contoh makalah tafsir tentang kepemimpinen perempuan
Post on 17-Feb-2017
183 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN Disusun Guna Memenuhi Tugas Perkuliahan
Mata kuliah : Tafsir Ahkami
Kelas : B
Dosen Pengampu : H.M. Dzofir, M.Ag
Disusun oleh :
Rois Mansur (1410110042)
Laili Fitriyatul Ula (1410110063)
Purwanto (1410110070)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUSJURUSAN
TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2014/2015
Page 0 of 14
A. Pendahuluan
QS. An-Nisa’ ayat 34 sebagian orang memahami bahwa yang dimaksudkan
dengan kata “ar rijal” dan “an nisa’” adalah arti harfiah atau umumnya, yakni kaum
laki-laki dan kaum perempuan. Disamping menjangkau kehidupan rumah tangga,
menurut kaum mufassirin aturan ayat itu juga menjangkau kehidupan sosial
masyarakat. Karena, ayat itulah yang masih menjadi mimik perdebatan yang tiada
usainya diantara kaum mufassirin.
Selain itu juga berbicara peran kepemimpinan perempuan yang sekarang ini
banyak menimbulkan pro dan kontra antara pendapat satu dan pendapat yang
lainnya. Yang sangat menghebohkan sekarang adalah munculnya kaum perempuan
yang menduduki dikursi pemerintahan dan banyak sekali yang menggeluti dunia
perpolitikan, selayaknya seperti kaum laki-laki.
Lihatlah disekeliling kita, antara laki-laki dan perempuan, antara penindasan
dan ketidakadilan. Memang cukup rumit, dimana seorang laki-laki menggembar-
gemborkan kekuasaanya atas perempuan. Disini kami akan menguraikan lebih
mendalam lagi tentang pokok pembahasan didalam penyajian makalah ini.
B. Surat An-Nisa Ayat 34
ه بعضهم على بعض ساء بما فضل الل جال قوامون على الن الر وبما أنفقوا من أموالهم فالصالحات قانتات حافظات للغيب بما
ه والالتي تخافون نشوزهن فعظوهن واهجروهن في حفظ الله كان المضاجع واضربوهن فإن أطعنكم فال تبغوا عليهن سبيال إن الل
ا كبيرا ) (34عليArtinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang
lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. Sebab itu maka perempuan yang saleh, ialah yang ta'at kepada Allah
lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. 1
C. Tafsir Mufrodat
جال (Ar-rijal) الر : Jamak dari rajul yang berarti laki-laki dan dalam
Al-Quran banyak digunakan dengan pengertian
suami-suami.
( قوام من مذكر جمع علي (قومون : Kata ini merupakan bentuk mbalaghah (untuk
menyangatkan) dari qaim yang dibentuk dari qama-
yaqumu-qiyam pada umumnya berarti berdiri.
Ketika digabungkan dengan ‘ala, ia menjadi idghom
dan bisa berarti memimpin. Dengan ini dikatakan
“hadza qayyimul mar-ati wa qawwamuha” (ini
adalah pemimpin perempuan).
( المرأة من (جمع PPPPPPسPPPاء الن .Perempuan atau istri-istri : ا��������
بعض علي بعضھم الله فضل بما : Allah telah melebihkan (kekuatan dan kekuasaan)
sebagian dari kalian atas sebagian yang lain.
Yakni masing-masing memiliki keistimewaan.
Tetapi keistimewaan yang dimiliki lelaki lebih
menunjang tugas kepemimpinan daripada
keistimewaan yang dimiliki perempuan.
اموالهم من انفقوا : بما Disebabkan karena mereka telah menafkahkan
(mahar) sebagian harta mereka. Yakni kata “telah
menafkahkan”, menunjukkan bahwa
memberi nafkah kepada perempuan telah menjadi
suatu kelaziman bagi lelaki, serta kenyataan umum
dalam masyarakat umat manusia sejak dahulu
hingga kini.
قنتت فالصلحت : Perempuan yang shaleh ialah yang taat kepada Allah
dan suaminya.
1 QS. An-Nisa’ 34 dan Terjemahannya
Page 2 of 14
لغيب ل حفظت : Memelihara apa yang tidak tampak oleh
manusia. Hal yang dimaksudkan disini yaitu tidak
berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta
suaminya ketika suaminya tidak ada.
