evaluasi kesesuaian perairan untuk budidaya ikan …digilib.unila.ac.id/54838/3/skripsi tanpa bab...
Post on 08-May-2019
248 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA
IKAN GABUS Channa striata (Bloch,1793) DI SUNGAI PEGADUNGAN
DESA RANTAU JAYA MAKMUR, KECAMATAN PUTRA RUMBIA,
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(SKRIPSI)
Oleh
Adjie Pranata Negara
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN
GABUS Channa striata (Bloch,1793) DI SUNGAI PEGADUNGAN DESA
RANTAU JAYA MAKMUR, KECAMATAN PUTRA RUMBIA,
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
Adjie Pranata Negara
Way Pegadungan merupakan salah satu sungai yang berada di desa Rantau Jaya
Makmur Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian ini dilakukan di Way
Pegadungan karena perairan Way Pegadungan memiliki potensi perikanan yang
relatif tinggi, karena memiliki perairan yang belum tercemar oleh limbah industri
maupun rumah tangga sehingga dapat menunjang aktifitas budidaya perikanan.
Salah satunya adalah budidaya ikan gabus. Beberapa masyarakat di sekitar Way
Pegadungan memiliki KJA untuk penangkaran ikan gabus. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2018 dengan menggunakan metode
deskriptif kuantitatif yang ditujukan untuk mengkaji tingkat kesesuaian perairan
dengan menghitung nilai parameter fisika dan kimia untuk budidaya ikan gabus.
Data yang digunakan meliputi data primer yaitu parameter kesesuaian perairan
berupa nilai kualitas perairan, sedangkan data sekunder berupa peta lokasi
penelitian. Analisis kesesuaian perairan dilakukan dengan metode matching dan
skoring. Kisaran data yang diperoleh adalah kedalaman: 6-7 m, kecerahan: 37,5-
55 cm, suhu: 28-29ºC, pH: 7-8,21, oksigen terlarut : 4,02-6,73 mg/l, arus: 0,14-
0,16 m/s, nitrat: 0,16-0,21 mg/l, fosfat: 0,01-0,025 mg/l, amonia: 0,01-0,065 mg/l,
bahan organik: 6,7-10,76 mg/l. Stasiun pengambilan sampel sebanyak 4 stasiun
yang ditentukan menggunakan global positioning system (GPS). Hasil analisis
pada titik pertama dan keempat pengambilan sampel diperoleh nilai sangat sesuai
(S1) dan pada kedua dan ketiga mendapatkan nilai cukup sesuai (S2).
Kata kunci: Ikan Gabus, Kesesuaian, Sungai Way Pegadungan
ABSTRACT
EVALUATION OF WATERS SUITABILITY FOR SNAKEHEAD FISH
CULTIVATION Channa striata (Bloch, 1793) IN PEGADUNGAN RIVER
RANTAU JAYA MAKMUR SUBDISTRICT PUTRA RUMBIA, CENTRAL
LAMPUNG
By
Adjie Pranata Negara
Way Pegadungan is one of rivers in the village of Rantau Jaya Makmur, Central
Lampung Regency. This research was conducted at Way Pegadungan because the
waters of Way Pegadungan have a relatively high fishery potential, it was not
contaminated by industrial or household waste so that it can support aquaculture
activities. One of them is the cultivation of snakehead. Some people around Way
Pegadungan have floating net for snakehead fish breeding. This research was
carried out in March - May 2018 using quantitative descriptive method for
assessment the level of suitability of the waters by counting the value of physical
and chemical parameters for snakehead fish cultivation. The data used includes
primary data, those are water suitability parameters in the form of water quality
values, while secondary data were research location maps. Water suitability
analysis was carried out using matching and scoring methods. The range of data
obtained were depth: 6-7 m, brightness: 37,5-55 cm, temperature: 28-29ºC, pH: 7-
8,21, dissolved oxygen: 4,02-6,73 mg / l, current : 0,14-0,16 m / s, nitrate: 0,16-
0,21 mg / l, phosphate: 0,01-0,025 mg / l, ammonia: 0,01-0,065 mg / l, organic
matter: 6,7-10,76 mg / l. The result of first and fourth sampling points was
categorized highly suitable (S1) and at the second and third sampling points get
moderate suitable (S2).
Keywords : Snakehead, Water Suitability, Way Pegadungan River
EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN
GABUS Channastriata (Bloch, 1793) DI SUNGAI PEGADUNGAN DESA
RANTAU JAYA MAKMUR KECAMATAN PUTRA RUMBIA
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
ADJIE PRANATA NEGARA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Adjie Pranata Negara dilahirkan di Bandar
Lampung pada tanggal 04 Mei 1995. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari
pasangan Bapak Burlian dan Ibu Jurita.
Penulis mengawali pendidikan dari TK Kartini Durian Payung pada tahun 2000-
2001. Penulis melanjutkan pendidikan formal dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2
Palapa Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007, Sekolah Menengah
Pertama Kartika II-2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010, dan Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN) 8 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun
2013.
Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Program Studi Budidaya
Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian Universitas
Lampung melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) pada tahun 2013 dan menyelesaikan masa studinya pada tahun 2018.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa
Budidaya Perairan Universitas Lampung (HIDRILLA) sebagai anggota Bidang
Minat Bakat pada tahun 2015/2016 dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan
Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Lampung sebagai anggota tenor 1 pada
tahun 2014/2015
Penulis telah melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Rantau Jaya
Makmur, Kecamatan Putra Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari,
yaitu dari bulan Januari - Februari 2017. Selama menikmati masa perkuliahan
penulis mengikuti Praktik Umum (PU) di Dunia Air Tawar (DAT) Taman Mini
Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur dengan judul “Teknik Pembenihan Ikan
Koi (Cyprinus carpio L) di Dunia Air Tawar (DAT) Taman Mini Indonesia
Indah (TMII), Jakarta Timur” pada bulan Juli - Agutus 2017.
Terakhir pada tahun 2018, penulis melakukan penelitian yang berjudul “Evaluasi
Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Ikan Gabus (Channa striata) (Bloch,
1793) di Sungai Way Pegadungan Desa Rantau Jaya Makmur Kecamatan
Putra Rumbia Kabupaten Lampung Tengah” yang terletak di Kecamatan
Putra Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah.
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmannirrahim Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Syukur Alhamdulillah kupanjatkan atas berkat, rahmat dan
karunia yang Allah SWT, ku persembahkan karya ini untuk
kedua Orang Tuaku yang selalu memberikan dukungan dalam
bentuk apapun.
Bapak Burlian dan Ibu Jurita Tercinta
Sebagai tanda bakti, dan rasa terimakasih yang tiada terhingga,
selalu mendoakanku agar selalu menjadi manusia yang lebih
baik.
Saudaraku Maryanto, serta keluarga besar yang telah
memberikan dukungan, motivasi, dan semangat untuk terus
berjuang dalam masa studi.
Sahabat dan adik seperjuangan Leoni Dian P dan teman-
temanku yang telah banyak membantu, memberikan dukungan
dan semangat selama ini.
