desa pasca rezim uu no 6 tahun 2014
Post on 07-Jul-2018
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
1/39
DESA PASCA REZIM UU NO 6 TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Desa adalah sebuah entitas sosial-politik yang memiliki karakteristik
unik dalam struktur formal kelembagaan negara Republik Indonesia. Lahir
Undang-Undang No.6 Tahun 2!" tentang #emerintahan Desa men$adi
muara guna per%u$udan kemandirian atau otonomi pemerintahannya.
&tonomi desa bukan seperti otonomi daerah' otonomi desa merupakan
otonomi yang asli' bulat dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari
pemerintah' sebaliknya pemerintah berke%a$iban menghormati otonomi asli
yang dimiliki desa tersebut!.(erkaitan dengan otonomi asli' menurut )akrulloh dalam memaknai
otonomi asli terdapat dua aliran pemikiran yaitu * +!, aliran pemikiran
pertama memakai kata otonomi asli sebagai otonomi adat atau dekatdengan sosial budaya' dan +2, aliran pemikiran yang memaknainya sebagai
otonomi yang diberikan2. &leh karenanya di gagasan pemikiran bah%a
otonomi desa sebagai otonomi masyarakat sehingga lebih tepat disebut
otonomi masyarakat desa.&tonomi desa bukanlah sebuah kedaulatan melainkan pengakuan
adanya hak untuk menggatur urusan rumah tangganya sendiri dengan
dasar prakarsa dari masyarakat. &tonomi dengan sendirinya dapat menutup
pintu interensi institusi diatasnya. ebaliknya tidak dibenarkan proses
1 /01 1id$a$a' 2' Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli Bulat Dan
Utuh' 3akarta. #T. Ra$a 4ra5ndo #ersada' hal. !6
2 )akrulloh' 7undan' dkk.' 2"' Kebijakan Desentralisasi Di Persimpangan' 3akarta. 89.
8ipruy' hal. ::
1
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
2/39
interensi yang serba paksa' mendadak dan tidak melihat realitas
komunitas.
e;ara historis' posisi desa sebenarnya pernah sedera$at le%at
Undang-Undang Tahun !!
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
3/39
#er$uangan menuntut otonomi desa seakan menemukan hasil ketika
spirit otonomi daerah termanifestasi dalam sebuah undang-undang +UU,'
yakni UU No.2 tahun 2". Dalam UU tersebut disinggung pula perihal
pemerintahan desa' yang kemudian se;ara spesi5k diatur dalam #eraturan
#emerintah +##, No.:2 tahun 2 tentang Desa sebagai salah satu aturan
pelaksana dari UU No.2>2". De5nisi desa menurut ## No :2>2
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas %ilayah yang
ber%enang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat' berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem #emerintahan Negara ?esatuan Republik Indonesia
+N?RI,. e;ara tersurat' ## ini mengakui adanya otonomi desa dalam
bingkai N?RI.
#engakuan akan otonomi desa $uga ada dalam UU No.2>2". Dalam
UU tersebut di$elaskan tentang de5nisi desa' yakni suatu kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul
yang bersifat istime%a' sebagaimana dimaksud dalam pen$elasan pasal !=
Undang-Undang Dasar !2 itu mengamanatkan adanya
desentralisasi kekuasaan bagi pemerintahan desa. #emerintah Desa yang
terdiri dari kepala desa dan perangkat desa dituntut untuk melaksanakan
tugas pemerintahan dengan sebaik-baiknya. /al ini tampak mudah'
mengingat regulasi yang ada telah memberikan otoritas bagi pemerintah
desa untuk mengelola %ilayahnya. Namun' pelaksaanaan otoritas itu
tidaklah seperti yang diharapkan. ?enyataannya' otoritas kepala desa masih
sering terpotong oleh ke%enangan pemerintah kabupaten atau bupati'
seperti untuk mendirikan pasar di desa sa$a harus ada i@in dari pemerintah
kabupaten.
Realitas tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Dan faktor
terbesarnya adalah minimnya anggaran bagi pembangunan desa dan
3
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
4/39
belan$a pemerintahan desa. ebagian besar dana bagi pembangunan desa
berasal program kabupaten maupun pusat. Dana pembangunan desa tidak
mampu men;akup seluruh kebutuhan pembangunan desa. 0lokasi anggaran
untuk desa dari kabupaten dan kota hanya Bsisa-sisaC penyerapan anggaran
yang sebagian besar telah digunakan pihak kabupaten maupun kota. /al
inilah yang sesungguhnya menimbulkan ketidakmandirian desa dalam
segala aspek. ?etidakmandirian $uga terlihat dalam mekanisme
pengambilan kebi$akan pembangunan melalui musya%arah peren;anaan
pembangunan +musrenbang,. Dalam mekanisme tersebut' pihak desa hanya
bisa memberikan usulan-usulan dan aspirasi tertentu guna kepentingan
pembangunan desa. ementara' implementasinya harus menunggu
Bkebaikan hatiC pemerintah ?abupaten.
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2!" setidaknya ingin men$a%ab dua
problem utama' yaitu mengembalikan otonomi asli desa sebagaimana
pernah dirampas orde baru' serta pada saat yang sama mengembangkan
otonomi desa untuk membatasi interensi otonomi daerah pas;a reformasi.
3ika mempela$ari substansi pengaturan soal desa dalam batang tubuh'
tampak bah%a re@im desa kali ini dengan $elas men$a%ab persoalan
pertama' yaitu menegaskan kembali keragaman desa sebagaimana lebiha%al telah dikoreksi oleh UU 22>!
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
5/39
Landasan 5loso5s UU Desa adalah ingin men$adikan desa lebih ma$u'
mandiri' dan demokratis sehingga dapat men;iptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan menu$u masyarakat yang adil' makmur'
dan se$ahtera. eru$uk pada aspek tersebut otonomi desa benar-benar
men$an$ikan suatu perubahan yang fundamental dan reolusioner. /al ini
dapat dilihat dari pasal-pasal yang memuat amanat per;epat peningkatan
kese$ahteraan masyarakat Desa' kualitas pelayanan publik dan tata kelola
#emerintahan Desa' serta alokasi 0nggaran yang fantastis. sehingga desa
$uga memperoleh ke%enangan untuk melaksanakan pembangunan di
%ilayahnya.
Namun' dengan alokasi anggaran yang sangat besar tersebut bisa sa$a
men$adi bumerang seperti yang pernah ter$adi pada a%al dilaksanakan
otonomi daerah. Ter$adi beberapa kasus penyalahgunaan %e%enang
disebabkan pelimpahan ke%enangan keuangan se;ara massif di hamper
seluruh daerah di Indonesia saat itu.
#ersoalannya adalah apakah pengaturan soal desa kedepan akan
memberi peluang ataukah men$adi an;aman nyata bagi pertumbuhan dan
perkembangan otonomi desaE Tulisan ini akan memperhatikan arah
kebi$akan otonomi daerah serta peluang tumbuhnya otonomi desa. Uraianini $uga akan menyertakan beberapa ;atatan kritis terhadap pengaturan
desa yang berpotensi men$adi an;aman dikemudian hari.
B. BATASAN MASALAH
(erdasarkan latar belakang yang disampaikan di atas' penulis
memberi batasan dalam makalah ini sebagai berikut*
!. (agaimana arah kebi$akan otonomi desa dalam re@im UU Nomor 6
Tahun 2!"E2. (agaima peluang dan tantangan otonomi desa ke depanE
5
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
6/39
BAB II
DESA DARI BERBAGAI TINJAUAN
A. DEFINISI DESA
Tabiat dari manusia dengan insting-nya adalah hidup bersama-sama.