تخافون .Perempuan-perempuan yang kalian kira : التي
نشوز : Nusyuz, nusyuz di sini yakni األرض نشوزتNasyazati al-ardu, tanah lebih tinggi dibanding yang
ada di sekitarnya. Maksudnya di sini adalah durhaka
dan membesarkan diri/ membangkang terhadap
suami.2
فعظوھن : Maka nasihatilah mereka (untuk taat dan
menghindari maksiat).
فعظوھن : Tinggalkanlah mereka yakni perintah kepada suami
untuk meninggalkan istri, didorong oleh rasa tidak
senang pada kelakuannya.
المضاجع في : Dalam tempat tidur (pisah ranjang) yakni suami
hendaknya jangan meninggalkan rumah, bahkan
tidak meninggalkan kamar tempat suami-
istri biasanya tidur.
واضربوھن : Dan pukullah mereka (dengan pukulan yang tidak
menyakiti), terambil dari kata dharaba, yang berarti
memukul dan memukul tidak selalu dipahami dalam
arti menyakiti atau melakukan sesuatu tindakan
keras dan kasar.3
D. Sababun Nuzul
Ayat ini diturunkan kepada Rasulullah berkenaan dengan peristiwa Sa’ad bin
Ar-Robi’dan istrinya Habibah binti Zaid bin Abi Zubair termasuk salah satu seorang
suku. Diriwayatkan bahwa Habibah nusyuz terhadap suaminya, lalu Sa’ad memukul
2 Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Perkata, Maghfirah, Jakarta, 2009, hlm.84.3 Ahmad al-Maraghi, Musthafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi jilid 5, PT. Karya Toha,
Semarang, 1986,1993, hlm.10.
Habibah. Maka Habibah mengeluhkan suaminya kepada ayahnya. Kemudian ia
bersama ayahnya mengadukan peristiwa ini kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw
menganjurkan Habibah untuk membalasnya dengan yang setimpal (qishos).
Berkenaan dengan peristiwa itulah Rasulullah saw bersabda: “Kami mempunyai
kehendak tentang suatu perkara, tetapi Allah mempunyai kehendak lain tentang
suatu perkara. Sedang kehendak Allah justru lebih baik.” Kemudian dibatalkan
hukum qishos terhadap pemukulan suami itu.4
E. Pembahasan
Dalam QS. An-Nisa ayat 34 telah dijelaskan perempuan-perempuan yang
sholeh adalah mereka yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak
ada, karena Allah telah menjaga mereka.
Adapun maksud dari statement ini, perempuan itu adalah pemimpin dalam
rumah tangganya, pemimpin atas penghuni rumah suaminya dan anaknya dan akan
bertanggung jawab pada kepemimpinannya.
1. Mengapa kaum laki-laki menjadi pemimpin bagi kaum perempuan?
Diantara tugas kaum lelaki ialah memimpin kaum perempuan
dengan melindungi dan memelihara mereka. Sebagai konsekuensi dari
tugas ini,kaum lelaki diwajibkan berperang dan kaum perempuan tidak,
karena perang termasuk perkara perlindungan yang paling khusus, dan
kaum lelaki memperoleh bagian lebih besar dalam hal harta pusaka dari
pada kaum perempuan, karena kaum lelaki berkewajiban memberi
nafkah, sedangkan perempuan tidak.
Hal tersebut karena Allah melebihkan kaum lelaki atas
perempuan didalam perkara kejadian, dan memberi mereka kekuatan
yang tidak diberikan kepada kaum perempuan dengan kemampuan
memberi nafkah dari harta mereka.
