evaluasi pelaksanaan therapeutic community ...vii evaluasi pelaksanaan therapeutic community di...
Post on 04-Feb-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
EVALUASI PELAKSANAAN THERAPEUTIC COMMUNITY
DI PANTI REHABILITASI KUNCI YOGYAKARTA
Skripsi
HALAMAN JUDUL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Andreas Dedi Setioko
129114040
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
HALAMAN MOTTO
Duc In Altum
“Bertolaklah ke Tempat yang Dalam”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk:
Orang yang sedang berada dalam kegelapan hidup.
Orang-orang yang berjuang untuk lepas dari berbagai kecanduan.
Semua orang yang sedang mencari legenda hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
EVALUASI PELAKSANAAN THERAPEUTIC COMMUNITY DI PANTI
REHABILITASI KUNCI YOGYAKARTA
Andreas Dedi Setioko
ABSTRAK
„Indonesia sedang darurat narkoba‟ bukanlah seruan omong kosong, sebab dari
5,9 juta orang yang menjadi pecandu narkoba, hanya 18 ribu yang bisa ditangani
pemerintah dalam satu tahun. Dalam satu hari, 30-40 orang meninggal dunia
karena narkoba. Maka salah satu langkah yang bisa dilakukan ialah menyediakan
tempat rehabilitasi bagi pecandu narkoba. Salah satu metode terapi yang banyak
digunakan dalam rehabilitasi ialah Therapeutic Community. Namun meskipun
sudah direhabilitasi, 80% orang diantaranya relapse. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana therapeutic community di panti
rehabilitasi Kunci Yogyakarta mengikuti teori therapeutic community yang
digunakan oleh George De Leon. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan informan lima orang. Dalam analisis data, peneliti menggunakan studi
kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Therapeutic Community di
rehabilitasi Kunci Yogyakarta sesuai dengan konsep Therapeutic Community
yang dikemukakan oleh George De Leon dalam banyak hal, seperti dalam
pandangan tentang penggunaan narkoba, pandangan tentang manusia pengguna
narkoba, pandangan tentang pemulihan dan hidup yang tepat, serta dalam
pendekatan komunitas. Selain kesesuaian itu, terdapat kekhasan yang ada di
Rehabilitasi Kunci Yogyakarta, seperti tidak adanya waktu dan tempat khusus
untuk melakukan detoksifikasi di awal masa rehabilitasi. Residen boleh keluar
masuk dari wilayah tempat rehabilitasi. Hubungan antara staf dengan residen yang
setara, dan keempat adalah religiusitas sangat ditekankan. Dengan adanya
kekhasan tersebut, proses rehabilitasi lebih terasa kondusif.
Kata kunci : terapi komunitas, rehabilitasi, residen, narkoba, kambuh,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
THE EVALUATION OF THERAPEUTIC COMMUNITY
IMPLEMENTATION IN PANTI REHABILITASI KUNCI YOGYAKARTA
Andreas Dedi Setioko
ABSTRACT
„Indonesia is in an emergency of drugs‟ is not a nonsense call, because from 5.9
million people who become drug addicts, only 18 thousand peoples can be
handled by the government in one year. In one day, 30-40 people die from drugs.
So one step that can be done is to provide a place of rehabilitation for drug
addicts. One therapeutic method that is widely used in Indonesia for rehabilitation
is the Therapeutic Community. But even though it has been rehabilitated, 80% of
people relapse. Therefore, this study aims to evaluate the extent to which the
therapeutic community method at the Panti Rehabilitasi Kunci Yogyakarta center
follows the theory of the therapeutic community used by George De Leon. This
study used a qualitative method with five informants. The researcher here used a
case study to analyze the data. The results showed that the Therapeutic
Community in Panti Rehabilitasi Kunci Yogyakarta was in line with the
Therapeutic Community concept proposed by George De Leon in many ways,
such as in the view of drug use, views on drug users themselves, views on
recovery and life right, and in the community approach. Moreover, there is a
specificity in Panti Rehabilitasi Kunci Yogyakarta, where there is no specific time
and place for detoxification at the beginning of the rehabilitation period. The
resident may leave the rehabilitation area. The relationship between staff and
residents is equivalent, and the fourth is religiosity which is very emphasized.
With this particularity, the rehabilitation process feels more conducive.
Keywords: therapeutic community, rehabilitation, residents, drugs, relapse
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Dalam kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan syukur kepada Tuhan
Yesus, atas segala berkat yang masih peneliti rasakan hingga saat ini. Mengenal
Yogyakarta, Sanata Dharma, banyak teman dan pengalaman, hingga mengenal
dunia narkoba yang akhirnya membangkitkan minat peneliti untuk menyelaminya.
Meskipun memerlukan waktu yang lama untuk sampai pada titik ini, saat ini.
Karenanya peneliti sangat ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Monica E. Madyaningrum, M.Psych., Ph.D selaku Kaprodi dan juga
pembimbing yang telah membantu peneliti dalam pergulatan penulisan
skripsi, terutama saat peneliti berada di akhir masa studi. Terimakasih saya
ucapkan atas segala pendampingan yang Ibu berikan selama ini.
2. Bapak Edward Theodorus M.App.Psy., sebagai dosen yang sejak awal
membantu peneliti dalam proses penelitian ini. Terimakasih atas segala
dukungan dan kesabaran yang Bapak berikan selama ini, tanpa itu semua
peneliti tidak akan sampai pada titik ini, saat ini. Terimakasih telah
mengajarkan pada peneliti tentang arti ketekunan dan tanggung jawab.
3. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi, selaku Dekan yang mempermudah segala
hal yang peneliti perlukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Keluarga Panti Rehabilitasi Kunci Nandan, Yogyakarta, terimakasih saya
ucapkan dengan sangat, karena bersedia menjadi tempat peneliti belajar
mengenal tentang rehabilitasi. Tanpanya peneliti tidak akan bisa
menyelesaikan penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Pengantar .................................................................................................... 1
B. Latar Belakang ........................................................................................... 1
C. Gambaran Dunia Pengguna Narkoba ......................................................... 3
D. Berbagai Penanganan yang Ada ................................................................ 5
E. Therapeutic Community ............................................................................ 8
F. Keunggulan Penelitian ............................................................................. 11
G. Rumusan Permasalahan ........................................................................... 13
H. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 13
I. Tujuan ...................................................................................................... 13
J. Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 14
K. Manfaat .................................................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 16
A. Pengantar .................................................................................................. 16
B. Dinamika Pengguna Narkoba .................................................................. 16
C. Therapeutic Community .......................................................................... 18
D. Terapi Komunitas di Indonesia ................................................................ 24
1. Balai Besar Rehabilitasi BNN. ............................................................ 25
2. PSPP Galih Pakuan Bogor, Departemen Sosial RI ............................. 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
3. Lapas Klas II A Narkotika Yogyakarta ............................................... 26
4. Rehabilitasi Kunci Nandan Yogyakarta .............................................. 27
E. Kerangka Konseptual Awal ..................................................................... 27
F. Kesimpulan Kajian Literatur .................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 31
A. Pengantar .................................................................................................. 31
B. Rancangan Penelitian ............................................................................... 31
C. Informan Penelitian .................................................................................. 32
D. Fokus penelitian ....................................................................................... 32
E. Prosedur Penelitian ................................................................................. 33
F. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................. 34
1. Wawancara .......................................................................................... 34
2. Observasi ............................................................................................. 36
3. Dokumentasi ........................................................................................ 36
4. Keabsahan Data ................................................................................... 36
G. Analisis Data ............................................................................................ 37
H. Refleksivitas Peneliti ............................................................................... 38
I. Pertimbangan Etis .................................................................................... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 40
A. Pengantar .................................................................................................. 40
B. Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 43
1. Pandangan Tentang Penggunaan Narkoba .......................................... 43
a. Profil Klinis .................................................................................... 43
b. Gangguan Terhadap Manusia Secara Menyeluruh ......................... 44
c. Pandangan Terhadap Konsep Biomedis ......................................... 46
2. Pandangan Tentang Manusia Pengguna Narkoba ............................... 49
a. Karakteristik Kognitif dan Perilaku ................................................ 49
b. Karakteristik Perseptual .................................................................. 51
c. Ciri-ciri Emosional ......................................................................... 52
d. Ciri-ciri Sosial ................................................................................ 53
3. Pandangan Tentang Pemulihan dan Hidup yang Tepat ...................... 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
a. Pandangan Tentang Pemulihan ...................................................... 54
b. Pandangan Terhadap Gaya Hidup yang Tepat ............................... 60
4. Pendekatan Komunitas ........................................................................ 62
a. Komunitas dan Perspekstif TC ....................................................... 62
b. Pembelajaran dan Penyembuhan dan Budaya Komunitas ............. 64
c. Komponen Mendasar dari Metode Komunitas ............................... 65
5. Kriteria Lulus dari Rehabilitasi ........................................................... 68
6. Kekhasan Rehabilitasi Kunci Nandan ................................................. 70
C. Pembahasan Gabungan ............................................................................ 71
1. Pandangan Tentang Penggunaan Narkoba .......................................... 71
2. Pandangan Tentang Manusia Pengguna Narkoba ............................... 72
3. Pandangan Tentang Pemulihan Hidup yang Tepat ............................. 74
4. Pendekatan Komunitas ........................................................................ 75
5. Kekhasan Panti Rehabilitasi Kunci ..................................................... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 80
A. Kesimpulan .............................................................................................. 80
B. Keterbatasan ............................................................................................. 81
C. Saran ........................................................................................................ 82
D. Komentar Penutup .................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84
LAMPIRAN .......................................................................................................... 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Silabus tentang 4 Aspek dalam Therapeutic Community ....................... 22
Tabel 2. Rincian Informan .................................................................................... 32
Tabel 3. Waktu dan Proses Penelitian ................................................................... 34
Tabel 4. Pertanyaan Pokok Penelitian ................................................................... 35
Tabel 5. Profil Informan ........................................................................................ 42
Tabel 6. Hasil Penelitian Secara Keseluruhan ...................................................... 67
Tabel 7. Indikator Selesai Masa Rehabilitasi ........................................................ 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konseptual Awal ................................................................ 29
Gambar 2. Struktur Kerja Untuk Residen di Rehabilitasi Kunci .......................... 40
Gambar 3. Alur Pelayanan di Rehabilitasi Kunci Nandan Yogyakarta ................ 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
file:///C:/Users/Asus%201/Google%20Drive/Andreas%20Dedi/SKRIPSI%20FINAL%20BAB%20I-V.docx%23_Toc12553437
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Informasi Partisipan ............................................................ 89
Lampiran 2. Verbatim Prabu (V1) ........................................................................ 92
Lampiran 3. Verbatim Bisma (V2) ..................................................................... 107
Lampiran 4. Verbatim Amba (V3) ...................................................................... 114
Lampiran 5. Verbatim Wahmuka (V4) ............................................................... 124
Lampiran 6. Verbatim Arimuka (V5) ................................................................. 133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
file:///C:/Users/Asus%201/Google%20Drive/Andreas%20Dedi/SKRIPSI%20FINAL%20BAB%20I-V.docx%23_Toc12553437
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengantar
Narkoba dipilih sebagai tema penelitian karena adanya ketertarikan subjektif
dari peneliti terhadap tema tersebut. Peneliti merasa bahwa narkoba memiliki sisi
menarik dan penting untuk diteliti meskipun penelitian dengan tema narkoba
sudah banyak dilakukan. Bagi peneliti, terdapat tiga hal menarik mengenai
narkoba yaitu: Pertama, dari pengalaman peneliti ketika membaca dan mendengar
tentang narkoba di berbagai media massa. Kedua, dari film yang sering peneliti
tonton. Ketiga, pengalaman peneliti saat pulang ke kampung halaman, dan yang
keempat adalah pengalaman peneliti saat mengunjungi tempat rehabilitasi
narkoba. Namun, selain tema ini menarik, peneliti juga merasa bahwa tema
narkoba penting untuk dijadikan bahan penelitian. Terdapat tiga hal yang
membuat tema narkoba penting untuk diteliti yaitu: Pertama, pernyataan
pemerintah bahwa Indonesia sedang darurat narkoba. Kedua, tingginya angka
relapse. Ketiga, kontribusi psikolog sangat dibutuhkan dalam dunia rehabilitasi.
