perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tugas akhir ... · 15. rekan-rekan pwk angkatan 2008 yang...
Post on 11-Jul-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TUGAS AKHIR
TRANSFORMASI SPASIAL KORIDOR SURAKARTA-PALUR DAN
SURAKARTA-KARTOSURO SEBAGAI BAGIAN DARI WILAYAH PERI URBAN
KOTA SURAKARTA
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai
Jenjang Strata -1 Perencanaan Wilayah dan Kota
Disusun Oleh :
NOUR EKA JAYANTI
I0608066
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
TRANSFORMASI SPASIAL KORIDOR SURAKARTA-PALUR & SURAKARTA-
KARTOSURO SEBAGAI BAGIAN DARI WILAYAH PERI URBAN
KOTA SURAKARTA
NOUR EKA JAYANTI
NIM I0608066
Menyetujui
Surakarta,
Pembimbing I
Ir. Ana Hardiana, MT
NIP. 19690919 199412 2 001
Pembimbing 2
Isti Andini, ST, MT
NIP. 19850416 200912 2 004
Mengesahkan
Pembantu Dekan I
Fakultas Teknik
Kusno Adi Sambodo, ST, MT, Ph.D
NIP. 19691026 199503 1 002
Ketua Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT
NIP. 19620610 199103 1 001
Ketua Program Studi
Perencanaan Wilayah dan
Kota
Ir. Galing Yudana, MT
NIP : 196201291987031002
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, Dzat Yang Maha
Sempurna yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Tiada rasa selain syukur kami panjatkan atas
selesainya penulisan laporan skripsi kepada ALLAH SWT semata.
Segenap kemampuan telah tercurahkan dalam melaksanakan rangkaian dalam
meyusun skripsi ini mulai dari penyusunan proposal penelitian, pengumpulan data, hingga
analisis data dan akhirnya selesai tulisan hasil penelitian. Penulis menyadari bahwa seluruh
kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT semata akan tetapi penulis berusaha untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini semaksimal mungkin meskipun kami sadar bahwa skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna sehingga masih banyak kekurangan-kekurangan yang ada di
dalamnya dan harapan kami semoga penulis setelah kami dapat memperbaiki kesalahan ini.
Oleh karena itu penulis menerima segala kritik dan saran untuk menyempurnakanya.
Dalam penyusunan skripsi ini besar sekali peranan Ibu Ir. Ana Hardiana, M.T dan
Ibu Isti Andini, S.T, M.T yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu perkenankan penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada beliau berdua atas segala
kebaikanya. Disamping itu, rasa terima kasih yang tulus juga ingin penulis sampaikan kepada
yang terhormat:
1. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan dukungan dan doanya sehingga
penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret yang memberikan dukungan
dan fasilitas bagi kami untuk menyelesaikan S1.
3. Ketua Jurusan Arsitektur UNS yang telah membantu dalam memberikan ijin
untuk pelaksanaan penelitian ini.
4. Bapak Ketua Prodi PWK UNS yang telah membantu dalam memberikan ijin
untuk pelaksanaan penelitian ini.
5. Ibu Ir. Ana Hardiana, M.T dan Ibu Isti Andini, S.T, M.T yang telah memberikan
bimbingan dan koreksi selama penelitian hingga laporan selesai.
6. Bapak Dr M. Gamal Rindarjono, M.Sc yang telah memberikan petunjuk dalam
penelitian.
7. Seluruh staf pengajar Program S1 Perencanaan Wilayah Kota yang telah
membekali pengetahuan kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8. Pemerintah Kab. Karanganyar, Kab. Sukoharjo dan Kota Surakarta yang telah
membantu dalam perolehan data.
9. Pusat Pelatihan dan Pendidikan Topografi yang telah membantu dalam
memperoleh peta.
10. Rekan tercinta Andri Wibowo yang selalu memberikan dukunganya untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Rekan Gian Wicakso dan Ramdan Hendardi yang membantu dalam membuat
peta dengan program GIS.
12. Rekan Setyorini yang membantu dalam melakukan survey lapangan.
13. Rekan Inarotu Duja yang membantu dalam finising laporan.
14. Rekan-rekan “Wanita Hebat” yang memberikan dukungan dan semangat dalam
menyelesaikan penelitian ini.
15. Rekan-rekan PWK angkatan 2008 yang memberikan dukungan dan semangat
dalam menyelesaikan penelitian ini.
16. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan hingga terselesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada berbagai
pihak. Semoga pula keberhasilan ini dapat meningkatkan ketqwaan penulis kepada Allah
SWT. Amin
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Penelitian ini di lakukan di sebagian wilayah peri urban Kota Surakarta yaitu
Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar dan Kecamatan Mojolaban dan Kartosuro di
Kabupaten Sukoharjo. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi pola
transformasi spasial koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai bagian wilayah
peri urban Kota Surakarta, (2) Mengidentifikasi proses transformasi spasial koridor Surakarta-
Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai bagian wilayah peri urban Kota Surakarta, (3)
Membandingkan pola dan proses transformasi pada wilayah koridor Surakarta-Palur dan
Surakarta-Kartosuro.
Penelitian ini menggunakan metode survey. Penelitian ini terdiri dari dua tahap
yaitu pengumpulan data dengan metode survey instansi untuk mendapatkan data sekunder dan
survey lapangan untuk mendapatkan data primer. Sedangkan pada tahap analisis metode yang
digunakan yaitu metode analisis deskripsi dan komparasi. Wilayah penelitian peri urban
kemudian dideliniasi menjadi wilayah koridor yaitu Koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-
Kartosuro.
Penelitian ini menemukan pola transformasi spasial yang terjadi di Koridor
Surakarta-Palur yaitu dilihat dari pola penggunaan lahannya maka koridor Surakarta-Palur
didominasi dengan penggunaan lahan industri sedangkan Koridor Surakarta-Kartosuro
didominasi dengan penggunaan lahan permukiman dan perdagangan & jasa.
Penelitian ini juga menemukan proses transformasi spasial Koridor Surakarta-
Palur yaitu bahwa proses transformasi spasial dimulai dengan tumbuhnya industri di
pinggiran jalan arteri sehingga memicu pertumbuhan industri baru dari tahun ke tahun yang
mengalihfungsikan lahan pertanian sedangkan proses transformasi spasial yang ada di
Koridor Surakarta-Kartsouro dimulai dengan pertumbuhan perdagangan & jasa di pinggiran
jalan utama dan pertumbuhan permukiman yang mengalihfungsikan lahan pertanian.
Secara keseluruhan perbandingan dari pola transformasi spasial hanya pada
dominasi pola pemanfaatan lahannya sedangkan pada prosesnya hanya pada proses perubahan
fungsi pemanfaatan lahannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
This research was conducted at the certain area of peri urban in Surakarta, it was
at the district of Jaten at Karanganyar regency and the district of Mojolaban and Katosuro at
Sukoharjo regency. The aim of this reseacrh is : (1) to identificate the transformation spacial
pattern in Surakarta-Palur and Surakarta-Kartosuro corridor, and these area was one of peri
urban’s area at Surakarta city, (2) to identificate transformation spacial process in Surakarta-
Palur and Surakarta-Kartosuro corridor, and these area was one of the peri urban’s area at
Surakarta city, (3) to compare the pattern and the process of transformation spacial in
Surakarta-Palur and Surakarta-Kartosuro corridor.
This research was implementated by using the survey methode. This research is
consist of two step. The first step is the collecting of the data by using the survey instance
methode for getting the secondary data and square survey for getting the primary data.
This research found that there are the transformation spacial pattern in Surakarta-
Palur corridor, which is showed by the using of the area, then Surakarta-Palur area was
dominated by the use of industry area, while Surakarta-Kartosuro corridor was dominated by
the use of residental and business area.
This research also found that the the transformation spacial process in Surakarta-
Palur corridor was started by the development of the industry at the artery costal area that
trigger to the development of another industry from year to year, and this condition makes the
functional shift to the agriculture area, while the transformation spacial process in Surakarta-
Palur corridor was started by the development of agriculture and business area at it’s main
road and the development of recidental area which makes the functional shift of the
agriculture area.
And from this fact, it can be conclude that the comparation from the whole
transformation spacial pattern is only dominated by it’s fuctioanal area pattern. While the
process is only dominated by the changing of the use of its’ functional area.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN
TRANSFORMASI SPASIAL KORIDOR SURAKARTA-PALUR & SURAKARTA-
KARTOSURO SEBAGAI BAGIAN DARI WILAYAH PERI URBAN
KOTA SURAKARTA
NOUR EKA JAYANTI
NIM I0608066
Menyetujui
Surakarta,
Pembimbing I
Ir. Ana Hardiana, MT
NIP. 19690919 199412 2 001
Pembimbing 2
Isti Andini, ST, MT
NIP. 19850416 200912 2 004
Mengesahkan
Pembantu Dekan I
Fakultas Teknik
Kusno Adi Sambodo, ST, MT, Ph.D
NIP. 19691026 199503 1 002
Ketua Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT
NIP. 19620610 199103 1 001
Ketua Program Studi
Perencanaan Wilayah dan
Kota
Ir. Galing Yudana, MT
NIP : 196201291987031002
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
INTISARI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
PERSEMBAHAN ...........................................................................................v
INTISARI ..................................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR PETA.......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................4
1.4 Sasaran Penelitian .....................................................................................4
1.5 Keluaran Penelitian ...................................................................................5
1.6 Urgensi/Manfaat Penelitian ......................................................................5
1.7 Posisi Penelitian ........................................................................................5
1.8 Sistematika Penulisan ...............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Pertumbuhan Wilayah ...................................................................19
2.2 Wilayah Peri Urban.................................................................................12
2.2.1 Konsepsi Wilayah Peri Urban.......................................................12
2.2.2 Delimitasi Wilayah Peri Urban .....................................................13
2.3 Transformasi Wilayah .............................................................................15
2.3.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Transformasi Wilayah .........17
2.3.2 Tahapan-Tahapan Transformasi Wilayah .....................................19
2.3.3 Pola Transformasi Wilayah ..........................................................21
2.3.4 Transformasi Wilayah Peri Urban ................................................22
2.3.5 Transformasi Fisikal Wilayah Peri Urban ....................................23
2.4 Penelitian Terdahulu ...............................................................................27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
2.5 Kerangka Teori .......................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................32
3.1 Jenis Penelitian........................................................................................32
3.2 Pendekatan Penelitian .............................................................................32
3.3 Metode Penelitian ...................................................................................32
3.4 Variabel Penelitian ..................................................................................33
3.5 Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................33
3.5.1 Aspek Substansial .........................................................................34
3.5.2 Aspek wilayah...............................................................................34
3.6 Metode Analisis ......................................................................................34
3.6.1 Tahapan Analisis...........................................................................35
3.6.2 Kerangka Analisis .........................................................................36
3.7 Kebutuhan Data ......................................................................................38
BAB IV KARAKTERISTIK KOTA SURAKARTA DAN TIGA KECAMATAN
PERI URBAN KOTA SURAKARTA SEBAGAI WILAYAH PENELITIAN 1
4.1 Kota Surakarta ........................................................................................40
4.1.1 Sejarah .............................................................................................40
4.1.2 Kondisi Umum ................................................................................41
4.1.3 Fasilitas Perkotaan ..........................................................................41
4.2 Koridor Surakarta-Palur ..........................................................................42
4.2.1 Karakteristik Fisik ...........................................................................42
4.2.2 Kependudukan .................................................................................45
4.2.3 Fasilitas Sosial Ekonomi .................................................................45
4.2.4 Sistem Transportasi .........................................................................48
4.3 Koridor Surakarta-Kartosuro ..................................................................53
4.3.1 Karakteristik Fisik ...........................................................................53
4.3.2 Kependudukan .................................................................................54
4.2.3 Fasilitas Sosial Ekonomi .................................................................54
4.2.4 Sistem Transportasi .........................................................................56
BAB V DELINIASI WILAYAH KORIDOR ..............................................60
5.1 Koridor Surakarta Palur ..........................................................................64
5.1.1 Batas Wilayah ......................................................................................64
5.1.2 Distribusi Penduduk .............................................................................64
5.1.3 Perkembangan Fasilitas Sosial Ekonomi .............................................66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
5.1.4 Aktivitas Kawasan ...............................................................................67
5.1.5 Fungsi Bangunan .................................................................................67
5.1.6 Fungsi Kawasan ...................................................................................68
5.1.7 Sistem Transportasi ..............................................................................69
5.2 Koridor Surakarta-Kartosuro ..................................................................75
5.2.1 Batas Wilayah ......................................................................................75
5.2.2 Distribusi Penduduk .............................................................................75
5.2.3 Perkembangan Fasilitas Sosial Ekonomi .............................................77
5.2.4 Aktivitas Kawasan ...............................................................................78
5.2.5 Fungsi Bangunan .................................................................................78
5.2.6 Fungsi Kawasan ...................................................................................80
5.2.7 Sistem Transportasi ..............................................................................81
BAB VI PEMBAHASAN TRANSFORMASI SPASIAL KORIDOR
SURAKARTA-PALUR DAN SURAKARTA-KARTOSURO ...................87
6.1 Koridor Surakarta-Palur ..........................................................................87
6.1.1 Pola Transformasi Spasial....................................................................87
6.1.1.1 Intensitas Pemanfaatan Lahan...........................................................87
6.1.1.2 Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk ...........................................88
6.1.1.3 Kecenderungan Perubahan Pemanfaatan Lahan ...............................89
6.1.1.4 Pola Transformasi Spasial Koridor Surakarta-Palur .........................91
6.1.2 Proses Transformasi Spasial Koridor Surakarta-Palur ........................96
6.1.2.1 Karakteristik Bentuk Pemanfaatan Lahan ........................................96
6.1.2.2 Karakteristik Bangunan ....................................................................98
6.1.2.3 Karakteristik Permukiman ................................................................98
6.1.2.4 Karakteristik Sirkulasi ......................................................................99
6.2 Koridor Surakarta-Palur ..........................................................................99
6.2.1 Pola Transformasi Spasial....................................................................99
6.2.1.1 Intensitas Pemanfaatan Lahan...........................................................99
6.2.1.2 Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk .........................................100
6.2.1.3 Kecenderungan Perubahan Pemanfaatan Lahan .............................102
6.2.1.4 Pola Transformasi Spasial Koridor Surakarta-Palur .......................103
6.2.2 Proses Transformasi Spasial Koridor Surakarta-Palur ......................108
6.2.2.1 Karakteristik Bentuk Pemanfaatan Lahan ......................................108
6.2.2.2 Karakteristik Bangunan ..................................................................109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
6.2.2.3 Karakteristik Permukiman ..............................................................110
6.2.2.4 Karakteristik Sirkulasi ....................................................................111
6.3 Perbandingan Pola dan Proses Transformasi Spasial
Koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro .....................................113
BAB VII KESIMPULAN ...........................................................................115
7.1 Sintesa Penelitian ..................................................................................115
7.2 Rekomendasi Praktis .............................................................................115
7.3 Studi Lanjutan .......................................................................................115
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbedaan dengan Penelitian-Penelitian terdahulu .................................. 5
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 27
Tabel 3.1 Kebutuahan Data Penelitian ................................................................... 39
Tabel 4.1 Kependudukan Kec. Jaten ...................................................................... 45
Tabel 4.2 Kependudukan Kecamatan Mojolaban .................................................. 45
Tabel 4.3 Fasilitas Pendidikan Kec. Jaten ............................................................. 46
Tabel 4.4 Fasilitas Pendidikan Kec. Mojolaban .................................................... 46
Tabel 4.5 Fasilitas Kesehatan Kec. Jaten ............................................................... 47
Tabel 4.6 Fasilitas Kesehatan Kec. Mojolaban ...................................................... 47
Tabel 4.7 Fasilitas Ekonomi Kec. Jaten ................................................................. 47
Tabel 4.8 Fasilitas Ekonomi Kec. Mojolaban ........................................................ 48
Tabel 4.9 Alat Transpotasi Kec. Jaten ................................................................... 48
Tabel 4.10 Alat Transportasi Kec. Mojolaban ....................................................... 48
Tabel 4.11 Jumlah Ruas Jalan Kec. Jaten .............................................................. 49
Tabel 4.12 Jumlah Ruas Jalan Kec. Mojolaban ..................................................... 49
Tabel 4.13 Kependudukan Kec. Kartosuro ............................................................ 54
Tabel 4.14 Fasilitas Pendidikan Kec. Kartosuro .................................................... 55
Tabel 4.15 Fasilitas Kesehatan Kec. Kartosuro ..................................................... 55
Tabel 4.16 Fasilitas Ekonomi Kec. Kartosuro ....................................................... 56
Tabel 4.17 Alat Transpotasi Kec. Kartosuro ......................................................... 56
Tabel 4.18 Jumlah Ruas Jalan Kec. Mojolaban ..................................................... 57
Tabel 5.1 Letak Administrasi Koridor Surakarta-Palur ......................................... 61
Tabel 5.2 Letak Administrasi Koridor Surakarta-Kartosuro ................................. 61
Tabel 5.3 Distribusi Penduduk Koridor Surakarta-Palur ....................................... 64
Tabel 5.4 Pertambahan Fasilitas Sosial Ekonomi Koridor Surakarta-
Palur....................................................................................................... 66
Tabel 5.5 Aktivitas Wilayah Koridor Surakarta-Palur .......................................... 67
Tabel 5.6 Luas Kawasan Koridor Surakarta-Palur ............................................... 69
Tabel 5.7 Sistem Transportasi Koridor Surakarta-Palur ........................................ 69
Tabel 5.8 Distribusi Penduduk Koridor Surakarta-Palur ....................................... 75
Tabel 5.9 Pertambahan Fasilitas Sosial Ekonomi Koridor Surakarta-
Palur....................................................................................................... 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 5.10 Aktivitas Wilayah Koridor Surakarta-Palur ........................................ 78
Tabel 5.11 Luas Kawasan Koridor Surakarta-Palur ............................................. 80
Tabel 5.12 Sistem Transportasi Koridor Surakarta-Palur ...................................... 81
Tabel 6.1 Intensitas Pemanfaatan Lahan Koridor Surakarta-Palur ........................ 87
Tabel 6.2 Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Koridor Surakarta-
Palur Tahun 1990-2010 ......................................................................... 88
Tabel 6.3 Intensitas Pemanfaatan Lahan Koridor Surakarta-Kartosuro ................ 99
Tabel 6.4 Pertumbuhan Penduduk Koridor Surakarta-Kartosuro
Tahun 1990-2010 ................................................................................ 100
Tabel 6.5 Perbandingan Pola dan Proses Transformasi Spasial
Koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro .............................. 112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Alur Penelitian ..................................................................................... 8
Gambar 2.1 Perambatan Konsentris ...................................................................... 11
Gambar 2.2 Pertumbuhan Memanjang .................................................................. 11
Gambar 2.3 Perembetan Meloncat ......................................................................... 11
Gambar 2.4 Kerangka Teori .................................................................................. 31
Gambar 3.1 Kerangka Analisis .............................................................................. 37
Gambar 4.1 Penggunaan Lahan Kecamatan Jaten ................................................. 44
Gambar 4.2 Penggunaan Lahan Kecamatan Mojolaban ........................................ 44
Gambar 4.3 Penggunaan Lahan Kecamatan Kartosuro ......................................... 54
Gambar 5.1 Pengaruh Jalan Arteri Terhadap Wilayah Koridor ............................ 60
Gambar 5.2 Distribusi Penduduk Koridor Surakarta-Palur ................................... 65
Gambar 5.3 Fungsi Bangunan Koridor Surakarta-Palur ........................................ 68
Gambar 5.4 Pola Pergerakan Koridor Surakarta-Palur .......................................... 71
Gambar 5.5 Distribusi Penduduk Koridor Surakarta-Kartosuro............................ 76
Gambar 5.6 Fungsi Bangunan Koridor Surakarta-Kartosuro ................................ 70
Gambar 5.7 Pola Pergerakan Koridor Surakarta-Kartosuro .................................. 82
Gambar 6.1 Intensitas & Pertumbuhan Pemanfaatan Lahan Koridor
Surakarta-Palur ................................................................................. 87
Gambar 6.2 Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk ............................................ 88
Gambar 6.3 Perubahan Pemanfaatan Lahan 1990-1995 ........................................ 89
Gambar 6.5 Perubahan Pemanfaatan Lahan 2000-2005 ........................................ 90
Gambar 6.6 Perubahan Pemanfaatan Lahan 2005-2010 ........................................ 90
Gambar 6.7 Pola Transformasi Spasial Koridor Surakarta-Palur 1990-
1995 .................................................................................................. 93
Gambar 6.8 Pola Transformasi Spasial Koridor Surakarta-Palur 2000-
2005 .................................................................................................. 94
Gambar 6.9 Pola Transformasi Spasial Koridor Surakarta-Palur 1990-
2010 .................................................................................................. 95
Gambar 6.10 Karakteristik Bentuk Pemanfaatan Lahan ........................................ 97
Gambar 6.11 Karakteristik Bangunan.................................................................... 97
Gambar 6.12 Karakteristik Permukiman ............................................................... 98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Gambar 6.13 Karakteristik Sirkulasi...................................................................... 99
Gambar 6.14 Intensitas Pemanfaatan Lahan Koridor Surakarta-
Kartosuro ........................................................................................ 100
Gambar 6.15 Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Koridor
Surakarta-Kartosuro ........................................................................ 101
Gambar 6.16 Perubahan Pemanfaatan Lahan 1990-1995 .................................... 102
Gambar 6.17 Perubahan Pemanfaatan Lahan 1995-2000 .................................... 103
Gambar 6.18 Perubahan Pemanfaatan Lahan 2000-2005 .................................... 103
Gambar 6.19 Perubahan Pemanfaatan Lahan 2005-2010 .................................... 103
Gambar 6.20 Pola Transformasi Spasial Koridor Surakarta-Kartosuro
1990-1995 ....................................................................................... 105
Gambar 6.21 Pola Transformasi Spasial Koridor Surakarta-Kartosuro
2000-2005 ....................................................................................... 106
Gambar 6.22 Pola Transformasi Spasial Koridor Surakarta-Kartosuro
1990-2010 ....................................................................................... 107
Gambar 6.23 Karakteristik Bentuk Pemanfaatan Lahan ...................................... 108
Gambar 6.24 Karakteristik Bangunan.................................................................. 109
Gambar 6.25 Karakteristik Permukiman ............................................................. 111
Gambar 6.26 Karakteristik Sirkulasi.................................................................... 112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR PETA
Peta 4.1 Kecamatan Jaten ...................................................................................... 50
Peta 4.2 Kecamatan Mojolaban ............................................................................. 51
Peta 4.3 Kecamatan Kartosuro ............................................................................... 58
Peta 4.4 Wilayah Penelitian ................................................................................... 59
Peta 5.1 Deliniasi Koridor Surakarta-Palur ........................................................... 62
Peta 5.2 Deliniasi Koridor Surakarta-Surakarta..................................................... 63
Peta 5.3 Koridor Surakarta-Palur 1990 .................................................................. 72
Peta 5.4 Koridor Surakarta-Palur 1995 ................................................................. 73
Peta 5.5 Koridor Surakarta-Palur 2000 .................................................................. 74
Peta 5.6 Koridor Surakarta-Palur 2005 .................................................................. 74
Peta 5.7 Koridor Surakarta-Palur 2010 .................................................................. 74
Peta 5.8 Koridor Surakarta-Kartosuro 1990 .......................................................... 83
Peta 5.9 Koridor Surakarta-Kartosuro 1995 .......................................................... 84
Peta 5.10 Koridor Surakarta-Kartosuro 2000 ........................................................ 85
Peta 5.11 Koridor Surakarta-Kartosuro 2005 ........................................................ 86
Peta 5.12 Koridor Surakarta-Kartosuro 2010 ........................................................ 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota merupakan suatu wilayah yang mempunyai kriteria tertentu baik secara fisik
maupun non fisik, antara lain wilayah terbangun yang mendominasi serta keberadaan sarana
prasarana yang lebih baik bila dibandingkan dengan wilayah sekitarnya (Yunus, ).