تزلت االية الكريمة في " سعد بن الربيع" مع امرأته "حبيبة بنت زيد" وكان سعد من النقباء وهما 42 من األنصار, وذلك أنها نشزت عليه فلطمها, فانطلق أبوها معها الى النبي صلى الله عليه وسلم فقال:
افرشته كريمتي فلطمها, فقال النبي صلى الله عليه وسلم: "لتقتص من زوجها" فانصرفت مع أبيها لتقتص منه, فقال النبي صلى الله عليه وسلم ارجعوا هذا جبريل أتاني وأنزل الله )الرجال قومون على
[ فقال النبي صلى الله عليه وسلم:"أرنا أمرا, وأراد الله أمرا, والذي أراد الله خير"34النساء(]النساء: .ورفع القصاص
Page 4 of 14
2. Bagaimana cara yang lurus memperlakukan seorang istri?
Langkah-langkah yang ditempuh dalam mengatasi kedurhakaan
istri menurut surat An-Nisa’ ayat 34:
a. Memberi nasehat dan bimbingan dan tutur kata yang baik (
.(فعظوهن
b. Pisah ranjang dan tidak dicampuri ( المضجع فى .(اهجروهنc. Pukulah yang sekiranya tidak menyakitinya (اضربوهن).d. Kalau ketiga langkah di atas tidak berhasil maka utuslah seorang
hakam dari seorang suami dan seorang hakam dari seorang istri
untuk mencari jalan bertahkim.5
Dari penjelasan diatas terdapat kata hakam. Menurut zhahir ayat
diatas, hakam itu dipersyaratkan dari keluarga, karena disitu dikatakan
seorang hakam dari keluarga suami dan seorang hakam dari keluarga
istri, dan ini termasuk wajib. Namun kewajiban para ulama’ berpendapat
hal itu adalah sunnah. 6
Karena mereka berpendapat tujuan dari hakam itu sendiri untuk
mengetahui hak istri dan berupaya untuk mendamaikannya, serta
meneliti siapa yang sebenarnya yang salah dari kedua pihak. Tujuan
tersebut itu dapat dilakukan oleh hakam luar, tapi alangkah baiknya dari
pihak keluarga karena lebih utama untuk memengaruhi kedamaian
kedua belah pihak.
Banyak ulama yang berbeda pendapat tentang makna,
, واضربوهن, المضجع فى واهجروهن .فعظوهن
:أرشدت االية الكريمة إلى الطريقة الحكيمة فى معالحة تشوز المرأة وعدت إلى الخطوات الثلية 53.أوال: النصح واإلرشاد بالحكيمة والموعظة الحسنة
.ثاني: الهجران بعزل فراشها وترك معا شرتها.ثالثا: الضرب غير المبرح بسواك ويحوه تأديبا لها
.رابعا: إذا لم نجد كل هذه الوساعل فينبغي التحكيم ظهر االية أنه يشترط في الحكمين أن يكون من األقارب لقوله تعالى: )حكما من أهله, وحكما من 64
. وأن ذلك على سبيل الوجوب, ولكن العلماء حملوه على وجه الستجاب34أهلها( النساء: .
Sekelompok ahli ilmu mengatakan bahwa hukuman-hukuman diatas
harus dilaksanakan dan di jalankan dengan runtut, adapun langkah-
langkahnya adalah memberi nasehat, menghindari hubungan seks dan
baru kemudian memukul.
Menurut madzhab Ahmad, Pukulan ini tidak boleh sebagai mengawali
terhadap perempuan yang durhaka itu. Sedangkan Syafi’i berkata bahwa
pukulan itu diperbolehkan sebagai mengawal perempuan yang durhaka.
Letak perbedaan pendapat berkisar pada masalah pemahaman
“WAWU”(و) . Adapun pendapat-pendapat tersebut adalah:
Imam Al Ghazali berpendapat “ Ketahuilah bahwa yang
dimaksud dengan perlakuan baik terhadap istri,bukanlah tidak
mengganggunya,tapi bersabar dalam gangguan atau kesalahan serta
memperlakukanya dengan kelembutan dan maaf,saat ia menempahkan
emosi dan kemarahan”.
Sedangkan menurut Imam Fakhruddin ar-Razi yakni
“Keberhasilan perkawinan tidak tercapai kecuali jika kedua pelah pihak
memperhatikan hak pihak lain.Antara lain yaitu bahwa suami bagaikan
pemerintah,dan dalam kedudukanya seperti itu,ia berkewajiban
memperhatikan hak dan kepentingan rakyatnya(istrinya). Istrinya pun
berkewajiban untuk mendengarkan dan mengikutinya,tetapi di sisi lain
seorang istri memiliki hak terhadap suaminya untuk mencari yang
terbaik ketika melakukan diskusi.7
3. Bagaimana pandangan islam tentang kiprahnya kaum perempuan dalam
dunia politik?
