contoh skripsi elektro
Post on 20-Oct-2015
688 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PROPOSAL SKRIPSI
PERANCANGAN TRAINER PEMBELAJARAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
SURYA UNTUK MATA KULIAH PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK
RACHMAT GUNTUR DWI PUTRA
5115087398
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana
pendidikan.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ............................ ............................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 2
1.4 Kegunaan Penelitian .......................................................................... 3
BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
PENELITAN .................................................................................................. 4
2.1 Kerangka Teoritis .............................................................................. 4
2.1.1 Definisi Perancangan ................................................................ 4
2.1.2 Definisi Trainer Pembelajaran ................................................. 5
2.1.3 Sel Surya (Solar Cell) ............................................................... 7
2.1.3.1 Sejarah Sel Surya (Solar Cell) ........................................ 7
2.1.3.2 Pengertian Sel Surya (Solar Cell) ................................... 9
2.1.3.3 Efek Photovoltaic (PV) .................................................. 9
2.2 Kerangka Berpikir ................................................................................... 12
2.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 12
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 12
3.2 Metodologi dan Desain Penelitian ......................................................... 12
3.3 Rancangan Trainer Pembangkit Listrik tenaga Surya ............................ 12
3.4 Bahan Dan Alat Utama Pembangkit Litrik Tenaga Surya ....................... 14
3.3.1 Panael Surya .................................................................................. 14
3.3.2 Regulator (Pengatur) ..................................................................... 15
3.3.3 Baterai ........................................................................................... 18
3.3.4 Beban ............................................................................................. 19
3.3.5 Inverter .......................................................................................... 21
3.5 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 22
3.5.1 Observasi ....................................................................................... 22
3.5.2 Wawancara .................................................................................... 23
3.6 Prosedur Penelitian ................................................................................. 23
3.7 Teknik Analisa Data ................................................................................ 24
3.8 Hipotesis Statistik ................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 26
DAFTAR TABEL
Table 1 bahan dan alat ..................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan akan tenaga listrik telah menjadi kebutuhan yang utama di kalangan
industri, perkantoran, masyarakat umum di perkotaan maupun di seluruh pelosok daerah.
Kehadiran pembangkit listrik terkadang belum dapat mengatasi kebutuhan akan listrik
terutama pada daerah pelosok, selain itu energi fosil yang biasa dipakai dalam kehidupan
sehari-hari mulai menipis karena banyaknya pemakaian energi yang berlebih serta tidak
terkontrol sehingga menimbulkan kelangkaan atau habisnya energi fosil tersebut yang
mengakibatkan kerisisnya ketenagaan listrik pada PLTU (Pembangkit Listri Tenaga
Uap) dan PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap). Untuk itu perlu dipikirkan
adanya energi alternatif yang dapat menggantikan energi fosil yang biasanya kita pakai.
Hal itu sebenarnya tidak perlu terjadi apabila trainer pembelajaran pembangkit
tenaga surya tersedia di dalam sebuah proses pendidikan, yang dapat menunjang sebuah
peroses pendidikan, sehingga dapat mengembangkan pemikiran mengenai pembangkit
tenaga surya di masa yang akan datang.
Berdasarkan permasalahan di atas, energi yang secara geratis diperoleh dari alam
dapat menjadi alternatif energi yang tak kalah dengan energi fosil, serta bisa
meminimalisir kekurangan energi tersebut.
Dengan dasar inilah penulis mencoba untuk merancang sebuah trainer
pembelajaran pembangkit listrik tenaga surya yang dapat menjadi sarana awal untuk
pengembangan energi alternatif untuk masa yang akan datang, serta sebagai suatu sarana
pembelajaran untuk dapat mengembangkan dan mengaplikasikannya di masa yang akan
datang.
Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah rancangan mengenai trainer pembelajaran
pembangkit listik tenaga surya. Dengan dirancangnya trainer pembelajaran pembangkit
listik tenaga surya diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat diterapkan serta
di kembangkan ke depannya sebagai energi alternatif yang dapat menggantikan energi
listrik konvensinal.
1.2. Identifikasi Masalah
Dalam merancang sebuah trainer pembelajaran pembangkit listik tenaga surya
memerlukan pemahaman dasar dari komponen-komponen yang akan berguna untuk
membangun trainer tersebut. Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukaan di
atas, maka identifikasi permasalahan tersebut antara lain :
1. Bagaimana merancang media pembelajaran yang menyenangkan, menarik, dan
interaktif?
