dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan
Post on 12-Jun-2015
22.616 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Merambahnya budaya asing ke Indonesia melalui media massa (elektronik, cetak)
serta media dunia maya (internet) sangat mempengaruhi perkembangan budaya Indonesia
sekaligus perkembangan lingkungan hidup. Proses saling mempengaruhi adalah gejala
yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai
masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang
mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi
dan mempengaruhi.
Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena
adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak
luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan
hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah lingkungan hidup dimana nilai
dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal,
seperti anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Keadaan
lingkungan Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus
tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya.
Lingkungan hidup Indonesia sangat membanggakan karena memiliki
keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri. Seiring
berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup dan pola pikir masyarakat
yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih memanfaatkan sumber daya
alam secara berlebihan sehingga lupa akan kelestariannya. Banyak faktor yang
menyebabkan kelestarian lingkungan hidup tersebut dilupakan dimasa sekarang ini,
misalnya masuknya investor asing yang menanamkan modal di Indonesia dengan
memanfaatkan lingkungan hidup Indonesia dengan kata lain mengeksploitasi SDA.
Masuknya investor asing ke suatu negara sebenarnya merupakan hal yang wajar
dan menguntungkan, asalkan investor tersebut memiliki kecintaan terhadap alam
sehingga pemanfaatannya tidak merugikan Indonesia terutama dalam hal lingkungan.
1
Namun pada kenyataannya investor asing mulai mendominasinya dengan cara eksploitasi
secara besar-besaran yang berlebihan, pelestarian alam Indonesia semakin dilupakan.
Faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya lingkungan hidup terhadap kehidupan sekarang dan yang akan datang.
Lingkungan hidup adalah aset atau kekayaan bangsa. Sebagai aset bangsa,
lingkungan hidup harus terus dijaga keasrian maupun keanekaragamannya agar tidak
dibabat habis oleh investor asing. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan
investor asing masuk asalkan pemanfaatannya tidak merugikan alam serta bangsa
Indonesia itu sendiri karena suatu negara juga membutuhkan investor asing untuk dapat
membantu menaikkan pendapatan devisa negara.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana globalisasi mempengaruhi lingkungan hidup di negara berkembang?
2. Apa dampak positif dan negatif dari pengaruh Globalisasi bagi lingkungan hidup?
3. Bagaimana Dampak Globalisasi terhadap kesehatan?
4. Apa faktor-faktor yang menyebabkan mudahnya terjadi eksploitasi lingkungan
dinegara berkembang?
5. Apa upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi
dampak negatif global lingkungan hidup?
6. Bagaimana MDGs di indonesia ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh globalisasi bagi lingkungan hidup di negara berkembang.
2. Mengetahui dampak positif dan negatif dari pengaruh Globalisasi bagi lingkungan
hidup.
3. Dampak globalisasi terhadap kesehatan.
4. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan mudahnya terjadi eksploitasi
lingkungan dinegara berkembang
5. Mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi
dampak negatif global lingkungan hidup.
6. MDGs Di indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dampak Globalisasi Bagi Lingkungan Negara Berkembang
Globalisasi, mungkin kata itu sering kita dengarkan di televisi, radio, suratkabar ataupun
percakapan sehari-hari. Kata globalisasi muncul pada abad ke-20. Globalisasi telah menjadikan
pertukaran barang dan jasa dengan mudah terjadi melewati batas-batas territorial negara.
Globalisai menjadikan dunia seperti global village. Dengan adanya globalisasi, negara-negara
dapat dengan mudah melakukan suatu interaksi, baik dalam hal komunikasi, pertukaran
informasi, dan lainnya. Hal tersebut menjadikan globalisasi sebagai arah baru bagi
perkembangan negara selanjutnya.
Globalisasi layaknya seperti keping uang logam, yang memiliki 2 sisi yang sangat
bertolak belakang satu sama lain. Globalisasi disatu sisi memberikan dampak positif dan disisi
lain memberikan dampak negatif. Dan salah satu dari dampak negatif globalisasi berimbas pada
masalah lingkungan. Ada serangkaian proses yang harus dilewati untuk menuju pada tahap
perusakkan lingkungan akibat globalisasi, yang pada umumnya terjadi di negara-negara
berkembang.
Dengan semakin menipisnya batas-batas negara karena dotrin kepahaman globalisasi
yang menuntut setiap negara jika hendak menjadi negara maju, maka harus membuka selebar-
lebarnya terhadap bantuan-bantuan dan kerjasama dengan pihak asing, maka hal inilah yang
kemudian menjadi pintu masuk bagi para investor-investor asing untuk berlomba masuk dan
menanamkan sahamnya di negara-negara berkembang. Sehingga kemudian menginisiasi
maraknya indusrialisasi, privatisasi, serta deregulasi di negara-negara berkembang.
Dalam dunia industri, bahan mentah adalah salah satu hal penting untuk menjalankan
suatu roda perindustrian. Dan bahan-bahan mentah ini, banyak ditemukan di negara-negara
berkembang yang memang dalam segi geografinya berada pada jalur lintang dan bujur yang
subur. Namun, negara berkembang terkendala dalam melakukan pengelolaan akan sumber daya
alam yang melimpah tersebut akibat keterbatasan modal dan teknologi yang dimilikinya.
3
Sehingga negara-negara berkembang membutuhkan suntikkan dana dan jasa dari negara-negara
maju. Adapun bentuknya bisa berupa hutang, pinjaman, ataupun hibah.
