e-literacy keamanan jaringan informasi di indonesia
Post on 30-Jul-2015
80 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Tugas Media Convergence
"KEAMANAN JARINGAN INFORMASI DI INDONESIA"
Diajukan oleh :
Diang Herahmadinar (2013.17.1045)
Herlan Lasmana (2013.17.0848)
Lutfiah Arista (2013.17.1015)
Natharia (2013.17.0234)
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Lulus Di Semester III
Jurusan Mass Communication
JAKARTA FEBRUARI 2015
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Internet merupakan alat komunikasi yang semakin banyak digunakan oleh khalayak di
Indonesia. Pengguna internet semakin meningkat karena pola pikir masyarakat yang kini
semakin modern dan hidup di jaman serba teknologi. Namun fenomena ini sayangnya tidak
dibarengi dengan peningkatan sistem keamanan yang cukup baik bahkan masih dikategorikan
buruk di indonesia. Keamanan jaringan informasi ini tentunya sangat penting untuk menjaga
privasi individu maupun situs dalam negeri yang sering diserang oleh orang-orang yang sangat
ahli dalam teknologi. Maraknya cyber crime atau pun cyber war yang beredar cukup meresahkan
pengguna internet karena berdampak kerugian. Kerugian dari sistem yang lemah ini bukan hanya
berdampak kepada ekonomi di indonesia, namun juga pertahanan dan berbagai aspek yang
berada dalam situs dalam pemerintahan.
Berkaitan dengan E-literacy, masyarakat di indonesia masih belum mengetahui
bagaimana memilih situs-situs yang aman untuk di akses sehingga dibutuhkan berbagai solusi
untuk ditangani.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan e-literasi? Apakah ada kaitannya dengan literasi media,
literasi informasi ataupun TIK/ICT literasi?
2. Bagaimana kondisi e-literacy di Indonesia?
3. Bagaimana strategi meningkatkan e-literasi di Indonesia?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan penelitian kasus yang telah kita ambil bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas semester ujian akhir semester satu Media Convergence
2. Untuk mengamankan para pengguna internet dari situs-situs yang dapat menyebabkan
berbagai virus maupun hal-hal negative yang dapat merugikan para penggunanya.
3. Untuk dapat mengetahui tingkat kesadaran masyarakat Indonesia akan penggunaan
internet tentang pentingnya keamanan.
4. Untuk dapat menjelaskan kondisi penggunaan internet di Indonesia dan cara untuk
meningkatkan keamanan e-literacy di Indonesia.
2. ANALISIS LITERATUR
E-literacy = F ( Digital Litaracy, Information Literacy, Computer Literacy dan I-
Literacy)Tingkat kematangan setiap individu dalam hal e-literacy akan berbeda-beda. Dalam hal
ini menurut teori Personal Capability Maturity Model (PCMM), level e-literacy dari individu
dapat dibedakan menjadi 5 level.
Level 0, jika seorang individu sama sekali tidak tahu dan tidak peduli akan pentingnya informasi
dan teknologi untuk kehidupan.
Level 1, jika seorang individu pernah memiliki satu dua kali pengalaman dimana informasi
merupakan komponen penting untuk mencapai keinginan dan memecahkan masalah serta telah
melibatkan teknologi informasi maupun komunikasi untuk mencarinya.
Level 2, jika seorang individu telah berkali-kali menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi untuk membantu aktivitasnya sehari-hari dan telah memiliki pola perulangan dalam
penggunaannya.
Level 3, jika seorang individu telah memiliki standar penguasaan dan pemahaman informasi
maupun teknologi yang diperlukannya serta konsisten mempergunakan standar sebagai acuan
penyelenggaraan aktivitas sehari-hari
.Level 4, jika seorang individu telah sanggup meningkatkan secara signifikan kinerja aktivitas
kehidupannya sehari-hari melalui pemanfaatan informasi dan teknologi.
