dampak perjodohan terhadap pasangan suami istri …
Post on 29-Nov-2021
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
DAMPAK PERJODOHAN TERHADAP PASANGAN SUAMI ISTRI
DI KELURAHAN MENDAHARA ILIR KECAMATAN
MENDAHARA KABUPATEN TANJUNG JABUNG
TIMUR PROVINSI JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu
(S.1) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah
Oleh:
UMI KALSUM
UB140096
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
2
3
4
iv
5
MOTTO
وجعلۦ ءايتهومن إل ها كنو ا ل تس وجا ز أ نفسكم
أ ن م لكم خلق ن
أ
رون ميتفك لكلأيتل قو فذ إن ة ةورح ود ٢١بي نكممArtinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Ruum, 30:21)1
1 Al-Qur’an dan Terjemahnya, QS. Ar-Rum, 30:21.
v
6
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh budaya Perjodohan yang terjadi pada
Masyarakat suku Bugis di Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara
Kabupaten Tanjung Jabung Timur dimana masih para Orang tua suku Bugis yang
masih Mempertahankan Budaya perjodohan terhadap anak-anaknya dalam rangka
melangsungkan pernikahan, akan tetapi pernikahan yang dilatarbelakangi
perjodohan seringkali berakhir dengan perceraian.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan
menekankan pada sumber data lapangan sebagai data primer, serta literatur
sebagai sumber kedua sekunder, teknik pengumpulan data menggunakan
observasi dan wawancara dengan teknik analisis data, reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa: Pertama, latar belakang
terjadinya perjodohan pada suku Bugis di Kelurahan Mendahara Ilir disebabkan
karena perjodohan yang biasa terjadi karena faktor adat atau kebiasaan yang
bertujuan untuk melangsungkan pernikahan serumpun atau sesama kerabat sesuku
mereka kemudian karena faktor status sosial dan faktor lingkungan. Kedua, proses
perjodohan pada suku Bugis di Kelurahan Mendahara Ilir yang sudah dilakukan
secara turun-temurun,dan terus dilakukan oleh suku Bugis yang memegang teguh
kebiasaan tersebut terdapat tiga tahap dalam proses pelaksanaan perjodohan
masyarakat bersuku Bugis pada umumnya yaitu, mencari infomasi (Mammannuk-
manuk), Melamar (Madduta malino) dan mengukuhkan lagi kesepakatan yang
telah dibuat sebelumnya (Mappasiarekeng). Ketiga, Dampak Perjodohan pada
masyarakat suku Bugis di Kelurahan Mendahara Ilir memiliki dampak positif
seperti orang tua akan membantu mempermudah mendapatkan pasangan,
mendapatkan orang yang memiliki kemandirian secara finansial dan mendapatkan
orang yang spiritual agama yang baik, akan tetapi perjodohan juga berdampak
negatif seperti depresi pada anak, kurang kepedulian terhadap keluarga,
memungkinkan terjadinya perselingkuhan dan keluarga yang tidak harmonis.
Kata Kunci : Perjodohan, Suku Bugis, Kelurahan Mendahara Ilir
vi
7
PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan Rahmat dan kasih sayang-
Nya kepada setiap mahkluk yang ada di muka bumi ini. Sujud syukur pada-mu
ya Allah, karena telah melimpahkan Rahmat yang luar biasa pada hamba-Nya,
atas takdirmu telah kau jadikan hambamu ini manusia yang senantiasa berpikir,
beriman, berilmu dan bersabar dalam menjalani hidup ini. Atas karunia dan
izinmu jualah, akhirnya sebuah karya sederhana ini dapat hamba selesaikan.
Sholawat serta salam, semoga selalu tercurahkan kepada pemimpin terbesar di
dunia ini, Nabi Muhammad SAW serta para sahabat dan Tabi’in.
Sebuah karya sederhana namun butuh banyak perjuangan,
kupersembahkan untuk orang-orang yang sangat kusayangi dan kucintai:
Ayahanda Baharuddin Dan Ibunda Syamsiah…
Tak lupa pula, terimakasihku untuk kakakku tersayang fitria yang selalu
memberi support dan nasehat untukku….
Terima kasih kepada abangku Tersayang Raden Somad Franata Yang selalu
memberi semangat dan menyediakan waktunya untuk berdiskusi serta memberi
saran…..
Penyelesaian skripsi ini juga melibatkan orang-orang tersayang selain keluarga,
terima kasih kuucapkan kepada sahabat karib Merliawati,Kartina upik,Besse
Fatimah,fauzah,Suriyanti,Riska Yosef, Siti Aminah, Baderia, Julia syahirah,
Nurjafriani dan Nurhasah, Terima Kasih atas kebersamaan suka duka kita
bersama serta semangat dan dorongan selama ini…
Terima kasih juga teruntuk teman-teman KKN POSKO 20 TELUK RAYA yang
luar biasa, ALHAMDULILLAH Akhirnya saya menyusul kalian semua…
vii
8
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat karunia-Nya penulis masih diberi kesehatan baik jasmani maupun rohani,
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Dampak Perjodohan
Terhadap Pasangan Suami Istri di Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan
Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi”, Shalawat
dan salam senantiasa kita sampaikan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad
SAW, para keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Semoga kita
semua mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak. Aamiin.
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam rangka
menyelesaikan studi Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Dakwah UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan
rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data maupun dalam
penyusunannya dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama bantuan
dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya, terutama kepada yang
terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi
2. Bapak Prof. Dr.H.Suaidi Asyari, MA,Ph.D Sebagai Wakil Rektor I Bidang
Akademik Dan Pengembangan Pendidikan, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd
Sebagai Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan
Keuangan Ibu Dr.Hj.Fadilah Husain M.Pd Sebagai Wakil Rektor III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Samsu,S.Ag.,M.Pd.I.,Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH.M.Hum. Selaku Wakil Dekan Fakultas
Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
viii
9
5. Bapak Sya’roni.S.Ag.M.Pd. Selaku Ketua Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam
Dan Ibu Neneng Hasanah,S.Ag,M.Pd. Selaku Sekertaris Prodi Bimbingan
Penyuluhan Islam.
6. Bapak Samsu,S.Ag.M.Pd.I.Ph.D. Selaku Pembimbing I Dan Bapak Edi
Kusnadi,S.Ag.M.Phi.I Selaku Pembimbing II Yang Telah Membantu Dan
Membimbing Dalam Penyusunan Skripsi Ini.
7. Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen dan seluruh karyawan dan karyawati
Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
8. Semua pihak yang ikut serta membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat
penulis tuliskan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kepada para pembaca dan para pakar di mohon
saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan dan guna
meningkatkan kualitas dari skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, masyarakat dan
bangsa.
Wasssalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jambi, Agustus 2019
UMI KALSUM
NIM: UB 140096
ix
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................................. iv
MOTTO ............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Permasalahan ............................................................................... 7
C. Batasan Masalah .......................................................................... 7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................. 8
E. Kerangka Teori ............................................................................ 8
F. Metode Penelitian ........................................................................ 13
G. Keabsahan Data ........................................................................... 16
H. Studi Relevan .............................................................................. 17
BAB II: GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kelurahan Mendahara Ilir .............................................. 20
B. Visi dan Misi Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara
Kabupaten Tanjung Jabung Timur .............................................. 21
C. Kondisi desa ............................................................................... 23
D. Demokrafi Kelurahan Mendahara Ilir ......................................... 25
E. Kondisi Sosial Budaya ................................................................ 25
F. Sistem Mata Pencarian ................................................................ 26
G. Sturuktur Organisasi Pemerintah Kelurahan ............................... 28
x
11
BAB III: LATAR BELAKANG TERJADINYA PERJODOHAN PADA
MASYARAKAT SUKU BUGIS DI KELURAHAN
MENDAHARA ILIR KECAMATAN MENDAHARA
sKABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
A. Faktor Adat/Budaya .................................................................... 30
B. Faktor Status Sosial ..................................................................... 33
C. Faktor Lingkungan ...................................................................... 36
BAB IV: PROSES PERJODOHAN DAN DAMPAK YANG
DITIMBULKAN DENGAN ADANYA PERJODOHAN PADA
MASYARAKAT SUKU BUGIS DI KELURAHAN
MENDAHARA ILIR KECAMATAN MENDAHARA
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
A. Proses Perjodohan Pada Suku Bugis di Kelurahan Mendahara Ilir
Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur ....... 38
B. Dampak Perjodohan pada Masyarakat Suku Bugis di Kelurahan
Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung
Timur .......................................................................................... 48
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 60
B. Implikasi Penelitian ..................................................................... 60
C. Kata Penutup ............................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah
Indonesia adalah negara yang sangat kaya hasil buminya, dimulai dari
rempa- rempa, hasil tambang, hasil pertanian dan suku-suku, bahasa, serta adat
dan budayanya yang melimpah dari ujung timur hingga ujung barat atau dari
Sabang hingga Merauke, termasuk juga didalamnya budaya perjodohan dalam
pernikahan serumpun atau endogami. Perjodohan merupakan suatu proses
penunjukan calon mempelai laki-laki ataupun perempuan yang dilakukan oleh
orang tua, keluarga, kerabat, ataupun teman. Meskipun hampir semua telah
mengetahui bahwa persoalan jodoh itu ditangan Tuhan karena sudah merupakan
takdir yang hanya dialah yang tahu dan merupakan pilihan Tuhan yang teramat
baik untuk keduanya, manusia hanya bisa berusaha namun Tuhanlah yang
penentu segalanya.
Secara antropologis perjodohan merupakan salah satu kebudayaan yang
dilalui manusia untuk mencapai pernikahan. Perjodohan adalah pintu awal dua
orang yang berbeda saling mengenal. Di dalam Islam, perjodohan seringkali
diterjemahkan dengan bahasa ‘Khitbah”. Namun, tak jarang juga perjodohan ini
dimaknai sebagai pernikahan/perkawinan itu sendiri. Pasalnya, perjodohan
berbeda dengan proses saling mengenal. Di dalam perjodohan sudah ada
kesepakatan bersama (akad) antara orang satu dengan yang lainnya.2
Perjodohan mempunyai tujuan untuk melangsungkan kehidupan manusia.
Untuk memenuhi tujuan tersebut perjodohan itu harus diiringi rasa cinta antara
keduanya sehingga dengan harapan adanya rasa cinta tersebut dapat menjadi
sarana pengikat di antara keduanya. Dengan dasar perjodohan atas suka sama
suka, tanpa dipaksa oleh pihak luar, ini mempunyai jaminan yang lebih besar
2AF Fanani, “Pemaksaan Perjodohan Sebagai Alasan Gugat Cerai; Studi Kasus di Desa
Morbatah Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang”, Internet, http://digilib.uinsby.ac.id,
diakses pada tanggal 10 Juli 2019.
2
terhadap keberlangsungan pernikahan untuk memenuhi tujuan perjodohan
sebagai sarana untuk melangsungkan kehidupan manusia.
Salah satu daerah yang masih mempertahankan budaya perjodohan
terletak di Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung
Jabung Timur Provinsi jambi. Peristiwa perjodohan yang terjadi sudah ada sejak
zaman dahulu hingga sekarang. Dengan kata lain bahwa perjodohan terjadi secara
turun temurun. Hal ini didasari karena masyarakat mendahara ilir pada umumnya
merupakan masyarakat yang bersuku dan berbudaya terutama suku Bugis. Suku
Bugis ini sudah ada sejak dahulu pada masa penjajahan, Suku Bugis merupakan
suku terbesar yang ada di Mendahara Ilir sehingga perjodohan bukan lagi hal
biasa yang terjadi pada tatanan suku bugis yang sangat kental dengan adat dan
budaya.
Perjodohan dilakukan oleh orang tua untuk anaknya sebagai salah satu
jalan untuk dapat menikahkan anaknya dengan seorang yang menurut mereka
dianggap cocok atau pantas. Namun, pada dasarnya pilihan yang terbaik menurut
orang tua belum tentu tepat menurut anaknya sehingga wajar jika perceraian
kerap kali menjadi pemicu utama setelah perjodohan. Di Kelurahan Mendahara
Ilir sudah sering terjadi perjodohan yang menyebabkan retaknya rumah tangga
hanya demi menyelamatkan dan menghargai suku dan budaya untuk urusan
perjodohan orang tua atau indok-indoklah yang menentukan pasangan yang akan
di jodohkan. Perjodohan yang ada di Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan
Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada umumnya dilakukan oleh
pihak keluarga yang ingin anaknya menikah dengan kerabat dari keluarga atau
satu suku mereka. Artinya keluarga memilih calon menantu yang baik bagi anak
mereka. Di tengah-tengah masyarakat, sikap berhati-hati dalam
mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait dengan pelaksanan perjodohan
adalah wajar, karena perjodohan diharapkan akan berlanjut ke pernikahan dengan
baik dan langgeng seumur hidup.
Pemilihan calon menantu di Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan
Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada lazimnya tidak berdasarkan
kedudukan, akan tetapi budi pekerti serta pekerjaan seseorang sangat menentukan
3
perjodohan dapat terlaksana. Kerabat yang miskin boleh saja ingin memiliki
perempuan calon istrinya dari kerabat yang kaya tetapi pihak lelaki harus mampu
menawarkansesuatu yang cukup menarik, agar menjadi penilaian bagi pihak
perempuan. Demikian pula sebaliknya. Dalam proses perjodohan, keluarga yang
ingin menjodohkan anaknya membicarakan terlebih dahulu apakah dari anak
masing-masing bisa dijodohkan untuk mempererat hubungan kekerabatan.
Setelah kedua keluarga mengetahui kemudian dilanjutkan dengan
memberitahukan kepada si anak apakah ia mau dijodohkan dengan kerabatnya
itu. Jika diantara calon pasangan belum pernah bertemu atau kenal, maka
keluarga laki-laki datang berkunjung ke rumah perempuan dengan tujuan
mempertemukan keduanya untuk saling mengenal.
Adapun tujuan dilakukannya perjodohan tidak lain adalah agar terjadinya
suatu hubungan perkawinan. Dari perkawinan akan timbul hubungan suami isteri
dan kemudian hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya. Timbul pula
hubungan kekeluargaan sedarah dan semenda. Oleh karena itu perkawinan
mempunyai pengaruh yang sangat luas, baik dalam hubungan kekeluargaan pada
khususnya, maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara pada
umumnya, karena perkawinan merupakan titik awal pembentukan keluarga, dan
keluarga merupakan suatu unit terkecil dari suatu bangsa.3
Proses perjodohan pada beberapa kasus terkesan dipaksakan sehingga
menimbulkan persoalan yang konkret, salah satunya yang ada pada masyarakat
Mendahara Ilir. Selain itu, umumnya, perjodohan paksa tidak didasari rasa saling
menyukai dan mencintai. Sehingga sulit untuk memenuhi keluarga yang
harmonis, sejahtera dan bahagia harmonis dalam menjalankan hak dan kewajiban
suami isteri. Meskipun, kalau merujuk pada ajaran Islam, perjodohan ini tidak
melanggar norma yang ada di dalam ajaran Islam.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang perkawinan ditentukan bahwa “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri yang bertujuan membentuk
3Mona Eliza, Pelanggaran Terhadapa UU Perkawinan dan Akibat Hukumnya, (Tangerang
Selatan: Adelina Bersaudara. 2009), hlm. 2
4
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa". Perkawinan merupakan ikatan yang kuat dan sejati, yang
mempersatukan perasaan, menjalin kehidupan bersama, menjadikan kehidupan
suami isteri berjalan harmonis di atas kasih sayang, perkawinan adalah wahana
yang tepat untuk berbagi dan saling melimpahkan kasih sayang dengan segenap
perasaan yang ada di antara kedua pasangan.4
Dalam aspek agama perkawinan tercermin dalam ungkapan bahwa
perkawinan merupakan perkara ang “suci” dengan demikian, perkawinan
menurut Islam merupakan ibadah, yaitu dalam rangka terlaksananya perintah
Allah atas petujuk Rasul-nya.5 Allah swt berfirman dalam QS. Ar-Ruum/30:21.