B. Latar Belakang
“Indonesia darurat narkoba”, demikianlah seruan yang sering di ungkapkan
Presiden Joko Widodo di berbagai kesempatan ketika menyinggung mengenai
permasalahan yang berhubungan dengan narkoba. "Negara kita ini, posisi darurat
narkoba. Kenapa? Karena ada sekitar 4,5 juta pemuda tidak bisa direhabilitasi,"
demikian ungkap Presiden Jokowi (Damanik, 2015). Data terakhir dari Badan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
Narkotika Nasional (BNN) menyatakan bahwa jumlah pengguna narkoba tahun
2014 diperkirakan 4,1 juta dan pada akhir tahun 2015 sudah mencapai 5,9 juta.
Lembaga rehabilitasi yang dikelola oleh pemerintah dan masyarakat hanya
mampu menyediakan lebih kurang 18.000 orang per tahun (RI Kementerian
Kesehatan, 2014). Hingga saat ini, jumlah rehabilitasi yang ada masih sedikit dan
kapasitas penampungan para pecandu narkoba juga terbatas. Karena itu sebagian
dari mereka masih ditampung di dalam penjara yang nyatanya justru tempat
paling nyaman dalam menggunakan narkoba (Badan Narkotika Nasional, 2015).
Kemudahan dalam memperoleh narkoba juga memberi andil besar dalam
tingginya tinggkat relapse (kembali memakai narkoba). Berdasarkan survei yang
dilakukan BNN (2014) ditemukan cara transaksi narkoba yang selama ini terjadi
di masyarakat. Cara transaksi narkoba tersebut dapat dikategorikan 4 cara, yaitu:
Pertama, face to face (adu banteng), dilakukan dengan cara bertemu langsung
antara bandar dengan pembeli. Kedua, transaksi melalui kurir, melibatkan pihak
ketiga untuk mengantarkan narkoba dari bandar kepada pembeli. Seringkali
melibatkan anak-anak dengan imbalan uang. Ketiga, pembelian langsung ke
lokasi peredaran narkoba. Keempat, sistem Tempel (sistem ranjau). Pembeli
memesan narkoba dengan cara menelpon ataupun sms yang berisi jenis dan
jumlah barang kepada bandar tanpa harus bertemu langsung. Kelima, sistem
lempar lembing. Jenis ini ditemukan pada transaksi narkoba di penjara/lapas.
Dari ke empat cara transaksi tersebut, dapat terlihat gambaran mengenai
kemudahan mengakses narkoba serta kompleksnya dunia narkoba yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
melibatkan masyarakat umum termasuk anak-anak (Badan Narkotika Nasional,
2014).
Setelah mengetahui latar belakang mengenai kedaruratan narkoba,
selanjutnya akan dibahas mengenai gambaran secara umum lingkungan pengguna
narkoba.
C. Gambaran Dunia Pengguna Narkoba
Narkoba dapat memberi efek seperti mengurangi rasa nyeri, menimbulkan
euphoria, berkurangnya kesadaran, sensasi merasa melayang dan memperkuat
daya tahan tubuh (Suci, et al., 2015). Efek-efek ini turut mendorong pengguna
untuk terus mencoba menggunakan narkoba sampai pada tahap kecanduan, yaitu
timbul rasa „nagih‟ akan narkoba dan bila tidak segera memakai narkoba
pengguna akan mengalami sakaw. Pecandu Narkoba yang telah direhabilitasi
memiliki tingkat keinginan untuk relapse atau menggunakan Narkoba kembali
sangat tinggi. Deputi Bidang Rehabilitasi BNN, Usman Suryakusuma mengatakan
bahwa pecandu Narkoba yang sudah menjalani rehabilitasi, berpotensi besar
kembali mengkonsumsi Narkoba yaitu sekitar 80% (Anggriawan, 2013).
Pada tahun 2008 data relapse mencapai 90%. Selain itu, berdasarkan data dari
Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO), penyalah guna Narkoba dalam kurun
waktu lima tahun antara tahun 2009-2013 separuhnya adalah penyalah guna lama.
Pada tahun 2013 terdapat 65,17 % pasien rawat jalan dan rawat inap penyalah
guna Narkoba di RSKO adalah penyalah guna Narkoba dengan status pengguna
lama (RI Kementerian Kesehatan, 2014). Kesemuanya ini mengindikasikan
bahwa upaya rehabilitasi bagi pecandu Narkoba tidak selalu berhasil dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
Di sisi lain, informasi yang diperoleh dari salah satu petugas rehabilitasi
pecandu Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra, Yogyakarta mengatakan bahwa
hampir tidak pernah ada pecandu Narkoba yang datang sendiri untuk minta
direhabilitasi. Umumnya mereka datang ke tempat rehabilitasi karena paksaan
orang tua atau pihak yang berwajib, atau juga rujukan dari rumah sakit. (Prasetyo,
wawancara personal, maret 2015). Hal ini menggambarkan bahwa pada awal
rehabilitasi pecandu Narkoba tersebut melakukannya karena dorongan dari pihak
lain, atau untuk menghindari hukuman penjara. Beberapa dari pecandu Narkoba
mencoba berusaha melarikan diri pada awal-awal masa rehabilitasi.
Secara umum, apabila seseorang mendengar tentang pecandu narkoba, yang
terlintas dalam pikiran masyarakah secara umum adalah pelaku kriminal, aib
keluarga, jauhi mereka. Majalah Sinar edisi III (2014) menuliskan demikian,
“stigma negatif masyarakat terhadap pecandu narkoba menyebabkan mereka (dan
atau keluarga) enggan mengakui dirinya adalah pecandu narkoba. Di samping itu,
banyak di antara kita yang masih menganggap pecandu merupakan tindak
kriminal yang harus dihukum pidana”. Pandangan negatif inilah yang justru
memperkeruh keadaan, di mana si pecandu yang tidak mau mengakui dirinya
adalah pecandu akan menutup diri dari bantuan orang lain demikian juga dengan
keluarga yang justru menutupi keadaan anggota keluargannya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Syaiful dan Dearly (2015), diketahui
bahwa keluarga memiliki peran penting dalam proses resiliensi pecandu narkoba
dalam mengikuti program rehabilitasi. Dengan dukungan dari keluarga, maka
pecandu akan memiliki semangat untuk terus bangkit dan melanjutkan hidup saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
terjadi sesuatu yang sulit. Hal inni sesuai dengan hasil penelitian Aztri & Miliia
(2013) bahwa dukungan keluarga dalam menjalani rehabilitasi besar peranannya
dalam keberhasilan proses pemulihan. Dalam penelitian Aztri dan Milla, juga
ditemukan beberapa orang tua yang justru memukul anaknya ketika mengetahui
anaknya menggunakan narkoba.
D. Berbagai Penanganan yang Ada
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani adalah dengan adanya
Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN) (Badan Narkotika Nasional, 2015a). Program ini dilakukan oleh
Badan Narkotika Nasional (BNN). BNN yang adalah lembaga lembaga
pemerintah non kementerian yang memiliki tugas pokok dan fungsi dalam
menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional terkait penanganan masalah
Narkotika di Indonesia (BNN, 2015). Dengan demikian segala bentuk rehabilitasi
baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta secara umum akan mengacu
pada program yang direkomendasikan oleh BNN, meskipun ada beberapa tempat
rehabilitasi yang menggunakan metode tersendiri.
Sebagai Badan khusus, BNN telah melakukan berbagai kebijakan dalam
menghadapi narkoba, di antaranya melakukan tindakan preventif (pencegahan),
Represif (Penindakan), dan Kuratif (Penyembuhan). Dalam tindakan preventif,
tindakan yang dilakukan BNN antara lain mengadakan lokakarya, workshop,
halaqoh, pagelaran, dan lain sebagainya yang mengajak masyarakat untuk
menghindari narkoba. Sedangkan dalam tindakan kuratif, BNN melakukan
investigasi dan penangkapan terhadap gembong narkoba dan pengedarnya, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
beritanya sering dimuat dalam berita diberbagai media massa. Selanjutnya dalam
tindakan preventif, BNN mendirikan tempat rehabilitasi yang tersebar di berbagai
provinsi di Indonesia (BNN, 2015). Umumnya di dalam sebuah panti rehabilitasi
melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti Pekerja Sosial, Konselor Adiksi,
Psikiater, Dokter Umum, Psikolog dan juga Perawat. Masing-masing memegang
peran penting dalam mendampingi proses rehabilitasi.