/idup bersama-sama ini tidak lain bertu$uan untuk* hidup +men;ari makan'
pakaian dan perumahan,F mempertahankan hidupnya terhadap an;aman
dari luarF dan ketiga men;apai kema$uan dalam hidupnya"
. Dari insting dankesadarannya' manusia membentuk apa yang disebut desa. ebutan desa
a%alnya hanya dipakai di daerah 3a%a' adura dan (ali' sementara untuk
daerah lain sebutan desa sangat beragam' seperti* dusun +umatera
elatan,' dusundati +aluku,' pendukuhan +(atak, dan lain sebagainya.
e;ara umum' desa menurut oetard$o ?artohadikoesoemo adalah
suatu kesatuan hukum' dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang
berkuasa me-ngadakan pemerintahan sendiri. Lebih $auh'
4 ?artohadikoesoemo' . !
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
7/39
?artohadikoesoemo menambahkan bah%a desa ter$adi dari hanya satu
tempat kediaman masyarakat sa$a' ataupun ter-$adi dari satu induk-desa
dan beberapa tempat kediaman sebagian daripada masya-rakat hukum yang
terpisah yang merupakan kesatuan-kesatuan tempat tinggal sendiri'
kesatuan-kesatuan mana dinamakan pendukuhan' ampean' kampung'
;antilan' beserta tanah pertanian' tanah perikanan' tanah hutan dan tanah
belukar6.
Dari de5nisi ?artohadikoesoemo di atas' terlihat $elas bah%a setiap
desa mempunyak bentuk dan karakteristik masing-masing dan tidak bisa
disamakan antar satu desa dengan desa yang lainnya. 3adi' setiap desa
mempunyai arian yang berbeda dengan desa lainnya. ebagai ;ontoh' di
3a%a (arat' tiap-tiap desa mempunyai balai desa sebagai tempat pertemuan
atau rapat-rapat masyarakat desa dan sekaligus tempat pemerintahan desa
berkantor' sementara di 3a%a Timur' balai desa tidak diperlukan' karena
tempat pertemuan masyarakat desa seringkali dilakukan di rumah kepala
desa yang mempunyai pendopo yang digunakan seba-gai tempat pertemuan
antar masyarakat dan pemerintah desa.
De5nisi umum yang disampaikan oleh ?artohadikoesoemo
sebelumnya' memperlihatkan kepada kita akan empat hal penting de5nisidesa dari berbagai tin$auan yang perlu di$elaskan lebih lan$ut' yaitu* +!,
desa dalam tin$auan geneo-logis' territorial dan ;ampuranF +2, desa dalam
tin$auan sosiologisF +, desa dalam tin$auan ekonomiF dan +", desa dalam
tin$auan politik dan hukum.
B. DESA TINJAUAN GENEOLOGIS, TERRITORIAL DAN CAMPURAN
De5nisi desa dari tin$auan geneologis' tin$auan terrirotial dan tin$auan
;am-puran mempunyai perbedaan. Dimana desa dari tin$auan geneologis
lebih menekankan kepada hubungan kekerabatan' sedangkan tin$auan
territorial lebih menekankan kepada hubungan tinggal dekat. ementara
6 !bid "' hal. -"
7
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
8/39
itu' desa dari tin$auan ;ampuran adalah gabungan dari dua diktum yang
telah disebutkan sebelumnya.
Untuk tin$auan geneologis dikemukan oleh oetard$o
?artohadikoesoemo:. enurutnya' bentuk desa dari tin$auan geneologis ini
terbagi ke dalam beberapa $enis desa' anatara lain* +!, suatu bentuk yang
ter$adi dari orang-orang yang mem-punyai persamaan keturunan dari
seorang bapak yang pertama dan bapak-bapak yang diturunkan oleh bapak
yang pertama itu' seperti* desa yang terdapat di Nias' (atak' (ali dan lain-
lainF +2, bentuk yang berpedomana pada Bhak ubuC' dimana yang dianggap
%arga masyarakat adalah mereka yang diturunkan oleh ibu perta-ma dan
ibu-ibu yang dituakan oleh ibu yang pertama dalam suku itu' seperti* desa
di inangkabau' ?erin;i' emendo dan beberapa desa di bagian Indonesia
TimurF +, bentuk yang memandang antara faktor laki-laki dan perempuan
sama berharga' seperti* di ?alimantan dan ula%esiF dan +", bentuk yang
berdasarkan aturan' dimana seorang anak baik masuk kerabat bapak'
maupun masuk kerabat ibu' se-perti* desa di Re$ang.
(erbeda dengan tin$auan geneologis' desa dari tin$auan territorial'
menurut ?artohadikoesoemo=' terdiri dari tiga $enis desa' yaitu* +!,
persekutuan dusun' seperti* di adura' 3a%a dan (ali. (eberapa sifat yangdimiliki oleh $enis perse-kutuan dusun adalah masyarakat ter$adi dari orang-
orang yang tidak terikat oleh hubungan darah' bertempat tinggal disuatu
tempat' mempunyai %ilayah dengan batas yang tertentu' mempunyai
pemerintah yang berkuasa dan lain-lainF +2,persekutuan daerah' dimana
sifatnya terdiri dari* terdapatnya beberapa kediaman masyarakat yang
terpisah dengan masyarakat yang lainnya' masing-masing tempat
mempunyai kekuasaan tersendiri' tempat-tempat kediaman tersebut
men$adi hukum yang lebih besar dan sebagainya. 3enis persekutuan ini
terdapat di 0ng-kola' andailing dan lain-lainF dan +, gabungan dusun'
7 !bid' hal. "" G "
8 !bid' hal. "6 G ":
8
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
9/39
dapat di$umpai di daerah pedalaman (atak. 0dapun sifatnya* dalam suatu
desa ada beberapa desa' desa-desa tersebut mempunyai %ilayah dan batas
sendiri-sendiri' mempunyai peme-rintahan sendiri dan lain-lain.
(erbeda dengan ?artohadikoesoemo' desa dalam tin$auan territorial
menurut (intarto
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
10/39
hukum territorial terdapat suatu suku +bagian suku, sebagai %arga daerah
asli' seperti* di umba Tengah dan umba TimurF +", daerah hukum
territorial +nagari, marga, terdapat bagian-bagian suku yang satu dengan
yang lain' seperti* di inangkabau dan (engkuluF dan +, daerah hukum
territorial terdapat beberapa bagian suku yang satu dengan yang lain tidak
ada hubungan darah' seperti di inangkabau dan Re$ang.
C. DESA TINJAUAN SOSIOLOGIS
Dalam tin$auan sosiologis' desa dapat dide5nisikan sebagai tempat
berakti-itasnya suatu komunitas yang memiliki ;orak tersendiri.
?unto%i$oyo memberikan gambaran bah%a desa pada masa lampau
merupakan komunitas agraris yang tertutup' berbudaya homogen' dan
didominasi oleh ikatan tradisional dengan struktur supradesa yang bersifat
feodal dan kolonial. Di desa mereka G %arga desa G melakukan hubungan
antar satu sama lain. #ada masa lalu' hubungan yang feodal membagi
masyarakat ke dalam dua kelas' yaitu* kelas produksi dan kelas konsumtif.
ereka yang tergolong kelas produksi adalah petani yang menye-diakan
sumber bahan baku pangan bagi kolonial +kelas konsumtif,!!.