Namun sangat disayangkan bahwa berbagai bantuan dana dalam bentuk pinjaman
maupun hibah oleh negara maju tersebut sebagian besar digunakan untuk membeli teknologi-
teknologi dari negara maju. Dengan kata lain pinjaman dari negara maju, kembali masuk ke saku
negara maju lagi dalam bentuk pembelian teknologi oleh negara berkembang, di lain waktu
negara berkembang masih harus melunasi hutang-hutang kepada negara maju beserta dengan
bunganya. Ini adalah satu dari sekian banyak bentuk kerjasama di era globalisasi antara negara
maju dan negara berkembang yang mana secara tidak langsung merugikan negara-negara
berkembang.
Teknologi yang telah dibeli oleh negara berkembang (umumnya merupakan negara
tropis) memungkinkan mereka untuk memanfaatkan kekayaan hutan alamnya dalam rangka
meningkatkan sumber devisa negara dan berbagai pembiayaan pembangunan, tetapi akibat yang
ditimbulkannya kemudian adalah terjadinya perusakkan hutan tropis. Terlepas dari berbagai
keberhasilan pembangaunan yang disumbangkan oleh teknologi dan sektor industri.
Sesungguhnya telah terjadi kemerosotan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran
lingkungan, bahkan seringkali wilayah-wilayah yang tidak menjadi pusat industri mendapat
imbasnya seperti peningkatan suhu udara.
Untuk persoalan industri, pada umumnya indutri didirikan di negara-negara berkembang
dengan tujuan untuk efisiensi biaya produksi dan transportasi serta mengingat letak negara
berkembang sebagai pasar dari komoditi industri negara maju. Dalam prosesnya kemudian,
industri-industri yang didirikan oleh negara-negara maju melakukan eksploitasi sumber daya
alam yang berlebihan ditambah lagi proses kerja industri-industri tersebut tidak berwawasan
lingkungan. Hal ini dilihat melalui berbagai bentuk kerusakkan akibat aktifitas pertambangan,
selain itu juga limbah yang dihasilkan tidak ditaktisi oleh negara maju. Dengan masuknya
perusahaan tambang asing, maka pencemaran lingkungan pasti tidak akan bisa dihindarkan.
Kebijakan pemerintah mengiizinkan operasi pertambangan pada kawasan hutan lindung dan
konservasi, sudah pasti akan mempercepat lenyapnya berbagai sumber daya alam yang tadinya
melimpah di negara-negara berkembang seperti Filipina, Indonesia, Vietnam, Sri Lanka dan lain-
lain.
4
B. Dampak Positif Dan Negatif Globalisai Bagi Lingkungan Hidup
Dalam perkembangan globalisasi di dunia terdapat hasil dari pengaruh tersebut, baik dari
segi positif maupun negatif. Dampak yang ditimbulkan gerakan globalisasi di negara-negara
berkembang selain bentuk-bentuk kerusakkan lingkungan akibat eksploitasi yang diakibatkan
oleh perusahaan-perusahaan pertambangan di negara-negara berkembang oleh negara maju,
terdapat pula kerusakkan lingkungan akibat industrialisasi di negara berkembang sebagai contoh
di negara Indonesia seperti:
1. Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri
2. Konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan penduduk seperti;
merkuri, cadmium, timah hitam, pestisida, pcb, meningkat tajam dalam
kandungan air permukaan dan biota lainnya
3. Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di
musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang
berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak
4. Temperature udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan
temperatur tertinggi di beberapa kota seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat
celcius pada musim kemarau di hari terpanasnya
5. Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti;CO, NO2r SO2, dan
debu akibat polusi asap pabrik dan kendaraan bermesin
6. Sumber daya alam yang di miliki bangsa Indonesia terasa semakin menipis,
seperti minyak bumi dan batu bara yang diperkirakan akan habis pada tahun 2020
akibat eksploitasi yang berlebihan
7. Luas hutan Indonesia semakin sempit akibat tidak terkendalinya perambahan
yang disengaja atau oleh bencana kebakaran
8. Kondisi hara tanah semakin tidak subur, dan lahan pertanian semakin menyempit
dan mengalami pencemaran akibat polusi tanah dan polusi permukaan
Contoh lainnya adalah kasus penolakkan rakyat Filipina terhadap pertambangan nikel
berskala besar dipulau Mindoro oleh perusahaan pertambangan Norwegian Intex sebab sifatnya
5
yang merusak karena bisa menyebabkan banjir dan erosi, selain itu pula mengganggu sumber air
irigasi terbesar disana. Irigasi itu mengairi sawah seluas 40 ribu hektar. Selama ini, Mindoro
memang dikenal sebagai limbung padi bagi Manila. Hal tersebut, bisa terjadi sebab UU
pertambangan Filipina yang ada memihak terhadap perusahaan tambang asing dan memberi
mereka 100% keuntungan dan pembebasan pajak. Dengan pemerintah yang lemah, kita tidak
bisa bergantung pada mekanisme monitoring karena pemerintahnya korup.
Melalui contoh-contoh tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa yang menjadi sumber
utama dari perusakkan dan segala bentuk eksploitasi lingkungan yang terjadi yang dipelopori
oleh industri yang notabene dikuasai sepenuhnya oleh negara-negara maju. Sesungguhnya,
negara berkembang lebih banyak dirugikan atas upaya kerjasama tersebut mengingat selain telah
dikuras kekayaan alamnya oleh negara maju, pembagian hasil yang tidak merata, serta dampak
dari eksploitasi aktifitas industry ditambah lagi dengan permaslahan limbah yang dihasilkan.