جل عل ل جا لتلسكنوا إلليهلا ول ن ألنفسكم ألزول للقل للكم م تهۦ ألن خل ايل من ءل ول
ت لقلوم يلتلفلكرون ايل ءل لكل لل ة إن فى ذل حمل رل دة ول ول بلينلكم م
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tenteram
kepadanya dan di antara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tandatanda bagi kaum yang berpikir.(QS.ar
Rum : 21).”
Dari uraian di atas menggambarkan bahwa tujuan dilaksanakannya suatu
perkawinan yaitu untuk menciptakan kehidupan suami isteri yang harmonis dalam
rangka membina keluarga yang sejahtera bahagia sepanjang masa. Setiap
pasangan suami isteri dalam mendambakan agar ikatan lahir batin yang di ikat
dengan akad perkawinan itu semakin kokoh sepanjang hayat di kandung badan.
Rumah tangga bahagia dan kekal adalah dambaan setiap calon suami isteri
untuk mewujudkan kebahagiaan itu tidaklah mudah, mengingat perkawinan
sebagai suatu ikatan yang mempersatukan dua orang yang berbeda dalam banyak
hal seperti jenis kelamin, jenjang pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, dan lain-
lainnya. Hanya dalam mawaddah warohmah perbedaan-perbedaan itu dapat di
4Tim Penyusun,Pedoman Konselor Keluarga Sakinah ( Derektor Jendral Bimbangan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Bagi Departemen Agama RI,2003), hlm. 273 5H.E. Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqk Kontenforer (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008), hlm. 299.
5
satukan, yakni saling pengertian, menghargai dan menjunjung tinggi hak dan
kewajiban.6Maka untuk mewujudkan keluarga yang sakinah mawadah warohmah
antara suami dan istri komunikasi adalah jalan terbaik menyatukan perbedaan-
perbedaan di antara keduanya.
Perkawinan yang dipaksakan oleh orang tua atau kawin paksa akan
berakibat fatal terhadap perkawinan itu sendiri, bahwa pada dasarnya sebuah
perkawinan itu harus berlandaskan suka sama suka, tanpa adanya paksaan dari
pihak manapun. Oleh karena itu, jika sebuah proses perjodohan ini dilaksanakan,
tidak menutup kemungkinan akan berimbas pada proses perceraian atau pelayanan
gugat cerai yang dilakukan oleh pihak suami atau isteri yang dipaksa menikah.7
Hal ini menjadi pemicu utama perceraian karena ketidak cocokan dalam menjalin
rumah tangga, tentunya untuk menjalin bahtera rumah tangga sangatlah
dibutuhkan keharmonisan sehingga membantu mempertahankan kehidupan rumah
tangga ketidak cocokan ini terjadi karena didasari terjadinya perjodohan yang
tidak semua kalangan atau orang-orang menerima karena untuk menghargai
sebuah adat dan meneruskan garis keturunan meskipun hati menolak namun tetap
saja tidak berpengaruh pada adat yang sudah di tentukan sejak turun temurun,
perjodohan yang terjadi tidak sembarangan karena untuk menetukan pilihan
tidaklah semudah membalikkan telapak tangan tentunya ada mahar yang telah di
tetapkan oleh suku bugis yang sama-sama kita ketahui bahwa pernikahan yang
terjadi antara sesama suku bugis sangatlah menghargai seorang wanita dari sisi
dan tingkat pendidikannya baik dari yang menengah kebawah dan menengah
keatas, meskipun demikian perceraian kerap kali terjadi namun tidaklah
mengurangi tingkat perjodohan ini.
Pada kasus perceraian, secara yuridis diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1975 pasal 19 jo Kompilasi Hukum Islam diatur tentang alasan-
alasan perceraian yang dibenarkan oleh hukum di Indonesia. Adapun alasan-
alasan perceraian tersebut adalah:
6Tim Penyusun Pedoman Konseler Keluarga, (Derektor Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam dan Penyelenggaraan Bagi Departemen Agama RI,2003), 220 7Moh Arifin Penyelesaian Perkara Perceraian di Pengadilan Agama Pasca Undang-
Undang no 7 tahun 1989( Jurnal Penelitian Walisongo, Volume XII, Nomor 1 tahun 2004)
6
1. Salah satu pihak berbuat zina atau pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain
sebagainya yang sukar disembuhkan.
2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah ataukarena hal lain di
luarkemampuannya.
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau
hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan beratyang
membahayakan pihaklain.
5. Salah satu pihak cacat badan atau penyakit dengan akibat-akibat tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri.
6. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran serta tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam
rumah tangga.8
Berdasarkan pengaturan di atas, dapat dikatakan bahwa perceraian karena
alasan kawin paksa belum masuk dalam peraturan tersebut tersebut, begitu juga
dalam peraturan hukum yang lain. Dilihat dari fakta sosial masyarakat pada saat
ini, bahwa saat ini ada banyak perkembangan alasan orang melayangkan gugatan
cerai, baik itu pihak laki-laki atau perempuan.9
Konteks alasan perceraian secara sosiologis jauh berbeda dari alasan-
alasan yang diatur dalam peraturan di atas. Menrurt Erna Karim mengatakan
bahwa setidaknya ada lima (5) varian penyebab perceraian; pertama, gagalnya
membangun komunikasi yang baik. Kedua, perselingkuhan dan tidak setia
terhadap pasangan. Ketiga, Kekerasan dalam rumah tangga. Keempat, persoalan
ekonomi. Keempat, pernikahan dini10.
Sebagaimana yang sudah diasumsikan penulis, bahwa alasan perceraian
8Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta:Rieka Cipta,1994),308 9Abdul Kadir Muhammad, Perkembangan beberapa Hukum Keluarga di Beberapa Negara
Eropa,(Bandung:Citra Aditya, 1998), 126 10Ema Karim, Pendekatan Perceraian dari Perspektif Sosiologi, Dalam Ihromi, Bunga
Rampai Sosiologi Keluarga,( Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 1999), 135
7
sangat bervariatif. Setidaknya, persoalan ekonomi dan pernikahan dini tidak
menjadi instrument yuridis yang bisa menjadikan pasangan suami isteri disahkan
perceraiannya oleh hukum, dasar tersebut terjadi adalah salah satu efek dari
perjodohan dalam suatu suku dan budaya yang ada di Kelurahan Mendahara Ilir.
Berdasarkan latar belakang dan pokok pemikiran di atas maka penulis
tertarik melakukan penelitian secara mendalam dan sekaligus menjadikan
pembahasan skripsi dengan judul “Perjodohan Terhadap Pasangan Suami Istri
di Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung
Jabung Timur Provinsi Jambi”.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka Pokok
permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh
perjodohan suku bugis yang terjadi di Kelurahan Mendahara Ilir? Pokok masalah
ini lebih jauh dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Apa latar belakang terjadinya perjodohan pada masyarakat suku Bugis di
Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung
Timur?
2. Bagaimana proses perjodohan pada Suku Bugis di Kelurahan Mendahara Ilir
Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur?
3. Apa dampak yang ditimbulkan adanya Perjodohan di suku Bugis Kelurahan
Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur?
C. BatasanMasalah
Luasnya permasalahan yang akan di bahas apabila berbicara tentang
Perjodohan dan Pengaruh yang terjadi maka penulis membatasi masalah dengan
hanya mengupas masalah perjodohan yang terjadi pada suku Bugis yang ada di
Kelurahan Mendahara Ilir yang sudah menjadi tradisi turun temurun sebagai
pokok pembahasan mengenai perjodohan terhadap pasangan suami istri di
Kelurahan Mendahara Ilir. Hal ini bertujuan agar penelitian ini tidak keluar dari
pokok permasalahan.
8
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui dan menganalisis latar belakang terjadinya perjodohan
pada suku bugis di Kecamatan Mendahara Ilir Kabupaten Tanjung
Jabung Tmur
b. Untuk mengetahui dan menganalisis proses perjodohan pada Suku Bugis
di Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
c. Untuk mengetahui dan menganalisis dampak yang ditimbulkan dengan
adanya Perjodohan di suku Bugis Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan
Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoritis penelitian ini akan menambah khazanah baru terkait
paradigma baru tentang efek adanya perjodohan, karena alasan
perjodohan yang dipaksakan oleh orang tertentu
b. Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi Masyarakat luas, sebagai
bahan atau literatur tambahan tentang alasan- alasan seseorang menggugat
cerai pasangannya. Khususnya, bagi pemangku otoritas (KUA) yang ada di
Kelurahan Mendahara Ilir Kec. Mendahara Kab.Tanjung Jabung Timur.
c. Sebagai kontribusi pemikiran pada dunia akademika secara umum, dan
khususnya, lingkungan UIN Sultan Thaha Saifuddin. Sedikitnya, sebagai
penambah literatur kajian tentang efek perjodohan.
E. Kerangka Teori
1. Pengertian Efek
Efek adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan
pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Efek memiliki arti dalam kelas
nomina atau kata benda sehingga efek dapat menyatakan nama dari
seseorang,tempat,atau semua benda dan segala yang dibendakan.Menurut
9
kamus besar bahasa indonesia (KBBI) Arti dari kata efek itu sendiri ialah
akibat atau pengaruh.11
2. Perjodohan
Perjodohan berasal dari kata Jodoh, Adapun kata jodoh bermakna orang
yang cocok menjadi suami/isteri, pasangan hidup. Sementara perjodohan pada
satu sisi sama halnya dengan kata pemaksaan.12Dalam konteks yang lain,
perjodohan disamakan dengan perkawinan, maka tidak salah apabila secara
istilah, perjodohan sering dimaknai suatu perkawinan yang diatur oleh orang
tua, kerabat dekat, atau orang lain yang dimintai pertimbangan, untuk
berpasangan dengan orang pilihan yang juga sudah ditentukan.13
Hal penting lain, selain pemaknaan etimologis dan terminologis di atas,
adalah pembedaan antara penggunaan istilah ‘pemaksaan perjodohan’ dengan
‘kawin paksa’. Pemaksaan perjodohan, adalah wujud transformasi kultural
yang ada di masyarakat. Sedangkan, kawin paksa tidak selalu didominasi oleh
pengaruh kultural, melainkan juga faktor-faktor lainnya, seperti ekonomi,
politik, dan kepentingan-kepentingan lainnya.
Tujuan yang dicapai dari perjodohan adalah pernikahan yang merupakan
sunnatullah dan merupakan unsur pokok karenanya diperintahkan untuk
menyegerakan menikah dengan maksud yaitu untuk menghidari fitnah dan zina
bagi yang mampu. Salah satu prinsip moral yang paling penting dalam
pandangan Islam adalah perkawinan dan membentuk keluarga.
Firman Allah SWT:
رونومن تذك لعلكم نازو جي ءخلق ش ٤٩ك
Artinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya
kamu mengingat kebesaran Allah”. (QS. Adz-Dzariyat, 51:49)
11Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi
Revisi, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm. 48 12Http//kbbi.web.id/jodoh 13Tamar Djaja, Tuntunan Perkawinan dan Rumah Tangga Islam 2,( Bandung: Al-Ma’arif,
1982), 3.
10
Pada dasarnya pengertian perjodohan kurang lebih sama saja pada daerah
lainnya yaitu jenis ikatan pernikahan dimana pengantin pria dan wanitanya
dipilihkan oleh pihak ketiga bukan oleh satu sama lain, biasanya dibentuk oleh
orang tua, kerabat dekat, teman atau pihak ketiga lainnya yang terpercaya.
Perjodohan menurut Saleh selaku Lurah Mendahara Ilir adalah suatu
Proses pencarian atau penunjukan pasangan suami istri yang dilakukan oleh
orang tua untuk anaknya yang mereka anggap benar-benar cocok untuk sang
anak dan memenuhi syarat untuk keluarga besarnya.14
Selanjutnya Menurut Pung aho selaku pemangku adat di Kelurahan
Mendahara Ilir mengatakan bahwa “pengertian perjodohan adalah pencarian
pasanganuntuk pernikahan bagi pihak laki-laki dan perempuan yang dilakukan
oleh orang lain atau dengan kata lain dicarikan oleh pihak ketiga”.15
Pengertian perjodohan dapat dikatakan seseorang yang dinikahkan bukan
dengan pilihannya sendiri tapi dipilihkan oleh orang lain yang dianggap dekat
dan terpercaya.Dari pengertian yang dikemukakan diatas dan hasil observasi
ulang yang dilakukan peneliti dengan turun langsung dilapangan dan ditambah
dari bahanbacaan dari internet, dapat disimpulkan bahwa perjodohan adalah
pencarian pesangan baik laki-laki maupun perempuan yang tidak dilakukannya
sendiri namun dilakukan oleh pihak ketiga, seperti orang tua, kerabart dekat,
tetangga, pemuka agama, dan lainya yang dianggap dekat dan terpercaya.
Demikian pula pengaruh keluarga sangat penting bagi kehidupan sosial,
bukan saja sebagai wadah hubungan suami istri atau anak-anak maupun orang
tua, juga sebagai rangkaian tali hubungan antara jaringan sosial, anggota-
anggota keluarga serta jaringan yang lebih besar lagi, yaitu masyarakat.
Firman Allah SWT:
14Wawancara kepada Saleh. Lurah Kelurahan Mendahara Ilir, tanggal 18 April 2019 15Wawancara Kepada Pung Aho, Pemangku Adat Kelurahan Mendahara Ilir, tanggal 20
April 2019
11
ها يأ ٱلناسي ٱتقوا يربكم من هاٱل وخلق وحدة س نف ن م خلقكم
و ونسا ء كثيرا رجال من هما وبث زو جها ٱتقوا يٱلل بهٱل ۦتسا ءلونو ر حام
ٱل إن رٱلل ١قيباكنعلي كم Artinya : “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu”. (QS. An-Nisa’, 4:1)
Oleh karena itu, masyarakat juga menaruh perhatian pada perpaduan
suatu keluarga yang akan menikah dihubungkan dengan jaringan-jaringan lain
yang lebih jauh, terkait, kedua keluarga itu mempunyai kedudukan dalam
sistem pelapisan yang semuanya tergantung pada siapa, perkawinan keduanya
adalah petunjuk terbaik bahwa garis keturunan kelurga yang satu akan
memandang yang lainnya, secara sosial dan ekonomi.