Dalam per$alanannya' sisa-sisa feodal tetap membekas dan pembagian
kelas di desa tidak dapat hilang begitu sa$a. tatus masyarakat tetap
terbagi ke dalam dua golongan besar' yaitu* golongan pri#a#i sebagai kelas
atas dan wong $ilik sebagai kelas ba%ah. Tempat tinggal dua golongan ini
pun berbeda' pri#a#i ber-tempat tinggal di kota sementara wong $ilik
bertempat tinggal di desa!2.
Dikotomi dua golongan di atas $uga diakui oleh as;hab' menurutnya
de-sa sering dipertentangkan dengan kota. Desa digambarkan sebagai
suatu bentuk kesatuan masyarakat atau komunitas yang bertempat tinggal
dalam suatu lingku-ngan dimana mereka saling mengenal dan ;orak
11 ?unto%i$oyo' 22. Radikalisasi #etani. #enerbit (entang G Aogyakarta' hal.
12 !bid' /al. "-
10
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
11/39
kehidupan mereka relatif homo-gen serta banyak tergantung dengan alam!.
enada dengan ?unto%i$oyo' as;hab mengatakan bah%a se;ara sosiologis
desa sebagai tempat hidup suatu masyarakat yang bermata pen;aharian di
bidang pertanian' memiliki ikatan sosial' adat istiadat yang masih kuat sifat
$u$ur dan bersaha$a' pendidikan yang relatif ren-dah dan lain sebagainya!".
De5nisi diatas' menurut uhartono memberikan sifat tersendiri bagi
desa sebagai satuan komunitas suatu masyarakat. Namun umumnya' desa
seringkali dipandang Bsebelah mataC atau sinis oleh masyarakat kota.
uhartono mengatakan bah%a semua ini pada dasarnya menggambarkan*
+!, adanya perbedaan antara penduduk desa dan kotaF dan +2, adanya
proses yang mendorong perubahan desa +biasanya disebut modernisasi,!.
D. DESA TINJAUAN EKONOMI
Desa menurut tin$auan ekonomi adalah %ilayah yang penduduk atau
masya-rakatnya bermatapen;aharian pokok dalam di bidang pertanian'
ber;o;ok tanam atau agraria' atau nelayan. 1irandi dalam uhartono
menyatakan bah%a desa dalam tin$auan ekonomi lebih menekankan pada
sisi produksi' dimana melihat desa sebagai suatu komunitas masyarakat
yang memiliki model produksi yang khas!6
.
ementara itu' /ayami-?iku;hi masih dalam uhartono memandang
bah-%a desa mengandung arti sebagai tempat orang hidup dalam ikatan
keluarga dalam suatu kelompok perumahan dengan saling ketergantungan
yang besar di bidang sosial ekonomi. Desa biasanya terdiri dari rumah
13 uhartono' et al. 2!. #olitik Lokal. #enerbit Lapera G Aogyakarta' hal. ! G
!!
14 !bid
15 !bid
16 0syCari' .I. !
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
12/39
tangga petani dengan produksi' konsumsi dan inestasi sebagai hasil
keputusan se;ara bersama!:.
Dalam hal ini' uhartono berpendapat bah%a saling ketergantungan
dan saling ker$asama antar rumah tangga petani merupakan ;itra yang
sudah melekat pada masyarakat desa!=.
E. DESA TINJAUAN HUKUM DAN POLITIK
(erbi;ara mengenai desa dalam tin$auan hukum dan politik maka
sangat berkaitan erat dengan ka$ian kese$arahan' seperti yang telah
di$elaskan sebelum-nya oleh ?artohadikoesoemo. Dalam arti kata' desa
mempunyai otoritas dan otonomi dalam mengurus rumah tangganya sendiri
tanpa interensi Bpihak luarC. Namun' realita se$arah berkata lain' pada
masa lalu peran kolonial (elanda dan re@im-re@im sebelumnya sangat
dominan dalam melakukan interensi pengaturan terhadap desa-desa di
Indonesia. ebagai ;ontoh' pihak (elanda dapat sa$a dengan mudah
menun$uk seorang kepala desa tanpa melalui suatu prosedur atau aturan
hukum desa setempat guna memuluskan tu$uan-tu$uan yang ingin di;apai.
(egitupun ketika orde baru berkuasa' gerakan penyeragam desa tidak
tanggung-tanggung dilakukan untuk kepentingan sesaat re@im saat itu. Iniberarti otoritas dan otonomi desa yang sesungguhnya tidak ada lagi.
?emudian desa dari tin$auan hukum dan politik lebih menekankan
kepada tata aturan yang men$adi dasar pengaturan kehidupan masyarakat
yang memiliki kesatuan hukum' berkuasa dan mengadakan pemerintahan
sendiri. ?arena setiap desa berbeda tata aturannya' maka kesatuan
masyarakat hukum di sebuah daerah' tidak men$adi bagian dari kesatuan
masyarakat hukum daerah lainnya. ebagai ;ontoh' di 3a%a' desa
merupakan daerah yang berdiri sendiri' memiliki rakyat sendiri' penguasa
sendiri dan mungkin pula harta benda sendiri' dan dengan demi-kian hukum
17 !bid' hal. !!
18 uhartono' Op%&it' /al. !=
12
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
13/39
yang berlaku didalamnya adalah hukum tunggal' satu' tidak berariasi
nilai. ?ondisi ini $elas berbeda di desa-desa Tapanuli' dimana kesatuan
masya-rakat hukum adat mempunyai bentuk yang bertingkat!
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
14/39
terdahulu' dan demikian pula desa dalam ikatan administratif territorial
untuk penarikan pa$ak dan tenaga ker$a yang tidak lain akibat dari politik
kolonial. ehingga dapat dikatakan perkembangan desa memiliki bentuk
dan karakteristik masing-masing yang ber-beda disetiap daerah sesuai
dengan historisnya2!.
Dalam tulisan ini' meru$uk tulisan uhartono ber$udul politik lokal'
penulis membagi tiga perkembangan penting dari desa. 0dapun ketiga
perkembangan ter-sebut' sebagai berikut22*
!. Desa di 7aman )eodal
Desa di @aman feodal sangat tergantung atau di ba%ah kekuasaan se-
orang ra$a. Ini berkaitan erat dengan teori milik ra$a +'orstendomein,' yaitu
ra$a pemilik tanah seluruh kera$aan' dan dalam pemerintahannya dibantu
oleh birokrat yang terdiri dari sentana dan narapra$a.
3ika tanah dikuasai oleh ra$a berarti rakyat G petani G mempunyai
akses yang sangat ke;il terhadap tanah dan berarti segala hasil produksi
pertanian yang dihasilkan oleh petani setidaknya harus dibagi kepada ra$a
dan para pe$abat kera$aan. istem feodal ini berdampak terhadap
rendahnya daya ta%ar petani dalam pengeloaan aset-aset sumberdaya yang
dimiliki desa karena pengelolaan tanah oleh petani tidak lain %u$ud darikepentingan atau kekua-saan dari ra$a. Dengan kata lain' dapat dikatakan
bah%a rakyat atau petani boleh mengelola tanah $ika mendapat restu dari
sang penguasa Bra$aC. Untuk itu' mobilisasi atau gerak ma$u dan gerak
mundur desa di @aman feodal sangat tergantung pada interensi kekuasaan
ra$a. #erubahan tidak dapat dilihat sebagai proses %a$ar dalam kehidupan'
melainkan merupakan berkah dari seorang ra$a.