Level 5, jika seorang individu telah mengganggap informasi dan teknologi sebagai bagian tidak
terpisahkan dari aktifitas sehari-hari serta secara langsung maupun tidak langsung telah
mewarnai perilaku dan budaya hidupnya (bagian dari information society).
Sesuai dengan teori PCMM dalam kasus keamanan jaringan informasi di Indonesia
masyarakat di Indonesia termasuk level 2, level 3, level 4 dan level 5 karena masyarakat lebih
sering memanfaatkan informasi dan teknologi sebagai kehidupan sehari-hari. Masyarakat
Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat dalam penggunaan internet untuk
mendapatkan beberapa informasi atau bahkan untuk sekedar berkomunikasi dengan individu
lainnya. Maka dari itu system keamanan di Indonesia harus ditingkatkan demi konsumsi jaringan
informasi masyarakat Indonesia.
2.1 Pencegahan penyalahgunaan teknologi informasi menurut pemerintah
Selain dari itu pemerintah sudah mencoba mencegah penyalahgunaan teknologi informasi
diantaranya :
(1) Menggunakan LAN nirkabel di rumah atau kantor setelah pengaturan enkripsi data seperti
(WPA2: Wi-Fi Protected Access 2,dll) sehingga komunikasi teks yang jelas tidak dapat disadap
dan mencegah akses yang tidak sah.
(2) Untuk pengguna smartphone, dianjurkan untuk selalu memperbarui system operasi, aplikasi
dan perangkat lunak anti virus ke versi terbaru yang tersedia. Selain itu saat mendownload
aplikasi, pastikan untuk memeriksa apakah situs tersebut dapat dipercaya dan cek siapa yang
menyediakan aplikasi tersebut.
(3) Pengguna internet juga diharapakan bisa lebih berhati-hati saat mengklik situs yang tidak bisa
dipercaya.
(4) untuk pengguna surat elektronik, dianjurkan untuk tidak membuka lampiran email atau URL
yang mencurigakan. Instal perangkat lunak antivirus dan pastikan selalu up to date, serta secara
berkala memperbarui aplikasi disamping system operasi (OS).
Dari semua laporan kejadian, dugaan tindak pidana yang paling sering dilaporkan ialah
mengenai akses ilegal (Pasal 30 UU ITE), perubahan data (Pasal 32 UU ITE), berita bohong
yang merugikan konsumen (Pasal 28 ayat (1) UU ITE), serta konten yang melanggar kesusilaan
(Pasal 27 ayat (1) UU ITE). Dalam banyak laporan, Pasal 30 UU ITE sering dibarengi dengan
Pasal 32 UU ITE, maksudnya pelaku melakukan akses ilegal dan kemudian melakukan
perubahan data.
2.2 Pendekatan untuk mempertahankan keamanan di dunia cybercrime
Terdapat tiga pendekatan untuk mempertahankan keamanan di dunia siber. Pertama
adalah pendekatan sosial budaya, dalam arti memberikan pemahaman dari sudut sosial budaya
agar masyarakat memahami secara benar tentang kepedulian akan keamanan informasi
khususnya fenomena dalam dunia siber yang bersifat global dan lintas batas (borderless). Kedua,
pendekatan tata kelola dan teknologi keamanan informasi, yang dalam hal ini pendekatan
dilakukan melalui sistem manajemen keamanan informasi serta melalui pendekatan teknologi
yang cermat dan akurat serta up to date agar dapat menutup setiap lubang atau celah yang dapat
digunakan untuk melakukan penyerangan-penyerangan dalam dunia siber. Ketiga, pendekatan
hukum yaitu tersedianya instrumen hukum positif nasional yang terkait dengan pemanfaatan
teknologi informasi seperti UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE dan PP No. 82 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronika (PSTE) yang salah satunya adalah
kebijakan dan regulasi di bidang keamanan informasi.