2. Bagaimana merancang trainer pembelajaran pembangkit listrik tenaga surya sebagai
alat bantu pembelajaran?
3. Apa saja komponen yang dibutuhkan oleh pembangkit listrik tenaga surya?
4. Bagaimana membuat input dan output untuk membantu proses pembelajaran praktek
matakuliah pembangkit energy listrik?
1.3. Batasan Masalah
Dari pembahasan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka pada
perancangan trainer pembangkit listik tenaga surya masalah dibatasi hanya pada cara
perancangan trainer pembangkit listrik tenaga surya sebagai alat bantu pembelajaran.
1.4. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah, maka dapat
perumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana merancang trainer pembangkit listik tenaga surya tersebut sebagai alat
bantu pembelajaran?”
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam perancangan trainer pembelajaran pembangkit
listik tenaga surya ini ialah untuk sarana pengembangan pembelajaran praktik yang
dapat menambah pengetahuan dan dapat mengembangkan pembangkit listrik tenaga
surya dalam skala yang lebih besar juga untuk mengatasi masalah yang timbul pada
pembangkit listrik tenaga surya.
1.6. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perancangan trainer pembelajaran pembangkit listik tenaga surya tersebut,
makahasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, sebagai berikut:
1. Sebagai sarana penunjang belajar dan pembelajaran matakuliah pembangkit energy
listrik.
2. Bahan masukan dan pengembangan bagi mahasiswa Teknik Elektro Universitas
Negeri Jakarta.
3. Menambah ilmu pengetahuan yang terkait dengan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga
Surya)
4. Mempermudah dalam memahami PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya)
BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERFPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Definisi Perancangan
Perancangan dalah proses menuangkan ide dan gagasan berdasarkan
teoro-teori dasar yang mendukung. Proses perancangan dapat dilakukan dengan
cara pemilihan komponen yang akan digunakan, mempelajari karakteristik dan
data fsiknya, membuat rangkaian skematis dengan melihat fungsi-fungsi
komponen yang dipelajari, sehingga dapat dibuat alat yang sesuai dengan
spesifikasi yang diharapkan.
Definisi Perancangan Sistem menurut George M. Scott dalam buku
Jogiyanto H.M. tahun 1991 halaman 196 dapat diuraikan sebagai berikut:
“Desain system menentukan bagaimana suatu system akan menyelesaiakan apa
ayang mesti diselesaikan, tahap ini menyangkut mengkonfigurasikan dari
komponen-komponen perangkat lunak dan perangkat keras dari suatu system
sehingga setelah instalasi sehingga setelah instalasi dari system akan benar-benar
akan memuaskan rancang bangun yang telah ditetapkan pada akhir analisis
system”. (Jogiyanto H.M, 1991 :196)
2.1.2. Definisi Trainer Pembelajaran
Trainer adalah suatu bentuk media pembelajaran, yang bisa digunakan
sebagai media praktik peserta didik. Dengan media sebagai acuan dasar, maka
perlu diketahui apa itu media. Kata media berasal dari bahasa latin meduis yang
secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar.
Menurut Garlach dan Ely (1971) bahwa media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Dari pengetrian diatas dapat dipahami bahwa peserta didik menggunakan
media atau trainer sebagai perantara, untuk membangun kondisi pembelajaran
sehingga dapat tercapai perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta
didik.
Dalam kegiatan belajar mengajar, sering juga pemakaian kata media
pembelajaran digantikan dengan istilah-istilah seperti alat pandang dengan bahan
pengajaran (instructional material), komunikasi pandang (audio-visual
communication), pendidikan alat peraga pandang (visual education), teknologi
pendidikan (educational technology), alat peraga dan media penjelas.
Media sebagai pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu untuk
menyampaikan informasi kepada peserta didik. Alat bantu yang dimaksud
penulis adalah alat bantu pembelajaran peraktik atau alat peraga peraktik, yaitu:
Trainer Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Matahari) sebagai media pembelajaran
peraktik.
Belajar adalah proses perubahan perilaku secara efektif, proses mereaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada
suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat,
mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.
Sedangkan mengajar sendiri memiliki pengertian suatu usaha untuk
membuat siswa belajar, yaitu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku.
(Gagne).
Dan pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari
kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi
“pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan
sehingga anak didik mau belajar.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Dari pengertian diatas dapat dipaham trainer pembelajaran adalah suatu
alat atau media pembelajaran yang berfungsi sebagai alat bantu atau peraga untuk
menyampaikan informasi kepada peserta didik dalam menunjang proses suatu
pembelajaran untuk membantu peserta didik meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap peserta didik.
