evaluasi resiko bahaya berdasarkan … · coring and slicing pengupasan kulit (peeling) pencucian...
Post on 06-Sep-2018
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271
1
Abstrak—Cannery Department merupakan departemen
tempat dilakukannya proses pengalengan nanas dimana
memiliki jumlah tingkat kecelakaan kerja paling tinggi.
Kecelakaan kerja yang terjadi tentunya memiliki dampak
kerugian, baik dampak terhadap para pekerja sendiri,
dampaknya terhadap proses kerja dalam pabrik, serta
dampak terhadap produktivitas kinerja perusahaan.
Sehingga perlu adanya evaluasi terhadap hal ini.
Pada penelitian ini dilakukan ergonomic assessment
berdasarkan faktor lingkungan kerja fisik dan K3. Untuk
faktor lingkungan kerja fisik digunakan kuisioner
lingkungan fisik. Untuk faktor keselamatan dan kesehatan
kerja digunakan risk assessment, konsumsi energi, NASA
TLX, dan nordic body map. Skor dari faktor tersebut
diintegrasikan dengan menggunakan centroid method
untuk mendapatkan skor akhir kategori pekerja.
Berdasarkan hasil ergonomic assessment, diketahui
bahwa sebagian besar pekerja kurang mampu untuk
melakukan tugasnya. Rekomendasi perbaikan yang
diberikan berupa perbaikan ukuran dan dimensi kursi
tempat duduk pekerja, penambahan kipas sebagai
treatment lantai licin serta pemasangan lampu dan sensor
pada area mesin seamer.
Kata Kunci—Ergonomic Assessment, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, Kecelakaan Kerja
I. PENDAHULUAN
alah satu input yang memegang peranan penting dalam
pencapaian produktivitas adalah sumber daya manusia yang
terlibat dalam proses bisnis tersebut (pekerja). Pekerja yang
melakukan kerja berlebihan bahkan sampai mengalami
kelelahan dan kejenuhan kerja akan mengakibatkan
berimbasnya penurunan tingkat produktivitas kerja. Dalam hal
ini, perlu diperhatikan pembagian distribusi fungsi, peran, dan
beban kerja agar pekerja dapat bekerja sesuai dengan batas-
batas yang dimiliki dan beban kerja menjadi tidak berlebihan.
Selain itu, sangat perlu diperhatikan juga perilaku tidak aman
pekerja dan kondisi lingkungan kerja yang tidak aman yang
dapat menjadi resiko kecelakaan kerja. Biro Pelatihan Tenaga
Kerja menyebutkan bahwa dua hal tersebut merupakan
penyebab terbesar kecelakaan kerja.
Saat ini, keselamatan dan kesehatan kerja sudah menjadi hal
yang mutlak diperhatikan dalam dunia industri. Faktor-faktor
manusia (human factors) memegang peranan penting dalam
keselamatan dan kesehatan kerja yang secara langsung erat
kaitannya dengan pencapaian produktivitas kerja yang baik.
Produktivitas kerja yang baik adalah dengan didukung oleh
terjaganya kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan manusia
selaku pekerja. Potensi bahaya (hazard) adalah permasalahan
yang ada di perusahaan karena merupakan sumber resiko yang
potensial mengakibatkan kerugian baik material, lingkungan,
maupun manusia (Rochmoeljati, 2007). Dengan
memperhatikan ergo-safety, segala permasalahan yang bisa
memberikan dampak yang membahayakan bagi keselamatan
maupun kesehatan manusia akan dapat diidentifikasi, dijaga,
dikelola, dan dirancang untuk memperoleh kondisi lingkungan
kerja yang nyaman, aman, dan sehat.
Berdasarkan data kecelakaan yang terjadi pada Cannery
Department dan hal-hal yang terkait keselamatan dan
kesehatan kerja pada proses pengalengan, maka diperlukan
suatu evaluasi yang harus dilakukan dalam proses pengalengan
nanas di pabrik. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan
evaluasi ergonomi yang berbasis pada konsep keselamatan dan
kesehatan kerja.
