contoh proposal penelitain 1
Post on 05-Feb-2016
41 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
CONTOH_1: PROPOSAL PENELITIAN:Berikut ini akan disampaikan Contoh Proposal Penlitian dan Gambaran dari Bentuk Konsultasi melalui e-mail. Tujuan dari penyampaian contoh ini hanya memberikan Gambaran kpd Mahasiswa ttg Bentuk Proposal yang akan disusun.
JUDUL PROPOSAL PADA CONTOH INI ADALAH:
“Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Leaflet Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Tentang Seks Pra Nikah Pada Siswa Kelas XI SMK X DI KECAMATAN Y”
RANCANGAN/DESAIN PENELITIAN:
Kuasi Eksperimental (Pra Eksperimental)
(Tulisan Proposal secara utuh ada dibawah)
---------------------------
Silahkan dibaca untuk memberikan Gambaran ttg Bentuk Proposal Penelitian. Berkaitan dengan Rancangan Penelitian, TIDAK perlu dirisaukan. Untuk Mahasiswa Semester V TW nanti CUKUP dengan Rancangan Deskriptif saja. Berikut Contoh-Contoh Topik Penelitian Deskriptif:1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Retardasi Mental*) Pada
Keluarga Dengan Anak Menderita Retardasi Mental Di Desa XXXX*)
2. Hubungan Tingkat Pendidikan*) Orang Tua Dengan Pengetahuan*) Tentang
Retardasi Mental Pada Keluarga Dengan Anak Retardasi Mental Di Desa
XXX*), dsb.
Keterangan dari Kata-kata yg diberi Tanda *) : ã Bahwa Variabel tersebut Dapat diganti dengan Variabel lain, misalnya
Retardasi Mental diganti dengan Kondisi Gangguan Kesehatan (Patologis) yang lain yang terkait dengan Terapi Wicara, seperti Apasia, Gangguan Pendengaran dsb.
ã Tempat/Lokasi juga dapat diganti/disesuaikan, misalnya di Rumah Sakit...., di Klinik....., di Yayasan....., di RBM, dan sebagainya.
ã Variabel Tingkat Pendidikan bisa diganti dengan Tingakt Pendapatan atau Sosial Ekonomi Keluarga, Pekerjaan Orang Tua, dsb.
ã Variabel Pengetahuan juga dapat diganti dengan Variabel yg lain seperti Sikap, Keterampilan, dsb.
Contoh-Contoh yang lain akan segera menyusul....!!!!
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk Indonesia sudah terbukti mulai melakukan hubungan seks
pada umur semakin muda. Hasil penelitian Yayasan Kusuma Buana
menunjukkan bahwa sebanyak 10.3% dari 3,594 remaja di 12 kota besar di
Indonesia telah melakukan hubungan seks bebas (Stephanie Creagh, 2004).
Hasil riset dari penelitian yang telah dilakukan oleh Komnas Perlindungan
Anak (2007) ataupun BKKBN (2010), mengenai perilaku remaja yang
melakukan hubungan seks pra nikah juga menunjukkan kecenderungan yang
meningkat.
Di Indonesia ada sekitar 16-20% dari remaja yang berkonsultasi
telah melakukan hubungan seks pranikah, jumlah kasus ini cenderung naik. Itu
bisa dilihat dengan meningkatnya jumlah kasus aborsi di Indonesia yang
mencapai 2,3 juta pertahun. Di Jawa tengah ada sekitar 60 ibu yang
melakukan aborsi perbulan atau sekitar 720 pertahun. Tragisnya 15-30% dari
perilaku aborsi itu adalah remaja yang berstatus siswi SMP (Sekolah
Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas), ini
menunjukkan rentannya remaja terhadap masalah seks bebas
(Pujiyatmi,2009).
2
Perilaku seksual remaja di Klaten sudah dalam taraf memprihatinkan
dimana perilaku seks bebas sudah mulai berkembang di kalangan remaja di
Klaten.Pihak pendidikan harus memberikan pemahaman yang benar tentang
seksualitas dan kesehatan reproduksi bagi pelajar Sekolah Menengah Umum
(SMU) di Kabupaten Klaten sebagai kelompok yang rentan terhadap perilaku
dan pergaulan bebas. (Purnama, 2008).
Di Kabupaten Klaten kehamilan pranikah pada remaja menduduki
prosentase ketiga setelah anemia dan infeksi kulit sebagai masalah remaja
tahun 2010. Kumulatif angka kejadian kehamilan pranikah di Kabupaten
Klaten mengalami kenaikan yang cukup tajam yaitu dari 2 kasus menjadi 45
kasus (Dinkes Kab.Klaten, 2010).
Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 20
September 2011 di Swadaya Klaten dari 6 (lima) siswa terdapat 1 (satu) siswa
atau 16.6% mengetahui tentang pengertian seks pra nikah, 2 (dua) siswa atau
33.33% menjawab salah tentang pengertian seks pra nikah dan 2 (dua) siswa
atau 33.33% tidak mengetahui tentang pengertian seks pra nikah. Angka
kejadian dalam kurun waktu 3 tahun ini terdapat 3 (tiga) siswa yang mengalami
masalah kesehatan reproduksi diantaranya dampak negatif dari seks pranikah
yang menyebabkan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). Untuk menghindari
dampak negatif dari seks pra nikah, maka perlu memberikan pengetahuan pada
remaja tentang pengertian seks pranikah yaitu hubungan seks yang dilakukan
remaja sebelum menikah. Hubungan seks pranikah selain dilarang oleh agama,
banyak mengandung risiko atau dampak seperti hilangnya
3
keperawanan/keperjakaan, terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (KTD),
hal ini membuat remaja terpaksa menikah, padahal mereka belum siap mental,
sosial dan ekonominya, putus sekolah (Drop Out). Materi yang akan di
sampaikan perlu menggunakan alat bantu berupa media yang berarti perantara
dalam penyampaian pelajaran kepada siswa. Media yang bisa digunakan salah
satunya yaitu jenis Leaflet. Leaflet merupakan bentuk penyampaian informasi
atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Leaflet mempunyai
salah satu manfaat yaitu pembelajaran bisa lebih menarik, media dapt
diasosiasikan sebagai penarik perhatian membuat siswa tetap terjaga dan
memperhatikan. Kurangnya materi khusus tentang kesehatan reproduksi
mengakibatkan kurangnya pengetahuan tentang hal tersebut, sehingga perlu di
beri penyuluhan kesehatan reproduksi khususnya tentang seks pra nikah.
Apabila hal ini tidak segera ditindak lanjuti, maka siswa akan berusaha mencari
sumber informasi yang mungkin berasal dari pihak yang kurang bertanggung
jawab.Memperhatikan hal-hal di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Leaflet Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Tentang Seks Pra Nikah Pada Siswa Kelas XI
SMK Swadaya Klaten.
4
B. Rumusan Masalah
Kesehatan reproduksi sangat penting untuk dipahami oleh remaja, karena
ketidaktahuan tentang kesehatan reproduksi dengan benar, dapat
mengakibatkan remaja melakukan hubungan seksual secara bebas pranikah, Di
Indonesia masih sangat minim upaya-upaya peningkatan pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi dikarenakan hal tersebut dianggap adalah hal
yang tabu. Dengan media audio visual yang dilakukan secara tepat akan dapat
menambah pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja
khususnya seks pra nikah. Oleh sebab itu, permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah penyuluhan dengan media
leaflet mempunyai pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan tentang
seks pra nikah pada siswa kelas XI SMK Swadaya Klaten”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dengan media leaflet terhadap
peningkatan pengetahuan tentang seks pra nikah pada siswa kelas XI SMK
Swadaya Klaten
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan seks pra nikah sebelum dilakukan
penyuluhan dengan menggunakan media leaflet
b. Untuk mengetahui pengetahuan seks pra nikah setelah dilakukan
penyuluhan dengan menggunakan media leaflet
5
c. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan dengan menggunakan media leaflet
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang
pengaruh penyuluhan dengan media leaflet terhadap peningkatan
pengetahuan tentang seks pranikah pada siswa kelas XI SMK Swadaya
Klaten
b. Informasi yang diperoleh dapat dijadikan acuan untuk penelitian
selanjutnya dengan hasil yang lebih akurat dan lebih bermanfaat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi tenaga Kesehatan
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan dalam rangka membekali
remaja tentang ilmu pengetahuan tentang seks pranikah sehingga dapat
meningkatkan remaja kearah yang positif.
b. Bagi Guru SMK Swadaya Klaten
Sebagai masukan guru untuk meningkatkan pengetahuan positif
tentang kesehatan reproduksi terutama tentang seks pranikah pada
siswa.
6
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang serupa pernah dilakukan oleh Sehat Simatupang (2009)
dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Listrik Dinamis Kelas X
Semester II SMAN I Binjai” jenis penelitian ini adalah penelitian quasi
eksperimen. Sampel yang diambil sebanyak 2 kelas dimana terdiri dari
I kelas sebagai eksperimen dan I kelas sebagai kontrol dan masing-
masing kelas terdiri dari 39 siswa. Hasil akhir nilai pada kelas
eksperimen mengalami peningkatan sebesar 38 %. Persamaan
penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-
sama penelitian quasi eksperimen dan menggunakan kontrol. Perbedaan
penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada
variabel,materi yang disampaikan, sampel, waktu dan tempat
penelitian.
2. Penelitian yang serupa pernah dilakukan oleh Sehat Sakinatunisa
(2010) “dengan judulefektifitas penyuluhan kesehatan reproduksi
remaja terhadap terhadap peningkatan pengetahuan pada siswa kelas XI
SMA N I Semin Gunung Kidul”. Jenis penelitian ini adalah penelitian
quasi eksperimen dengan pre test-post test design. Dengan responden
84 siswa kelas XI. Hasil akhir terjadi peningkatan pengetahuan setelah
diberi penyuluhan. Persamaan penelitian tersebut dengan penenlitian
yang akan diteliti adalah terdapat kesamaan pada variabel bebas dan
veriabel terikat, jenis penelitian. Perbedaan penelitian tersebut dengan
7
penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah pada penelitian
terdahulu tidak ada kontrol, pemberian materi berbeda, sampel, dan
tempat penelitian berbeda.
8
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga sasaran
tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan
suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Effendy, 1998).
Menurut Notoatmodjo (2004) metode yang digunakan dalam penyuluhan
kesehatan adalah:
a. Metode Ceramah
Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide,
pengertian, atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga
memperoleh informasi tentang kesehatan (Effendy, 1998).
b. Metode Diskusi Kelompok
Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang
suatu topik pembicaraan di antara 5-20 peserta (sasaran) dengan seorang
pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
9
c. Metode Curah Pendapat
Adalah suatu bentuk pemecahan masalah dimana setiap anggota
mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan
oleh masing-masing peserta dan evaluasi atas pendapat-pendapat.
d. Metode Panel
Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau
peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dan
seorang pemimpin.
e. Metode Bermain Peran
Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan
tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai
sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
f. Metode Demonstrasi
Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide, dan prosedur
tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk
memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan
dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap
kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
g. Metode Simposium
Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang
dengan topik yang berlebihan, tetapi saling berhubungan erat.