3. Pasangan Suami/ Istri
Suami berarti pria yang menjadi pasangan suami istri hidup resmi
seorang wanita,16 istri berarti wanita (perempuan) yangtelah nikah atau yang
bersuami. Maka pasangan suami istri yang dimaksud di sini adalah terdir dari
dua orang yaitu laki-laki dan perempuan sebagai sebuah pasangan suami istri
yang diawali suatu aqad yaitu pernikahan. Pernikahan ialah ikatan lahir batin
antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan yang maha esa.17
16Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), 860. 17Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan, 11
12
4. Teori Jaringan Sosial
Menurut Damsar mengatakan bahwa “Jaringan sosial merupakan
hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu
kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-
hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun bentuk
informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan
koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat
resiprosikal”.18
Teori jaringan sosial berangkat dari pengkajian atas variasi bagaimana
perilaku individu berkumpul (aggregate) menjadi perilaku kolektif. Dalam hal
ini analisis jaringan sosial lebih ingin mempelajari keteraturan individu atau
kelompok berperilaku ketimbang keteraturan keyakinan tentang bagaimana
mereka seharusnya berperilaku.19
Analisis jaringan sosial memulai dengan gagasan sederhana namun
sangat kuat, bahwa usaha utama dalam kajian sosiologis adalah mempelajari
struktur sosial dalam menganalisis pola ikatan yang menghubungkan anggota-
anggota kelompoknya.
Menurut Wellman yang dikutip dari damsar, dalam teori jaringan sosial
terdapat sekumpulan prinsip-prinsip yang berkaitan logis, yaitu sebagai
berikut:
1. Ikatan antara aktor biasanya adalah simetris baik dalam kadar maupun
intensitasnya. Aktor saling memasok dengan sesuatu yang berbeda dan
mereka berbuat demikian dengan intensitas yang semakin besar atau
semakin kecil.
2. Ikatan antar individu harus dianalisis dalam konteks struktur jaringan lebih
luas.
3. Terstrukturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan non-acak.
Disatu pihak, jaringan adalah transitif: bila ada ikatan antara A dan B dan C,
18Damsar, Pengantar Sosiologi, Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2011), 157 19Wafa, Ali. 2006. Urgensi Keberadaan Social Capital dalam Kelompok-Kelompok Sosial.
Masyarakat (Jakarta: Universitas Indonesia, Vol 1. No. 12, 2006)
13
ada kemungkinan adanya jaringan yang meliputi A dan C. Akibatnya adalah
bahwa lebih besar kemungkinan adanya jaringan yang meliputi A, B, dan C.
4. Adanya kelompok jaringan yang menyebabkan terciptanya hubungan silang
antara kelompok jaringan maupun antara individu.
5. Ada ikatan asimetris antara unsur-unsur di dalam sebuah sistem jaringan
dengan akibat bahwa sumber daya yang terbatas akan terdistribusikan secara
tidak merata
6. Dengan adanya distribusi yang timpang dari sumber daya yang terbatas
menimbulkan baik itu kerja sama maupun kompitisi. Beberapa kelompok
akan bergabung untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas itu dengan
kerja sama, sedangkan kelompok lain bersaing dan memperebutkannya.20
Adanya jaringan sosial juga tidak dapat dilepaskan dari adanya kelas
sosial. Menurut Karl Max bahwa Teori Kelas merupakan teori yang
berdasarkan pemikiran bahwa: “sejarah dari segala bentuk masyarakat dari
dahulu hingga sekarang adalah sejarah pertikaian anatara golongan”. Analisa
Marx mengemukakan bagaiamana hubungan antar manusia terjadi dilihat dari
hubungan antara posisi masing-masing terhadap sarana-sarana Produksi, yaitu
dilihat dari usaha yang berbeda dalam memanfaatkan sumber-sumber daya
yang langka. Perbedaan atas sarana tidak selalu menjadi sebab pertikaian antar
golongan. Marx Beranggapan bahwa posisi didalam struktur yang seperti ini
selallu mendorong mereka untuk melakukan tindakan yang bertujuan untuk
memperbaiki nasib mereka. Marx beranggapan bahwa meskipun gejala-gejala
historis adalah hasil dari mempengaruhi berbagai komponen.21
Kelas sosial atau golongan sosial merujuk pada stratifikasi
(penggolongan) anatara insan atau kelompok manusia dalam masyarakat atau
budaya. Berdasarkan karakteristik stratifikasi sosial, dapat ditemukan beberapa
pembagian kelas atau golongan dalam masyarakat.22
20Damsar, Op. Cit, 162 21 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), hlm. 64 22https://rockypermata.wordpress.com, diakses pada tanggal 11 Juli 2019
14
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang
oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah
sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-
upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-
prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganilisis
data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke umum, dan
menafsirkan makna data.23
Dalam konteks penelitian ini, pendekatan penelitian tersebut di atas, akan
penulis gunakan untuk mendeskripsikan kerangka persepsional yang terjadi di
dalam masyarakat, khususnya di Kelurahan Mendahara Ilir, Kec. Mendahara,
Kab. Tanjung Jabung Timur. Selanjutnya, penulis akan menggali sejauh mana
pemahaman para tokoh masyarakat dan pemangku otoritas struktural terhadap
fenomena pemaksaan perjodohan yang terjadi di Kelurahan Mendahara Ilir,
Kec. Mendahara, Kab. Tanjung Jabung Timur.
2. Fokus Penelitian
Untuk mempertajam penelitian kualitatif. Fokus merupakan domain
tunggal atau beberapa domain yang terikat sesuai situasi sosial. Penentuan
fokus didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari
situasi sosial (lapangan). Maka penelitian ini akan di fokuskan terhadap efek
perjodohan terhadap pasangan suami istri di Kelurahan Mendahara Ilir
Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi
mengenai latar belakang perjodohan, proses perjodohan dan efek perjodohan
terhadap pasangan suami istri.
3. Teknik Penentuan Informan
Dalam peneltian ini, penulis menentukan informan kunci dalam suatu
penelitian, menentukan individu ataupun kelompok untuk menjadi subjek
23John W. Creswell, Rerearch Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif dan
Campuran, Edisi ke-4, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), 4-5
15
dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling.
Dalam penelitian ini penentuan orang yang menjadi sumber data dilakukan
dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu berdasarkan keterlibatan
(keterkaitan) seseorang (informan) dengan objek penelitian yang akan diteliti.
Maksud dari penentuan informan adalah untuk menjaring sebanyak mungkin
informasi dari berbagai macam sumber yang tujuannya untuk merinci
kekhususan yang ada.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penjelasan tentang peran peneliti akan turut menentukan penjelasan
tentang masalah-masalah yang mungkin muncul dalam proses pengumpulan
data. Langkah-langkah pengumpulan data meliputi usaha membatasi
penelitian, mengumpulkan informasi melalui :24
a. Observasi
Observasi kualitatif (qualitative observation) adalah ketika peneliti
langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas
individu-individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti
merekam/mencatat baik dengan cara terstruktur maupun semistruktur
(misalnya, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang memang ingin di
ketahui oleh peneliti) aktivitas-aktivitas di lokasi penelitian.25
Pada observasi, peneliti melakukan observasi dalam bentuk
pengamatan yang dilakukan secara tefokus pada kebutuhan masalah, penulis
akan meneliti dengan tidak ikut serta dlaam kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat yang sedang diteliti. Akan tetapi hanya mengamati situasi dan
keadaan masyarakat yang sedang diteliti serta mengambil data sesuai
dengan kebutuhan peneliti
b. Wawancara
Wawancara kualitatif (qualitative interview), peneliti dapat melakukan
face-to-face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan,
mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group
24 Ibid, hal 253 25Ibid, hal. 254
16
interview (wawancara dalam kelompok tertentu). Wawancara seperti ini
tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak
terstruktur dan bersifat terbuka yang dirancang untuk memunculkan
pandangan dan opini dari para partisipan.26
Pada tahap sebelumnya yakni observasi, peneliti telah menemukan
titik terang untuk langkah penelitian selanjutnya. Tahap wawancara diyakini
dapat memperkuat data penelitian yang bersumber dari argument atau opini
para partisipan, sehingga nantinya diperoleh hasil-hasil pemecahan masalah
yang peneliti hendak angkat.
c. Pengumpulan Dokumen
Selama proses penelitian, peneliti juga bisa mengumpulkan dokumen-
dokumen kualitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik (misalnya
Koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (misalnya buku
harian, diari, surat, dan e-mail).27 Dan juga dengan mendokumentasikan
hasil wawancara dengan narasumber serta catatan dari hasil observasi
penulis di lapangan. Oleh karena itu dalam penelitian ini diperlukan alat
atau istrumen yang membantu dalam pengambilan data-data dokumen
seperti gambar, peta, struktur organisasi, foto, catatan-catatan dan
sebagainya.
5. Teknik Analisis Data
Pembahasan metode dalam penelitian kualitatif perlu juga memerinci
langkah-langkah dalam menganalisis berbagai bentuk data kualitatif. Pada
umumnya dimaksudkan untuk memaknai data yang berupa teks atau gambar.
Usaha ini melibatkan segmentasi dan memilah-milah data serta menyusunnya
kembali.28
Adapun beberapa poin dalam menganalisis data sebagai berikut:
a. Pengumpulan data
Analisi data dalam penelitian kualitatif akan berlangsung bersamaan
26Ibid 27Ibid, hal. 255 28Ibid, hal. 260
17
dengan bagian-bagian lain dari pengembangan penelitian kualitatif, yaitu
pengumpulan data dan penulisan temuan.29
b. Memisahkan data
Langkah selanjutnya adalah dengan memisahkan data, yaitu suatu
proses yang memfokuskan pada sebagian data dan mengabaikan bagian-
bagian lainnya yang bertujuan untuk menggabungkan data menjadi tema.30
c. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapakan adalah
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada atau berupa gambaran
suatu obyek yang sebelumnya masih kurang jelas sehingga setelah diteliti
menjadi jelas. Setelah semua data dianggap cukup, penulis mulai melihat
hubungan-hubungan antara tema atau fenomena secara konstektualisasi
antara tujuan dan target penulisan dengan berbagai macam temuan nyata
atau riil yang ada dilapangan.
G. Keabsahan Data
Dalam Penelitian kualitatif, subjektivitas peneliti merupakan hal yang
dominan, alat penelitian yang diandalkan adalah wawacara dan observasi
mengandung kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol
serta sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil
akurasi penelitian. Oleh karena itu dibutuhkan mekanisme Triangulasi.
Mentriangulasi (triangulate) sumber data informasi yang berbeda dengan
memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber tersebut dan menggunakannya
untuk membangung justifikasi tema-tema secara koheren.31 Tipe triangulasi data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yang menggali
kebenaran informasi tertentu melalui berbagai sumber data.
29Ibid
30Ibid, hal. 261 31Ibid. hal. 269
18
H. Studi Relevan
Dalam penelitian ini penulis akan mencantumkan studi relevan yang
berkaitan dengan efek perjodohan terhadap pasangan suami istri, diantaranya
adalah “Pengaruh Pernikahan Yang Dipaksa Orang Tua Terhadap Keharmonisan
Rumah Tangga Ditinjau Dari Hukum Islam” yang ditulis oleh Sueddin Siregar
pada Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syariah Dan Ilmu Hukum
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada tahun 2015. Dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa keadaan rumah tangga yang menikah apabila
didasiri rasa cinta dan sayang maka pernikahan tersebut akan mendapatkan
keharmonisan keluarga dan terwujudnya keluarga yang sakinah mawaddah
warahma, sebaliknya apabila pernikahan didasari atas paksaan karean faktor adat
istiadat sehingga tidak adanya rasa cita dan kasih sayang maka akan
mengakibatkan ketidakcocokan dan pernikahan tersebut besar kemungkinan akan
berakhir dengan perceraian yang biasanya pula disebabkan karena faktor lain
seperti faktor ekonomi dan perbedaa usia. Adapun dampak lain dalam hubungan
keluarga yang pernikahan tersebut karena paksaan maka akan berdampak bagi
ketidak harmonisan rumah tangga.32
Selanjutnya penelitan yang berjudul “Dampak Perjodohan Pilihan Orang
Tua Di Gampong Geulanggang Gajah Kecamatan Darul Makmur Kabupaten
Nagan Raya”, yang ditulis oleh Zulbaidah pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Teuku Umar, Aceh Barat pada tahun 2014. Dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa beberapa dampak yang dirasakan oleh
pasangan akibat perjodohan dan pertimbangan orang tua dalam menentukan
pilihan jodoh anak, antara lain dalam menentukan pilihan jodoh, merasa dipaksa,
terganggu akibat perjodohan seperti tidak dapat mencari ilmu melanjutkan
pendidikan ke jenjang lebih tinggi, timbulnya serangkaian masalah setelah
menikah dengan dilatarbelakangi berbagai permasalahan dan adanya pertengkaran
bahkan kekerasan dalam rumah tangga yang bahkan berujung pada perceraian.