2. Desa di asa ?olonial
Tidak banyak yang diharapkan adanya perubahan desa pada masa
kolo-nial ini $ika dibanding desa di @aman feodal. engapa demikianE
21 !bid
22 !bid, /al. !: G !=.
14
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
15/39
etidaknya' menurut ?artodir$o' desa di masa kolonial ini ditandai dengan
%atak koloni-alisme yang mana hubungannya berpangkal pada prinsip
dominasi' eksploitasi' diskriminasi dan dependensi.
#osisi kehidupan rakyat G petani G tetap termar$inilisasi dalam arti
kata tidak mengangkat kehidupannya kearah yang lebih baik' bahkan dapat
dikata-kan lebih parah $ika dibandingkan desa di ba%ah kekuasaan
feodalistik. enurut uhartono' meskipun ;orak produksinya Hberbau
kapitalistik yang berbeda dengan perkembangan desa sebelumnya' akan
tetapi tidak ber-tabrakan langsung dengan ;orak produksi feodal2.
Disadari bah%a pada masa kolonial' penguasan kolonial mampu
membe-baskan tanah dari kungkungan ra$a atau kaum bangsa%an serta
menerapkan proses liberalisasi. 0kan tetapi' tidak berarti bah%a
masyarakat desa atau petani mengalami proses transformasi kehidupan
kearah yang lebih baik. alah sebaliknya' status masyarakat desa makin
parah akibat dari pengek-ploitasian segala bentuk sumberdaya desa G
termasuk para petani didalamnya G demi mendapatkan keuntungan yang
lebih besar dan dalam %aktu yang sangat.
. Desa #as;a ?olonial
#erkembangan desa tidak berubah banyak pada pas;a kolonial ini.Desa sebagai satu kesatuan hukum dalam bermasyarakat yang mempunyai
pemerin-tahan sendiri dan berhak mengatur pengelolaan terhadap aset-aset
sumberdaya desa ternyata hanya sebuah utopia.
0kibat dari kebi$akan yang top down oleh re@im pada saat itu menye-
babkan perkembangan desa tidak mempunyai arti apa-apa. #etani masih
tetap dalam kondisinya seperti dahulu' dimana teraleanasinya petani
terhadap akses sumberdaya' sehingga dapat dikatakan transformasi kearah
kese$ahteraan petani tidak mengalami perubahan yang ;ukup signi5kan.
Ini dapat dilihat dari keengganan pemerintah untuk melakukan reforma
agraria yang ditandai dengan pembekuan Undang-Undang #embaharuan
23 !bid
15
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
16/39
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
17/39
BAB III
PEMBAHASAN
A. ARAH KEBIJAKAN DESA
Desa men$adi bagian tema penting dalam membahas soal demokrasi
lokal. e$ak reformasi politik berlangsung di Indonesia' inisiatif untuk
melakukan pembaruan desa terus bermun;ulan. 0rahnya adalah mendorong
agar praktik demokratisasi dilangsungkan' serta menu$u kemandirian dan
kese$ahteraan %arga desa. #esan mulia itu memang tidak mudah
di%u$udkan' dimana tarik menarik kepentingan elit politik dan ekonomi
selalu sa$a me%arnai bahkan menghadang per$uangan komunitas %arga
pinggiran ini didalam me%u$udkan ;ita-;itanya memengaruhi arus
perubahan.
#erkembangan desa pada $aman orde baru memasuki se;ara kelam.
Re@im orde baru dalam skema makro stabilitas politik dan pertumbuhan
ekonomi memberlakukan proyek besar dalam paket depolitisasi,
deideologisasi dan (oiting mass +ketiganya dikemas dalam disain state
$orporatism,2". ebagai bagian proses penundukan masyarakat sipil' desa
sebagai entitas sosial budaya $uga di$inakkan dengan risiko kondisi desa
statis dan tidak berkembang. ?orporatisme ini dilembagakan se;ara
sistematik se$ak terbitnya UU no. tahun !
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
18/39
Di bidang politik' lembaga-lembaga politik desa di%arnai dan
didominasi ;orak birokratisasi. egala fungsi normatif partisipasi'
penga%asan' transparansi dan pertanggung$a%aban kekuasaan tidak
di$alankan. #emerintah desa adalah kaki tangan pemerintah ke;amatan dan
kabupaten. Itulah konteks yang mendasari praktik kolusi korupsi dan
nepotisme +??N, mera$alela yang diperankan oleh elit pemerintahan desa.
(irokrasi mendominasi diluar ke%enangan' omnipoten dan omnipresent.
e;ara eksternal' hubungan kelembagaanpun beker$a dengan model
hierarkhies% Desa tidak memiliki ke%enangan otonom menentukan
kebi$akannya' namun menderiasi ideologi dan skema kebi$akan diatasnya2.
8orak kekuasaan komando dalam struktur politik desa yang
diberlakukan oleh re@im orde baru' berdampak pada aspek sosial ekonomi.
#aham pembangunan begitu hegemonik' ditopang oleh %a%asan stabilitas
politik dan pertumbuhan ekonomi praktis Hberhasil mengintegrasikan
hubungan sosial desa dan sumber daya ekonomi dalam mana$emen
pemerintah pusat diba%ah payung kapitalisme26. Dampaknya' ter$adinya
diferensiasi sosial se;ara ta$am. /ubungan sosial antar %arga tidak lagi
didasari oleh spirit komunitas pembangunan' atau $aringan solidaritas sosial
yang solid dan kuat. Namun $usteru lebih indiidualistik-pragmatis. Ikatansosial ke%argaan desa lebih didasarkan ketaatan dan ketakutan akibat
tekanan dari struktur negara2:.
/egemoni paham pembangunan ini mengoyak tatanan sosial
kema$emukan' dimana so$ial $apital seperti nilai-nilai' institusi dan
mekanisme sosial mengalami homogenisasi. ?uasa politik negara melalui
25 IRJ Annual 0eport 122+.1221' Aogyakarta' IRJ #ress' 22* "6-6.
26 ($orn /ettne' !roni Pembangunan di 3egara Berkembang, 3akarta' !
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
19/39
frame korporatik mengakibatkan han;urnya organisasi-organisasi
masyarakat sipil di tingkat ba%ah. ekalipun kondisi desa dan komunitas
lokal lainnya dalam suasana terintegrasi-harmonik' namun dalam bayangan
repressi kekuasaan negara' dan bukan lahir dari bentuk kesadaran dan
partisipasi %arganya.
#erkembangan desa mulai memiliki harapanl se$ak reformasi politik
tahun !
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
20/39
lagi terbangun dalam bingkai kebi$akan pemerintah pusat se;ara komando
+top.down,' melainkan berasal dari partisipasi masyarakat +bottom.up,2
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
21/39
desa sebagai arena bagian integral pemerintah kabupaten. #olitik
pembangunan dan kekuasaan desa hanyalah agen dari nalar teknokrasi dan
politik pemerintahan kabupaten. Disitulah dapat disebut sebagai bentuk
neokorporatisme baru era demokrasi.
Namun anehnya' beriringan pemangkasan ke%enangan %arga dan
entitas desa dalam politik kebi$akan pembangunan' se;ara bertahap $ustru
karakter kebi$akan negara makin mengarah pada haluan kekuatan pasar.