10
h. Metode Seminar
Adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul untuk
membahas suatu masalah di bawah bimbingan seorang ahli yang
menguasai bidangnya.
2. Media
a. Pengertian media
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi
yang membuat siswa mampu memperolah pengetahuan, katerampilan
atau sikap. Dalam proses belajar media diartikan sebagai alat-alat
grafis, photografis, atau elektronis untuk menangka, memproses dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad 2001).
b. Fungsi dan manfaat media
1) Fungsi media :
a) Memotivasi minat atau tindakan
b) Menyajikan informasi
c) Memberi instruksi
11
2) Manfaat
a) Penyampain pelajaran menjadi lebih baku, setiap pelajar yang
melihat atau mendengar penyajin melalui media menerima pesan
yang sama
b) Pembelajaran bisa lebih menarik, media dapt diasosiasikan
sebagai penarik perhatian membuat siswa tetap terjaga dan
memperhatikan
c) Pelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori
belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal
partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan
d) Lama waktu pembelajaran dapat dipersingkat karena kebanyakan
media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan
pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak
dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa
e) Kualitas hasil belajar dapat dapat meningkat apabila integrasi kata
dan gambar sebagai media pembelajaran dapat
mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan yang
terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan jelas.
f) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana di perlukan
g) Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan
h) Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif
12
c. Macam-macam media
1) Media Cetak
2) Media elektronik
3) Media papan
d. Media cetak
Menurut Notoatmodjo (2007) Media cetak sebagai alat untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain :
1) Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan maupun gambar
2) Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan
kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam
bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi
3) Flyer (selebaran) adalah seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk
lipatan
4) Flip chart (lembar balik) adalah media penyampaian pesan atau
informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.
5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai
bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan
6) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi
kesehatan yang biasanya ditempel ditembok-tembok, tempat umum
7) foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan
13
e. Leaflet
1) Manfaat media leaflet yaitu :
a) Untuk mengingat kembali tentang hal-hal yang telah diajarkan
atau dikomunikasikan
b) Diberikan sewaktu kampanye untuk memperkuat ide yang telah
disampaikan
c) Untuk memperkenalkan ide-ide baru kepada orang banyak
2) Keuntungan leaflet
a) Dapat disimpan lama
b) Sebagai refensi
c) Jangkauan dapat jauh
d) Membantu media lain
e) Isi dapat dicetak kembali dan dapat sebagai bahan diskusi
(Dep.kes RI, 2004).
3. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan berasal dari kata “tahu” yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
14
b. Tingkat Pengetahuan
Terdapat enam tingkatan dalam pengetahuan, yaitu: (Notoatmojo,
2007).
1) Tahu (know)
Adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
2) Memahami (comprehension)
Adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application)
Adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis (analysis)
Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih masih didalam
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
15
6) Evaluasi (evaluation)
Adalah kemapuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
c. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilkakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetehuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan di atas.
Pada penelitian ini, variabel pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi diukur dengan menggunakan kuesioner, dengan jawaban
dikotomi, yaitu nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban
salah. Kemudian jawaban ditabulasi dalam bentuk presentase dan
dikategorikan dalam kategori baik (>75%), cukup (≥60-≥75%) dan
kurang (<60%) (Arikunto, 2006).
4. Remaja
a. Pengertian Remaja
WHO mendefinisikan remaja adalah mereka yang berusia 10-19
tahun. Sementara United Nation (UN) menetapkan usia 15-24 tahun
sebagai usia muda (youth). Di Indonesia batasan remaja yang
16
mendekati batasan UN tentang pemuda adalah kurun usia 15-24 tahun
(Sarwono, 2003).
Tahapan masa remaja :
1) Masa remaja awal umumnya antara usia 11-13 tahun.
2) Masa remaja tengah., yaitu antara usia 14-18 tahun.
3) Masa remaja akhir antara umur 19-21 tahun (BKKBN, 2000).
b. Perkembangan Remaja
Masa remaja ditandai masa pubertas, yaitu waktu terjadinya
perkembangan seks sekunder, berlangsung antara 2-3 tahun. Perubahan
pubertas akan mendahului perkembangan seks sekunder yang pertama.
Hormon-hormon steroid adrenal, estrogen, androgen, mempunyai peran
penting dalam perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pubertas
(Sarwono, 2003).
1) Perkembangan Fisik
Perubahan dalam bentuk dan ciri-ciri fisik dan hubungan erat
dengan mulainya pubertas. Hormon pertumbuhan memproduksi
dorongan pertumbuhan yang cepat, dan membawa tubuh mendekati
tinggi dan berat dewasanya dalam jangka waktu 2 tahun.
Pencapaian kematangan seksual pada gadis remaja ditandai
oleh kehadiran menstruasi. Menstruasi dapat menimbulkan
gangguan-gangguan berupa puting susu nyeri, bengkak, mudah
tersinggung, sakit perut (dismenorea), letih, gelisah, kram, yang
biasa dikenal dengan istilah PMS atau premenstrual syndrome. Masa
17
subur atau saat pelepasan sel telur pada perempuan terjadi pada hari
ke 14 sebelum masa menstruasi sebelumnya. Biasanya diambil
perkiraan masa subur 3-5 hari sebelumdan sesudah hari ke 14
tersebut.
