comparison analysis of reinforced concrete and prestressed concrete with case study in indonesia
Post on 29-Oct-2015
117 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 45
BAB IV
ANALISA
4.1. Obyek Penelitian
4.1.1. Data Umum Proyek
Nama Proyek : Mawar Sharon Christian School Surabaya
Pemilik : Mawar Sharon, Surabaya
Konsultan Struktur : Anton Salim Halim & Associates, Surabaya
Konsultan Arsitektur : Samuel A. Budiono & Associates, Surabaya
Konsultan ME : PT. Prambanan Dwipaka
Kontraktor : PT. Aryana Cakasana, Surabaya
Jenis Pekerjaan : Pembangunan Struktur Basement
Alamat Proyek : Jl. Cempaka no 6-8, Surabaya
4.1.2. Kontrak Kerja
Jenis Kontrak : Fixed Price & Lump Sum Contract
Nilai Kontrak : -
Mata Uang : Rupiah
Nilai Tukar : Tidak dipergunakan
Pembayaran Progress : Perbulan sesuai kemajuan pekerjaan
Material on site : 0 % dari nilai material yang datang di lapangan
Fluktuasi : Tidak dipergunakan
4.1.3. Jaminan / Garansi
Jaminan Pelaksanaan : 5% dari nilai kontrak
Jaminan Uang Muka : 10% dari nilai kontrak
Asuransi Proyek : CAR (Contractor All Risk)
Asuransi ASTEK : Jamsostek
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 46
4.1.4. Lain-Lain
Pajak : PPN & PPh 10%
Pengadilan : Indonesia
Hukum : Indonesia
4.1.5. Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan Mawar Sharon Christian School adalah pekerjaan
struktur semi basement.
4.1.6. Struktur Organisasi
4.2. Desain
4.2.1. Balok Konvensional
4.2.1.1. Pembebanan
Beban-beban yang bekerja pada balok konvensional yang didesain
disesuaikan dengan tributary area yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
KOORDINATOR PROYEK
Bambang Rudy Prajitno
PROJECT MANAGER
Ir. David. C
Site Engineer
/ Drafter
Benny S.T
Quantity / Adm
Endah S.T
Surveyor
Arif
Site Manager
Emil
Logistik
Joko
Staff K3 /
Pelaksana
Kukuh
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 47
Gambar 4.1 Tributary Area untuk Pembebanan Balok Konvensional
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 48
Berikut ini diberikan perincian beban-beban yang bekerja pada balok
konvensional tersebut.
Beban merata
Beban mati plat lantai = 2400 x 10 x 0.12 = 2880 kg/m
Beban hidup plat lantai = 400 x 10 = 4000 kg/m
Beban terpusat (akibat beban mati balok)
Beban terpusat pada jarak 4 m dari ujung kiri
2400 x 0.4 x (0.7-0.12) x (2 x 5) + 2400 x 0.2 x
(0.4-0.12) x 3.9405 x 2 + 2400 x 0.2 x (0.4-0.12)
x 4.06 = 7172.87 kg
Beban terpusat pada tengah bentang
2400 x 0.4 x (0.7-0.12) x (2 x 5) + 2400 x 0.2 x
(0.4-0.12) x (4.06 + 4.3585) = 6699.45 kg
Beban terpusat pada jarak 4 m dari ujung kanan
2400 x 0.4 x (0.7-0.12) x (2 x 5) + 2400 x 0.2 x
(0.4-0.12) x (2.741+2.743) + 2400 x 0.2 x
(0.4-0.12) x 4.3585 + 2400 x 0.3 x (0.6-0.12) x
(0.8992+0.901) = 7512.98 kg
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 49
4.2.1.2. Analisa Struktur dengan SAP 2000
Berikut langkah kerja yang dilakukan :
1. Buka file SAP 2000.exe
2. Tentukan Dimensi pada sebelah kanan bawah, dalam contoh ini
dimasukkan dimensi kgf, m, C.
Gambar 4.2. Penentuan Dimensi
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 50
3. Pilih menu File, pilih New Model, pilih grid only
Gambar 4.3. Pembuatan Lembar Kerja Baru
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 51
4. Input dimensi dari balok.
Gambar 4.4. Input Dimensi Balok
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 52
5. Setelah itu pilih define, materials, Add new material kemudian
masukkan data material yang dipakai.