2.1.3. Spesifikasi Rancangan Trainer Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Rancagan trainer ini dapat digunakan untuk menyalakan 10 buah lampu
LED selama 12 jam FULL atau 12 buah selama 10 jam apabila baterai terisi
penuh, mencharge HP, menyalakan radio dan menyalakan TV 14inch & TV
21inch, tetapi akan mengurangi daya lampu.
Gambar 2.1. Trainer Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Sumber: harapanbangsa.com
Bahan yang akan dipakai:
SOLAR PANEL
Daya 50 WP
Tipe Monocrystaline / Polycrystaline
Voltage 12 V
KABEL
Kabel Modul 2 x 0.75
BATERAI
Tipe Aki Basah/Kering 65 Ah
Voltage 12 V
LAMPU LED
Lampu 3 buah lampu
ELECTRIC BOX SYSTEM
System
Voltage
12 Volt DC - 220 Volt AC
Controller 12 V
Inverter 500 Watt
2.2. Sel Surya (Solar Cell)
2.2.1 Sejarah Sel Surya (Solar Cell)
Solar Cell pertama kali ditemukan oleh fisikawan asal perancis bernama
Antoine Cesar Becquerel pada tahun 1839. Becquerel manamukan bahwa
tegangan listrik terjadi saat cahaya jatuh pada elektroda yang digunakan pada
penelitian tersebut.
Istilah Photo atau Foto berasal dari bahasa Yunani yang berbunyi "Phos"
dan berarti cahaya. sedangkan kata Voltaic merupakan pengembangan dari istilah
Volt yang diambil dari nama Alesandro Volta, seorang pelopor pengembangan
energi listrik.
Orang pertama kali membuat solar cell adalah Charles Fritts pada tahun 1883.
Ilmuan kebangsaan AS ini menggunakan Selenium sebagai semikonduktor yang
sangat tipis dan dilapisi dengan emas. Akan tetapi sinar matahari yang dikonversi
menjadi listrik menghasilkan effisiensi sebanyak 1%.
Kemudian pada tahun 1941, Russel Ohl seorang sarjana yang bekerja pada
AT&T Bell Labs menggunakan Silicon pada solar cell.
Pada tahun 1954 tiga orang peneliti yaitu Gerald Pearson, Calvin Fuller
dan Daryl Chapin dari AT&T Bells Labs menemukan bahwa Silicon dengan
impurity (campuran berbagai senyawa dari unsur gas, cair dan padat) tertentu
menjadi sangat sensitif terhadap cahaya dengan tingkat effisiensi 6%.
Pertama kali Jepang memamfaatkan material silicon amorf yang memiliki
fleksibilitas tinggi sehingga dapat ditumbuhkan pada substrat apapun.
Teknologi solar cell telah dikembangkan di Indonesia sejak tahun 70-an
terutama sejak terjadinya oil shock yang pertama. Solar cell dikembangkan
khususnya didaerah pedesaan atau daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh
jaringan PT. PLN (Persero) dengan tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan
dasar listrik pedesaan. Solar cell diperkotaan melalui program Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk daerah perkotaan diluncurkan pada tanggal
28 Agustus 2003 oleh ESDM.
2.2.2 Pengertian Sel Surya (Solar Cell)
sel surya adalah suatu elemen aktif yang mengubah cahaya matahari
menjadi energy listrik. Sel surya pada umumnya memiliki ketebalan minimum
0,3 mm, yang terbuat dari irisan bahan semikonduktor dengan kutub positif dan
kutub negative. Sel surya ini biasanya berbentuk diode pertemuan P – N yang
memiliki luas penampang tertentu.
