.
World Hunger and Poverty Facts and Statistics. 2012.
http://www.worldhunger.org/articles/Learn/world%20hunger%20facts%2020
02.htm. Diakses tanggal 6 April 2014.
Yayasan pemantau hak anak. 2009. Lingkaran setan gizi buruk ketika negara kembali
gagal menjamin hak hidup anak-anak. www.ypha.go.id. Diakses pada 6 April
2014.
top related