32Sueddin Siregar, Pengaruh Pernikahan Yang Dipaksa Orang Tua Terhadap
Keharmonisan Rumah Tangga Ditinjau Dari Hukum Islam, (Riau: UIN Sultan Syarif Kasim,
2015)
19
Sementara lain adapun pertimbangan orang tua dalam perjodohan karena silsilah
mempunyai peranan yang sangat penting agar tercipta hubungan silaturahmi yang
lebih baik serta nilai-nilai dan tradisi dalam keluarga tidak akan hilang, beban
ekonomi menjadi pertimbangan orang tua yang hidup dibawah garis kemiskinan,
banyaknya jumlah tanggungan keluarga sehingga menjadi beban bagi kedua orang
tua, dan status sosial memegang peranan penting dalam masyarakat, karena orang
yang sudah memiliki pekerjaan menjadi tolak ukur bahwa seseorang akan mampu
bertanggung jawab ketika sudah menikah nanti dan sekaligus dapat menaikkan
martabat keluarga dengan status yang disandang. Takut terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan melihat perkembangan pergaulan remaja saat ini menimbulkan
kerisauan bagi sebagian orang tua, dan selanjutnya adalah sikap dan tingkah laku
calon hampir semua orang tua ingin mendapatkan menantu yang ideal, sikap dan
tingkah laku yang sopan adalah pertimbangan yang paling utama, walaupun
terkadang sikap dan tingkah laku bisa saja berubah.33
Selanjutnya penelitian yang berjudul “Tradisi Perjodohan Dalam
Komunitas Pesantren (Studi Pada Keluarga Kyai Pondok Buntet Pesantren)”
yang ditulis oleh Dedi Muhadi pada Program Studi Hukum Keluarga( Ahwal
Syakhsiyyah ) Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
tradisi perjodohan yang dilakukan oleh keluarga pesantren dilatarbelakangi karena
untuk menjaga nasab atau keturunan, doktrin untuk taat dan patuh terhadap orang
tua sangat ditekankan dalam keluarga pesantren. Dalam artian, seorang anak tidak
dapat membantah apa yang telah diperintahkan orang tuanya kepada anaknya
serta Rata-rata yang telah dijodohkan orang tuanya atau kyai Buntet Pesantren
menjalin rumah tangga yang harmonis, dan dapat dikatakan sakinah, mawadah
warahmah, karena apabila perjodohan dikemas dengan baik dan demokratis, maka
akan mencapai cita-cita sebuah perkawinan, yaitu perkawinan yang sakinah,
mawadah warahmah dan terciptanya hubungan suami istri yang baik, rukun dalam
menjalani rumah tangga dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dalam
33Zulbaidah, Dampak Perjodohan Pilihan Orang Tua Di Gampong Geulanggang Gajah
Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya (Aceh Barat: Universitas Teuku Umar, 2014)
20
perkawinan yang dapat berujung pada perceraian.34
Berdasarkan pada penelitian-penelitian terdahulu diatas, maka penulis
menyimpulkan bahwa penelitian ini adalah pengembangan dari berbagai sudut
pandang (paradigma), melihat fenomena perjodohan dalam pernikahan, namun
karya-karya di atas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis saat
ini, karena peneliti saat ini adalah mengkaji tentang latar belakang terjadinya
perjodohan pada suku bugis, proses perjodohan pada Suku Bugis dan efek yang
ditimbulkan dengan adanya Perjodohan di suku Bugis Kelurahan Mendahara Ilir
Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur mengingat bahwa
perjodohan merupakan tradisi adat Suku Bugis yang masih dipertahankan salah
satunya di Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
34Dedi Muhadi, Tradisi Perjodohan Dalam Komunitas Pesantren (Studi Pada Keluarga
Kyai Pondok Buntet Pesantren), (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2015)
21
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kelurahan Mendahara Ilir
Nama Kelurahan Mendahara Ilir diambil dari nama suatu kejadian di
sungai berukuran sedang yang mengatur dari arah Timur ke arah Barat, membelah
Kelurahan Mendahara Ilir menjadi dua bagian, yaitu bagian utara atau disebut
oleh masyarakat setempat hulu. Sungai ini bernama sungai tembikar.Pemukiman
penduduk Keluruhan pertama kali adalah para pendatang dari pulau malaka
ss(melayu timur) sekitar tahun 1950, tepatnya dimuara sungai tembikar kelompok
pendatang ini kemudian mendirikan pemukiman disungai dan beberapa tahun
kemudian diikuti dengan kelompok keluarga dari suku cina, baik yang langsung
dari pulau Sulawesi, Kalimantan, Jawa, Padang, Medan, Melayu Jambi, maupun
suku lainnya telah berdomisili di Kelurahan Mendahara Ilir.35
Maksud kedatangan penduduk ke kelurahan ini pertama kali adalah
sebagai nelayan yang memerlukan lokasi tempat berlabuh bagi kapal yang mereka
gunakan sebagai sarana menangkap ikan. Pada saat menetap ini untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarga akan beras, kemudian mereka memulai mengolah lahan
pertanian dan perkebunan. Hasilnya cukup baik dan berkembang. Perkembangan
penduduk Kelurahan Mendahara Ilir mengalami arus turun naik dari periode ke
periode seperti tahun 1970 dan tahun-tahun berikutnya mengalami peningkatan
sampai saat sekarang.36
Sesuai perkembangan sistem administrasi pemerintahan di Indonesia,
sebutan desa sewaktu berdiri adalah kampong yang dikepalai oleh seseorang yang
disebut dengan kepala kampung atau yang lebih populer disebut dengan panggilan
datuk penghulu. Setelah diberlakukan undang-undang no 5 tahun 1979 tentang
pemerintahan desa, maka pada tahun 1980 sebutan kampong berubah menjadi
desa yang dikepalai oleh seseorang yang disebut dengan kepala desa, namun
35Kaur Pemerintahan Kelurahan Mendahara Ilir 36Kaur Pemerintahan Kelurahan Mendahara Ilir
21
22
setelah terjadinya perubahan dari kepala desa kekelurahan pada tahun 2008
sampai sekarang masih dipimpin oleh kelurahan.
Sejak berdirinya desa sampai sekarang telah tercatat 4 orang pemimpin
desa dan 3 kepala kelurahan seperti disajikan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perkembangan Kepemimpinan Kelurahan Mendahara Ilir37
No Nama Tahun menjabat Sebutan
1 Daroel Abdullah 1956-1963 Datuk Penghulu
2 H. Baharudin Daroel 1963-1980 Kepala Desa
3 MS.H.Muhammad Mutu 1980-2004 Kepala Desa
4 Drs. Jafri 2004-2008 Kepala Desa
5 Muhammad Ridwan 2008-2010 Lurah
6 Ahmad yani 2010-2012 Lurah
7 Ssaleh 22012-Hingga sekarang Llurah
Pemimpin pertama desa secara administrasi pada tahun 1963
dipimpin dengan kepala desa Baharuddin Daroel dengan masa jabatan 17 tahun
dan dilanjutkan oleh dua orang pemimpin dengan sebutan yang sama dan
selanjutnya Pada tahun 2008 sesuai dengan perkembangan peraturan tentang
pemerintahan kelurahan,diangkatlah seorang kepala kelurahan sampai sekarang.
Kelurahan Mendahara Ilir selain dipimpin oleh seorang Lurah yang
didampingi oleh Sekretaris Lurah dalam menjalankan tugasnya, Lurah juga
dibantu oleh beberapa kepala seksi, 6 (enam) Rukun Warga (RW) dan 34 (tiga
puluh empat) Rukun Tetangga (RT).
37Observasi di Kantor Camat Mendahara Tahun 2018
23
B. Visi Dan Misi Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
1. Visi
Mewujudkan kelurahan teladan dalam pelayanan kepada masyarakat,
tertib administrasi, kegotong royongan, kekeluargaan, kemandirian serta
beriman dan bertaqwa untuk mencapai masyarakat yang sejahtera lahir batin
dengan berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945.38
2. Misi
Visi berada diatas misi, kemudian dijabarkan kembali dalam misi agar
dapat dilaksanakan atau dikerjakan. Sebagaimana penyusunan visi, misi pun
dalam penyusunannya menggunakan pertimbangan-pertimbangan potensi dan
kebutuhan masyarakat dan kelurahan. Sesuai dengan proses yang dilakukan
maka misi kelurahan Mendahara Ilir adalah:
a) Mengoptimalkan pemberdayaan sumber daya manusia
b) Meningkatkan pelayanan masyarakat.
c) Menertibkan administrasi kependudukan.
d) Meningkatkan kemampuan perangkat kerja atau aparat pemerintahan
kelurahan.
e) Meningkatkan volume dan kekuatan produksi masyarakat di bidang
perkebunan, nelayan, pasar tradisional, usaha kecil dan kerajinan.
f) Kepemimpinan dan keterbukaan dalam pengelolaan sumber daya secara
efektif dan efesien.
g) Adil dan merata dalam upaya penyaluran dan penetapan hak dan kewajiban
warga.
h) Menjalankan dengan sungguh-sungguh program yang diberikan kepada
kelurahan dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dengan
penuh tanggung jawab.39
38Observasi di Kantor Kelurahan mendahara Ilir Tahun 2018 39Observasi di Kantor Kelurahan mendahara Ilir Tahun 2018
24
C. Kondisi Desa
Tabel 2.2 Prasarana Umum Yang Ada Di Kelurahan Mendahara Ilir
Mendahara Ilir Tahun 201840
Jenis Prasarana Volume (Km/Unit) Kondisi
Jalan Kabupaten/Aspal 250 km Rusak
Jalan Antar Desa 1 unit/2 km Rusak
Jembatan Desa/Beton 2 unit Baik
Angkutan Darat,
Terminal
8 unit Rusak
Pelabuhan Kapal 12 unit Baik
Transportasi Sungai 60 unit Baik
Kantor Pos Pembantu 1 unit Baik
Playgroup 3 unit Baik
Taman Kanak- Kanak 3 unit Baik
Gedung SD 5 unit Baik
SMP Sederajat 2 unit Baik
SMA Sederajat 2 unit Baik
Masjid 10 unit Baik
Kantor Desa 1 Unit Sedang
Puskesmas 2 Unit Sedang
Poliklinik 2 Unit Sedang
Posyandu 5 Unit Baik
Gudang Penyimpanan
Obat
1 Unit Baik
Kantor Praktek Dokter 1 Unit Sedang
Lapangan Bola 1 Unit Sedang
Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa prasarana umum yang
ada di kelurahan mendahara ilir masih bisa dikatakan kurang memadai dengan
jumlah penduduk yang sangat banyak, +6.786 jiwa. sehingga kesejahterannya
pun berkurang bagi masyarakat. namun disisi sarana pendidikan sudah cukup
memadai, dilihat dari tabel dengan jumlah dan kondisi bangunan sekolah yang
cukup baik.
40Observasi di Kantor Kelurahan mendahara Ilir Tahun 2018
25
D. Keadaan geografis Kelurahan Mendahara Ilir
Kelurahan Mendahara Ilir terletak dipesisir pantai timur provinsi Jambi,
secara geografis Kelurahan ini berada pada muara sungai batang hari (Mendahara
Ilir) dengan koordinat geografis 10 40 230’ 8” BT-10 40 270’ 25” BT dan antara
101 60’ 54” LS-10 210’ 56” LS, dan luas wilayah 10.540 ha.41
Kelurahan Mendahara Ilir mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sinar Kalimantan
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lagan Ilir
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Selat berhala
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sungai Tawar
Sebagai Kelurahan yang terletak dipesisir selat berhala dan laut yang
berbatasan dengan kepulauan riau maka kelurahan ini memiliki pantai yang
berlumpur sehingga menjadikan kelurahan ini layak menjadi salah satu kelurahan
yang menjadi konservasi hutan bakau dan cagar alam. Tujuan wisata alam yang
memiliki karakteristik spesifik dan menarik.
E. Demografi Kelurahan Mendahara Ilir
Jumlah penduduk yang besar biasa menjadi modal dasar pembangunan
sekaligus bisa menjadi beban pembangunan, jumlah penduduk Kelurahan
Mendahara Ilir data tahun 2018 adalah 6.786 jiwa dengan jumlah kepala keluarga
2.067 kk. Agar dapat menjadi dasar pembangunan maka jumlah penduduk yang
besar harus disertai kualitas SDM yang tinggi. Penanganan kependudukan sangat
penting sehingga potensi yang dimiliki mampu menjadi pendorong dalam
pembangunan, khususnya pembangunan Kelurahan Mendahara Ilir. Berkaitan
dengan kependudukan, aspek yang penting antara lain perkembangan jumlah
penduduk,kepadatan dan persebaran serta strukturnya.42
41Kaur Pemerintahan Kelurahan Mendahara Ilir Tahun 2018 42Kaur Pemerintahan Kelurahan Mendahara Ilir Tahun 2018
26
Tabel 2.3 Jumlah penduduk Kelurahan Mendahara Ilir43
NO Jenis Kelamin Keterangan
1 Laki-laki 3.327 Jiwa
2 Perempuan 3.459 Jiwa
Jumlah 6.786 Jiwa
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kelurahan
Mendahara Ilir secara keseluruhannya mencapai 6.786 jiwa yang terdiri dari kaum
laki-laki jumlah 3.327 jiwa dan kaum perempuan dengan jumlah 3.459 jiwa.
Jumlah penduduk kelurahan Mendahara Ilir dalam hal ini cenderung meningkat
karena tingkat kelahiran lebih besar dari pada kematian serta penduduk yang
masuk lebih besar dari penduduk yang keluar.
F. Kondisi Sosial Budaya
Masyarakat kelurahan Mendahara Ilir merupakan masyarakat yang
heterogen, yang terdiri dari berbagai macam suku pendatang. Meskipun demikian
mayoritas penduduk kelurahan Mendahara Ilir didominasi oleh suku melayu.
Agama mayoritas di kelurahan Mendahara Ilir adalah Islam. Dengan demikian,
Islam sangat berpengaruh terhadap kebudayaan masyarakat di Kelurahan
Mendahara Ilir.
Kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan terus berkembang di
Kelurahan Mendahara Ilir, hal ini dapat dilihat dari banyaknya generasi muda
yang sudah melanjutkan pendidikannya sampai ke tingkat S1, bila dibandingkan
dengan keadaan sebelumnya dimana angka putus sekolah di kelurahan Mendahara
Ilir cukup tinggi, para orang tua tidak mau menyekolahkan anaknya, berfikir
hanya untuk mencari uang sehingga dari kecil anak-anak sudah diajarkan mencari
uang sampai-sampai mengabaikan pendidikannya. Dengan kemajuan dan
perkembangan zaman, kesadaran akan pentingnya pendidikan telah di fahami oleh
sebagian besar masyarakat kelurahan Mendahara Ilir. Sehingga sekarang ini
mayoritas anak-anak Mendahara Ilir telah mengenyam pendidikan minimal
43Observasi di Kantor Kelurahan mendahara Ilir Tahun 2018
27
sampai kepada tingkat SLTA bahkan sudah banyak yang sampai strata satu.
Meskipun banyak berdiri lembaga pendidikan umum, namun pengetahuan
keagamaan tetap diajarkan oleh masyarakat kepada anak-anaknya, baik itu di
rumah maupun di tempat-tempat ibadah yang dibimbing oleh para ulama dan
tokoh agama setempat.
G. Sistem Mata Pencaharian
Dinamika masyarakat Kelurahan Mendahara Ilir juga dapat dilihat dari
sektor mata pencaharian. Meskipun tidak banyak yang bekerja sebagai pegawai
negeri sipil, namun tanggung jawab mereka terhadap perekonomian sangat baik.
Hal ini dapat dilihat dari keberagaman corak mata pencaharian masyarakat
Kelurahan Mendahara Ilir. Berikut data jumlah penduduk menurut mata
pencaharian masyarakat Kelurahan Mendahara Ilir.44
Tabel 2.4 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Mendahara Ilir45
NO PEKERJAAN JUMLAH
1 Karyawan 87 Orang
2 Tani 898 Orang
3 Buruh Tani 148 Orang
4 Pertukangan 60 Orang
5 Pensiunan 96 Orang
6 Nelayan 150 Orang
Persentase jumlah penduduk yang bekerja sebagai karyawan tergolong
sedikit, hal ini diakibatkan oleh sumber daya manusia yang tersedia masih sangat
minim. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih kurang,
meskipun pemerintah sering memberikan penyuluhan di berbagai instansi yang
ada di Kelurahan Mendahara Ilir. Meskipun tingkat pendidikan masih minim,
namun kesadaran beragama pada masyarakat Kelurahan Mendahara Ilir dapat
dikatakan baik.