Kelengkapan infrastruktur wilayah perkotaan menjadi daya tarik masyarakat yang awalnya
tinggal pada wilayah rural untuk berpindah ke kota (urbanisasi).
Dalam proses pembentukan sebuah kota, tahapan awal yang terbentuk adalah
wilayah pusat-pusat permukiman sederhana atau kawasan aktivitas baru yang memiliki
kemungkinan berkembang seperti halnya keberadaan sebuah pedesaan atau lokasi aktivitas
baru. Namun, dorongan pengembangan lokasi pusat kegiatan ini terus terjadi, dan mendasari
berkembangnya wilayah perkotaan yang lebih kompleks. Kebutuhan ekonomi masyarakat
tumbuh dengan di tunjang oleh kemudahan transportasi untuk di capai, kenyamanan untuk
orang-orang saling berkomunikasi dan secara geografis berada dalam posisi yang strategis.
Keunggulan inilah yang dapat mendorong kegiatan pemasaran, industri, administrasi, jasa,
budaya, kesenian, dan pertahanan berkembang di pusat permukiman dan lokasi aktivitas
tersebut sehingga terbentuklah suatu kawasan dengan fungsi tertentu (Golany ).
Golany ( ) juga menyebutkan bahwa “permukiman kemudian berkembang
menjadi sebuah kota karena kebutuhan manusia semakin berkembang, dan dalam upaya
memenuhi kebutuhan sosialnya ini maka manusia mengorganisasikan dirinya dengan alam
dan manusia lainnya sehingga tercapai sistem keteraturan yang dapat memenuhi tuntutan
kehidupannya”.
Sementara menurut Mumford ( ), sebelum kota menjadi tempat bermukim
yang tetap, tempat ini mulanya menjadi tempat pertemuan manusia yang akan selalu kembali
lagi secara periodik. Tentu hal ini di sebabkan karena keberadaan magnet utama dalam sebuah
kota yaitu tempat penyimpanan makanan. Selain sebagai tempat penyimpanan, Kota juga
merupakan tempat bertemu orang-orang untuk saling berkomunikasi dan meningkatkan
semangat. Berbagai keunggulan yang dimiliki kota akhirnya mendukung pembentukan kota
sebagai pusat perdagangan yang merupakan peran yang paling penting dari sebuah kota.
Menurut Giyarsih ( ), Kota merupakan pusat pertumbuhan bagi daerah
sekitarnya. Secara fungsional pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok
usaha atau cabang industri yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan
sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
belakangnya). Sementara secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang
banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of
attraction) yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan
masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas ada di kota tersebut.
Cristaller, dalam Giyarsih ( )mengemukakan pertumbuhan kota di pengaruhi
salah satunya oleh spesialisasi dalam fungsi pelayanan perkotaan, sedangkan tingkat
permintaan akan pelayanan perkotaan oleh daerah sekitarnya akan menentukan kecepatan
pertumbuhan kota (tempat pemusatan) tersebut. Terdapat empat faktor yang menyebabkan
timbulnya pusat-pusat pelayanan yaitu: ( ) faktor lokasi ekonomi, ( ) faktor ketersediaan
sumberdaya, ( ) kekuatan aglomerasi, dan ( ) faktor investasi pemerintah. Menurut Mercado
( ) konsep pusat pertumbuhan diperkenalkan oleh Fancois Perroux ( ) yang
mendefinisikan pusat pertumbuhan sebagai “pusat dari pancaran gaya sentrifugal dan tarikan
gaya sentripetal”. Menurut Rondinelli ( ) dan Unwin ( ) dalam Mercado ( )
bahwa teori pusat pertumbuhan berkembang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan dengan melakukan investasi yang besar pada industri padat modal di pusat kota.
Teori pusat pertumbuhan juga ditopang oleh kepercayaan bahwa kekuatan pasar bebas
melengkapi kondisi terjadinya trickle down effect (dampak penetesan ke bawah) dan
menciptakan spread effect (dampak penyebaran) pertumbuhan ekonomi dari perkotaan ke
pedesaan.
Tumbuhnya suatu tempat menjadi perkotaan telah menciptakan daerah
permukiman yang demikian luas dan menyebabkan berkurangnya lahan pertanian. Kota-kota
terus memperluas batasnya dan merambah ruang-ruang terbuka sebagai upaya untuk
mendapatkan ruang untuk hidup. Daerah pinggiran kota secara terus menerus bertambah, dan
hasil pencatatan menggambarkan perubahan secara besar-besaran dan pertumbuhan yang
menakjubkan (Bollens & Schmadt, ). Namun demikian teori pusat pertumbuhan dinilai gagal
karena dampak penetesan ke bawah dan dampak penyebaran tidak terjadi. Selain itu, impuls
pertumbuhan di pusat tidak cukup menjangkau wilayah hinterland karena hanya untuk
melengkapi kepentingan hirarki kota (Mercado, ). Perluasan batas kota sebagai ekspresi
keruangan pertumbuhan kota merupakan fenomena yang memperlihatkan kegagalan konsep
pusat pertumbuhan.
Wilayah Peri Urban mangalami proses transformasi fisiko spasial dari bentuk-
bentuk kedesaan menjadi bentuk-bentuk kekotaan. Yunus ( ) mengemukakan ketiga
bentuk transformasi fisiko spasial tersebut adalah ( ) perkembangan konsentris (concentric
development); ( ) perkembangan memita (ribbon development) dan ( ) perkembangan lompat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
katak (leapfrog development). Pola ini didasarkan pada perubahan yang merupakan
perwujudan transformasi fisiko spasila pada wilayah peri urban.
Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang mengalami pertumbuhan cukup
signifikan sepanjang dekade terakhir, Pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta yang di
dominasi pada sektor perdagangan secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan
kawasan yang secara langsung berbatasan dengan Kota Surakarta. Jumlah penduduk Kota
Surakarta mencapai . jiwa dengan kepadatan penduduk . /km . (BPS, )
Kota dengan luas km merupakan tempat tidak bagi hanya penduduk asli, namun juga
pendatang dan penghuni sementara (seperti mahasiswa) yang jumlahnya terus bertambah.
Palur merupakan wilayah peri urban Kota Surakarta di sebelah timur yang
dibatasi dengan Bengawan Solo. Kawasan ini terletak di wilayah kabupaten berbeda yaitu di
Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Janten, Kabupaten
Karanganyar. Kawasan ini mewadahi beberapa aktivitas utama seperti pendidikan (UNSA dan
ASMI), perdagangan retail atau eceran (Palur Plaza, Luwes dan Mitra) serta industri. Terdapat
sebuah terminal bus antar kota sebagai titik penghubung antara Kota Surakarta dengan
Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen. Sehingga cukup penting bagi pertumbuhan
dan perkembangan ekonomi daerah Palur dan sekitarnya.
Kartosuro merupakan wilayah peri urban Kota Surakarta di sebelah barat, yang
mengalami proses perubahan penggunaan lahan terutama perubahan penggunaan lahan
pertanian. Alih fungsi lahan pertanian di Sukoharjo berupa sawah, ladang atau kebun menjadi
perumahan terjadi secara besar-besaran. Alih fungsi paling besar terjadi di Kecamatan
Kartasura. Sebelumnya lahan pertanian di Kartasura mencapai ribuan ha, kini turun jadi
ha (Kedaulatan Rakyat ) . Perubahan yang paling terlihat signifikan berada di koridor
yang menghubungkan Kota Surakarta dengan Yogyakarta dan Semarang yang melewati
wilayah Kartosuro.
Koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro merupakan dua koridor yang
menghubungkan pusat pertumbuhan dengan wilayah peri urbannya, perkembangan kedua
koridor ini antara lain ditunjukan oleh tingginya pertumbuhan penduduk, peningkatan
investasi, dan kontribusi sektor non agraris serta cepatnya proses alih fungsi lahan dari
pertanian ke non pertanian. Sebagai wilayah penghubung wilayah koridor mengalami proses
perubahan yang tinggi akibat luberan kegiatan-kegiatan perkotaan yang terus meningkat.
Secara fisikal wilayah ini dicirikan oleh perubahan penggunaan lahan pertanian, menjadi
industri komersial atau permukiman (McGee, ).
Fenomena pertumbuhan Kota Surakarta sebagai akibat perkembangan aktivitas
perkotaan telah mempengaruhi Wilayah Peri Urban sekitar Surakarta. Perkembangan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terjadi di Koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro menunjukan transformasi fisiko
spasial yang signifikan. Pada perkembanganya transformasi ini dapat meluas dan akan
semakin sulit dikendalikan, hal ini dapat dilihat dari adanya perubahan pemanfaatan lahan
pertanian menjadi lahan terbangun dengan fungsi-fungsi tertentu misalkan seperti
permukiman dan industri. Oleh karena itu, perlu dikenali karakteristik transformasi spasial
yang terjadi. Hal ini dapat manjadi masukan bagi upaya-upaya atau tindak perencanaan yang
akan dilakukan untuk mengelola Wilayah Peri Urban demi perkembangan wilayah Surakarta
Raya yang terintregasi.
Rumusan Masalah
Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah transformasi spasial koridor
Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai bagian pertumbuhan wilayah Peri Urban
Kota Surakarta telah berkembang sangat pesat. Tanpa intervensi perencanaan yang matang,
transformasi akan terjadi tanpa terkendali. Oleh karena itu perlu dikenali karakteristik
transfomasi spasial sebagai pengendalian pembangunan yang berlebihan dan dapat
memberikan dampak baik negatif maupun positif.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah
. Mengidentifikasi pola transformasi spasial koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-
Kartosuro sebagai bagian wilayah peri urban Kota Surakarta.
. Mengidentifikasi proses transformasi spasial koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-
Kartosuro sebagai bagian wilayah peri urban Kota Surakarta.
. Membandingkan pola dan proses transformasi pada wilayah koridor Surakarta-Palur
dan Surakarta-Kartosuro.
Sasaran Penelitian
Sasaran dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
. Deliniasi wilayah koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro
. Teridentifikasinya pola distribusi penduduk karidor Surakarta-Palur dan Surakarta
Kartosuro sebagai bagian wilayah peri urban Kota Surakarta
. Teridentifikasinya aktivitas yang ada di wilayah koridor Surakarta-Palur dan
Surakarta-Kartosuro sebagai bagian wilayah peri urban Kota Surakarta.
. Teridentifikasinya pola pergerakan masyarakat dan sistem transportasi di koridor
Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai bagian wilayah peri urban Kota
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
. Teridentifikasinya pola perkembangan dan proses penggunaan lahan di koridor
Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai bagian wilayah peri urban Kota
Surakarta.
. Teridentifikasinya pola transformasi spasial koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-
Kartosuro sebagai bagian wilayah peri urban Kota Surakarta.
. Teridentifikasinya Proses transformasi spasial koridor Surakarta-Palur dan
Surakarta-Kartosuro sebagai bagian wilayah peri urban Kota Surakarta.
. Perbandingan pola dan proses transformasi spasial koridor Surakarta-Palur dan
Surakarta-Kartosuro sebagai wilayah peri urban Kota Surakarta.
Keluaran Penelitian
. Keluaran dari penelitian ini yaitu Keluaran dari panelitian ini adalah karakteristik
transformasi spasial koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro dilihat dari
segi pola dan proses transformasi.
. Perbandingan karakteristrik transformasi spasial antara koridor Surakarta-Palur dan
Surakarta-Kartosuro.
Urgensi/Manfaat Penelitian
Urgensi dari penelitian ini antara lain :
. Mengetahui pola transformasi yang terjadi di koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-
Kartosuro sebagai kunci dalam mengetahui karakteristik transformasi di kedua
koridor ini.
. Mengetahui proses transformasi di Koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro
dilihat dari berbagai faktor spasial.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :
. Dapat digunakan sebagai referensi dalam menentukan kebijakan pembangunan pada
bagian wilayah koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro.
. Dapat digunakan sebagai referensi pada penelitian dalam bidang perencanaan
wilayah dan kota terutama perencanaan koridor perkotaan.
Posisi Penelitian
Tabel . Perbedaan Dengan Penelitian-Penelitian Sebelumnya
Peneliti Judul Lokasi Metode Analisis Hasil Penelitian
Sutomo
( )
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Perkembangan Fisikal Kawasan Koridor Antara
Purworejo-Sokaraja
Koridor
Purwokerto-
Sokaraja
Analisis Data
Primer
( ) Hasil penelitian tersebut adalah faktor eksternal
yakni kebijakan Pemekaran Kota Purwokerto
dan Sokaraja, kehadiran dan pandangan pendatang tentang kondisi lingkungan kawasan
koridor menunjukan hubungan positif dengan
luas perubahan lahan pertanian menjadi non
pertanian dan jumlah permukiman baru di
kawasan koridor.
( ) Faktor internal yaitu : ( ) tungkat pendapatan keluarga berkolerasi positif dengan kondisi
bangunan pokok rumah tinggal, ( ) persepsi
kepala keluarga tentang nilai lahan pertanian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berkorelasi negatif dengan luas perubahan lahan pertanian menjadi non pertanian, ( )
aksesibilitas berkorelasi positif dengan luas
perubahan lahan pertanian menjadi non pertanian dan luas liputan bangunan pada
masing-masing mintakat. Pola perkembangan
keruangan bangunan non permukiman cenderung linier ditepi jalan raya dan intensitas
tertinggi pada mintakat . Pola perkembangan
bangunan permukiman cenderung mengelompok dibelakang kawasan non
permukiman dan intensitas tertinggi pada
mintakat .
Adika
( )
Perkembangan Wilayah
Pinggiran Kota
Metropolitas Surabaya dan Mobilitas Tenaga Kerja
Koridor
Surabaya-
Pasuruan
Analisis Data
Primer
( ) Perluasan pembangunan fisik/fungsi dari Kota
Surabaya ke Kabupaten Sidoharjo
mengakibatkan terjadinya perubahan struktur sosial, ekonomi, dan juga tata ruang.
( ) Perubahan spasial, sosial, dan ekonomi yang
terjadi di Wilayah Kabupaten Sidoharjo mengubah fenomena perdesaan menjadi
perkotaan.
Giyarsih,
Muta’ali , dan Widodo
( )
Peran Koridor Perkotaan
Terhadap Pembangunan Wilayah Perdesaan di
Koridor Joglosemar
Koridor
Joglosemar
Analisis Data
Primer
( ) Tingkat transformasi wilayah lebih tinggi pada
wilayah yang mempunyai tingkat aksesibilitas fisik wilayah tinggi.
( ) Proses transformasi wilayah merupakan
rentetan peristiwa yang panjang dan berkaitan satu dengan lainnya.
( ) Dampak transformasi wilayah terhadap sumberdaya lokal, ekonomi, sosial dan kultural.
Prakosa dan
Kurniawan
( )
Pengaruh Urbanisasi
Spasial Terhadap
Transformasi Wilayah Penggiran Kota Indonesia.
Pinggiran Kota
Yogyakarta
Analisis Data
Sekunder dan
Intrepetasi Citra Penginderaan
Jauh.
( ) Bahwa urbanisasi spasial yang terjadi diwilayah
pinggiran Kota Yogyakarta dapat dilihat dari
perkembangan lahan terbangun dan peningkatan ciri kekotaan.
( ) Perkembangan fungsi fasilitas pelayanan dan
struktur mata pencaharian merupakan variabel penentu perkembangan tingkat kekotaan di
wilayah pinggiran Kota Yogyakarta ditandai
dengan penurunan luas lahan pertanian dan peningkatan lahan terbangun.
Giyarsih
( )
Transformasi Wilayah di
Koridor Yogyakarta-Surakarta.
Koridor
Yogyakarta-Surakarta
Analisis Data
Sekunder dan Primer
( ) Bahwa semakin tinggi aksesibilitas suatu
wilayah maka semakin tinggi pula tingkat transformasi spasialnya.
( ) Tahapan-tahapan transformasi pada wilayah
penelitian berasosiasi dengan jaringan jalan dan pusat-pusat pertumbuhan.
( ) Transformasi wilayah yang terjadi di daerah
penelitian mempunyai dampak terhadap sumberdaya lahan yang mengakibatkan
penyusutan luas lahan pertanian, kenaikan
harga lahan, perubahan jenis tanaman pertanian ke arah tanaman yang tidak banyak tergantung
pada irigasi teknis, penurunan produktivitas
pertanian, perubahan orientasi penggunaan hasil pertanian ke arah lebih komersial, dan
penurunan keuntungan dalam penggunaan
lahan pertanian. ( ) Transformasi wilayah yang terjadi di daerah
penelitian mempunyai dampak terhadap aspek
ekonomi, sosial, kultural dan teknologi penduduk.
( ) Deliniasi daerah penelitian dengan
menggunakan pendekatan administratif masih mempunyai kelemahan.
( ) Adanya variasi spasial pola transformasi
wilayah, tahapan transformasi dan dampaknya.
Nour Eka
Jayanti
Transformasi Spasial
Koridor Surakarta-Palur dan
Surakarta-Kartosuro
Koridor
Surakarta-Palur
dan Surakarta-Kartosuro
Analisis Data
Sekunder dan
Primer
( ) Pola transformasi spasial koridor surakarta-
palur dan surakarta-kartosuro.
( ) Proses transformasi spasial koridor surakarta-palur dan surakarta-kartosuro.
( ) Perbandingan pola dan proses transformasi
spasial koridor surakarta-palur dan surakarta-kartosuro.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sistematika Penulisan
Laporan tugas akhir ini terdiri dari tujuh bab yaitu :
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini membahas tentang Latar Belakang, Rumusan masalah, Tujuan Penelitian
dan batasan, Kegunaan penelitian dan Siatematika Penulisan dokumen penelitian.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Pada bab ini berisikan teori-teori yang berhubungan dalam penulisan ini, tinjauan
pustaka yang berisi landasan teori antara lain teori Pertumbuhan Kota (urban sprawl),
Penggunaan Lahan Perkotaan, Wilayah Peri Urban, Transformasi Wilayah,
Transformasi Wilayah Peri Urban, Penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran
teoritis.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang variable penelitian dan deskripsi operasional variabel, jenis dan
sumber data, metode mengumpulkan data, serta metode analisis.
BAB IV : Karakteristik Kota Surakarta dan Tiga Kecamatan Peri Urban Kota
Surakarta
Bab ini berisikan mengenai gambaran karakteristik wilayah Kota Surakarta dan tiga
kecamatan yang merupakan wilayah yang berpotongan dengan koridor Surakarta-Palur
dan Surakarta-Kartosuro sebagai bagian dari wilayah peri urban Kota Surakarta.
BAB V : Deliniasi Wilayah
Berisi tentang deliniasi wilayah Koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro
sebagai wilayah penelitian.
BAB VI : Pembahasan Transformasi Spasial Koridor Surakarta-Palur dan
Surakarta-Kartosuro
Berisi tentang analisis pola dan proses transformasi spasial koridor Surakarta-Palur dan
Surakarta Kartosuro serta perbandingan pola dan proses transformasi spasial kedua
koridor.
BAB VII : Kesimpulan dan Penutup
Berisi tentang sintesa penelitian, rekomendasi praktis, serta studi lanjutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Alur Penelitian
Gambar . Alur Penelitian
Sasaran . Deliniasi wilayah koridor Surakarta-Palur dan Surakarta
Kartosuro . Teridentifikasinya pola distribusi penduduk karidor Surakarta-
Palur dan Surakarta Kartosuro sebagai bagian wilayah peri urban Kota Surakarta
. Teridentifikasinya aktivitas yang ada di wilayah koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai bagian wilayah peri urban Kota Surakarta.
. Teridentifikasinya pola pergerakan masyarakat dan sistem transportasi di koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai bagian wilayah peri urban Kota Surakarta.
. Teridentifikasinya pola perkembangan dan proses penggunaan lahan di koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai bagian wilayah peri urban Kota Surakarta.
. Teridentifikasinya pola transformasi spasial koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai bagian wilayah peri urban Kota Surakarta.
. Teridentifikasinya Proses transformasi spasial koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai bagian wilayah peri urban Kota Surakarta.
. Perbandingan pola dan proses transformasi spasial koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai wilayah peri urban Kota Surakarta.
Latar Belakang Pemusatan aktivitas perkotaan menyebabkan pertumbuhan kota, menjadikan kota mancakup wilayah sekitarnya sebagai wilayah perkotaan. Wilayah luar kota menjadi wilayah peri urban yang memiliki aktivitas perkotaan dan aktivitas perdesaan (dikatakan kotadesasi/ruurban). Palur menjadi salah satu wilayah yang menjadi bagian peri urban dari Kota Surakarta, pertumbuhan aktivitas terutama pada koridor yang menghubungkan palur dengan Kota Surakarta semakin berkembang dan
mulai mengalami transformasi spasial.
Tujuan . Mengidentifikasi pola transformasi spasial koridor
Surakarta-Palur & Surakarta-Kartosurosebagai bagian wilayah peri urban Kota Surakarta.