Menurut pandangan para ahli fiqih menyatakan bahwa peran
perempuan dalam politik masih menjadi perdebatan dan perbedaan
pendapat. Tetapi, banyak pendapat ulama terutama para fuqoha salaf
7 Quraisy Shihab, , Tafsir Al-Misbah, Lentera, Ciputat, 2002, hlm.409.
Page 6 of 14
sepakat bahwa perempuan dilarang menjadi pemimpin. Kesepakatan ini
didasari oleh firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 34.8
Berdasarkan padangan ahli fiqih inilah mulai bermunculan
adanya berbagai faham yang menyatakan diri sebagai kaum feminisme
yang bercita-cita memajukan islam. Namun ulama kontemporer ternama
seperti Yusuf Al-Qordhawi memiliki pandangan dan pendapat yang
berbeda terhadap kepemimpinan perempuan dalam berpolitik.
Qordhawi memperbolehkan perempuan dalam berpolitik. Beliau
menjelaskankan bahwa penafsiran terhadap surat An-Nisa ayat 34
menerangkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan dalam
lingkup keluarga atau rumah tangga. Jika ditinjau tafsir Ibnu Katsir, surat
An-Nisa ayat 34 bahwa laki-laki adalah pemimpin perempuan, yang
bertindak sebagai orang dewasa terhadapnya, yang menguasainya, dan
pendidiknya tatkala dia melakukan penyimpangan. Karena Allah telah
mengunggulkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Yakni, karena
kaum laki-laki itu lebih unggul dan lebih baik daripada perempuan. Oleh
karena itu kenabian hanya diberikan kepada kaum laki-laki.9
Tafsir Ibnu Katsir, pada surat An-Nisa’ ayat 34 ini menjelaskan
bahwa perempuan tidak dilarang dalam kepemimpinan politik, yang
dilarang adalah kepemimpinan perempuan dalam puncak tertinggi
tunggal yang mengambil keputusan tanpa bermusyawarah, dan juga
perempuan dilarang menjadi hakim. Hal inilah yang mendasari Qardhawi
memperbolehkan perempuan berkiprah didalam berpolitik.
Qordhawi juga menambahkan bahwa perempuan boleh
berpolitik dikarenakan pria dan perempuan dalam hal mu’amalah
memiliki kedudukan yang sama hal ini dikarenakan keduanya sebagai
manusia mukallaf yang diberi tanggung jawab penuh untuk beribadah,
menegakkan agama, menjalankan kewajiban, dan melakukan amar
8 Said Al-Khin, Mustofa, dkk,. Syarah & Terjemah Riyadhus Shalihin Karya Imam
Nawawi Jilid 1, Al-I’tishom, Jakarta, 2010, hlm. 245
9 Ibnu Katsir, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1 surat An-Nisa’ ayat 34, hlm. 703.
ma’ruf nahi munkar. Pria dan perempuan memiliki hak yang sama untuk
memilih dan dipilih, sehingga tidak ada dalil yang kuat atas larangan
perempuan untuk berpolitik. Namun yang menjadi larangan bagi
perempuan adalah menjadi imam atau khilafah (pemimpin negara). 10
Quraish Shihab menambahkan bahwa dalam Al – Qur’an
banyak menceritakan persamaan kedudukan perempuan dan pria, yang
membedakannya adalah ketaqwaanya kepada Allah. Tidak ada yang
membedakan berdasarkan jenis kelamin, ras, warna kulit dan suku.
Kedudukan perempuan dan pria adalah sama dan diminta untuk saling
bekerjasama untuk mengisi kekurangan satu dengan yang lainnya,
sebagai mana di jelaskan dalam surat At – Taubah ayat 71 yang artinya
والمؤمنون والمؤمنات بعضهم أولياء بعض يأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر ويقيمون الصالة ويؤتونه إن ه ورسوله أولئك سيرحمهم الل كاة ويطيعون الل الز
ه عزيز حكيم الل“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang
munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada
Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Islam sebenarnya tidak menempatkan perempuan berada didapur
terus menerus, namun jika ini dilakukan maka ini adalah sesuatu yang
baik, hal ini dinyatakan oleh imam Al-Ghazali dalam Quraish Shihab
yaitu pada dasarnya istri tidak berkewajiban melayani suami dalam hal
memasak, mengurus rumah, menyapu, menjahid, dan sebagainya. Akan
tetapi jika itu dilakukan oleh istri maka itu merupakan hal yang baik.