SERTA
Almamaterku Tercinta “Universitas Lampung”
MOTTO
“Yang menjadikan mati dan hidup,supaya Dia menguji kamu,siapa diantara
kamu yang lebih baik amalnya”
(Al-Mulk/67:2)
“Dream Believe and Make it Happen”
(Agnez Mo)
“Sukses adalah Sebuah Perjalanan, BUKAN Sebuah Tujuan. Usaha sering
Lebih Penting daripada Hasilnya”
(Arthur Ashe)
“STOP SAYING I WISH AND START SAYING I WILL”
(Adjie Pranata Negara)
SANWACANA
Alhamdulillah puji ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan,
kekuatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Evaluasi Kesesuain Perairan Untuk Budidaya Ikan Gabus
(Channa striata) (Bloch,1793) di Sungai Pegadungan Desa Rantau Jaya
Makmur Kecamatan Putra Rumbia Kabupaten Lampung Tengah” sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Universitas
Lampung.
Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan.
3. Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku Ketua Program Studi Budidaya
Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
4. Dr. Ir. Abdullah Aman Damai., M.Si selaku dosen Pembimbing Utama
atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, ilmu, waktu, motivasi,
dukungan serta saran-saran yang membangun dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
5. Herman Yulianto, S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing Kedua yang telah
memberikan ilmu, bimbingan, motivasi, serta saran-saran yang
membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini.
6. Dr. Supono S.Pi., M.Si., selaku Penguji yang telah memberikan masukan,
kritik, dan saran yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung atas segala ilmu yang diberikan selama
ini.
8. Kedua orangtuaku, Bapak Burlian dan Ibu Jurita yang senantiasa
memberikan kasih sayang, cinta, dukungan, pengorbanan, motivasi, serta
doa yang tiada henti demi kelancaran dan kesuksesanku. Kakaku
Maryanto yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
9. Tim penelitian Leoni Dian yang telah membantu, berjuang bersama,
hingga penelitian ini selesai.
10. Sahabat susah senang Rizka Helisia yang telah membantu memberikan
tempat berkeluh kesah dan tim JGHBK yang selalu memberikan semangat.
11. Keluarga desa Rantau Jaya Makmur yang telah membantu sampai
selesainya penelitian ini.
12. Teman-teman seperjuangan Budidaya Perairan angkatan 2013,2014,2015
yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kebersamaanya. Terima
kasih atas segala bantuan, motivasi, dan dukungan selama kita bersama-
sama.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca maupun bagi
penulis. Aamiin.
Bandar lampung, Desember 2018
Penulis,
Adjie Pranata Negara
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian .......................................................................... 2
C. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Ikan Gabus ......................................................................... 5
1.1 Taksonomi dan Morfologi ...................................................... 5
1.2 Habitat dan Penyebaran........................................................... 6
B. Kualitas Air Budidaya Ikan Gabus ................................................... 7
2.1 Parameter Fisika ...................................................................... 7
2.1.1 Suhu ............................................................................... 7
2.1.2 Kecerahan ....................................................................... 8
2.1.3 Kedalaman ...................................................................... 9
iii
2.1.4 Arus ................................................................................. 9
2.2 Parameter Kimia .................................................................... 10
2.2.1 Oksigen Terlarut ......................................................... 10
2.2.2 Fosfat ........................................................................... 11
2.2.3 Nitrat ............................................................................. 11
2.2.4 Derajat Keasaman (pH) ............................................... 12
C. Evaluasi Kesesuaian Perairan ........................................................ 12
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat ........................................................................ 15
B. Alat dan Bahan ............................................................................. 16
C. Metode Penelitian ......................................................................... 17
1.1 Parameter Fisika .................................................................. 17
1.2 Parameter Kimia ................................................................... 18
1.3 Evaluasi Kesesuaian untuk Budidaya Ikan Gabus ................ 20
D. Penilaian untuk Lokasi Budidaya Ikan Gabus .............................. 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum ................................................................................ 24
B. Kualitas Air Sungai Way Pegadungan ............................................ 25
1. Kedalaman ................................................................................ 25
2. Kecerahan ................................................................................. 26
3. Suhu ......................................................................................... 28
4. Derajat Keasaman (pH) ............................................................ 29
iiii
5. Oksigen Terlarut ....................................................................... 31
6. Arus .......................................................................................... 32
7. Nitrat ........................................................................................ 33
8. Fosfat ........................................................................................ 34
9. Amonia ..................................................................................... 35
10.Bahan Organik ......................................................................... 37
C. Kesesuaian Perairan Pada Sungai Way Pegadungan ...................... 38
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 43
B. Saran ........................................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 44
LAMPIRAN ............................................................................................... 48
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kadar Oksigen Terlarut.....................................................................10
2. Stasiun Penelitian............................................................................. 16
3. Alat dan Bahan..................................................................................16
4. Batas-batas nilai kesesuaian perairan .............................................. 24
5. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air .......................................25
6. Pembobotan dan Skoring Lokasi 1 ................................................. 38
7. Pembobotan dan Skoring Lokasi 2 ................................................. 39
8. Pembobotan dan Skroing Lokasi 3 ................................................. 40
9. Pembobotan dan Skoring Lokasi 4 ................................................. 40
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Bagan kerangka pikir dari penelitian .....................................................4
2. Ikan Gabus (Channa striata). .................................................................. 5
3. Peta Lokasi Penelitian .......................................................................... 15
4. Sungai Way Pegadungan....................................................................... 24
5. Nilai Kedalaman Sungai Way Pegadungan ......................................... 25
6. Nilai Kecerahan Sungai Way Pegadungan .......................................... 27
7. Nilai Suhu Sungai Way Pegadungan ................................................... 28
8. Nilai Derajat Keasaman Sungai Way Pegadungan .............................. 30
9. Nilai Oksigen Terlarut Sungai Way Pegadungan ................................ 31
10. Nilai Arus Sungai Way Pegadungan .................................................... 32
11. Nilai Nitrat Sungai Way Pegadungan .................................................. 33
12. Nilai Fosfat Sungai Way Pegadungan ................................................. 35
13. Nilai Amonia Sungai Way Pegadungan ............................................... 36
14. Nilai Bahan Organik Sungai Way Pegadungan ................................... 37
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Titik 1 Lokasi Pengambilan Sampling ....................................................48
2. Titik 2 Lokasi Pengambilan Sampling. ................................................. 48
3. Titik 3 Lokasi Pengambilan Sampling .................................................. 49
4. Titik 4 Lokasi Pengambilan Sampling .................................................. 49
5. Keramba Jaring Apung (KJA) yang belum difungsikan ...................... 50
6. Sungai Way Pegadungan....................................................................... 50
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Lampung Tengah memiliki potensi yang cukup besar bagi pengem-
bangan sektor perikanan, khususnya pada budidaya perikanan dan pengolahan
hasil perikanan. Untuk pengembangan sektor perikanan di daerah ini dapat me-
manfaatkan perairan umum seperti sungai, rawa, waduk, saluran irigasi. Salah
satu jenis komoditas yang potensial dibudidayakan di keramba jaring apung dalam
rangka pemanfaatan perairan sungai adalah ikan gabus.