44Observasi di Kantor Kelurahan mendahara Ilir Tahun 2018 45Observasi di Kantor Kelurahan mendahara Ilir Tahun 2018
28
Pendidikan masyarakat tidak hanya dibatasi dengan pendidikan formal,
tetapi juga ditambah dengan pendidikan non formal terutama di tempat-tempat
ibadah atau pengajian. Berbeda dengan masyarakat kota, dimana pendidikan non
formalnya lebih kepada ilmu pengetahuan umum bukan ilmu agama.
H. Struktur Organisasi Pemerintah Kelurahan
Adapun Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Mendahara Ilir
Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada tahun 2018
sebagai berikut:
Tabel 2.5 Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Mendahara Ilir
Lurah
Saleh
Dalam wilayah Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara
Kabupaten Tanjung Jabung Timur terdiri dari 9 (Sembilan) Rukun Warga (RW),
yaitu:
1. RW 01, ketua RW: Bahtiar Alam
2. RW 02, ketua RW: Badahang Cora
3. RW 03, ketua RW: Muhammad Amin
4. RW 04, ketua RW: Amin Medan
5. RW 05, ketua RW: Muhammad Aras
6. RW 06, ketua RW: Kasori
Sekretaris
Indra Gunawan
Pelaksana Team
Lapangan
Aripin
Siti Rabiah
Kaur Pemerintahan
Lili Hariyanti
Kaur Pembangunan
Andry Saputra
Kaur Umum
Sulastri
29
BAB III
LATAR BELAKANG TERJADINYA PERJODOHAN PADA
MASYARAKAT SUKU BUGIS DI KELURAHAN MENDAHARA
ILIR KECAMATAN MENDAHARA KABUPATEN
TANJUNG JABUNG TIMUR
Perjodohan merupakan suatu proses penunjukan calon mempelai laki-laki
ataupun perempuan yang biasanya dilakukan oleh orang tua, keluarga, ataupun
kerabat. Meskipun diketahui bahwa persoalan jodoh itu ditangan Tuhan karena
sudah merupakan takdir yang hanya Allah SWT yang tahu siapa pasangan yang
telah ditakdirkannya, manusia hanya bisa berusaha namun Allah SWT yang
penentu segalanya.
Sebagai hasil akhir dari perjodohan adalah sebuah pernikahan yang
merupakan sunnatullah, karenanya diperintahkan untuk menyegerakan menikah
dengan maksud untuk menghidari fitnah dan zina bagi yang mampu. Salah satu
prinsip moral yang paling penting dalam pandangan Islam adalah perkawinan dan
membentuk keluarga yang harmonis dalam bingkai sakinah mawaddah dan
warahmah.
Adapun latar belakang terjadinya perjodohan pada masyarakat suku Bugis
di Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung
Timur disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor Adat/Budaya
Perjodohan yang biasa terjadi dan merupakan bagian dari adat istiadat
suatu suku bertujuan untuk melangsungkan pernikahan serumpun atau sesama
kerabat sesuku mereka. Salah satunya pada suku bugis sebagai suku mayoritas
29
30
di Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, bahwa sudah merupakan kebiasan sebelum menikahkan
anaknya dengan orang lain para orang tua terlebih dahulu melihat keluarga
yang cocok untuk anaknya, dimana hal ini sudah berlangsung sejak dulu dan
sudah merupakam tradisi pada masyarakat Suku Bugis di Kelurahan
Mendahara Ilir secara turun-temurun sampai saat sekarang ini.
Sebagaimana disampaikan oleh Abdullah, selaku Pemangku Adat suku
bugis di Kecamatan Mendahara bahwa “Perjodohan sesama suku bugis sudah ada
dan sebagian besar masyarakat masih melakukan dan mempertahankannya
dimana perjodohan untuk tujuan pernikahan itu sendiri dilakukan dengan
kemauan kedua belah pihak meski awalnya ada perdebatan dan pertentangan,
namun itu semua hanya untuk mencari jalan terbaik untuk keduanya, jadi meraka
berhak menentukan sendiri pernikahan mereka memilih untuk bersama atau tidak
apalagi membahas persoalan pernikahan haruslah ada keiklasan untuk
menjalaninya bukan karena dipaksa untuk menikah meski dengan keluarga
sendiri”.46
Salah satu kebiasaan yang masih di pertahankan orang bugis adalah
komitmen mempertahankan identitas, norma, adat dan nilai kearifan daerah asal
mereka yang telah ada dari zaman nenek moyang mereka, sehingga dimanapun
domisilinya orang bugis selalu berusaha mempertahankan adat mereka termasu
dalam budaya perjodohan.
46Wawancara Kepada Responden Abdullah, Pemangku Adat suku bugis di Kecamatan
Mendahara, tanggal 18 April 2019.
31
Fenomena perjodohan suku bugis di Kelurahan Mendahara Ilir lebih
cenderung orang tua yang mencarikan jodoh untuk anaknya, akan tetapi beragam
respon yang diterima oleh anak, beberapa anak menerima perjodohan karena
orang tuanya sudah memilihkan jodoh yang terbaik untuknya dan pernikahannya
langgeng hingga saat ini. Beberapa anak menolak perjodohan tetapi tetap menikah
dengan terpaksa agar orang tuanya demi memenuhi permintaan orang tua. Pada
dasarnya proses perjodohan yang kemudian melangsungkan pernikahan tidak
jarang setelah menikah mereka bercerai karena tidak ada kecocokan satu sama
lain. Namun tidak semua yang dijodohkan pada akhirnya bercerai, ada juga yang
anak yang dijodohkan namun hubungannya langgeng.
Salah satu contoh perkawinan yang pada akhirnya bercerai yaitu pasangan
Ardinata dan Maharani, sebagaimana wawancara penulis kepada Maharani
mengatakan bahwa:
Kami menikah pada tanggal 27 Desember 2017, di awal-awal pernikahan
hubungan kami baik-baik saja, kemudian dengan jalannya waktu kami
semakin sering bertengkar yang pada akhirnya kami memutuskan untuk
tidak bersama lagi di tahun 2019, pada awalnya kami dijodohkan oleh
orang tua kami, dimana orang tua kami berasal dari suku bugis yang sama
dan sama-sama tinggal di Kelurahan Mendahara Ilir, sebelumnya kami
tidak saling mengenal, akan tetapi karena desakan orang tua akhirnya
kamipun menikah.47
Berdasarkan wawancara di atas dapat dikemukakan bahwa kebiasaan
perjodohan yang dilakukan oleh suku bugis didasarkan pada adat istiadat mereka
yang beranggapan bahwa pilihan orang tua adalah pilihan yang terbaik akan tetapi
semuanya tidak sesuai dengan harapan yang mereka inginkan, hal itu juga
47Wawancara Kepada Responden Maharani, warga Kelurahan Mendahara Ilir, tanggal 12
April 2019
32
disebabkan karena kedua pasangan tersebut sebelumnya tidak saling mengenal.
Kecenderungan memilihkan jodoh oleh orang tua kepada anak-anaknya
lebih diutamakan dengan yang masih ada hubungan kekerabatannya diantara
masing-masing keluarga, akan tetapi seiring perubahan, pemilihan jodoh tidak lagi
harus dengan kerabat, yang penting sesama suku Bugis. Karena tujuan orang tua
menjodohkan anaknya agar anaknya bisa hidup dengan sejahtera dan bahagia.
Budaya perjodohan yang dilakukan suku Bugis di Kelurahan Mendahara
Ilir dilakukan dengan latar belakang orang tua yang menjodohkan anaknya dengan
alasan dilihat dari keturunan keluarga. Orang tua berharap dengan menikahkan
anaknya dengan orang lain yang masih satu suku yang sudah mereka kenal latar
belakangnya, orang tuanya, keluarganya yang pada akhirnya merefresantikan sifat
dan watak dan akan menghasilkan keturunan yang baik nantinya. Orang tua
menikahkan anaknya dengan satu suku juga dilandasi alasan agar dapat menjaga
harta kekayaan atau harta warisan agar jatuh pada anak-anaknya yang masih
dalam satu suku dengan keyakinan mereka bisa menjaga dan mereka tidak ingin
kalau hartanya jatuh pada orang lain di luar keluarga atau suku lainnya. Alasan
lainnya karena pesan dari orang tua terdahulu bahwa kalau bisa menikah dengan
sesama suku Bugis, karena agar komunikasi yang terjalin lancar, dan juga karena
kebiasaan-kebiasan budayanya yang sama.
Hal tersebut di atas sebagaimana disampaikan oleh Arnisah salah satu
warga Kelurahan Mendahara Ilir yang menikahkan anaknya dengan perjodohan
mengatakan bahwa:
33
Kebiasaan perjodohan yang merupakan adat suku bugis masih kami
pertahankan di mendaraha ini, apalagi disini juga banyak yang suku bugis,
bukan kami tidak menerima suku lain, akan tetapi sudah menjadi
kebiasaan bahwa keinginan orang tua agar menikahkan anaknya dengan
suku bugis pula, anak perempuan saya juga menikah dengan suku bugis
dan itupun dijodohkan, sampai saat ini sudah hampir 8 tahun alhamduliilah
tidak ada yang namanya pertengkaran, kalau pertengkaran kecil biasa
terjadi namanya juga kehidupan rumah tangga, dan sampai saat mereka
hidup rukun dan bahagia.48
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa kebiasaan
perjodohan sebagai adat istiadat suku bugis merupakan hal yang biasa terjadi
dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya dengan harapan bahwa pilihan
orang tua yang terbaik dan dengan asal usul suku yang sama maka bisa lebih
memahami watak dan sifatnya dan juga hubungan kekerabatan dapat semakin
baik antar sesama suku.
2. Faktor Status Sosial
Faktor sosial menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya perjodohan di
Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung
Timur. Hal ini terjadi karena selain faktor budaya dalam adat suku Bugis
setempat, dimana orang tua secara turun temurun menginginkan agar anaknya
menikah dengan orang lain yang masih dalam satu golongan suku mereka, akan
tetapi faktor status sosial juga menjadi fakor pendukung dalam terjadinya
perjodohan.
Sebagaiman juga disampaikan oleh Bakhtiar Alam selaku ketua RW 1
Kelurahan Mendahara Ilir mengatakan bahwa:
48Wawancara Kepada RespondenArnisah, warga Kelurahan Mendahara Ilir, tanggal 12
April 2019
34
Di dalam suku Bugis ada kecenderungan bahwa orang tualah yang
mencarikan jodoh untuk anaknya, setiap tahunnya ditemukan selalu ada
saja orang tua yang menjodohkan anaknya, di dalam lingkungan suku
Bugis ada sebuah aturan yang mengharapkan keturunan-keturunan Bugis
bisa mempertahankan kebiasaan-kebiasaan orang tua terdahulu salah
satunya menikah dengan sesama suku Bugis alasannya pesan orang tua
dahulu agar menikah dengan satu suku yaitu suku Bugis, agar
komunikasinya lancar menggunakan bahasa daerah Bugis yang bisa
dimengerti dan dipahami satu dengan yang lainnya, mempertahankan garis
keturunan Bugis, dan menjaga harta warisan.49
Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa karena keraguan orang tua
dengan jodoh pilihan anak memunculkan kekhawatiran bagi orang tua dalam
memberikan restu kepada sang anak untuk menikah. Oleh karena itu orang tua
sering kali memilihkan jodoh untuk anaknya berdasarkan pertimbangan bibit,
bobot, dan bebet yang dimiliki oleh sang calon. Pertimbangan inilah yang
mendorong para orang tua melakukan perjodohan bagi anaknya dengan
memilihkan pasangan yang sudah mereka kenal. Pemilihan ini biasa dilakukan
kepada kerabat sendiri. Hal ini sebagai pertimbangan bahwa dengan menjodohkan
anak dengan kerabat yang sudah dikenal jauh sebelumnya dapat membantu
mereka untuk mendapatkan jodoh yang terbaik dan dinilai sesuai untuk anaknya.
Selain karena kekhawatiran orang tua akan kualitas calon yang dipilih oleh
anaknya, perjodohan juga dinilai efisien untuk menjalin hubungan atau menjaga
jarak antar keluarga. Mereka tidak ingin memutus hubungan kekeluargaan yang
telah lama terjalin. Sehingga dipilih untuk melakukan perjodohan dengan kerabat
agar hubungan mereka semakin dekat antara satu dengan yang lainnya.
Pada saat ini bila dilihat secara garis besar wanita selalu menginginkan
49Wawancara Kepada Responden Baktiar Alam, Ketua RW 1 Kelurahan Mendahara Ilir,
tanggal 15 April 2019
35
pasangan yang selalu lebih darinya, misalnya: lebih tinggi, lebih sukses, lebih
cerdas, ataupun lebih mapan. Namun kenyataannya hal ini tidak selalu sesuai
dengan harapan, sehingga sering kali pernikahan menyangkut permasalahan status
sosial. Idealnya memang laki sebagai pemenuh kebutuhan keluarga memiliki
penghasilan yang lebih besar dari wanita. Namun ada kalanya kondisi yang terjadi
justru sebaliknya, ketika status ekonomi maupun sosial pria berada di bawah
wanita, bisa menjadi pengganjal dalam hubungan.
36
BAB IV
PROSES PERJODOHAN DAN EFEK YANG DITIMBULKAN
DENGAN ADANYA PERJODOHAN PADA SUKU BUGIS
DI KELURAHANMENDAHARA ILIR KECAMATAN
MENDAHARA KABUPATEN TANJUNG
JABUNG TIMUR
A. Proses perjodohan pada Suku Bugis di Kelurahan Mendahara Ilir
Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Suku bugis merupakan suku yang sangat menjunjung tinggi harga diri dan
martabat. Orang-orang suku bugis sangat menghindari tindakan-tindakan yang
mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat seseorang. Jika seorang anggota
keluarga melakukan tindakan yang membuat malu keluarga maka ada sanksi yang
bisa diberikan berdasarkan adat dan istiadatnya.
Budaya perjodohan di kalangan suku bugis sudah dilakukan secara turun-
temurun, dan terus dilakukan oleh suku bugis yang memegang teguh kebiasaan
tersebut. Perjodohan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya merupakan salah
satu upaya dalam mempertahankan darah bugis agar nanti penerus atau pewaris
selanjutnya juga berdarah bugis.
Perjodohan merupakan hal yang mungkin dianggap kuno oleh kebanyakan
orang saat ini, namun lain halnya yang terjadi di suku bugis di Kelurahan
Mendahara Ilir, perjodohan anak masih berlaku dalam kehidupan masyarakat.
Pernikahan yang membutuhkan kesiapan mental, memikul tanggung jawab
sebagai suami isteri. Begitu juga halnya dalam melangsungkan suatu perjodohan
sebelum melanjutkan ke pernikahan diperlukan persiapan dan kematangan baik
secara biologis, psikologis maupun sosial ekonomi.
36
37
Dalam melaksanakan proses perkawinan yang biasanya dimulai dari
perjodohan maka perkawinan meliputi keseluruhan prosedur yang terjadi dalam
proses penyelenggaraan dan perayaan sebuah Perkawinan dari perjodohan,
pelamaran sampai dengan perjamuan.