Beberapa jenis terapi yang umum digunakan dalam penanganan pecandu
narkoba di antaranya adalah menggunakan terapi agama, narcotics anonymous,
terapi rumatan metadon dan therapeutic community. Dalam Penelitian Fajriah
(2016), dikatakan bahwa terapi agama semua bentuk kegiatannya berpatokan pada
ajaran agama yang dianut. Rehabilitasi dengan terapi agama bertujuan untuk
membantu memperbaiki sisi rohani pecandu dengan mengajarkan mengenai hidup
rohani serta melakukan berbagai ritual keagamaan secara intensif. Dengan terapi
ini pecandu akan mengalami pengalaman rohani yang berbeda dan semakin dekat
dengan Tuhan, sehingga diharapkan munculnya kesadaran untuk kembali pada
jalan yang benar. Berbeda dengan terapi narcotics anonymous memiliki prinsip
utama kejujuran dan keterbukaan serta kemauan untuk sembuh dalam proses
rehabilitasinya. Pada terapi ini pecandu diajak untuk menciptakan lingkungan
kekeluargaan yang saling mencintai satu sama lain dengan menerapkan prinsip 12
langkah. Para pecandu berkumpul secara intensif untuk berbagi dan menerapkan
12 langkah hidup yang sangat berguna untuk proses kesembuhan dalam
keseharian mereka (Fajriah et al. 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
Selanjutnya adalah terapi rumatan metadon. Terapi metadon hanya
dikhususkan bagi pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik yaitu heroin
atau putau (Rivany, 2010). Terapi ini dilakukan dengan cara mengganti heroin
dengan metadon yang bersifat cair menyerupai sirup dengan dosis yang telah
disesuaikan dan berangsur-angsur berkurang. Pengguna harus rutin ke tempat
rehabilitasi untuk mendapatkan metadon supaya pengguna tidak mengalami
sakaw. Dengan demikian pecandu diharapkan tidak lagi menggunakan jarum
suntik yang membahayakan pecandu terhadap bahaya penyakit menular seperti
HIV/AIDS (Rivany, 2010).
Terapi lainnya adalah therapeutic community. Dalam pelaksanaannya
treatment yang digunakan dalam terapi ini ialah pendekatan psikososial, yang
bertujuan untuk memperbaiki kondisi mental dan psikologis pecandu (Winanti,
2008). Pencandu narkoba bersama-sama hidup dalam suatu lingkungan dan saling
membantu untuk mencapai kesembuhan. Aktivitas-aktivitas yang ada dalam terapi
ini dirancang untuk membantu pencandu narkoba untuk menguji belief, konsep
diri dan pola perilaku yang salah serta mengadopsi cara baru yang lebih harmonis
dan konstruktif dalam berinteraksi dengan orang lain (Gani, 2013).
Setelah mengetahui mengenai berbagai macam jenis metode rehabilitasi bagi
pengguna narkoba, selanjutnya akan dibahas secara khusus mengenai metode
rehabilitasi therapeutic community. Diantara beberapa jenis rehabilitasi yang ada,
Therapeutic Community peneliti pilih sebagai subjek penelitian karena program
ini secara umum dipakai oleh lembaga rehabilitasi milik Pemerintah, baik BNN
maupun PSPP milik Kementerian Sosial. Beberapa rehabilitasi diluar pemerintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
juga menggunakan therapeutic community sebagai acuan proses rehabilitasinya.
Berikut penjelasan mengenai therapeutic community.
E. Therapeutic Community
Therapeutic Community (TC) merupakan salah satu dari jenis program
rehabilitasi yang lazim digunakan diberbagai tempat rehabilitasi terutama
rehabilitasi milik pemerintah. Dalam Restiana (2015) dikatakan bahwa TC
merupakan program rehabilitasi narkoba yang pertama diterapkan oleh
pemerintah pada tahun 1998 yang nantinya memunculkan salah satu tempat
rehabilitasi yang cukup besar yaitu PSPP Galih Pakuan Bogor. Seiring
berjalannya waktu, program ini mulai dipakai di berbagai tempat rehabilitasi yang
ada di Indonesia. Dalam bidang penelitian, salah satu pelopor TC adalah George
De Leon, yang banyak melakukan riset dan menerbitkan panduan mengenai
konsep TC (Restiana, 2015). Konsep TC menurut De Leon inilah yang peneliti
gunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Konsep De Leon dipilih karena
konsep TC De Leon merupakan konsep yang umum dipakai diberbagai
rehabilitasi yang menggunakan TC di Indonesia.
Dalam TC para pecandu didampingi oleh konselor adiktif yang juga pernah
menjadi seorang pecandu. Motto terapi ini adalah “Man helping man to help
himself”, harapannya mereka bisa saling membantu sesama pecandu yang secara
tidak langsung membantu proses pemulihan dirinya sendiri. Terapi ini dilakukan
di rumah rehabilitasi dalam jangka waktu yang relatif panjang sampai pecandu
dalam keadaan pulih. Teori yang mendasari terapi ini adalah pendekatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
behavioral, adanya reward dan punishment dalam mengubah perilaku dengan
kelompok sebagai media pengubahan perilaku tersebut (Winanti, 2008).
Menurut De Leon, secara umum proses tahapan dalam program TC meliputi
beberapa tahapan berikut:
1) Entry Unit (Tahap Orientasi)
Merupakan fase perkenalan dan orientasi sebelum memasuki
program Induction, terdiri dari para residen baru yang nantinya akan
mengikuti proses pelayanan terapi dan rehabilitasi. Pada tahap ini residen
diharapkan dapat menenangkan diri dan menyadari keberadaan dan
keadaan dirinya, untuk dapat menjalankan kegiatan terapi dan
rehabilitasi.
2) Primary Stage
Tahap ini ditujukan bagi perkembangan sosial dan psikologis
residen. Dalam tahap ini residen diharapkan melakukan sosialisasi,
mengalami pengembangan diri, serta meningkatkan kepekaan psikologis
dengan melakukan berbagai aktivitas dan sesi terapi yang telah
ditetapkan. Primary terbagi dalam beberapa tahap, yaitu:
Fase Induction (tingkat awal), yaitu fase perkenalan dan orientasi.
Fase Younger Member (tingkat intensif). Residen mulai mengikuti
program dengan proaktif yang ditetapkan oleh lembaga rehabilitasi.
Fase Middle Member (tingkat pembelajaran). Residen mulai
bertanggung jawab pada sebagian operasional panti dan lembaga,
membimbing younger member dan induction.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
Fase Older Member (tingkat pemantapan). Residen sudah
bertanggung jawab pada staf dan lebih bertanggung jawab terhadap
keseluruhan operasional panti atau lembaga serta bertanggung jawab
terhadap junior.
3) Re-entry Stage
Re-entry merupakan program lanjutan setelah Primary. Program Re-
entry memiliki tujuan untuk memfasilitasi residen agar dapat
bersosialisasi dengan kehidupan luar setelah menjalani perawatan di
Primary.
4) Aftercare
Program yang ditujukan bagi eks-residen/alumni. Program ini
dilaksanakan di luar panti dan diikuti oleh semua angkatan di bawah
supervisi dari staf re-entry. Tempat pelaksanaan disepakati bersama.
Dalam penerapannya, waktu yang diperlukan dalam rehabilitasi berbeda-beda
dalam sebuah tempat rehabilitasi. Diantara beberapa tempat rehabilitasi yang
menggunakan TC sebagai program rehabilitasi, peneliti memilih Rehabilitasi
Kunci Nandan Yogyakarta sebagai tempat melakukan penelitian. Tempat ini
dipilih karena peneliti tertarik pada tertarik pada lembaga non pemerintah yang
menerapkan TC sebagai program rehabilitasinya. Tentunya akan ada hal baru
yang dapat ditemukan mengingat sarana dan prasarana yang ada tentunya sangat
berbeda dengan lembaga besar milik pemerintah yang juga menerapkan TC.
Berdasarkan informasi yang dimuat dalam Blog Rehabilitasi Kunci Nandan
Yogyakarta (Setara, 2007), diketahui bahwa pendampingan rehabilitasi dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
umumnya selama enam bulan. Dalam proses tersebut pecandu memiliki jadwal
harian yang sudah disusun yang meliputi pendidikan, konseling individual,
metode modifikasi pelaku, pengetahuan tentang psikologi dasar, pengetahuan
mengenai adiksi beserta dunia adiksi itu sendiri. Selain itu ada juga peer
confrontation, encounter group serta 12 langkah dari Alcoholics
Anonymous/Narcotics Anonymous.
F. Keunggulan Penelitian
Penelitian mengenai narkoba secara umum sudah banyak dilakukan dan
mudah ditemukan, namun penelitian mengenai TC sendiri masih terbatas,
terutama dalam penelitian mengenai pelaksanaan program TC itu sendiri.
Penelitian yang ada di antaranya ialah seperti penelitian Ulfah (2011) menemukan
bahwa TC dapat mengubah tingkah laku residen lebih baik, membantu
mengontrol emosi serta meningkatkan kepercayaan diri.
Restiana (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa TC dipandang
mampu mengubah aspek kognitif, afektif, sikap dan perilaku serta spiritual
residen menjadi lebih baik. Selain itu, TC juga merupakan tempat pendidikan
karakter bagi pecandu. Di dalam TC terdapat pembinaan sifat dan kepribadian,
kekeluargaan, keagamaan serta pengolahan emosi. Selain itu juga ditemukan
faktor pendukung keberhasilan terapi seperti semangat dan kerja keras pekerja
sosial, motivasi untuk sembuh dari residen, keterbukaan, dan dukungan
pemerintah. Ditemukan juga faktor penghambat terapi seperti jumlah pekerja
sosial yang minim, tidak adanya wisma tamu serta keluarga yang tidak berperan
aktif dalam mendukung residen (Nurhuda, 2015). Selain itu, penggunaan narkoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
akan berdampak pada kemampuan kognitif, fisik dan emosi yang akan menurun
(Ardiantina, 2016). Setelah manggunakan narkoba, laki-laki ini merasa bahwa
sifat pelupa yang dimilikinya semakin parah. Dia mudah lupa mengenai barang-
barang yang ditaruhnya. Tubuhnya pun terbilang kurus akibat penggunaan
narkoba dan terdapat tato permanen di kaki dan tangannya. Selain itu, dia juga
akhirnya harus menikah setelah mengikuti Ujian Nasional SMA karena
menghamili wanita. Sampai akhirnya dia masuk ke Rumah Sakit Jiwa selama lima
hari dan selanjutnya dialihkan ke tempat rehabilitasi.