. Mengidentifikasi proses transformasi spasial koridor Surakarta-Palur & Surakarta-Kartosuro sebagai bagian wilayah peri urban Kota Surakarta.
. Membandingkan pola dan proses transformasi pada wilayah koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro.
Rumusan Masalah Terjadinya transformasi spasial koridor Surakarta-
Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai bagian wilayah Peri Urban Kota Surakarta. Tanpa intervensi perencanaan yang matang, transformasi akan terjadi tanpa terkendali. Oleh karena itu perlu dikenali karakteristik transfomasi spasial sebagai pengendalian pembangunan yang berlebihan dan dapat memberikan dampak baik negatif maupun positif.
Tinjauan Pustaka
Pertumbuhan Kota (urban sprawl)
Penggunaan Lahan Perkotaan
Wilayah Peri Urban
Transformasi Wilayah
Transformasi Wilayah Peri Urban
Proses transformasi spasial koridor Surakarta-Palur sebagai bagian wilayah Peri Urban Kota Surakarta.
Pola transformasi spasial koridor
Surakarta-Palur sebagai bagian wilayah Peri Urban Kota Surakarta
Perbandingan pola dan proses transformasi spasial koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai bagian dari wilayah
peri urban Kota Surakarta.
Variabel Proses
Transformasi
. Karakteristik bentuk
pemanfaatan lahan
. Karakteristik bangunan
. Karakteristik
permukiman
. Karakteristik sirkulasi
Variabel Pola
Transformasi
. Intensitas pemanfaatan
lahan
. Kepadatan penduduk
. Kecanderungan
perubahan pemanfaatn
lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB
TINJAUAN PUSTAKA TRANSFORMASI SPASIAL WILAYAH PERI URBAN
Dalam bab ini diulas tentang tulisan-tulisan yang berkaitan dengan tema
penelitian, yang dimaksud dengan tulisan-tulisan adalah tulisan yang berupa buku teks dan
hasil-hasil penelitian. Tulisan yang berasal dari buku teks bertujuan untuk memperoleh teori,
konsep, dan dalil yang relevan dengan tema penelitian. Sementara itu tulisan yang bersumber
dari hasil-hasil penelitian digunakan untuk memperoleh fakta empiris. Uraian berikut
mengulas tulisan-tulisan tersebut beserta argumentasi yang mendasari mengapa tulisan
tersebut digunakan dalam penelitian ini.
. Teori Pertumbuhan Wilayah
Pertumbuhan wilayah peri urban merupakan bagian dari fenomena pertumbuhan
wilayah, sub bab ini menjelaskan bentuk dan faktor pertumbuhan wilayah.
Russwurn ( ) menggolongkan ekspresi keruangan (spatial expreions) dari
kenampakan kekotaan menjadi kenampakan utama dan kenampakan kombinasi. Dengan
demikian, ada macam ekspresi keruangan kenampakan kota yang dikemukakannya, yaitu :
. Bentuk Konsentris (uni nodal/concentric)
. Bentuk Simpul Multi (constellation/multi nodal)
. Bentuk Memanjang (Linear)
. Bentuk Terserak (Dispersed)
. Bentuk Konsentris Bersimpul Multi
. Bentuk konsentris memanjang
. Bentuk Konsentris Terserak
. Bentuk Mamanjang Bersimpul Multi
. Bentuk Bersimpul Multi Terserak
. Bentuk Linear Terserak
Pertumbuhan kota (perembetan kenampakan kota/urban sprawl) mempunyai
ekspresi yang bervariasi. Ekspresi keruangan ini sebagian terjadi melalui proses-proses
tertentu yang dipengaruhi faktor-faktor fisik dan non fisik. Faktor fisik berkaitan dengan
keadaan topografi struktur geologi, geomorfologi, perairan dan tanah. Faktor-faktor non fisik
antara lain kegiatan penduduk (politik, sosial, budaya, teknologi) urbanisasi, peningkatan
kebutuhan akan ruang, peningkatan jumlah penduduk, perencanaan tata ruang, zoning,
peraturan-peraturan pemerintah tentang bangunan dan lain sebagainya. Peranan aksesibilitas,
prasarana transportasi, sarana transportasi, pendirian fungsi-fungsi besar (antara lain industri-
industri, perumahan, dan lain sebagainya) mempunyai peranan yang besar pula dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
membentuk variasi ekspresi keruangan kenampakan kota. Pembentukan kompleks perumahan
dapat diprakarsai oleh pemerintah (kompleks perumahan karyawan) atau dapat kompleks
perumahan yang diperdagangkan. Dalam hal ini peranan “developers” sangat besar dalam
mewarnai ekspresi keruangan kota.
Untuk kota-kota di Canada, menurut Russwurm ( ) terdapat buah faktor
utama yang berpengaruh terhadapa ekspresi keruangan kenampakan kota yaitu :
. Pertumbuhan penduduk (population growth)
. Persaingan memperoleh lahan
. Hak-hak pemalikan lahan (property rights)
. Kegiatan developers (developers activities)
. Perencanaan (planning controls)
. Perkembangan teknologi (technological development)
. Lingkungan fisik (phisical environment)
Sementara itu, interaksi antara faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
kota akan menciptakan simpul-simpul pertumbuhan yang mengatur aliran orang, barang
maupun informasi. Pusat-pusat pertumbuhan (nodes/simpul) tersebut yang menyolok antara
lain :
. Pusat kota (down town)
. Pusat perbelanjaan (shopping centers)
. Daerah industri (industrial areas)
. Daerah perkantoran / kelembagaan (institusioanl areas)
. Daerah permukiman elit (prestige residential areas)
. Konsentrasi apartemen (apartemens consentrations)
. Daerah terbuka untuk bersenang-senang misalnya : taman kota, camping ground,
olahraga dan lain sebagainya (open-space leisure areas)
Pertumbuhan kota secera spasial dapat digambarkan sebagai berikut yaitu :
. Pertumbuhan Konsentris (Concentric Development)
Tipe pertama ini oleh Harvey Clark ( ) disebut sebagai “lowdensity, continous
development” dan oleh Wallace ( ) disebut “concentric development”. Jadi ini
merupakan jenis perembetan areal kekotaan yang paling lambat. Perembetan berjalan
perlahan-lahan terbatas pada semua bagian-bagian luar kenampakan fisik kota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar. .
Perembetan Konsentris
. Pertumbuhan Memanjang (Ribbon Development)
Tipe ini menunjukan ke tidak merataan perembetan areal kekotaan di semua
bagian sisi-sisi luar dari daerah kota utama. Perembetan paling cepat terlihat di sepanjang
jalur transportasi yang ada, khususnya yang bersifat menjari (radial) dari pusat kota. Daerah di
sepanjang rute transportasi utama merupakan tekanan paling berat dari perkembangan.
Gambar .
Perembetan Linear
. Pertumbuhan Meloncat (Leap Frog Development)
Tipe perkembangan ini oleh kebanyakan pakar lingkungan dianggap paling
merugikan, tidak efisien dalam arti ekonomi, tidak memiliki estetika dan tidak menarik.
Perkembangan lahan kekotaanya terjadi berpencaran seraca sparadis dan tumbuh ditengah-
tengah lahan pertanian. Keadaan ini sangat menyulitkan pemerintah kota untuk membangun
prasarana-prasarana fasilitas kebutuhan hidup sehari-hari.
Gambar .
Perembetan Meloncat
Wilayah Peri Urban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Wilayah Peri Urban merupakan wilayah yang multi dimensi, ciri khas wilayah ini
sangat istimewa yang tidak dimiliki wilayah lain yaitu dalam hal keterkaitan yang begitu
besar dengan aspek kehidupan kota maupun desa yang tercipta secara simultan. Karena lokasi
WPU berada di antara wilayah desa di satu sisi dan wilayah kota disisi lain sehingga sangat
wajar apabila WPU mempunyai karakter hibrida antar sifat kekotaan dan sifat kedesaan,
peranan WPU dalam mempengaruhi kehidupan kekotaan dan kehidupan kedesaan baik masa
sekarang dan terlebih lagi pada masa yang akan datang.
. Konsepsi Wilayah Peri Urban
Peri urban di maknakan sebagai wilayah sekitar kota dan pedesaan yang
berdimensi multi. WPU di dasarkan pada istilah pedesaan maupun kekotaan dari segi fisik
morfologi yang diindikasikan oleh bentuk pemanfaatan lahan non-agraris versus penggunaan
lahan agraris. WPU berada di mana di dalamnya terdapat pencampuran untuk pemanfaatan
lahan agraris dan non agraris disisi lain. Keberadaan bentuk pemanfaatan lahan non agraris
mengisyaratkan adalanya penjalaran lahan kekotaan ke arah luar dan makin dekat jarak ke
lahan kekotaan terbangun utama, maka makin intensif perkembangan kenampakan fisikal
kekotaanya dan demikian pula sebaliknya, makin jauh akan makin berkurang intensitas
perkembangan kenampakan fisikal kekotaanya.
Kenampakan fisikal morfologi kekotaan juga terus terjadi sejalan dengan
pertambahan jumlah penduduk kota dan kegiatannya. Pertambahan jumlah penduduk kota
selalu diikuti oleh pertambahan tuntutan akan ruang untuk tempat tinggal dan demikian pula
dengan adanya pertambahan volume dan frekuensi kegiatan yang ada juga akan diikuti oleh
pertambahan tuntutan akan ruang untuk mengakomodasi kegiatan-kegiatan baru. Oleh karena
ruang terbuka yang ada dibagian dalam kota semakin menyusut, maka tidak semua
pertambahan tuntutan akan ruang baik permukiman maupun kegiatan lain dapat
diakomodasikan, sehingga penambahan permukiman maupun kegiatan dilaksanakan di luar
lahan kekotaan terbangun, atau di lahan-lahan terbuka yang masih berupa lahan-lahan
pertanian. Disinilah latar belakang terjadinya perembetan kenampakan fisikal kekotaan ke
arah luar terjadi atau dikenal dengan istilah urban sprawl. Proses ini mengakibatkan
bertambah luasnya lahan kekotaan terbangun (urban built up land) dan dari sinilah WPU pada
umunya dikenali.
Yunus ( ) mengemukakan konsep WPU khususnya dalam menyoroti
keberadaan jalur wilayah yang mengetarai Zobikot (urban fringe) dan Zobides (Rural
Fringe). Oleh karena batas zobikot dan zobides diyakini bukan merupakan suatu garis batas
yang jelas dan lebih merupakan jalur wilayah, maka perlu di kemukakan spsifikasi yang lebih
detail tentang hal ini. Batasan lahan kekotaan dan lahan kedesaan sifatnya sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sementara sekali dan akan mengalami perubahan yang sangat cepat, karena perubahan yang
terjadi di WPU sangat dinamis, sehingga identifikasi jalur wilayah yang sifatnya lebih lama
dipertahankan perlu dikemukakan. Untuk maksud tersebut perlu dikemukakan jalur yang
mempunyai rentangan nilai tertentu agar lebih mendalam dalam mengenali urbanisasi
(perubahan lahan kedesaan menjadi lahan kekotaan). Batas antara zobikot dan zobides dapat
dibagi ke dalam dua subzona lagi walaupun nuansanya lebih kecil. Secara garis besar dapat
dikemukakan bahwa zobides maupun zobikot ditandai oleh proporsi yang mencolok
perbedaannya antara lahan kekotaan dan lahan kedesaan.
. . Delimitasi Wilayah Peri Urban
Kota-kota yang perkembangan fisikalnya di dominasi oleh perkembangan
konsentris, maka sebaran dari zobikot, zobikodes, zobidekot dan zobides, akan membentuk
suatu sebaran konsentris ideal dengan gradasi proporsi kenampakan kekotaan atau kedesaan
yang relatif ideal. Namun demikian, hal ini sangatlah jarang terjadi, karena perkembangan
kota dipengaruhi oleh banyak variabel dan semakin besar kotanya makin banyak variabel
serta makin komplek sifatnya. Hal inilah yang mendasari kenyataan bahwa perkembangan
kota sangat jarang diwarnai oleh hanya satu bentuk perkembangan fisikal, namun merupakan
gabungan dari ketiga perkembangan fisikal kota tersebut. Dengan demikian akan makin
rumitlah upaya pengenalan batas-batas masing-masing sub zona yang terbentuk. Apabila
pengenalan sebaran spasial subzona hanya di dasarkan pada proporsi kenampakan fisikal
kekotaan dan kedesaan, maka hal ini dapat dilaksanakan denagan lebih mudah ketimbang
dengan mendasarkan delimitasi atas dasar atribut non-fisikal lainnya seperti telah disinggung
pada bagian depan.
Pada bagian ini hanya akan dibahas tentang delimitasi subzona WPU yang dapat
dilakukan atas dasar kenampakan fisikal kekotaan maupun kedesaannya. Hasil yang diperoleh
akan menunjukan sebaran spasial masing-masinh subzona. Sementara itu, untuk delimitasi
subzona WPU bardasarkan atribut non-fisikal yang sangat kompleks akan dikemukakan pada
kesempatan lain. Secara garis besar ada metode pendekatan yang dapat dimanfaatkan untuk
delimitas subzona WPU, yaitu ( ) pendekatan adminstrasi, ( ) pendekatan fisikal, dan ( )
pendekatan sistem sel.
Apabila dilihat sebagai bagian dari pertumbuhan kota, Wilayah Peri Urban
merupakan daerah pinggiran kota. Konsep daerah pinggiran kota yang dikemukaan oleh
pryor, (dalam Yunus, ) masih terdapat hal-hal yang membingungkan, khususnya
pada daerah-daerah yang proporsi penggunaan lahan kekotaannya seimban dengan proporsi
penggunan lahan kedesaan. D dalam model tersebut batas antara urban fringe dengan rural
fringe berada pada garis diametral antara kedua subzone tersebut, dan perlu diingat, bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
batasan tersebut bukan hanya berwujud garis, tetapi sebagai zona juga. Berkaitan dengan hali
itu, pakar lain yaitu Yunus ( ) menmbah zona baru untuk diferensiasi subzona pada
daerah yang terletak diantara urban frnge dengan rural fringe, sehingga secara berturut-turut
pembagian subzone tersebut menjadi ( ) urabn area, ( ) urban fringe, ( )ur-ral fringe, ( )
rur-ban fringe, ( ) rural fringe, dan ( ) rural area.
Berdasarkan model di atas dapat dirinci sebagai berikut.
(a) Urban area adalah daerah yang penggunaan lahannya berorientasi
kekotaan, dalam hal ini adalah areal yang berada di sebelah garis vertical titikD
kea rah kiri.
(b) Urban fringe area adalah daerah yang sebagian besar penggunaan lahannya di
dominasi oleh bentuk-bentuk penggunan lahan kekotaan lebih dari
penggunan lahanya berupa urban land use dan kurang dari penggunan
lahannya berupa rural land use. Area ini terletak di antara garis diagonal di
sebalah kanan titik B – titik pada garis horizontal – titik perpotonga antara
titik dan pada garis horizontal.
(c) Ur-ral fringe adalah subzone dengan penggunaan lahan sembang antara untuk
lahan berorientasi kekotaan dan kedesaan, dengan kisaran - , tetapi
penggunan lahan kekotaan sedikit lebih tinggi dari pada penggunaan lahan
kedesaan. Areal ini terentang diantara garis diagonal sebelah kanan titi B – garis
diagonal sebelah kiri C atau rentang antara garis batas urban-fringe dan rural
fringe.
(d) Rur-ban frige adalah subzone dengan penggunaan lahan seimbang antara untuk
lahan berorientasi kekotaan dan kedesaan, dengan kisaran - , area ini
terentang diantara garis diagonal sebelah kanan titik B- garis diagonal sebelah kiri
titik C atau rentang antara garis batas urban-fringe dan rural fringe adalah
subzone dengan penggunaan lahan seimbang antara untuk lahan berorientasi
kekotaan dan kedesaan, dengan kisaran - , tetapi penggunaan lahan
kedesaan sedikit lebih tinggi dari pada penggunan lahan kekotaan. Areal ini
diantara garis diagonal sebelah kana titik B- garis diagonal sebelah kiri titik C
atau rentang antara garis batas urban-fringe dan rural fringe.
(e) Rural fringe merupakan subzona dengan pengunaan lahan kedesaan lebih dari
. Areal ini terentang diantara garis diagonal sebelah kiri titik C- titik pada
garis horizontal titik potong diantara titik dan pada garis horizontal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(f) Rural area adalah daerah yang penggunaan lahannya berorientasi
kedesaan/agraris. Areal ini berada di luar garis vertical antara titik dan titik E
ke arah kanan.
Yunus ( ) dalam penelitiannya di pinggiran kota Yogyakarta juga mengulas
tentang peran jaringan jalan dalam mempengaruhi struktur kekurangan daerah pinggiran
kota. Pakar ini juga membahas keterkaitan antara perubahan pemanfaatan lahan dengan
lokasinya terhadap pusat kota. Penelitian ini lebih ditekankan pada pembahasan yang
mengkaitkan antara lokasi desa terhadap jaringan jalan dengan intensitas trasformasi wilayah.
Transformasi Wilayah
Istilah trasformasi merujuk pada suatu proses pergantian (peradaban) ciri-ciri
tertentu dalam satuan waktu tertentu. Proses ini mengandung tiga unsur penting. Pertama,
perbedaan merupakan aspek yang sangat penting dalam proses trasformasi karena dengan
perbedaanlah dapat terlihat perwujudan dari sebuah proses trasformasi. Kedua, konsep ciri
atau identitas yang merupakan acuan didalam suatu proses trasformasi, baik cirri sosial,
ekonomi, atau ciri penampilan sesatu. Ketiga, proses trasformasi selalu bersifat historis yang
terkait pada satuan waktu yang berbeda. Oleh karena itu, trasformasi selalu menyangkut
perubahan masyarakat dari suatu masyarakat yang lebih sederhana k masyarakat yang lebih
modern dalam waktu yang berbeda (Abdullah, )
Dalam tulisannya Abdullah ( ) hanya menybutkan bahwa dalam proses
trasformasi selalu menyangkut perubahan masyarakat dari suatu masyarakat yang lebih
sederhana ke masyarakat yang lebih modern dalam satuan waktu yang berbeda. Pakar tersebut
tidak pernah mengungkapkan variable-variable apa saja yang dapat digunakan untuk
mengukur perubahan tersebut. Dalam penelitian ini digunakan beberapa variable yang dapat
merepresentasikan perubahan dari sifat kedesaan ke sifat kekotaan.
Teori tentang trasformasi masyarakat yang dikemukaan oleh Abdullah ( )
yang menyatakan bahwa trasformasi selalu menyangkut perubahan masyarakat dari suatu
masyarakat yang lebih sederhana ke masyarakat yang lebih modern dalam satuan waktu yang
berbeda digunakan untuk memahami dampak trasformasi wilayah terhadap kondisi social,
ekonomi, cultural, dan teknologi. Dalam penelitian ini variable-variable yang di gunakan
untuk mengukur dampak trasformasi wilayah terhadap berbagai aspek kehidupan tersebut
didasarkan pemahaman terdapatnya perubahan keadaan/karakteristik yang semula bersifat
kurang modern ke keadaan/ karekteristik yang bersifat lebih modern.
Trasformasi wilayah merupakan representasi dari perkembangan wilayah yang
digambarkan sebagai suatu proses perubahan dan pergeseran karakteristik dari komponen
wilayah dalam kurun waktu tertentu sebagai akibat dari hubungan timbale balik antar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
komponen wilayah tersebut. Dengan demikian trasformasi wilayah ini meliputi variabel-
variabel yang bersifat multi dimensiaonal.
Sejarah perekonomian memperlihatkan terjadinya pergeseran stuktur dan system
ekonomi suatu Negara yang mengalami pembangunan, dari sifat agraris tradisional menjadi
industri modern yang ditandai oleh : ( ) sumbangan sektor pertanian secara relatif akan
merosot dan sektor lain semakin besar perananya dalam produksi nasianal, ( ) presentase
pekerja sector pertanian semakin kecil dan sebaliknya presentase yang bekerja di sektor non
pertanian akan semakin besar, dan ( ) sifat produksi di semua bidang akan berubah sifatnya
yaitu menjadi lebih bersifat industrial.
Studi yang dilakukan oleh Firman ( ) mennjukkan bahwa dalam kurun waktu
tahun terakhir kota-kota di koridor Jakarta-Cirebon-Semarang, Jakarta-Bandung,
Semarang-Yogyakarta, dan Surabaya-Malang telah mengalami perkembangan penduduk
perkotaan sebagai bagian tahapan trsformasi wilayah yang pesat. Dharmapatni ( ) dan
Firman ( ) mengungkapkan bahwa Jabotabek dan metropolitan Bandung telah
membentuk koridor yang nyaris bersatu dalam matra ekonomi.
Faktor yang sangat berpengaruh ikut memesatkan perkembangan di koridor yang
menghubungkan kota-kota besar di atas adalah adanya proses urbanisasi yang berkaitan erat
dengan perkembangan investasi di bidang industri manufaktur (Douglass, ). Secara
factual hal ini dicirikan oleh berlangsungnya interaksi kegiatan yang erat antara pusat kota
utama dengan kota-kota lain dan wilayah pengaruhnya.
Wilayah megaurban Jabotabek dan Bandung Raya merupakan wilayah yang
tumbuh pesat dan memiliki system ekonomi yang saling berkaitan dengan pertumbuhan social
ekonomi yang terintegrasi. Pertumbuhan ekonomi di kedua kota Jakarta dan Bandung secara
ekternal telah ikut merangsang wilayah di sekitarnya tumbuh pesat dan menjadi suatu
kawasan yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
Hasil penelitian firman ( ) tentang mega urban yang mengungkapkan bahwa
proses terbentuknya mega urban Jakarta-Bandung diawali oleh dua kota yang terhubungkan
jalur trasportasi yang efektif. Prtumbuhan internal di kedua kota ini memunculkan proses
pengkotaan daerah-daerah sekitarnya terutama di jalur transportasi. Teori ini digunakan untuk
memehami tahapan trasformasi wulayah.
Urbanisasi mempunyai pengertian yang sangat luas. Urbanisasi menyangkut
perubahan-perubahan sesuatu menjadi lebih bersifat kekotaan. Dalam hal ini urbanisasi tidak
hanya mencangkup perubahan dalam dimensi fisikal yang ditunjukan oleh gejala konversi
lahan pertanian k non pertanian saja namun juga mencangkup dimensi-dimensi yang lain.
Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Bryant, Russwurm, dan McLellan ( ) yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menyatakan bahwa urbanisasi mencangkup pula infiltrasi unsur kekotaan ke daerah pinggiran
kota. Pakar lain yaitu Sinha ( ) mengungkapkan ada tiga komponen urbanisasi yaitu : ( )
transformasi dalam dimensi ekonomi, ( ) transformasi dalam dimensi keruangan , dan ( )
transformasi dalam dimensi social. Lebih lanjut Yunus ( ) menyebutkan bahwa
transformasi ekonomi yang merupakan aktualisasi dari urbanisasi dalam dimensi ekonomi
dapat terlihat pada sistem ekonomi perdesaan yang berotoritas pertanian menjadi sistem
ekonomi non pertanian dan manufaktur. Trasformasi keruangan ditunjukan oleh adanya
perluasan kenampakan fisikal kokotan, dan trasformasi sosial terjadi karena adanya perubahan
perilaku penduduk dari perilaku kedesaan (paguyuban) menjadi perilaku
kekotaan/patembayan.
Baik sinha ( ) maupun Yunus ( ) teah menyebutkan adanya tiga macam
trasformasi tersebut tanpa menyebutkan variable-variabel apa saja yang dapat diggunakan
untuk mengukur ketiga jenis trasnformasi tersebut. Dalam penelitian ini, dampak trasnformasi
wilayah terhadap sumber daya lahan, ekonomi, sosial, kultural, dan teknologi diukur dari
beberapa variable di tingkat rumah tangga.
. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Trasnformasi Wilayah
Penekanan kota tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhiya.
Demikian pula halnya dengan pola trasnformasi wilayah yang terjadi di suatu wilayah juga
tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Salah satu pakar yaitu Sargent ( ) telah menemukan lima kekuatan yang
menyebabkan terjadinya pemekaran kota secara fisikal yaitu : ( ) peningkatan jumlah
penduduk, ( ) peningkatan kesejahterahan penduduk, ( ) peningkatan pelayanan trasnformasi,
( ) adanya gejala penurunan peranan peran pusat kota sebagai pusat kegiatan, dan ( )
pebingkatan peranan para pembangunan (developerasi). Sergeant ( ) sendiri tedak pernah
menyebutkan bahwa ketersediaan fasilitas sosial ekonomi juga merupakan variable yang turut
mempengaruhi terjadinya pemekaran kota secara fisikal. Dalam penelitian ini digunakan
variable ketersediaan fasititas sosial ekonomi sebagai salah satu variable yang mempegaruhi
tingka trasformasi wilayah.
Teori ini digunakan untuk memehami komponen-komponen yang menyusun
trasnformasi wilayah yang di antaranya direpsesentasikan oleh variable kepadatan dan
pertumbuhan penduduk. Komponen penyusun trasnformasi wilayah ini selanjutnya berguna
untuk memahami pola trasnformasi wilayah.
Pakar lain yakni Sundaram dan Rio ( ) menyatakan adanya empat faktor yang
mempengaruhi perkembangan lahan kekotaan di daerah pinggiran kota, yaitu : ( ) adanya
jalur transportasi yang memadai., ( ) proksimitas dengan pusat kegiatan, ( ) preferensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penduduk mupun fungsi-fungsi kekotaan untuk memilih lokasi di daerah pinggiran kota, dan
( ) ketersediaan lahan yang masih leluasa di pinggiran kota. Seperti halnya dengan Sergeant,
Sundaram, dan Rio ( ) juga tidak pernah menyebutkan variable ketersediaan fasilitas
sosial ekonomi sebagai salah satu variable yang mempengaruhi perkembangan lahan kekotaan
di daerah pinggiran kota.
Ahli lain yaitu Lee ( ) yang melakukan penelitian tentang proses perubahan
pemanfaatan lahan di daerah pinggiran kota telah menemukan faktor yang mempengaruhi
proses perubahan pemanfaatan lahan di daerah pinggiran kota yaitu : ( ) karakteristik fisikal
dari lahan, ( ) peraturan-peraturan mengenai pemanfatan lahan, ( ) karakteristik personal
pemilik lahan, ( ) banyak sedikitnya utilitas umum, ( ) derajat aksesibilitas lahan, dan ( )
inisiatif para pembangun.
Lebih jauh Yunus ( ) menjelaskan bahwa :
Keberadaan utilitas umum yang memberikan kemudahan bagi aspek-aspek
kehidupan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap proses perubahan pemanfaatan lahan.
Daerah-daerah yang mempunyai utilitas umum yang lengkap akan lebih mendorong
terjadinya proses perubahan pemanfaatan lahan dari pada daerah yang mempunyai utilitas
umum yang sangat terbatas (Yunus, )
Yunus ( ) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa yang dikemukakan
oleh Lee ( ) tersebut juga mempunyai kesejajaran dengan temuan yang dilakukan dalam
penelitian Beaujeu-Garnier dan Chabot, : Goodall, : Murphy, : dan Short,
(dalam Yunus, ).
Lee ( ) sendiri tidak pernah menyebutkan bahwa variable kepadatan dan
pertumbuhan penduduk juga merupakan variable yang turut mempengaruhi proses perubahan
pemanfaatan lahan di daerah pinggiran kota. Teori ini digunakan dalam penelitian ini untuk
memahami komponen-komponen penyusun transformasi wilayah dan salah satu di antaranya
menggunakan variable ketersediaan fasilitas sosial ekonomi. Teori ini juga untuk
membuktikan apakah aksesibilitas fisik wilayah yang direpserentasikan dengan jarak desa
terhadap jalan mempunyai pengaruh terhadap transformasi wilayah.
Penelitian lain yaitu Prakoso dan Kurniawan ( ) juga menemukan bahwa
perkembangan fungsi fasilitas pelayanan dan struktur mata pencaharian merupakan variable
penentu perkembangan tingkat kekotaan di wilayah pinggiran kota Yogyakarta. Dinamika
perubahan penggunaan lahan yang terjadi di wilayah pinggiran kota Yogjakarta ditandai
dengan penurunan luas lahan pertanian dan peningkatan lahan terbangun. Laju konversi lahan
pertanian menjadi lahan non pertanian di wilayah pinggian kota Yogyakarta mencapai
konversi sebesar % per tahun. Besarnya laju konversi lahan pertanian tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
disebabkan oleh tingginya tekanan penduduk terhadap lahan pertanian, terutama desakan
kebutuhan untuk lahan permukiman.
Prakosa dan Kurniawan ( ) tidak pernah menyebutkan bahwa ketersediaan
fasilitas sosial ekonomi sebagai salah satu variable yang dapat menengarai sifat kekotaan
suatu wilayah. Hasil penelitian ini digunakan untuk memahami komponen-komponen penentu
transformasi wilayah yang direpresentasikan oleh variable ketersediaan fasilitas sosial
ekonomi dan persentase KK non petani.
Peneliti lain yaitu Baiquni ( ) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mendorong transformasi wilayah adalah : ( ) pertumbuhan ekonomi yang mendorong
perkembangan spasial di pusat kota bahkan meluber melewati batas administrasi kota
berkembang di wilayah pinggiran kota, ( ) perluasan permukiman di pinggiran kota, ( )
pertumbuhan penduduk dan kegiatan di kota-kota kecil (kecamatan dan kabupaten) yang
berdekatan hingga menimbulkan perkembangan koridor yang akhirnya bergabung, ( )
perkembangan intrastuktur dan jaringan jalan di pinggiran kota yang mendorong pertumbuhan
baru di sepanjang akses tersebut sehingga menjadi wilayah perluasan kota
Baiquni ( ) tidak pernah menyebutkan bahwa struktur mata pencaharian
penduduk merupakan salah satu variabel yang mendorong tahapan transformasi wilayah.
Hasil penelitian ini di gunakan untuk memahami komponen-komponen penyusun
trasnformasi wilayah yang diwakili oleh variabel presentase lahan terbangun, pertumbuhan
penduduk, dan ketersediaan fasilitas spsial ekonomi. Dalam hal ini perluasan permukiman
dipahami sebagai salah satu faktor terhadap peningkatan jumlah lahan terbangun.
Selain beberapa hal diatas sistem transportasi juga dapat mempengaruhi adanya
transformasi suatu wilayah. Menurut Taffe, Morrill dan Gould, (dalam Whynne-
Hammond, , dalam Giyarsih ) kebanyakan jaringan transportasi tidak dibangun
secara keseluruhan, maksudnya jaringan transportasi ini selalu berkembang secara gradual
dan bertahap dari waktu ke waktu.
. . Tahapan-Tahapan Transformasi Wilayah
Tahapan-tahapan transformasi wilayah yang dimaksud dalam penelitian adalah
hal yang berkaitan dengan tahapan-tahapan perubahan sifat kedesaan ke sifat kekotaan.
Bentuk dan pola sebaran perubahan sifat kedesaan ke sifat kekotaan yang ada pada saat ini
merupakan produk dari suatu proses perubahan yang telah dan sedang berjalan dari masa
lampau.
Urbanisasi dalam tinjauan non fisikal merupakan berubahnya keseluruhan dimensi
kehidupan manusia (perilaku ekonami, sosial, budaya, politik, teknologi) dari sifat kedesaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjadi bersifat kekotaan. Perubahan-perubahan non fisik ini juga selalu terkait dengan
perubahan fisik baik lamban maupun cepat.
Salah satu pakar yaitu Russwurm ( ) menyebutkan bahwa urbanisasi dapat
diartikan sebagai suatu proses infiltrasi nilai-nilai kekotaan ke dalam system kehidupan yang
ada di daerah perdesaan. Lebih jauh Yunus ( ) manyatakan bahwa :
Makin majunya teknologi informasi dan komunikasi, perubahan sifat kedesaan
menjadi sifat kekotaan dalam artian non fisik akan mempunyai jarak jangkau lebih jauh
ketimbang penjalaran kenampakan fisik kekotaan di daerah pinggiran kota.(Yunus, )
Pakar lainnya yaitu McGee ( ) mengungkapkan bahwa proses urbanisasi
perdesaan ini terjadi di wilayah yang mempunyai tingkat perkembangan ekonomi yang
diiringi dengan perkembangan sarana trasportasi serta sarana dan prasarana sosial ekonomi.
Proses urbanisasi perdesaan atau kotadesasi, merupakan proses integrasi progresif ekonomi
perkotaan ke dalam ekonomi perdesaan yang desrtai social sebagai masyarakat agraris
perdesaan menjadi masyarakat semi perkotaan.
McGee ( ) hanya menyebutkan adanya perubahan sosial sebagai akibat proses
urbanisasi perdesaan. Ahli ini tidak pernah menyatakan perubahan ekonomi, perubahan
kultur, dan teknologi yang juga merupakan dampak dari proses urbanisasi perdesaan.
Teori ini digunakan untuk memahami tahapan transformasi wilayah yang
didasarkan pada pemahaman bahwa transformasi wilayah akan berkaitan dengan tingkat
perkembangan wilayah, artinya di wilayah-wilayah yang lebih berkembang/maju maka akan
memililki tigkat transformasi yang lebih tinggi dari pada wilayah yang kurang berkembang.
Dalam hal ini juga dapat pula dimaknai bahwa di wilayah-wilayah yang lebih dahulu
berkembang juga mengalami transformasi wilayah yang lebih awal.
Proses perubahan desa menjadi kota atau masuknya karakteristik kota ke pedesaan
ini secara jelas dapat disimak dari hipotesis desakota atau kotadesa yang dikemukakan oleh
McGee ( ) dan in situ urbanization oleh Brookfield, Hadi, dan Mahmud ( ), yaitu
proses transformasi daerah perdesaan akibat pengaruh dari nilai-nilai dan kegiatan kekotaan.
Lebih lanjut Douglass menyebutkan sebagai zones of mixed rural and urban activities and
land use (Douglass, )
Semakin banyaknya pengaruh peri kehidupan kota yang masuk ke daerah
perdesaan ini lambat laun akan menyababkan ciri-ciri peri kehidupan kedesaan akan semakin
kabur. Seperti pernah di ungkapkan oleh Yunus ( ) dalam penelitiannya di pinggiran kota
Yogjakarta yang menyebutkan bahwa :
Secara teoritis, makin jauh dari daerah kekotaan yang terbangun, makin kabur
pula kenampakan kekotaan yang dapat dikenali naik di dalam permukiman maupun pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bentuk-bentuk pemanfaatan lahan yang lain. Untuk lahan pertanian misalnya, semakin
mendekati batas perkotaan secra fisik semakin besar kabur keberadaannya dan semakin
menjauhi daerah kekotaan lahan yang terbangun semakin berkurang (Yunus, : )
Dalam penelitiannya Yunus ( ) telah mengidentifikasikan lokasi suatu
wilayah terhadap pusat kota untuk memahami cirri-ciri peri kehidupan kekotaan. Pakar
tersebut mengkaitkan lokasi suatu wilayah terhadap jaringan jalan dalam memahami gejala
yang sama. Penelitian ini juga berusaha mengkaitkan antara lokasi suatu wilayah dengan
jaringan jalan untuk memahami pola, tahapan, dan dampak transformasi wilayah. Hasil
penelitian Yunus ( ) ini di gunakan untuk memahami pola transformasi wilayah yang
didasarkan pada pemahaman bahwa transformasi wilayah akan semakin berkurang
intensitasnya di desa-desa yang jauh dari koridor jalan.
Hasil penelitian yang lain adalah bahwa transformasi wilayah merupakan rentetan
peristiwa yang panjang dan berkaitan satu dengan lainnya. Rentetan peristiwa yang panjang
ini mengubah sifat-sifat kedesaan ke sifat kekotaan. Tahapan transformasi wilayah berawal
dari pusat pedesaan di beberapa titik koridor jalan yang pada umumnya merupakan simpul
penghubung transformasi. Proses ini kemudian bergerak memanjang linier ke sepanjang
koridor jalan, sehingga memungkinkan terjaninya penyatuan perkembangan wilayah
perdesaan disepanjang koridor jalan (Giyarsih Muta’ali dan Pramono )
Firman ( ) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa proses terbentuknya
mengurbankan Jakarta-Bndung diawali oleh dua kota yang terhubungkan jalur transformasi
yang efektif. Pertumbuhan internal di kedua kota ini memunculkan proses pengkotaan daerah-
daerah sekitarnya teruama di jalur transformasi. Hal ini ditandai dengan pergeseran
karakteristik kedesaan menjadi karakteristik kekotaan dalam dimensi sosial ekonomi.
Pada awalnya Jakarta melebarkan pengaruhnya ke Botabek, Bandung manjalarkan
pengaruhnya ke wilayah Kabupaten Bandung kemudian keduanya terhubungkan jalur
transportasi yang efektif. Hal ini mengakibatkan perkembangan pesat daerah di koridor
antarkota. Hasil penelitian ini digunakan untuk memahami tahapan transformasi wilayah di
kawasan koridor antarkota yang didasarkan pada pemahaman bahwa perkembangan gejala
urban sprawl dan infiltrasi nilai-nilai sosial, ekonomi, dan kultural cenderung bergerak
mengikuti jalur transportasi.
. Pola Transformasi Wilayah
Pola transformasi wilayah merupakan kekhasan distribusi unsur-unsur pembentuk
perubahan sifat kedesaan ke sifat kekotaan. beberapa penelitian tentang pola transformasi
wilayah ini telah dilakukan oleh beberapa pakar. Salah satunya adalah Sihna ( ) dalam
penelitiannya di pinggiran Kota Patna India yang menemukan adanya enam aspek lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kehidupan penduduk di daerah pinggiran kota yang berkorelasi sangat nyata terhadap
lokasinya terhadap kota terdekat. Keenam aspek lingkungan yang diteliti adalah : ( )
intensitas pemanfaatan lahan, ( ) fragmentasi pemilikan lahan, ( ) harga lahan, ( ) kepadatan
penduduk, ( ) komposisi mata pencaharian, dan ( ) kecenderungan perubahan pemanfaatan
lahan.
Dalam kaitannya dengan kepadatan penduduk pakar tersebut menemukan bahwa
semakin dekat dengan kota, makin padat penduduknya. Hal ini sangat terkait dengan
preferensi permukiman yang ditentukan oleh kedekatan dengan tempat kerja. Kota sebagai
pusat kegiatan berbagai aspek kehidupan manusia juga berfungsi sebagai konsentrasi tempat
kerja. Hal inilah yang mendasari preferensi permukiman suatu tempat. Kecenderungan untuk
memperoleh kemudahan mobilitas dari dan ke tempat kerja di daerah pinggiran Kota Patna
diikuti oleh makin padatnya penduduk ke arah kota.
Dalam kaitannya dengan komposisi mata pencaharian, pakar ini mengemukakan
bahwa berkurangnya jumlah penduduk petani sejalan dengan makin dekatnya dengan Kota
Patna. Gejala ini tidak berdiri sendiri, namun selalu terkait dengan makin berkurangnya lahan
pertanian sebagai ajang mencari nafkah penduduk petani. Disamping itu, masing-masing
distrik juga dipengaruhi oleh makin banyaknya pendatang baru yang bukan petani. Teori ini
digunkan untuk memahami dampak transformasi wilayah terhadap harga lahan (sumberdaya
lahan) yang di dasarkan pada pemahaman bahwa semakin jauh dari jalan (semakin kecil
aksesibilitas fisik wilayahnya) maka semakin murah harga lahan.
Penelitian lain yaitu Muta’ali ( ) menemukan bahwa pola kerungan
perkembangan penduduk perkotaan di Jawa memperlihatkan kecenderungan perkembangan
pada koridor perkotaan yang menghubungkan kota-kota besar, seperti koridor Serang-Jakarta-
Karawang, Jakarta-Bandung, Cirebon-Semarang, Semarang-Yogyakarta-Surakarta, Surabaya-
Malang. Peneliti lain yaitu Giyarsih Muta’ali dan Widodo ( ) menemukan bahwa pola
transformasi wilayah yang lebih tinggi terdapat di wilayah yang mempunyai tingkat
aksesibilitas fisik wilayah tinggi. Dalam analisis mikro ditemukan bahwa aksesibilitas tinggi
terdapat di desa industri dan aksesibilitas rendah terdapat di desa pertanian. Dengan kata lain
terdapat perbedaan yang signifikan tingkat transformasi wilayah antara desa industri yang
memiliki aksesibilitas tinggi dan desa pertanian yang memiliki aksesibilitas rendah
Transformasi Wilayah Peri Urban
Wilayah peri urban merupakan suatu wilayah yang paling dinamis kondisinya
dibandingkan dengan bagian-bagian lain baik di bagian dalam kota maupun di daerah
pedesaan. Hal ini sangat wajar karena bagian ini merupakan sasaran pendatang baik
pemduduk maupun fungsi-fungsi yang berasal dari bagian dalam kota, kota-kota lain maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dari wilayah pedesaan untuk bertampat tinggal atau berkedudukan. Sebagai akibat
kedatangan penduduk dan fungsi yang terus menerus ke bagian ini sudah dapat dipastikan
bahwa daerah ini akan mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan inilah yang
diartikan sebagai transformasi wilayah. Oleh karena perubahan itu sendiri yang menyangkut
berbagai matra, maka transformasi wilayah yang dikemukakan juga akan disoroti dari
berbagai matra pula, khususnya mengenai kondisi lingkungannya. Kondisi lingkungan
abiotik, biotik, sosial , demografis, ekonomi dan kultural wilayah ini akan mengalami
perubahan dari waktu ke waktu yang tidak sama di bagian-bagian wilayahnya. Secara umum
akan terlihat distance decay priciple yang dapat diidentifikasi, dimana makin jauh jarak dan
lokasi terhadap lahan kekotaan terbangun utama, maka makin rendah tingkat intensitas
perubahan/tranformasi wilayah yang terjadi begitu pula sebaliknya. Sebuah wilayah adalah
sebuah entitas yang terbentuk dari berbagai elemen wilayah dan membentuk suatu
karakteristik yang dapat dibedakan dengan wilayah lain.
Pada hakikatnya, transformasi spasial yang terjadi khususnya di Wilayah Peri
Urban adalah suatu transformasi sifat-sifat kedesaan menjadi sifat kekotaan dalam berbagai
mantra, yang dalam pengertian umum dikenal sebagai The process of becoming urban, Hal
inilah yang membedakan antara Wilayah Peri Urban dengan wilayah lain.
. Transformasi Fisikal Wilayah Peri Urban
Transformasi fisikal terkait dengan bentuk-bentuk/gejala kemanusiaan yang
bersifat maujud/tangible. Transformasi fisikal yang terjadi adalah merupakan pencerminan
dinamika kehidupan penduduk itu sendiri. Seperti telah dijelaskan, bahwa kota sebagai pusat
konsentrasi kegiatan manusia mempunyai peranan sentral dalam setiap sendi kehidupan di
wilayah yang bersngkutan dan sekelilingnya, maka pengaruh keberadaan kota terhadap WPU
juga sangat signifikan. Makin mendekati kota, maka pengaruh yang ditimbulkanya terhadap
kondisi lingkungan juga semakin kuat. Demikian pula dengan pengaruh kota yang timbul
terhadap kondisi fisikalnya. Namun demikian, variasi keruangan yang terjadi di bagian-bagian
tertentu dalam WPU juga cukup besar, karena pengaruh faktor-faktor tertentu. Selain itu
dengan pengaruh aksesibilitas terhadap intensitas pembangunan yang muncul pada bagian-
bagian tertentu dari WPU. Kondisi fisikal perkotaan merupakan indikator normatif yang
menjadi acuan setiap bentuk transformasi fisikal ruang yang bersangkutan. Terkait dengan
konsepsi morfologi kota (urban morphology) ada empat hal pokok yang selalu digunakan
sebagai bahan pembahasan, yaitu ( ) karakteristik bentuk pemanfaatan lahan (land use
characteristics), ( ) karakteristik bangunan (building characteristics), ( ) karakteristik
permukiman (sttlement characteristics) dan ( ) karakteristik sirkulasi (circulation
characteristics) (Henderink dan Sterkenburg, , Smailes, , Yunus, ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Transformasi Bentuk Pemanfaatan Lahan
Pemanfaatan lahan dapat ditinjau dari berbagai mantra antara lain dari segi
bentuk/tipe, hukum, ekonomi, sosial, objek, subjek, orientasi, rotasi, produksi, produtivitas,
politik dan budaya, sehingga wacana yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan pun juga
sangat luas adanya. Dalam bagian ini yang perlu dikemukakan adalah upaya membedakan
bentuk pamanfaatan lahan non kekotaan (non urban land uses) dan bentuk pemanfaatan lahan
kekotaan (urban land uses), karena wacana transformasi fisikal pada umumnya dan
transformasi bentuk pemanfaatan lahan khususnya di WPU adalah transformasi bentuk
pemanfaatan lahan non-urban menjadi bentuk pemanfaatan lahan urban dengan segala
variasinya. Pada dasarnya bentuk pemanfaatan lahan adalah artikulasi kegiatan manusia yang
ada diatas sebidang lahan. Hal ini yang membedakan antara bentuk pemanfaatan lahan non
urban dan urban adalah orientasi pemanfaatan lahan yang bersangkutan. Secara tepat dan
terinci memang sangat sulit untuk membedakanya, khususnya di WPU karena bagian ini
terlihat aneka bentuk hibrida antara bentuk pemanfatan lahan non urban dan urban. WPU
merupakan wilayah yang berada di antara dua kutub pemanfatan lahan yang berbeda, yaitu
wilayah yang seratus persen ditandai oleh bentuk pemanfaatan lahan urban dan wilayah yang
seratus persen ditandai oleh bentuk pemanfaatan lahan non-urban. Oleh karena perembetan
kenampakan fisikal kekotaan ke arah luar (urban sprawl) merupakan fenomena yang tidak
dapat dicegah, khususnya di negara berkembang dimana kenaikan jumlah penduduk dan
kegiatan di wilayah perkotaan tidak dapat dicegah pula. Kebutuhan akan lahan untuk
menampung kebutuhan akan permukiman dan non permukiman (fungsi lain) selalu meningkat
sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan fungsi dan sementara itu open space di
bagian dalam wilayah perkotaan sudah habis. Atas dasar inilah maka tidak ada pilihan lain
kecuali membangun permukiman dan fungsi-fungsi baru di bagian luar kawasan terbangun
yang masih merupakan lahan persawahan/pertegalan/perkebunan atau bentuk pemanfatan
lahan pertanian liannya.