Sebenarnya suamilah yang berkewajiban untuk memberinya atau
10 Zainuddin, Muhammad dan Maisaroh, Ismail. 2005. POSISI WANITA DALAM SISTEM POLITIK ISLAM (Telaah Terhadap Pemikiran Politik Yusuf Al-Qardhawi),
Page 8 of 14
menyiapkan pakaian yang telah dijahit dengan sempurna, makanan yang
telah dimasak secara sempurna. Artinya kedudukan perempuan dan pria
adalah saling mengisi satu dengan yang lain, tidak ada yang superior.
Hanya saja laki-laki bertanggung jawab untuk mendidik istri menjadi
lebih baik dihadapan Allah SWT.
Sedangkan Taqiyuddin al-Nabhani menjelaskan ada tujuh syarat
seorang kepala negara atau (Khalifah) dapat di bai’at yaitu muslim, laki-
laki, baligh, berakal, adil, merdeka dan mampu. Syarat muslim
merupakan syarat mutlak untuk mengangkat pemimpin dalam sebuah
negara yang mayoritas penduduk islam, dan dilarangkan mengangkat
pimpinan dari kalangan kafir. Hal ini termaktub dalam surat An-Nisa
ayat 144 yang artinya :
1) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah
kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu).
2) Kedua laki-laki, perempuan dalam hal ini dilarang menjadi khalifah,
imam, ulil amri, atau kepala negara dalam hal ini kepala negara tidak
dimaksud presiden, yang dimaksud disini adalah kepemimpinan yang
dapat mengambil keputusan tanpa dimusyawarahkan terlebih dahulu,
sedangkan presiden dalam membuat keputusan harus dilakukan dengan
bermusyawarah terlebih dahulu terhadap pembantu-pembantunya baik
menteri, staff ahli, maupun dengan penasihat pribadinya.
3) Ketiga baligh, dengan syarat baligh maka pemimpin dibebani oleh
hukum, sehingga apa yang dipikulnya atau diamanahi kepada mereka
maka akan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum, baik hukum
dunia, maupun hukum dihadapan Allah.
4) Keempat berakal, orang yang hilang akalnya dilarang menjadi pemimpin
karena akan mengambil keputusan yang tidak tepat, dan kehilangan akal
akan membebaskan seseorang dari hukum, sehingga tidak dapat dimintai
pertanggung jawabannya.
5) Kelima adil, yaitu pemimpin yang konsisten dalam menjalani agamanya
hal ini termaktub dalam surah An-Nahl ayat 90 yang artinya:
ه يأمر بالعدل واإلحسان وإيتاء ذي القربى وينهى إن اللرون كم تذك عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعل“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.
6) Keenam, merdeka terbebas dari perbudakan sehingga dapat mengambil
keputusan tanpa interfensi dari tuannya. Dan seorang hamba sahaya
dilarang diangkat menjadi pemimpin karena dia tidak memiliki
wewenang untuk mengatur orang lain dan bahkan terhadap dirinyapun
tidak memiliki wewenang.
7) Ketujuh, mampu melaksanakan amanat khilafah, jika tidak mampu
menjalankan amanat maka tunggulah hasilnya. Sebagaimana di jelaskan
dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari ” Jika urusan
diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah Kiamat” (HR
Bukhari).
Qardhawi dalam hal ini kembali mempertegas bahwa kepemimpinan
kepala negara dimasa sekarang ini kekuasaannya tidak sama dengan seorang
ratu atau khalifah di sama lalu yang identik dengan seorang imam dalam
shalat. Sehingga kedudukan perempuan dan pria dalam hal perpolitikan
adalah sejajar karena sama-sama memiliki hak memilih dan hak dipilih.