Upaya peningkatan produksi sumberdaya perairan, tidak hanya dilakukan melalui
usaha penangkapan, tetapi juga melalui budidaya. Salah satunya dengan meng
gunakan keramba jaring apung. Agar kegiatan budidaya air tawar dapat ber-
kembang dengan baik, diperlukan analisis penentuan lokasi yang sesuai serta
didukung oleh analisis data kondisi perairan yang ideal.
Ikan gabus merupakan ikan air tawar yang dapat dijumpai di perairan sungai,
danau, rawa, bahkan perairan dengan kandungan oksigen yang rendah (Yulisman
et al., 2012). Ikan gabus dalam bahasa Inggris juga disebut dengan berbagai nama
seperti common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, striped
snakehead dan juga aruan.
Salah satu daerah yang berpotensi dijadikan tempat budidaya ikan gabus ini yaitu
daerah Kabupaten Lampung Tengah tepatnya di sungai Way Pegadungan. Daerah
2
ini belum dimanfaatkan optimal oleh pemerintah untuk aktivitas budidaya ikan.
Daerah ini juga terkenal memiliki banyak organisme dan keanekearagaman yang
baik karena belum tercemar oleh limbah industri maupun rumah tangga. Di sungai
Way Pegadungan juga sudah ada beberapa Keramba Jaring Apung (KJA) meski-
pun belum difungsikan. Di lain sisi sudah terdapat keramba tradisional milik mas-
yarakat setempat tetapi hasilnya belum optimal dikarenakan masyarakat meng-
gunakan keramba sebagai tempat penampungan ikan. Budidaya yang terdapat di
sungai Way Pegadungan antara lain adalah budidaya ikan baung, gabus, nila akan
tetapi pemanfaatan lokasi budidaya belum maksimal, sehingga hasil produksi
yang ada belum cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.
Evaluasi kesesuaian perairan berperan sangat penting dalam menunjang keber-
hasilan budidaya ikan dimana setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-
beda. Pengembangan budidaya ikan gabus di Kecamatan Putra Rumbia Kabu-
paten Lampung Tengah akan mengalami keberhasilan jika dilakukan ber-dasarkan
analisis kesesuaian perairan untuk budidaya ikan. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian mengenai evaluasi kesesuaian perairan dalam rangka men-ciptakan
peluang usaha dan kesejahteraan masyarakat di Desa Rantau Jaya Makmur
Kecamatan Putra Rumbia Kabupaten Lampung Tengah untuk budidaya ikan
gabus.
B. Tujuan Penelitan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kesesuaian perairan untuk bu-
didaya ikan gabus di Sungai Way Pegadungan Desa Rantau Jaya Makmur Kecam-
atan Putra Rumbia Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan parameter fisika dan
kimia.
3
C. Kerangka Pemikiran
Way Pegadungan memiliki potensi yang baik untuk budidaya ikan gabus dengan
cara keramba jaring apung. Selain itu, belum optimalnya pemanfaatan perairan
Way Pegadungan oleh pembudidaya merupakan bagusnya prospek usaha budi-
daya ikan gabus.
Hal ini tercermin dari adanya beberapa keramba untuk memelihara ikan gabus
(penampungan). Potensi budidaya ikan gabus dengan menggunakan keramba
jaring apung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya
untuk dapat diperoleh hasil budidaya yang maksimal perlu dilakukan analisis
kesesuaian terlebih dahulu.
Evaluasi kesesuaian perairan digunakan untuk menduga serta menilai sejauh mana
potensi sumberdaya perairan dapat dimanfaatkan. Kerangka dasar dari evaluasi
perairan adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu peng-
gunaan perairan tertentu dengan sifat sumberdaya yang ada pada perairan ter-
sebut.Secara umum kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
4
Bagan Kerangka pikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
PEMANFAATAN PERAIRAN DI WAY
PEGADUNGAN
DESA RANTAU JAYA MAKMUR KECAMATAN PUTRA
RUMBIA
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
BUDIDAYA IKAN GABUS (Channa striata)
DATA PARAMETER FISIKA &
KIMIA PERAIRAN TAWAR
ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN
UNTUK BUDIDAYA IKAN GABUS (Channa
striata)
DENGAN METODE MATCHING DAN
SKORING
TINGKAT KESESUAIAN
PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Ikan Gabus (Channa striata)
1.1 Taksonomi dan Morfologi
Klasifikasi ikan gabus menurut Alfarisy (2014) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformis
Family : Channidae
Genus : Channa
Species : Channa striata
Gambar 2. Ikan Gabus Menurut Bloch,1793 (fishbase.org)
6
Ikan gabus mempunyai ciri-ciri seluruh tubuh dan kepala ditutupi sisik sikloid dan
stenoid. Bentuk badan hampir bundar dibagian depan dan pipih tegak ke arah
belakang sehingga disebut ikan berkepala ular (snake head), panjang dan semakin
ke belakang semakin pipih (compressed) (Makmur et al., 2003).
Ikan gabus memiliki daya tahan yang tinggi untuk tetap hidup diberbagai lokasi
seperti di kolam air maupun limbah, dan dapat hidup dengan baik karena kaya
akan makanan (plankton). Memelihara ikan gabus sesuai dengan sifat hidupnya,
maka hasil budidaya yang diperoleh tentu akan lebih baik (Kordi, 2010). Syarat
lokasi budidaya gabus yang pas adalah sebagai berikut :
1. daratan rendah yang pH airnya netral atau agak alkalis (pH rendah), yaitu
antara 7 sampai 7,59.
2. daerah yang letaknya kurang 800 meter dari permukaan laut.
3. tempat yang suhu optimum airnya antara 28-31ºC.
Menurut Alfarisy (2014), bukaan mulut ikan gabus lebar dan memiliki 4–7 gigi
pada bagian rahang bawah. Bagian belakang gigi terdadapat gigi villiform yang
melebar sampai 6 baris pada bagian belakang rahang. Sisik dibagian atas kepala
berukuran besar, melingkar, berhimpitan, dan sisik kepala dibagian depan sebagai
pusatnya, 9 baris sisik terdapat diantara bagian preoperculum dan batas posterior
dari lingkaran yang terdiri dari 18-20 sisik predorsal, 50-57 sisik dibagian lateral
yang biasa disebut sebagai sisik orbit.
1.2 Habitat dan Penyebaran
Ikan gabus merupakan ikan air tawar yang dapat dijumpai di perairan sungai,
danau, rawa, bahkan perairan dengan kandungan oksigen yang rendah (Yulisman
et al., 2012). Ikan gabus dalam bahasa Inggris juga disebut dengan berbagai nama
7
seperti common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, striped snake-
head dan juga aruan.
Ikan gabus umumnya didapati pada perairan dangkal dengan kedalaman 40 cm,
tempat yang gelap, berlumpur, berarus tenang, dan di wilayah bebatuan untuk ber-
sembunyi. Ikan ini dapat juga ditemui di saluran-saluran air hingga ke sawah-
sawah. Ikan gabus termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang mempunyai peny-
ebaran yang luas, dan secara alami dapat hidup di danau, sungai, rawa air tawar,
dan sawah (Tjahjo et al., 1998).