2.2.3 Efek Photovoltaic (PV)
Jika bahan semikonduktor jenis N dipersambungkan dengan jenis P, maka
di persambungkan akan terjadi difusi elektron bebas dari jenis N ke yang jenis P
sehingga timbul tegangan kontak yang menghalangi difusi lebih lanjut dan
terjadilah ketimbangan dimana gaya difusi telah diimbangi oleh gaya medan
listrik oleh adanya tegangan kontak tersebut. Kalau sekarang pada persambungan
disinari, yang berarti dikenai foton cahaya, maka foton cahaya itu dapat
mementalkan elektron valensi menjadi elektron bebas yang lalu mengganggu
ketimbangan dan difusi elektron melintas persambunganpun berkelanjutan yang
kalau kedua ujung bahan itu dipersambungkan maka akan mengalirlah arus
listrik dari difusi elektron bebas tersebut dan seolah-olah dialirkan oleh sumber
daya yang e.m.f –nya sebesar apa yang boleh disebut e.m.f fotovoltaik. Efek
fotovoltaik ini kecuali dapat dipakai untuk mengukur intensitas cahaya selaku
fotometer atau fotosel, dapat dipakai juga untuk pembangkit tenaga listrik
berdasarkan penyinaran fotodioda yaitu dioda semikonduktor yang khusus
dirancang untuk keperluan itu, dengan cahaya matahari, yang lalu dikenal
sebagai sel surya (solar cell).
Gambar 2.2 Efek fotovoltaik.
2.3. Komponen Utama Pembangkit Listrik Tenaga Surya
2.3.1 Panel Surya
Panel surya atau modul surya adalah merupakan kumpulan sel-sel surya
yang dirangkai sedemikian rupa (seri atau paralel) sesuai dengan keperluan.
Sedangkan generator surya adalah kumpulan dari beberapa panel surya yang
dirangkai sedemikian rupa (seri atau paralel) sesuai dengan keperluan. Yang
berfungsi merubah cahaya matahari menjadi listrik arus searah (DC), inverter
dapat dengan mudah merubahnya menjadi listrik arus bolak balik (AC) apabila
diperlukan.Bentuk moduler dari modul surya memberikan kemudahan pemenuhan
kebutuhan listrik untukberbagai skala kebutuhan. Kebutuhan kecil dapat dicukupi
dengan satu modul atau dua modul,dan kebutuhan besar dapat dicatu oleh bahkan
ribuan modul surya yang dirangkai menjadisatu. Satu buah modul surya
umumnya terdiri dari 36 buah solar cell.
Gambar 2.3 Panel Solar Cell.
2.3.2 Regulator (Pengatur)
Controller di dalam sistem PLTS berfungsi sebagai pengatur arus listrik
baik terhadap arus yang masuk maupun arus yang keluar / digunakan. Adapun
fungsi – fungsi controller ini adalah sebagai berikut :
1.Saat voltase di baterai telah dalam keadaan penuh, maka controller berfungsi
menghentikan arus listrik yang masuk ke dalam baterai dengan maksud untuk
menjaga ketahanan baterai agar jauh lebih tahan lama.Di dalam kondisi ini,
listrik yang tersupply dari panel surya akan langsung terdistribusi ke beban /
peralatan listrik dalam jumlah tertentu sesuai dengan konsumsi daya peralatan
listrik.
2.Saat voltase di baterai dalam keadaan hampir kosong, maka controller berfungsi
menghentikan pengambilan arus listrik dari baterai oleh beban / peralatan listrik.
Dalam kadar voltase tertentu ( umumnya sekitar 10% sisa voltase di baterai ) ,
maka pemutusan dilakukan oleh controller. Adapun hal ini agar baterai lebih
tahan lama dan mencegah kerusakan pada sel – sel baterai. Pada kebanyakan
model controller, indikator lampu akan menyala dengan warna tertentu (
umumnya berwarna merah atau kuning ) yang menunjukkan bahwa voltase di
baterai sudah hampir habis dan perlu untuk proses charging. Dalam kondisi ini,
meskipun sisa voltase di baterai masih ada, namun karena pengambilan arus
listrik dari baterai telah diputus oleh controller, maka peralatan listrik / beban
tidak dapat beroperasi.
3.Pada controller tipe – tipe tertentu yang fungsi indikatornya cukup komplit,
berbagai macam kejadian yang terjadi pada sistem PLTS dapat terdeteksi
dengan baik. Selain terdapat susunan lampu – lampu yang masing – masing
lampu berbeda warna dengan frekuensi kedipan lampu yang berbeda juga untuk
tiap kejadian, controller tipe ini juga dapat terhubung dengan perangkat
komputer untuk keperluan kemudahan kontrol, pengecekan dan perbaikan
khususnya dalam jarak jauh.
Dalam charging mode, umumnya baterai diisi dengan metoda three stage
charging:
1. Fase bulk: baterai akan di-charge sesuai dengan tegangan setup (bulk – antara
14.4 – 14.6 Volt) dan arus diambil secara maksimum dari panel surya. Pada saat
baterai sudah pada tegangan setup (bulk) dimulailah fase absorption.