Karena limbah industri dibuang ke lingkungan, maka masalah yang ditimbulkannya
merata dan menyebar di lingkungan yang luas. Limbah industri baik berupa gas, cair, maupun
padat umumnya termasuk kategori atau dengan sifat limbah B3. Limbah bahan berbahaya dan
beracun yang sangat ditakuti adalah limbah dari indutri kimia. Limbah dari industri bahan kimia
pada umumnya mengandung berbagai macam unsur logam berat yang mempunyai sifat
akumulatif dan beracun (toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia. Limbah padat akan
mencemari tanah dan sumber air tanah. Limbah gas yang dibuang ke udara umumnya
mengandung senyawa kimia berupa Sox, NOx, CO, dan gas-gas lain yang tidak diinginkan.
Adanya SO2 dan NOx di udara dapat menyebabkannya terjadinya hujan asam yang dapat
menimbulkan kerugian karena merusak bangunan, ekosistem perairan, lahan pertanian dan
hutan. Limbah cair yang dibuang ke perairan akan mengotori air yang dipergunakan untuk
berbagai keperluan dan mengganggu kehidupan biota air.
Untuk itu, limbah dari hasi industri benar-benar menjadi ancaman kerusakkan lingkungan
di negara-negara berkembang yang menjadi pusat industri negara maju. Keseluruhan
permasalahan yang terjadi di negara-negara berkembang menjadi layaknya sebuah penyakit
menggerogoti tubuh negara-negara berkembang dari ke hari. Namun, nampaknya negara-negara
berkembang belum menyadari sepenuhnya dengan kondisi mereka yang tidak baik-baik saja
akibat terlena dengan bualan “globalisasi’ yang dikatakan mampu meningkatkan perekonomian
dan mampu mensejahterahkan masyarakat.
6
Adapula dampak positif dari globalisasi yang mempengaruhi lingkungan hidup manusia,
seperti;
1. Seperti kesadaran manusia akan mulai tercemarnya lingkungan hidup mereka,
sehingga menumbuhkan kesadaran dalam diri untuk berbenah, memulai hidup
dengan cara yang baik untk menjaga, menyelaraskan serta merawat lingkungan
hidup guna menciptakan hidup yang lebih baik
2. Munculnya teknologi canggih ramah lingkungan
3. Munculnya organisasi-organisasi pecinta alam yang senantiasa menjaga dan
meenyebarkan pengaruh terhadap kesadaran menjaga lingkungan hidup
Dalam prakteknya, sedikit demi sedikit mulai bermunculan kesadaran manusia untuk menjaga
lingkungan hidup yang semakin terancam ini. Hal itu diwujudkan secara bertahap guna menjaga
kelestarian lingkungan hidup yang menunjung performa manusia dalam kehidupannya dibumi.
C. Dampak Globalisasi terhadap kesehatan
Pada era globalisasi semenjak memasuki abad 21 ini. Era globalisasi ini mempengaruhi banyak
sektor, termasuk di dalamnya sektor kesehatan. Ada beberapa contoh mengenai dampak
globalisasi pada sektor kesehatan, seperti:
Meningkatnya mobilitas profesional kesehatan dari suatu negara ke suatu negara lain
Meningkatanya mobilitas konsumen kesehatan (pasien) yang pergi ke luar negri untuk
mendapatkan perawatan medis
Meningkatnya perusahaan asing dan perusahaan asuransi asing di dalam negri
Fenomena ini juga terjadi di Indonesia. Salah satu faktor pemicu globalisasi kesehatan di
Indonesia adalah dengan adanya AFTA 2010. AFTA merupakan singkatan dari ASEAN Free
Trade Area yang dibuat pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke IV di Singapura pada tahun
1992. Tujuan dibuatnya AFTA, tentu saja baik adanya, bagaimana tidak, negara – negara di
kawasan Asia Tenggara telah bersepakat untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan
dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional Asia Tenggara sekaligus
menjadikan Asia Tenggara menjadi salah satu pihak yang berpengaruh pada perdagangan dunia.
AFTA pada kenyataannya tidak hanya mengedepankan satu aspek saja, setidaknya ada lebih dari
12 sektor yang disentuh AFTA, termasuk sektor kesehatan.
7
Kembali kita dihadapkan pada fakta, bahwa banyak masyarakat Indonesia yang memilih berobat
ke luar negri. Sebut saja Singapura. Bahkan saya cukup terkejut ketika salah seorang dosen saya
bercerita bahwa lebih dari 50% pasien dari salah satu rumah sakit di Singapura adalah orang
Indonesia. Bahkan, saya juga sempat terkejut ketika menemukan sebuah brosur General Medical
Check Up berkonsep wisata yang ditawarkan salah satu biro perjalanan ke Singapura. Belum lagi
maraknya rumah sakit asing atau praktek pelayanan kesehatan asing yang menjamur di negri
kita.