B. Kualitas Air
Kualitas air dan tanah sebagai dasar penentuan kesesuaian lahan budidaya untuk
pemeliharaan ikan gabus merupakan proses dalam pendugaan potensi sumber-
daya lahan dan menilai kualitas air. Dengan membandingkan persyaratan yang
diperlukan untuk budidaya ikan gabus dengan sifat karakteristik sumberdaya la-
han di wilayah yang diteliti.
Sebelum melakukan kegiatan budidaya sebaiknya kualitas air di perairan tersebut
di periksa dan dianalisis kandungan yang terdapat di perairan tersebut dengan cara
mengambil datanya, selanjutnya dibandingkan masing–masing data tersebut yang
dapat mendukung atau tidaknya untuk dilaksanakan budidaya. Terdapat parameter
utama yang bisa diambil data parameternya, yaitu parameter fisika dan kimia
(Kordi, 2010).
2.1 Parameter Fisika
2.1.1 Suhu
Suhu memegang peranan penting dalam berbagai aktivitas kimia dan fisika per-
airan. Aktivitas kimia dan fisika seringkali mengalami peningkatan dengan
8
naiknya suhu. Tingkat oksidasi senyawa organik jauh lebih besar pada suhu tinggi
dibanding pada suhu rendah. Hal ini dipengaruhi oleh luas permukaan dan volume
airnya. Kisaran suhu terbesar terdapat pada permukaan perairan dan akan semakin
kecil mengikuti kedalaman (Harvey et al., 1993).
Suhu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lama penyinaran matahari, per-
tukaran suhu antara air dengan lingkungan luar, ketinggian geografis dan banyak-
nya kanopi. Selain itu dipengaruhi juga oleh faktor aktifitas manusia seperti lim-
bah pabrik dan limbah rumah tangga (Sudarmadji et al., 2009).
2.1.2 Kecerahan
Kecerahan pada suatu perairan dapat dikatakan sebagai kemampuan cahaya untuk
menembus lapisan air kedalam suatu perairan. Kecerahan sangat penting bagi per-
airan alami terutama dalam proses fotosintesis yang mempengaruhi produktivitas
primer perairan.
Kekeruhan air dan warna air sangat sangat berpengaruh dalam kecerahan. Kece-
rahan juga sebagai ukuran transparansi di perairan, yang dapat ditentukan dengan
indera penglihatan dengan alat yaitu secchi disk (Effendi, 2003 ). Rendah dan
tingginya kecerahan disebabkan oleh nilai fosfat pada permukaan air, dimana
fosfat merupakan sumber nutrisi utama bagi pertumbuhan plankton, alga dan
mikroorgaisme nabati lainnya sehingga terjadi peningkatan populasi secara masal
pada permukaan air. Hal ini memberi dampak terhadap rendahnya penetrasi ca-
haya yang masuk ke perairan.
9
2.1.3 Kedalaman
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air di perairan tersebut.
Perairan yang dangkal akan lebih mudah terjadi pengadukan dasar karena adanya
pengaruh dari gelombang (Muhtadi, 2008).
Kedalaman suatu perairan berhubungan erat dengan produktivitas, suhu vertikal,
penetrasi cahaya, densitas, kandungan oksigen, serta unsur hara (Hutabarat dan
Evans, 2008). Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap biota yang
dibudidayakan. Hal ini berhubungan dengan tekanan yang diterima di dalam air,
sebab tekanan bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman (Nybakken,
1992).
2.1.4 Arus
Pergerakan air mampu memberikan perubahan lingkungan yang dialami oleh
ikan. Adanya pergerakan air akan mengakibatkan distribusi dari faktor lingkungan
berupa suhu, oksigen, karbondioksida maupun yang lainnya menjadi lebih merata,
bahkan penyerbaran makanan pun juga merata. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Agung (2016) menyatakan terdapat perubahan tingkah laku dari ikan betutu
yang diberi arus. Pemeliharaan yang dilakukan selama 56 hari menunjukkan
adanya pertumbuhan bobot dari hasil penelitian yang menggunakan arus 0,12 m/s
mengalami peningkatan yang paling besar, kemudian secara berturut-turut
perlakuan dengan arus 0,09 m/s, 0,06 m/s, dan tanpa arus. Hal ini mengin-
dikasikan adanya rangsangan untuk capat tumbuh dengan semakin besarnya
kecepatan arus air yang diberikan. Arus yang diberikan akan merangsang ikan
untuk bergerak dan menyebabkan semakin cepat tumbuh. Hal tersebut diperkuat
dengan peryataan Tajerin et al. (2000), ikan yang aktif bergerak akan mengalami
10
perkembangan otot yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang lebih banyak
diam sehingga pergerakan aktif akan memacu perkembangan otot menjadi lebih
cepat.
2.2 Parameter Kimia
2.2.1 Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut adalah parameter untuk kualitas perairan. Kehidupan perairan
harus memiliki oksigen terlarut (DO) minimal 5 mg oksigen setiap liter air (5
ppm). Menurut Yuliati et al. (2005), oksigen terlarut diperlukan untuk mende-
komposisi limbah organik dalam perairan. Pada perairan yang terbuka, oksigen
terlarut berada pada kondisi alami, sehingga jarang dijumpai kondisi perairan
terbuka yang miskin oksigen (Amidarhana, 2001).
Oksigen terlarut adalah faktor yang memegang kehidupan bagi organisme. Pe-
rubahan yang terjadi ketika oksigen terlarut akan menyebabkan organisme mati,
ataupun secara tidak langsung akan menyebabkan toksisitas yang akan mencemari
lingkungan berdampak akan membahayakan organisme di dalamnya. Hal ini ter-
jadi karena proses metabolisme dan perkembangan tubuh membutuhkan oksigen
(Romimuhtarto, 1991). Kadar oksigen terlarut dan pengaruhnya pada kelang-
sungan hidup ikan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kadar Oksigen Terlarut dan Pengaruh Pada Kelangsungan Hidup Ikan
Kadar Oksigen
Terlarut (mg/l)
Pengaruh Terhadap Kelangsungan Hidup Ikan
< 0.3 Hanya sedikit yang bertahan
0.3 – 1.0 Akan menyebabkan kematian pada ikan jika
berlangsung lama.
1.0 – 5.0 Ikan akan hidup pada kisaran ini tetapi pertumbuhannya
akan lambat, bila berlangsung lama.
> 5.0 Pada kisaran ini, hampir semua organisme akuatik
menyukainya.
(Sumber, Effendi.2003)
11
2.2.2 Fosfat
Fosfat terlarut biasanya dihasilkan oleh masukan bahan organik melalui darat
atau juga dari pengikisan batuan fosfor oleh aliran air dan dekomposisi organisme
yang sudah mati. Fosfat dalam bentuk larutan dikenal dengan orthofosfat dan me-
rupakan bentuk fosfat yang digunakan oleh tumbuhan dan fitoplankon. Oleh
karena itu, dalam hubungan dengan rantai makanan diperairan ortofosfat terlarut
sangat penting (Muslim, 2007).