Beberapa penelitian yang disebutkan sebelumnya umumnya hanya menggali
mengenai gambaran program TC mengenai kelebihan dan kekurangan terapi
tersebut. Penelitian mengenai evaluasi pelaksanaan terapi TC juga pernah
dilakukan, namun belum ditemui penelitian mengenai perbandingan konsep terapi
TC yang berjalan di Indonesia dengan konsep TC menurut pendiri atau
pelopornya, dalam hal ini TC menurut George De Leon.
Selain hal tersebut, dalam penelitian ini peneliti akan memperhatikan
komposisi sumber data penelitian dalam melakukan evaluasi, sehingga data yang
dihimpun lebih komprehensif. Strategi proses evaluasi merujuk pada evaluasi
formatif guna melihat dinamika proses program TC serta melihat kekurangan dan
kelebihannya progam sebagai upaya peningkatan kualitas program TC.
Michael Quinn Patton dalam bukunya (2009) menyatakan bahwa penelitian
evaluasi dimaksudkan untuk menguraikan dan memahami dinamika internal
berjalannya suatu program. Dalam penelitian evaluasi, pendekatan yang dilakukan
tetap menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif sendiri menekankan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
kedalaman dan kerincian (Patton, 2009). Dengan demikian penelitian evaluasi
tepat digunakan untuk melihat perkembangan program TC.
G. Rumusan Permasalahan
Peneliti mencoba merumuskan permasalahan sebagai berikut: Dari 5,9 juta
jiwa pengguna narkoba, baru sekitar 18.000 jiwa yang dapat mengikuti program
rehabilitasi narkoba. Sedangkan pengguna narkoba yang telah mengikuti program
rehabilitasi narkoba, justru ada sekitar 80% yang kembali menggunakan narkoba
(relapse). Di samping itu, belum ada evaluasi mengenai perbandingan konsep
Therapeutic Community menurut De Leon dengan konsep Therapeutic
Community yang digunakan di Indonesia, yang notabene merupakan salah satu
jenis terapi yang umum dipakai di Indonesia terlebih dalam lembaga resmi seperti
BNN.
H. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian tentang narkoba ini terbatas pada salah satu program penyembuhan
pecandu narkoba yaitu program Therapeutic Community yang juga terbatas pada
satu tempat rehabilitasi yaitu Rehabilitasi Kunci Nandan, Yogyakarta yang juga
terbatas pada beberapa orang subjek dalam pengambilan datanya.
I. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah mengevaluasi sejauh mana Therapeutic
Community di Panti rehabilitasi Kunci Nandan mengikuti teori Therapeutic
Community yang di gunakan oleh George De Leon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
J. Pertanyaan Penelitian
Sejauh mana perspektif dan pendekatan Therapeutic Community di
Rehabilitasi Kunci Nandan sejalan dengan perspektif dan pendekatan Therapeutic
Community yang dikemukakan oleh George De Leon?
K. Manfaat
Penelitian ini diharapakan memberikan manfaat bagi:
Panti Rehabilitasi : 1.
a. Bagi Staf Konselor/Pendamping
Bagi staf pendamping, hasil penelitian ini diharapkan memberi
informasi evaluasi bagi staf konselor/pendamping program
Therapeutic Community dalam proses dinamika berjalannya program
bersama dengan pecandu narkoba sehingga pendampingan menjadi
lebih baik.
b. Bagi pengguna narkoba
Bagi pengguna narkoba, dengan adanya evaluasi program
Therapeutic Community, diharapkan bisa memperoleh pendampingan
yang lebih tepat dari pendamping dalam pendampingan selanjutnya
sehingga proses pemulihan/kesembuhan dapat dirasakan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
Akademisi : 2.
a. Bagi Ilmu Psikologi
Bagi bidang ilmu Psikologi, penelitian ini hendaknya memberikan
informasi ilmiah mengenai dinamika program Therapeutic Community,
sehingga bisa menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
b. Bagi Ilmu Evaluasi
Bagi ilmu evaluasi penelitian ini kiranya menambah literatur
penelitian evaluasi selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengantar
Pada bagian ini, peneliti akan menjabarkan menganai dinamika pengguna
narkoba terutama dari segi dinamika pengguna narkoba, TC, serta bagaimana
gambaran TC di beberapa tempat rehabilitasi yang ada di Indonesia. Berikut
penjabarannya.
B. Dinamika Pengguna Narkoba
Banyaknya jenis efek yang dapat dirasakan dari narkoba tentunya menjadi
daya tarik bagi pecandu. Faupel, Horowitz, dan Weaver (2010, dalam Suci et al.,
2015) menyatakan ada empat pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat
dinamika pengguna narkoba yaitu pendekatan natural, biologis, psikologis dan
sosiologis. Pendekatan natural hanya mampu menjelaskan saat pertama kali orang
menggunakan narkoba sebagai dorongan universal, namun tidak bisa menjelaskan
mengapa seseorang mengalami adiksi. Sedangkan pendekatan biologis
menjelaskan sebaliknya dari pendekatan natural, hanya mampu menjelaskan
mengapa seseorang mengalami adiksi. Selanjutnya Faupel et al (2010)
memaparkan bahwa pendekatan psikologis mampu menjelaskan perilaku narkoba
dengan teori psikoanalisa, kepribadian dan perilaku (behavioral). Namun lebih
lanjut menurut Faupel et al (2010), pendekatan sosiologis lebih kaya dalam
menjelaskan perilaku sosial pengguna narkoba, baik saat pertama kali
menggunakan maupun sesudah mengalami adiksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
Lebih lanjut, Goode (dalam Suci et al., 2015) berpendapat bahwa penjelasan
psikologis cenderung melihat perbedaaan karakter individu pengguna serta
kecenderungan umum manusia yang akan mengulangi pengalaman
menyenangkan dan menghindari pengalaman yang menyakitkan. Terkait karakter
individu, penjelasan psikologis mengasumsikan bahwa pengguna narkoba adalah
mereka yang mengalami masalah-masalah emosi atau mental tertentu yang
menggunakan narkoba sebagai pelarian. Namun pada kenyataannya, sering
ditemukan pengguna narkoba yang berasal dari keluarga yang baik dan ia sendiri
memiliki kepribadian yang stabil, dan juga faktor genetis dan metabolisme yang
normal.
Dalam Suci et al., (2015) mengatakan bahwa untuk dapat memahami
fenomena pecandu narkoba, tidak dapat menggunakan sudut pandang tertentu
seperti psikologis maupun biologis saja. Pendekatan sosial baik psikologi sosial
maupun sosiologi serta ditambah lagi pendekatan farmakologis dipandang lebih
relevan digunakan untuk melihat fenomena ini secara lebih lengkap. Menurut
Goode (dalam Suci et al., 2015) pendekatan farmakologis penting diketahui untuk
menjelaskan perbedaan setiap zat dan efek obat pada tubuh. Dengan demikian
dapat dipahami orang memilih zat tertentu serta kaitannya dengan konteks sosial
tertentu. Sebagai contoh, mayoritas pengguna narkoba adalah kelompok pekerja
yang mengkonsumsi sabu-sabu untuk meningkatkan stamina sehingga mampu
bekerja tanpa lelah. Stimulan ini juga digunakan untuk keperluan rekreasional,
seperti untuk meningkatkan rasa percaya diri dan dianggap gaul saat di clubbing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
Alfred Lindesmith (dalam Suci et al., 2015) menemukan dalam penelitiannya
bahwa kecanduan atau ketergantungan narkoba tidak ada kaitannya secara
langsung dengan stress, tetapi lebih pada kesadaran untuk mengkonsumsi zat yang
mampu memberi reaksi yang diinginkannya. Menurut Lindesmith, kecanduan atau
adiksi adalah perlilaku yang secara sengaja dilakukan secara berulang-ulang
karena individu sadar akan efek yang ditimbulkannya. Kecanduan tidak selalu
ditandai dengan munculnya gejala putus zat atau sakaw. Kecanduan ini oleh
Weinberg disebut kecanduan psikologis, misalnya pada pengguna kokain dan
ganja. Kokain dan ganja bila dikonsumsi dalam dosis tertentu akan menimbulkan
kecanduan namun tidak memunculkan gejala sakaw. Contoh kecanduan
psikologis yang umum adalah kecanduan merokok, judi, seks, video porno,
makanan, gadget, games dan kecanduan lain yang sifatnya lebih pada perilaku.
Dengan demikian dalam penerapannya penelitian ini menggunakan
pendekatan psikolog dan sosial dalam memahami fenomena yang terjadi pada TC.
C. Therapeutic Community
Berdasarkan buku pedoman teknis rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan
napza (Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta, 2014), penjelasan tentang TC
disebutkan demikian:
Terapi Komunitas atau Therapeutic Community (TC) adalah suatu program
rehabilitasi bagi para pecandu Napza, di mana dibentuk suatu komunitas yang
positif di lingkungan yang teratur dan terkoordinir dengan kegiatan-kegiatan yang
menunjang perubahan secara fisik dan terutama mental. Suatu metode rehabilitasi
sosial yang ditujukan kepada korban penyalahgunaan Napza yang merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
sebuah “keluarga” terdiri atas orang-orang yang mempunyai masalah dan tujuan
yang sama, yaitu menolong diri sendiri dan sesama mereka sehingga terjadi
perubahan tingkah laku dari yang negatif ke arah tingkah laku yang positif.