Dari pendekatan pertama, masyarakat dapat diberi penyuluhan tentang bagaimana cara
menggunakan teknologi secara sehat. Masyarakat diberi tahu tentang malware atau yang dikenal
dengan program jahat serta cara menanggulanginya dengan menggunakan anti virus. Masyarakat
diharapkan dapat menerapkan apa yang telah disampaikan dalam penyuluhan tersebut agar
meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak di inginkan.
Yang kedua adalah dengan meningkatkan software di Indonesia demi menangkalnya
penyerangan-penyerangan yang cukup meresahkan masyarakat bahkan pemerintahan. Software
untuk menangkal penyerangan yang semakin lama semakin sulit ditangani tersebut harus terus
diperbaharui agar dapat mengimbangi virus-virus terbaru. Bahkan virus-virus terbaru sekarang
banyak yang menyamar di dalam sebuah aplikasi sehingga orang yang mendownloadnya tidak
sadar bahwa aplikasi tersebut mengandung virus. Maka dari itu pembuatan anti virus harus dapat
diperbaharui untuk mengimbangi virus yang terbaru dan merajalela.
Dari pendekatan ketiga dapat dijelaskan bahwa pemerintah sudah mengeluarkan undang-
undang yang dibuat untuk menangani kriminalitas yang terjadi lewat teknologi. Kriminalitas di
dunia teknologi juga harus dapat diberi hukuman yang sesuai, karena banyak juga kriminalitas
yang sangat berbahaya mengancam privasi rahasia yang dijaga.
3. PEMBAHASAN PERMASALAHAN
3.1 Asal-usul berkembangnya Malware atau Virus di Indonesia
Virus berkembang untuk pertama kalinya tercipta bersamaan dengan computer. Pada tahun 1949 salah seorang pencipta computer, John von Newman yang menciptakan Electronic Discrete Variable Automatic Computer (EDVAC) memaparkan suatu makalahnya yang berjudul “Theory and Organization of Complicated Automara”, dalam makalahnya dibahas kemungkinan program yang dapat menyebar dengan sendirinya.
Perkembangan virus computer selanjutnya terjadi di AT&T Bell Laboratory salah satu laboratorium computer terbesar si dunia yang telah menghasilkan banyak hal seperti bahas C dan C++. Di laboratorium ini sekitar tahun 1960-an, setiap waktu istirahat para peneliti membuat permainan dengan suatu program yang dapat memusnahkan, memperbaiki diri dan balik menyerang kedudukan lawan. Selain itu, program permainan dapat memperbanyak dirinya secara otomatis. Perang program ini disebut Core War, pemenangnya adalah pemilik program sisa yang terbanyak dalam selang waktu tertentu. Karena sadar akan bahaya program tersebut, terutama bila bocor keluar laboratorium tersebut maka setiap selesai permainan, program tersebut selalu dimusnahkan.
Sekitar tahun 1970-an, perusahaan Xerox memperkenalkan suatu program yang digunakan untuk membantu kelancara kerja. Struktur programnya menyerupai virus, namun tujuan program ini adalah untuk memanfaatkan waktu semaksimal mungkin dan pada waktu yang bersamaan dua tugas dapat dilakukan. Sementara virus berkembang di Indonesia juga mulai terkena wabah virus. Virus computer ini pertama menyebar di Indonesia juga pada tahun 1988. Virus yang begitu menggemparkan seluruh pemakai computer di Indonesia saat itu adalah virus Brain yang dikenal dengan nama virus Pakistan. Tahun 1987, virus computer generasi kedua yaitu Cascade yang merupakanvirus residen pertama muncul terenkripsi dalam file.
Computer adalah suatu alat yang seluruh kemampuannya dikendalikan oleh software, banyak sekali jenis-jenis program yang tersedia. Bahkan virus adalah salah satu jenis software. Saying sekali jenis software yang satu ini hamper seluruhnya berdampak dan ditujukan untuk hal-hal yang bersifat merugikan orang yang komputernya tertular virus computer. Virus computer memiliki berbagai kemampuan dasar, diantaranya adalah kemampuan memanipulasi, kemampuan untuk memperbanyak diri dan sebagainya.