Untuk memperjelas pemahaman mengenai transformasi bentuk pemanfatan lahan,
berikut ini di kemukakan salah satu sistem klasifikasi bentuk pemanfatan lahan rinci dan
khusus untuk kenampakan bentuk pemanfatan lahan di Indonesa yang dikemukakan oleh
Malingreau ( ). Dalam beberapa hal, klasifikasinya masih mengandung kerancuan antara
bentuk bentuk pemanfaatan lahan dan bentuk penutup lahan. Dalam klasifikasi yang dibuat
Malingreau mendasarkan pada tiga kriteria utama, yaitu ( ) karakteristik fisiognomi, ( )
karakteristik fungsional dan ( ) karakteristik ekologi yang di dalamnya terdapat karakteristik
floristik dan karakteristik geografis. Berdasarkan karakteristik tersebut dia mengemukakan
empat golongan besar bentuk pemanfaatan lahan, yaitu ( ) perairan (water), ( ) areal tertutup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vegetasi (vegetated area), ( ) areal tak bervegetasi/tidak ditanami (non vegetated, non
cultivated area), ( ) areal permukiman terbangun(settelement built up area).
Untuk studi WPU khususnya dalam rangka mengenali apakah satu bentuk
kategori yang dikemukakan masuk ke dalam kategori urban atau non urban, klasifikasi
tersebut masih memerlukan penjelasan tambahan. Misalnya terkait dengan vegetated area
yang termasuk ke dalam hutan kota, apakah masuk ke dalam urban use atau non urban use,
dengan mengaitkan orientasi pemanfatan lahannya, maka seseorang akan mudah menjelaskan
bahwa hutan kota akan masuk kedalam kategori urban.
Transformasi Karakteristik Bangunan
Upaya untuk memahami karakteristik bangunan, seseorang dapat bertitik tolak
dari berbagai tinjauan, antara lain luas bangunan, tinggi bangunan, kondisi material bangunan,
tampilan arsitektural bangunan, proses pembangunan itu sendiri, kepemilikan bangunan, tata
letak bangunan, status bangunan, fungsi bangunan, kepadatan bangunan, orientasi
pemanfaatan bangunan dan karakteristik lainnya. Oleh karena itu transformasi bangunan
dalam WPU selalu berkaitan dengan sifat kedesaan dan sifat kekotaan, maka karakteristik
bangunan yang paling menonjol di antara karakteristik yang telah disebutkan adalah
karakteristik pemanfaatan bangunan, sementara itu karakteristik lainnya tidak mampu
mangindikasikan sifat kedesaan atau kekotaan.
Banyaknya pendatang baik penduduk dan fungsi mengakibatkan kebutuhan akan
ruang untuk tempat tinggal maupun bangunan kegiatan tertentu semakin meningkat secara
signifikan. Gejala ini akan selalu diikuti oleh meningkatnya transaksi jual beli lahan di WPU
pada khususnya. Ketidak seimbangan antara penawaran dan permintaan akan lahan jelas
mengakibatkan meningkatnya harga lahan. Semakin banyak permintaan dan semakin
sedikitnya penawaran semakin tinggi dan cepat increasing rate dari harga lahan. Hal ini yang
merupakan faktor pemicu kedua fragmentasi lahan yang berakibat deminutisasi persil-persil
lahan/kepemilikan lahan petani pada umumnya. Makin kecil persil akan diikuti oleh makin
kecilnya ukuran rumah yang dibangun oleh petani.
Transformasi Karakteristik Permukiman
Wacana yang berkenaan dengan karakteristik permukiman ditekankan pada
performa spasial dari kesatuan tempat tinggal yang didalamnya terdapat bangunan-bangunan
baik untuk tempat tinggal maupun bukan. Fasilitas tempat tinggal termasuk jaringan air
minum, jaringan listrik, sanitasi, bangunan untuk kantor pemerintah setempat dan lain
sejenisnya merupakan dalam tinjauan ini.
Struktur utama permukiman pedesaan tersusun atas ( ) bangunan rumah tinggal
berarsitektur tradisional, ( ) halaman luas, ( ) keberadaan kebun di kiri dan kanan bangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
rumah, ( ) komposisi tanaman dikebun yang multi variate, ( ) keberadaan jalan setapak
penghubung antar tetangga, ( ) kepadatan bangunan rendah, ( ) jarak antar bangunan yang
relatif jauh.
Komponen-komponen tersebut secara lambat namun pasti akan mengalami
perubahan, perubahan permukiman tampak pada masing-masing kompenen tersebut.
Transformasi Karakteristik Sirkulasi
Sirkulasi dalam pembahasan ini dimaksudkan sebagai hal yang menunjang
terciptanya gerakan penduduk dan barang. Dengan demikian secara spesifik sirkulasi terfokus
pada pembahasan mengenai prasarana dan sarana transportasi. Pada daerah pedesaan
prasarana transportasi masih sangat sederhana dan kebanyakan belum mengalami pengerasan
dengan aspal atau beton, kebanyakan masih berupa jalan tanah atau makadam. Tetapi saat ini
di pulau jawa daerah pedesaan sudah mulai menggunakan aspal walaupun jalan utamanya saja
sedangkan diperkotaan seluruh jalan sudah diaspal.
Makin mendekati lahan kekotaan terbangun kerapatan jalur jalan yang beraspal
akan makin tinggi, sejalan dengan makin luasnya lahan kekotaan terbangun (urban built up
land). Demikian pula halnya dengan sarana transportasi umum yang tersedia, makin
mendekati lahan terbangun makin banyak sarana ini ditemui dan makin tinggi frekuensi
lintasnya. Bahkan pada bagian-bagian tertentu di dekat pusat kota, sangat sering terjadi
kemacetan lalu lintas yang menyiratkan sangat tingginya kepadatan kendaraan serta kurang
memadainya kapasitas jalan menampung banyaknya kendaraan yang lewat. Berdasarkan
uraian di atas dapat dikemukakan bahwa karakteristik sirkulasi dapat mengindikasi terjadinya
perubahan spasial dari sifat kedesaan manjadi kekotaan atau sifat rendah (less urbanized)
menjadi sifat kekotaan lebih tinggi (more highly urbanized).
pertanian yang tersisa akhirnya akan berubah menjadi non pertanian (Yunus,
dalam Giyarsih, ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Wilayah Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Subroto dan Setyadi
( )
Proses transformasi spasial
dan sosio cultural desa-
desa di pinggiran kota
(urban fringe) di Indonesia
Yogyakarta
( ) Mengkaji ulang teori-teori yang
berkaitan dengan urban fringe
(termasuk definisi dan
karakteristiknya) serta isu-isu sosio
cultural yang muncul di daerah
pinggiran kota,
( ) Mendokumentasi pola spasial desa-
desa yang terletak di daerah
pinggiran kota dan proses
transformasinya menjadi
permukiman kota
( ) Mendokumentasi ciri-ciri sosio
cultural masyarakat desa di daerah
pinggiran kota serta mengkaji
proses-proses perubahan sosio
cultural termasuk kemungkinan
munculnya konflik-konflik sosial
yang muncul karena tekanan
kegiatan perkotaan, dan
( ) Mengembangkan asumsi-asumsi
mengenai perkembangan kota.
. Menemukan bahwa teori tentang urban
fringe yang pernah dirumuskan dalam
penelitian-penelitian di negara barat tidak
seluruhnya berlaku pada daerah urban
fringe di Indonesia.
. Menemukan bahwa struktur pola umum
perubahan spasial urban fringe ditentukan
oleh faktor nilai ekonomi lahan.
Adhika ( ) Transformasi koridor
Surabaya-Pasuruan
Koridor Surabaya - Pasuruan ( ) Perluasan pembangunan fisik/fungsi dari
Kota Surabaya ke Kabupaten Sidoharjo
mengakibatkan terjadinya perubahan
struktur sosial, ekonomi, dan juga tata
ruang.
( ) Perubahan spasial, sosial, dan ekonomi
yang terjadi di Wilayah Kabupaten
Sidoharjo mengubah fenomena perdesaan
menjadi perkotaan.
Subroto ( ) model konsentris pola
keruangan untuk
rekontruksi daerah
pinggitan kota di Indonesia
Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
Tujuan dari penelitian tersebut untuk
memformulasikan dan membangun
model pengaturan ruang daerah
pinggiran kota.
( ) Penelitian tersebut menemukan bahwa
pola keruangan desa-desa di daerah
pinggiran kota mempunyai kecenderungan
membentuk pola keruangan konsentris. Ini
berarti keberadaan pola keruangan
konsentris dapat menjadi model dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam mengatur penggunaan lahan
pinggiran kota.
Sutomo ( ) faktor-faktor yang
mempengaruhi
perkembangan fisikal
kawasan koridor antarkota
Purwokerto-Sokaraja
koridor antarkota
Purwokerto-Sokaraja
( ) Untuk mengetahui faktor internal
(kondisi fisik, aksesibilitas, kondisi
sosial ekonomi, dan persepsi
penduduk setempat tentang nilai
lahan) terhadap perkembangan
fisikal kawasan koridor,
( ) Untuk mengetahui pengaruh faktor
eksternal (kebijakan pemekaran
kota dan pandangan pendatang
tentang kondisi lingkungan
koridor) terhadap perkembangan
fisikal kawasan koridor antara
Purwokerto-Sokaraja, dan
( ) Untuk mengetahui pola intensitas
perkembangan fisikal kawasan
koridor antara kota Purwokerto-
Sokaraja.
( ) Hasil penelitian tersebut adalah faktor
eksternal yakni kebijakan Pemekaran Kota
Purwokerto dan Sokaraja, kehadiran dan
pandangan pendatang tentang kondisi
lingkungan kawasan koridor menunjukan
hubungan positif dengan luas perubahan
lahan pertanian menjadi non pertanian dan
jumlah permukiman baru di kawasan
koridor.
( ) Faktor internal yaitu : ( ) tungkat
pendapatan keluarga berkolerasi positif
dengan kondisi bangunan pokok rumah
tinggal, ( ) persepsi kepala keluarga
tentang nilai lahan pertanian berkorelasi
negatif dengan luas perubahan lahan
pertanian menjadi non pertanian, ( )
aksesibilitas berkorelasi positif dengan
luas perubahan lahan pertanian menjadi
non pertanian dan luas liputan bangunan
pada masing-masing mintakat. Pola
perkembangan keruangan bangunan non
permukiman cenderung linier ditepi jalan
raya dan intensitas tertinggi pada mintakat
. Pola perkembangan bangunan
permukiman cenderung mengelompok
dibelakang kawasan non permukiman dan
intensitas tertinggi pada mintakat .
Giyarsih Muta’ali dan
Widodo ( )
Peran Koridor Perkotaan
Terhadap Perkembangan
Pembangunan Wilayah
Perdesaan di Koridor
Segitiga Pertumbuhan
Joglosemar
Koridor Joglo-Semar ( ) Tingkat transformasi wilayah lebih tinggi
pada wilayah yang mempunyai tingkat
aksesibilitas fisik wilayah tinggi.
( ) Proses transformasi wilayah merupakan
rentetan peristiwa yang panjang dan
berkaitan satu dengan lainnya.
( ) Dampak transformasi wilayah terhadap
sumberdaya lokal, ekonomi, sosial dan
kultural.
Prakosa dan Kurniawan
( )
Pengaruh Urbanisasi
Spasial Terhadap
Transformasi Wilayah
Pinggiran Kota Yogyakarta ( ) Bahwa urbanisasi spasial yang terjadi
diwilayah pinggiran Kota Yogyakarta
dapat dilihat dari perkembangan lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pinggiran Kota Indonesia terbangun dan peningkatan ciri kekotaan.
( ) Perkembangan fungsi fasilitas pelayanan
dan struktur mata pencaharian merupakan
variabel penentu perkembangan tingkat
kekotaan di wilayah pinggiran Kota
Yogyakarta ditandai dengan penurunan
luas lahan pertanian dan peningkatan
lahan terbangun.
Giyarsih ( ) Transformasi Wilayah di
Koridor Yogyakarta-
Surakarta
Koridor Yogyakarta-
Surakarta
( ) Memahami pola transformasi
wilayah di Koridor Yogyakarta-
Surakarta,
( ) Memahami tahapan-tahapan
transformasi wilayah di Koridor
Yogyakarta-Surakarta,
( ) memahami dampak yang
ditimbulkan oleh transformasi
wilayah terhadap keberadaan
sumberdaya lahan, sosial, ekonomi,
kultural dan teknologi.
( ) Bahwa semakin tinggi aksesibilitas suatu
wilayah maka semakin tinggi pula tingkat
transformasi spasialnya.
( ) Tahapan-tahapan transformasi pada
wilayah penelitian berasosiasi dengan
jaringan jalan dan pusat-pusat
pertumbuhan.
( ) Transformasi wilayah yang terjadi di
daerah penelitian mempunyai dampak
terhadap sumberdaya lahan yang
mengakibatkan penyusutan luas lahan
pertanian, kenaikan harga lahan,
perubahan jenis tanaman pertanian ke arah
tanaman yang tidak banyak tergantung
pada irigasi teknis, penurunan
produktivitas pertanian, perubahan
orientasi penggunaan hasil pertanian ke
arah lebih komersial, dan penurunan
keuntungan dalam penggunaan lahan
pertanian.
( ) Transformasi wilayah yang terjadi di
daerah penelitian mempunyai dampak
terhadap aspek ekonomi, sosial, kultural
dan teknologi penduduk.
( ) Deliniasi daerah penelitian dengan
menggunakan pendekatan administratif
masih mempunyai kelemahan.
( ) Adanya variasi spasial pola transformasi
wilayah, tahapan transformasi dan
dampaknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kerangka Teori
Dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang telah ditulis diatas,
kemudian disusun suatu model kerangka teori berikut. Keadaan koridor Solo-Palur tidak
lepas dari adanya pemusatan aktivitas di Kota Surakarta, dengan adanya pemusatan
aktivitas maka Kota Surakarta memerlukan ruang yang lebih besar untuk menampung
seluruh aktivitas sehingga Kota Surakarta mengalami pertumbuhan wilayah perkotaan
(urban sprawl).
Gerakan pertumbuhan kota kearah luar mengakibatkan gejala urban sprawl
yaitu perembetan kenampakan fisikal kekotaan ke arah luar yang diekspresikan secara
spasial menjadi tiga tipe yaitu concentric development, linear development, dan leap
frog development. Disamping gejala urban sprawl, terjadi pula gejala infiltrasi nilai-nilai
sosial, ekonomi, kultural dan teknologi kekotaan ke daerah sekitarnya.
Kawasan perkotaan dilihat dari berbagai aspek yang mempengaruhinya untuk
tumbuh dan berkembang antara lain pusat aktivitas perkotaan, sistem transpotasi dan
penggunaan lahan perkotaan. Ketiga faktor tersebut selalu berkembang sehingga
mengakibatkan pencakupan wilayah perdesaan sebagai fungsi kekotaan. Dinamika
seperti ini dinamakan sebagai wilayah peri urban yaitu wilayah dengan kriteria lima
puluh persen bersifat kekotaan dan lima puluh persen bersifat kedesaan.
Dalam penelitian ini daerah penelitian dibagi menjadi dua zona dengan
perbedaan kriteria sama-sama merupakan bagian dari wilayah peri urban Kota
Surakarta, yaitu zona berada di sebelah timur Kota Surakarta dan zona berada di
sebelah barat Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kerangka Teori
Gambar .
Kerangka Teori
Pemusatan Aktivitas Perkotaan (Teori
Aglomerasi)
Pertumbuhan Kota Kenampakan pertumbuhan kota ke
arah luar(urban sprawl)
Pusat aktivitas dan pelayanan.
Sistem Transpotasi perkotaan.
Penggunaan lahan
perkotaan.
Penduduk
Wilayah Peri urban Tranformasi Wilayah Peri Urban
Perubahan Sifat Kedesaan ke sifat
kekotaan
Transformasi Spasial Wilayah
Wilayah Penelitian (Bagian wilayah peri urban Kota Surakarta)
Koridor II
Koridor Solo-Kartosuro
Koridor I
Koridor Solo-Palur
Pola Transformasi
. Intensitas pemanfaatan lahan
. Kepadatan penduduk . Kecanderungan perubahan
pemanfaatn lahan
Proses Transformasi
. Karakteristik bentuk pemanfaatan lahan
. Karakteristik bangunan . Karakteristik permukiman
. Karakteristik sirkulasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang akan digunakan adalah Penelitian
Survey yaitu penelitian dengan survey untuk mengetahui proses transformasi spasial koridor
Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai bagian wilayah peri urban Kota Surakarta
tahun dan pola transformasi spasial koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro
sebagai bagian wilayah peri urban Kota Surakarta.
Dalam penelitian ini jenis penelitian survey digunakan untuk maksud studi
deskriptif mengenai pola dan proses transformasi spasial koridor Surakarta-Palur dan
Surakarta-Kartosuro sebagai wilayah peri urban Kota Surakarta.
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan keruangan yang menjadi salah
satu pendekatan dalam perencanaan wilayah. Pendekatan keruangan yaitu pendekatan yang
digunakan dalam menganalisis suatu fenomena geosfer dengan menekankan pada manifestasi
keruanganya sebagai hasil interaksi antara manusia dengan lingkungannya yang tercermin
dalam struktur, pola, proses, organisasi, asosiasi, interaksi, tendensi, komparasi, dan
sinergisme keruangan (Yunus ;Yunus ;Yunus dalam Giyarsih ).
Fenomena transformasi koridor Surakarta Palur dan Surakarta-Kartosuro menjadi
salah satu hal yang perlu diteliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan yang
menekankan pada tema pola dan proses keruangan. Di satu sisi, pendekatan keruangan
dengan tema pola keruangan digunakan untuk mengkaji kekhasan sebaran transformasi
terutama karena koridor Surakarta Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai bagian dari wilayah
peri urban. Disisi lain pendekatan keruangan dengan tema proses keruangan digunakan untuk
menganalisis proses perubahan sifat kedesaan ke sifat kekotaan dari waktu ke waktu.
Metode Penelitian
Metode Penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
yaitu suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena
yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa
berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara
fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, ).
Furchan ( ) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian
yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian
dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada
penelitian eksperiman.
Metode deskriptif dalam penelitian ini mendeskripisikan fenomena pola
transformasi spasial koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai wilayah peri
urban dan fenomena proses transformasi spasial yang terjadi pada kedua wilayah koridor
tersebut.
Variabel Penelitian
Transformasi spasial wilayah merupakan perubahan spasial suatu wilayah dari
semula bersifat kedesaan menjadi bersifat kekotaan. Untuk memahami transformasi spasial
yang ada di Koridor Surakarta Palur dan Surakarta-Kartosuro maka digunakan beberapa
variabel sebagai komponen penyusun transformasi wilayah.
Perumusan Variabel
Variabel dirumuskan berdasarkan dengan teori yang dipakai dangan tujuan dari penelitian
yang akan dilakukan, dengan tujuan yang ditetapkan dan teori yang digunakan maka variabel
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Pola :
. Intensitas pemanfaatan lahan
. Kepadatan penduduk
. Kecanderungan perubahan pemanfaatn lahan
Variabel Proses :
. Karakteristik bentuk pemanfaatan lahan
. Karakteristik bangunan
. Karakteristik permukiman
. Karakteristik sirkulasi
Dengan menggunakan variabel – variabel diatas maka dapat diketahui pola dan
proses transformasi spasial yang terjadi di Koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi dua aspek yaitu aspek substansial dan
aspek wilayah, aspek substansial yaitu batasan ruang lingkup penelitian ditinjau dari batasan
masalah yang akan dibahas dan diselesaikan dalam penelitian sedangkan aspek wilayah
adalah batasan ruang lingkup penelitian ditinjau dari segi wilayah yang menjadi objek dalam
penelitian yang akan dilakukan.
Berikut adalah ruang lingkup penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Aspek Substansial
Batasan substansial dari penelitian ini adalah mengetahui pola transformasi
spasial koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro dan proses transformasi spasial
koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai bagian dari wilayah Peri Urban Kota
Surakarta. Pola transformasi spasial menjelaskan tentang pola-pola yang terbentuk dalam
dalam transformasi spasial yang terjadi selama tahun di Koridor Surakarta-Palur dan
Surakarta-Kartosuro sedangkan proses transformasi spasial menjelaskan tentang tahapan-
tahapan transformasi spasial di Koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-kartosuro.