Selain memperbaiki kualitas sumber daya manusianya, perlu juga diperbaiki kualitas
sistemnya, seperti sistem Rumah Sakit misalnya, terdapat pergeseran mengenai konsep dan
kebijakan rumah sakit pada fase pra globalisasi dan di era globalisasi sebagai berikut:
Pra Globalisasi Era Globalisasi
RS adalah Lembaga Sosial
Anggaran dari Pemerintah
Pembayaran Langsung
Sistem Pembayaran fee for service
Upaya lebih ditekankan pada kuratif
dan rehabilitatif
Terpisah dari sistem pelayanan medik
wilayah Dati II
Kebijakan standar untuk semua RS
Manajemen mutu bukan inti kegiatan
Berorientasi pada dokter
RS adalah industri jasa
Anggaran dari masyarakat
Pembayaran dari masyarakat
Sistem pembayaran kapitasi
Upaya paripurna dari promotif sampai
dengan rehabilitatif
Merupakan bagiaan dari sistem
pelayanan medik Dati II
Kebijakan standar berbeda untuk
urban dan rural
Manajemen mutu menjadi inti
kegiatan rumah sakit
Berorientasi pada konsumen
Dengan adanya reorientasi tersebut, diharapkan bahwa terdapat pula pergeseran mekanisme
pasar yang berujung pada berkurangnya angka pengobatan atau rujukan ke luar negeri serta
pengembangan dunia kedokteran dalam negeri yang memungkinkan untuk Go International.
8
D. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Eksploitasi Berlebihan
Dalam perkembangan globalisasi dinegara berkembang, terjadinya eksploitasi SDA yang
berlebihan sering dikaitkan guna meningkatkan mutu kemajuan negara tersebut, padahal dalam
prakteknya hasil dari eksploitasi SDA yang berlebihan tersebut malah menghantarkan negara
dalam keterpurukan yang semakin menjadi akibat kerusakkan lingkungan hidup. Faktor-faktor
yang kemudian yang melatarbelakangi mengapa negara-negara berkembang sangat mudah untuk
dieksplotasi antara lain ;
1. Keterbatasan modal yang dimiliki oleh negara-negara berkembang menjadikan
negra berkembang merasa butuh untuk mendapatkan suntikkan dana ataupun
bantuan asing tanpa memperhitungkan untung dan rugi yang akan dihadapi
kemudian
2. Lemahnya hukum domestic yang diterapkan pemerintah dalam membatasi jumlah
eksploitasi SDA oleh perusahaan asing di negara berkembang
3. Regulasi yang diberlakukan oleh pemerintah seringkali hanya memihak kepada
perusahaan asing dibandingkam memihak kepada masyarakat
4. Perkembangan budaya konsumtif akibat globalisasi dan untuk memenuhi
permintaan konsumen yang kian banyak akibat budaya konsumtif tsdi, maka
industri merasa wajib untuk meningkatkan jumlah produksinya dengan
melakukan eksploitasi secara besar-besaran
E. Upaya Penanggulangan Dampak Globalisasi Bagi Lingkungan Hidup
Dari dampak yang hadir akibat merebaknya globalisasi di dunia memberikan akibat
maupun dampak yang perlu ditanggulangi. Diantaranya, merupakan dampak negatif bagi
lingkungan hidup. Adapun solusi-solusi terhadap permasalahan lingkungan di negara
berkembang antara lain ;
1. Solusi yang kemudian ditawarkan oleh negara maju ke negara berkembang
untuk menangani permasalahan lingkungan yang ada yaitu terjadi saat
9
pertemuan negara-negara yang mempunyai wilayah 5% jatah hutan dunia
(seperti Brazil, Indonesia, Venezuela, dan negara-negara Afrika), Amerika
Serikat, dan sekutunya datang menawarkan hibah, tanpa bunga dan tanpa
pengembalian dengan kompensasi negara-negara tersebut harus menghijau
hutannya kembali.
2. Pada pelita V, berbagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup
dilakukan dengan memperkuat sanksi dan memperluas jangkauan peraturan-
peraturan tentang pencemran lingkungan hidup, dengan lahirnya Kappres
77/1994 tentang Organisasi Bapedal sebagai acuan bagi pembentukan Bapeda
Wilayah ditingkat provinsi, yang juga bermanfaat bagi arah pembentukan
Bapeda/Daerah. Perturan ini dikeluarkan untuk memperkuat UU no. 4 tahun
1982 tentang pengelolaan lingkungan hidup yang dianggap perlu untuk
diperbaharui
3. Berdasarkan strategi penanganan limbah tahun 1993/1994, yang ditetapkan
oleh pemerintah, maka proses pengolahan akhir buangan sudah harus dimulai
pada tahap pemilihan baku, proses produksi, hingga pengolahan akhir limbah
buangan (lampiran pidato presiden RI, 1994 :II/27)
4. Disamping itu, untuk mengembangkan tanggungjawab bersama dalam
menanggulangi masalah pencemaran sungai terutama dalam upaya
peningkatan kualitas air, dilaksanakan program kali bersih (prokasih) yang
memprioritaskan penanganan lingkungan pada 33 sungai di provinsi
F. Millenium Development Goals (MDGs)
Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000 menyetujui agar semua
negara:
1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
Pendapatan populasi dunia sehari $10000.
Menurunkan angka kemiskinan.
2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua
Setiap penduduk dunia mendapatkan pendidikan dasar.
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
10
Target 2005 dan 2015: Mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender dalam
pendidikan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005 dan untuk semua
tingkatan pada tahun 2015.
4. Menurunkan angka kematian anak
Target untuk 2015 adalah mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak
usia di bawah 5 tahun.
5. Meningkatkan kesehatan ibu
Target untuk 2015 adalah Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam
proses melahirkan.
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya
Target untuk 2015 adalah menghentikan dan memulai pencegahan
penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya.