Gambar 4.5 dan 4.6. Langkah-langkah Mendefinisikan Material
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 53
6. Definisikan properties penampang. Klik Define, Frame Section
Gambar 4.7 dan 4.8. Langkah-langkah Mendefiniskan Properties Penampang
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 54
7. Buat modelling struktur
Gambar 4.9 dan 4.10. Langkah-langkah Modelling Struktur
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 55
8. Definisikan jenis-jenis beban yang bekerja. Klik Define, Load Cases
Gambar 4.11 dan 4.12. Langkah-langkah Menentukan Beban yang Bekerja
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 56
9. Buat kombinasi pembebanan seperti yang telah ditentukan. Klik
Define, Combinations, Add new combo.
Gambar 4.13 dan 4.14. Langkah-langkah Menentukan Kombinasi Pembebanan
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 57
10. Menentukan tipe perletakkan dengan mengklik titik yang akan
menjadi perletakan lalu pilih assign, joint, restraints, pilih jepit.
Gambar 4.15 dan 4.16. Langkah-langkah Menentukan Tipe Perletakan
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 58
11. Inputkan beban yang bekerja pada elemen. Klik Assign, Frame
Loads, Distributed untuk beban merata dan Assign, Frame Loads,
Point untuk beban terpusat.
Gambar 4.17 dan 4.18. Langkah-langkah Menginputkan Beban
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 59
12. Kemudian klik run untuk menjalankan perhitungan oleh SAP. Setelah itu
untuk munculkan hasil analisa yang dikehendaki, klik display, show
forcess/stresses, lalu pilih hasil analisa yang dikehendaki.
Gambar 4.19 dan 4.20. Langkah-langkah Menjalankan Perhitungan dan
Menampilkan Hasil Analisa
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 60
Dari hasil analisa dengan menggunakan SAP2000 v.11, dihasilkan bahwa momen
maximum yang terjadi adalah :
Momen max lapangan : 130020.9 kgm
Momen max tumpuan : 253077.24 kgm
4.2.1.3. Analisa Bahan
Lapangan
digunakan Tulangan dengan diameter 32 mm. Asumsi ukuran balok
1.2m x 1.8m
Mu = 1300.21 kNm
Mu / bd2 = 1300.21 / (1.2)(1.716)
2 = 367.96
d / d’ = (40+12+25) / (1800-40-12-25) = 0.04 diambil 0.1
dari tabel CUR IV 5.3d didapatkan ρ = 0.0012
As = ρ x b x d = 0.0012 x 1200 x 1716 = 2471.04 ( 4 D 32 )
As’ = 2 D 32 ( dengan asumsi ρ’/ ρ = 0.5 )
Tumpuan
digunakan Tulangan dengan diameter 32 mm. Asumsi ukuran balok
1.2m x 1.8m
Mu = 2530.77 kNm
Mu / bd2 = 2530.77 / (1.2)(1.716)
2 = 710.4
d’ / d = (40+12+32) / (1800-40-12-32) = 0.04 diambil 0.1
dari tabel CUR IV 5.3d didapatkan ρ = 0.00233
As = ρ x b x d = 0.00233 x 1200 x 1716 = 4817.41 ( 6 D 32 )
As’ = 3 D 32 ( dengan asumsi ρ’/ ρ = 0.5 )
4.2.1.4. Dimensi
Dari proses desain balok konvensional, terlihat bahwa akibat beban yang
bekerja pada elemen struktur tersebut, dimensi yang diperlukan untuk menahan
beban tersebut mencapai 1.2m x 1.8m. Sedangkan pada gambar desain yang
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 61
sesungguhnya, balok prestressed hanya membutuhkan dimensi sebesar 0.9m x
0.9m. Terlihat bahwa terdapat perbedaan yang cukup besar antara dimensi antara
balok konvensional dan balok prestressed.
4.2.1.5. Analisa Biaya
Harga borongan untuk pemasangan 1 buah balok prestressed pada
proyek ini adalah Rp. 37.000.000,00.
Harga pembuatan 1 m3 balok konvensional :
Pada perhitungan ini, sengkang tidak diperhitungkan.