Aspek Wilayah
Wilayah dari penelitian ini adalah wilayah yang menjadi wilayah peri urban Kota
Surakarta di bagian timur dan barat yang meliputi tiga wilayah kecamatan yaitu Kecamatan
Jaten Kabupaten Karangaanyar, Kecamatan Mojolaban dan Kecamatan Kartosuro Kabupaten
Sukoharjo.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga metode yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu :
. Metode Analisis Deskritif Eksplanasi
Analisis pola dapat diartikan sebagai analisis kekhasan distribusi dari
fenomena-fenomena fisikal atau fenomena non fisikal pada suatu ruang
dipermukaan bumi (Yunus, ). Dalam analisis ini kekhasan distribusi dari
fenomena secara fisikal saja dari transformasi spasial daerah penelitian yang
menggunakan lima variabel penyusun transformasi tersebut secara bersama-
sama.
Metode analisis yang digunakan dalam analisis ini adalah analisis deskriptif
eksplanasi yaitu menjelaskan pola transformasi yang terjadi pada wilayah
penelitian dengan menggunakan variabel yang telah ditentukan.
Metode analisis yang pertama digunakan untuk tujuan mengetahui pola
transformasi spasial koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai
bagian dari wilayah peri urban Kota Surakarta.
. Metode Analisis Deskripsi Eksplorasi
Untuk menganalisis proses transformasi wilayah di daerah penelitian, maka
dilihat dari fenomena-fenomena kemanusiaan (phenomena). Transformasi
wilayah yang terjadi disebabkan oleh aktivitas menusia sebagai faktor perubah
sifat kedesaan menjadi sifat kekotaan di daerah penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode yang digunakan dalam tujuan yang kedua adalah metode analisis
deskripsi eksplorasi yaitu dengan mengeksplorasi proses dan tahapan
transformasi yang terjadi pada wilayah penelitian.
Metode analisis yang kedua digunakan untuk tujuan mengetahui Proses
transformasi spasial koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro sebagai
bagian dari wilayah peri urban Kota Surakarta.
. Metode Analisis Komparasi
Untuk membandingkan tingkat pola dan proses transformasi spasial pada
daerah penelitian, maka perlu diketahui pola dan proses transformasi spasial
wilayah penelitian terlebih dahulu sehingga dapat diketahui perbandingan
antara keduanya.
Metode yang digunakan adalah metode analisis komparasi yaitu
membandingkan pola dan proses transformasi yang terjadi pada wilayah
penelitian.
Metode analisis yang ketiga digunakan untuk tujuan mengetahui perbandingan
tingkat pola dan proses transformasi spasial antara koridor Surakarta-Palur
dan koridor Surakarta-Kartosuro yang mempuyai sifat sama yaitu sebagai
bagian dari wilayah peri urban Kota Surakarta.
Tahapan Analisis
Setiap analisis diperlukan tahapan-tahapan yang akan dilakukan untuk
menganalisis sehingga hasil dalam analisis dapat menjawab tujuan dan sasaran dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini dibagi atas beberapa tahapan yaitu
. Deliniasi Wilayah
Deliniasi wilayah dianalisis dengan menggunakan metode deskripsi
eksplanasi yaitu dengan melihat pengaruh koridor tersebut terhadap daerah
di belakangnya.
. Pola Transformasi Spasial Wilayah
Pola transformasi akan dianalisis dengan menggunakan metode deskripsi
eksplanasi yaitu dengan menjelaskan tentang pola transformasi yang terjadi
pada wilayah penelitian.
. Proses Transformasi Spasial Wilayah
Proses transfromasi akan dianalisis dengan menggunakan metode deskripsi
eksplorasi dengan pendekatan keruangan ditinjau dengan perubahan
penggunaan lahan selama tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
. Perbandingan Pola dan Proses Transformasi Wilayah
Dalam membandingkan pola dan proses transformasi antara koridor
Surakarta-Palur dengan korisor Surakarta-Kartosuro yang mempunyai
kriteria sama yaitu merupakan wilayah peri urban Kota Surakarta, akan
dianalisis dengan metode komparasi.
Kerangka Analisis
Kerangka analisis adalah kerangka dari metode analisis yang akan digunakan
dalam penelitian, dalam kerangka analisis akan disajikan input, proses dan output dari
penelitian. Adapun kerangka analisis dari penelitian ini adalah sebagai berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kerangka Analisis
Gambar
Kerangka Analisis
OUTPUT
Pertumbuhan dan distribusi
penduduk
Fungsi-fungsi kawasan
Aktivitas Kawasan
Sistem Transpotasi
Analisis Pola
Transformasi spasial
koridor Surakarta-Palur &
Surakarta-Kartosuro
meliputi lahan
Pola Transformasi Spasial koridor Surakarta-
Palur & Surakarta-Kartosuro sebagai bagian
dari wilayah Peri Urban Kota Surakarta
INPUT PROSES
Pertumbuhan penduduk
Perkembangan penggunaan lahan
Fungsi-fungsi kawasan
Fungsi-fungsi bangunan
Sistem transportasi
Aktivitas kawasan
Analisis Proses Transformasi
spasial koridor Surakarta-
Palur & Surakarta-Kartosuro
sebagai bagian dari wilayah
Peri Urban Kota Surakarta
Proses Transformasi Spasial koridor Surakarta-
Palur & Surakarta-Kartosuro sebagai bagian
dari wilayah Peri Urban Kota Surakarta
Pola dan Proses Transformasi
koridor Surakarta-Palur
Pola dan Proses Transformasi
koridor Surakarta-Kartosuro
Analisis Perbandingan Pola dan Proses
Transformasi koridor Surakarta-Palur dan
koridor Surakarta-Kartosuro
Perbandingan Pola dan Proses Transformasi
koridor Surakarta-Palur dan koridor
Surakarta-Kartosuro
Penggunaan Lahan
Kependudukan
Fasilitas Sosial Ekonomi
Sistem Transportasi
(Kec. Jaten, Mojolaban &
Kartosuro)
Deliniasi Wilayah Penelitian Koridor Surakarta-palur
dan Surakarta-Kartosuro
Analisis Intensitas Pemanfaatan Lahan
Kepadatan Penduduk
Analisis Kecenderungan Pemanfaatan
lahan
Analisis Karakateristik bentuk
Pemanfaatan lahan
Karakteristik Bangunan
Karakteristik Permukiman
Karakteristik Sirkulasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kebutuhan Data
Untuk melakukan penelitian ini dibutuhkan beberapa data primer dan
data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber seperti instansi terkait, survey
lapangan dan lain sebagainya. Adapun kebutuhan data dalam penelitian ini antara
lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel
Kebutuhan Data Penelitian
Jenis Data Jenis Data Bentuk Data
Sumber Data Teknik Pengumpulan Primer Sekunder Peta Dokumen Gambar Matriks
Morfologi Kota Surakarta Bappeda Kota Surakarta Survey Instansi
Pusat-pusat aktivitas Kota Surakarta Bappeda Kota Surakarta Survey Instansi
Survey Lapangan
Penggunaan lahan di koridor Surakarta-Palur
dan Surakarta-Kartosuro
Bappeda Kab Karanganyar dan Kab
Sukoharjo
Survey Instansi
Perubahan penggunaan lahan di koridor
Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro
Observasi citra satelit
Observasi langsung
Survey Lapangan
Fungsi-fungsi kawasan di koridor Surakarta-
Palur dan Surakarta-Kartosuro
Bappeda Kab Karanganyar, Kab
Sukoharjo dan Lapangan
Survey Instansi
Fungsi-fungsi bangunan di koridor Surakarta-
Palur dan Surakarta-Kartosuro
Lapangan Survey Lapangan
Tarikan aktivitas di Surakarta (Aktivitas
ekonomi, pemerintahan, pendidikan &
kesehatan)
Lapangan Survey Lapangan
Sistem Transportasi Lapangan
DLLAJ
Survey Instansi
Survey Lapangan
Aktivitas koridor Surakarta-Palur dan
Surakarta-Kartosuro
Lapangan
Bappeda Kab Karanganyar, Kab
Sukoharjo
Survey Instansi
Survey Lapangan
Peta RBI skala Goegrafi UNS Survey Instansi
File podes tahun , , , , &
Kantor statistik Kab Karanganyar
dan Kab Sukoharjo
Survey Instansi
Sumber : Analisis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB
KARAKTERISTIK KOTA SURAKARTA DAN TIGA KECAMATAN PERI URBAN
KOTA SURAKARTA SEBAGAI WILAYAH PENELITIAN
Dalam bab ini akan dikemukakan tentang gambaran umum wilayah penelitian
yaitu koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro. Deskripsi gambaran umum sendiri
dimaksudkan sebagai penjelasan dari wilayah penelitian dari segi geografis, kependudukan,
fasilitas sarana prasarana wilayah (sosial dan ekonomi) , dan sistem transportasi karena setiap
wilayah dalam masing-masing koridor memiliki karakteristik berbeda. Beberapa karakteristik
yang dimiliki setiap wilayah berperan dalam mempengaruhi baik pola transformasi maupun
proses transformasi yang terjadi pada wilayah penelitian yaitu koridor Surakarta-Palur dan
Surakarta-Kartosuro.
Berikut dibahas gambaran umum karakteristik wilayah penelitian secara fisik
pada dua koridor penelitian, uraian tentang gambaran umum wilayah ini dirasa penting karena
memberikan informasi mengenai kondisi wilayah dan relevansinya terhadap kajian
transformasi spasial pada wilayah tersebut. Pemahaman awal terhadap wilayah penelitian
sendiri dapat menjadi dasar dalam analisis selanjutnya.
Kota Surakarta
Sejarah
Surakarta tidak lebih dari sebuah desa terpencil yang tenang, km di sebelah
timur Kartasura, ibukota kerajaan Mataram. Pakubuwana II yang menjadi Raja Mataram
mendukung Cina melawan Belanda, kemudian Pakubuwono II mencari tempat yang lebih
menguntungkan untuk membangun kembali kerajaannya, dan di tahun Kerajaan
dibongkar dan diarak menuju Kota Surakarta yang terletak di tepi Kali (Sungai) Bengawan
Solo. Februari dianggap sebagai hari kelahiran kota resmi.
Kekuasaan politik kedua kerajaan ini dilikuidasi setelah berdirinya Republik
Indonesia pada tanggal Agustus . Selama bulan, Surakarta berstatus sebagai daerah
setingkat provinsi, yang dikenal sebagai Selanjutnya, karena berkembang gerakan
antimonarki di Surakarta serta kerusuhan, penculikan, dan pembunuhan pejabat-pejabat DIS,
maka pada tanggal Juni pemerintah RI membubarkan DIS dan menghilangkan
kekuasaan raja-raja Kasunanan dan Mangkunagaran. Status Susuhunan Surakarta dan Adipati
Mangkunegara menjadi rakyat biasa di masyarakat dan Keraton diubah menjadi pusat
pengembangan seni dan budaya Jawa. Kemudian Surakarta ditetapkan menjadi tempat
kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan Surakarta (Residentie Soerakarta)
dengan luas daerah km . Karesidenan Surakarta terdiri dari daerah-daerah Kota Praja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukowati, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten
Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali. Setelah Karesidenan Surakarta
dihapuskan pada tanggal Juli , Surakarta menjadi kota di bawah administrasi Provinsi
Jawa Tengah. Semenjak berlakunya UU Pemerintahan Daerah yang memberikan banyak hak
otonomi bagi pemerintahan daerah, Surakarta menjadi daerah berstatus kota otonom.
Kondisi Umum
Kota Surakarta terletak antara ’ ” dan ’ ” Bujur Timur dan
antara ’ dan ’ Lintang selatan Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di
Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Jogyakarta.
Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan ”Kota SURAKARTA”
merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± m dari permukaan air laut dengan
batas-batas administrasi sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali dan Karanganyar.
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo.
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo.
Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar dan
Boyolali.
Luas wilayah Kota Surakarta mencapai km yang terbagi dalam
Kecamatan Kelurahan. Jumlah RW tercatat sebanyak dan RT sebanyak . dengan
jumlah KK sebesar KK.
Fasilitas Perkotaan
Kota Surakarta memiliki fasilitas perkotaan sangat lengkap baik yang bersifat
primer hingga sekunder mulai dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas sosial dan
fasilitas ekonomi seperti perdagangan dan jasa. Kelengkapan fasilitas perkotaan tersebut
menarik pendatang untuk berkunjung ke Kota Surakarta bahkan menetap di wilayah ini,
dengan banyaknya penduduk yang datang ke kota ini mengakibatkan beberapa dampak salah
satunya adalah mahalnya lahan kota sehingga timbul wilayah peri urban di sekitar Kota
Surakarta. Adapun beberapa fasilitas yang ada di Kota Surakarta yang menjadi faktor penarik
bagi wilayah sekitarnya antara lain fasilitas pendidikan, fasilitas perdagangan dan jasa,
fasilitas kesehatan, bahkan fasilitas rekreasi yang ada di Kota Surakarta.
Fasilitas pendidikan di Kota Surakarta terdiri dari SD, SMP, SMA, SMK, MI,
MTS, MA, Pondok Pesantren, dan Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta. Keberadaan
fasilitas pendidikan yang mampu melayani hingga regional bahkan nasional seperti perguruan
tinggi menambah kepadatan penduduk yang berdomisili di kota ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Fasilitas perdagangan yang ada di Kota Surakarta antara lain Pasar, Pertokoan,
PKL, Mall, Swalayan, Restoran, Supermarket dll, sedangkan fasilitas jasa sangat beragam
seperti Perhotelan, Perbankan, perseroan dan masih bayak lagi.
Fasilitas Kesehatan di Kota Surakarta antara lain Rumah sakit, Balai Pengobatan,
Rumah Bersalin, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Toko Obat, Laboratorium, dan Apotik.
Rumah Sakit yang paling besar dan mampu menarik masyarakat luar kota adalah Rumah
Sakit Dr. Moewardi karena marupakan rumah sakit daerah golongan A yang mampu melayani
tingkat wilayah regional, selain itu juga terdapat beberapa rumah sakit swasta yang juga dapat
melayani wilayah sekitar Kota Surakarta seperti Rumah Sakit Dr. Oen, RS PKU, RS Kasih
Ibu dan lain sebagainya.
Kota Surakarta sebagai kota budaya, memiliki beberapa obyek wisata yang
banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Fasilitas Rekreasi yang ada di Kota Surakarta antara lain sebagai berikut :
. Keraton Kasunanan
. Pura Mangkunegaran
. Taman Sriwedari
. Stadion Manahan
. Kawasan Kampung Batik Laweyan
Koridor Surakarta-Palur
Koridor Surakarta-Palur berada di sebelah timur Kota Surakarta, sesuai dengan
RTRW Kota Surakarta bahwa daerah Palur dan Jaten akan menjadi wilayah pengembangan
Kota Surakarta sedangkan koridor Surakarta-Palur merupakan bagian dari kedua wilayah
tersebut sehingga koridor ini akan menjadi bagian dari pengembangan, apalagi wilayah
koridor marupakan wilayah strategis dari awal pengembangan karena terletak dekat dengan
jaringan utama penghubung.
Secara umum koridor memang bukan suatu wilayah yang luas akan tetapi
pengembangan terjadi secara signifikan pada wilayah peri urban terutama wilayah koridor.
Berikut adalah beberapa karakteristik yang dimiliki oleh koridor Surakarta-Palur.
Karakteristik Fisik
Kondisi fisik wilayah dalam penelitian ini meliputi kondisi Batas wilayah, Letak
wilayah, luas wilayah dan penggunaan lahan. Kelima gambaran tersebut mempunyai
keterkaitan dalam transformasi spasial wilayah penelitian.
Wilayah penelitian yang pertama adalah koridor Surakarta-Palur, koridor
Surakarta-Palur sendiri barada pada wilayah administrasi Kecamatan Jaten Kabupaten
Karanganyar dan sebagian kecil Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, ketiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kecamatan tersebut merupakan tiga kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota
Surakarta.
Kecamatan Jaten merupakan salah satu kecamatan dari kecamatan yang ada di
Kabupaten Karanganyar, jarak dari ibikota kabupaten km arah barat. Luas wilayah
Kecamatan Jaten adalah km dengan ketinggian rata-rata m diatas permukaan laut.
Batas wilayah Kecamtan Jaten :
Sebelah Utara : Kecamatan Kebakkramat
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat : Kota Surakarta
Sebelah Timur : Kecamatan Tasikmadu dan Kecamatan
Karanganyar
Luas wilayah Kecamtan Jaten adalah Ha, yang terdiri dari luas tanah
sawah dan luas tanah kering.
Selain Kecamatan Jaten sebagian kecil wilayah koridor Surakarta-Palur terletak di
Kacamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo yaitu sebagian dari desa Palur, Kecamatan
Mojolaban terletak di dataran tinggi dengan tinggi m diatas permukaan laut. Jarak ibukota
ke Kecamatan ke ibukota Kabupaten Sukoharjo kurang lebih km.
Batas-batas Kecamatan
Sebelah Utara : Kecamatan Jaten Kab. Karanganyar
Sebelah Timur : Kecamatan Jaten Kab. Karanganyar
Sebelah Selatan : Kecamatan Polokarto
Sebelah Barat : Kota Surakarta
Luas wilayah Kecamatan Mojolaban yang terdiri atas tanah sawah dan
tanah kering. Secara administrasi Kecamtan Mojolaban terdiri atas desa dan desa yang
bersinggungan dengan koridor jalur arteri Surakarta-Palur adalah Desa Palur dengan luas
lahan Ha.
Koridor Surakarta-Palur meliputi Kecamatan Jaten dan Kecamatan Mojolaban.
Pada koridor ini penggunaan lahan sawah digunakan sebagai lahan pertanian sedangkan lahan
kering digunakan sebagai permukiman, pendidikan, industri, perdagangan, sarana prasarana
umum. Berikut ini adalah tabel penggunaan lahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber : Analisis
Gambar Penggunaan Lahan Kecamatan Jaten
Dari tabel diatas dilihat bahwa penggunaan lahan sawah di Kecamatan Jaten dari
tahun ke tahun semakin menurun dan beralih fungsi menjadi lahan kering atau lahan yang
digunakan sebagai kegiatan non pertanian. Semakin lama proporsi antara lahan sawah dan
lahan pertanian di Kecamatan ini semakin seimbang bahkan lahan kering cenderung selalu
bertambah sedangkan lahan pertanian mulai berkurang.
Sumber : Analisis Peneliti
Gambar Penggunaan Lahan Kecamatan Mojolaban
Penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Mojolaban sendiri terdiri dari Tanah
sawah yang digunakan sebagai lahan pertanian dan lahan kering yang digunakan sebagai
kegiatan pekarangan,permukiman,pendidikan,industri, perdagangan dan sarana prasarana
umum.
Dari tabel diatas dilihat bahwa penggunaan lahan sawah di Kecamatan Jaten dari
tahun ke tahun semakin menurun dan beralih fungsi menjadi lahan kering atau lahan yang
digunakan sebagai kegiatan non pertanian.
Kependudukan
Dalam kependudukan gambaran yang akan disajikan adalah jumlah, kepadatan,
dan pertumbuhan penduduk. Ketiga komponen tersebut mempengaruhi terhadap perubahan
1,410.33 1,389.33 1,352.21 1,277.59 1,275.32 1,144.48 1,165 1,161.59 1,275.32 1,279.49
1990 1995 2000 2005 2010
Penggunaan Lahan
Tanah Sawah Tanah Kering
2,366 2,324 2,315 2,250 2,234 1,188 1,230 1,232 1,304 1,320
1990 1995 2000 2005 2010
Penggunaan Lahan Kec Mojolaban
Tanah Sawah Tanah Kering
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sifat wilayah sebagai wilayah peri urban yaitu perubahan sifat kedesaan ke sifat kekotaan. Hal
ini disebabkan kedinamisan wilayah sangat dipengaruhi oleh kedinamisan aspek
kependudukan di wilayah tersebut.
Kependudukan pada koridor Surakarta-Palur meliputi kependudukan di
Kecamatan Jaten dan Kecamatan Mojolaban.
Tabel . Kependudukan Kec. Jaten
Tahun Jumlah Kepadatan Pertumbuhan (%)
Sumber. BPS Kab. Karanganyar -
Tabel . Kependudukan Kec. Mojolaban
Tahun Jumlah Kepadatan Pertumbuhan (%)
Sumber. BPS Kab. Sukoharjo -
Penduduk di Kecamatan Jaten dan Kecamatan Mojolaban dari tahun hingga
selalu meningkat hal ini dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah pendatang.
Hal ini dikarenakan kawasan Jaten dan Mojolaban merupakan kawasan yang terletak dekat
dengan Kota Surakarta sehingga menarik untuk pekerja di Kota Surakarta yang tidak dapat
bermukim di kota. Selain itu dalam RTRW Kota Surakarta sendiri dijelaskan bahwa
Kecamatan Jaten dan Kecamatan Mojolaban menjadi kecamatan pengembangan perkotaan
Surakarta ke wilayah timur.
Fasilitas Sosial Ekonomi
Sarana prasarana merupakan salah satu komponen wilayah yang cukup penting
untuk mendukung wilayah tersebut sesuai dengan fungsinya. Perkembangan sarana prasarana
manjadi komponen pendukung transformasi wilayah tersebut. Dalam penelitian ini yang
dimaksud dengan fasilitas sosial ekonomi terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas
peribadatan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas ekonomi.
Dalam analisis perkembangan karakter kekotaan keberadaan fasilitas pelayanan
sosial ekonomi sangat penting, paling tidak dapat mengidentifikasi tingkat atau derajat
pelayanan di suatu wilayah. Semakin banyak tersedia fasilitas berorde tinggi di suatu wilayah,
maka wilayah tersebut berpotensi untuk tidak saja melayani wilayahnya, tetapi juga wilayah
lain disekitarnya atau mampu berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi wilayah lainnya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berdekatan. Selain itu, kelengkapan fasilitas pelayanan sosial ekonomi menunjukan pula
tingkat perkembangan wilayah yang bersangkutan.
Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan menjadi komponen dalam penelitian transformasi karena
fasilitas pendidikan menggambarkan tentang pemenuhan kebutuhan masyarakat pada bidang
pendidikan terutama pendidikan formal pada sekolah dan perguruan tinggi. Berikut adalah
jumlah fasilitas pendidikan yang ada di koridor Surakarta-Palur selama tahun - .