Virus bekerja dengan memanfaatkan fungsi-fungsi operating sistem yang tersembunyi dan juga memanfaatkan celah-celah yang ada dari program tertentu, selain itu membuat virus memerlukan pengetahuan tentang sistem computer bekerja dan kemampuan pemrograman. Beberapa sumber pustaka mengelompokkan virus berdasarkan criteria tertentu biasanya untuk setiap jenis tersebut memiliki ciri khas tersendiri yang umum ditemui. Hal inilah yang perlu diperhatikan agar kita dapat melakukan pencegahan terhadap serangan virus-virus computer.
3.2 Pengertian E-literacy dan keterkaitannya
E-literacy, adalah kemampuan memahami dan menilai melalui perangkat teknologi
informasi dengan mengetahui sebuah informasi tersebut termasuk dalam literasi info, moral,
media maupun pelajaran. Diambil dari Indrajit, 2005.37 : E-literacy sebagai kemampuan
menggunakan perangkat teknologi informasi.Alan Martin dikutip oleh secher, 2004.78. : E-
literacy sebagai literasi computer yang diintegrasikan dengan literasiinformasi,literasi moral,
literasi media dan keterampilan belajar dan mengajar.Wijaya 2005.29 : Menjelaskan bahwa pada
sebuah panel yang dikutip oleh beberapa ahli pendidikan, pakar bidang teknologi industri dan
kelompok pekerja dari Australia, Brazil, Kanada, Prancis, Amerika Serikat yang tergabung
dalam the International lICT literacy panel.
ICT literacy, adalah Mengetahui tentang fungsi pengetahuan masyarakat menggunakan
teknologi digital dengan menilai, mengelola, integrasi dari sebuah informasi, selain itu
pengertian yang di dapat dari sumber rujukan ict literacy menggunakan teknologi digital, alat
komunikasi, dan /jaringan akses untuk mengelola, integrasi, menilai, membuat informasi tentang
fungsi pengetahuan masyarakat.
Media literacy di Indonesia lebih dikenal dengan istilah Melek Media. James Potter
dalam bukunya yang berjudul “Media Literacy” (Potter, dalam Kidia) mengatakan bahwa media
Literacy adalah sebuah perspekif yang digunakan secara aktif ketika, individu mengakses media
dengan tujuan untuk memaknai pesan yang disampaikan oleh media.
Contoh media literacy dalam kasus masyarakat sudah dapat mengerti apa yang
terkandung dalam isi media. Melek media dalam contoh ini masyarakat dapat menilai media
mana yang tidak sehat, yang berpihak terhadap rekan politik dan sebagainua tentang isi dari
media tersebut.
Information literacy, adalah kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi informasi
yang dibutuhkannya, mengakses dan menemukan informasi, mengevaluasi informasi, dan
menggunakan informasi seara efektif dan etis. (dalam Naibaho, 2007: 7-8). Persamaan dari
keseluruhannya, sama-sama sebuah kemampuan pemahaman, penilaian, pengidentifikasian,
pengelolaan, terhadap sebuah informasi.
3.3 Kondisi E-literacy di Indonesia
Pengguna internet Indonesia telah mencapai 82 juta orang dimana 80% pengguna internet
merupakan kaum remaja berusia 15-19 tahun. Menurut Ketua Umum APJII, Semuel A.
Pangerapan pada tahun 2013 jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat. Di tahun
yang sama BPS melakukan survei mengenai Pola Penggunaan Internet pada 78 kabupaten/kota
di 33 Propinsi Indonesia bahwa lebih dari 75% usaha di sektor bisnis baik di perkotaan maupun
di pedesaan menggunakan komputer.