7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup
Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam
kebijakan setiap negara dan program serta mengurangi hilangnya sumber daya
lingkungan.Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari
jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat.
Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai pengembangan yang
signifikan dalam kehidupan untuk sedikitnya 100 juta orang yang tinggal di
daerah kumuh.
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang
berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi. Termasuk komitmen
terhadap pemerintahan yang baik, pembangungan dan pengurangan tingkat
kemiskinan secara nasional dan internasional.
Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang berkembang, dan
kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan kepulauan-kepulauan kecil. Ini
termasuk pembebasan-tarif dan -kuota untuk ekspor mereka; meningkatkan
pembebasan hutang untuk negara miskin yang berhutang besar; pembatalan
hutang bilateral resmi; dan menambah bantuan pembangunan resmi untuk negara
yang berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan.
11
Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang negara-
negara berkembang.
Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang dengan masalah
hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk membuat hutang
lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang.
Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum muda.
Dalam kerja sama dengan pihak "pharmaceutical", menyediakan akses obat
penting yang terjangkau dalam negara berkembang
Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan
keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan
komunikasi.
G. MDGs Dindonesia
MDGs di Indonesia
Upaya Pemerintah dalam merealisasikan MDGs pada tahun 2015 akan banyak
mengalami hambatan karena pada saat yang sama pemerintah juga harus menanggung beban
pembayaran utang yang sangat besar. Program-program MDGs seperti pendidikan, kemiskinan,
kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan
membutuhkan biaya yang cukup besar. Padahal, menurut Sekertaris Nasional (Seknas) Fitra
Uchok Sky Khadafi, hutang luar negeri Indonesia pada tahun 2010 sebesar Rp1.677 triliun. Pada
tahun anggaran 2011 utang luar negeri Indonesia sebesar Rp1.803 triliun dan pada tahun 2012
utang luar negeri Indonesia mencapai Rp1.937 triliun. Berdasarkan rasio utang tersebut, terdapat
gejala bertambahnya utang luar negeri yang dapat mengakibatkan rendahnya dukungan
keuangnegara dalam merealisasikan MDGs.
Sampai dengan pertengahan tahun 2012 ini, batas akhir untuk mencapai target pencapaian MDGs
semakin dekat. Dalam pidato resmi Presiden SBY pada pertemuan PBB untuk pembangunan
berkelanjutan atau dikenal juga dengan forum Rio+20 di Riocentro Convention Center, Rio De
Janeiro, Presiden SBY menyebutkan bahwa: "Ekonomi dunia telah tumbuh dari 34 triliun USD
sampai lebih dari 64 triliun USD pada saat ini. Perdagangan internasional telah tumbuh tiga kali
lipat menjadi 28 triliun USD. Banyak negara telah menyeberang melewati status penghasilan
menengah, termasuk Indonesia. Dan bersama dengan ini kemiskinan seluruh dunia telah
12
berkurang secara signifikan dari 1,9 miliar pada tahun 1990 menjadi 1,29 miliar tahun 2008. Di
Indonesia pun, kemiskinan telah menurun dari 24 persen pada tahun 1998 menjadi 12,5 persen
beberapa hari ini." Lebih lanjut SBY memaparkan bahwa "upaya Indonesia mencapai MDGs
pada tahun 2015 juga menghadapi tantangan. Telah ada beberapa kemajuan, tetapi juga beberapa
tantangan dalam mencapai target. Sebagai contoh, kita membuat kemajuan pada angka kematian
bayi dan ibu, kemiskinan, harapan hidup, tetapi kita belum mencapai target MDGs untuk
peningkatan gizi bagi anak-anak, sanitasi."Secara umum, perkembangan yang telah dicapai oleh
bangsa Indonesia sampai saat ini menunjukkan kemajuan yang cukup berarti. Beberapa indikator
MDGs secara nasional telah tercapai dan sebagian besar target MDGs secara nasional
diperkirakan akan tercapai (on track). Pemerintah mendapatkan apresiasi dari PBB atas capaian
sampai saat ini dan komitmennya untuk mencapai sasaran MDGs pada akhir tahun 2015.
Menurut Prof. Armida, "pencapaian sasaran MDGs di tingkat nasional perlu didukung
capaian di tingkat daerah, dan seluruh pemangku kepentingan yang terdiri dari Pemerintah, dunia
usaha, masyarakat luas termasuk masyarakat madani, serta para tokoh agama. Meskipun
beberapa sasaran MDGs telah tercapai dan on track, upaya-upaya khusus perlu tetap dilakukan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja capaian MDGs. Selain itu, diperlukan upaya-
upaya yang lebih keras lagi untuk mencapai sasaran MDGs seperti untuk penurunan angka
kematian ibu melahirkan, pencegahan HIV/AIDS dan peningkatan tutupan lahan. Sementara itu,
kesenjangan antardaerah dalam pencapaian sasaran MDGs perlu terus diperkecil, antara lain
dengan memberikan perhatian yang lebih besar bagi daerah-daerah yang kinerja pencapaian
MDGs-nya masih di bawah rata-rata nasional. Seluruh upaya untuk mencapai sasaran MDGs
tersebut perlu didukung dengan penguatan sinergi antarkementerian/lembaga dan antara pusat
dan daerah."