Tabel . Fasilitas Pendidikan Kecamatan Jaten
Tahun TK SD SMP
Negeri
SMP
Swasta SMA PT MI MTS
Sumber. BPS Kab. Karanganyar -
Kecamatan Jaten memiliki jumlah fasilitas pendidikan formal sejumlah yang
terdiri dari pendidikan TK, SD, SMP, SMA, MI, MTS dan Perguruan tinggi, jumlah fasilitas
tersebut rata-rata tidak mengalami penambahan jumlah dari tahun ketahun, adapun
penambahan hanya TK pada tahun , SMP pada tahun , SMA pada tahun
dan Perguruan tinggi pada tahun . Perguruan Tinggi menjadi salah satu komponen
pertambahan penduduk meskipun hanya penduduk domisili sementara seperti mahasiswa
yang merupakan penduduk asli luar daerah Jaten harus menetap di Jaten karena sedang
menempuh pendidikan perguruan tinggi, perguruan tinggi yang ada di Kecamatan Jaten antara
lain Universitas Surakarta (UNSA), ASMI.
Tabel . Fasilitas Pendidikan Kecamatan Mojolaban
Tahun TK SD SMP
Negeri
SMP
Swasta SMA PT MI MTS
-
-
-
-
-
Sumber. BPS Kab. Sukoharjo -
Kecamatan Mojolaban memiliki fasilitas pendidikan sejumlah yang terdiri
dari pendidikan TK, SD, SMP, SMA, MI dan MTS tetapi tidak ada perguruan tinggi pada
kecamatan ini. Pertambahan fasilitas pendidikan dari tahun hingga tahun tidak
terlalu signifikan hanya terjadi pertambahan TK pada tahun , SD pada tahun ,
SMA pada tahun , dan MI pada tahun .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Kesehatan dapat menjadi salah satu komponen ukuran kesejahteraan
masyarakat pada suatu wilayah, dalam penelitian ini penggambaran fasilitas kesehatan karena
berpengaruh terhadap pola transformasi yang ada.
Tabel . Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Jaten
Tahun Rumah
Sakit RSB/RB Poliklinik Puskesmas
Puskesmas
pembantu
Praktek
Dokter
Praktek
Bidan Posyandu Polindes
Sumber. BPS Kab. Karanganyar -
Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Jaten berupa Rumah sakit, Rumah
Sakit Bersalin (RB), poliklinik, puskesmas, puskesmas pembantu, praktek dokter, praktek
bidan, posyandu dan polindes. Jumlah fasilitas kesehatan yang paling banyak adalah
posyandu karena fasilitas ini ada pada setiap kelurahan, jumlah posyandu yang di Kecamatan
Jaten sebanyak pada tahun dan bertambah menjadi pada tahun .
Tabel . Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Mojolaban
Tahun Rumah
Sakit RSB/RB Poliklinik Puskesmas
Puskesmas
pembantu
Praktek
Dokter
Praktek
Bidan Posyandu Polindes
- - -
- -
- -
- -
- -
Sumber. BPS Kab. Sukoharjo -
Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Mojolaban berupa poliklinik,
puskesmas, puskesmas pembantu, praktek dokter, praktek bidan, posyandu dan polindes.
Jumlah fasilitas kesehatan yang paling banyak adalah posyandu karena fasilitas ini ada pada
setiap kelurahan, jumlah posyandu yang di Kecamatan Jaten sebanyak pada tahun
dan bertambah menjadi pada tahun .
Fasilitas Ekonomi
Fasilitas perekonomian marupakan salah satu komponen pendukung transformasi
suatu wilayah karena semakin banyak fasilitas perekonomian yang ada semakin tinggi
transfromasi yang terjadi pada wilayah tersebut. Fasilitas perekonomian yang ada pada
gambaran umum penelitian berupa fasilitas perdagangan dan jasa
Fasilitas pendagangan yang ada di Kecamatan jaten dan Mojolaban terdiri atas
pasar, swalayan, restoran, warung makan, toko, hotel, bank dan lain sebagainya. Berikut ini
data fasilitas perekonomian di dua kecamatan yang ada di koridor Surakarta-Palur tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel . Fasilitas Perekonomian Kecamatan Jaten
Fasilitas Tahun
Pasar
Swalayan - -
Restoran - - -
Warung
makan
Toko
Hotel/
Losmen
- - -
Bank Umum
KUD
Sumber. BPS Kab. Karanganyar -
Tabel . Fasilitas Perekonomian Kecamatan Mojolaban
Fasilitas Tahun
Pasar
Swalayan -
Restoran - - -
Warung
Toko
Hotel/
Losmen
- - - - -
Bank
Umum
KUD - - - - -
Sumber. BPS Kab. Sukoharjo -
Sistem Transportasi
Sistem transportasi menjadi komponen dalam penelitian transformasi karena
sistem transportasi mempengaruhi perkembangan pada wilayah penelitian. Sistem transportasi
di koridor Surakarta-Palur terdiri dari alat transportasi yang digunakan dan jaringan jalan
yang ada pada wilayah penelitian. Berikut ini adalah alat transportasi yang digunakan oleh
masyarakat pada koridor Surakarta-Palur.
Tabel . Alat Transportasi Kecamatan Jaten
Tahun
Kendaraan Bermotor Kendaraan Non
Motor
Angkudes/
Kota
Truck/
Colt
Bus/
Mini bus Ojek Becak
Andong/
Dokar
- -
- -
- -
Sumber. BPS Kab. Karanganyar -
Alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat Kecamatan Mojolaban
beraneka ragam mulai dari kendaraan bermotor seperti Sepeda motor, Mobil pribadi,
Angkutandes/kota, Truck/Colt, dan Minibus hingga kendaraan non motor seperti Sepeda,
Becak dan Andong/Dokar. Alat trasnportasi bermotor yang paling banyak dimiliki adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sepeda motor jumlahnya dari tahun hingga tahun selalu meningkat, peningkatan
yang apling signifikan terjadi tahun sampai yaitu dari jumlah menjadi
unit, sedangkan kendaraan non bermotor paling banyak yang dimiliki adalah sepeda,
kepemilikan sepeda dari tahun ke tahun juga semakin meningkat peningkatan yang paling
banyak pada tahun hingga yaitu dari jumlah unit menjadi unit.
Tabel . Alat Transportasi Kecamatan Mojolaban
Tahun
Kendaraan Bermotor Kendaraan Non
Motor
Angkudes/
Kota
Truck/
Colt
Bus/
Mini bus Ojek Becak
Andong/
Dokar
Sumber. BPS Kab. Sukoharjo -
Alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat Kecamatan Mojolaban
beraneka ragam mulai dari kendaraan bermotor seperti Sepeda motor, Mobil pribadi,
Angkutandes/kota, Truck/Colt, dan Minibus hingga kendaraan non motor seperti Sepeda,
Becak dan Andong/Dokar. Alat trasnportasi bermotor yang paling banyak dimiliki adalah
sepeda motor jumlahnya dari tahun hingga tahun selalu meningkat, peningkatan
yang apling signifikan terjadi tahun sampai yaitu dari jumlah menjadi
unit, sedangkan kendaraan non bermotor paling banyak yang dimiliki adalah sepeda,
kepemilikan sepeda dari tahun ke tahun juga semakin meningkat peningkatan yang paling
banyak pada tahun hingga yaitu dari jumlah unit menjadi unit.
Tabel . Jumlah Ruas Jalan Kecamatan Jaten
Tahun Jalan
Aspal
Jalan
Diperkeras
Jalan
Tanah
Sumber. BPS Kab. Karanganyar -
Klasifikasi jalan berdasarkan material pembangunannya diKecamatan Jaten
sendiri terbagi atas tiga macam yaitu jalan aspal, jalan diperkeras dan jalan tanah. Jalan yang
paling banyak adalah jalan aspal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel . Jumlah Ruas Jalan Kecamatan Mojolaban
Tahun Jalan
Aspal
Jalan
Diperkeras
Jalan
Tanah
Sumber. BPS Kab. Sukoharjo -
Klasifikasi jalan berdasarkan material pembangunannya diKecamatan Jaten
sendiri terbagi atas tiga macam yaitu jalan aspal, jalan diperkeras dan jalan tanah. Jalan yang
paling banyak adalah jalan dengan material aspal yaitu pada tahun berjumlah .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PETA WILAYAH KECAMATAN JATEN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PETA WILAYAH KECAMATAN MOJOLABAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Koridor Surakarta-Kartosuro
Koridor Surakarta-Kartosuro berada di sebelah barat Kota Surakarta, sesuai
dengan RTRW Kota Surakarta bahwa daerah Kartosuro akan menjadi wilayah pengembangan
Kota Surakarta ke sebelah barat sedangkan koridor Surakarta-Kartosuro merupakan bagian
dari kedua wilayah tersebut sehingga koridor ini akan menjadi bagian dari pengembangan,
apalagi wilayah koridor marupakan wilayah strategis dari awal pengembangan karena terletak
dekat dengan jaringan utama penghubung.
Secara umum koridor memang bukan suatu wilayah yang luas akan tetapi
pengembangan terjadi secara signifikan pada wilayah peri urban terutama wilayah koridor.
Berikut adalah beberapa karakteristik yang dimiliki oleh koridor Surakarta-Kartosuro.
Karakteristik Fisik
Koridor yang kedua adalah Koridor Surakarta-Kartosuro yang terletak pada
wilayah administrasi Kecamatan Kartosuro Kabupaten Sukoharjo. Secara administrasi
Kecamatan Kartosuro terdiri dari desa.
Batas-batas Kecamatan
Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar
Sebelah Timur : Kota Surakarta
Sebelah Selatan : Kecamatan Gatak
Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali
Kecamatan Kartosuro secara umum terletak di sebelah barat Kabupaten
Sukoharjo, secara geografis terletak pada posisi o ’ ’’ –
o ’ ’’ bujur timur dan
o ’ ’’-
o ’ ’’ lintang selatan Kecamatan Kartosuro terletak pada derah yang relative
datar dengan ketinggian antara - meter diatas permukaan laut, dengan kemiringan rata-
rata - .
Luas wilayah Kecamatan Kartosuro Ha yang terdiri atas lahan sawah dan
lahan kering, Desa Pabelan merupakan desa yang terluas wilayahnya yaitu sekitar Ha
sedangkan Desa Ngabeyan merupakan desa dengan luas terkecil yaitu sebesar Ha.
Jenis penggunaan lahan pada kawasan penelitian terdiri dari lahan sawah dan
lahan kering, lahan sawah digunakan sebagai lahan dengan kegiatan pertanian sedangkan
lahan kering digunakan antara lain sebagai lahan permukiman, pekarangan,
peternakan/kolam, perindustrian, dan sarana prasarana.
Koridor Surakarta-Kartosuro berada pada wilayah administrasi Kecamatan
Kartosuro, penggunaan lahan di Kecamatan Kartosuro sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber : Analisis
Gambar Penggunaan Lahan Kecamatan Kartosuro
Penggunaan lahan di Kecamatan Kartosuro sejak tahun telah didominasi
sebagai tanah kering yang digunakan sebagai aktivitas non pertanian, aktivitas non pertanian
yang dilakukan diatas tanah kering yang ada di Kecamatan Kartosuro sendiri antara lain
sebagai aktivitas permukiman, pendidikan, perdagangan, industri dan sarana prasarana.
Kependudukan
Penduduk di Kecamatan Kartosuro dari tahun hingga selalu meningkat
hal ini dipengaruhi beberapa faktor salah satunya adalah pendatang, dikarenakan Kartosuro
merupakan kawasan yang menarik digunakan sebagai tempat bermukim yaitu letak kawasan
yang dekat dengan Kota Surakarta sehingga masyarakat yang tinggal dikawasan ini lebih
dekat untuk bekerja dikota, selain itu dalam RTRW Kota Surakarta sendiri dijelaskan bahwa
Kecamatan Jaten dan Kecamatan Mojolaban menjadi kecamatan pengembangan perkotaan
Surakarta ke wilayah barat.
Tabel . Kependudukan Kec. Kartosuro
Tahun Jumlah Kepadatan Pertumbuhan (%)
Sumber. BPS Kab. Sukoharjo -
Pertumbuhan aktivitas yang ada di Kecamatan Kartosuro juga menjadi salah satu
pemicu pertambahan penduduk pada wilayah ini, aktivitas yang mempengaruhi antara lain
aktivitas perekonomian pada sektor perdagangan dan sektor industri dan aktivitas pendidikan
terutama perguruan tinggi.
Fasilitas
Sarana prasarana merupakan salah satu komponen wilayah yang cukup penting
untuk mendukung wilayah tersebut sesuai dengan fungsinya. Perkembangan sarana prasarana
manjadi komponen pendukung transformasi wilayah tersebut. Dalam penelitian ini yang
737 645 601 559 515
1,168 1,278 1,222 1,254 1,308
1990 1995 2000 2005 2010
Penggunaan Lahan
Tanah Sawah Tanah Kering
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dimaksud dengan fasilitas sosial ekonomi terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan,
dan fasilitas ekonomi.
Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan menjadi komponen dalam penelitian transformasi karena
fasilitas pendidikan menggambarkan tentang pemenuhan kebutuhan masyarakat pada bidang
pendidikan terutama pendidikan formal pada sekolah dan perguruan tinggi. Berikut adalah
jumlah fasilitas pendidikan yang ada di koridor Surakarta-Kartosuro selama tahun - :
Tabel . Fasilitas Pendidikan Kecamatan Kartosuro
Tahun TK SD SMP
Negeri
SMP
Swasta SMA PT MI MTS
Sumber. BPS Kab. Sukoharjo -
Kecamatan Kartosuro memiliki jumlah fasilitas pendidikan formal sejumlah
yang terdiri dari pendidikan TK, SD, SMP, SMA, MI, MTS dan Perguruan tinggi, jumlah
fasilitas tersebut rata-rata tidak mengalami penambahan jumlah dari tahun ketahun, adapun
penambahan hanya SD pada tahun , SMP pada tahun , SMA pada tahun .
Perguruan Tinggi menjadi salah satu komponen pertambahan penduduk meskipun hanya
penduduk domisili sementara seperti mahasiswa yang merupakan penduduk asli luar daerah
Kartosuro harus menetap di Jaten karena sedang menempuh pendidikan perguruan tinggi,
perguruan tinggi yang ada di Kecamatan Kartosusuro antara lain Universitas Muhammadiyah
Surakarta (UMS), Universitas Sebelas Maret (UNS) Pabelan, IAIN Surakarta.
Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Kesehatan dapat menjadi salah satu komponen ukuran kesejahteraan
masyarakat pada suatu wilayah, dalam penelitian ini penggambaran fasilitas kesehatan karena
berpengaruh terhadap pola transformasi yang ada.
Tabel . Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Kartosuro
Tahu
n
Rumah
Sakit
RSB/
RB
Poliklini
k Puskesmas
Puskesma
s
pembantu
Prakte
k
Dokter
Praktek
Bidan
Posyand
u
Polinde
s
Sumber. BPS Kab. Sukoharjo -
Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Kartosuro berupa Rumah Sakit
Bersalin (RB), poliklinik, puskesmas, puskesmas pembantu, praktek dokter, praktek bidan,
posyandu dan polindes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
. Fasilitas Perekonomian
Fasilitas pendagangan yang ada di Kecamatan Kartosuro terdiri atas pasar,
swalayan, restoran, warung makan, toko, hotel, bank dan lain sebagainya. Berikut ini data
fasilitas perekonomian di kecamatan yang ada di koridor Surakarta-Kartosuro tersebut.
Tabel . Fasilitas Perekonomian Kecamatan Kartosuro
Fasilitas Tahun
Pasar
Swalayan
Restoran
Warung
makan
Toko
Hotel/
Losmen
-
Bank Umum
KUD
Sumber. BPS Kab. Sukoharjo -
Sistem Transportasi
Tabel . Alat Transportasi Kecamatan Kartosuro
Tahun
Kendaraan Bermotor Kendaraan Non
Motor
Angkudes/
Kota
Truck/
Colt
Bus/
Mini bus Ojek Becak
Andong/
Dokar
Sumber. BPS Kab. Sukoharjo -
Alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat Kecamatan Mojolaban
beraneka ragam mulai dari kendaraan bermotor seperti Sepeda motor, Mobil pribadi,
Angkutandes/kota, Truck/Colt, dan Minibus hingga kendaraan non motor seperti Sepeda,
Becak dan Andong/Dokar. Alat trasnportasi bermotor yang paling banyak dimiliki adalah
sepeda motor jumlahnya dari tahun hingga tahun selalu meningkat, peningkatan
yang paling signifikan terjadi tahun sampai yaitu dari jumlah menjadi
unit, sedangkan kendaraan non bermotor paling banyak yang dimiliki adalah sepeda,
kepemilikan sepeda dari tahun ke tahun malah semakin menurun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel . Jumlah Jalan Kecamatan Kartosuro
Tahun Jalan
Aspal
Jalan
Diperkeras
Jalan
Tanah
Sumber. BPS Kab. Sukoharjo -
Klasifikasi jalan berdasarkan material pembangunannya diKecamatan Jaten
sendiri terbagi atas tiga macam yaitu jalan aspal, jalan diperkeras dan jalan tanah. Jalan yang
paling banyak adalah jalan dengan material aspal yaitu pada tahun berjumlah .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PETA WILAYAH KARTOSURO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PETA WILAYAH PENELITIAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB
DELINIASI WILAYAH PENELITIAN
Dalam penelitian ini deliniasi wilayah dilakukan sebagai penentuan wilayah yang
akan menjadi fokus pada penelitian, yaitu koridor Surakarta-Palur dan Surakarta-Kartosuro
sebagai bagian dari wilayah Peri Urban Kota Surakarta. Kedua koridor yang menjadi fokus
pada penelitian ini secara administratif terletak pada tiga kecamatan pada dua wilayah
kabupaten yang berbeda yaitu Kecamatan Jaten berada pada wilayah admintrasi Kabupaten
Karanganyar, Kecamatan Mojolaban dan Kecamatan Kartosuro berada pada wilayah
administrasi Kabupaten Sukoharjo. Kedua Kabupaten ini memang berbatas langsung dengan
Kota Surakarta sedangkan dua koridor ini berada pada jalan arteri yang menghubungkan Kota
Surakarta dengan wilayah sekitarnya terutama dengan kota-kota besar yang ada di wilayah
sekitarnya yaitu Koridor Surakarta-Palur merupakan jalur arteri menuju Provinsi Jawa Timur
baik yang melewati Kabupaten Sragen maupun yang melewati Kabupaten Karanganyar
menuju Magetan, sedangkan Koridor Surakarta-Kartosuro marupakan jalaur arteri menuju
Provinsi Yogyakarta yang melewati Kabupaten Klaten dan Kota Semarang yang melewati
Kabupaten Boyolali.
Latar belakang deliniasi wilayah pada penelitian transformasi wilayah koridor ini
adalah karena wilayah yang mendapatkan pengaruh dari jalan utama yang melewatinya tidak
dapat dibatasi secara administrasi. Dalam menentukan batas-batas koridor ini beberapa
pertimbangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Sebaran area terbangun dari batas terluar wilayah koridor.
Batasan terluar area terbangun yang berhimpitan dengan jalan arteri.
Gambar Pengaruh Jalan Arteri Terhadap Wilayah Koridor
Sumber : Analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan menggunakan kriteria diatas, maka deliniasi wilayah koridor ini dapat
dilihat pada peta . Wilayah koridor ini meliputi dua koridor berbeda yaitu Koridor
Surakarta-Palur yang terletak di sebelah timur Kota Surakarta dan Koridor Surakarta-
Kartosuro yang terletak di sebelah barat Kota Surakarta.
Koridor Surakarta-Palur terletak pada wilayah administrasi dua kecamatan pada dua
kabupaten yang berbeda, yaitu Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar dan Kecamatan
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. berikut ini adalah letak koridor secara administrasi.
Tabel . Letak Administrasi Koridor Surakarta-Palur
Kabupaten Kecamatan Desa
Karanganyar Jaten Ngringo
Dagen
Sroyo
Jetis
Sukoharjo Mojolaban Palur
Sumber : Analisis
Sedangkan Koridor Surakarta-Kartosuro terletak pada wilayah administrasi
Kecamatan Kartouro Kabupaten Sukoharjo. berikut ini adalah letak koridor secara
administrasi
Tabel . Letak Administrasi Koridor Surakarta-Kartosuro
Kabupaten Kecamatan Desa
Sukoharjo Kartosuro Makamhaji
Pabelan
Gonilan
Ngadirejo
Singopuran
Kartosuro
Sumber: Analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PETA DELINIASI KORIDOR SURAKARTA-PALUR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PETA DELINIASI KORIDOR SURAKARTA-KARTOSURO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Koridor Surakarta-Palur
Batas Wilayah
Batas wilayah Koridor Surakarta-Palur bukan berupa batas administrasi akan tetapi
batas-batas yang ditetapkan adalah berupa jalan baik arteri, kolektor dan rel kereta api, berikut
ini adalah batasan-batasan pada koridor Surakarta-Palur.
Batas-batas wilayah koridor
Sebelah Utara : Ring Road
Sebelah Timur : Rel Kereta Api Tunggal Surabaya
Sebelah Selatan : Rel Kereta Api Tunggal Surabaya
Sebelas Barat : Kota Surakarta
Distribusi Penduduk
Tabel Distribusi Penduduk Koridor Surakarta-Palur
Desa
Tahun
Luas Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah
Ngringo
Dagen
Sroyo
Jetis
Palur
Sumber : Analisis
Koridor Surakarta-Palur terdiri dari lima wilayah administrasi desa yang berada
pada dua wilayah Kecamatan dimana masing-masing desa memiliki kepadatan penduduk
yang berbeda-beda. Pada koridor ini Desa dengan kepadatan penduduk terbanyak dari tahun
hingga tahun adalah Desa Ngringo Kecamatan Jaten Kab. Karanganyar dengan
luas wilayah desa Ha, Desa Ngringo sendiri sebagian besar wilayahnya diperuntukan
sebagai kawasan permukiman.
Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit di koridor ini berada di Desa Dagen
yaitu sebesar jiwa pada tahun dan mengalami peningkatan menjadi jiwa
pada tahun , apabila ditinjau dari penggunaan lahannya Desa Dagen banyak digunakan
sebagai industri dan perdagangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar Distribusi Penduduk Koridor Surakarta-Palur
Sumber : Analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pertambahan Fasilitas Sosial Ekonomi
Tabel Pertambahan Fasilitas Sosial-Ekonomi Koridor Surakarta-Palur
Desa
Fasilitas Sosial Ekonomi
Pendidikan Kesehatan Peribadatan Ekonomi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Ngringo - - - - - - - -
Dagen - - - - - - - -
Sroyo - - - - - - - - -
Jetis - - - - - - - - -
Palur - - -
Analisis
Fasilitas sosial ekonomi yang ada di Koridor ini berupa Fasilitas Pendidikan, Fasilitas Kesehatan, Fasilitas Peribadatan dan Fasilitas
Ekonomi. Beberapa fasilitas tersebut mempengaruhi perkembangan transformasi spasial yang ada di Koridor Surakarta-Palur selama Tahun
terakhir akan tetapi pada dasarnya perubahan jumlah fasilitas yang ada sendiri tidak begitu signifikan.