II. URAIAN PENELITIAN
Tahap ergonomic assessment ini diawali dengan tahap
pendahuluan, yaitu mengidentifikasi dan merumuskan
permasalahan dalam proses pengalengan nanas, serta
menetapkan tujuan penelitian. Studi literatur dan studi lapangan
dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai
permasalahan yang ada.
Tahap kedua adalah pengumpulan data primer dan data
sekunder yang mendukung penelitian. Data primer yang
diambil antara lain lingkungan kerja, keluhan kerja,dan denyut
jantung pekerja. Data sekunder yang diambil antara lain
deskripsi perusahaan, resiko bahaya kerja, dan job desciption
pekerja. Data-data yang diperoleh kemudian diolah untuk
mendapatkan peta bahaya kerja, nilai konsumsi energi, beban
kerja mental, skor nordic body map, dan skor lingkungan fisik.
Skor yang didapatkan dari tiap faktor diintegrasikan dengan
centroid method untuk mengetahui kategori akhir pekerja.
Selanjutnya dibuat rekomendasi perbaikan dengan tujuan
mengurangi jumlah kecelakaan kerja yang terjadi.
Tahap analisa dilakukan untuk menguraikan hasil yang
diperoleh dari tahap sebelumnya. Hasil dari analisa kemudian
dimasukkan dalam simpulan penelitian dan saran untuk
penelitian lanjutan.
EVALUASI RESIKO BAHAYA BERDASARKAN FAKTOR
LINGKUNGAN KERJA FISIK DAN K3 DENGAN ERGONOMIC
ASSESSMENT PADA PROSES PENGALENGAN NANAS
(STUDI KASUS : PT GREAT GIANT PINEAPPLE, LAMPUNG)
Ibrahim Yusuf Mahdi, Ir. Sritomo Wignjosoebroto, M.Sc.
Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: ibrahimyusufmahdi@yahoo.com ; m_sritomo@ie.its.ac.id
S
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271
2
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
PT GGP adalah perusahaan agribisnis yang bergerak di
bidang perkebunan dan pengalenan nanas. PT Great Giant
Pineapple (GGP) didirikan pada tahun 1979 dengan akte
notaris nomor : 48 tanggal 14 Mei 1979. Lokasi perkebunan
terletak di 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Lampung
Tengah dan Lampung Utara, sedangkan lokasi pabrik
pengalengannya terletak di Kampung Terbanggi Besar KM 77,
Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah,
Provinsi Lampung. Luas lahan perkebunan nanas mencapai
lebih kurang 33.000 hektar.
3.1 Proses Kerja
Berikut adalah alur proses kerja pada pabrik proses
pengalengan nanas :
O - 3
O - 9
O - 8
O - 4
O - 6
O - 10
O - 7
O - 1
O – 5
O - 11
Penimbangan Buah
(Weighing)
Seleksi Kualitas (Manual)
Pemisahan Ukuran
Buah (Grading)
Pemotongan ujung &
pangkal
Coring and Slicing
Pengupasan Kulit
(Peeling)
Pencucian Buah
(Washing)
Ins. 1
Pengisian Media Syrup
Suplai ke mesin syruper
& seamer
Memasukkan dalam
kaleng
Selection
Penutupan
kaleng (Seaming)
Ins. 2
5 detik
2 detik
2 detik
1 menit
1 menit
5 menit
5 menit
5 detik
5 detik
2 menit
Cannery Dept Process
O - 2Penumpahan Buah
(Dumping)5 menit
10 menit
O - 12Pemasakan
Produk (Cooking)12 – 25 menit
O - 13
Penyusunan
Produk ke Palet
(Palletizing)
10 - 15 menit
Gambar 3.1 OPC Cannery Department
3.2 Risk Analysis
Risk analysis dilakukan untuk mengidentifikasi dan
menganalisa resiko yang mungkin muncul dalam pekerjaan
yang dilakukan. Ada tiga tahapan yang dilakukan. Tahap
pertama adalah identifikasi bahaya yang ada, tahap kedua
adalah menentukan seberapa sering bahaya tersebut terjadi, dan
tahap yang ketiga adalah memetakan bahaya tersebut. Berikut
hasil dari risk analysis :
Tabel 3.1 Kelompok Bahaya
Bahaya Potensi
Berbahaya RAC Kategori Bahaya
bahaya
fisik kebisingan 2
High/serious
danger Mengancam
Bahaya Potensi
Berbahaya RAC Kategori Bahaya