Program rehabilitasi yang ditujukan pada pecandu narkoba baru muncul pada
tahun 1960 di Amerika Serikat sebagai respon terhadap pergolakan yang terjadi
tentang permasalahan sosial dan kesehatan yang menjadi masalah utama pada saat
itu. Pada tahun 1960-1970-an muncul fasilitas-fasilitas yang mendukung program
rehabilitasi, hal ini menandai bahwa mulai muncul pemahaman tentang perbedaan
antara penyalahguna narkoba dan pecandu narkoba, serta perlunya pengobatan
secara efektif. Ada tiga jenis pengobatan yang muncul dalam menangani
penyalahguna narkoba, yaitu program rawat jalan bebas narkoba, program terapi
metadon dan program jangka panjang yaitu program hunian bebas narkoba yang
disebut Therapeutic Community (TC).
TC telah berkembang sejak tahun 1963 dengan didirikannya Daytop Village
di New York, Amerika Serikat. Metode ini terus mengalami perkembangan dalam
penerapannya, dan telah berkembang di berbagai negara. Di berbagai negara TC
tidak hanya untuk kasus kecanduan narkoba, namun juga diberlakukan pada kasus
kecanduan alkohol serta perilaku kekerasan. Teori yang mendasari terapi ini
adalah pendekatan behavioral yaitu berlakunya sistem reward dan punishment
guna mengubah perilaku (Winanti, 2008).
Sebenarnya cikal bakal TC sudah muncul sejak awal tahun 1900an.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Nanang Rekto Wulanjaya yang
dilakukan oleh Restiana (2015), diketahui sejarah singkat TC sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
Konsep TC pada mulanya dibentuk oleh para Psikiater di Amerika pada tahun
1911. Setelah itu berdiri program Synanon, yang memadukan dua pendekatan
yaitu pendekatan Psikiater dan Psikolog. Dasar dari program Synanon ini adalah
morning meeting, encounter dan sharing circle, dengan asumsi tidak hanya
pecandu saja yang terlibat, namun juga orang tua atau keluarga. Mereka
melakukan konseling keluarga atau family support group. TC mulai masuk ke
Asia melalui Negara Malaysia sekitar tahun 1990an, yang dipelopori oleh
beberapa tokoh seperti Muhammad Fadli Yatkan Yunus, Muhamman Sammah
dan satu tokoh dari Negara Singapura yaitu Fadhillah Abdul Qoyyum. Program
TC mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1998 melalui program Colombo Plan
dan diperkenalkan ke Departemen Sosial oleh ibu Melanie. Dengan dibantu oleh
Negara Malaysia dan Singapura, akhirnya Departemen Sosial Indonesia
melakukan pelatihan TC pertama. Titian Respati merupakan lembaga TC pertama
di Indonesia. Tokoh awal TC ini adalah Gambit, Ibu Melanie, Bro Ridho dan Bro
Robi. Dua orang terakhir ini juga yang mendirikan PSPP Galih Pakuan Bogor dan
menjadi pusat pembelajaran TC. Tokoh fenomenal sebagai penggagas TC secara
akademik adalah profesor George De Leon, Profesor Yallom dan Profesor Andrea
Ballet. Sedangkan perintis dan pengembang TC adalah Dr. Thomas Forrest Main,
Dennie Brigggs, Dr. Wilmer, Maxwell dan neville.
Program TC terbentuk dari kesadaran bahwa pengguna narkoba adalah orang
yang memiliki bantuan secara sosial. Karena itu dalam pelaksanaannya program
ini selalu melibatkan komunitas, tentunya keterlibatan individu juga harus aktif di
dalamnya. Ada sebuah pepatah dalam TC, yaitu “Only you can do it, but you can‟t
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
do it alone.” Karena Program TC menggunakan pendekatan sosial maka
pendamping atau praktisi tidak harus memiliki kemampuan dalam bidang medis.
Selain itu staf TC umumnya terdiri dari berbagai latar belakang, seperti mantan
pecandu narkoba (staf adiktif), aktifis sosial dan profesional kesehatan. Pembeda
utama antara program TC dengan pendekatan lainnya adalah keterlibatan
komunitas yang dominan dalam proses pertumbuhan dan perubahan individu.
Berdasarkan buku pedoman teknis rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan
napza, terdapat 4 struktur dan 5 pilar yang terdapat dalam program. Ke empat
struktur tersebut yaitu:
- Pembentukan tingkah laku,
- Pengendalian emosi dan psikologis,
- Pengembangan pemikiran dan kerohanian,
- Serta keterampilan kerja,
- Bersosial dan bertahan hidup.
Selanjutnya, ke lima pilar yang ada dalam program yaitu:
- Konsep kekeluargaan,
- Tekanan rekan sebaya,
- Sesi terapi,
- Sesi keagamaan
- Keteladanan.
Berdasarkan De Leon (2000), yang adalah pelopor utama TC, dalam bukunya
yang berjudul Therapeutic Community, Theory, Model, and Method, menuliskan
bahwa ada 4 aspek penting dalam TC yang membedakannya dengan jenis terapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
lainnya. Keempat aspek tersebut ialah pandangan tentang penggunaan narkoba,
pandangan tentang manusia pengguna narkoba, pandangan tentang pemulihan dan
hidup yang tepat, serta tentang pendepaktan komunitas. Dengan berpedoman pada
ke empat aspek tersebut, maka proses terapi dengan metode TC diharapkan
penanganan terhadap pecandu narkoba dapat tepat sasaran dan bisa membuat
pengguna narkoba pulih kembali dan dapat berfungsi kembali di tengah
masyarakat.
Keempat aspek tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.
Silabus tentang 4 Aspek dalam Therapeutic Community
No Aspek Sub aspek Indikator
1 Pandangan
tentang
penggunaan
narkoba
Profil klinis Hidup dalam krisis,
Ketidakmampuan untuk menjaga
abstinence (pantang terkait narkoba)
Disfungsi sosial dan antar pribadi,
Gaya hidup anti sosial.
Gangguan terhadap
manusia secara
menyeluruh.
Personal, bukan tentang narkoba
Sumber gangguan
Ikut bertanggung jawab terhadap
gangguan
Pasien, Klien, Anggota dan Informan
Pandangan terhadap
konsep biomedis
Detoksifikasi
Sakaw
Pengaruh narkoba yang spesifik
Farmakoterapi
Kecenderungan psikologis.
(Psychologgical predisposition to drug
abuse)
Penyakit secara medis, gangguan dan
penyakit masyarakat.
Gen, otak dan kecanduan
2 Pandangan
tentang
manusia
Karakteristik
kognitif dan perilaku
Kurangnya kesadaran
Pengambilan keputusan yang keliru
Kurangnya wawasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
No Aspek Sub aspek Indikator
pengguna
narkoba
Kemampuan penelitian kenyataan
yang buruk
habilitasi
Karakteristik
perseptual
Kepercayaan diri yang rendah
Jati diri yang negatif
Ciri-ciri emosional Kurang bisa menoleransi
ketidaknyamanan
Rasa bersalah
Permusuhan dan kemarahan
Disforia dan kehilangan perasaan
Pengelolaan emosional
Pantangan dan emosi
Ciri-ciri sosial Perlakuan khusus/istimewa
Tanggung jawab konsistensi dan
akuntabilitas.
Rasa percaya
Strategi mengatasi
stress yang
menyimpang
Kebohongan dan manipalasi
Mekanisme pertahanan diri
Penyimpangan sosial
Kepribadian adiktif
3 Pandangan
tentang
pemulihan
dan Hidup
yang tepat
Pandangan tentang
pemulihan
Sasaran pemulihan
Membantu diri sendiri
Motivasi, kesiapan dan komitmen dan
pemulihan
Pemulihan sebagai pembelajaran
multidimensional
Pemulihan sebagai proses
perkembangan
Relapse dalam pemulihan
Penindakan sebagai sebuah episode
Pandangan terhadap
gaya hidup yang
tepat
Nilai –nilai moral
Cara pandang terhadap diri sendiri dan
perspektif sosial
Prinsip-prinsip utama dari gaya hidup
yang tepat
Slogan-slogan pemulihan TC
4 Pendekatan Komunitas dan Komunitas dan manusia secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
No Aspek Sub aspek Indikator
komunitas perspektif TC keseluruhan
Komunitas dan disaffiliated
Komunitas, identitas dan hidup yang
benar
Pembelajaran,
penyembuhan dan
budaya komunitas
Penyembuhan dan pengajaran
Budaya komunitas
Filosofi dan bahasa
Perayaan, tradisi dan ritual
Kisah pribadi
warisan
Komunitas sebagai teater
Komponen-
komponen mendasar
dari metode
komunitas
Komunitas sebagai konteks
Harapan komunitas
Penilaian komunitas
Tanggapan komunitas
Selanjutnya kita akan melihat bagaimana gambaran TC yang ada di beberapa
tempat rehabilitasi di Indonesia.
D. Terapi Komunitas di Indonesia
Pada umumnya rehabilitasi untuk pecandu narkoba di Indonesia ada dua
bagian, yaitu rehabilitasi yang dikelola langsung oleh pemerintah, dan rehabilitasi
yang dikelola olah swasta. Pada pemerintah, proses penanganan narkoba dan
rehabilitasi di kelola oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), yang memiliki Balai
Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Indonesia di Bogor. Selain di balai
pusat, BNN juga memiliki tempat rehabilitasi di berbagai provinsi di Indonesia,
salah satunya adalah tempat rehabilitasi Lapas Klas II A Narkotika Yogyakarta,
yang ada di daerah Pakem. Selain itu, pemerintah melalui Departemen Sosial juga
memiliki tempat rehabilitasi Napza yang bernama Panti Sosial Pamardi Putra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
(PSPP) salah satunya yang ada di daerah Bogor. selanjutnya salah satu tempat
rehabilitasi yang dikelola oleh swasta ialah Rehabilitasi Kunci yang ada di daerah
Nandan, Yogyakarta.
Balai Besar Rehabilitasi BNN. 1.
Balai ini terletak di desa Wates Jaya, Kecamatan Cigombong, Lido,
Kabupaten Bogor. Balai besar ini merupakan satuan kerja mendiri BNN yang
melaksanakan tugas pelayanan masyarakat berupa rehabilitasi penyalahguna
dan/atau pecandu narkoba secara terpadu berdasarkan aspek medis, psikologis
dan sosial. Balai ini mampu menampung 375 residen per 6 bulan. Dalam situs
resmi BNN, dituliskan tentang tahap-tahap pemulihan pecandu narkoba.
