empati sebagai dasar hubungan yagn adekuat antar manusia. dr.lukas

Post on 28-Nov-2015

77 Views

Category:

Documents

3 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

empati

TRANSCRIPT

EMPATI sebagai DASAR

HUBUNGAN YANG ADEKUAT ANTAR MANUSIA

dr Lukas Mangindaan, SpKJ (K)

Departemen Psikiatri FKUI / RSUPCM

DEFINISI KESEHATAN JIWA / MENTAL (WHO)

Orang yang sehat jiwa / mentalnya:

• Merasa sehat dan bahagia,

• Mampu menghadapi tantangan hidup

• Dapat menerima orang lain sebagaimana adanya

• Mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain

Untuk mencapai Kesehatan Jiwa / Mental

Mempertinggi Kualitas Kehidupan, perlu:

• Perkembangan diri dan lingkungan hidup

• Hubungan antar manusia yang adekuat dan optimal

• Kerjasama pelbagai bidang yang termasuk dalam HUMANIORA (THE HUMANITIES), dan “applied sciences”

HUMANIORA ( The Humanities ) adalah: Pelbagai bidang yang berhubungan

dengan buah pikiran manusia dan hubungan antar manusia , al. filsafat, teologi, bahasa / filologi, sastra, psikologi, kedokteran, seni, sosial, sejarah

Tujuan Humaniora : membantu manusia agar bersifat lebih manusiawi dan lebih beradab

Ilmu Kedokteran adalah cabang Humaniora yang :

Paling ilmiah, dan sekaligus

Paling manusiawi

Kesehatan Jiwa merupakan ACUAN ( “kiblat”) dari semua perilaku antar manusia (orang tua – anak, guru-murid, antar teman, antar manusia lainnya – termasuk hubungan dokter – pasien.

Tugas seorang dokter bukan hanya untuk

menyembuhkan penyakit, tapi tujuan akhir: meningkatkan kesehatan jiwa - kualitas kehidupan

Ada dua cara pendekatan manusia

1. Pendekatan manusia, khususnya alat tubuh manusia sebagai objek:

misalnya dalam pendekatan ilmiah, pendekatan seni

2. Pendekatan manusia sebagai subjek:

pendekatan manusiawi, yaitu sebagai

seorang manusia yang utuh, unik dan khas

dirinya

Landasan pendekatan manusiawi : EMPATI

EMPATI

Upaya dan kemampuan seseorang untuk mengerti, menghayati, menempatkan dirinya di tempat orang lain sesuai dengan:

Identitas: nama, usia , jenis kelamin, kondisi fisik, status kesehatan, status perkawinan, orientasi seksual ( heteroseksual, biseksual, homoseksual ), ras / suku bangsa, taraf pendidikan, taraf pengetahuan, tradisi, budaya ,agama

Pikiran, perasaan, keinginan, perilaku dari orang lain itu,

TANPA mencampurbaurkan nilai-nilai atau selera pribadinya dengan nilai nilai orang yang di empatinya itu

Empati berarti :

• Tidak menghakimi : tidak menyalahkan atau

membenarkan

• Menerima orang lain sebagaimana adanya

• Mengerti dan menghargai nilai dan sistem nilai orang itu

Dasar empati : kasih sayang ( compassion / brotherly love / ukhuwah insaniyyah) tanpa pamrih terhadap sesama manusia

LAWAN EMPATI

Lawan empati : sikap TIDAK BEREMPATI

Bukan:

• Simpati

• Antipati

NILAI dan SISTEM NILAI

• Segala sesuatu ( konkret, abstrak, simbolik ) yang secara subjektif bermakna tinggi bagi seseorang / kelompok orang

• Cara pikir, perasaan, perilaku seseorang berkaitan erat dengan sistem nilainya

EMPATI dalam BEBERAPA KONTEKS HUBUNGAN ANTAR MANUSIA

Hubungan antar Manusia ada beberapa Konteks:

1. Hubungan Saya dan Kamu (I and Thou) – Martin Buber

2. Hubungan Ke-Kita-an

3. Hubungan Ke-Kami-an

4. Hubungan Antar Sistem - Bertalanffy

1. EMPATI dalam konteks HUBUNGAN SAYA dan KAMU (Martin Buber)

• Hubungan ini hanya dapat terjadi antar manusia

• Untuk mencapai suatu tingkat kesehatan jiwa yang optimal / berdasarkan empati, perlu:

Hubungan SAYA dan KAMU yang

adekuat

Hubungan SAYA dan KAMU yang adekuat :

• “Kamu” diperlakukan sebagai subjek, manusia yang setara, diterima sebagaimana adanya, tanpa sikap apriori / menghakimi

• Dimulai dari pihak “Saya”• Berdampak: ke dua pihak berkomunikasi nyaman,

bebas mengutarakan pendapat tanpa rasa takut dihakimi

• Pihak “Kamu” juga akan memperlakukan pihak “Saya” dengan cara yang sama

• Penyelesaian masalah berakhir dengan : WIN-WIN SOLUTION / masing-masing pihak : “ feel

good “

Hubungan SAYA dan KAMUyang tidak adekuat:

Orang ke dua (Kamu)

• Tidak dihargai kemanusiaannya

• Tidak diperlakukan sebagai manusia yang setara (sebagai subjek), tapi sebagai objek demi kepentingan pihak “Saya”

EMPATI dalam konteks HUBUNGAN KITA dan KAMI

2. Hubungan Ke-KITA-an : Hubungan “Saya” dengan SEMUA ORANG

apapun identitasnya Hubungan ini bersifat pluralistik Masing-masing orang dapat memperkembangkan dirinya tanpa dipaksa harus sama identitasnya dengan orang lain

3. Hubungan Ke-KAMI-an: Hubungan “Saya” hanya dengan orang-

orang yang sama identitasnya Hubungan bersifat Non-pluralistik, tidak

berdasarkan hubungan antar sesama

manusia yang berbeda, tetapi

berdasarkan persamaan identitas Bila orang lain di luar “Kami” mau masuk,

harus menyamakan identitas dirinya

dengan identitas kelompok “Kami”

Hubungan Ke Kami-an wajar dan sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari

Yang penting adalah agar jangan sampai hubungan ke-Kami-an bersifat eksklusif, sehingga meniadakan hubungan ke-Kita-an

Bila hal itu terjadi, dapat terjadi suatu bentuk hubungan yang bersifat:

KAMI vs MEREKA / KAUM ITU

Bentuk ekstrem dari hubungan

KAMI vs. MEREKA:• Stigmatisasi, diskriminasi, sikap “bigot”,

pengelompokan dalam arti negatif,

perkoncoan, pemaksaan kehendak,

• Berada di atas hukum ( impunity ), prasangka,

kebencian,

• Tindak kekerasan, pengucilan, peperangan,

pembunuhan

Terhadap orang-orang ( MEREKA / KAUM ITU ) yang tidak termasuk kelompok KAMI

4. HUBUNGAN ANTAR SISTEM (Ludwig von Bertalanffy)

• Dunia terdiri dari sistem-sistem yang saling berhubungan secara vertikal maupun horisontal

• Sistem adalah suatu kesatuan holistik yang terdiri dari elemen-elemen yang saling berhubungan secara unik dan sistem itu bukan sekedar penjumlahan dari elemen-elemennya

• Sistem sistem saling berhubungan dan mendapat energi positif atau negatif dari sistem lainnya, baik secara vertikal dan horisontal

Beberapa contoh sistem:

• Sistem sel (otak, hati, jantung, dsb)

• Sistem kardiovaskuler, sistem gastro intestinal

• Sistem keluarga, sistem pedesaan, sistem pemerintahan

• Sistem perbankan, sistem politik

• Sistem informasi, sistem irigasi, sistem kelautan, sistem ekologi

Hubungan sistem secara vertikal / hierarkis:

AntariksaDunia

Hubungan internasionalNegara

Institut (Kementerian, departemen, pemda)Komunitas

Kelompok masyarakatKeluargaIndividuOrgan

SelMolekul

Atom

Hubungan antar sistem ( baik vertikal maupun horisontal) dapat mempengaruhi:

• secara positif atau negatif terhadap sistem lainnya

Dalam konteks hubungan antar manusia:Sikap non-empatik dari satu sistem ke sistem lainnya,

mis: • Dari pemerintah ke institut atau langsung ke

masyarakat, atau • dari kepala keluarga terhadap anggota keluarga,

dapat berdampak keresahan dan rasa tidak nyaman

sehingga mempengaruhi terbinanya Kesehatan Jiwa/Mental

Jadi, tidak semua nilai-nilai dapat diterima, kita perlu prihatin akan nilai-nilai yang:

• Membahayakan jiwa, membahayakan kesehatan, membahayakan kesehatan jiwa diri sendiri atau orang lain

• Melanggar hak azasi manusia• Hanya mempromosikan hubungan ke-Kami-an yang eksklusif dan yang sekaligus meniadakan hubungan ke-Kita-an

Bila hal itu terjadi, perlu pendekatan dengan cara:

dialog non-kekerasan dan bersifat manusiawi membantu menimbulkan kesadaran (awareness) akan dampak negatifnya membantu menyadari ada nilai, perilaku

dan cara alternatif / lain yang tidak membahayakan jiwa, kesehatan, kesehatan jiwa, atau melanggar hak azasi manusia

BEBERAPA CONTOH RELASI dan KOMUNIKASI berdasarkan EMPATI

1. Memperlakukan sesama manusia sebagai manusia yang setara, tidak berdasarkan identitas, tanpa prasangka / sikap menghakimi

2. Menghargai perbedaan pendapat dalam komunikasi

3. Tidak memaksakan kehendak

4. Tidak bersikap apriori dalam relasi , tapi melakukan pendekatan secara fenomenologis - humanistik

5. Berusaha mengerti cara berpikir, perasaan orang lain

6. Menghargai nilai-nilai orang itu

7. Dapat menyatakan pendapat dan menjadi pendengar yang baik dalam komunikasi

8. Penyelesaian masalah berdasarkan “win- win solution”

9. Dalam hubungan dokter-pasien:

dokter memperlakukan dirinya pertama sebagai manusia yang kebetulan dokter,

pasien juga diperlakukan pertama sebagai manusia yang kebetulan seorang pasien

10.Bila ada program terapi, hendaklah berdasarkan kesepakatan bersama, sesudah pasien menyadari aspek positif dan negatif dari program itu

11.Dalam hubungan orang tua-anak, hendaklah orang tua menyadari bahwa anaknya bukan merupakan ekstensi dari dirinya

12.Dalam hubungan antar sistem: antar organisasi, institut, kelompok, partai, agama, tidak memperlakukan pihak lain sebgai musuh, melainkan berdasarkan persaudaraan /

ukhuwah insaniyyah yang pluralistik demi kesejahteraan seluruh rakyat

13.Pembuatan dan pelaksanaan suatu undang-undang / peraturan hendaklah bersifat “politically correct “ dan bertujuan untuk mensejahterakan seluruh rakyat ( termasuk yang paling minoritas sekalipun), dan tidak hanya menguntungkan suatu kelompok masyarakat walaupun kelompok itu mayoritas

KESIMPULAN Empati adalah KERANGKA DASAR dalam

pembinaan relasi dan komunikasi yang adekuat antar individu, antar kelompok dan antar sistem yang bersifat saling menghargai dan bersifat PLURALISTIK

Hal itu akan memberi peluang yang baik bagi individu, kelompok dan masyarakat untuk:

- berkembang secara fisik, mental dan emosional, serta - melakukan hubungan antar manusia yang adekuat, agar terjadi: PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN – KESEHATAN JIWA / MENTAL

DEFINISI KESEHATAH JIWA / MENTAL (WHO)

Orang yang sehat jiwa / mentalnya:

• Merasa sehat dan bahagia,

• Mampu menghadapi tantangan hidup

• Dapat menerima orang lain sebagaimana adanya

• Mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain

TERIMA KASIH

top related