lantai licin 2 High/serious
danger Mengancam
panas 2 High/serious
danger Mengancam
air nanas 3 Medium/moderate
danger Sedang
benda tajam 2 High/serious
danger Mengancam
bahaya
kimia
gas tabung
(emisi) 5 Very low Abaikan
gas buang
(emisi) 5 Very low Abaikan
debu 4 Low/minor danger Sedang
penggunaan
bahan kimia 5 Very low Abaikan
bahaya
mekanis
gerakan
mekanis
mesin
2 High/serious
danger Mengancam
tabrakan 5 Very low Abaikan
bahaya
ergonomi
posisi kerja
statis 3
Medium/moderate
danger Sedang
kecerobohan 3 Medium/moderate
danger Sedang
3.3 Konsumsi Energi
Untuk menentukan besarnya konsumsi energi yang
dihasilkan oleh pekerja dalam melakukan pekerjaannya
digunakan persamaan berikut :
Y = 0.014 HR + 0.017 BB + 1.706
Keterangan :
Y : Konsumsi oksigen (liter/menit)
HR : Denyut jantung (denyut/menit)
BB : Berat badan (kilogram)
Sehingga didapatkan rekap perhitungan konsumsi energy
dan kategori beban kerja sebagai berikut :
Tabel 3.2 Kategori Beban Kerja
Kategori Beban
Kerja
Konsumsi
Oksigen
(L/min)
Denyut
Jantung
(denyut/min)
Energy
Expenditure
(Kkal/menit)
Sangat Ringan < 0.5 < 60 < 2.5
Ringan 0.5 -1 60-100 2.5 - 5
Sedang 1.1-1.5 101-125 5.1 - 7.5
Berat 1.6 -2 126-150 7.5 - 10
Sangat Berat 2.1-2.5 151-175 10.1 - 12.5
3.4 Nordic Body Map
Nordic body map merupakan kuesioner yang digunakan
untuk mengetahui bagian tubuh operator yang sakit saat
melakukan proses kerja. Bagian tubuh yang memiliki skor
tertinggi akan diolah dengan standardize nordic questionnaire
untuk mengetahui lama waktu keluhan, konsekuensi, serta lama
waktu kerja hilang.
Tabel 3.3 Rekap Nordic Body Map
No Lokasi Tubuh Rata-rata
1 leher 2,16666667
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271
3
No Lokasi Tubuh Rata-rata
2 bahu kiri 2,36666667
3 bahu kanan 2,56666667
4 lengan atas kiri 1,56666667
5 punggung 2,23333333
6 lengan atas kanan 1,63333333
7 pinggang 2,4
8 pinggul 2,03333333
9 pantat 1,96666667
10 siku kiri 1,36666667
11 siku kanan 1,36666667
12 lengan bawah kiri 1,46666667
13 lengan bawah kanan 1,76666667
14
pergelangan tangan
kiri 1,76666667
15
pergelangan tangan
kanan 1,96666667
16 telapak tangan kiri 1,7
17
telapak tangan
kanan 2
18 paha kiri 1,53333333
19 paha kanan 1,56666667
20 lutut kiri 1,6
21 lutut kanan 1,66666667
22 betis kiri 2,16666667
23 betis kanan 2,13333333
24
pergelangan kaki
kiri 1,63333333
25
pergelangan kaki
kanan 1,76666667
26 kaki kiri 1,86666667
27 kaki kanan 2,03333333
Tabel 3.4 Rekap Standardize Nordic Questionnaire Rekap Standardize Nordic Questionnaire
Operator
Lama
Keluhan
Sakit
Konsekuensi Akibat
Sakit
Waktu Kerja
Hilang
1 1,3 1,1 1,1
2 2,5 1,3 1
3 1,2 1,4 1,2
4 1,6 1,2 1,1
5 3,4 1,7 1
6 4,1 1,5 1,3
7 1,2 1 1
8 2,3 1 1
9 3,4 1,7 1
10 4,5 2,9 1,1
11 2,6 1,2 1
12 2,8 1,8 1
13 1,4 2 1,1
14 3 1 1
15 3,4 1,6 1
16 2,5 1,4 1
17 1 1 1
Rekap Standardize Nordic Questionnaire
Operator
Lama
Keluhan
Sakit
Konsekuensi Akibat
Sakit
Waktu Kerja
Hilang
18 2,2 1 1
19 3 2 1
20 2,3 1,2 1,1
21 1,6 1,4 1
22 2,2 1 1
23 4,5 2 1
24 3,3 1,5 1
25 1 1,4 1
26 2,5 1,2 1,2
27 1 1 1
28 1,9 1 1
29 3 1,3 1,2
30 1 1,4 1
3.5 NASA Task Load Index
Pengolahan beban kerja mental dilakukan untuk mengetahui
pengaruh mental yang mempengaruhi performansi pekerja
ketika melakukan pekerjaannya. Hal ini dibutuhkan melihat
kemungkinan menjadi tingkat prioritas pekerja dalam
mempengaruhi kinerjanya. NASA TLX ini digunakan untuk
menghitung beban kerja mental. Metode ini terdiri dari dua
tahapan, yaitu perbandingan berpasangan enam deskriptor dan
pemberian bobot.