Tahap-tahap rehabilitasi terdapat 3 tahapan, yaitu pertama, tahap rehabilitasi
medis, yaitu tahap di mana pecandu diperiksa seluruh kesehatannya baik fisik
maupun mental. Tahap kedua adalah tahap rehabilitasi non medis, yaitu
pecandu mulai diikutkan dalam program rehabilitasi, di antaranya adalah
program Therapeutic Community (TC), 12 Steps (dua belas langkah),
pendekatan keagamaan dll. Tahap ketiga adalah tahap bina lanjut (after care),
yaitu tahap di mana pecandu diberikan kegiatan sesuai dengan minat dan
bakat untuk mengisi kegiatan sehari-hari, maupun kembali ke sekolah atau
tempat kerja namun masih dalam pengawasan.
Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Galih Pakuan Bogor, Departemen 2.
Sosial RI
Selain BNN, Departemen Sosial RI juga memiki panti rehabilitasi
narkoba, salah satunya adalah PSPP Pakuan Bogor. Tempat rehabilitasi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
menggunakan metode TC dalam pelayanan rehabilitasi yang dilakukan.
Dalam situs resmi PSPP Galih Pakuan Bogor, TC digunakan dalam
rehabilitasi karena dipandang mampu mencakup berbagai unsur-unsur
psikologis, sosialkultural, dan kognitif. Di dalam program TC memiliki
kegiatan-kegiatan terapeutic dengan beraliran kognitif behavioral yang
menekankan pentingnya pengaruh dari pikiran atau kognisi, emosi atau
keyakinan, dan juga perubahan perilaku.
Meski diakui bahwa tidak ada satu jenis terapi yang cocok untuk semua
residen penyalahguna Napza, namun TC dipandang cukup komprehensif
karena mencakup aspek kognitif dan perilaku, yang di dalamnya terdapat
pelayanan dalam aspek kesehatan, spiritual dan psikososial dalam membentuk
perilaku demi pemulihan residen.
Lapas Klas II A Narkotika Yogyakarta 3.
Lapas Klas II A Narkotika ini terletak di Jalan Kaliurang, KM 17, Pakem.
Mamiliki kapasitas standar 474 orang. Saat ini lapas ini dihuni oleh
narapidana yang seluruhnya berhubungan dengan Narkotika. Tempat ini
bekerja sama menjalin kerjasama dengan RS. Grhasia, RS. Sardjito, dan LSM
yang memiliki konsentrasi pada bidang kesehatan khususnya narkotika. Salah
satu program rehabilitasi yang dipakai adalah TC. Berdasarkan informasi saat
penulis berkunjung ke tempat ini, metode rehabilitasi yang digunakan
tidaklah murni menggunakan TC. Selain TC, terdapat terapi alternatif yang
digunakan seperti terapi energi, terapi dzikir, rukyah dan sholat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
Rehabilitasi Kunci Nandan Yogyakarta 4.
Rehabilitasi Kunci Nandan ini beralamat di desa Nandan, Sriharjo-
Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Tempat rehabilitasi ini di kelola oleh para
Bruder Kongregasi Karitas (FC). Lokasi tempat rehabilitasi ini menempati
bekas lahan dan gedung novisiat Bruder-bruder Karitas dan dikelola oleh
Bruder Karitas dibawah naungan Keuskupan Agung Semarang. Rehabilitasi
ini menggunakan TC sebagai proses rehabilitasinya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa TC sudah banyak
digunakan sebagai metode terapi bagi pengguna narkoba di berbagai tempat
rehabilitasi, terutama di tempat rehabilitasi milik pemerintah, baik yang
bernaung dibawah Badan Narkotika Nasional maupun Departemen Sosial.
Setelah melihat dinamika pengguna narkoba dan gambaran TC di Indonesia,
maka selanjutnya akan dijelaskan mengenai kerangka konseptual awal
mengenai penelitian ini.
E. Kerangka Konseptual Awal
Penggunaan narkoba bukanlah sebuah sumber permasalahan pokok dalam
diri pengguna narkoba. Narkoba adalah sebuah bentuk pelarian atau pilihan akibat
dari tidak matangnya individu sebagai pribadi. Oleh karena itu rehabilitasi
dilakukan selain bertujuan untuk menghentikan penggunaan akan narkoba, juga
untuk membantu individu menjadi pribadi yang lebih baik, baik dalam perilaku,
gaya hidup maupun kognitif. Oleh karena itu secara umum, sebuah tempat
rehabilitasi yang menyediakan rawat inap dalam jangka waktu yang cukup lama,
menggunakan model TC sebagai acuan rehabilitasinya. Hal ini seperti yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
dilakukan pihak BNN, PSPP, maupun pihak swasta seperti Panti Rehabilitasi
Kunci Nandan.
Keberhasilan sebuah rehabilitasi terhadap pengguna narkoba di tentukan oleh
beberapa hal seperti adanya perubahan konsep diri ke arah yang lebih baik,
memiliki kemampuan dalam pengendalian diri terutama terhadap dorongan
menggunakan narkoba kembali, mampu menangani/menghadapi permasalah
kehidupan dengan baik tanpa mengandalkan narkotika. Pada umumnya,
keberhasilan sebuah program hanya tertuju pada menggunakan atau tidak
menggunakan narkoba kembali. Apabila mantan pecandu kembali menggunakan
narkoba, maka proses pengobatan melalui rehabilitasi dipandang gagal. Demikian
juga sebaliknya, apabila mantan pecandu tidak kembali menggunakan narkoba
dalam jangka waktu yang lama dan memiliki resistensi yang tinggi terhadap
keinginan menggunakan narkoba, maka proses pengobatan melalui rehabilitasi
dipandang berhasil.
Metode TC, memiliki cara pandang dan langkah-langkah penanganan
tersendiri terhadap residen. Oleh karena itu, peneliti membentuk kerangka
konseptual awal mengenai metode TC yang digunakan dalam proses rehabilitasi.
Konsep awal tersebut adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
Pengguna
Narkoba Therapeutic
Communtiy
Residen memiliki
resistensi yang tinggi
Tidak menjadikan
narkoba sebagai
solusi
Residen memiliki
resistensi yang rendah
Kembali menjadikan
narkoba sebagai solusi
Memilih tidak
kembali
menggunakan
narkoba
Memilih kembali
menggunakan
narkoba
TC
Berhasil
l
Gambar 1. Kerangka Konseptual Awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
F. Kesimpulan Kajian Literatur
Penggunaan metode TC dalam rehabilitasi seharusnya memiliki kesempatan
yang besar untuk bisa membuat residen lebih resisten terhadap keinginan untuk
menggunakan narkoba kembali. Sebab, dalam proses TC, residen diperbaiki dari
dalam diri mereka, agar menjadi pribadi lebih yang lebih matang dan mampu
berfungsi secara utuh, sehingga mereka mampu menghadapi segala masalah
dengan kemampuan mereka sendiri bukan mengandalkan narkotika sebagai jalan
keluar.
Asumsinya apabila proses rehabilitasi hanya menghentikan kecanduan akan
pemakaian sebuah zat tanpa adanya proses memperbaiki individu dari dalam,
seperti memperbaiki perilaku, konsep diri, kognitif, maka individu tidak akan
bertahan lama dalam masa tidak menggunakan obat. Sebaliknya apabila proses
rehabilitasi selain menghentikan proses penggunaan narkoba juga memperbaiki
individu dari dalam dirinya, seperti membentuk kembali konspep kognitif yang
benar, memperbaiki perilaku, dan membangun konsep diri yang baik, maka
individu mantan pengguna narkoba akan lebih mampu untuk menahan diri dari
keinginan menggunakan narkoba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pengantar
Dalam metode penelitian ini, akan dipaparkan mengenai rancangan penelitian
yang digunakan, informan yang terlibat dalam penelitian, fokus utama yang
menjadi sasaran penelitian, serta prosedur yang akan dilalui dalam melakukan
penelitian ini. Selain itu juga dijelaskan apa saja instrumen pengumpulan data
yang peneliti gunakan. Di samping itu, dalam bab ini juga disebutkan refleksivitas
peneliti yang bertujuan untuk menemukan hal-hal subyektif yang mungkin bisa
menghambat proses penelitian.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Therapeutic Community di
Panti Rehabilitasi Kunci Yogyakarta” ini menggunakan metode evaluasi formatif
karena penelitian ini ingin mengetahui proses berjalannya program serta
mengidentifikasi hambatan-hambatan yang terjadi sehingga dapat dilakukan
perbaikan guna mendukung kelancaran pelaksanaan program. Dengan kata lain
evaluasi formatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas program. Dalam
prosesnya, penelitian ini tidak terlepas dari metode kualitatif demi menunjang
pengumpulan data secara rinci dan mendalam (Patton, 2009).
Penelitian evaluasi ini dilakukan dengan melibatkan informan dengan
berbagai latar belakang yang berbeda. Evaluasi dilakukan menggunakan berbagai
sudut pandang sehingga dapat dihimpun informasi yang lebih majemuk. Informasi
yang majemuk dari berbagai latar belakang informan ini akan lebih memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
gambaran yang lengkap mengenai proses berjalannya program. Dengan demikian
evaluasi ini bukan sekedar evaluasi biasa yang umumnya dilakukan dalam
kepengurusan organisasi maupun lembaga.
C. Informan Penelitian
Dalam penelitian ini, informan penelitiannya adalah orang-orang yang terlibat
dalam program TC di panti rehabilitasi Kunci Yogyakarta. Informan tersebut di
antaranya meliputi koordinator panti rehabilitasi, staf pendamping pecandu
narkoba, pecandu narkoba (residen) yang telah mengikuti program TC lebih dari 3
bulan atau yang memasuki tahap akhir rehabilitasi. Pemilihan ketiga kelompok
Informan tersebut dilakukan agar data yang diperoleh lebih akurat. Berikut rincian
parisipan yang akan diteliti:
Tabel 2.
Rincian Informan
D. Fokus penelitian
Penelitian ini berfokus pada program rehabilitasi bagi pecandu narkoba, yaitu
program rehabilitasi dengan metode TC. Dalam TC terdapat konsep pokok
mengenai bagaimana TC memandang berbagai aspek tentang pengguna narkoba.