Peningkatan fosfat akan menyebabkan timbulnya eutrofikasi pada suatu ekosistem
perairan yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut, diikuti
dengan timbulnya kondisi aerob yang menghasilkan berbagai senyawa toksik
misalnya nitrit sehingga dapat menyebabkan kematian organisme perairan. Per-
tukaran energi dari organisme yang sangat dibutuhkan dalam jumlah sedikit yang
didapatkan dari fosfat, sehingga fosfat berfungsi sebagai faktor pembatas bagi per-
tumbuhan organisme (Barus, 2004).
2.2.3 Nitrat
Menurut Winanto (2004), nitrat merupakan suatu unsur penting dalam sintesis
protein pada tumbuhan. Jumlah nitrat yang berlebih akan menyebabkan kurang-
nya oksigen terlarut di perairan dan menyebabkan banyak organisme yang mati.
Oksigen terlarut (DO) adalah salah satu Faktor yang mempengaruhi nitrat. Salmin
(2005), menyatakan bahwa dalam kondisi konsentrasi oksigen terlarut (DO)
sangat rendah akan terjadi proses kebalikan dari nitrifikasi yaitu suatu proses
denitrifikasi dimana nitrat melalui nitrit akan menghasilkan nitrogen bebas yang
pada akhirnya akan menurunkan kandungan nitrat. Pemukiman penduduk mampu
mempengaruhi nilai Nitrat di perairan. Kadar nitrat dalam perairan terlebih
12
banyak dipengaruhi oleh pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas
manusia dan kotoran hewan (Effendi, 2003).
Nitrat (NO3) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat merupakan
salah satu senyawa nutrien yang penting dalam sintesa protein hewan dan tum-
buhan. Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan
dan perkembangan organisme perairan apabila didukung oleh ketersediaan nutr-
ien. Kadar nitrat yang baik untuk budidaya air tawar adalah ≤ 2 mg/L.
2.2.4 Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman suatu perairan, baik tumbuhan maupun hewan sehingga sering
dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya suatu perairan.
Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen ( ) yang
mencirikan keseimbangan asam dan basa. Faktor-faktor yang perubahan pH di
perairan yaitu aktivitas fotosintesis dan aktivitas respirasi. Dengan adanya per-
ubahan pH ini dapat menyebabkan perubahan pula pada budidaya ikan.
Nilai pH biasanya dipengaruhi oleh laju fotosintesis, buangan industri serta lim-
bah rumah tangga (Sastrawijaya, 2000). Nilai pH air yang dapat ditoleransi oleh
ikan Gabus (Channa striata) berkisar antara 5–11, sedangkan pertumbuhan
optimal terjadi pada pH 7–8 (SNI, 2000).
C. Evaluasi Kesesuaian Perairan
Evaluasi kesesuaian perairan adalah suatu proses pendugaan potensi perairan yang
telah dipertimbangkan menurut kegunaannya dan membandingkan serta mengin-
terprestasikan serangkaian data dari hasil suatu perairan yang dikaji. Tujuannya
adalah untuk mengetahui kondisi perairan tersebut berdasarkan parameter yang
13
akan di uji. Parameter tersebut antara lain, kecerahan, suhu permukaan, oksigen
terlarut (DO), pH, nitrat, fosfat ,kecepatan arus, topografi, vegetasi, kualitas tanah,
klimat, transportasi dan pemasaran (Supratno, 2006).
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan beberapa persyaratan penggunaan
lahan perairan dengan karateristik yang ada dan terkualifikasi, sehingga dinilai
apakah masuk kedalam kelompok yang sesuai atau tidak kedalam penggunaan
perairan yang akan dikaji. Sebaliknya, apabila karakteristik lahan tersebut dinya-
takan tidak sesuai maka perairan tersebut tidak dapat digunakan (Hardjowigeno,
2003 dalam Supratno. 2006).
Evaluasi kesesuaian perairan dapat menggunakan beberapa metode yang serupa.
Menurut Hadmoko (2012), beberapa metode klasifikasi kemampuan lahan adalah
sebagai berikut:
1. Metode kualitatif/deskriptif
Metode ini didasarkan pada analisis visual/pengukuran yang dilakukan lang-
sung di lapangan yang telah disepakati. Metode ini bersifat subyektif dan
pada beberapa kasus tergantung pada kemampuan peneliti dalam meng-
analisis.
2. Metode matching
Metode ini didasarkan pada pencocokan yang terjadi antara kriteria kese-
suaian lahan terhadap data kualitas lahan. Evaluasi kemampuan lahan dengan
cara matching dilakukan dengan mencocokkan antara karakteristik lahan
dengan syarat penggunaan lahan tertentu.
14
3. Metode pengharkatan (scoring)
Metode ini didasarkan pada pemberian nilai pada masing-masing satuan lahan
yang sesuai dengan karakteristiknya dan telah didapatkan hasil yang sudah
sesuai pada lahan tersebut.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2018. Tahapan
yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pengambilan data yang meliputi data
primer dan data sekunder yang bertempat di Way Pegadungan Kecamatan Putra
Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Analisis data dilakukan
di Laboratorium Kualitas Air, Jurusan Kesehatan Lingkungan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Tanjung Karang. Peta lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta lokasi penelitian
16
Koordinat pengambilan sampel dicatat dengan bantuan global positioning system
(GPS) dengan format (latitude; longitude).
Tabel 2. Stasiun Penelitian
No. Kordinat Stasiun Penelitian
Keterangan LS BT
1. 4º 51’ 79,3” 105º 35’ 95,8” Aliran Hulu (Keramba
Tradisional)
2. 4º 51’ 167,5” 105º 36’ 232” Aliran Inlet Oulet
Persawahan
3. 4º 51’ 183,5” 105º 37’ 76,8” Rawa-rawa dan Hutan
Way Kambas
4. 4º 50’ 9,1” 105º 38’ 343” Aliran Hilir (Keramba
Jaring Apung )
B. Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Peralatan yang digunakan dalam Penelitian
Variabel Satuan Alat Keterangan
Suhu oC Thermometer In situ
Derajat Keasaman (pH) Multiparameter In situ/Lab
Arus m/s Baling-baling,
stopwatch
In situ
Kecerahan meter Secchi Disk In situ
Kedalaman meter Secchi Disk In situ
Oksigen Terlarut (DO) mg/l Multiparameter In situ
Fosfat mg/l Spectrofotometer Laboratorium
Nitrat mg/l Spectrofotometer Laboratorium
Bahan Organik (Total
Organic Matter)
Amonia (NHᴣ)
mg/l
Sepectrofotometer
Spectrofotometer
Laboratorium
Laboratorium
Koordinat Lapangan GPS In situ
17
C. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, dengan melakukan pengamatan terhadap
kualitas perairan yang meliputi parameter fisika dan kimia perairan. Penelitian ini
dilaksanakan pada lokasi zona pemanfaatan umum Way Kambas tepatnya di Way
Pegadungan, Kecamatan Putra Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi
Lampung.