Sedangkan pada pria ditandai oleh produksi sperma. Laki laki
memproduksi sperma setiap hari. Sperma tidak harus selalu
dikeluarkan. Ia akan diserap oleh tubuh dan dikeluarkan melalui
cairan keringat, kotoran cair dan kotoran padat. Hormon-hormon
utama yang mengatur perubahan ini adalah androgen pada pria dan
estrogen pada wanita, zat-zat yang juga dihubungkan dengan
penampilan ciri-ciri seksual sekunder : rambut wajah, tubuh, kelamin
dan suara yang mendalam pada pria. Pada wanita, perubahan terjadi
pada rambut tubuh dan kelamin, pembesaran payudara, dan pinggul
lebih lebar.
2) Perkembangan Intelektual
Tidak ada perubahan dramatis dalam fungsi intelektual selama
masa remaja.
3) Perkembangan Seksual
Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung
jawab atas munculnya dorongan seks. Pemuasan dorongan seks
masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga
kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Terlepas
dari keterlibatan mereka dalam aktivitas seksual, beberapa remaja
18
tidak tertarik pada atau tahu tentang metode Keluarga Berencana
atau gejala-gejala Penyakit Menular Seksual (PMS). Akibatnya,
angka kelahiran tidak sah dan timbulnya penyakit kelamin semakin
meningkat.
4) Perkembangan Emosional
Psikolog Amerika G. Stanley Hall mengatakan bahwa masa
remaja adalah masa stres emosional, yang timbul dari perubahan
fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.
c. Ciri-ciri Remaja
Ciri-ciri remaja menurut Sarwono 2003 adalah sebagai berikut :
1) Masa Peralihan
Yaitu terjadi peralihan dari tahap perkembangan ke tahap berikutnya,
artinya apa yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya
pada apa yang terjadi sekarang dan akan datang.
2) Masa Perubahan
Yaitu meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada
tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi, perubahan tubuh,
minat dan peran.
3) Usia Bermasalah
Masalah remaja sering sulit diatasi karena remaja merasa dirinya
mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri dan
menolak bantuan orang tua.
4) Ambang Masa Dewasa
19
Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang berhubungan
dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras,
memakai narkoba dan terlibat dalam perbuatan seks.
5) Masa Yang Tidak Realistis
Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia
inginkan dan bukan sebagaimana adanya.
6) Masa Mencari Identitas
Penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting dan mulai
mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi
sama dengan teman-temannya, salah satu cara untuk mengangkat
dirinya adalah dengan simbol status.
d. Tanda-tanda Seksual Pada Remaja
Menurut Sarwono (2003) perubahan fisik pada remaja ditandai
dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut :
1) Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun,
penis dan buah zakar bertambah besar, tumbuh bulu pada di sekitar
kemaluan, terjadinya ereksi dan ejakulasi (keluarnya air mani),
tumbuh bulu ketiak dan bulu dada, tumbuh kumis dan dada lebih
bidang dan badan berotot.
2) Pada remaja putri terjadi menstruasi, pinggul melebar, pertumbuhan
rahim dan vagina, payudara membesar dan tumbuhnya rambut di
ketiak dan sekitar kemaluan (pubis).
20
5. Kesehatan Reproduksi
a. Pengertian Kesehatan Reproduksi
ICPD di Kairo menyepakati pengertian kesehatan reproduksi adalah
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas
dari penyakit dan kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi (BKKBN, 2000)
b. Cakupan Pelayanan Kesehatan Reproduksi
1) Konseling dan informasi Keluarga Berencana (KB)
2) Pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk: pelayanan aborsi yang
aman, pelayanan bayi baru lahir/neonatal)
3) Pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular
seksual (PMS), termasuk pencegahan kemandulan
4) Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR)
5) Konseling, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kesehatan
reproduksi
c. Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh
remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas
penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental
serta sosial kultural (BKKBN, 2000).
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki
informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor
21
yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan
remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab
mengenai proses reproduksi.
d. Pengetahuan Dasar Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar
mempunyai kesehatan reproduksi yang baik meliputi :
1) Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi
(aspek tumbuh kembang remaja)
2) Mendewasakan usia kawin serta merencanakan kehamilan agar
sesuai dengan keinginannya dan pasanganya
3) Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya
terhadap kondisi kesehatan reproduksi
4) Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
5) Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
6) Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
7) Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk
memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang
bersifat negatif
8) Hak-hak reproduksi
e. Anatomi Dan Faal Alat Reproduksi
Menurut Evelin Pearce (2002) alat reproduksi terdiri atas :
1) Alat reproduksi pria
22
a) Penis berfungsi untuk deposit sperma dalam hubungan seksual
sehingga dapat ditampung dalam liang senggama. Pada waktu
tertentu (misalnya pada waktu akan senggama) pembuluh-
pembuluh darah pada penis dialiri darah sehingga penis mengeras
(ereksi). Penis yang tidak bisa berereksi dinamakan impoten.
Penderita impoten akan mengalami kesulitan dalam hubungan
seksual dan untuk mengatasi hal itu penderita perlu melakukan
pengobatan ke dokter.
b) Testis berfungsi membentuk hormon pria yaitu tostesteron dan
membentuk spermatozoa, spermatozoa diproduksi dalam jumlah
ratusan juta.
c) Epididimis berfungsi untuk tempat tumbuh dan berkembangnya
spermatozoa.
d) Kelenjar prostat berfungsi membentuk cairan pendukung
spermatozoa dan sebagai tempat penyimpanan sperma untuk
sementara.
e) Urethra (saluran kencing) merupakan tempat keluarnya air mani
dalam keadaan penis berereksi. Pemancaran air mani yang biasanya
terjadi pada puncak kepuasan seksual (orgasme) disebut ejakulasi.