0kibat lebih $auh' dalam perkembangannya ;orak perubahan desa makin
menyusut. 4e$ala pergeseran paradigma pembangunan lokal yang makin
memperkuat peran sektor ekonomi pasar +priat, men$adi petun$uk kian
tereduksinya peran negara' bahkan menegasi demokrasi lokal.
un;ul ke;enderungan negara hanyalah diposisikan sebagai
perangkat administratif dan politik' oleh karena itu negara bertindak
sebagai %asit dalam tata ekonomi politik nasional dan lokal' karenanya
tidak memiliki ke%enangan lebih dari itu. truktur sosial dan kondisi
ekonomi di masyarakat lokal se;ara bertahap mengalami perubahan luar
biasa sebagai sisa-sisa kolonisasi. Ter$adinya krisis sumberdaya lokal'
segregasi sosial yang ta$am' pergeseran pola kepemimpinan' dan
kompleksitas permasalahan yang dialami masyarakat Indonesia.?esemua itu membutuhkan pertimbangan serius' $ikalau tidak
ter$ebak pada perangkap baru yang menyesatkan. ituasi ini membutuhkan
lompatan besar untuk mengatasi rangkaian masalah penurunan kualitas
demokrasi lokal khususnya yang berdampak pada desa' menu$u perbaikan.
#er%u$udan demokrasi politik di desa tentunya tidak harus menisbikan
peran negara yang' se;ara teoritis dapat men$adi kekuatan otoritatif
melindungi rakyat. Desa dengan institusi-institusi supra desa dalam
kerangka otonomi dan ke%enangan desa' semestinya perlu meletakkan
kedaulatan pada rakyatnya' bukan berkiblat pada penguatan kekuasaan elit
lokal apalagi oligarkhi pemerintahan kabupaten. (aik regulasi' perangkat
kelembagaan' D serta sumberdaya alam +ekonomi, perlu dilandasi
semangat penguatan dan kemandirian masyarakat se;ara merata' bukan
21
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
22/39
pada pemilik kekuasaan' para pemodal atau kelompok-kelompok strategis
semata yang ;enderung dilakukan melalui ;ara-;ara teknokratis dan
oligarkis. Disanalah fungsi otonomi desa lebih bisa berpeluang di%u$udkan.
4ambaran harapan diatas' nampaknya menemukan momentum
dimana ran;angan undang-undang desa +RUU Desa, di pertengahan tahun
2! ini sedang berproses dalam skema kebi$akan pembaruan desa.
ebagaimana diulas dibagian a%al' bah%a sepan$ang era reformasi'
pengaturan mengenai desa masuk dalam UU #emerintahan Daerah yakni
UU No. 22> th. !
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
23/39
!. memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada
dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara
?esatuan Republik IndonesiaF2. memberikan ke$elasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam
sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi me%u$udkan keadilan
bagi seluruh rakyat IndonesiaF. melestarikan dan mema$ukan adat' tradisi' dan budaya masyarakat
DesaF". mendorong prakarsa' gerakan' dan partisipasi masyarakat Desa untuk
pengembangan potensi dan 0set Desa guna kese$ahteraan bersamaF. membentuk #emerintahan Desa yang profesional' e5sien dan efektif'
terbuka' serta bertanggung $a%abF6. meningkatkan pelayanan publik bagi %arga masyarakat Desa guna
memper;epat per%u$udan kese$ahteraan umumF:. meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna
me%u$udkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan
sosial sebagai bagian dari ketahanan nasionalF=. mema$ukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi
kesen$angan pembangunan nasionalF dan
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
24/39
tu$uannya agar negara mudah mengontrol desa. Dampaknya' desa
termarginalisasi dalam arus kebi$akan.e$ak reformasi' upaya memperkuat kembali desa mulai tumbuh
dengan terbitnya UU no. 22> th ! 2" tentang
#emerintahan Daerah. 0lih-alih reisi' $ustru UU menghadirkan
;orak resentralisasi. Desa kembali tersubordinasi pemerintah
kabupaten' ;ermin kemunduran paling nyata desa di era reformasi.
/anya satu hal yang bisa diapresiasi' yakni adanya alokasi dana
desa +0DD, sebagai bentuk redistribusi sumberdaya dari negara
pada desa. eskipun dalam praktiknya tidak semua kabupaten taat
memenuhinya 0DD sebagai hak desa' bahkan sering dipersulit. 0tas pertimbangan UU itulah' UU desa mengembalikan
ke%enangan desa se;ara lebih $elas dan konsisten diterapkan.
?e%enangan desa diatur dalam bab yang khusus dalam UU desa
yaitu (ab I9 tentang ?e%enangan desa dimana di dalam bab
tersebut diatur se;ara terperin;i ke%enangan desa. ?e%enangan
desa dalam UU desa dapat dibagi men$adi 2 ke%enangan*a. ?e%enangan hak asal usul dan ke%enangan lokal yang berskala
desa sertab. ke%enangan yang ditugaskanke%enangan hak asal usul dan ke%enangan lo;al ini telah sesuai
dengan tuntutan paradigma pembangunan berorientasi
pemberdayaan' yang menempatkan masyarakat desa sebagai
24
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
25/39
sub$ek. ?e%enangan otonom desa inilah yang men$adi dasar
mengatasi ke;enderungan kooptasi pemerintahan diatasnyaF2. #enghargaan kema$emukan desa
(agaimanapun $uga format' struktur dan pola desa di Indonesia
begitu beragam. ?eunikan desa atau nama lainnya' men;erminkansumberdaya lokal yang dimaknai sebagai kekayaan khas bangsa.
(erma;am model desa di umatera' 3a%a' ?alimantan' ula%esi'
aluku' Nusa Tenggara' #apua. Tidak mungkin ariasi itu
dimatikan dengan ;ara penyeragaman sebagaimana pernah ter$adi
sebelumnya. Disitulah' UU desa $uga mengakui desa adat selain
desa se;ara umum dengan tu$uan untuk mera%at dan
mengembangkan kema$emukan yang dirumuskan pengaturannya
menyesuaikan kondisi lokal. ehingga kearifan lokal dapat ter$aga
dengan baik dalam masyarakat desa adat.. #enguatan demokrasi desa
#eran badan per%akilan desa +(#D, dikembalikan sebagai lembaga
kontrol' budgeting' dan legislasi desa. elain mitra kepala desa dan
perangkatnya' (#D $uga men$adi kekuatan pengimbang. Dalam hal
isu-isu strategis seperti inestasi' ker$asama antar desa' maupun
kelola sumberdaya strategis' pengambilan keputusan desa %a$ib
melibatkan per%akilan masyarakat melalui forum musya%arah
desa. ?elima' dalam rangka penataan kebi$akan pembangunan
serta kemandirian desa' maka seluruh program pembangunan
masuk desa harus menyesuaikan ren;ana pembangunan $angka
menengah desa +R#3Des,.". Reformasi peren;anaan dan penganggaran pembangunan serta
redistribusi sumberdaya ke desa#roblem kemiskinan' ketimpangan sosial dan berbagai
ketidakadilan sesungguhnya bersumber pada pola pembangunan
yang tidak bertumpu pada partisipasi desa. #embangunan hanya
menempatkan desa sebagai ob$ek dari ragam proyek pemerintahan
di atasnya. Itulah model Hpembangunan di desa' dimana desa
25
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
26/39
hanya men$adi lokasi. Aang diperlukan adalah paradigma Hdesa
membangun yang substansinya desa sebagai sub$ek.?edepan desa diberi kesempatan berpartisipasi aktif dalam
pembangunan' mandiri mengelola sumberdaya dan aset-asetnya'
kemungkinan akan berdaya' tidak bergantung pada pemerintah.