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan sekun-
der. Data primer meliputi data kualitas air sungai Way Pegadungan. Sedangkan
pengumpulan data sekunder meliputi peta rupa bumi.. Penentuan titik pengamatan
dirancang dengan menggunakan metode purposive sampling. Lokasi pengambilan
sampel sebanyak 4 stasiun yang mewakili semua kondisi perairan lokasi
penelitian.
1.1 Parameter Fisika
Parameter fisika yang diukur adalah sebagai berikut :
1. Suhu
Pengukuran suhu di perairan dilakukan dengan menggunakan thermometer, lalu
thermometer dimasukan kedalam perairan yang akan diamati, kemudian setelah
mendapatkan hasilnya dicatat.
2. Arus
Pengukuran menggunakan baling-baling yaitu hitung waktu yang dibutuhkan
sampai tali rafia yang diikatkan ke baling-baling sepanjang 1m tersebut lurus
dengan menggunakan stop watch. Pada pengukuran arus dilakukan pengulangan
di tempat yang berbeda.
18
3. Kecerahan
Pengukuran kecerahan perairan dilakukan dengan menggunakan secchi disk, ke-
mudian secchi disk dikaitkan dengan pemberat agar secchi disk dapat tenggelam
untuk melihat tingkat gelap atau terang perairan dalam secchi disk, kemudian se-
telah mendapatkan hasilnya dicatat.
4. Kedalaman
Pengukuran kedalaman perairan dilakukan dengan menggunakan secchi disk,
secchi disk digunakan sebagai pemberat dengan tali pengukuran yang sudah diten-
tukan jarak 1 meter sebelumnya, kemudian secchi disk dimasukkan kedalam per-
airan yang akan diamati. Setelah itu dilihat kedalaman yang didapatkan pada saat
pengukuran lalu hasil yang didapatkan dicatat.
Semua parameter fisika tersebut diukur secara langsung (in situ) pada tiap titik
sampling di Way Pegadungan Kecamatan Putra Rumbia Kabupaten Lampung
Tengah Provinsi Lampung.
1.2 Parameter Kimia
Parameter kimia yang diukur adalah sebagai berikut :
1. Oksigen Terlarut (DO)
Pengukuran oksigen terlarut (DO) diukur secara in situ dengan menggunakan
water Multiparameter. Sebelum menggunakan alat ini harus dikalibrasi meng-
gunakan aquades terlebih dahulu setelah itu, Multiparameter dimasukkan kedalam
air yang akan diamati, lalu nilai DO akan muncul pada alat. Kemudian catat hasil-
nya.
19
2. Derajat keasaman (pH)
Pengukuran derajat keasaman (pH) diukur secara in situ dengan menggunakan
Multiparameter. Sebelum menggunakan alat ini harus dikalibrasi menggunakan
aquades terlebih dahulu setelah itu, Multiparameter dimasukkan kedalam air yang
akan diamati, lalu nilai pH akan muncul pada alat. Kemudian catat hasilnya.
3. Nitrat (NOᴣ)
Pengukuran nitrat dilakukan di Laboratorium Kualitas Air, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Jurusan
Kesehatan Lingkungan. Cara kerja yang digunakan untuk mengukur nitrat dapat
menggunakan spectrofotometer (SNI 19 6964.7-2003).
4. Amonia (NHᴣ)
Pengukuran amonia dilakukan di Laboratorium Kualitas Air, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Jurusan
Kesehatan Lingkungan. Cara kerja yang digunakan untuk mengukur Amonia
dalam setiap sampel dapat dengan menggunakan spectrofotometer (SNI 19-
6964.3-2003).
5. Bahan Organik
Pengukuran nitrat dilakukan di Laboratorium Kualitas Air, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Jurusan
Kesehatan Lingkungan. Cara kerja yang digunakan untuk mengukur nitrat
dapat menggunakan spectrofotometer (APHA. 2005. 4500. KMnO4).
6. Fosfat (PO4)
Pengukuran kadar fosfat dilakukan di Laboratorium Kualitas Air, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Jurusan
20
Kesehatan Lingkungan. Cara kerja yang digunakan untuk mengukur fosfat dapat
menggunakan spectrofotometer (SNI 06-6989.31-2005).
1.3 Evaluasi Kesesuaian Perairan
Evaluasi kesesuaian perairan digolongkan kedalam beberapa kelas. Hal ini dilaku-
kan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian perairan untuk budidaya
perikanan khususnya untuk ikan gabus apakah benar benar layak atau sebaliknya.
Matrik kesesuaian perairan disusun berdasarkan dari analisis keruangan melalui
scoring dan faktor pembobot. Hasil dari scoring dan pembobot dievaluasi sehing-
ga akan didapat kelas kesesuaian yang menggambarkan tingkat kelayakan dari
suatu bidang untuk penggunaan tertentu. Menurut Trisakti (2003) tingkat dari
kesesuaian perairan dibagi menjadi empat kelas, yaitu:
1) Kelas S1 : Sangat Sesuai (Hightly Suitable) Nilai 85-100%
Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan
perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak
berarti atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap penggunaannya
dan tidak akan menaikkan masukan atau tingkat perlakuan yang
diberikan.
2) Kelas S2 : Cukup Sesuai (Moderately Suitable) Nilai 75-84%
Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk
mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas
ini akan meningkatkan masukan atau tingkat perlakuan yang diper-
lukan.
21
3) Kelas S3 : Sesuai Marginal (Marginally Suitable) Nilai 65-74%
Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk mem-
pertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas akan
lebih menigkatkan masukan atau tingkatan perlakuan yang diperlukan.
4) Kelas N : Tidak Sesuai (Not Sutable) Nilai < 65%
Daerah ini mempunyai pembatas permanen, sehingga mencegah segala
kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.
Matrik kesesuaian perairan disusun melalui beberapa kajian pustaka dan per-
timbangan teknis budidaya, sehingga diketahui peubah syarat yang dijadikan
acuan dalam pemberian bobot. Karena itu, peubah yang dianggap penting dan
dominan menjadi dasar yang kurang dominan. Untuk melihat keberadaan peubah
di atas, maka hubungan antar beberapa peubah dominan yang mungkin terjadi ter-
hadap peubah syarat, diperlukan sebagai data penunjang. Hubungan tersebut
dianalisis menggunakan model matematika regresi berganda (multiple regression)
yaitu persamaan regresi dengan menggunakan dua atau lebih variable independen.
D. Penilaian untuk Lokasi Budidaya Ikan Gabus
Sistem penilaian atau skoring untuk mengetahui tingkat kelayakan perairan untuk
budidaya ikan gabus dapat disusun dengan matrik kesesuaian perairan. Metode
skoring digunakan untuk pembobotan pada setiap parameter, dikarenakan setiap
parameter memiliki andil yang berbeda dalam menunjang kehidupan suatu komo-
ditas.
Matrik kesesuaian perairan disusun dengan sistem penilaian atau skoring untuk
mengetahui tingkat kelayakan perairan untuk budidaya ikan gabus yang disajikan
pada Tabel 4.