Pada setiap ejakulasi dipancarkan sekitar 200-400 juta sel
spermatozoa. Jika jumlah spermatozoa kurang dari 50 juta dalam
setiap ejakulasi, ada kemungkinan laki-laki itu tidak dapat
menghamili istrinya (mandul).
23
2) Alat reproduksi wanita
a) Labia mayora (bibir besar)
b) Labia minora ( bibir kecil)
c) Klitoris yaitu bagian yang mengandung banyak syaraf sehingga
sangat sensitif terhadap sentuhan dan dapat menyebabkan terjadi
orgasme pada wanita
d) Himen (selaput dara) merupakan selaput tipis yang menutupi
sebagian lubang vagina luar. Pada saat pertama kali senggama
selaput dara bisa sobek dan terjadi perdarahan ringan, tetapi ada
juga sobeknya selaput dara tanpa disertai dengan perdarahan
e) Vagina (liang senggama) mempunyai 3 fungsi yaitu sebagai jalan
keluar darah haid, jalan masuk penis pada waktu senggama dan
jalan keluar bayi waktu melahirkan
f) Rahim (uterus) tempat untuk memelihara dan mempertahankan
kehamilan selama sembilan bulan
g) Tuba fallopi berfungsi menangkap ovum, tempat terjadinya
pembuahan, menjadi saluran dan tempat pertumbuhan hasil
pembuahan sebelum mampu menanamkan diri pada lapisan dalam
rahim
h) Ovarium berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum) dan mengatur
proses menstruasi. Sel telur pada umumnya terlepas satu per satu
pada waktu tertentu (biasanya 28 hari sekali)
24
f. Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Seks pranikah
Seks pranikah adalah hubungan seks yang dilakukan remaja
sebelum menikah. Hubungan seks pranikah selain dilarang oleh agama,
banyak mengandung risiko, seperti hilangnya keperawanan/keperjakaan,
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), hal ini membuat
remaja terpaksa menikah, padahal mereka belum siap mental, sosial dan
ekonominya, putus sekolah (Drop Out).
Jika remaja tersebut masih sekolah, pengguguran kandungan
(aborsi), jika hal ini dilakukan oleh orang yang kurang terlatih dapat
terjadi pendarahan, bahkan bisa menyebabkan kematian, terkena penyakit
menular seksual (IMS/HIV/AIDS), khususnya remaja yang sering
berganti-ganti pasangan apalagi yang berhubungan seks dengan pejajah
seks (Sarwono, 2005).
Bentuk-bentuk tingkah laku seks pranikah dapat beraneka ragam,
mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku masturbasi, onani,
berpegangan tangan, cium pipi, berpelukan, cium bibir, petting dan
berhubungan seksual. Objek seksual dapat berupa orang, baik sejenis
maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian
tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak
menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau
lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang dilakukan
sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikologis yang sangat
serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah dan agresi (Sarwono, 2005).
25
Sementara akibat psikososial yang timbul akibat perilaku seksual
antara lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial
yang tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar
nikah. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak
keadaan tersebut. Selain itu risiko yang lain adalah terganggunya
kesehatan yang bersangkutan, risiko kelainan janin dan tingkat kematian
bayi yang tinggi. Disamping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga
sangat tinggi, hal ini disebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah
menerima kenyataan adanya murid yang hamil di luar nikah (Sarwono,
2005).
1. Faktor penyebab
Menurut para ahli, alasan seorang remaja melakukan hubungan
seksual pra nikah ini terbagi dalam beberapa factor (Dianawati,
2006), yaitu :
a. Tekanan yang datang dari teman pergaulan
b. Tekanan dari pacar
c. Ada kebutuhan badaniah
d. Rasa penasaran
e. Pelampiasan diri
Menurut Sarwono mengutip dari Sanderiwtz dan Paxman
(2005) menunjuk kepada faktor–faktor sosial–ekonomi seperti
rendahnya pendapatan dan taraf pendidikan, besarnya jumlah
keluarga dan rendahnya nilai agama di masyarakat yang
26
bersangkutan sebagai factor yang berpengaruh terhadap perilaku
seksual remaja.
Ada pula faktor penyebab perilaku seks pranikah yang lain,
yaitu:
a. Kurangnya menghayati ajaran agama, pengetahuan norma sesuai
ajaran agama yang kurang disertai penyebab dan akibat seks
pranikah.
b. Faktor lingkungan, baik keluarga maupun lingkungan pergaulan.
Lingkungan keluarga yang dimaksud adalah cukup tidaknya
pendidikan agama yang diberikan orangtua terhadap anaknya.
Cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh sang
anak dari keluarganya. Cukup tidaknya keteladanan yang diterima
sang anak dari orangtuanya, dan lain sebagainya yang menjadi
hak anak dari orangtuanya. Jika tidak, maka anak akan mencari
tempat pelarian di jalan-jalan serta di tempat-tempat yang tidak
mendidik mereka. ssAnak akan dibesarkan di lingkungan yang
tidak sehat bagi pertumbuhan jiwanya. Anak akan tumbuh di
lingkungan pergaulan bebas.
c. Pengawasan masyarakat semakin menurun, masyarakat tidak lagi
melakukan pengawasan terhadap perbuatan yang melanggar nilai-
nilai dan sosial budaya, termasuk hubungan seks pranikah,
menyebabkan kepatuhan terhadap nilai-nilai sosial budaya
semakin menurun.