2. Fase absorption: pada fase ini, tegangan baterai akan dijaga sesuai dengan
tegangan bulk, sampai solar charge controller timer (umumnya satu jam)
tercapai, arus yang dialirkan menurun sampai tercapai kapasitas dari baterai.
3. Fase float: baterai akan dijaga pada tegangan float setting (umumnya 13.4 –
13.7 Volt). Beban yang terhubung ke baterai dapat menggunakan arus
maksimun dari panel surya / solar cell pada stage ini.
Untuk solar charge controller yang dilengkapi dengan sensor temperatur
baterai. Tegangan charging disesuaikan dengan temperatur dari baterai. Dengan
sensor ini didapatkan optimun dari charging dan juga optimun dari usia baterai.
Apabila solar charge controller tidak memiliki sensor temperatur baterai, maka
tegangan charging perlu diatur, disesuaikan dengan temperatur lingkungan dan
jenis baterai.
Pada mode ini, baterai akan melayani beban. Apabila ada over-discharge
ataun over-load, maka baterai akan dilepaskan dari beban. Hal ini berguna untuk
mencegah kerusakan dari baterai.
Gambar 2.4 Regulator.
2.3.3 Baterai
Baterai merupakan peralatan penting pada suatu pembangkit listrik tenaga surya.
Baterai penyimpan energi listrik yang diterima pada siang hari, dan akan
dikeluarkannya pada malam hari untuk melayani beban (terutama untuk penerangan).
Disamping itu baterai juga berfungsi menyediakan daya kepada beban waktu tidak
ada cahaya matahari dan harus pula meratakan perubahan-perubahan yang terjadi
pada beban. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan baterai ;
a. Tegangan yang dipersyaratkan.
b. Jadwal waktu pengoperasian.
c. Suhu pengoperasian.
d. Arus yang dipersyaratkan.
e. Kapasitas (Ampere jam = Ah).
f. Ukuran, bobot dan umur.
Gambar 2.5 Baterai.
2.2.4 Beban
Beban dapat berupa lampu LED, merupakan singkatan dari Light-emitting
diode (dioda cahaya) ialah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya
monokromatik yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju. Gejala ini termasuk
bentuk elektroluminesensi. Warna yang dihasilkan bergantung pada bahan
semikonduktor yang dipakai, dan bisa juga ultraviolet dekat atau inframerah dekat.
Lampu LED memiliki beberapa keunggulan dari lampu konvensional yang
sebelumnya kita gunakan (neon,bohlam dan lainnya) sehingga lampu Led layak
disebut sebagai lampu masa depan dan mulai digunakan dari sekarang.
Beberapa Keuntungan yang didapat apabila menggunakan lampu Led ketimbang
lampu nion / pijar :
1. Dengan menggunakan lampu LED kita bisa menghemat tagihan listrik karena
tahukah anda kalau lampu pijar hanya bisa mengubah sekitar 8 % dari konsumsi
listrik yang digunakan menjadi cahaya.
2. Bandingkan dengan lampu LED yang bisa mengubah dua kali lipatnya yaitu
sekitar 15-25% .
3. LED menghasilkan panas lebih sedikit. Dengan begitu selain hemat konsumsi
listrik dari lampu juga hemat untuk konsumsi lsitrik pendingin.
4. Panas yang dihasilkan lampu yang sering kita gunakan selain tidak nyaman untuk
mata juga bisa merubah warna dekorasi rumah.
5. Apabila menggunakan Lampu Led hal tersebut bisa dihindari karena kualitas dari
pencahaan lampu dan manajemen panas LED lebih baik.
6. Lampu LED bebas dari bahaya merkuri jadi sangat aman digunakan dimana saja.
7. Lampu LED jauh lebih tahan lama, 60 kali dari lampu pijar dan 10 kali dari lampu
neon.
8. Lampu LED memiliki desain yang elegan,bahkan bisa memperindah interior di
ruangan.
Lampu LED memiliki lifespan lebih dari 35.000 jam, bandingkan dengan
lampu CFL (Compact Fluorescent Lamp) yang hanya 6.000 jam. Dengan penggunaan
energi yang lebih kecil, penawaran yang sangat menarik. Lampu CFL 8 Watt setara
dengan lampu LED 3 Watt. Standar lampu CFL yang efisien memiliki 14 – 17
Lumens / Watt (Lumens adalah ukuran cahaya oleh mata manusia). Lampu LED
memiliki 60 – 100 Lumens / Watt. Dengan lampu LED 3 Watt x 60 Lumens = 180
Lumens, 8 Watt CFL x 17 Lumes = 136 Lumens.