#emberian 0DD ke desa yang telah dilakukan selama ini tentu
sangat relean' sekalipun harus dibenahi.(erdasarkan UU Desa' desa mempunyai sumber pendapatan Desa
yang terdiri atas pendapatan asli Desa' bagi hasil pa$ak daerah dan
retribusi daerah ?abupaten>?ota' bagian dari dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh ?abupaten>?ota'
alokasi anggaran dari 0nggaran #endapatan dan (elan$a Negara'
bantuan keuangan dari 0nggaran #endapatan dan (elan$a Daerah
#roinsi dan 0nggaran #endapatan dan (elan$a Daerah
?abupaten>?ota' serta hibah dan sumbangan yang tidak mengikat
dari pihak ketiga.(antuan keuangan dari 0nggaran #endapatan dan (elan$a Daerah
#roinsi dan 0nggaran #endapatan dan (elan$a Daerah
?abupaten>?ota kepada Desa diberikan sesuai dengan kemampuan
keuangan #emerintah Daerah yang bersangkutan. (antuantersebut diarahkan untuk per;epatan #embangunan Desa. umber
pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh Desa berasal dari
(adan Usaha ilik Desa' pengelolaan pasar Desa' pengelolaan
ka%asan %isata skala Desa' pengelolaan tambang mineral bukan
logam dan tambang batuan dengan tidak menggunakan alat berat'
serta sumber lainnya dan tidak untuk di$ualbelikan.(agian dari dana perimbangan yang diterima #emerintah Daerah
?abupaten>?ota paling sedikit ! +sepuluh perseratus, setelah
dikurangi Dana 0lokasi ?husus yang selan$utnya disebut 0lokasi
Dana Desa. 0lokasi anggaran untuk Desa yang bersumber dari
(elan$a #usat dilakukan dengan mengefektifkan program yang
berbasis Desa se;ara merata dan berkeadilan
26
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
27/39
UU Desa ini men$adi pertaruhan masa depan desa. Tantangannya
adalah disatu sisi apakah para pemegang otoritas memiliki komitmen
melakukan pembaharuan dan memperbaiki nasib %arga desa mendorong
transformasi desa kearah demokrasi yang menye$ahterakan. Disisi lain'
masyarakat sipil yang peduli atas nasib desa dituntut aktif menga%al RUU
Desa ini agar tidak terdistorsi. 3angan sampai RUU Desa ini diba$ak oleh
kepentingan segelintir elit politik nasional maupun lokal' bahkan perangkat
desa sekalipun. asyarakat yang selama ini telah men$adi bagian penga%al
UU Desa bisa terus membangun sekutu konsolidasi' untuk memastikan
substansi kebi$akan benar-benar berorientasi pembaharuan desa' membela
desa menu$u sistem yang demokratis dan pen;apaian kese$ahteraan'
dimana desa sebagai pilar kehidupan masyarakat lokal.
B. Tanan!an "an P#$%an! O&n&'( D#)a
(erdasarkan #asal :2 UU No. 6 Tahun 2!"' umber pendapatan
desa adalah
a. #endapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha' hasil aset' s%adaya
dan partisipasi' gotong royong' dan lain-lain pendapatan asli
DesaFb. 0lokasi 0nggaran #endapatan dan (elan$a NegaraF
- ! dari dana transfer ke daerah;. (agian dari hasil pa$ak daerah dan retribusi daerah
?abupaten>?otaF- ! dari #a$ak dan Retribusi Daerah
d. 0lokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana
perimbangan yang diterima ?abupaten>?otaF- ! dari D0U dan D(/
e. (antuan keuangan dari 0nggaran #endapatan dan (elan$aDaerah #roinsi dan 0nggaran #endapatan dan (elan$a Daerah
?abupaten>?otaFf. /ibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketigaF dang. Lain-lain pendapatan Desa yang sah.
27
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
28/39
(esarnya sumber pendapatan desa ini' mengundang an;amanan yang
besar untuk ter$adinya korupsi. 0palagi ditun$ang dengan ke%enangan
kepala desa. (erka;a pada desentralisasi di lingkup daerah' 1arsito Utomo
men$abarkan beberapa permasalahan dalam praktik desentralisasi di
tingkat lokal sebagai*
!. (ah%a otonomi atau desentralisasi dimaknakan sebagai lingkup
Huang2. Demikian $uga mun;ulnya arogansi daerah. un;ulnya ekslusiisme daerah' sehingga sering ter$adi
tekanan-tekanan disintegrasi2.
eperti halnya harapan ketika disahkan UU &tonomi Daerah N. 2
tahun 2" yang lalu. emua pe$abat dan aparat lokal bergembira dan
seolah UU tersebut bak oase di padang pasir. Demikian pun para pe$abat
desa' ketika UU tentang desa disahkan maka pada saat yang sama mereka
bergembira dan mengalami kegembiraan yang sungguh luar biasa. 3angan
sampai mengulang se$arah transisi sistem pemerintahan Indonesia dari
sentalisasi menu$u desentralisasi yang melahirkan ra$a-ra$a ke;il di daerah.
(egitupula UU Desa ini semoga bukan men$adi proses migrasi korupsi dari
daerah ke desa. ?alau ini yang ter$adi maka dapat dipastikan akan banyak
penyalahgunaan anggaran dan %e%enang' apalagi kemampuan mana$erial
desa yang masih rendah menga5rmasi keraguan akan keberhasilan UU
Desa tersebut.
(adan #ermusya%aratan Desa +(#D, sebagai lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan %akil dari
penduduk Desa tidak memiliki fungsi penga%asan terhadap akuntabilitas
kepala desa. ?ekuatiran tersebut bukan tanpa alasan' sebab
pertanggung$a%aban akhir tahun anggaran dan akhir masa $abatan kepala
desa disampaikan kepada kepala daerah' dan bukan kepada (#D. Tugas
32 1arsito Utomo.' Administrasi Publik Baru !ndonesia, Perubahan Paradigma dari
Administrasi 3egara ke Administrasi Publik. 2
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
29/39
(#D selain berfungsi sebagai lembaga pemerintahan hanya melakukan
pembahasan dan menerima laporan dari masyarakat' tanpa ke%enangan
yang bersifat punishment% ?ondisi sema;am itu dapat melemahkan (#D
sekaligus pada saat yang sama menguatkan kepala desa :e;e$uti'e hea'#
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
30/39
desa. ?eadaan demikian akan memudahkan pemerintah desa melakukan
berbagai modus yang menguntungkan diri dan keluarga dekatnya.
?e;enderungan demikian semakin sering ter$adi pada sebagian besar
desa yang tak ;ukup memiliki integritas moral dan dera$at pendidikan yang
memadai. Dalam banyak kasus pemerintah desa seringkali berselingkuh
dengan pemerintah daerah untuk saling menutupi berbagai kelemahan
pertanggung$a%aban' sekaligus mera%at hubungan patron $lien dengan
se$umlah pe$abat yang bertanggung$a%ab dalam distribusi alokasi dana
desa. e;ara historis bakat feodalisme pemerintah desa adalah produk
kolonial yang ;enderung lebih berorientasi pada kepentingan
ma$ikan>tuannya daripada kepentingan masyarakat. ?ondisi demikian
seringkali men$ebak pemerintah desa lupa diri hingga ter;iptanya oligarkhi'
nepotisme' bahkan otoritarianisme pemerintahan desa.
osialisasi UU Desa dan pendidikan politik se;ara massif dan holistik
di seluruh desa dengan pendekatan dan metodologi yang tepat %a$ib
dilakukan untuk men$a%ab tantangan yang mun;ul dari UU Desa ini.