27
d. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang kurang, sehingga
mereka cenderung menggali pengetahuan lebih jauh dengan cara
mencoba-coba, ditambah pula dorongan seksual yang kuat
e. Penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa yang
dengan teknologi yang canggih (contoh: VCD, buku, photo,
majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi.
Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin
mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media
massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui
masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.
f. Adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria
dan wanita dalam masyarakat, salah memilih teman dapat
merugikan masa depan karena mengikuti gaya hidup yang tidak
sehat, seperti gaya seks bebas, penggunaan narkoba, tindak
kriminal dan kekerasan (Sarwono, 2005)
2. Dampak
Anak remaja yang terlibat dalam dalam aktifitas seksual di
luar perkawinan akan menghadapi stigma sosial, konflik keluarga,
permasalahan dengan sekolah, dan kebutuhan potensial unutk
upaya pengguguran yang tidak aman ( Waspodo, 2005)
28
3. Pencegahan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
upaya-upaya untuk mencegah atau menghindari seks pranikah :
a. Mencari kegiatan-kegiatan atau alternatif baru sehingga dapat
menemukan kepuasan yang mendalam dalam hal yang positif.
b. Membuat komitmen bersama pacar dan berusaha keras untuk
mematuhi komitmen itu. Komitmen dalam hal ini adalah
kesepakatan tentang batasan-batasan aktifitas seksual yang
dipilih dalam hubungan pacaran. Dalam pengambilan keputusan
ini perlu dipertimbangkan berbagai hal seperti norma, nilai,
risiko dan manfaat.
c. Menghindari situasi atau tempat yang menimbulkan fantasi atau
rangsangan seksual seperti berduaan di rumah yang tidak
berpenghuni, di pantai malam hari, tempat yang sepi dan gelap.
d. Menghindari frekuensi pertemuan yang terlalu sering karena jika
sering bertemu tanpa ada aktifitas yang pasti, maka keinginan
untuk mencoba aktifitas seksual biasanya semakin menguat.
e. Melibatkan banyak teman/saudara untuk berinteraksi sehingga
kesempatan untuk selalu berdua semakin berkurang. Hal ini juga
menghindari ketergantungan yang berlebih dengan pacar.
f. Mencari informasi yang sebanyak-banyaknya tentang masalah
seksualitas dari sumber yang dapat dipercaya.
29
g. Mempertimbangkan risiko dari tiap perilaku seksual yang
dipilih.
h. Mendekatkan diri pada Tuhan dan berusaha keras menghayati
norma atau nilai-nilai yang berlaku.
i. Memahami bahwa seks bukannya satu-satunya cara untuk
mengungkapkan kasih sayang kepada pasangan.
j. Menghindari sikap-sikap yang dapat menimbulkan rangsangan,
seperti menyentuh bagian tubuh yang mudah terangsang
sehingga menimbulkan gairah dan hawa nafsu berhubungan seks
(BKKBN, 2008)
B. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori Modifikasiberdasarkan Notoatmodjo (2007).
30
Input(Siswa SMK Swadaya Kelas XI)
Materi :Seks pra nikah
Alat bantu :Media leaflet
OutputTingkat pengetahuan :
Tahu (know)
Proses belajar
Penyuluhan
C. Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 2. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Ada pengaruh penyuluhan dengan menggunakan media leaflet terhadap
peningkatan pengetahuan tentang seks pra nikah.
31
Penyuluhan dengan Media Leaflet Peningkatan Pengetahuan
remaja tentang seks seks pra nikah
Penyuluhan tanpa Media Leaflet
???
Sebaiknya Objek Penelitiannya siapa, ada di sini SEBELUM masuk ke Variabel Pengetahuan
COBA DIPERETEGAS LAGI, SEBENARNYA MAU PAKAI KONTROL ATAU TIDAK..? KALAU TIDAK, YA COBA DIBACA ULANG KEPUNYAAN KEASLIAN PENELITIAN YG NO.2, BARANGKALI ADA YG BISA DI ADOBSI....!!!
01 X 02
01 02
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
jenis penelitian ini merupakan penelitian QuasiEksperimental dengan
rancangan Non Randomized Control Group Pretest–Posttest Design.
(Notoatmodjo, 2002). Pola desain penelitian yang dipergunakan adalah
sebagai berikut:
Pretest Perlakuan Postest
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Gambar 3 : Desain Penelitian
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. waktu
Waktu yang digunakan oleh peneliti dalam pengambilan data untuk
penelitian direncanakan pada bulan september – oktober 2011.
2. Lokasi
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah SMK Swadaya Klaten
32
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini populasi yang
digunakan adalah semua siswa kelas XI SMK Swadaya Klaten
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (hidayat,2007).Sampel dalam
penelitian ini diambil dengan teknik total sampling yaitu semua populasi
dijadikan sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI
SMK Swadaya Klaen
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang didapatkan dari
hasil pretest dan postest.
E. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai reliabilitas. Dalam penelitian ini
terdapat tiga variabel, yaitu penyuluhan dengan Media Leaflet sebagai
variabel bebas, peningkatan pengetahuan remaja tentang seks pra nikah
33
sebagai variabel terikat dan penyuluhan tanpa media leflet sebagai variabel
kontrol.
F. Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Skala Data Skala ukur1 Kelompok
eksperimen: penyuluhan dengan Media
Kelompok Kontrol: Penyuluhan tanpa media leaflet
Pemberian informasi yang berkaitan dengan seks pranikah dengan menggunakan media leafletyang disertai ceramah yang berisi materi.
Pemberian informasi yang berkaitan dengan seks pranikah tanpa menggunakan leaflet dengan ceramah yang berisi materi.
- -
2 peningkatan pengetahuan remaja tentang seks pra nikah
Peningkatan pengetahuan responden dalam memberikan tanggapan atas pertanyaan – pertanyaan tentang seks pra nikah yang diketahui dengan menggunakan kuesionar yg telah disusun.
Ordinal 1. Baik ( 76%-100%
2. Cukup ( 56% - 75%)
3. Kurang ( 40% - 55%)
34
G. Langkah-langkah Penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap ini diawali peneliti dengan menyusun proposal penelitian
kemudian peneliti mengurus perijinan pada akademik dan pihak sekolah
SMK Swadaya Klaten. Upaya tersebut dilakukan pada bulan september-
oktober,kegiatan selanjutnya pada tahap ini adalah melakukan survey
pendahuluan di SMK Swadaya Klaten. Langkah terakhir adalah
melakukan seminar proposal.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini, kegiatan yang dilakukan terdiri dari:
tahap perkenalan yang memberi tahu maksud dan tujuan setelah itu
penyebaran kuesioner pada responden, pengumpulan kembali
kuesioner dari responden. Kemudian peneliti melakukan penyuluhan
dengan media leaflet tentang seks pranikah. Setelah itu kembali
disebarkan kuisioner, pengumpulan kembali kuesioner dari responden.
Pada hari yang sama hanya saja waktu yang berbeda dilakukan
penyuluhan tanpa menggunakan media leaflet pada kelompok kontrol.
Dimulai dari penyebaran kuesioner pada kelompok kontrol,
pengumpulan kembali kuesioner. Kemudian dilakukan penyuluhan
tanpa media leaflet, setelah itu pengumpulan kembali kuesioner. Lalu
dilakukan pengolahan data. Penyebaran kuesioner pada responden
akan dilakukan pada bulan Oktober tahun 2011. Pengumpulan kembali
kuesioner dari reponden juga akan dilakukan pada bulan Oktober
35
tahun 2011. Setelah memperoleh data, peneliti akan melakukan cek
ulang untuk melihat kelengkapan data. Selanjutnya kegiatan akhir
yang dilakukan oleh peneliti adalah tabulasi, pengolahan, analisa data,
pembahasan, serta penarikan kesimpulan.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan
siswa tengtang seks pranikah adalah dengan kuesioner yang bersifat tertutup
dengan jawaban benar (B) dan salah (S). Nilai untuk yang benar adalah 1 dan
nilai yang salah adalah 0, kemudian dikelompokkan dalam skala ordinal.
Tabel Kisi-kisi soal
No Kisi-kisi Nomor soal jumlah
1 Pengertian seks pra nikah 1,2 2
2 Bentuk tingkah laku seks
pranikah3, 4
2
3 Faktor penyebab seks pranikah 5,6,7,8,9 5
4 Objek seks pranikah 10,11 2
5 Dampak perilaku seks pra nikah 12,13,14,15,16 5
6 pencegahan 17,18,19,20,21,22 6
36
I. Validitas dan Reabilitas
1. Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrument ( Arikunto, 2006 ). Kevalidan
kuesioner dapat diketahui dengan uji korelasi antara skor pada setiap item
pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Teknik korelasi yang
dipakai adalah teknik korelasi Product Moment yang rumusnya sebagai
berikut :
r xy=N ∑ xy−(∑ x ) (∑ y )
√{N ∑ x2
−(∑ x2)}{N∑ y
2
−(∑ y2)}
keterangan :
r : koefisien korelasi x dan y product momen
x : pernyataan
y : skor total
xy : skor pernyataan dikali skor total
N : jumlah sampel
Instrumen dapat dikatakan valid apabila r hitung lebih besar dari r tabel.
Jika r hitung lebih kecil dari r tabel instrumen gugur.
2. Uji reabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmojo, 2005).
Pada penelitian ini untuk mencari reabilitas pada instrumen variabel
tingkat pengetahuan HIV/AIDS dan uji reliabilitas instrumen variabel
37
sikap terhadap seks pranikah ini menggunakan rumus alpha cronbach
(Riwidikdo, 2009) :
ri =
K( K−1 ) {1−∑Si
2
St2 }
Keterangan :
ri : Indeks reliabilitas instrument
K : Mean kuadrat antara subjek
∑ st2
: Mean kuadrat ke salahan
st2
: Variabel total
Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7
(Riwidikdo, 2007).
J. Analisis Data
Data yang telah terkumpul dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya kemudian diolah dengan menggunakan statistik
dan dengan bantuan komputer.Analisis statistik yang dutujukan untuk
mengetahui peningkatan pengetahuan dan sebelum dan sesudah intervensi
dilakukan uji non parametrik/parametrik dengan menggunakanWilcoxon
Signed Rank Test.