Perubahan yang terjadi pada fasilitas sosial ekonomi di Koridor Surakarta-Palur tidak terjadi secara linier karena perkembangan
mengalami naik turun sehingga tidak setiap fasilitas mengalami peningkatan akan tetapi beberapa fasilitas mengalami penurunan pada tahun-
tahun tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Aktivitas Kawasan
Aktivitas kawasan sangat mempengaruhi adanya transformasi spasial di suatu
wilayah karena aktivitas satu kawasan dapat menjadi penyebab tumbuhnya aktivitas lain pada
kawasan tersebut. Adapaun aktivitas yang ada di kawasan Koridor Surakarta-Palur antara lain
aktivitas permukiman, aktivitas industri, aktivitas perdagangan dan jasa, aktivitas pertanian,
dan aktivitas transportasi.
Tabel Aktivitas Wilayah Koridor Surakarta-Palur
Fungsi
Kawasan
Aktivitas
Kawasan
Tahun / Luas
Luas
(Ha)
Luas
(Ha)
Luas
(Ha)
Luas
(Ha)
Luas
(Ha)
Permukiman
Permukiman
Pendidikan
Sosial
Peribadatan
Ekonomi
Industri
Industri
Ekonomi
Permukiman
Perdagangan
& Jasa
Ekonomi
Permukiman
Peribadatan
Pendidikan
Pendidikan
Peribadatan
Permukiman
Ekonomi
Sumber : Analisis
Aktivitas yang ada di kawasan Koridor Surakarta-Palur dari tahun hingga
tahun hampir sama hanya yaitu berupa aktivitas permukiman, aktivitas sosial ekonomi,
aktivitas industri, dan aktivitas perdagangan dan jasa. Jenis aktivitas yang dilakukan memang
tidak berubah akan tetapi luas kawasan dengan fungsi aktivitas tertentu tumbuh dengan pesat,
aktivitas yang tumbuh dengan pesat di Koridor ini adalah aktivitas industri, pertumbuhan
aktivitas industri menjadikan fungsi penggunaan lahan di koridor ini berubah dari lahan
pertanian menjadi lahan dengan bangunan industri-industri besar diatasnya.
Fungsi Bangunan
Fungsi Bangunan yang ada di koridor Surakarta-Palur antara lain sebagai rumah,
industri, sarana perdagangan dan jasa, sarana kesehatan, sarana peribadatan, sarana
pendidikan, sarana transportasi dan pergudangan. Bangunan – bangunan yang ada di Koridor
Surakarta-Palur sebagian besar telah mengelompok sesuai dengan fungsinya sehingga
membentuk suatu kawasan dengan fungsi tertentu.
Bangunan dengan fungsi permukiman banyak menyebar di beberapa titik kawasan
akan tetapi lebih banyak tidak berbatasan langsung dengan jalan utama koridor ini, bangunan
rumah berada di belakang bangunan dengan fungsi yang lain seperti perdagangan dan jasa
juga industri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bangunan dengan fungsi industri berada di pinggir jalan arteri dan sebagian berada
ditengah kawasan permukiman, selain bangunan dengan fungsi industri juga ada beberapa
bangunan yang berfungsi sebagai gudang. Bangunan-bangunan dengan fungsi industri cukup
besar dan banyak memakan lahan pertanian.
Selain fungsi bangunan sebagai rumah, industri, gudang, perdagangan dan jasa di
koridor ini juga terdapat bangunan berupa fasilitas pendukung antara lain bangunan fasilitas
peribadatan seperti masjid dan gereja, fasilitas pendidikan seperti Sekolah (SD, SMP) dan
Perguruan Tinggi, dan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, polindes, dan apotik.
Gambar Fungsi Bangunan di Koridor Surakarta-Palur
Fungsi Kawasan
Penggunaan lahan merupakan wujud nyata dari pengaruh aktivitas manusia terhadap
sebagian fisik permukaan bumi. Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan
pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan
semakin intensifnya aktivitas penduduk di suatu tempat berdampak pada makin meningkatnya
perubahan penggunaan lahan.
Sumber : Survey Lapangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Secara umum garis besar pemanfaatan ruang kawasan koridor Surakarta-Palur terdiri
dari permukiman, industri, perdagangan, pertanian, jalan dan saluran serta daerah pengaman
sungai. Berikut ini adalah jumlah luas penggunaan lahan di Koridor Surakarta-Palur.
Tabel Luas Kawasan Koridor Surakarta-Palur Berdasarkan Fungsinya (Ha)
Fungsi Kawasan Tahun
Permukiman ,
Industri
Perdagangan dan Jasa
Pemerintahan - - - - -
Pendidikan - -
Kesehatan - - - - -
Sumber : Analisis
Fungsi kawasan di Koridor Surakarta-Palur di dominasi dengan kawasan
permukiman dan industri, kawasan permukiman banyak didominasi sebagai permukiman
rumah tunggal tanpa fungsi lain, rumah dengan fungsi tunggal banyak terdapat di Desa
Ngringo, hanya sebagian kecil yang digunakan sebagai fungsi lain terutama yang berada
dipinggir jalan dan dekat dengan pabrik mempunyai fungsi lain sebagai toko dan warung.
Industri yang ada di kawasan ini termasuk golongan industri besar berupa industri
garmen, jamu jamu, industri makanan, industri plastik, industri percetakan, dan industri bahan
plastik. Industri yang ada di Koridor Surakarta-Palur berada di pinggir jalan arteri tetapi
sebagian berada di tengah lokasi permukiman da n pertanian.
Kawasan Perdagangan dan Jasa berada dipinggir jalan arteri terutama di Desa
Ngringo dan Desa Palur, fasilitas perdagangan yang ada antara lain seperti pasar, swalayan,
supermarket, plaza, dan pertokoan. Sedangkan jasa yang ada antara lain jasa transportasi, jasa
perbankan dan jasa lainnya.
. Sistem Transportasi
Sistem transportasi yang ada di Koridor terdiri dari baik kendaraan umum maupun
pribadi dan jaringan jalan. Sistem transportasi secara tidak langsung sangat mempengaruhi
adanya transformasi suatu wilayah begitu juga yang terjadi di koridor Surakarta-Palur ini.
Sistem transportasi dilihat dari jenis jalan dan jenis moda transportasi yang
ada di koridor ini.
Tabel Sistem Transportasi Koridor Surakarta-Palur
Jenis Jalan Moda Tahun/Jumlah
Jalan Arteri Bus
Jalan Kolektor Angkutan - - - - -
Jalan Lokal Becak
Jalan Lingkungan Dokar
Sumber : Analisis Peneliti
Kendaraan yang ada diwilayah ini berupa kendaraan umum dan kendaraan
pribadi, kendaraan umum yang ada antara lain Buskota, angkutan, bus besar, becak, delman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kendaraan ini banyak ditemukan terutama di jalan arteri. Sedangkan kendaraan pribadi yang
biasa digunakan masyarakat antara lain sepeda, sepeda motor dan mobil pribadi.
Sedangkan jaringan jalan yang ada di koridor ini berupa Jalan Arteri, Jalan
Kolektor, Jalan Lokal, dan Jalan Kereta Api. Jalan arteri yaitu jalan menghubungkan secara
berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan wilayah. Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional,
dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan,
jalan arteri yang ada di koridor Surakarta-Palur merupakan jalan yang menghubungkan pusat
kegiatan di Jawa Tengah khususnya Kota Surakarta dengan kota-kota di sekitarnya juga
provisi Jawa Timur. Selain Jalan Arteri jaringan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan
baik Nasional maupun Rehgional yang lain adalah Jalan Kereta Api, Jalan Kereta Api yang
ada di koridor ini merupakan jalan kereta api nasional yang mengubungkan antara Jawa Barat,
Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pola pergerakan dan sistem transportasi yang ada di Koridor Surakarta-Palur
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi transformasi pada koridor ini, pola
pergerakan dilihat dari pergerakan masyarakat baik keluar, kedalam maupun yang ada di
dalam koridor. Sedangkan sistem transportasi yang ada di koridor ini dilihat dari jenis jalan
berdasarkan tingkatanya dan jumlah moda transportasi yang ada.
Pergerakan keluar koridor terdiri dari pergerakan menuju Kota Surakarta dan
pergerakan dari Kota Surakarta menuju keluar Kota Surakarta yang melewati Koridor
Surakarta-Palur misalkan pergerakan menuju ke Kabupaten Karanganyar atau Kabupaten
Sragen, pergerakan kedalam koridor berarti pergerakan dari Kota Surakarta menuju ke dalam
koridor atau dari daerah lain menuju ke dalam koridor sedangkan peregerakan di dalam
koridor berarti pergerakan yang ada di dalam Koridor Surakarta-Palur itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar Pola Pergerakan Koridor Surakarta-Kartosuro
Sumber : Analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PETA KORIDOR SURAKARTA-PALUR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PETA KORIDOR SURAKARTA-PALUR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PETA KORIDOR SURAKARTA-PALUR
PETA KORIDOR SURAKARTA-PALUR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PETA KORIDOR SURAKARTA-PALUR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Koridor Surakarta-Kartosuro
Batas Wilayah
Batas wilayah Koridor Surakarta-Kartosuro bukan berupa batas administrasi akan
tetapi batas-batas yang ditetapkan adalah berupa jalan baik arteri dan kolektor, berikut ini
adalah batasan-batasan pada koridor Surakarta-Kartosuro.
Batas-batas wilayah koridor
Sebelah Utara : Jalan Lokal Desa Gonilan
Sebelah Timur : Kota Surakarta
Sebelah Selatan : Jalan Slamet Riyadi Kartosuro
Sebelas Barat : Jalan lokal Desa Kartosuro, Jalan Arteri Surakarta-Jogja
Koridor Surakarta-Palur berada di wilayah administrasi desa di Kecamatan Jaten
dan Kecamatan Mojolaban, sebelah Utara koridor berada di Desa Gonilan, Pabelan,
Ngabeyan dan Kartosuro sedangkan sebelah selatan berada di Desa Makamhaji, Desa
Ngadirejo dan Desa Kartosuro.
Distribusi Penduduk
Tabel Distribusi Penduduk Koridor Surakarta-Kartosuro
Desa
Tahun
Luas Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah
Makamhaji
Pabelan
Gonilan
Ngadirejo
Singopuran
Kartosuro
Sumber : Analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar Distribusi Penduduk Koridor Surakarta-Kartosuro
Koridor Surakarta-Kartosuro terdiri dari enam wilayah administrasi desa yang
berada pada Kecamatan Kartosuro dimana masing-masing desa memiliki kepadatan penduduk
yang berbeda-beda. Pada koridor ini Desa dengan kepadatan penduduk terbanyak dari tahun
hingga tahun adalah Desa Makamhaji dengan luas wilayah desa Ha Desa
Makamhaji sendiri sebagian besar wilayahnya diperuntukan sebagai kawasan permukiman
dan desa ini merupakan desa perbatasan dengan Kota Surakarta.
Jumlah penduduk terbanyak di Koridor Surakarta-Kartosuro terdapat di Desa
Makamhaji dengan jumlah penduduk pada tahun jiwa dengan peningkatan
hingga jiwa pada tahun . Selain itu di Desa Makamhaji sendiri dilihat dengan
penggunaan lahannya sebagian besar kawasan berfungsi sebagai kawasan permukiman dari
awal tahun penelitian yaitu tahun hingga tahun .
Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit di koridor ini berada di Desa Gonilan yaitu
dengan jumlah . pada Tahun dan mengalami peningkatan dengan jumlah
Pada Tahun .
Sumber : Analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
. Pertambahan Fasilitas Sosial Ekonomi
Tabel Pertambahan Fasilitas Sosial Ekonomi Koridor Surakarta-Kartosuro
Desa
Fasilitas Sosial Ekonomi
Pendidikan Kesehatan Peribadatan Ekonomi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Makamhaji - -
Pabelan - - - - -
Gonilan - - - - - - - -
Ngadirejo - - - - - - -
Singopuran - - - - - - -
Kartosuro - - - -
Sumber : Analisis
Fasilitas sosial ekonomi yang ada di Koridor ini berupa Fasilitas Pendidikan, Fasilitas Kesehatan, Fasilitas Peribadatan dan Fasilitas
Ekonomi. Beberapa fasilitas tersebut mempengaruhi perkembangan transformasi spasial yang ada di Koridor Surakarta-Kartosuro selama
Tahun terakhir akan tetapi pada dasarnya perubahan jumlah fasilitas yang ada sendiri tidak begitu signifikan.
Jumlah fasilitas sosial ekonomi di Koridor Surakarta-Kartosuro selama beberapa tahun mengalami peningkatan jumlah tetapi juga
ada beberapa fasilitas yang mengalami penurunan sehingga peningkatannya tidak linier.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Aktivitas Kawasan
Aktivitas kawasan sangat mempengaruhi adanya transformasi spasial di suatu
wilayah karena aktivitas satu kawasan dapat menjadi penyebab tumbuhnya aktivitas lain pada
kawasan tersebut. Adapaun aktivitas yang ada di kawasan Koridor Surakarta-Palur antara lain
aktivitas permukiman, aktivitas industri, aktivitas perdagangan dan jasa, aktivitas pertanian,
dan aktivitas transportasi.
Tabel Aktivitas Wilayah Koridor Surakarta-Kartosuro
Fungsi
Kawasan
Aktivitas
Kawasan
Tahun / Luas
Luas
(Ha)
Luas
(Ha)
Luas
(Ha)
Luas
(Ha)
Luas
(Ha)
Permukiman
Permukiman
Pendidikan
Sosial
Peribadatan
Ekonomi
Industri
Industri
Ekonomi
Permukiman
Perdagangan
& Jasa
Ekonomi
Permukiman
Peribadatan
Pendidikan
Pendidikan
Peribadatan
Permukiman
Ekonomi
Kesehatan Kesehatan
Peribadatan
Pemerintahan Pemerintahan
Sumber : Analisis
Aktivitas yang ada di kawasan Koridor Surakarta-Kartosuro dari tahun
hingga tahun hampir sama hanya yaitu berupa aktivitas permukiman, aktivitas sosial
ekonomi, aktivitas industri, dan aktivitas perdagangan dan jasa. Jenis aktivitas yang dilakukan
memang tidak berubah akan tetapi luas kawasan dengan fungsi aktivitas tertentu tumbuh
dengan pesat, aktivitas yang tumbuh dengan pesat di Koridor ini adalah aktivitas permukiman
dan perdagangan dan jasa. Adanya pertumbuhan permukiman baru yang ada di koridor ini
mempengaruhi adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan permukiman sedangkan
aktivitas perdagangan dan jasa banyak terjadi di pinggiran jalan arteri primer Jln. Ahmad
Yani dan jalan kolektor Jln. Slamet Riyadi Kartosuro.
Fungsi Bangunan
Fungsi Bangunan Adalah cara bangunan itu dapat melayani pemakainya dalam suatu
kegiatan yang mengandung proses. Bangunan berfungsi dengan baik jika semua unsur diatur
dengan baik sehingga tidak terjadi hambatan dalam operasinya.
Fungsi Bangunan yang ada di koridor Surakarta-Kartosuro antara lain sebagai rumah,
industri, sarana perdagangan dan jasa, sarana kesehatan, sarana peribadatan, sarana
pendidikan, sarana transportasi dan pergudangan. Bangunan – bangunan yang ada di Koridor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Surakarta-Kartosuro sebagian besar telah mengelompok sesuai dengan fungsinya sehingga
membentuk suatu kawasan dengan fungsi tertentu.
Bangunan dengan fungsi permukiman banyak menyebar di beberapa titik kawasan
akan tetapi lebih banyak tidak berbatasan langsung dengan jalan utama koridor ini, bangunan
rumah berada di belakang bangunan dengan fungsi yang lain seperti perdagangan dan jasa
juga industri bangunan rumah yang ada berupa rumah di dalam kampung dan rumah dalam
perumahan .
Bangunan dengan fungsi industri yang ada di kawasan ini berupa industri tembakau,
pabrik gula dan lain sebagainya, letak kawasan industri sendiri berada ditengah lahan
pertanian selain industri juga terdapat bangunan ditengah lahan pertanian berupa
pergudangan.
Selain fungsi bangunan sebagai rumah, industri, gudang, perdagangan dan jasa di
koridor ini juga terdapat bangunan berupa fasilitas pendukung antara lain bangunan fasilitas
peribadatan seperti masjid dan gereja, fasilitas pendidikan seperti Sekolah (SD, SMP) dan
Perguruan Tinggi, dan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, polindes, dan apotik.
Gambar Fungsi Bangunan di Koridor Surakarta-Kartosuro
Sumber : Survey Lapangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Fungsi Kawasan
Penggunaan lahan merupakan wujud nyata dari pengaruh aktivitas manusia terhadap
sebagian fisik permukaan bumi. Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan
pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan
semakin intensifnya aktivitas penduduk di suatu tempat berdampak pada makin meningkatnya
perubahan penggunaan lahan.
Secara umum garis besar pemanfaatan ruang kawasan koridor Surakarta-Kartosuro
terdiri dari permukiman, industri, perdagangan, pertanian, jalan dan saluran serta daerah
sempadan sungai. Berikut ini adalah jumlah luas penggunaan lahan di Koridor Surakarta-
Kartosuro.
Tabel Luas Kawasan Koridor Surakarta-Kartosuro Berdasarkan Fungsinya
Fungsi Kawasan Tahun
Permukiman
Industri
Perdagangan dan Jasa
Pemerintahan - -
Pendidikan
Kesehatan
Sumber: Analisis
Fungsi kawasan di Koridor Surakarta-Kartosuro di dominasi dengan kawasan
permukiman dan Perdagangan dan Jasa, kawasan permukiman banyak didominasi sebagai
permukiman rumah tunggal tanpa fungsi lain, rumah dengan fungsi tunggal banyak terdapat
di Desa Gonilan, Desa Pabelan, Desa Makamhaji, Desa Ngabeyan dan Desa Kartosuro selain
digunakan sebagai rumah tunggal sebagian rumah juga digunakan dengan fungsi lain seperti
perdagangan dan jasa terutama rumah yang terletak dipinggiran jalan arteri Surakarta-
Kartosuro.
Kawasan Perdagangan dan Jasa berada dipinggir jalan arteri terutama di Desa
Kartosuro, fasilitas perdagangan yang ada antara lain seperti pasar, swalayan, supermarket,
plaza, dan pertokoan. Sedangkan jasa yang ada antara lain jasa transportasi, jasa perbankan
dan jasa lainnya.
Fungsi lain yang ada di koridor ini adalah sebagai kawasan industri akan tetapi
fungsi industri tidak terlalu mendominasi, selain itu juga terdapat kawasan pendidikan,
kawasan pemerintahan, dan kawasan kesehatan. Kawasan pendidikan yang ada berupa
pendidikan perguruan tinggi yaitu Universitas Muhamadiyah Surakarta (UMS) dan
Universitas Sebelas Maret keduanya terletak di Desa Pabelan. Sedangkan fungsi kawasan
sebagai kawasan kesehatan yaitu berupa Rumah Sakit yang terletak di Desa Pabelan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
. Sistem Transportasi
Sistem transportasi yang ada di Koridor terdiri dari baik pola pergerakan, moda
transportasi dan jaringan jalan. Sistem transportasi secara tidak langsung sangat
mempengaruhi adanya transformasi suatu wilayah begitu juga yang terjadi di koridor
Surakarta-Kartosuro ini.
Sistem transportasi dilihat dari jenis jalan dan jenis moda transportasi yang ada di
koridor ini.
Tabel Sistem Transportasi Koridor Surakarta-Kartosuro
Jenis Jalan Moda Tahun/Jumlah
Jalan Arteri Bus
Jalan Kolektor Angkutan
Jalan Lokal Becak
Jalan
Lingkungan
Dokar
Sumber : Analisis Peneliti
Sistem transportasi yang ada di Koridor Surakarta-Kartosuro selama tahun
tidak mengalami perubahan, dari aspek fungsi jalan berdasarkan tingkatanya yang ada di
Koridor Surakarta-Kartosuro adalah jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal dan jalan
lingkungan perubahan jenis jalan berdasarkan tingkatannya selama tahun hingga tahun
yaitu dari jalan lingkungan menjadi jalan lokal. Sedangkan dari segi moda transportasi
pada koridor Surakarta-Kartosuro terdiri dari jenis transportasi umum dan pribadi, jenis
transportasi umum dengan moda transportasi berupa bis (AKAP, AKDP, Bus Kota), angkutan
umum (Angkot), Becak, dan Dokar sedangkan jenis transportasi pribadi dengan moda
transportasi berupa Mobil, Sepeda Motor, Sepeda, Truck/Colt.
Pola pergerakan dan sistem transportasi yang ada di Koridor Surakarta-Kartosuro
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi transformasi pada koridor ini, pola
pergerakan dilihat dari pergerakan masyarakat baik keluar, kedalam maupun yang ada di
dalam koridor. Sedangkan sistem transportasi yang ada di koridor ini dilihat dari jenis jalan
berdasarkan tingkatanya dan jumlah moda transportasi yang ada.
Pergerakan keluar koridor terdiri dari pergerakan menuju Kota Surakarta dan
pergerakan dari Kota Surakarta menuju keluar Kota Surakarta yang melewati Koridor
Surakarta-kartosuro misalkan pergerakan menuju ke Kabupaten Karanganyar atau Kabupaten
Sragen, pergerakan kedalam koridor berarti pergerakan dari Kota Surakarta menuju ke dalam
koridor atau dari daerah lain menuju ke dalam koridor sedangkan peregerakan di dalam
koridor berarti pergerakan yang ada di dalam Koridor Surakarta-Kartosuro itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar Pola Pergerakan Koridor Surakarta-Kartosuro
Sumber : Analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PETA KORIDOR SURAKARTA-KARTOSURO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PETA KORIDOR SURAKARTA-KARTOSURO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PETA KORIDOR SURAKARTA-KARTOSURO
PETA KORIDOR SURAKARTA-KARTOSURO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PETA KORIDOR SURAKARTA-KARTOSURO
top related