Tabel 4.1. Analisa Harga Satuan
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
PEKERJAAN BETON BERTULANG
A BALOK
1 1 kg Pembesian dengan besi ulir D32
Bahan
Besi beton ulir
= 1.0500 kg x Rp. 6,500.00 = Rp. 6,825.00
Kawat beton
= 0.0150 kg x Rp. 12,500.00 = Rp. 187.50
TOTAL = Rp. 7,012.50
Waste 5%
= Rp. 350.63
DIRECT COST = Rp. 7,363.13
Contigency 5%
= Rp. 368.16
Overhead 5%
= Rp. 368.16
INDIRECT COST = Rp. 736.31
TOTAL COST BEFORE PROFIT = Rp. 8,099.44
Profit 10%
= Rp. 809.94
TOTAL COST WITH PROFIT = Rp. 8,909.38
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 62
Upah Tenaga Kerja
Tukang Besi
= 0.0070 OH x Rp. 45,000.00 = Rp. 315.00
Pekerja
= 0.0070 OH x Rp. 30,000.00 = Rp. 210.00
Kepala Tukang
= 0.0007 OH x Rp. 55,000.00 = Rp. 38.50
Mandor
= 0.0003 OH x Rp. 75,000.00 = Rp. 22.50
DIRECT COST = Rp. 586.00
Contigency 5%
= Rp. 29.30
Overhead 5%
= Rp. 29.30
INDIRECT COST
= Rp. 58.60
TOTAL COST BEFORE PROFIT = Rp. 644.60
Profit 10%
= Rp. 64.46
TOTAL COST WITH PROFIT = Rp. 709.06
Harga Satuan Pekerjaan untuk 1 kg Pembesian dengan besi ulir D32 = Rp. 9,618.44
2. 1 m³ Cor Beton Pondasi 1 Pc : 1,5 Ps : 2,5 Kr
Bahan
Semen abu-abu
= 406.8350 kg x Rp. 1,100.00 = Rp. 447,518.50
Pasir beton
= 0.4880 m³ x Rp. 150,000.00 = Rp. 73,200.00
Koral beton
= 0.8140 m³ x Rp. 175,000.00 = Rp. 142,450.00
TOTAL
= Rp. 663,168.50
Waste 5%
= Rp. 33,158.43
DIRECT COST = Rp. 696,326.93
Contigency 5% = Rp. 34,816.35
Overhead 5% = Rp. 34,816.35
INDIRECT COST = Rp. 69,632.69
TOTAL COST BEFORE PROFIT = Rp. 765,959.62
Profit 10%
= Rp. 76,595.96
TOTAL COST WITH PROFIT = Rp. 842,555.58
Upah Tenaga Kerja
Tukang Batu
= 0.2500 OH x Rp. 45,000.00 = Rp. 11,250.00
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 63
Pekerja
= 1.6500 OH x Rp. 30,000.00 = Rp. 49,500.00
Kepala Tukang
= 0.0250 OH x Rp. 55,000.00 = Rp. 1,375.00
Mandor
= 0.0800 OH x Rp. 75,000.00 = Rp. 6,000.00
DIRECT COST = Rp. 68,125.00
Contigency 5%
= Rp. 3,406.25
Overhead 5%
= Rp. 3,406.25
INDIRECT COST = Rp. 6,812.50
TOTAL COST BEFORE PROFIT = Rp. 74,937.50
Profit 10%
= Rp. 7,493.75
TOTAL COST WITH PROFIT = Rp. 82,431.25
Harga Satuan Pekerjaan untuk 1 m³ Cor
Beton Pondasi 1 Pc : 1,5 Ps : 2,5 Kr = Rp. 924,986.83
3. 1 m² bekisting untuk balok
Bahan
Kayu terentang
= 0.0400 m³ x Rp. 2,100,000.00 = Rp. 84,000.00
Paku biasa 2'' - 5"
= 0.4000 kg x Rp. 14,000.00 = Rp. 5,600.00
Minyak bekisting
= 0.2000 liter x Rp. 4,500.00 = Rp. 900.00
Balok kayu borneo
= 0.0150 m³ x Rp. 3,500,000.00 = Rp. 52,500.00
Plywood tebal 9 mm
= 0.3500 lembar x Rp. 95,000.00 = Rp. 33,250.00
Dolken kayu galam
Ø8 - 10/4 m
= 2.0000 batang x Rp. 15,000.00 = Rp. 30,000.00
TOTAL = Rp. 206,250.00
Waste 5%
= Rp. 10,312.50