Biasanya pilihan untuk menentukan seseorang untuk menjadi pasangan,
apabila proses perjodohan berhasil dilaksanakan maka pesta pernikahan bagi
orang bugis bukan sekedar upacara perjamuan biasa, tetapi lebih kepada
peningkatan status sosial. Semakin meriah sebuah pesta, maka semakin tinggi
status sosial seseorang. Oleh karena itu, tak jarang sebuah keluarga menjadikan
pesta pernikahan sebagai ajang untuk meningkatkan status sosial mereka.
Bagi orang bugis proses peminangan yang harus dilakukan oleh mempelai
pria. Hal ini menunjukkan suatu upaya untuk menghargai kaum wanita dengan
meminta restu dari kedua orang tuanya. Penghargaan terhadap perempuan juga
dapat dilihat dengan adanya pemberian mahar berupa mas kawin atau dalam
bahasa bugis (dui balanca) yang cukup tinggi dari pihak laki-laki kepada pihak
perempuan. Keberadaan mahar sebagai hadiah ini merupakan isyarat atau tanda
kemuliaan perempuan.
Ada tiga tahap dalam proses pelaksaan perjodohan masyarakat bersuku
bugis pada umumnya yaitu, Mencari informasi (mammanuk-manuk),
Melamar(madduta malino), Mengukuhkan lagi kesepakan yang telah dibuat
sebelumnya(mappasiarekkeng). Bagi masyarakat suku bugis di kelurahan
mendahara pada umumnya, Menganggap bahwa upacara pernikahan merupakan
sesuatu hal yang sangat sakral, artinya mengandung nilai-nilai yang suci. Oleh
38
sebab itu dalam rangkaian proses pernikahan harus ditangani oleh orang orang
yang benar-benar ahli dalam hal tersebut,50
Adapun proses perjodohan pada suku bugis di Kelurahan Mendahara Ilir
yang biasa dilakukan dan masih dipertahankan yaitu sebagai berikut:
a. Mammanuk-manuk( Mencari informasi )
Mammanuk-manuk artinya suatu cara untuk mengetahui sudah terikat atau
tidaknya seorang gadis yang telah dipilihnya dan untuk mengetahui kemungkinan
diterima atau tidaknya peminangan nanti. Untuk itu, diutuslah orang yang
dipercayainya untuk mengadakan penyelidikan dengan cara mendekati keluarga
gadis secara langsung.
Penyelidikan biasanya dilakukan oleh keluarga calon mempelai pria yang
langsung mendatangi rumah calon mempelai wanita dengan alasan sebagai
bertamu, alasan mengapa dilakukan proses mammanuk-manuk ini karena dalam
suku bugis sangat menjunjung tinggi harga. Takut jika kelak lamarannya diketahui
oleh orang banyak lantas tidak diterima oleh pihak wanita dan akan melukai harga
diri keluarga maka dari itu dilakukanlah proses mammanuk-manuk tersebut.
Proses mammanuk-manuk itu sudah dapat diketahui dengan jelas nama
lengkap gadis tersebut dan nama orang tua,serta keluarga. Ini sebagai bagian dari
perjamuan awal, dan ditelusuri lebih lanjut informasi dari orang tua si gadis
mengenai beberapa alternatif yang menurutnya kriteria laki-laki yang akan
dijodohkan untuk anak gadisnya itu. Tidak jarang juga seorang laki-laki mudah
50Wawancara Kepada Responden Abdullah, Pemangku Adat suku bugis di Kecamatan
Mendahara, tanggal 18 April 2019.
39
jejak memulai aktivitas seperti ini, memberikan kepada orang tuanya tantangan
kriteria gadis pilihannya yang tepat akan mendampinginya kelak. Dari
pengamatan dan wawancara dilapangan, meskipun kenyataannya penetapan
pilihan masih sangat variatif, namun pilihan pada umumnya akan jatuh pada anak
gadis yang dipertimbangkan layak oleh orang tua lelaki.
Sebagaimana disampaikan oleh Abdullah, selaku Pemangku Adat suku
bugis di Kecamatan Mendahara mengatakan bahwa:
Mammanuk-manuk dilakukan oleh orang tua atau orang kepercayaan
orang tua pihak laki-laki, mammanuk-manuk dilakukan orang tua karena
takut sebelum dicari tahu sudah ada yang punya apa belum, dan pihak
perempuan mau menerima atau tidak, kalo pihak perempuan menolaknya
maka keluarga pihak pria akan merasa dipermalukan untuk menghindari
dari peristiwa itu maka dari itulah tahapan ini masih dilakukan oleh orang
tua yang ingin menjodohkan anaknya. Ketika ada lamaran yang datang
dari pihak laki-laki ke pihak perempuan orang tua langsung menerima
ataupun menolaknya, orang tua memintah waktu untuk membicarakan hal
tersebut dengan keluarga maupun dengan anak yang mau dijodohkan
tersebut. Orang tua memberitahukan kepada anaknya bahwa ada lamaran
untuk anaknya, akan tetapi reaksi setiap anak berbeda-beda ada yang
menolak, ada juga anak yang meminta waktu untuk kenal lebih dekat
dengan calon pasangan hidupnya nanti, kalo anak merasa cocok maka akan
dilanjutkan, kalau tidak cocok maka tidak dilanjutkan.51
Proses Mammanuk-manuk dapat dikatakan sebagai suatu proses awal
sebelum menuju pernikahan sebagai tahap perkenalan untuk mencari tahu tentang
keadaan gadis yang ingin dilamar tersebut. mammanuk-manuk ini dilakukan
karena menurut kepercayaan masyarakat bugis bahwa orang yang menikah
biasanya tidak saling mengenal antara pria dan wanita bahkan keduanya
kadangkala tidak pernah bertemu sama sekali, proses mammanuk-manuk akan
menghasilkan sebuah berita bahwa ada seorang laki-laki yang ingin untuk
51Wawancara Kepada Responden Abdullah, Pemangku Adat suku bugis di Kecamatan
Mendahara, tanggal 18 April 2019.
40
menikahi gadis dari orang tua yang didatangi, selanjutnya biasa orang tua tersebut
akan menanyakan beberapa hal yang menyangkut tentang diri dari laki-laki yang
ditawarkan dan keadaan keluarga laki-laki tersebut, selanjutnya apabila orang tua
setuju atau meminta waktu untuk membicarakannya terlebih dahulu dengan
keluarga maupun dengan anak yang mau dijodohkan tersebut. Orang tua
memberitahukan kepada anaknya bahwa ada lamaran untuk anaknya untuk
mengatahui bagaimana respon anaknya apakah menerima menolak atau meminta
waktu untuk difikir-fikir terlebih dahulu.
Pada saat ini proses Mammanuk-manuk yang ada pada suku bugis di
Kelurahan Mendahara Ilir biasanya dilakukan oleh orang tua dengan memberi
tahu anaknya juga atas persetujuan sang anaknya kalau ada pihak laki-laki yang
ingin melamar diterima atau tidaknya lamarannya. Ketika anaknya tidak mau
orang tua akan membujuk anaknya begitu juga sebaliknya sebelum melamar pihak
perempuan orang juga membujuk anaknya agar mau di nikahkan sehingga
anaknya mau menerima lamaran tersebut, karena sudah menjadi kebiasaan,
dikalangan suku bugis menikah sesama suku bugis. Khawatirnya ketika orang tua
sudah menerima lamaran dari pihak laki-laki, orang tua baru memberi tahu
anaknya langsung menolak, maka orang tualah yang akan menangung malu begitu
juga sebaliknya.52
Hal di atas juga sebagaimana pula disampaikan oleh Abdullah, selaku
Pemangku Adat suku bugis di Kecamatan Mendahara mengatakan bahwa:
52Wawancara Kepada Responden Siti Rojipar, Warga Kelurahan Mendahara Ilir, tanggal 13
April 2019
41
Berbeda pada zaman dulu biasanya orang-orang bugis yang menjodohkan
anaknya, awal perjodohan orang tua dari si perempuan tidak
memberitahukan anaknya, orang tua menunggu ketika sudah dekat hari
pernikahannya karena harus mengikuti adat dan tradisi nenek moyang
mereka, dan anak mereka baru bias melihat pasangannya pada saat duduk
bersanding atau bersama, tetapi di zaman sekarang sangatlah berbedah,
orang tua berhak memberitahu anaknya bahwa ada yang mau melamar dan
langsung di pertemukan, setelah itu si anak akan memumutuskan langsung,
mau menerima atau tidak.53
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dikemukakan bahwa seiring
dengan perubahan sosial masyarakat maka proses mammanuk-manuk juga
berbeda dengan proses yang sama pada zaman dahulu, akan tetapi perubahan itu
bukan berarti dalam hal menghilangkan budaya karena proses zaman dahulu
bahwa apabila datang pihak laki-laki yang melamar perempuan selanjutnya orang
tua perempuan menyetujui maka perempuan tersebut tidak bisa menolaknya atau
harus menerima, berbeda pada saat ini bahwa apabila datang pihak laki-laki
menyampaikan niat untuk melamar kepada orang tua perempuan yang diinginkan
maka selanjutny orang tua tersebut akan menyampaikan kepada anak
perempuannya apakah menyetujui atau tidak atau meminta waktu untuk berfikit
terlebih dahulu.
Pada saat ini dari hasil wawancara penulis kepada dua responden yang
menikah yang pada awalnya dilakukan dengan perjodohan sebagai berikut:
Sebagaimana disampaikan oleh Rita Yana, selaku warga Kelurahan
Mendahara Ilir suku bugis mengatakan bahwa:
Tidak ada masalah dalam perjodohan asalkan tidak ada paksaan dalam
melakukan perjodohan yang dilakukan oleh orang tua. Paksaan dalam arti
perbuatan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak yang tidak mau
53Wawancara Kepada Responden Abdullah, Pemangku Adat suku bugis di Kecamatan
Mendahara, tanggal 18 April 2019.
42
dijodohkan tapi mau tidak mau harus mau, perjodohan yang dilakukan
oleh orang tua dengan orang tua harus dengan persetujuan dan kemauan
sang anak yang ikhas dari hatinya.54
Selanjutnya sebagaimana pula disampaikan oleh Nadia Safriani, selaku
warga Kelurahan Mendahara Ilir suku bugis mengatakan bahwa:
Adanya perjodohan pada dasarnya setuju karena orang tua lebih tahu mana
yang terbaik untuk anaknya, apalagi sebagai anak tentu harus patuh kepada
orang tua dan yakin bahwa orang tua tidak mungkin menjerumuskan
anaknya sendiri, karena pasti orang tua sudah mengenal keluarga pihak
laki-laki. Karena orang tua menginginkan anak menikah hanya satu kali
dalam kehidupan anaknya. Orang tua tidak mungkin memilihkan jodoh
yang buruk untuk anaknya sendiri. Salah satu faktor orang tua
menjodohkan anaknya karena takut anaknya kalau memilih jodohnya
sendiri kurang tepat, dan tidak sesuai perilakunya di dalam kelurga yang
nantinya akan menimbulkan masalah bagi anaknya dan kelurganya. Dan
anak setuju dengan pejodohan ini merupakan bakti anak untuk membalas
jasa orang tua yang selama ini telah merawat dan membesarkan anaknya.
Dan ini salah satunya anak membalas jasa orang tua, walaupun sebenarnya
jasa orang tua tidak dapat dibalas dengan apapun.55
Dari hasil wawancara di atas bahwa setiap anak dan keluarga masing-
masong punya cara yang berbeda dalam menyikapi proses mammanuk-manuk
sebagai proses awal dalam perjodohan, bahwa perjodohan yang dilakukan oleh
orang tua terhadap anaknya merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan
darah Bugis agar nanti penerus selanjutnya juga berdarah Bugis. Memang pada
dasarnya tergantung jodohnya dan merupakan keinginan orang tua yang ingin
memilihkan jodoh untuk anaknya, orang tua pasti akan memilihkan jodoh yang
terbaik untuk anaknya dimata orang tua dan juga seluruh keluarga.
54Wawancara Kepada Responden Rita Yana, Warga Kelurahan Mendahara Ilir, tanggal 15
April 2019 55Wawancara Kepada Responden Nadia Safriani, Warga Kelurahan Mendahara Ilir,
tanggal 16 April 2019
43
Perjodohan juga disebabkan karena keraguan orang tua dengan jodoh
pilihan anak memunculkan kekhawatiran bagi orang tua dalam memberikan restu
kepada sang anak untuk menikah. Oleh karena itu orang tua seringkali
memilihkan jodoh untuk anaknya berdasarkan pertimbangan bibit, bobot, dan
bebet yang dimiliki oleh sang calon. Pertimbangan inilah yang mendorong para
orang tua melakukan perjodohan bagi anaknya dengan memilihkan pasangan yang
sudah mereka kenal, hal tersebut sebagai pertimbangan bahwa dengan
menjodohkan anak dengan yang sudah dikenal jauh dapat membantu mereka
untuk mendapatkan jodoh yang terbaik dan dinilai sesuai untuk anaknya.
Setelah kegiatan mammanuk-manuk selesai dan merasa ada kecocokan
atau diterima oleh pihak keluarga perempuan, maka pihak keluarga laki-laki
membicarakan atau mendiskusikan mengenai gadis yang telah ditemui pada saat
mammanuk-manuk sebelum mengambil langka pelamaran atau dalam bahasa
bugis madduta malino, Dalam pembicaraan pihak keluarga ini jika semua
keluarga menyetujui atau telah dianggap layak dijadikan istri maka dilakukanlah
langkah berikutnya yaitu madduta malino.
b. Madduta mallino (melamar)
Madduta biasa pula diistilahkan yakni meminang, dahulu kala proses ini
dilakukan secara berkali-kali sampai ada kata sepakat pinangan itu diterima atau
tidak, kalau diterima pihak keluarga laki-laki datang membicarakan hal-hal yang
dibutuhkan dalam perkawinan utamanya uang belanja, pada proses mammanuk-
manuk sebelumnya diawali secara rahasia dan sembunyi-sembunyi, maka untuk
proses madduta ini diadakan dengan acara mallino.
44
Mallino artinya terang-terangan mengatakan sesuatu yang tersembunyi,
jadi duta mallino adalah utusan resmi dari keluarga laki-laki kerumah perempuan
untuk menyampaikan amanat secara terang-terangan apa yang telah dirintis
sebelumnya pada waktu mammanuk-manuk. oleh karena itu, sifat terang-terangan,
pada acara ini pihak keluarga perempuan mengundang pihak keluarga terdekatnya
serta orang-orang yang dianggap bisa mempertimbangkan hal lamaran pada waktu
pelamaran. Setelah rombongan to madduta (utusan) datang, Kemudian dijemput
dan dipersilahkan duduk pada tempat yang telah disediakan. Dimulailah
pembicaraan antara to madduta dengan to riaddutai, Kemudian pihak perempuan
pertama mengangkat bicara,lalu pihak pria mengutarakan maksud kedatangannya.