Pada survei yang dilakukan BPS terbukti bahwa masyarakat Indonesia masih
menggunakan internet untuk aktivitas kesehariannya. Masyarakat cenderung menggunakan
internet untuk mengirim pesan melalui email, mencari informasi berita, mencari barang/jasa, dan
sosial media.
Berbagai macam situs-situs yang mudah dijangkau oleh masyarakat dapat diakses melalui
internet bahkan situs-situs yang seharusnya tidak boleh dibuka oleh anak dibawah umur maupun
berbagai virus-virus yang mudah masuk kedalam komputer. Hal ini menyebabkan tingkat
keamanan masyarakat kita terhadap jaringan internet di Indonesia masih minim.
3.4 Strategi Meningkatkan E-literacy di Indonesia
Dalam kasus yang telah kita lihat dalam keamanan jaringan internet di Indonesia ternyata
mengalami keburukan. Perkembangan pengguna internet di Indonesia terus melonjak tajam.
Namun penggunaan internet di Indonesia belum aman, dan masih masuk dalam kategori buruk.
Masih banyak hal yang harus dipertimbangkan jika hal tersebut akan terus diperbaiki. Berikut
beberapa hal yang menurut kami harus dilakukan untuk membangun dan meningkatkan eliteracy
di Indonesia yang dikaitkan dalam kasus tersebut :
- Memberikan pembelajaran kepada seluruh masyarakat Indonesia mengakses dan menggunakan
teknologi internet yang baik dan benar.
- Membuat sistem teknologi keamanan baru seperti sebuah alat yang dapat mendeteksi situs yang
terkena malware atau virus, sehingga pencarian data informasi akan aman di unduh dan
digunakan.
- Memblokir seluruh situs yang tidak jelas asalnya, kontennya, dan metadatanya yang dapat
merugikan pengguna teknologi informasi.
- Memberikan penyuluhan kepada masyarakat Indonesia yang khususnya yang masih minim
dalam mengetahui perkembangan internet dan cara pemakaian dan penggunaan nya dengan
benar serta memberitahukan perbedaan situs-situs yang merugikan masyarakat.
- Pemerintah menutup situs-situs yang berkategori untuk 18tahun ke atas, dan membuka situs-
situs tersebut dengan syarat dan ketentuan seperti meminta data diri dari KTP sehingga orang
yang akan mengakses situs tersebut dapat lebih terkategori kepada ketegori usia yang sesuai.
- Merekrut ahli-ahli dibidang teknologi di Indonesia untuk membuat alat untuk mencegah
jebolnya sistem keamanan, dengan cara membuat beberapa program salah satu contohnya
program pencari informasi ( seperti google tetapi dibuat oleh orang Indonesia sendiri), program
untuk menangkal sistem jaringan informasi yang membuat kerugian terhadap Indonesia.
- Dan ini merupakan salah satu cara untuk memberitahu masyarakat umum untuk berhati-hati
dalam mengakses sebuah situs dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat
Indonesia yang khususnya masih minim dalam mengetahui penggunaan internet. Masyarakat
dapat diberi penyuluhan tentang apa itu virus yang sering terinfeksi oleh gadget serta bagaimana
cara menghilangkan atau menanggulangi virus tersebut. Masyarakat Indonesia dapat dididik
tentang teknologi yang baik atau yang jahat agar dapat melek teknologi serta mengetahui
tindakan apa yang harus dilakukan untuk membangun masyarakat yang pintar dibidang
teknologi, yang nantinya dapat menjadi bibit ahli dalam bidang teknologi tentunya.