#endidikan politik ini diselenggarakan dalam kepentingan interensi sosial
dalam membangun kesadaran masyarakat' terutama dalam kesadaran kritis
sehingga ke depan partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala desaadalah partispasi yang kritis. ?arena partisipasi merupakan indikator
penting untuk mengukur perilaku keberhasilan masyarakat desa dan
kepentingan dalam pemilihan kepala desa.
Namun harus disadari bah%a pertumbuhan dan perkembangan
demokrasi desa di Indonesia tidak sama sebagaimana pertumbuhan dan
perkembangan demokrasi di dunia barat. #erbedaan pendidikan dan
kede%asaan politik masyarakat barat dan Indonesia mengakibatkan
demokrasi di tingkat desa hingga dua ratus tahun lamanya tak
menghasilkan demokrasi substansial' ke;uali demokrasi prosedural. Inilah
yang men$adi salah satu sebab mengapa desa tak dapat tumbuh dan
30
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
31/39
berkembang dengan sehat meskipun mekanisme demokrasinya beker$a
mendahului demokrasi langsung de%asa ini.
Disisi lain' bersamaan dengan menguatnya ke%enangan desa dan
meningkatnya sumber-sumber keuangan desa dalam $angka pan$ang dapat
mendorong peningkatan kuantitas desa kalau tidak perubahan status
kelurahan men$adi desa dan desa adat. Tingginya diskresi dalam penataan
desa dapat membuat sibuk pemerintah daerah dalam mengatur lalu lintas
perubahan status $enis kelamin kelurahan men$adi desa atau desa adat'
desa men$adi desa adat dan atau sebaliknya sesuai kebutuhan politik elite
desa. Dengan pertimbangan pragmatis akan datangnya subsidi desa maka
birahi memekarkan desa kemungkinan dapat men$adi trend dimasa
mendatang. Realitas sema;am ini ;enderung melahirkan konKik hori@ontal
dan ertikal di tingkat desa akibat lambatnya pembentukan desa serta
se$umlah ketidakpuasan akibat kompetisi yang ketat dalam pemilihan
kepala desa. 0palagi transisi dari status desa persiapan ke desa defenitif
yang hanya membutuhkan usia !- tahun' tentu sa$a bukan halangan berarti
dalam memperbanyak desa baru atas nama kehendak masyarakat setempat.
elain tantangan yang telah dibi;arakan di atas' UU Desa $uga
memba%a harapan dan peluang besar. 8ita-;ita pemerataan pembangunansebagai ;apaian mimpi dari kemerdekaan bisa ter%u$ud. Ragam tantangan
yang disinggung sebelumnya bisa dikonersi men$adi peluang. UU ini
merupakan peluang bagi daerah untuk men$adikan desa sebagai pusat
pertumbuhan dan kreatiitas sosial ekonomi masyarakat di desa. Desa
benar-benar men$adi sub$ek' tak lagi sekedar ob$ek. ?arena selama ini'
desa hanya selalu men$adi obyek pembangunan dan eksploitasi dari sistem
pembangunan nasional. #adahal' segenap sumber daya agraria dan
termasuk sumber daya manusia di pedesaan. Desa men$adi sumber pangan
nasional tetapi tidak mendapatkan prioritas dalam kebi$akan pembangunan
33 /anif Nur;holis' 2!. Dua 0atus ahun Praktek Demokrasi Desa, Potret
Kegagalan Adopsi Demokrasi Barat,dalam 3urnal Ilmu #emerintahan' I#I' Jdisi
=' 3akarta' /al. 6=
31
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
32/39
nasional. UU ini se;ara progresif berupaya menurunkan semangat
desentralisasi sampai ke tingkat desa' tak hanya di daerah. Dengan bahasa
lain' UU Desa merupakan langkah ma$u dalam pembangunan pedesaan dan
sebuah ;apaian riil dari desentralisasi di leel grass root%
Dengan sumber keuangan yang relatif ;ukup dibanding kuantitas
urusan yang akan dilaksanakan' desa dapat lebih fokus dalam
mengintensifkan pelayanan publik serta pembangunan dalam skala yang
lebih ke;il. ?enyataan tersebut setidaknya mendorong otonomi yang
dimiliki untuk men$adikan semua urusan yang telah diakui dan dihormati
negara' ditambah urusan skala lokal bukan lagi sekedar ob$ek' tetapi
akumulasi dari seluruh aset yang memungkinkan desa bertambah kaya
dengan modal yang dimilikinya.
umber keuangan negara setidaknya berpeluang mendorong la$u
pertumbuhan ekonomi desa sehingga tak $auh ketinggalan dibanding kota.
ekalipun demikian' alokasi 0#(N tidaklah merupakan %u$ud dari
pendekatan lo$al state go'ernment semata' tetapi lebih merupakan
tanggung$a%ab negara yang diamanahkan konstitusi. Demikian pula alokasi
0#(D bukanlah merupakan manifestasi dari pendekatan lo$al self
go'ernment semata' namun perintah undang-undang pemerintahan daerah. 3adi' sekalipun desa dalam undang-undang ini bersifat self go'erning
$ommunit# ' namun negara dan pemerintah daerah tetap bertanggung$a%ab
untuk mengakui' menghormati dan memelihara keberlangsungan
pemerintahan' pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di desa.
(entuk pengakuan negara terhadap desa dapat dilihat dari pengakuan atas
realitas keberagaman desa di berbagai daerah +asas rekognisi,. edangkan
konkritisasi dari penghormatan negara terhadap desa adalah terbukanya
kran alokasi negara se;ara langsung yang akan dikelola desa +asas
subsidiaritas,. #enggunaan kedua asas tersebut sekalipun didahului oleh
pengakuan konstitusi atas keragaman dan batasan desa dalam pengertian
umum +desa' desa adat dan atau nama lain,' setidaknya men$adi pi$akan
32
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
33/39
konkrit dalam pengaturan desa lebih lan$ut di tingkat daerah masing-
masing.
Terkait postur organisasi pemerintahan desa' batasan pemerintahan
desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa semata tanpa posisi (#D.
(atasan tersebut berbeda $ika dibandingkan dengan pengaturan dalam ##
Nomor :2 tahun 2' dimana pemerintahan desa terdiri dari kepala desa
dan (#D. #emisahan posisi kepala desa beserta perangkatnya dari (#D
memungkinkan pemerintahan desa lebih efektif dalam melaksanakan
otonomi desa selain ke%a$iban dari supradesa. #engalaman menun$ukkan
bah%a kolektiitas kepala desa dan (#D sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa sulit dilaksanakan karena kedua lembaga tak selalu
se$alan dalam penetapan dan pelaksanaan kebi$akan. Terpisahnya posisi
(#D memungkinkan pemerintah desa dapat lebih leluasa mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri tanpa penga%asan ketat (#D yang
selama ini relatif sulit hidup sekamar dengan pemerintah desa. (ias dari
kondisi sema;am itu tak $arang membuat desa kurang dinamis' bahkan
statis karena saling menunggu persetu$uan yang berlarut-larut. elain itu'
separasi sema;am itu bertu$uan untuk men;iptakan pemerintahan desa
yang lebih modern' dimana se;ara politik ter$adi diferensiasi antaradesainer kebi$akan +(#D, dan implementator kebi$akan +kepala desa,. (#D
setidaknya me%akili masyarakat yang dipilih se;ara demokratis untuk
membahas suatu kebi$akan sebelum dilaksanakan oleh pemerintah desa.