H. Pencapaian Indikator MDGs
MDGs (Millennium Development Goals) atau biasa disebut sebagai tujuan pembangunan di
era millennium adalah sebuah indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu
pembangunan yang bersifat global oleh setiap negara di dunia. MDGs ini pertama kali
dicetuskan pada acara Konferensi Tingkat Tinggi Millennium yang diselenggarakan di New
York pada tahun 2000 dan diikuti oleh 189 negara anggota PBB diseluruh dunia termasuk
Indonesia.
13
Seluruh negara yang mengikuti konferensi MDGs ini mempunyai komitmen untuk
menetapkan MDGs sebagai acuan program pembangunan nasional yang menangani
permasalahan-permasalahan dasar yang dialami oleh negara-negara maju dan berkembang di
seluruh dunia. Di dalam konferensi ini telah disepakati 8 tujuan pembangunan millennium yaitu:
1) Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 2) Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua 3)
Mendorong Kesetaraan Gender dan Kesehatan Ibu 4) Menurunkan Angka Kematian Anak 5)
Meningkatkan Kesehatan Ibu 6) Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya
7) Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup 8) Membangun Kemitraan Global untuk
Pembangunan.
Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani deklarasi MDGs, mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan tujuan-tujuan tersebut dalam jangka pendek, menengah, dan
panjang sampai tenggang waktu yang ditentukan yaitu pada tahun 2015. Secara global telah
ditetapkan 18 target dan 48 indikator tetapi untuk indikator tergantung kebijakan dari masing-
masing negara. Seperti Indonesia halnya yang menetapkan 59 indikator sebagai acuannya.
Indonesia termasuk negara berkembang oleh karena itu Indonesia wajib melaksanakan indikator
tersebut dan tugas negara-negara maju yaitu, sebagai pendukung dan sukarelawan terhadap
keberhasilan indikator pada negara berkembang.
Salah satu permasalahan yang sangat merisihkan penduduk Indonesia adalah masalah
Lingkungan Hidup. Moderenisasi dan Industrialisasi disegala aspek bidang yang sangat
berkembang pesat di Indonesia kebanyakan dari mereka tidak memperhatikan amdal (analisis
dampak lingkungan). Salah satu kejadian yang paling umum yaitu perusakan lingkungan dengan
pembukaan lahan hutan secara besar-besaran tanpa memperhatikan keseimbangan lahan dan
lingkungan. Pembukaan lahan biasanya akan digunakan untuk membangun pemukiman dan
kawasan industri. Pabrik-pabrik yang muncul tak jarang banyak mengakibatkan polusi udara
akibat asap yang dihasilkannya yang berdampak pada kondisi udara dan dapat menyebabkan
gangguan sistem pernafasan. Selain itu kawasan industri pabrik juga terkenal sebagai penghasil
limbah yang berupa logam-logam berat yang dapat menyebabkan gangguan pada kulit dan
pencemaran air di bantaran-bantaran sungai sehingga menyebabkan air tidak layak konsumsi.
14
Semua perubahan ini yang berawal dari adanya proses globalisasi dan pastinya berdampak
negatif bagi kelangsungan hidup manusia dan lingkungan hidupnya. Oleh sebab itu MDGs
mengadvokasikan pembangunan kawasan ramah lingkungan, dan menggalakkan program cinta
lingkungan agar tidak menimbulkan dampak yang lebih parah pastinya. Mulai dari air bersih
bagi semua, membantu masyarakat membangun pabrik yang minim buangan, hingga program
reboisasi untuk mengembalikan hutan yang gundul. Setiap manusia perlu terlibat dalam MDGs
ini, termasuk Indonesia. Tujuan utamanya agar menjamin fungsi jasa dan manfaat alam
Indonesia masih dapat dinikmati generasi berikutnya.
Faktanya di Indonesia sekarang ini banyak sekali masyarakatnya yang sangat tidak peduli
dengan lingkungan karena mereka terlalu egois dan mengikuti hawa nafsu. Seperti halnya yang
sedang marak saat ini pembalakan dan penebangan hutan secara liar untuk mengeksploitasi
kekayaan alam yang ada di dalamnya. Padahal dilihat dari fungsinya hutan di Indonesia adalah
sebagai paru-paru dunia dan sebagai plasma nutfah. Bayangkan setiap tahunnya Indonesia mesti
kehilangan 1,8 juta hektar hutan akibat dari ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Betapa
malunya Indonesia setiap tahunnya selalu mengirim asap akibat pembalakan hutan secara liar ke
negara-negara tetangga hingga banyak dari mereka yang protes terhadap pemerintahan
Indonesia. Hal ini tanpa disadari selain menimbulkan pencemaran udara dan gangguan sistem
pernafasan sehingga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem makhluk hidup yang ada di
dalamnya serta dapat menyebabkan bencana alam, seperti banjir dan tanah longsor.
Banjir yang terjadi di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh hujan yang turun terus-
menerus di kawasan yang hanya mempunyai sedikit daerah resapan air dan di dalamnya banyak
masyarakat yang sering buang sampah sembarangan. Kurangnya daerah resapan air itu sendiri
disebabkan oleh pembukaan lahan besar-besaran untuk pemukiman warga. Selain itu kurangnya
kesadaran masyarakat akan buang sampah pada tempatnya juga menjadi masalah yang tak
kunjung usai. Setiap harinya menurut kajian Kementrian Lingkungan Hidup, Indonesia
memproduksi kurang lebih 625 meter kubik sampah dan jumlahnya bisa saja bertambah,
bayangkan saja jika semua masyarakat Indonesia membuang sampah sembarangan bisa jadi
Indonesia menjadi negara dengan lautan sampah. Perlu diketahui, sebagian besar sampah yang
ada di Indonesia adalah sampah plastik dan sampah plastik itu sangat membutuhkan waktu yang
lama untuk terurai. Sangat disayangkan budaya membuang sampah sembarangan di Indonesia
15
menjadi tren tersendiri saat ini. Banyaknya sampah yang tersumbat dan pemukiman kumuh di
bantaran sungai sehingga tidak heran hal itu menjadi penyebab utama banjir tahunan di Jakarta.