Setelah juru bicara pihak laki-laki, mengutarakan maksud dan keterangan
yang pada intinya diselingi pertanyaan formalitas, apakah gadis yang akan dilamar
sudah disimpan, atau menerima lamaran pihak lain sebelumnya, dengan harapan
agar lamaran yang diajukan dapat diterima, maka selanjutnya juru bicara pihak
perempuan menjawab dan apabila pihak perempuan menerima maka akan
mengatakan ‘’komakkoitu adatta, sorokni tangngaka, nakkutananga tokki’’ yang
artinya bila demikian tekad tuan, kembalilah tuan, Pelajarilah saya dan saya
pelajari tuan, atau dengan kata lain pihak perempuan menerima, Maka dilanjutkan
dengan pembicaraan selanjutnya yaitu Mappasiarekkeng.56
Berikut ini salah satu contoh dialog antara To Madduta dengan To
Riaddutai.
56Wawancara Kepada Responden Hj. Fadilah,52,Pemangku Adat, Kecamatan Mendahara,
tanggal 18 April 2019
45
To Madduta: Duami kuala sappo, unganna panasae belona kanuk ( Hanya dua
yang menjadi tumpuan kami, kejujuran dan hati yang bersih). Iyaro
bunga rositta tepu tabbaka toni, engka naga sappona.( Kembang
ros itu cukup mekarlah, Apakah sudah ada yang melindunginya).
To Riaddutai: Degaga pasa ri kampotta, balanca ri liputta mulinco
mabela(Apakah tidak ada gadis dinegeri Bapak sehingga jauh
Bapak mencari).
To Madduta: Engka pada ri liputta, Balanca ri kampotta, nekiya nyawami
kusappa.(Dan juga gadis di negeri kami, tetapi yang kucari
adalah hati yang suci/ Budi pekerti yang baik).
To Riaddutai: Iganaro elo ri bungatta, bunga temmaddaunnge, temmattake( Siapa
yang ingin pada anak kami yang tidak punya pengetahuan
sedikitpun).
To Madduta: Taroni temmadaung, temmatakke.(Biarlah tidak tahu apa-apa,
karena perhiasan yang tak kunjung layu, akan kuhadiahkan pelita
hidupku).
Demikian contoh dialog antara pihak laki-laki dan pihak perempuan yakni
To Madduta dan To riaddutai, kalimat bahasanya yang mengandung arti yang
indah. setelah juru bicara laki-laki mengutarakan maksud dan tujuannya maka
pihak perempuan mengutarakan apa sang gadis sudah ada yang menyimpannya
atau melamarnya atau belum. dalam proses ini biasanya jika belum ada kata
sepakat maka pihak laki-laki memberikan waktu beberapa hari pada pihak wanita
untuk mempertimbangkan maksud dan tujuan pihak laki-laki.
46
Setelah beberapa hari maka pihak laki-laki kembali mendatangi kediaman
pihak wanita namun hanya dihadiri beberapa keluarga laki-laki tidak seperti
kedatangan pertamanya, maksud dan tujuan kedatangan pihak laki-laki yang
kedua kalinya guna menanyakan kepada pihak wanita apakah lamarannya
diterima atau ditolak, dalam pertemuan kedua ini biasanya sebelum ada kata
sepakat yang jelas maka pihak wanita mengajukan beberapa syarat yang harus
dipenuhi pihak laki-laki, sebelum pihak laki-laki menyetujui semua persyaratan
yang diajukan pihak wanita terlebih dahulu pihak laki-laki mempertimbangkan
syarat tersebut jika disetujui atau proses ini sudah ada kata sepakat maka
dilanjutkanlah langka selanjutnya yaitu Mappetuada.
c. Mappasiarekeng
Mappasiarekeng berarti mengukuhkan kembali kesepakatan-kesepakatan
yang telah dibuat sebelumnya, Acara ini dilaksanakan ditempat mempelai
perempuan. pengukuhan kesepakatan ditandai dengan pemberian hadiah
pertunangan dari pihak mempelai pria kepada pihak mempelai wanita sebagai
passio atau pengikat berupa cincin emas dan sejumlah pemberian simbolis lainnya
seperti tebu sebagai simbol kebahagiaan, panasa (buah nangka) sebagai simbol
pengharapan, siri pinang(leko), sokko (nasi ketan) simbol kebersamaan.
Mappasiarekeng artinya menetapkan pembicaraan setelah proses melamar
dilaksanakan. pada pembericaraan Mappasiarekeng, biasanya juga ditindak lanjuti
dengan mengikat dengan kuat atau menyimpukan kembali kesepakatan yang telah
dibicarakan bersama pada proses madduta sebelumnya. Mappasiarekeng ini sudah
merupakan lamaran resmi dan biasanya disaksikan oleh keluarga dan kenalan
47
yang lebih ramai lagi baik dari utusan pihak laki-laki maupun pihak perempuan
dengan menggunakan pakaian yang formal. pada saat mappasiarekeng
dibicarakan secara terbuka segala sesuatu terutama mengenai hal-hal prinsipil. ini
sangat penting karena kemudian akan diambil kesepakatan atau mufakat bersama
kemudian dikuatkan kembali keputusan tersebut dengan cara mappasiarekeng
atau pertunangan secara resmi.
Selain itu hal prinsipil juga dibicarakan pada saat mappasiarekeng
maksudnya kedua belah pihak bersama-sama mengikat janji yang kuat atas
kesepakatan pembicaraan yang dirintis sebelumnya. Dalam acara ini akan
dirundingkan dan diputuskan segala sesuatu yang bertalian dengan upacara
pernikahan yang akan dilangsungkan sesuai dengan waktu yang telah disepakati
secara bersama-sama.
Pada acara mappasiarekeng, pihak laki-laki juga menyerahkan dui’ menre’
yang jumlahnya berdasarkan kesepakatan kepada pihak perempuan untuk
digunakan dalam pesta pernikahan, hal ini biasanya dilakukan oleh keluarga yang
memiliki tempat tinggal jauh dari kediaman calon pengantin wanita. Penyerahan
dui’ menre’ dan hadiah-hadiah lainnya diwakili oleh kerabat-kerabat terdekat,
orangtua mempelai laki-laki.
Dalam acara ini akan dirundingkan dan diputuskan segala sesuatu yang
bertalian dengan upacara pernikahan, antara lain:57
1. tanra esso (penentuan hari)
2. dui’ menre’ (uang panaik atau uang hantaran)
57Wawancara Kepada Responden Hj. Fadilah,52,Pemangku Adat, Kecamatan Mendahara,
tanggal 18 April 2019
48
3. Sompa (Emas kawin)
Setelah semua disepakati, maka pihak laki-laki menyetujui atau meminta
waktu untuk merundingkan dengan keluarga mereka disaat itu pula, yakni
disebutkan surat keputusan terakhir yang diperoleh dalam bentuk surat
mufakatan.58Setelah acara mappasiarekeng selesai maka pihak laki-laki kembali
kerumahnya untuk mempersiapkan berbagai macam keperluan dalam telah
disepakati tersebut.
B. Efek yang ditimbulkan dengan adanya Perjodohan di Suku Bugis
Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
Perkawinan merupakan hubungan antara laki-laki dan perempuan
berdasarkan kerelaan dalam suatu ikatan berupa pernikahan. Pernikahan yang baik
akan menjadikan untuk saling menjaga dan selanjutnya memelihara keturunan
dengan baik dan menjaga harga diri wanita. Perkawinan memiliki nilai yang
syarat dengan kebaikan, yaitu bisa membuat kehidupan manusia itu menjadi,
damai, aman, sejahtera, tenteram dan menghasilkan rasa kasih sayang di antara
sesamanya.
Untuk menjadikan suatu pernikahan yang baik, maka pasangan yang akan
menikah juga harus mempersiapkan dirinya, baik secara jasmani maupun rohani,
siap mental dan tidak dalam kondisi tertekan dipaksa atau dipaksa untuk menikah
oleh orang tua.
58Wawancara Kepada Responden Hj. Fadilah,52,Pemangku Adat, Kecamatan Mendahara,
tanggal 18 April 2019
49
Budaya perjodohan sebagai bagian dari adat istiadat suku bugis yang salah
satunya masih dipertahankan di Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara
Kabupaten Tanjung Jabung Ilir pada dasarnya adalah baik untuk memilihkan
pasangan yang menurut orang tua yang terbaik untuk masa depan anak-anaknya,
lebih dari pada itu biasanya perjodohan dilakukan antar sesama suku yaitu suku
bugis, sehingga dengan kata lain selain mempertahankan budaya, perjodohan yang
dilakukan juga dapat menambah kerabat dari golongan mereka sendiri.
Pada satu sisi perjodohan merupakan hal baik salah satunya karena jika
seseorang masih belum juga menemukan calon pasangan padahal usia sudah
dianggap matang, maka hal ini biasanya menerima perjodohan dari orang tua.
Karena perjodohan yang dilakukan oleh orang tua tentu pula mendapatkan
dukungan penuh dari orang tua, sehingga kedua orang tua baik dari pihak
perempuan maupun laki-laki pasti sama-sama akan mendukung penuh dan tidak
ada yang keberatan, hal ini juga tentu akan berdampak pada keharmonisan
diantara keluarga dekat dalam hubungan menantu, mertua dan besan.
Perjodohan juga memiliki dampak positif bagi individu yang dijodohkan
seperti tidak perlu lagi mencari untuk dirinya yang biasanya dilakukan oleh laki-
laki, sehingga deengan dijodohkan, seseorang tidak perlu sibuk mencari pasangan
lagi. Apabila orang yang dijodohkan oleh orang tua sudah baik dan bisa mencintai
karena tentu pilihan orang tua kemungkinan besar pasti baik karena orang tua
pasti lebih teliti khususnya terhadap asal usul keluarganya atau dengan kata lain
mendapatkan orang yang baik, karena orang tua tentu tidak mungkin orang tua
menjodohkan anaknya dengan orang yang buruk karakternya dan perilakunya.
50
Pada saat ini biasanya perjodohan yang dilakukan orang tua, khususnya
apabila datang laki-laki yang melamar ke rumah seornag perempuan yang menjadi
pertimbangan adalah mengenai kualitas agama atau spiritual laki-laki tersebut,
karena tentu orang tuas pasti mempertimbangkan dengan matang bagaimana
pasangan anaknya nanti apakah mampu menjadi pemimpin yang baik untuk
keluarga dan sebaliknya bagaimana istri nanti bisa menjadi istri yang baik.
Mengingat bahwa kebaikan itu bisa dilihat dari segi kualitas agamanya. Selajutnya
pertimbangan orang tua dalam menjodohkan salah satunya dari keluarga atau
orang tua salah satunya mengenai soal kemandirian laki-laki atau cukup dalam hal
materi atau dengan kata lain telah memiliki penghasilan yang tetap, karena orang
tua dalam memilihkan pasangan bagi anaknya, pasti memikirkan urusan finansial
saat berkeluarga nanti. Orang tua akan memilihkan pasangan yang mapan, yang
mampu mencukupi keluarga. Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya
hidup kekurangan dan kesusahan.
Akan tetapi pada saat ini budaya perjodohan tidak selamanya dalam
menjalani pernikahan diantara kedua yang dijodohkan dalam hubungan rumah
tangga selalu baik, tentu juga berbagai masalah dapat muncul sebagai akibat dari
perjodohan yang dilakukan karena proses perjodohan dilakukan tanpa keduanya
saling mengenal satu sama lain dalam jangka waktu lama sebelum pernikahan
berlangsung, sehingga dinatara mereka belum saling mengenal secara mendalam
antara satu dengan yang lain.
51
Perkawinan yang dipaksa oleh orang tua dan tidak atas kemauan dan
persetujuan dari anak yang akan menikah, bisa berakibat patal dan tidak
tercapainya keharmonisan didalam membina rumah tangga dan berakibat kepada
perceraian. Dengan demikian tujuan perkawinan itu memiliki tidak akan terwujud
dengan baik.
Perjodohan yang berakhir buruk bagi hubungan keluarga yang dinikahkan
karena perjodohan dari beberapa kasus yang penulis temui bahwa akibat
perjodohan identik dengan pemaksaan sehingga anak perempuan yang
menjalaninya mengalami beberapa tindakan yang tidak mengenakkan bagi dirinya
seperti ditelantarkan, tidak diberikna nafkah bahkan sampai pada kekerasan fisik
dan fsikis, karena pada dasarnya sebuah pernikahan itu berlandaskan suka sama
suka, tanpa adanya paksaan dari pihak manapun
Adapun perjodohan atau pernikahan yang dipaksakan oleh orang tua akan
berakibat fatal pada anak dan pada pernikahan itu sendiri. Oleh karena itu, jika
sebuah proses perjodohan ini dilaksanakan, tidak menutup kemungkinan akan
terjadi hal hal yang tidak mengenakkan khsusnya bagi perempuan, berikut
merupakan hasil penelitian penulis mengenai gambaran akibat perjodohan yang
berakhir tidak baik, sebagai berikut:
1. Depresi
Depresi bisa terjadi pada kondisi kepribadiaan yang berbeda dari biasanya
yang pemicunya salah satunya karena stres, adapun bentuknya seperti menarik diri
dari pergaulan. Dia menjadi lebih pendiam dan tidak mau bergaul, hal tersebut
disebabkan karena suasana hati yang terus-menerus merasa tertekan atau
52
kehilangan minat dalam beraktivitas, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas
dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana wawancara dengan saenah, salah satu warga masyarakat
Kelurahan Mendahari Ilir yang mengatakan:
Setelah anak saya mengetahui apabila dia lulus S1 nanti akan saya
jodohkan dengan anak keluarga saya yang ada di makassar, sekarang anak
saya lebih banyak diam diri dikamar dan susah sekali untuk diajak
berbicara tidak seperti biasanya sewaktu dia belum mengetahui perjodohan
itu,anak saya sangat aktif sekali belajar dan apabila ada kegiatan di
masyarakat dia selalu ikut,tapi kalau sekarang susah sekali. jangankan
untuk mengajaknya pergi keluar,berbicara pun dia enggan.59
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa
akibat dari perjodohan dapat mengakibatkan depresi yaitu perubahan sikap dari
seperti biasanya menjadi lebih pemurung akibat adanya perjodohan yang
direncanakan kepada diri si anak tersebut. Dengan kata lain dapat disimpulkan
bahwa seseorang yang mengalami pemaksaan dari orang tua untuk menikah akan
berakibat buruk bagi subyek tersebut dan hal ini dapat dilihat dari pada kebiasaan
sehari hari subyek.
2. Kurangnya Kepedulian Terhadap Keluarga
Perjodohan juga dapat memungkinkan terjadinya kekurangan
keharmonisan dalam hubungan kekerabatan, misalnya antara menantu dengan
mertua dan sebaliknya dan juga kurang keharmonisan antar keluarga, hal ini
terjadi karena perjodohan yang terkesan dipaksakan oleh orang tua akan tetapi
banyak dari orang tua yang tidak mengenal calon menantunya sendiri mengingat
bahwa proses perjodohan dilakukan karena yang saling mengenal hanya orang
59Wawancara Kepada Saenah, Warga Masyarakat Kelurahan Mendahari Ilir, tanggal 17 April 2019
53
tua, padahal karakteristik orang tua tentu berbeda dengan anak-anaknya yang
disebabkan faktor sosial, faktor lingkungan, faktor didikan orang tua masing-
masing sehingga banyak dari calon mertua tidak mengenal lebih mendalam
karakteristik calon menantunya yang berakibat pada ketidakharmonisan hubungan
keluarga yang berujung pada ketidak pedulian kepada orang tua.