38
K. Pengolahan Data
Data-data hasiljawabandiolahdenganlangkah-langkahsebagaiberikut:
a. Editing
Editingadalahupayauntukmemeriksakembalikebenaran data yang
sudahdiperolehataudikumpulkan. Editingdilakukan di
lapangansehinggabilaterjadikekuranganatauketidaksengajaankesalahanpen
gisiandapatsegeradilengkapiataudisempurnakan.
b. Coding
Merupakankegiatanpemberiankodenumerik (angka) terhadap data yangn
sudahdikumpulkanuntukmemudahkandalamanalisa data.
c. Tabulating
Pada tahapini, hasildaripengamatandihitung dimana jawaban ya
mendapatnilai 1 dan jawabantidakmendapatnilai 0.
d. Penyajian Data
Suatu cara untukmenampilkan data agar
dapatdibacaataudipahamioranglaindenganmenggunakandistribusifrekuensi
yaitusuatutabeluntukmenyajikan data dalambeberapakelompok
39
KESIMPULAN SEMENTARA :
1. Menurut Saya yang paling penting adalah Kejelasan TUJUAN Penelitian,
apakah memang seperti itu saja....?
Karena Saya melihat Tidak ada Pernyataan yang menggambarkan bahwa
Penelitian Reny akan membandingkan antara 2 Kelompok Perlakuan. Hanya
ada 2 macam perlakuan.
2. Tidak ada ke-Konsisten-an antara Perumusan Tujuan dengan Pernyataan di
Keaslian Penelitian yang No. (2).
3. Tidak Konsisten antara Tujuan dengan Kerangka Konsep dan Hipotesa.
4. Tidak Konsisten antara Tujuan, KK, Hipotesa dengan Pola/Rancangan
Penelitian.
Dimana, dalam rancangan ada KONTROL, sedang di Tujuan, Hipotesa, KK
sama sekali tidak mencerminkan adanya Penelitian/Analisis thd Kontrol yg
dimaksud.
5. Kerangka Teori kurang menggambarkan detail dari semua Teori yg dipakai
dalam tinjauan teori, bahkan justru sudah memasukkan Variabel Penelitian.
Dan jangan lupa untuk Kerangka Teori selalu dituliskan di bawahnya tentang
Sumber yg dipakai, misalnya kalau sumber itu gabungan dari beberapa
sumber ya ditulis saja : Sumber : Mr. A (2009) dan Mr. B (2010)
6. Kerangka Konsep : Sesuaikan dengan Tujuan Penelitian.
40
7. Masih ada beberapa Penggunaan Istilah yang sepertinya kurang didukung oleh
Teori yang ada. Misalnya istilah Variabel Kontrol dalam pengertian jenis2
Variabel Penelitian itu adakah Pengertian/Definisi secara Teori.
8. KUESIONER : karena Pilihan Jawabannya adalah Benar dan Salah , yang
dalam makna sebenarnya TIDAK berbeda dengan Ya dan TIDAK, maka
menurut Saya itu hanya akan menghasilkan Skala Data NOMINAL bukan
ORDINAL.
Jadi, kalau ingin menghasilkan Skala Data Ordinal yg sebenarnya sehingga
TIDAK perlu ada/melakukan proses Dummy, maka buatlah Quesioner dgn
Pilihan Ganda,dengan 1 jawaban yang Benar dan 2 Jawaban Destruktif.
Kemudian baru dilakukan Skoring dan Pengkategorian.
SARAN :
1. TUJUAN : ada 2 alternatif :
a. Bila Tujuan Tetap seperti yg Reny Tulis saat ini, TIDAK SALAH, tapi
silahkan pakai Desain/Rancangan & Pola Penelitian yg tepat. Misalnya
One Group Camparison, atau yg lain. Atau coba baca lagi
Penelitiannya yg Reny pakai untuk Keaslian Penelitian yg nomor (2),
Bukannya penelitian itu juga tidak menggunakan KONTROL...???
Lalu bagaimana Pola Rancangannya...? Sudah dibaca...?
b. Bila Tujuan Penelitiannya adalah untuk membandingkan 2 Kelompok
dengan 2 Perlakuan yg berbeda, maka Lihat Lagi Usulan Rumusan
41
Tujuan yg Pernah Saya e-mailkan sebelumnya, lalu diskusikan dengan
Pembimbing.
2. Kerangka Teori : Carilah beberapa Referensi yang mempunyai Skema tentang
Pengetahuan, kemudian kembangkan dengan dukungan teori lain yang
dirumuskan dalam bentuk Skema.
3. Kerangka Konsep : Sesuaikan dengan Tujuan (bila sudah dipastikan mau
pakai yg mana Tujuannya)
4. Hipotesa : Juga harus Konsisten dengan Tujuan Penelitian yang di arahkan
untuk dapat menjawab Permasalahan Penelitian.
5. Uji Reliabilitas : Silahkan pakai Teknik yang tepat, karena setau Saya, dengan
Jumlah Kuesioner yg Genap seperti itu (22 item), maka akan lebih tepat
dilakukan dengan teknik Spearmen Brown atau Belah Dua.
6. Kuesioner : Silahkan disesuaikan dengan Skala Data yang akan dihasilkan.
Kalau Kuesioner seperti itu (Skala Guttman) hanya akan menghasilkan Data
Nominal.
ATAU
Kuesioner tetep seperti itu, tapi Keterangan ttg Skala Data dalam DO di ubah
Saja...shg Skala datanya adalah NOMINAL yang kemudian diberi penjelasan
yang mengacu pada Arikunto, bahwa hasil pengolahan data tersebut kemudian
di kategorikan menjadi 3 kategori yaitu Kategori Baik, bila......., Kategori
Cukup Baik, bila.......dan Kategori Tidak Baik, bila..........(dengan rumus yg
sudah ada)
42
43
top related