Tabel 3.5 Rata-Rata Perhitungan Rating Scale
Kebutuhan Total Product Rata-rata
Kebutuhan Fisik (KF) 12105 807
Kebutuhan Mental (KM) 2855 190,33333
Kebutuhan Waktu (KW) 3235 215,66667
Performansi (P) 6585 439
Usaha (U) 9225 615
Tingkat Stres (TS) 4395 293
3.6 Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan fisik kerja merupakan faktor yang perlu
diperhatikan dalam kaitannya mengamati resiko bahaya yang
menimbulkan kecelakaan kerja. Untuk mengetahui apakah
lingkungan fisik kerja menimbulkan gangguan terhadap pekerja
dalam bekerja maka dilakukan penyebaran kuisioner mengenai
faktor-faktor lingkungan apa saja yang mempengaruhi
lingkungan kerja
3.7 Skoring Ergonomic Assessment
Pada sub bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data
terhadap faktor yang ditentukan dalam ergonomic assessment.
Metode yang digunakan antara lain konsumsi energi untuk
beban fisik kerja, NASA TLX untuk beban kerja mental, nordic
body map questionnaire dan standardize nordic questionnaire
untuk keluhan kerja, dan lingkungan fisik kerja. Dari
pengolahan data tersebut didapatkan skor masing-masing
faktor kemudian dibandingkan tiap pekerja untuk mengetahui
apakah pekerja mampu melakukan perkerjaan yang diberikan.
Skoring ergonomic assessment ini dilakukan dengan tahap
pembobotan skor, kemudian pengkategorian skor, dan terakhir
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271
4
tahap penentuan kategori pekerja. Berikut hasil rekap nilai
centroid dan penentuan kategori pekerja :
Tabel 3.6 Rekap Nilai Centroid dan Penentuan Kategori
Operator
NORMALISASI Nilai
Centroid
Kategori
Pekerja Nordi
c Body
Map
Konsumsi
Energi
Lingkungan
Fisik kerja
1 0,1 0,3 0,4 0,22 Mampu
2 0,5 0,3 0,2 0,36475 Mampu
3 0,1 0,3 0,3 0,17325 Mampu
4 0,2 0,3 0,5 0,30475 Mampu
5 0,8 0,3 0,6 0,6745
Kurang
mampu
6 1,0 0,3 0,9 0,9185
Sangat
kurang
7 0,1 0,3 0,5 0,22875 Mampu
8 0,4 0,3 0,7 0,49325
Kurang
mampu
9 0,8 0,3 0,9 0,7855
Sangat
kurang
10 1,2 0,3 0,7 0,91125
Sangat
kurang
11 0,5 0,3 0,8 0,60575
Kurang
mampu
12 0,6 0,3 0,5 0,53275
Kurang
mampu
13 0,1 0,3 0,7 0,32225 Mampu
14 0,7 0,3 0,8 0,654
Kurang
mampu
15 0,8 0,3 0,7 0,70225
Kurang
mampu
16 0,5 0,3 0,8 0,58675
Kurang
mampu
17 0,0 0,3 0,9 0,3295 Mampu
18 0,4 0,3 0,7 0,47425
Kurang
mampu
19 0,7 0,3 0,3 0,51525
Kurang
mampu
20 0,4 0,3 0,6 0,4655
Kurang
mampu
21 0,2 0,3 0,7 0,36025 Mampu
22 0,4 0,3 0,7 0,47425
Kurang
mampu
23 1,2 0,3 0,3 0,80025
Kurang
mampu
24 0,8 0,3 0,6 0,6555
Kurang
mampu
25 0,0 0,3 0,4 0,163 Mampu
26 0,5 0,3 0,6 0,5035
Kurang
mampu
27 0,0 0,3 0,7 0,24625 Mampu
28 0,3 0,3 0,5 0,36175 Mampu
29 0,7 0,3 0,6 0,5985
Kurang
mampu
30 0,0 0,3 0,5 0,19075 Mampu
3.8 Rekomendasi Perbaikan
Rekomendasi perbaikan yang diusulkan adalah dengan
perbaikan kursi pekerja, perbaikan pada kondisi lantai yang
licin, perbaikan berdasarkan nilai ergonomic assessment, dan
pemberian lampu dan sensor di area mesin seamer.