3.5 Contoh Kasus
Kasus survey yang telah kami lakukan pada tanggal 4 Februari 2015 :
Ini merupakan salah satu contoh virus yang paling sering dijumpai bagi para pengguna gadget
yang hendak ingin mendownload lagu di sebuah situs di internet. Virus ini menyerang dengan
berbagai tahap, dari web satu ke web web lainnya. Berikut contoh gambar yang telah kami
temukan:
Tahap 1
Tahap 2
Menurut survey yang kami teliti ketika hendak mencoba untuk mendownload lagu gratis dari
sebuah web. Ketika kami meng-klik tanda download lagu, web tersebut membuka web lain
dengan sendirinya sedangkan kita tidak mengetahui web apa yang akan terbuka, apakah aman
untuk di akses atau tidak, hal tersebut banyak sekali ditemukan di internet bahkan bukan hanya
web untuk mendownload saja, namun web-web kesehatan, sebagian dari blog, dan banyak lagi.
Ketika kami bertanya kepada salah seorang yang suka berselancar di internet, virus-virus
yang paling merepotkan itu adalah virus yang menyamar ke dalam sebuah web, padahal web
yang diakses cukup terkenal. Ketika membuka internet haruslah berhati-hati dan juga selektif
dalam memilih web yang akan dibuka. Meskipun tidak semuanya namun web dengan nama yang
tidak lazim atau terdengar aneh merupakan web yang harus benar-benar di selektif, karena
biasanya virus menyerang ketika membuka web tersebut.
Tahap 3
Virus yang pernah kami temui sendiri adalah virus dengan tampilan advertising. Ketika kami
mencoba mengakses salah satu web, muncul sebuah advertising dari web tersebut. Ternyata isi
dari advertising tersebut merupakan virus yang harus dihindari.
Ada lagi contoh virus yang belakangan ini cukup meresahkan bagi pengguna Handphone.
Virus tersebut menyamarkan dirinya dalam sebuah aplikasi android maupun apple. Banyak
pemakai gadget yang tertarik untuk mendownload aplikasi tersebut namun ketika digunakan
tidak bisa. Biasanya virus tersebut membuat sistem dari handphone menjadi lebih lama. Bahkan
untuk membuka galeri pun lama. Yang cukup sering terkena virus menyerupai aplikasi ini
merupakan handphone atau gadget yang digunakan oleh wanita. Banyak wanita yang suka
mendownload aplikasi-aplikasi terbaru tanpa rasa waspada. Berbeda dengan pria yang
kebanyakan menjaga gadgetnya. Pria lebih selektif dan berhati-hati dalam memilih situs yang
akan diakses karena takut gadgetnya terserang virus.
Umumnya virus-virus tersebut meyerang sistem yang berada dalam gadget sehingga gadget
tersebut pengoperasiannya menjadi lemah dan lama bahkan sampai ada yang rusak jika dibiarkan
kelamaan. Virus-virus tersebut harus cepat ditangkal dengan cara mendownload aplikasi anti
virus yang sudah terkenal. Dengan menggunakan anti virus, gadget dapat mendeteksi virus apa
yang terjangkit dalam gadget. Namun dilain sisi, banyak virus yang lebih canggih dari anti virus,
jadi virus tersebut tidak dapat terdeteksi oleh anti virusnya. Virus seperti ini merupakan virus
yang sangat meresahkan bagi pengguna gadget.
Dan menurut data yang kami temukan cybercrime di Indonesia setiap tahun juga meningkat
karena segala sesuatu telah lebih dimudahkan dengan adanya teknologi. Inilah grafik menurut
APJII data pengguna internet di Indonesia :
Dari survey kami ke beberapa teman di kampus atas pengguna internet di Indonesia lebih banyak
yang menggunakan teknologi internet hanya untuk menemukan dan mendapatkan informasi.
Mereka tidak memikirkan apapun tentang situs yang telah dikunjunginya berakibat buruk atau
tidak terhadap media teknologinya. Tetapi dari sebagian pengguna, mengeluh atas setelah
banyaknya informasi yang didapatkan dan diunduh biasanya timbul efek-efek terkena malware
atau virus. Biasanyalah hal tersebut yang dijadikan kerugiannya, rusaknya media teknologi
mereka, bersarangnya malware atau virus di dalam media teknologinya, gangguan terhadap data-
data penting yang berada di media teknologi mereka yang akhirnya data tersebut bermasalah
seperti tidak dapatnya dibuka, dan dihapus.