22
Tabel 4. Batas-Batas Nilai Kesesuaian Perairan dalam Budidaya Ikan Gabus
Variabel Kisaran Batas Nilai
(A)
Bobot
(B)
Skor
Maksimal
(AxB)
Sumber
Kedalaman
Perairan
(meter)
6-8
2-5 dan 9-10,5
<1 dan >10,6
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
3 15
Muflikhah
(2007) ;
Wibisono
(2005)
Kecerahan
(cm)
30 – 40
20 -29 dan 41-
55
< 19 dan >56
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
3 15
Muflikhah
(2007); BSN (
2009) ; Sunarso
(2008)
Amonia
(mg/l)
0,3-0,4
0,013-0,2 mg/l
dan 0,5-0,7
mg/l
<0,012 - >0,8
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
3 15 Santoso (2009);
Kordi, (2013)
Suhu Perairan
(° C)
26-28
22-25 dan 29 –
30
<21 dan >31
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
3 15
Effendi (2003);
PP No. 82
Tahun 2001;
Sunarso (2008)
; Evalawati et
al. (2001)
Oksigen
Terlarut
(mg/l)
4-7
1-3 dan 8-10
< 1 dan >11
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
2 10
Effendi,
(2003),Silalahi
(2010); PP No.
82 Tahun
2001; Sunarso
(2008); Rustam
(2010)
pH
6 - 8
4,5-5 dan 9–
9,5
<4 dan > 10
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
2 10
Khoir (2008);
Sastrawijaya,
(2000); Arifin
(2003)
Arus
(m/s)
0,12–0,20
0,07 – 0,11
dan 0,21–0,26
< 0,06 - >0,27
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
1 5
Pusdatin KKP
(2015); Rustam
(2010)
23
Variabel Kisaran Batas Nilai
(A)
Bobot
(B)
Skor
Maksimal
(AxB)
Sumber
Nitrat
(mg/l)
0,08- 1 0,04 - 0,07 dan
1,1–1,5
<0,03 dan >1,6
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai) 1 (Tidak Sesuai)
1 5
Effendi, 2003;
PP No. 82
Tahun 2001;
Sunarso (2008);
Winanto (2004)
Bahan
Organik
(mg/l)
7,6 – 9,0 mg/l
5,5 - 7,5 dan
9,1 – 10,5 mg/l
< 5,4 - >10,6
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai) 1 (Tidak Sesuai)
1 5
Bijaksana
(2008);
Gustiano et al.,
(2013)
Fosfat
(mg/l)
0,2 – 0,5 mg/l 0,01-0,1 mg/l
dan 0,6-0,7 <0,01 mg/l -
>0,8 mg/l
5 (Sesuai)
3 (Cukup Sesuai) 1 (Tidak Sesuai)
1 5
KLH (2004) ;
Wardoyo
(2002);
Sastrawijaya,(2
000); Sulastri
(2004)
TOTAL
SKOR
MAKSIMAL
100
1. Angka Penilaian berdasarkan petunjuk DKP (2002), yaitu: 5 : Baik
3 : Sedang
1 : Kurang
2. Bobot berdasarkan petunjuk Kangkan (2006), yaitu pertimbangan pengaruh variabel dominan.
selanjutnya dipakai untuk menentukan klas kesesuaian lahan budidaya ikan
gabus berdasarkan karakteristik kualitas perairan dan dapat dihitung dengan per-
hitungan (DKP, 2002) :
Berdasarkan rumus dan perhitungan diatas diperoleh nilai (skor) kesesuaian
lahan sebagai berikut (Cornelia, 2005) :
86 – 100 = Sangat Sesuai (S1)
76 – 85 = Cukup Sesuai (S2)
66 – 75 = Sesuai Marginal (S3)
0 – 65 = Tidak Sesuai (N)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sungai Pegadungan tergolong pada kesesuaian perairan kelas sangat sesuai (S1)
untuk budidaya ikan gabus pada lokasi pengambilan sampel pada titik pertama
dan keempat sedangkan pada lokasi pengambilan sampel pada titik kedua dan
ketiga mendapatkan nilai kesesuaian perairan kelas cukup sesuai (S2) sehingga
perairan sungai pegadungan sesuai untuk dilakukan kegiatan budidaya ikan gabus.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui daya dukung dandaya
tampung perairan sungai pegadungan untuk komoditas budidaya ikan gabus agar
hasil yang didapat optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Alfarisy, M. Ulya. 2014. Pengaruh Jenis Kelamin dan Ukuran Terhadap Kadar
Albumin Pada Ikan Gabus (Channa striata). Skripsi. Surabaya. Institut
Teknologi Sepuluh November.
Almaniar, S. 2011. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gabus
(Channa striata) pada pemeliharaan dengan padat tebar yang berbeda.
Skripsi. Fakultas Pertanian Program Studi Budidaya Perairan Universitas
Sriwijaya. Indralaya (tidak dipublikasikan).
Amidarhana A. 2001. Analisis Produktivitas Usaha Budidaya Ikan Dalam
Keramba Jaring Apung Di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta,
Propinsi Jawa Barat.Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Arief, Muchlisin. 2013. Pengembangan Metode Lyzenga untuk Deteksi Terumbu
Karang di Kepulauan Seribu dengan Menggunakan Data Satelit AVNIR-
2. Jakarta: LAPAN
Arifin, T., Yulius., Ismail, F. 2003. Kondisi arus pasang surut di perairan pesisir
kota Makassar , Sulawesi Selatan. Jurnal ISSN 2089-7790. Vol. Depik,
1(3): 183-188.
Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Barus, T.A. 2001. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Sungai dan
Danau. Program Studi Biologi USU FMIPA. Medan.
Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.
Medan: USU Press.
Bijaksana U. 2008. Kajian Perubahan Ketinggian Air pada Perkembangan Gonad
Ikan Gabus Channa striata di dalam Wadah Budidaya. Simposium
Nasional Bioteknologi dalam Akuakultur II 2008. Departemen Budidaya
Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Bloch.1793.Species Fact Sheets Channa striata. FAO : Fisheries and Aquaculture
Department.
Cornelia, M. 2005. Prosedur dan Spesifikasi Teknis Analisis Kesesuaian
Budidaya Rumput Laut. Pusat survey sumberdaya alam laut Bakosurtunal.
45
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002. Modul Sosialisasi dan Orientasi
Penataan Ruang, Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Ditjen Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil. Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil. Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Evalawati., M. Meiyana dan T. W. Aditya. 2001. Pembesaran ikan di Keramba
Jaring Apung. Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jendral
Perikanan Budidaya, Balai Budidaya Laut. Bandar Lampung.
Gustiano, R., Oktaviani T., Soelistyowati D.T., Kusmini I,I., Wahyutomo., dan
Huwoyon G.H. 2013. Analisis Ragam Genotip RAPD dan Fenotip Truss
Morfometrik pada Tiga Populasi Ikan Gabus (Channa striata,Bloch,1793).
Berita Biologi. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati. Pusat penelitian Biologi-LIPI.
Hadmoko. 2012. Evaluasi Sumber Daya Lahan Prosedur dan Teknik Evaluasi
lahan-Aplikasi Teknik Skoring dan Matching. Tesis. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Hutabarat, Sahala dan Stewart M. Evans, 2008, Pengantar Oseanografi, (Jakarta:
Universitas Indonesia Press), cet III.