Dengan alasan bahwa perempuan dewasa adalah manusia mukallaf (diberi
tanggung jawab) secara utuh, yang dituntut untuk beribadah kepada Allah,
menegakan agama, dan berda’wah.
Menurut Abu Hanifah seorang perempuan dibolehkan menjadi
hakim, tetapi tidak boleh menjadi hakim dalam perkara pidana. Sementara
Imam Ath-Thabari dan aliran Dhahiriyah membolehkan seseorang
perempuan menjadi hakim dalam semua perkara, sebagaimana mereka
Page 10 of 14
membolehkan kaum perempuan untuk menduduki semua jabatan selain
puncak kepemimpinan negara.
Ath-Thabari, Ar-Razi dan Muhammad Abduh Rasid, sepakat
mengatakan bahawa suami adalah pemimpin terhadap istrinya dalam rimah
tangga. Argumentasinya ini berdasarkan pernyataan ayat Al Qur’an surat
An-Nissa ayat 34 “arrijal qowwamuna ‘alan-nissa’” . kata qawwam dalam
kalimat tersebut diartikan sebagai pemimpin. Al quran mengemukan dua
alasan, kenapa suami jadi pemimpin, yaitu karena kelebihan yang diberikan
allah kepada mereka dan kewajiban mereka memberi nafkah keluarga.
Demikian para mufassir berbeda pendapat dalam menerangkan apa kelebihan
suami atas istri.11
F. Kesimpulan
Kita bisa mengambil kesimpulan dari sura An-Nisa 34 bahwa
konsekuensinya kaum lelaki diberikan Allah sebuah kelebiha yang tidak dimiliki
oleh perempuan. Diantaranya: diwajibkan berperang dan kaum perempuan tidak,
karena perang termasuk perkara perlindungan yang paling khusus, dan kaum lelaki
memperoleh bagian lebih besar dalam hal harta pusaka dari pada kaum perempuan,
karena kaum lelaki berkewajiban memberi nafkah, sedangkan perempuan tidak dll.
Langkah-langkah yang di tempuh syariat islam dalam mengatasi
kedurhakaan istri :
a. Memberi nasehat dan bimbingan dan tutur kata yang baik.
b. Pisah ranjang dan tidak di campuri.
c. Pukulah yang sekiranya tidak menyakitinya.
d. Kalau ketiga langkah di atas tidak berhasil maka utuslah seorang hakam dari seorang
suami dan seorang hakam dari seorang istri untuk mencari jalan bertahkim.
Dan menurut sebagian ulama’ pun masih memperdebatkan pernyataan
tentang boleh tidaknya seorang perempuan berkiprah dalam bidang politik. Laki-laki
dan perempuan memiliki hak yang sama dalam hal dipilih atau memilih,sehingga
tidak ada dalil yang tegas atau kuat atas larangan tentang seorang perempuan
11 Nur Jannah Ismail, Perempuan dalam Pasungan, LkiS Yogyakarta, Yogyakarta, 2003, hlm.315.
berkiprah di dunia politik. Akan tetapi yang menjadi larangan bagi perempuan adalah
menjadi pemimpin negara (khilafah).
Page 12 of 14
DAFTAR PUSTAKA
Ali As-Shobuni. Tafsir Ayatul Ahkam jilid 1.
Quraisy Shihab. 2000. Terjemah Tafsir Al-Misbah. Ciputat: Lentera.
Ahmad Al-Maraghi, Musthafa, 1986, 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi jilid 5.
Semarang: PT.Karya Toha.
Ahmad Hatta. 2009. Tafsir Qur’an Perkata. Jakarta: Maghfirah.
Nur Jannah Ismail. 2003. Perempuan dalam Pasungan. Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta.
Nasib Ar-Rifa’I, Muhammad. 2007. Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir IBNU
KATSIR Jilid 1, Depok : Gema Insani Press.
Zainuddin, Muhammad dan Maisaroh, Ismail. 2005. POSISI PEREMPUAN DALAM
SISTEM POLITIK ISLAM (Telaah Terhadap Pemikiran Politik Yusuf Al-Qardhawi).
Said Al-Khin, Mustofa, dkk. 2010. Syarah & Terjemah Riyadhus Shalihin Karya
Imam Nawawi Jilid 1, Jakarta : Al-I’tishom.
top related