Hal ini sebagaimana dirasakan oleh Jamiah, salah satu warga di Keluarga
Mendahara Ilir mengatakan bahwa:
Waktu itu kami menikahkan anak kepada anak teman suami yang
merupakan suku bugis juga dan juga teman satu kantor, kami sangat
mengenai keluarganya karena sudah sejak lama kami saling kenal, tetapi
anak perempuannya yang menjadi menantu saya, saya tidak begitu
mengenalnya akrena dia sekolah diluar, pada waktu itu kami berkumpul-
kumpul sehingga timbul lah rencana untuk menjodohkan anak, karena
kami fikir anaknya baik mengingat orang tuanya juga baik dan rajin
beribadah, setelah saya sampaikan kepada anak saya dan dia setuju
kemudian anak perempuannya juga setuju, maka selanjutnhya kami
langsungkan acara pernikahan keduanya, seiring berjalannya waktu dalm 3
tahun hubungan keluarga mereka kami merasa hubungan mereka kurang
harmonis karena anak laki-laki saya sering datang ke rumah kami tanpa
membawa istrinyam apalagu istirnya juga sepertinya kurang pedul kepada
kami, hal ini kami rasakan waktu suami sakit hampir seminggu istrinya
tidak pernah datang untuk menjenguk.60
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa
perjodohan juga dapat mengakibatkan efek buruk salah satunya kurangnya
kepedulian terhadap keluarga, hal ini kerap terjadi karena orang tua belum begitu
mengenal calon menantunya baik itu sifat, sikap dan kepribadian, sehingga
mengakibatkan tidak harmonisnya hubungan kekerabatan antara keluarga. Dengan
kata lain ketika pernikahan dimulai dengan rasa keterpaksaan, seseorang dapat
kehilangan minat untuk peduli terhadap keluarganya karena ia merasa terjebak
60Wawancara Kepada Jamiah, Warga Masyarakat Kelurahan Mendahari Ilir, tanggal 19
April 2019
54
dalam situasi yang tidak dia inginkan. hal ini dapat berlanjut pada ketidakpedulian
pada pasangan dan bahkan pada anak-anak mereka nanti.
3. Memungkinkan Terjadinya Perselingkuhan
Perjodohan yang dapat dikatakan karena keterpaksaan dapat pula
memungkinkan terjadinya perselingkuhan, karena perjodohan yang dipaksa
sampai pada pernikahan tidak dilandaskan atas rasa cinta dan kasih sayang yang
dapat berakibat tidak harmonis dalam hubungan keluarga, karena biasanya laki-
laki yang merasa dipaksa oleh menikah dengan pilihan orang tuanya sering kali
melakukan hal-hal yang tidak wajar bahkan perbuatan itu dapat menyakiti
keluarganya sendiri seperti perselingkuhan, perselingkuhan terjadi karena suami
merasa tidak ada kecocokan dengan istri akibat dari mereka dijodohkan oleh
orang tuanya dan tidak bisa menolak karena dipaksa, tak jarang paksaan itu juga
disertai dengan ancaman sehingga ia merasa tidak rela dan mencari orang lain
untuk kesenangannya atau orang yang dicintainya.
Sebagaimana disampaikan oleh khairunnisa, salah satu warga Kelurahan
Mendahara Ilir mengatakan bahwa:
Saya menikah sudah jalan hampir 3 tahun, akan tetapi hubungan keluarga
kami tidak harmonis, dalam 1 tahun terakhir suami saya jarang pulang ke
rumah dan bahkan pulang larut malam, setelah saya telusuri ternyata dia
berselingkuh dengan perempuan lain yang tidak lain adalah pacarnya dulu
sebelum kami menikah, memang kami menikah karena perjodohan, kedua
orang tua kami memaksa agar kami menikah, kalau saya pribadi tidak
masalah selama dia laki-laki yang baik, tapi yang saya alami sungguh
diluar dugaan dan jauh dari harapan saya, hubungan keluarga ini belum tau
akan bertahan berapa lama lagi dan mungkin saja kami berpisah apalagi
dalam 2 bulan ini saya tidak tinggal d rumah lagi karena saya sekarang
tinggal di rumah orang tua saya.61
61Wawancara Kepada Khairunnisa, Warga Masyarakat Kelurahan Mendahari Ilir, tanggal
22 April 2019
55
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa perjodohan dapat
mengakibatkan hubungan yang tidak harmonis, hal ini terjadi karena hubungan
suami istri yang tidak dilandasi atas dasar cinta dan kasih sayang sering kali suami
melakukan perselingkuhan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa ketika
seseorang merasa terjebak bersama seseorang yang tidak anda cintai, Kemudian
anda menemukan seseorang yang lebih menarik hati, tidak menutup kemungkinan
bisa saja melakukan perselingkuhan di luar.
4. Keluarga Yang Tidak Sehat
Perjodohan yang tidak berhasil akan melahirkan keluarga yang tidak sehat
dan tidak harmonis. Beberapa dari keluarga tersebut memiliki kemungkinan untuk
mengambil jalan perceraian, namun ketika perceraian bukanlah sebuah pilihan
bagi mereka, kelangsungan kehidupan keluarga akan berjalan pahit karena tidak
ada rasa cinta dari suami dan istri. Hal ini juga dapat berdampak tidak sehat
langsung pada anak-anak, karena mereka tumbuh dalam keluarga tanpa cinta.
Dapat diketahui bahwa tidak semua perjodohan pasti berakhir dengan
buruk. Beberapa pasangan yang dijodohkan dapat berhasil berkompromi dengan
keadaan mereka dan akhirnya saling mencintai satu sama lain, namun kenyataan
bahwa ketidakberhasilan sebuah perjodohan yang akan berakibat fatal pada anak
yang dijodohkan maupun pada pernikahannya nanti.
Pada dasarnya perjodohan akan membentuk suatu perkawinan atau ikatan
keluarga yang menjadi sendi dasar utama bagi kelangsungan dan perkembangan
suatu masyarakat. Namun hal ini ternyata berdampak terhadap anak yang
dijodohkan, seperti pernyataan beberapa informan mengenai dampak perjodohan
oleh orang tua selaku orang yang mengalami perjodohan.
56
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemilihan jodoh adalah hal yang sangat
penting dalam perkawinan karena pada dasarnya proses pemilihan jodoh
tergantung dari sistem yang dianut oleh masyarakat yang berbeda-beda di wilayah
tertentu untuk membentuk sebuah unit keluarga dalam masyarakat. Demikian pula
pengaruh keluarga sangat penting bagi kehidupan sosial, bukan saja sebagai
wadah hubungan suami istri atau anak-anak maupun orang tua, juga sebagai
rangkaian tali hubungan antara jaringan sosial, anggota-anggota keluarga serta
jaringan yang lebih besar lagi, yaitu masyarakat.
Oleh karena itu, masyarakat juga menaruh perhatian pada perpaduan suatu
keluarga yang akan menikah dihubungkan dengan jaringan-jaringan lain yang
lebih jauh, terkait, kedua keluarga itu mempunyai kedudukan dalam sistem
pelapisan yang semuanya tergantung pada siapa, perkawinan keduanya adalah
petunjuk terbaik bahwa garis keturunan kelurga yang satu akan memandang yang
lainnya, secara sosial dan ekonomi. Oleh karena itu suatu perkawinan
menimbulkan berbagai macam akibat juga melibatkan anak keluarga termasuk
suami istri itu sendiri. Menentukan pilihan siapa calon suami atau istri bagi
anaknya menurut sebagian besar orang tua suku bugis di Kelurahan Mendahara
Ilir merupakan bentuk perhatian dari keluarga, terutama menyangkut kriteria.
Pengaruh pernikahan anak yang di paksakan oleh orang tua melihat dari
kasus di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pernikahan yang paksa itu
mempunyai dampak bagi keharmonisan rumah tangga dan juga pernikahan yang
tidak didasari dengan rasa cinta dan kasih sayang akan berahir pada perceraian.
57
Pernikahan yang paksa itu memberi dampak kepada rumah tangga dan
tidak terjalinnya keluarga sakinah mawaddah warahmah. salah satu penyebabnya
adalah dalam penikahan tersebut tidak ada ada keharmonisan dan rasa cinta, atau
pernikahan tersebut dilakukan karena terpaksa. Dengan demikian pernikahan yang
dibangun atau dilakukan haruslah dengan kerelaan anak.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian pada bab pembahasan di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Latar belakang terjadinya perjodohan pada suku bugis di Kelurahan
Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur
disebabkan karena perjodohan yang biasa terjadi dan merupakan bagian dari
adat istiadat suatu suku bertujuan untuk melangsungkan pernikahan serumpun
atau sesama kerabat sesuku mereka dan orang tua berharap dengan
menikahkan anaknya dengan orang lain yang masih satu suku yang sudah
mereka kenal latar belakangnya, orang tuanya, keluarganya yang pada
akhirnya merefresantikan sifat dan watak dan akan menghasilkan keturunan
yang baik nantinya serta keyakinan mereka bisa menjaga dan mereka tidak
ingin kalau hartanya jatuh pada orang lain di luar keluarga atau suku lainnya.
2. Proses perjodohan pada Suku Bugis di Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan
Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang sudah dilakukan secara
turun-temurun, dan terus dilakukan oleh suku bugis yang memegang teguh
kebiasaan tersebut terdapat tiga tahap dalam proses pelaksaan perjodohan
masyarakat bersuku bugis pada umumnya yaitu, Mencari informasi
(mammanuk-manuk), Melamar (madduta malino), dan Mengukuhkan lagi
kesepakan yang telah dibuat sebelumnya (mappasiarekkeng).
58
59
3. Efek yang ditimbulkan dengan adanya Perjodohan di suku Bugis Kelurahan
Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur
tidak selamanya berakhir baik adapula efek perjodohan yang berakhir buruk
karena pernikahan yang dipaksakan oleh orang tua akan berakibat fatal pada
anak dan pada pernikahan itu sendiri seperi terjadinya depresi terhadap anak
yang dijodohkan, kurangnya kepedulian terhadap keluarga, memungkinkan
terjadinya perselingkuhan dan keluarga yang tidak sehat.
B. Implikasi Penelitian
Penelitian dan Pembahasan Mengenai efek perjodohan terhadap pasangan
suami istri di kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara Kabupaten
Tanjung Jabung Timur. Diharapkan kajian-kajian seperti ini dapat dikembangkan
dan dapat memberi manfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa jurusan
bimbingan penyuluhan islam. Sebagai bahan masukan yang positif dan
membangun diharapkan:
1. Setiap orang tua sebelumnya harus mendiskusikan terlebih dahulu kepada anak
jika ingin menikahkan anaknya agar tidak ada pernikahan dengan pilihan orang
tua karena keterpaksaan.
2. Bagi masyarakat umum dan khususnya Kelurahan Mendahara Ilir Kecamatan
Mendahara Untuk kembali menimbang sisi positif dan negatif perjodohan.
Sebab keridhan orang tua adalah juga ridho-Nya Allah SWT.
3. Kepada para penyuluh agama agar senantiasa memberikan pencerahan kepada
masyarakat agar perjodohan bisa diminimalisir.
4.
60
C. Kata penutup
Dengan mengucapkan Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan
Kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya-Nya,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan usaha yang
maksimal walaupun terdapat berbagai macam rintangan dan hambatan yang
dihadapi, segenap upaya dan kemampuan telah penulis curahkan dalam
pembuatan skripsi ini, namun penulis sangat menyadari keterbatasan dan
kekurangan yang dimiliki oleh setiap manusia. Tentunya, masih banyak kesalahan
dan kekurangan yang dijumpai dalam penulisan, sehingga penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang sangat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
membangun kepada pembaca, sehingga tercapai kesempurnaan dalam penulisan
skripsi ini.
Akhirnya tiada kata yang terucap kepada Allah SWT. Penulis mohon
diberi petujuk dan berserah diri kepada-Nya. Semoga karya yang sederhana ini
mendapat ridho dari Allah SWT. Dan memberi manfaat bagi penulis pribadi para
pembaca pada umumnya.
61
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir Muhammad, Perkembangan beberapa Hukum Keluarga di Beberapa Negara Eropa,(Bandung:Citra Aditya, 1998)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989)
Damsar, Pengantar Sosiologi, Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2011)
Ema Karim, Pendekatan Perceraian dari Perspektif Sosiologi, Dalam Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga,( Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,
1999)
H.E. Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqk Kontenforer (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)
John W. Creswell, Rerearch Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran, Edisi ke-4, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016)
Mona Eliza, Pelanggaran Terhadapa UU Perkawinan dan Akibat Hukumnya, (Tangerang Selatan: Adelina Bersaudara. 2009)
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003)
Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta:Rieka Cipta,1994)
Tim Penyusun, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah (Direktor Jendral Bimbangan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Bagi Departemen
Agama RI,2003)
Tamar Djaja, Tuntunan Perkawinan dan Rumah Tangga Islam 2,( Bandung: Al-Ma’arif, 1982)
Dedi Muhadi, Tradisi Perjodohan Dalam Komunitas Pesantren (Studi Pada Keluarga Kyai Pondok Buntet Pesantren), (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2015)
Sueddin Siregar, Pengaruh Pernikahan Yang Dipaksa Orang Tua Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga Ditinjau Dari Hukum Islam, (Riau: UIN
Sultan Syarif Kasim, 2015)
Wafa Ali. Urgensi Keberadaan Social Capital dalam Kelompok-Kelompok Sosial.
62
Masyarakat (Jakarta: Universitas Indonesia, Vol 1. No. 12, 2006)
Zulbaidah, Dampak Perjodohan Pilihan Orang Tua Di Gampong Geulanggang
Gajah Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya (Aceh Barat:
Universitas Teuku Umar, 2014)
Http//kbbi.web.id/jodoh
https://rockypermata.wordpress.com
63
64
65
66
1
2
1
CURRICULUM VITAE
A. Informan Diri
Nama : Umi Kalsum
Tempat & Tanggal Lahir : Mendahara Ilir 26 Oktober 1995
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jalan Bhayang khara RT 15 RW 05 Kelurahan
Mendahara Ilir Kecamatan Mendahara
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi
Jambi
Nama Ayah : Baharuddin
Nama Ibu : Syamsiah
Alamat Email : Umikalsum101996@gmail.com.
B. Riwayat Hidup
1. UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI : 2014-2019
2. SMA N 7 TANJAB TIMUR : 2009-2013
3. MTSN MENDAHARA ILIR : 2006-2009
4. SD NEGERI 121 MENDAHARA ILIR : 2000-2006
top related