Harsono. 2008. Hubungan sistem aliran air pada jaringan tata air dalam
mendukung produktivitas lahan daerah rawa pasang surut. Jurnal Sumber
Daya Air 4(2):125-138.
Harvey B.,and J.Carolsfeld. 1993. Induced Breeding in Tropical Fish Culture.
Ottawa, Canada: IDRC
Kangkan. 2006. Evaluasi Sumber Daya Lahan Prosedur dan Teknik Evaluasi
Lahan : Aplikasi teknik skoring dan matching. Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Kordi, M. Gufron. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar di Kolam
Terpal. Yogyakarta. Lily Publisher.
Makmur, S, M.F. Rahardjo, dan Sutrisno Sukimin. 2003. Biologi Reproduksi lkan
Gabus (Channa striato Btoch) di Daerah Banjiran Sungai Musi Sumatera
Selatan. Jurnal lkhtiotogi Indonesia. 3.7:57-67.
Manik, K.E.S, 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Djambatan. Jakarta.
Matillano, J.D., 2003. The ichthyofauna of Lake Manguao, Taytay, Palawan, with
special reference to endemic species. Paper presented at the First National
Congress on Philippine Lakes, 25-28 November 2003, Tagaytay City,
Philippines.
46
Moersidik, S dan Basuki, H. (1999). Analisis Kualitas Air. Universitas Terbuka.
Jakarta
Muflikhah, N. 2007. Domestikasi Ikan Gabus (Channa striata). Prosiding
Seminar Nasional Tahunan IV Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan.
Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Gadjah Mada.hlm. 1—10.
Muhtadi, 2008. Towards reducing environmental impacts of pond aquaculture.
INFOFISH International 2 (98): 27-33.
Muslim. 2007. Analisis Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Ikan Gabus (Channa
striata) di Rawa Sekitar Sungai Kelekar: Jurnal Agria. Vol 3 (2): 25-27.
Nybakken, J.W 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan
oleh Eidman, Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan S Sukarjo.
Gramedia. Jakarta. 459 hal.
Odum, E.P.1998. Dasar Dasar Ekologi:Alih Bahasa Samingan, T. edisi ketiga.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Pusdakin KKP. 2015. Statistik Kelautan dan Perikanan 2015. Kementerian
Kelautan Perikanan.
Rahayu, W.P., Maoen, Suliantari, S. Fardias. 1992. Teknologi Fermentasi Produk
Perikanan. Bogor. Pusat Antar Universitas IPB.
Romimuhtarto, 1991. Pengantar Pemantauan Pencemaran Laut, hal 1-13 dalam
D.H Kunarsso dan Ruyitno. Status Pencemaran Laut di Indonesia dan
Tekhnik Pemantauannya. Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta.
Rustam. 2010. Pengelolaan Sumber Daya Air terpadu. Andi, Yogyakarta.
Said, A. 2007. Beberapa Jenis Kelompok Gabus (Marga Channa) di Daerah
Aliran Sungai Musi. Sumatera Selatan. BAWAL:1 (4):6.
Santoso, A. H. 2009. Uji Potensi Ekstrak Ikan Gabus (Channa striata) Sebagai
Hepatoprotector Pada Tikus yang Diinduksi dengan Parasetamol.
IPB:Bogor.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi(BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas
Perairan.Oseana. 30(3): 21-26.
Sastrawijaya. 2000. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Silalahi, J. 2010. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan
Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba.
[Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara.
47
Standar Nasional Indonesia. 2000. Produksi Benih Ikan Kerapu Tikus
(Cromileptes altivelis, Valenciennes) Kelas Benih Sebar. BSN. SNI : 01-
6487.3-2000.
Subagja, J., 2014. Teknis Pembenihan. Temu Teknis Petugas Balai Benih Ikan
Lokal (BBIL) Kabupaten/Kota se-Kalimantan Barat. 10-12 November
2014.
Sudarmadji. 2009. Fishes Of the World,3rd
editions. John Wiley&Sons,Inc., New
York.
Sudirman, H dan M. Yusri Karim. 2008. Ikan Kerapu (Biologi Eksploitasi
Manajemen dan Budidayanya). Yasrif Watampone. Jakarta.
Suin, N. M. 2002. Metoda Ekologi. Padang: Penerbit Universitas Andalas.
Sulastri. 2004. Pengembangan Sistem Konservasi Biota Muara Untuk
Pemanfaatan Secara Lestari Sumberdaya Pesisir dan Laut. Pusat
Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu. Pengetahuan Indonesia. 70 hal.
Sunarso dan Agus, S. 2008. Manajemen Kualitas Air. Yogyakarta: UNY Press.
Supratno. K.P, T dan Kasnadi. 2006. Peluang usaha Budidaya Alternatif dengan
Pembesaran Kerapu di Tambak Melalui Sistem Modular. Pelatihan
Budidaya Udang Windu Sistem Tertutup bagi Petani Kab. Tegal dan
Jepara- Jateng 19 Mei - 8 Juni 2003, di BBPBAP. Jepara.
Suprayitno, E. 2009. Teknologi Budidaya Ikan Gabus. Leaflet. Balai Budidaya
Air Tawar Mandiangin. Provinsi Kalimantan Selatan. Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Tajerin, Rebegnator, dan Muharram B. 2000. Pengaruh kecepatan arus air dalam
kolam terhadap tekstur daging ikan mas. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia 2: 65-73.
Tjahjo, D.W.H. & Purnomo, K. 1998.Studi Interaksi Pemanfaatan Pakan Alami
Antar Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis), Betok (Anabas testudineus),
Mujair (Oreochromis mossambicus), Nila (Oreochromis niloticus) dan
Gabus (Channa striata) di Rawa Taliwang. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia. Pusat Riset Perikanan Budidaya.IV(3): 50—59
Trisakti, B. 2003. Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Budidaya Perikanan
Pantai. Teknologi Penginderaan Jauh dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir
Dan Lautan. Bab 4. LAPAN. Jakarta.
Wardoyo, S.T.H. 2002. Water Analysis Manual Tropical Aquatic Biology
Program. Biotrop. P. 81. Bogor.
Wee KL. 1982. The Biology and Culture of Snakeheads. Recent Advances in
Aquaculture. Colorado: Westview Press, Boulder.
48
Wibisono. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta.
Winanto. 2004. Memproduksi Benih Tiram Mutiara. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yuliati P, Tutik K, Rusmaedi, Siti S. 2005. Pengaruh padat penebaran terhadap
pertumbuhan dan sintasan dederan ikan nila gift (Oreochromis niliticus) di
kolam. Jurnal Ikhtiologi Indonesia 3(2):63-65.
Yulisman, M. Fitriani, D. Jubaedah. 2012. Peningkatan Pertumbuhan dan
Efiesien Pakan Ikan Gabus (Channa striata) Melalui Optimasi
Kandungan Protein dalam Pakan. Jurnal Berkala Perikanan Terubuk.
40(2): 47-55.
top related