Banyaknya pemukiman kumuh di daerah ibukota juga banyak menimbulkan masalah baru
seperti masalah sanitasi dan air bersih hal ini berdampak sangat buruk bagi kehidupan
masyarakat yang tinggal dipermukiman kumuh. Di kawasan permukiman kumuh fasilitas kamar
mandi juga sangat jarang ditemukan dan sekalinya ada sangat tidak memenuhi standard oleh
sebab itu mereka sangat kekurangan jumlah air bersih dan mereka sangat rentan sekali terkena
penyakit seperti diare dan gatal-gatal.
Sebagai masyarakat yang baik kita juga bisa ikut ambil andil dalam masalah permukiman
kumuh yang berada di bantaran-bantaran sungai hal yang mudah dilakukan dan bermanfaat yaitu
dengan cara membantu petugas yang terkait untuk menertibkan bangunan dan membantu
mengevakuasi warga yang tinggal di daerah tersebut untuk pindah ke tempat yang lebih layak.
Hal tersebut lambat laun akan membawa dampak yang positif seperti, lingkungan yang tadinya
kumuh menjadi lebih enak dipandang karena bersih dan pastinya bisa mengurangi penyakit-
penyakit yang sering dilanda oleh warga seperti gatal-gatal dan diare. Kita memang sudah
sepantasnya ikut berpartisipasi dalam aksi menyelamatkan lingkungan dengan gencar mengikuti
kegiatan-kegiatan sosial yang bertemakan lingkungan. Mulailah dari hal yang kecil dulu dengan
peduli terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar rumah kita pastinya hal ini akan
membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat di masa yang akan datang.
Hal-hal lain yang dapat kita lakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan yaitu, sebisa
mungkin membawa tempat minum jika berpergian, lakukan aksi penanaman pohon di daerah
sekitar rumah agar ada media untuk resapan air, menggunakan transportasi umum jika
berpergian hal ini dapat mengurangi pencemaran udara akibat asap dari kendaraan bermotor, dan
sebisa mungkin menggunakan barang-barang olahan hasil daur ulang.
I. Pada Tujuan atau Sasaran Ketujuh dan Kedelapan.
1. Menjamin kelestarian fungsi lingkungan hidup
Mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan program-
program di tingkat nasional serta mengurangi perusakan sumber daya alam
16
Mengurangi sampai setengah jumlah penduduk yang tidak memiliki akses kepada air
bersih yang layak minum
Berhasil meningkatkan kehidupan setidaknya 100 juta penghuni kawasan kumuh pada
tahun 2020
Di Indonesia ancaman terhadap hutan hujan semakin menjadi-jadi, apalagi pada era
desentralisasi dan otonomi daerah lebih banyak lagi hutan yang dieksploitasi,pembalakan liar
semakin menjadi-jadi dan batas kawasan lindung sudah tidak diperdulikan lagi. Panyebab
utamanya adalah lemahnya supresmasi hukum dan kurangnya pengertian dan pengetahuan
mengenai tujuan pembangunan jangka panjang dan perlindungn biosfer.
Akses dan ketersediaan informasi mengenai sumberdaya alam dan lingkungan
merupakan aspek yang perlu ditingkatkan. Program yang seperti ini dapat membantu
memperkaya pengetahuan dan wawasan kelompok masyarakat yang hidup di daerah
perdesaan dan daerah terpencil mengenai pentingnya perlindungan terhadap lingkungan. Hal
ini tidak tertutup harus diketahui juga oleh kaum bisnis dan masyarakat kota yang semakin
tidak peduli akan lingkungan. Selain itu, Kualitas air yang sampai ke masyarakat dan
didistribusikan oleh PDAM sebagian ternyata tidak memenuhi persyarat air minum aman
yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Masalah ini disebabkan oleh kualitas jaringan
distribusi dan perawatan yang tidak baik yang menyebabkan terjadinya kontaminasi. Oleh
karena itu, promosi lingkungan juga harus disandingkan dengan promosi mengenai kesehatan
dan kebersihan, sehingga masyarakat akan lebih mengerti petingnya air bersih dan dapat
berpartisipasi aktif menjaga dan merawat fasilitas air bersih yang ada.
Berdasarkan data terahir yang tersedia, akses masyrakat secara umum terhadap fasilitas
sanitasi adalah 68%. Akan tetapi, tampaknya sanitasi tidak menjadi prioritas utama
pembangunan, baik di tingkat nasional, regional, badan legislative maupun sektor swasta.
Hal ini tampak dari relatif kecilnya anggaran yang disediakan untuk sanitasi. Oleh karena itu,
kampanye mengenai pentingnya sanitasi juga perlu dilakukan kepada pemerintah, pembuat
kebijakan, dan badan legislatif, termasuk juga kapada masyarakat. Diperlukan investasi dan
prioritisasi yang lebih besar untuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan pelayanan
sanitasi untuk masyarakat di seluruh Indonesia.