?ebi$akan desa dimulai dari tahap peren;anaan' implementasi dan ealuasi.
#eren;anaan desa merupakan peren;anaan $angka menengah yang
di$abarkan dalam bentuk peren;anaan pembangunan tahunan. #eren;anaan
desa dapat dikembangkan se$alan dengan periodisasi kepemimpinan kepala
desa yang dapat men;apai tiga kali masing-masing selama enam tahun.
0rtinya' peren;anaan menengah desa dapat ber$alan selama != tahun
bergantung pada elektabilitas kepala desa. Dengan demikian selama
periodisasi yang relatif lebih lama dibanding kepala daerah yang hanya dua
periode' desa dengan sendirinya berpeluang meletakkan peren;anaan
33
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
34/39
se;ara berkelan$utan melalui prioritas yang disepakati bersama masyarakat
setempat.
Dalam kerangka pelaksanaan pembangunan' desa membutuhkan
partisipasi aktif masyarakat. #eluang bagi pengembangan otonomi desa
yang demokratis tampak terbuka lebar dimana masyarakat berhak
memperoleh informasi' melakukan pemantauan serta melaporkan semua
aktiitas yang dinilai kurang transparan kepada pemerintah desa dan (#D.
#roses sema;am ini merupakan bentuk pembela$aran partisipasi demokrasi
melalui siklus peren;anaan' implementasi dan ealuasi pembangunan di
desa. Dengan demikian ter;ipta mekanisme bottom up yang senyatanya'
bukan rekayasa musya%arah pembangunan desa seperti yang ter$adi
selama ini. #embangunan desa se$auh ini tak memperlihatkan hasil
signi5kan karena tak $elas darimana sumber penun$angnya. 0lokasi dana
desa yang semestinya ter$adi tampak bergantung pada kemurahan hati
pemerintah daerah. ementara pendapatan asli desa menyusut hingga tak
bersisa akibat meresapnya peraturan daerah hingga ke ka%asan desa yang
paling strategis. Dalam regulasi inilah pembangunan desa diharapkan dapat
ditopang le%at aset desa' termasuk sumber keuangan desa dan (adan
Usaha ilik Desa +(UD,. 0set Desa dapat berupa tanah kas desa' tanahulayat' pasar desa' pasar he%an' tambatan perahu' bangunan desa'
pelelangan ikan' pelelangan hasil pertanian' hutan milik desa' mata air
milik desa' pemandian umum' dan aset lainnya milik desa. umber
keuangan desa berasal dari pendapatan asli desa' negara' pemerintah
daerah dan pendapatan lain yang sah. edangkan (U desa dapat
digunakan untuk pengembangan usaha' pembangunan desa' pemberdayaan
masyarakat desa' dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui
hibah' bantuan sosial dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam
0nggaran #endapatan dan (elan$a Desa. #embangunan desa $uga meliputi
upaya pengembangan ka%asan desa dengan maksud untuk memper;epat
dan meningkatkan kualitas pelayanan' pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat. Desa memiliki hak untuk dilibatkan dalam peren;anaan makro
34
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
35/39
pemerintah daerah sehingga desa tak sekedar men$adi ob$ek pembangunan
semata. elain itu desa berhak memperoleh akses informasi yang dapat
dikelola bagi kepentingan stakeholders terkait. /al itu mendukung
ter;iptanya proses pemerintahan yang lebih transparan dalam kerangka
good go'ernan$e. Lebih dari itu peluang pengembangan otonomi
memungkinkan desa dapat meluaskan pembangunan melalui strategi
ker$asama dengan desa lain yang saling menguntungkan.
Untuk mengoptimalkan peluang tersebut' maka strategi yang perlu
diper$uangkan adalah mendidik rakyat desa' supaya memiliki kemampuan
untuk mengorganisasikan dirinya :self help
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
36/39
BAB IIIPENUTUP
0. ?JI#UL0N
Disahkannya UU Desa patut disambut dengan perasaan bangga dan
gembira. UU Desa ini patut diapresiasi karena men;antumkan kebi$akan-
kebi$akan yang progresif dan strategis bagi kema$uan dan perkembangan
desa. UU ini $uga menghargai eksistensi desa dan peranan aparatur desa.
/al ini karena mengingat pentingnya kedudukan dan peranan desa dalamsistem ketatanegaraan kita.
?esimpulannya adalah UU Desa yang baru merupakan terobosan yang
fenomenal dari pemerintah dan D#RRI yang akan men$adi tonggak se$arah
bagi perkembangan dan kema$uan desa dan akan di;atat dengan tinta emas
dalam se$arah pemerintahan Indonesia %alaupun masih ada beberapa
tantangannya dalam pembangunan otonomi desa.
36
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
37/39
(. 0R0NDengan anggaran dan ke%enangan yang diberikan kepada desa' perlu
ada penga%asan yang baik dalam penyelenggaraan ke%enangannya. (#D
merupakan %adah instansi per%akilan rakyat' namun tidak memiliki fungsi
penga%asan terhadap kekuasaan pemerintah desa. Untuk itu dibutuhkan
pendidikan politik untuk men;iptakan kelompok masyarakat yang kritis
dalam pembangunan otonomi desa.#engaturan pemilihan kepala desa telah mematikan beberapa system
demokrasi adat yang hidup di beberapa daerah' seperti dalam system
nagari di sumatera barat. ebaiknya system pemilihan kepala desa
dikembalikan ke adat desa masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
0J #riyono' 2!' Meninjau Berbagai Parameter Asesmen Demokrasi Keharusan untuk Kritik Metodologis dan !deologis' makalah
0ri D%ipayana dan utoro Jko dkk +ed,'2' Membangun 9ood9o'ernan$e di Desa' IRJ #ress' Aogyakarta.
0rie u$ito' 2!' konteks dan arah pembaruan desa dalam ad'okasi ruudesa' dalam 3urnal Mandator# !0)' Aogyakarta
0rie u$ito dan Ranggoaini 3ah$a' HRUU Desa dan edia ?omunitas' K0, 1/ 6uni 12+8
0rief (udiman' !
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
38/39
0syCari' .I. !
-
8/18/2019 Desa Pasca Rezim UU No 6 Tahun 2014
39/39
=aktor posisioning terhadap desa #ang belum tepat merupakan faktor dominan #ang menjadi pen#ebab ketertinggalan desa% Desa selama ini lebih ditempatkansebagai ob#ek daripada sub#ek%
*etelah melalui perjalanan #ang panjang, pemerintah dan DP00! pada tanggal + Desember 12+8 mengesahkan berlakuna#a UU Desa #ang baru% UU Desa #ang
baru menjadi tonggak sejarah #ang penting bagi pemerintahan desa, karenaadan#a politi$al will dari negara untuk memberda#akan desa dan meningkatkankesejahteraan seluruh perangkat desan#a%
Peningkatan kesejahteraan mas#arakat desa melalui pengalokasian anggaran danpemberda#aan sumber da#a desa selain member dampak #ang baik juga dapatmenjadi tantangan dalam otonomi desa ke depan
3amun UU Desa ini patut diapresiasi karena men$antumkan kebijakan.kebijakan #ang progresif dan strategis bagi kemajuan dan perkembangan desa%
Kata kunci 5 UU Desa, otonomi desa, wewenang desa
top related