Berikut grafik data rata-rata dari tindakan pengguna internet di Indonesia :
Menurut data APJII telah diketahui seluruh pengguna internet setiap tahunnya melakukan
tindakan hal seperti data di atas. Sudah kita ketahui bahwa cybercrime yang berjenis malware
atau virus akan terus menyerang tindakan yang dilakukan pengguna teknologi internet. Hal
tersebut akan lebih mempengaruhi penggangguan terhadap system pencarian informasi didalam
internet atau disebut E-literacy. Biasanya sangat banyak sekali kerugian yang dialami oleh para
pengguna internet dikarenakan maraknya malware dimana-mana. Termasuk Indonesia pemasuk
terbesar Malware merajalela. Malware seperti biasanya banyak ditemukan di beberapa situs di
internet. Dari seluruh tindakan pengguna internet (level 1, menurut teori PCMM) sebagian
diantaranya akan terasa tidak sadar bahwa yang mereka lakukan ternyata telah melakukan
pemasukan malware atau virus kedalam media personal computer mereka.
4. KESIMPULAN
Bahwa e-literasi itu sangat penting dalam kehidupan aktifitas masyarakat Indonesia
khususnya para pelajar dan pekerja. Tetapi sebagai pengguna harus bisa mengelolanya dengan
benar dan baik sehingga tidak menimbulkan efek yang merugikan. Berhubungan dengan
pencarian informasi didalam teknologi internet biasanya ditemukan masalah yaitu masuknya
sebuah malware atau virus kedalam media teknologi (computer, handphone, gadget, dan
lainnya). Bentuk virus memang tidak terlihat, biasanya malware atau virus tersebut menyerupai
beberapa situs, web, advertising, data-data dan tulisan-tulisan yang sulit dibedakannya. Dengan
melakukan kesadaran terhadap apa yang telah kita lakukan didalam sistem pencarian informasi
melalui media internet, khususnya untuk para pengguna internet yang sama sekali tidak tahu dan
tidak peduli akan pentingnya informasi dan teknologi untuk kehidupan. Dengan melakukan
pencegahan penyalahgunaan menurut pemerintah dan melakukan srategi yang telah kami
usulkan akan menjadi dampak kesadaran para pengguna internet untuk mencegah keburukan
keamanan jaringan internet di Indonesia. Dalam pembahasan ini masyarakat Indonesia
diaharapkan dapat diiberi pengetahuan tentang efek negatif ketika menggunakan internet dalam
gadget serta dapat menangani hal-hal yang tidak diinginkan. Disini juga pemerintah diharapkan
dapat membangun sistem keamanan jaringan yang lebih baik dan selalu dipernaharui tentunya
agar terhindar dari serangan-serangan cyber yang cukup marak terjadi dan merugikan.
DAFTAR PUSTAKA
Rujukan : http://www.slideshare.net/mobile/sitimarnah/e-literacy
Rujukan : http://www.slideshare.net/mobile/sitimarnah/e-literacy
Rujukan : http://sadidadalila.wordpress.com/2010/03/20/media-literasi/
Rujukan: http://nurholiswz.blogspot.com/2012/03/makalah-literasi-informasi.html?m=1
Rujukan:http://harianti.com/survei-bps-jumlah-pengguna-internet-indonesia-tahun-2013-tembus-
71-juta-orang/
Rujukan: https://prayudi.wordpress.com/2007/05/05/e-literacy/
Rujukan: http://www.slideshare.net/banyumurti/sosialisasi-internet-sehat-dan-aman
Rujukan: http://sdppi.kominfo.go.id/info_view_c_26_p_2079.htm
Rujukan: http://ranup-selaseh.blogspot.com/2013/03/sejarah-virus-komputer.html
top related