LED (Light Emitting Diode) dioperasikan dengan arus searah (Direct Current)
12 Volt. Lampu LED juga dapat dioperasikan menggunakan arus bolak balik
(Alternating Current) 100 – 240 Volt (listrik untuk rumah). Untuk itu lampu LED
memiliki sirkuit internal (konverter) untuk mengubah AC menjadi DC. Dari konversi
tersebut timbul panas, karena hal tersebut di lampu LED AC umumnya anda dapat
melihat adanya sirip-sirip pendingin.
Gambar 2.6 Beban Lampu.
2.2.5 Inverter
Inverter adalah peralatan listrik yang dapat mengubah arus DC menjadi arus AC.
Peralatan ini termasuk peralatan yang rumit terutama untuk pemakaian daya yang
besar karena terdiri dari rangkaian-rangkaian thyristor. Pada terminal outputnya
keluar tegangan bolak-balik sinusoida.
Gambar 2.7 Inverter.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian : Universitas Negeri Jakarta
Waktu Penelitian : Mei 2012 – Selesai
3.2. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode eksperimen perancang dengan merancang sebuah
trainer pembelajaran pembangkit listik tenaga surya yang memanfaatkan energi tak
terhabiskan yaitu matahari atau energi pengganti yaitu lampu sebagai sumber cahaya,
dengan efek fotovoltaik untuk merubah energi matahari menjadi energi listrik pada trainer
tersebut.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang objektif, aktual, akurat, serta dapat dipertanggung
jawabkan di dalam menyusun data untuk skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan
bagaimana teknik-teknik pengumpulan data, dan sangatlah penting sebagai bahan analisa
untuk menyelesaikan permasalahan yang dirumuskan. Data-data ini disusun secara
sistematis dan juga sesuai dengan masalah peneliti, dalam hal ini masalah yang berkaitan
adalah Perancang Trainer Pembelajaran Pembangkit Listrik Tenaga Surya Untuk Mata
Kuliah Ppembangkit Energi Listrik.
Berikut adalah beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti
dalam melakukan penelitian, yaitu:
3.3.1 Observasi
Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara terjun
langsung kelapangan, dengan melakukan pengamatan langsung terhadap Trainer
Pembelajaran Pembangkit Listrik Tenaga Surya
3.3.2 Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara yang dipakai oleh penulis dalam teknik
pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini. Teknik
yang dilakukan yaitu dengan mengadakan diskusi atau mewawancarai dosen, guru
bahkan pedagang yang menjual komponen-komponen trainer tersebut. Cara ini
dianggap cukup efisien mengingat tidak selamanya informasi yang terdapat dalam
buku petunjuk manual dapat menyelesaikan suatu masalah yang terjadi.
Penjelasan yang didapatkan dalam diskusi yang telah dilakukan, dirasakan sangat
membantu penulis dalam pembahasan skripsi ini. Selain dari pada itu penulis juga
melakukan diskusi dengan teman-teman mahasiswa dikelas dengan maksut
mendapatkan hasil dan dapat dibandingkan antara permasalahan yang pernah
terjadi dalam lingkungan universitas khususnya pada jurusan pendidikan teknik
elektro.
DAFTAR PUSTAKA
Complete Set of Solar System, http://www.tcmpsolar.com/set.html (Kamis, 00.30, 28 Juli 2012,
depok).
Indrasmara, Gagah, 2009, Perhitungan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya)
Lampu LED Bulb 7W Natural White, http://solarsuryaindonesia.com/product/lampu-led-bulb-
7w-natural-white (Kamis, 01.20, 28 Juli 2012, Depok).
Panel Surya / Solar Panel, http://solarsuryaindonesia.com/panel-surya (Kamis, 00.35, 28 Juli
2012, Depok).
Primantara, Agus, 1994, Teknik Tenaga Listrik Tebaga Surya, Malang, PPPGT VEDC
Sejarah Solar Cell (Photovoltaic) , http://engelbertchristian.blogspot.com/2010/04/solar-cell-
pertama-kali-ditemukan-oleh.html (Rabu, 16.30, 27 Juli 2012, Depok)
Sigalingging, Karmon. 1994, PLTSurya, Bandung, Tarsito
Solar Controller, http://solarsuryaindonesia.com/product/vs6048n (Kamis, 01.35, 28 Juli 2012,
Depok).
top related