3.9 Analisa Keselamatan Kerja
Penilaian keselamatan kerja pada Cannery Department
digunakan risk analysis. Dengan menggunakan risk analysis ini
akan dapat diketahui kategori dari masing-masing potensi
bahaya yang ada. Berdasarkan hasil risk analysis yang telah
dilakukan, diperoleh hasil beberapa jenis bahaya yang masuk
dalam kategori high / serious danger, medium / moderate
danger, dan very low. Bahaya yang termasuk dalam kategori
high / serious danger adalah:
a. Bahaya fisik, yaitu kebisingan, lantai licin, panas, dan
benda tajam
b. Bahaya mekanis, yaitu gerakan mekanis mesin.
Untuk potensi bahaya yang termasuk dalam kategori medium /
moderate danger adalah :
a. Bahaya ergonomi, yaitu potensi bahaya akibat dari
posisi kerja statis dan kecerobohan.
b. Bahaya fisik, yaitu potensi bahaya air nanas. Bahaya
akibat dari air nanas dapat menyebabkan kondisi lantai
licin dan menyebabkan iritasi mata apabila mengenai
mata pekerja.
Dan potensi bahaya yang termasuk dalam kategori very low
adalah :
a. Bahaya kimia, yaitu bahaya akibat dari gas buang
(emisi). Bahaya yang dapat terjadi akibat dari gas buang
(emisi) dapat diabaikan.
b. Bahaya mekanis, yaitu bahaya akibat tabrakan. Sakit /
cedera akibat dari tabrakan yaitu berupa luka memar,
akan tetapi jenis kecelakaan ini sangat jarang terjadi
sehingga dapat diabaikan.
3.10 Analisa Kesehatan Kerja
Faktor kesehatan kerja terdiri dari faktor beban fisik kerja,
faktor beban kerja mental, keluhan kerja, dan lingkungan fisik
kerja.
3.10.1 Analisa Beban Kerja Fisik
Penilaian beban fisik kerja dilakukan dengan melakukan
perhitungan konsumsi energi pekerja, nilai extra calorie due to
peripheral temperature (ECPT), dan extra calorie due to
peripheral metabolism (ECPM). Denyut jantung pekerja saat
bekerja diukur tiap detik selama 5 menit kemudian menjadi
input dari perhitungan konsumsi energi, ECPT, dan ECPM.
Diperoleh hasil dari 30 pekerja terdapat 3 pekerja dengan
kategori sangat kurang mampu, 12 pekerja mampu, dan sisanya
termasuk kategori kurang mampu. Dapat dikatakan lebih dari
50% pekerja dalam penelitian ini kurang mampu melaksanakan
pekerjaannya dengan baik. Sedangkan untuk hasil ECPT dan
ECPM, terdapat 6 pekerja yang memiliki nilai ECPM lebih
tinggi dibandingkan nilai ECPT. Hal ini menunjukkan keenam
pekerja ini lebih diperngaruhi oleh faktor internal beban kerja
pekerja tersebut.