17
Harus disadari bahwa pembangunan berkelanjutan di Indonesia banyak sudah
mengorbankan lingkungan alam. Salah satu masalah utama adalah penebangan liar. Mungkin
hampir sebagian besar kayu-kayu yang tersedia di Jakarta adalah hasil dari penebangan
ilegal. Selain itu permasalahan air bersih (sanitasi) pun menjadi masalah utama di beberapa
daerah. Bisa bayangkan, kondisi lingkungan ketika tidak memiliki akses untuk memperoleh
air bersih.
2. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
mengembangkan lebih lanjut sistem perdagangan dan keuangan terbuka yang berdasar
aturan, dapat diandalkan dan tidak diskriminatif. Termasuk komitmen melaksanakan tata
pemerintahan yang baik, pembangunan dan pemberantasan kemiskinan – baik secara
nasional maupun internasional
menangani kebutuhan khusus negara-negara yang kurang berkembang. Mencakup
pemberian bebas tarif dan bebas kuota untuk ekspor mereka; keringanan pembayaran
hutang bagi negara-negara miskin yang terjerat hutang; pembatalan hutang bilateral; dn
pemberian bantuan pembangunan yang lebih besar untuk negara-negara yang
berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan c) menangani kebutuhan khusus negara-
negara yang terkurung daratan dan negara-negara kepulauan kecil yang sedang
berkembang.
Pada akhirnya, setiap negara yang berkomitmen dan menandatangani perjanjian MDGs dapat
memberikan harapan besar bagi warganya untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak lagi
dan hal ini menjadi tanggung jawab besar bagi pemerintah Indonesia untuk mewujudkannya.
Kini MDGs telah menjadi referensi penting pembangunan di Indonesia, mulai dari tahap
perencanaan seperti yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
hingga pelaksanaannya. Namun demikian, upaya Pemerintah Indonesia dalam merealisasikan
Tujuan Pembangunan Milenium pada tahun 2015 akan sulit karena pada saat yang sama
pemerintah juga harus menanggung beban pembayaran utang yang sangat besar. Program-
program MDGs seperti pendidikan, kemiskinan, kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup,
kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan membutuhkan biaya yang cukup besar.
Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, per 31 Agustus
18
2008, beban pembayaran utang Indonesia terbesar akan terjadi pada tahun 2009-2015 dengan
jumlah berkisar dari Rp97,7 triliun (2009) hingga Rp81,54 triliun (2015) rentang waktu yang
sama untuk pencapaian MDGs. Jumlah pembayaran utang Indonesia, baru menurun drastis
(2016) menjadi Rp66,70 triliun. tanpa upaya negosiasi pengurangan jumlah pembayaran utang
Luar Negeri, Indonesia akan gagal mencapai tujuan MDGs.
Mari kita sama-sama mulai merubah mindset kita yang tadinya adalah ”self-center” menjadi
berpaham sosialis dengan mulai mengedepankan isu-isu sosial demi mewujudkan MDGs
tersebut. Jika melihat keadaan saat ini di berbagai daerah pedalaman di Indonesia, mungkin
boleh dikatakan MDGs sudah berjalan namun belum menyebar dan merata, kita mungkin bisa
tidak perduli dengan MDGs karena kita hidup di kota besar, masih dapat menggunakan internet,
masih bisa menikmati listrik, masih dapat menemukan apotek dimana-mana, masih dapat
membeli BBM cuma dengan harga Rp 6500/liter. Tapi bagaimana dengan mereka? Bahkan
kanan-kiri tempat tinggal mereka hanyalah sawah dan bukit, daerah tandus, kekurangan air
bersih, akses jalan susah dan harus membeli BBM subsidi dengan harga mahal sekitar Rp
10.000/liter, serta tidak memiliki listrik di malam hari. Lalu, apa yang sudah kita perbuat bagi
bangsa dan negara ini, sebagai masyarakat yang gemar mengeluh terhadap apa yang negara
berikan.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya segala hal yang diciptakan manusia mempunyai efek baik dan buruk bagi
manusia itu sendiri. Globalisasi juga mempunyai sifat seperti itu. Globalisasi disatu sisi
menawarkan kebaikan, tetapi disisi lai juga kita akan terjebak dalam keterpurukan jika tidak
mewaspadainya. Pengaruh globalisasi juga harus dilihat dari “siapa yang memprakarsainya’
yaitu negara-negara barat. Hal ini perlu diwaspadai karena SDA kita yang melimpah dan bukan
tidak mungkin negara-negara tersebut juga mengincarnya dengan mempengaruhi masyarakat kita
tentang “betapa baiknya globalisasi’. Rakyat (elit penguasa dan rakyat biasa) harus meng-counter
efek buruk dari globalisasi. Jika hanya rakyat biasa saja yang mencoba meng-counternya, maka
hal itu akan hanya sia-sia mengingat kekuatan dan legitimasi yang dimiliki oleh negara-negara
maju cukup untuk menjadikan mereka betah untuk melakukan eksploitasi terhadap lingkungan di
negara berkembang.
Baik dampak negatif maupun positif dari globalisasi yang mempengaruhi lingkungan
hidup tentunya memberikan dampak perubahan besar bagi kehidupan alam serta kemajuan suatu
bangsa. Dengan adanya dampak yang terjadi akibat globalisai bagi lingkungan hidup, manusia
dituntut untuk melakukan perbaikan dengan cara-cara sederhana, program-program pemerntah,
serta gerakan global seperti hutan dunia
20
top related