Konsep pokok tersebut di antaranya adalah pandangan tentang pengguna narkoba,
pandangan tentang manusia pengguna narkoba, pandangan tentang pemulihan dan
cara hidup yang tetap, serta tentang pendekatan komunitas. Konsep pokok
No Informan Jumlah Keterangan
1 Koordinator 1 Pimpinan tertinggi di panti rehabitasi
2 Staf pendamping 2 Konselor yang mendampingi residen
sehari-hari
3 Residen 2 Sudah memasuki masa akhir rehabilitasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
tersebut diambil dari konsep yang dipakai oleh George De Leon dalam bukunya
The Therapeutic Community, Theory, Model and Method. Penelitian ini mencoba
untuk melihat sejauh mana konsep pokok yang dipakai oleh George De Leon
diterapkan dalam TC yang dipergunakan di Panti Rehabilitasi Kunci Nandan.
E. Prosedur Penelitian
Proses penentuan informan perlu dipertimbangkan bersama pihak Panti
Rehabilitasi mengingat perlunya pertimbangan dalam menentukan informan
dalam penelitian ini. Hal ini penting demi menunjang triangulasi sumber data
yang tepat dalam penelitian. Dua orang residen yang menjadi informan adalah
residen yang telah mengikuti rehabilitasi lebih dari 3 bulan atau sudah separuh
waktu menjali program rehabilitasi. Dua staf yang menjadi informan adalah staf
yang dalam kesehariannya mendampingi residen serta menerapkan program TC.
Setiap informan akan dimintai ketersediaanya mengikuti proses wawancara
dengan menandatangani informed consent sebagai bukti telah bersedia menjadi
informan.
Penelitian ini dilakukan di panti rehabilitasi Kunci Yogyakarta. Tempat ini
dipilih karena proses rehabilitasinya, panti rehabilitasi ini menggunakan program
TC sebagai metode penyembuhan bagi pengguna narkobanya. Selain itu
rehabilitasi ini juga merupakan lembaga rehabilitasi swasta yang di kelola oleh
orang-orang yang peduli terhadap kelangsungan korban pengguna narkoba. Hal
tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di tempat ini.
Penelitian ini akan dilakukan selama kurun waktu tiga minggu. Dalam kurun
waktu tersebut akan dilakukan proses pengambilan data dari masing-masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
informan yang telah dipilih. Berikut merupakan rancangan waktu penelitian yang
dibuat peneliti:
Tabel 3.
Waktu dan Proses Penelitian
No Waktu Keterangan Tempat
1 Februari – Maret
2019
Persiapan panduan
wawancara dan observasi
Kampus USD, Paingan
2 26 Maret 2019 Surat Izin Penelitian Kampus USD, Paingan
3 02 April 2019 Penyerahan Surat Izin
Penelitian Dan
Administrasi
Rehabilitasi Kunci
4 12 April 2019 Observasi Dan Wawancara
Dengan Staf 1
Rehabilitasi Kunci
5 12 April 2019 Observasi Dan Wawancara
Dengan Staf 2
Rehabilitasi Kunci
6 11 April 2019 Observasi Dan Wawancara
Dengan Koordinator
Rehabilitasi Kunci
7 11 April 2019 Observasi Dan Wawancara
Dengan Residen 1
Rehabilitasi Kunci
8 11 April 2019 Observasi Dan Wawancara
Dengan Residen 2
Rehabilitasi Kunci
F. Instrumen Pengumpulan Data
Wawancara 1.
Dalam wawancara ini, peneliti dapat melakukan secara face-to-face
dengan informan, mewawancarai informan melalui telepon, atau terlibat
dalam focus group interview yang terdiri dari enam hingga delapan informan
(Creswell, 2013). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
semi struktural, di mana terdapat panduan umum wawancara yang dapat
dikembangkan sesuai dengan jawaban informan.
Berikut panduan pokok wawancara yang akan dilakukan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
Tabel 4.
Pertanyaan Pokok Penelitian
No Pertanyaan Pokok Penelitian
Saya akan menanyakan beberapa hal tentang pandangan anda terhadap
penggunaan narkoba. (Pertanyaan untuk pimpinan dan staf)
1 Menurut anda bagaimana ciri-ciri psikologis pengguna narkoba?
2 Menurut anda apa yang menyebabkan orang menjadi pengguna narkoba?
3 Apa pendapat anda tentang faktor biologis pengguna narkoba, misalnya
tentang detoksifikasi, sakaw, penggunaan obat-obat medis, dan genetika,
otak pengguna narkoba?
Pertanyaan-pertanyaan tadi itu tentang pandangan anda terhadap
penggunaan narkoba.
Pertanyaan berikut ini lebih tentang pandangan anda tentang
manusianya. (Pertanyaan untuk pimpinan dan staf)
1 Menurut anda bagaimana karakteristik kognitif dan perilaku orang yang
menggunakan narkoba?
2 Menurut anda bagaimana persepsi mereka terhadap diri sendiri?
3 Menurut anda bagaimana ciri-ciri emosional pengguna narkoba?
4 Menurut anda bagaiamana ciri-ciri sosial dari si pengguna narkoba?
Penyimpangan sosial apa saja yang biasanya mereka lakukan?
5 Apa saja dan bagaiaman mekanisme pertahanan diri yang dilakukan oleh
penguna narkoba?
6 Bagaimana pandangan anda terhadap orang adiktif?
Kita sudah membicarakan tentang pandangan anda tentang penggunaan
narkoba dan manusia pengguna narkoba. Sekarang saya ingin
menanyakan beberapa hal terkait pandangan anda tentang pemulihan
dan hidup yang tepat. (Pertanyaan untuk pimpinan, staf dan juga
residen. Pertanyaan untuk residen bersifat crosschek terhadap pernyataan
pimpinan dan staf)
1 Menurut anda bagaimana pandangan tentang pemulihan? Bagaiaman
pemulihan bisa terjadi pada pengguna narkoba?
2 Bagaimana pandangan anda tentang gaya hidup yang tepat?
Selanjutnya, ini adalah bagian terakhir. Pertanyaannya terkait dengan
pendekatan yang anda gunakan untuk pelayanan di tempat ini yaitu
pendekatan komunitas.
1 Mengapa terapi komunitas yang dipakai? Dan bagaimana pendangan TC
memandang cara hidup yang baik dan benar?
2 Bagaiaman komunitas bisa menjadi sarana pembelajaran dan
penyembuhan?
3 Apa saja dasar dari metode terapi komunitas ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
Observasi 2.
Dalam observasi ini, peneliti langsung turun ke lapangan untuk
mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian.
Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat semua aktivitas-aktivitas
dalam lokasi penelitian, juga dapat terlibat dalam peran-peran yang beragam,
mulai sebagai non informan hingga informan utuh (Creswell, 2013).
Dokumentasi 3.
Menurut Creswell (2013), selama proses penelitian, peneliti juga bisa
mengumpulkan dokumen-dokumen kualitatif. Dokumen ini bisa berupa
dokumen publik (seperti, koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen
privat (seperti, buku harian, surat dan e-mail).
Keabsahan Data 4.
Demi menunjang keabsahan data, penelitian ini menggunakan tiga
kelompok sumber informasi berbeda yaitu, koordinator panti rehabilitasi, staf
pendamping di panti rehabilitasi dan residen yang sedang menjalani proses
rehabilitasi. Hal disebut teknik triangulasi data. Menurut Denzin dalam Patton
(2009), teknik triangulasi data merupakan salah satu dari empat teknik
triangulasi yang ada, yaitu triangulasi investigator, teori dan metodologis.
Triangulasi data berarti membandingkan/mencek ulang suatu informasi yang
diperoleh melalui sumber yang berbeda (Bachri, 2010). Dengan kata lain
menggunakan beragam sumber data dalam satu kajian (Patton, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
G. Analisis Data
Analisis dan interpretasi data menggunakan analisis isi kualitatif, secara
khusus menggunakan analisis tematik. Menurut Hsieh dan Shanon dalam
Supratiknya (2015), analisis isi kualitatif adalah metode penelitian untuk
menafsirkan secara subjektif isi data berupa teks melalui proses klaisifikasi
sistematik berupa coding atau pengodean dan pengidentifikasian aneka tema atau
pola. Sedangkan analisis tematik menurut Braun & Clarke yaitu:
“thematic analysis is a method for identifying, analysing and reporting
patterns (themes) within data. It minimally organizes and describes your data set
in (rich) detail” (Braun and Clarke, 2006).
Hal ini berarti bahwa analisis tematik merupakan metode untuk
mengidentifikasi, menganalisis, dan melaporkan pola-pola yang ada di dalam data
dengan penjelasan data yang detil dan lebih beragam.
Hasil penelitian dianalisis melalui enam tahapan yaitu
1) Family arising yourself with your data (mengenal data)
2) Generating initial codes (melakukan pengkodean)
3) Searching for themes (mencari tema)
4) Reviewing themes (mereview tema)
5) Defining and naming themes (mendefinisikan dan memberi nama
tema) dan
6) Producing the report (menuliskan hasil).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
H. Refleksivitas Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai penghimpun informasi dan
data-data dalam hubungannya dengan proses evaluasi program TC ini. Peneliti
akan melakukan wawancara dengan masing-masing informan. Peneliti melakukan
observasi dalam setiap proses wawancara maupun dinamika selama penelitian.
Data yang diperoleh juga akan diolah oleh peneliti.
Dalam berjalannya proses evaluasi akan ada kemungkinan munculnya
penilaian secara subjektif dari peneliti. Hal ini dikarenakan bahwa peneliti
bukanlah pecandu narkoba dan bahkan belum pernah menggunakan narkoba.
peneliti juga tidak memiliki kerabat maupun teman dekat seorang pecandu
narkoba. Saat ini peneliti baru mau lulus dalam jenjang sarjana. Kesemuanya itu
kemungkinan munculnya subjektifitas dalam proses penelitian. Peneliti yang tidak
berasal dari lingkungan pecandu narkoba tentu memiliki pandangan berbeda
terhadap orang-orang yang menggunakan narkoba di panti rehabilitasi tersebut.