3.10.2 Analisa Beban Kerja Mental
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271
5
Pada dasarnya perhitungan beban kerja mental dengan
NASA Task Load Index ini dilakukan untuk mengetahui
kebutuhan pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Kebutuhan
kerja tersebut dijabarkan dalam 6 deskriptor, yaitu kebutuhan
fisik (KF), kebutuhan mental (KM), kebutuhan waktu (KW),
performansi (P), usaha (U), dan tingkat stres (TS).
Diperileh hasil yang menunjukkanbahwa kebutuhan fisik
(KF) merupakan kebutuhan dengan nilai rata-rata total product
tertinggi, yaitu 807 atau sekitar 31%. Hal ini menunjukkan
bahwa kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling
mempengaruhi beban kerja mental para pekerja. Sedangkan
kebutuhan yang memiliki nilai total product terendah adalah
kebutuhan mental (KM), yaitu sebesar 190,33 atau sekitar 7%.
3.10.3 Analisa Keluhan Kerja
Untuk mengetahui keluhan kerja pekerja terkait bagian
tubuh yang sakit saat melakukan pekerjaan, digunakan nordic
body map. Berdasarkan hasil nordic body map, diperoleh
bahwa 10 bagian tubuh yang dirasa paling sakit saat bekerja,
yaitu leher, bahu kanan, bahu kiri, punggung, pinggang,
pinggul, telapak tangan kanan, betis kiri, betis kanan, dan kaki
kanan.
Kesepuluh bagian tubuh yang dirasa paling sakit tersebut
digunakan sebagai inputan pada standardize nordic
questionnaire untuk mengetahui lama waktu sakit, konsekuensi
akibat sakit, dan waktu kerja hilang akibat sakit yang
dirasakan. Untuk lama waktu sakit, sebagian besar pekerja
memberi skala 5 atau dapat dikatakan merasakan sakit tersebut
setiap hari.
Untuk konsekuensi akibat sakit, hampir sebagian besar
pekerja memberikan skala 2 atau terjadi pengurangan
kenyamanan dalam bekerja tetapi tidak sampai mendapat
perawatan medis secara langsung. Untuk waktu kerja hilang
akibat sakit, sebagian besar pekerja memberi skala 2 atau dapat
menyebabkan hilangnya waktu kerja selama 1-5 hari. Hilangnya
waktu kerja ini sesuai dengan konsekuensi akibat sakit
sebelumnya, dimana nyeri yang ada hanya berpengaruh pada
pengurangan kenyamanan kerja.
3.10.4 Analisa Lingkungan Fisik Kerja
Diperoleh hasil bahwa hampir seluruh pekerja merasa
terganggu dengan kondisi lingkungan fisik kerja yang ada di
sekitar tempat bekerja, meskipun ada beberapa pekerja yang
memberikan skor 1 (tidak berpengaruh) untuk atribut
lingkungan kerja tertentu (pekerja ke-23 memberikan skor 1
atau tidak berpengaruh untuk atribut pencahayaan). Pada
ketiga atribut tersebut terdapat masing-masing nilai
kepentingan maksimal 5 atau beberapa pekerja merasa sangat
terganggu dan menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja.
3.11 Analisa Skoring Ergonomic Assessment
Metode yang digunakan dalam ergonomic assessment ini
antara lain konsumsi energi untuk beban fisik kerja, NASA TLX
untuk beban kerja mental, nordic body map questionnaire dan
standardize nordic questionnaire untuk keluhan kerja, dan
lingkungan fisik kerja. Dari pengolahan data tersebut diperoleh
skor masing-masing faktor kemudian dibandingkan terhadap
keseluruhan pekerja untuk mengetahui apakah pekerja mampu
melakukan perkerjaan yang diberikan.
Dari hasil perhitungan nilai bobot prioritas dari ketiga faktor
(nordic body map, konsumsi energi, dan lingkungan fisik
kerja), diperoleh urutan faktor paling dianggap penting yaitu
keluhan kerja (nordic body map), lingkungan fisik kerja, dan
terakhir konsumsi energi (beban fisik kerja). Untuk
menentukan kategori akhir pekerja, digunakan 4 kategori batas
yaitu sangat mampu, mampu, kurang mampu, dan sangat
kurang mampu Berdasarkan hasil perhitungan dalam penentuan
kategori pekerja, dari 30 pekerja terdapat 3 pekerja dengan
kategori sangat kurang, 12 pekerja mampu, dan sisanya
termasuk kategori kurang mampu. Dapat dikatakan lebih
kurang 50% pekerja dalam penelitian ini masuk ke dalam
kategori kurang mampu dalam melaksanakan pekerjaannya
dengan baik.
3.12 Analisa Rekomendasi Perbaikan
Rekomendasi perbaikan yang diberikan didasarkan pada 2
faktor hasil assessment yang memiliki bobot tertinggi. Bobot
faktor tertinggi adalah beban keluhan kerja (nordic body map)
dan lingkungan fisik kerja. Menurut hasil wawancara langsung
dengan pekerja, Perbaikan dapat dilakukan dengan perbaikan
ukuran dan dimensi kursi tersebut. Alas kursi tersebut lebih
kecil dibandingkan dengan rata-rata lebar bagian pantat. Kursi
juga perlu ditambahkan suatu bahan yang dapat memberikan
kenyamanan pekerja saat bekerja seperti busa atau bahan
lainnya.
Rekomendasi selanjutnya adalah perhatian khusus pada
kondisi lantai di dalam pabrik. Hal ini mengacu pada faktor
lingkungan fisik kerja yang merupakan faktor dengan bobot
dan prioritas kedua tertinggi. Pemberian treatment dengan
dipasang kipas di lokasi yang rawan lantai licin dapat
membantu mengurangi tingkat kelicinan lantai yang ada. Selain
itu, dapat dilakukan juga penambahan tanda-tanda peringatan
bahaya di area-area yang sering mengalami kondisi lantai yang
licin.
IV. SIMPULAN/RINGKASAN
Berdasarkan hasil pengumpulan data, pengolahan data, serta
analisis dan interpretasi data yang telah dilakukan maka dapat
diperoleh simpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar pekerja merasa terganggu dan tidak
nyaman dengan kondisi lingkungan kerja fisik.
2. Berdasarkan hasil ergonomic assessment untuk faktor
keselamatan kerja, dapat diketahui bahwa bahaya yang
masuk kategori high/serious danger adalah kebisingan,
lantai licin, panas, benda tajam, dan gerakan mekanis
mesin. Bahaya yang masuk kategori medium/moderate
danger antara lain potensi bahaya akibat dari posisi
kerja statis, kecerobohan pekerja, dan bahaya dari air
nanas. Sedangkan bahaya yang masuk kategori very low
adalah bahaya akibat dari gas buang (emisi) dan
tabrakan.
3. Berdasar hasil ergonomic assessment faktor kesehatan
kerja, dapat diketahui bahwa dari 30 pekerja terdapat 3
pekerja dengan kategori sangat kurang mampu, 12
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271
6
pekerja mampu, dan sisanya termasuk kategori kurang
mampu. Dapat dikatakan lebih kurang 50% pekerja
dalam penelitian ini kurang mampu melaksanakan
pekerjaannya dengan baik. Sedangkan untuk hasil
ECPT dan ECPM, terdapat 6 pekerja yang memiliki
nilai ECPM lebih tinggi dibandingkan nilai ECPT. Hal
ini menunjukkan keenam pekerja ini lebih diperngaruhi
oleh faktor internal beban kerja pekerja tersebut.
4. Rekomendasi perbaikan yang diberikan didasarkan pada
2 faktor hasil assessment yang memiliki bobot tertinggi.
Bobot faktor tertinggi adalah beban keluhan kerja
(nordic body map) dan lingkungan fisik kerja. Untuk
keluhan kerja, perbaikan dilakukan dengan mendesain
ulang kursi yang digunakan pekerja.
5. Rekomendasi perbaikan terkait lingkungan kerja adalah
dengan memberi treatment dengan dipasang kipas
pengering di lokasi yang rawan lantai licin agar dapat
membantu mengurangi tingkat kelicinan lantai yang ada
karena sampai saat ini kipas dipasang hanya didekatkan
kepada pekerja agar pekerja tidak mengalami gangguan
kerja akibat suhu panas yang tinggi.