Jenjang pendidikan yang baru ditingkat sarjana tentu masih banyak kekurangan
dalam keluasan berfikir dan menanggapi sebuah fenomena tersebut. Namun
demikian, untuk meminimalisir munculnya subjektifitas, setidaknya peneliti
pernah beberapa kali bersinggungan dengan pengguna narkoba di panti
rehabilitasi ketika melakukan tugas-tugas perkuliahan di semester sebelumnya.
Hal ini tentu cukup membuat peneliti tahu mengenai dinamika rehabilitasi
pecandu narkoba. Selain itu dalam proses pengolahan data, peneliti akan secara
intensif berkonsultasi dengan pembimbing sehingga penilaian secara subjektif
dapat diminimalisir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
I. Pertimbangan Etis
Penelitian mengenai evaluasi program TC ini melibatkan tidak hanya staf
namun juga residen. Mengingat penelitian ini bertemakan evaluasi dan peneliti
bertindak sebagai evaluator, maka tentu dapat muncul ketidaknyamanan dari
berbagai pihak, meskipun yang dilakukan oleh peneliti hanya mengumpulkan
informasi-informasi dari kegiatan yang telah dilakukan dalam komunitas. Dengan
demikian dapat muncul rasa tidak nyaman saat proses wawancara berlangsung.
Dalam Kode Etik Psikologi, 7.2 Pasal 7 b tentang menghormati hak orang /
lembaga / organisasi / institusi lain, ada tertulis demikian: “Ilmuwan Psikologi dan
Psikolog sama sekali tidak boleh menipu atau menutupi, yang kalau saja
calon/peserta itu tahu dapat mempengaruhi niatnya untuk ikut serta dalam
penelitian tersebut, misalnya kemungkinan mengalami cedera fisik, rasa tidak
menyenangkan, atau pengalaman emosional yang tidak disukai.” Oleh karena itu
infroman berhak tidak menjawab atau menolak wawancara yang akan dilakukan.
Selain itu identitas informan dalam penelitian ini akan disamarkan demi menjaga
kenyamanan informan.
Dengan demikian, sebelum proses wawancara dimulai, maka akan diberikan
informed consent demi mendapatkan persetujuan dan kesediaan informan
mengikuti proses wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengantar
Penelitian dilakukan di Panti Rehabilitasi Kunci Nandan Yogyakarta.
Pengambilan data dilakukan pada awal April hingga pertengahan April tahun
2019. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti memperoleh beberapa
informasi mengenai kegiatan yang ada di Panti Rehabilitasi ini. Berikut adalah
gambaran mengenai pembagian tugas kerja residen (Gambar 2) dan gambaran
mengenai alur pelayanan yang dari awal penerimaan hingga akhir masa
rehabilitasi (Gambar 3):
Gambar 2. Struktur Kerja Untuk Residen di Rehabilitasi Kunci
KOORDINATOR UMUM RKY
STAF PENDAMPING
CHIEF RESIDENT
KEBERSIHAN
RUANG MAKAN &
AULA
KEBERSIHAN
KAMAR
TIDUR
KEBERSIHAN TERAS
& HALAMAN
KEBERSIHAN
DAPUR
Anggota : Anggota : Anggota : Anggota :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
Gambar 3. Alur Pelayanan di Rehabilitasi Kunci Nandan Yogyakarta
PENERIMAAN AWAL
-Wawancara awal
-Pengisian formulir
penerimaan
-Pemeriksaan diri & barang
bawaan
TAHAP INTENSIF
(Rawat Inap ± 2 Bulan)
-Asesmen (Pra - Pasca)
-Manajemen Kasus (T x Plan)
-Konseling Individu
Terstruktur
-Seminar & Terapi Kelompok
-Jurnal & Penugasan Pribadi
-Kelompok Dukungan
-Rekreasi
-Rohani
FASE AWAL
(1 – 2 Minggu Pertama)
-Asesmen (ASI)
-Manajemen Kasus (Rencana
Rawatan)
-Pemahaman adiksi
-Pendidikan Kesehatan Diri
-Pengenalan diri
FASE MADYA
(Minggu ke 3 – 6)
-Pengembangan Rawatan
-Pemahaman Pemulihan
-Pendidikan Kesehatan Diri
-Keterampilan Hidup
-Pencegahan Kekambuhan
FASE AKHIR
(Minggu ke 7-8)
-Pemantapan rencana rawatan
-Pencegahan ke kambuhan
-Keterampilan hidup
-Kelompok bantu diri
-Asesmen akhir
-Dialog Keluarga
-Persiapan pelepasan
TAHAP REGULER
(Rawat Jalan ± 4 bulan)
-Klien sudah pulang ke rumah
-1 s/d 5 hari perminggu
-Konseling, seminar, terapi
kelompok, kelompok
dukungan, kelompok bantu
diri, vokasional, dll
PASCA RAWATAN
Klien sudah selesai menjalani
program Pemulihan Adisksi
Berbasis Masyarakat (PABM)
PRA-REHABILITASI
Orientasi :
Pengenalan program dan skrining
Detoksifikasi & Pemulihan Fisik
(Layanan rujukan bila diperlukan )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
Informan dalam penelitian ini terdiri dari lima orang, yang meliputi tiga
kelompok identitas yaitu pertama penanggung jawab rehabilitasi atau pimpinan
rehabilitasi, kelompok kedua adalah staf rehabilitasi serta yang kelompok terakhir
adalah residen yang sedang dalam masa rehabilitasi. Profil informan adalah
sebagai berikut:
Tabel 5.
Profil Informan
Informan Inisial Keterangan
1 Prabu Prabu adalah pimpinan tempat Rehabilitasi Kunci,
Yogyakarta. Prabu juga adalah seorang biarawan dalam
Tarekat Bruder Karitas.
Prabu adalah seorang laki-laki yang sudah berusia
sekitar lebih dari 40 tahun.
2 Bisma Bisma adalah salah satu staf Rehabilitasi Kunci yang
berperan sebagai konselor adiksi.
Bisma adalah seorang laki-laki, dan berusia sekitar 30
tahun.
Bisma sudah bekerja di panti Rehabilitasi Kunci ini
lebih dari dua tahun.
3 Amba Amba adalah salah satu staf Rehabilitasi Kunci yang
berperan sebagai pekerja sosial.
Amba adalah seorang perempuan dan berusia sekitar
25 tahun, dan sudah bekerja di Panti Rehabilitasi Kunci
ini sekitar satu tahun.
4 Wahmuka Wahmuka adalah seorang remaja laki-laki yang sedang
menempuh Studi di salah satu Perguruan Tinggi di
Yogyakarta, dan memilih tetap tinggal di tempat
Rehabilitasi Kunci. Saat ini residen berusia sekitar 23
tahun.
Wahmuka adalah residen yang sudah menjalani proses
rehabilitasi kurang lebih tiga tahun yang lalu.
Wahmuka berperan sebagai tukang masak di
rehabilitasi ini dan membantu residen lain yang
membutuhkan pertolongan. Dibandingkan residen lain,
Wahmuka merupakan salah satu residen di Rehabilitasi
Kunci yang memiliki kondisi fisik dan psikis sehat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
Informan Inisial Keterangan
5 Arimuka Arimuka adalah seorang remaja laki-laki berusia 24
tahun.
Arimuka adalah residen yang sudah menjalani proses
rehabilitasi selama lebih dari satu bulan. Sama seperti
Wahmuka, Arimuka juga berperan sebagai tukang
masak di Rehabilitasi ini. Dibandingkan residen yang
lain Arimuka juga merupakan salah satu residen yang
memiliki kondisi fisik cukup baik.
B. Hasil dan Pembahasan
Pandangan Tentang Penggunaan Narkoba 1.
Menurut De Leon (2000), apek pandangan terhadap pengguna narkoba
memiliki tiga sub aspek yang meliputi profil klinis, gangguan terhadap
manusia secara menyeluruh, serta pandangan tentang konsep medis. Tiga sub
aspek tersebut setidaknya memiliki lima belas indikator.
a. Profil Klinis
Pada sub aspek profil klinis, De Leon memiliki memiliki empat
indikator, yaitu: 1) Hidup dalam krisis, 2) Ketidak mampuan menjaga
pantang, 3) Disfungsi sosial dan antar pribadi, serta 4) Gaya hidup anti
sosial. Data menunjukkan bahwa indikator ketiga, tentang disfungsi
sosial dan antar pribadi, muncul dari beberapa informan. Pernyataan-
pernyataan informan tersebut sesuai dengan pandangan De Leon
mengenai gambaran pengguna narkoba berdasarkan indikator disfungsi
sosia juga antar pribadi. Berikut ini pernyataan informan terkait
disfungsi sosial dan pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
Menurut Prabu, dalam dunia narkoba meski baru memakai
beberapa kali saja tentu muncul rasa ingin mengulang atau adiksi, hal
ini terjadi akibat kuatnya zat adiktif yang terkandung dalam narkoba.
Menurut Prabu dalam dunia medis, adiksi ini disebut Brain Disease
atau penyakit otak. “Ada bagian otak yang diserang sehingga mereka
tidak bisa pulih dengan normal”, (V1, baris 229-230) ungkap Prabu.
Dengan demikian suatu saat nanti tetap ada kemungkinan akan kambuh
kembali meskipun sudah melewati rehabilitasi. Hal ini juga didukung
oleh informan Bisma yang menyatakan bahwa seorang pencandu itu
membutuhkan waktu recovery seumur hidup. Menurut informan Bisma
juga, orang pengguna narkoba memiliki tiga sifat buruk utama yaitu
yang pertama suka bengong, hal ini ia kaitkan dengan pengaruh obat
yang menyerang otak pengguna narkoba yang berakibat pada
kurangnya kemampuan untuk berkomunikasi. Lalu yang kedua adalah
berbohong, hal ini bertujuan untuk mengelabuhi orang-orang di
sekitarnya demi bisa mendapatkan uang untuk memperoleh narkoba.
Sifat terakhir yaitu „nyolong‟ atau mencuri, yaitu mereka tidak segan-
segan melakukan tindakan kriminal pencurian hanya untuk
mendapatkan uang demi memperoleh narkoba.
b. Gangguan Terhadap Manusia Secara Menyeluruh
Pada sub aspek ini, De Leon m
top related