6. Rekomendasi selanjutnya adalah pemberian lampu dan
sensor pada area mesin seamer. Pemasangan lampu dan
sensor dapat menjadi alat yang membantu pekerja agar
lebih berhati-hati dalam bekerja di area ini, sehingga
kecelakaan kerja dapat dihindari.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu proses penelitian ini. Untuk keluarga, Bapak Ir.
Sritomo Wignjosoebroto, M.Sc. selaku dosen pembimbing,
seluruh dosen dan karyawan Jurusan Teknik Industri ITS atas
semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan, teman-
teman 08IE Teknik Industri 2008, serta semua pihak yang
telah banyak membantu.
DAFTAR PUSTAKA
Canadian Association of Petroleum Producers. (2000).
Ergonomic Risk Identification and Assessment Tool;
Version 1.0
David, G., Woods,V., Guangyan Li, Bukle, P. (2007). The
Development of The Quick Exposure Checklist (QEC)
for Assesing Exposure to Risk Factors for Work-
Related Musculoskeletal Disorders. UK : Applied
Ergonomics Vol 39 : 57-69
Guangyan Li, Bukle, P. (2005). QEC for Assessment of Work-
Related Musculoskeletal Disorders (WMSDs),
Handbook of Human Factors and Ergonomics
Methods. CRC Press LLC
Hammer, Willie. (1989). Occupational Safety Management
and Engineering 4th
Edition. New Jersey: Prentice-
Hall Inc.
Hart, S., Staveland, L. (1988). Development of NASA-TLX
(Task Load Index). California : San Jose State
University
Hertanti, N.N., Indriastadi, H. (2007). Evaluasi Persamaan
Penentuan Pengeluaran Energi bagi Wanita pada
Aktivitas Penanganan Material Secara Manual.
Prosiding Seminar Nasional Ergonomi dan K3 2007;
Semarang, 15-16 November 2007
Kaewbooncho, Yamamoto, H. (1998). The Standardize Nordic
Questionnaire Applied to Workers Exposed to Hand-
Arm Vibration. Journal of Occupational Health Vol
40 : 218-222
Keputusan Menteri Tenaga Kerja, no 51. (1999). Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
Jakarta
Laksmiwati, P. (2008). Penerapan Ergonomi dan
Keselamatan Kesehatan kerja untuk Desain Stasiun
Kerja dan Perilaku Kerja. Tugas Akhir Jurusan
Teknik Industri ITS, Surabaya
Larasati, M. (2011). Evaluasi Faktor Lingkungan Fisik dan
K3 dengan Menggunakan Ergonomic Assessment
pada Pembuatan Waterwall Panel: PT ALSTOM
POWER ESI. Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri
ITS, Surabaya
Mukhlisani, N. (2008). Pendekatan Metode Structural
Equation Modelling untuk Analisa Faktor yang
Mempengaruhi Produktivitas dari Tinjauan
Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Kerja di
PT Barata Indonesia Persero Gresik. Laporan Thesis
Teknik Industri ITS, Surabaya
Mulki B, et. al. (2006). Kebijakan Pengelolaan Lingkungan
Kerja Pada Pabrik Pengolahan Kayu Moulding.
Prosiding Seminar Nasional Ergonomi dan K3 2006:
Surabaya, 29 Juli 2006
Nery, D. (2006). Audit Tool User Guide for The Meat Industry
in South Australia. Adelaide : SAFER Industries
Purwaningrum, R, Adi, W., Fitriastuty, E. (2007).
Pengembangan Metode Quick Exposure heklist
(QEC) untuk Menilai Postur Operator Departemen
Produksi. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi dan
K3 Tahun 2007; Semarang 15 – 16 November 2007
Rochmoeljati. (2007). Analisis Implementasi Program K3 dan
Perangkingan Hazard Dengan Pendekatan
Manajemen Resiko. Surabaya : Teknik Industri UPN
Jawa Timur
Saaty, R.W. (2003). Decision Making in Complex
Environment. Pittsburgh : Creative Decision
Foundation
Wignjosoebroto, S. (2008). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu.
Surabaya : Guna Widya
top related