DIRECT COST = Rp. 216,562.50
Contigency 5%
= Rp. 10,828.13
Overhead 5%
= Rp. 10,828.13
INDIRECT COST = Rp. 21,656.25
TOTAL COST BEFORE PROFIT = Rp. 238,218.75
Profit 10%
= Rp. 23,821.88
TOTAL COST WITH PROFIT = Rp. 262,040.63
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 64
Upah Tenaga Kerja
Tukang Kayu
= 0.3300 OH x Rp. 45,000.00 = Rp. 14,850.00
Pekerja
= 0.3000 OH x Rp. 30,000.00 = Rp. 9,000.00
Kepala Tukang
= 0.0330 OH x Rp. 55,000.00 = Rp. 1,815.00
Mandor
= 0.0060 OH x Rp. 75,000.00 = Rp. 450.00
DIRECT COST = Rp. 26,115.00
Contigency 5%
= Rp. 1,305.75
Overhead 5%
= Rp. 1,305.75
INDIRECT COST = Rp. 2,611.50
TOTAL COST BEFORE PROFIT = Rp. 28,726.50
Profit 10%
= Rp. 2,872.65
TOTAL COST WITH PROFIT = Rp. 31,599.15
Harga Satuan Pekerjaan untuk 1 m² bekisting untuk balok = Rp. 293,639.78
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 65
Tabel 4.2. Bar Bending Schedule
Kode Pola Penulangan L
(mm)
N
(bh)
g
(kg/m')
W
(kg)
Tulangan
Balok
Tumpuan Kiri
12000 3 6.31 227.28
Tulangan
Ekstra
11200 1 6.31 70.71
Tulangan
Balok
Tumpuan
Kanan
6048 3 6.31 114.55
Tulangan
Balok
Tumpuan Kiri
12000 2 6.31 151.52
Tulangan
Ekstra
Tumpuan Kiri
4864 4 6.31 122.83
Tulangan
Balok
Tumpuan
Kanan
6048 2 6.31 76.37
Tulangan
Ekstra
Tumpuan
Kanan
4864 4 6.31 122.83
Kebutuhan untuk membuat satu balok pengganti prestressed :
Bekisting = 2 x 16 x 1.8 + 1 x 16 x 1.2 = 76.8 m2
Volume Cor = 16 x 1.2 x 1.8 = 34.56 m3
Kebutuhan besi = 886.9 kg
Harga Pembuatan 1 balok pengganti prestressed :
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 66
Bekisting = 76.8 x 293.639,78 = Rp. 22.551.535,1
Cor = 34.56 x 924.986,83 = Rp. 31.967.544,84
Besi = 886.9 x 9.618.44 = Rp. 8.530.594,436
Harga Total = Rp. 63.049.674,38
Terlihat bahwa perbandingan harga antara balok konvensional dengan
balok prestressed sangat jauh dalam menerima beban yang sama. Balok
prestressed lebih murah dalam hal biaya dalam menahan beban yang sama dengan
balok konvensional.
4.2.1.6. Serviceability
Terlihat dari hasil desain yang didapatkan, terlihat bahwa hasil desain
balok konvensional menghasilkan desain yang sangat besar. Desain balok yang
sangat besar akan mengurangi kemampuan layan dari suatu bangunan. Dengan
besarnya ukuran balok, akan mengurangi tinggi bebas dari suatu lantai, sehingga
akan memberikan perasaan ruangan yang lebih kecil. Selain itu, jarak pandang
dari penghuni akan dibatasi oleh karena besarnya ukuran elemen balok tersebut.
Dengan desain prestressed yang lebih kecil, maka serviceability bangunan
tersebut akan juga semakin baik.
4.2.1.7. Pengaruh Terhadap Letak Mechanical, Elektrikal dan Finishing
Seperti yang telah didapatkan melalui desain, bahwa desain dari balok
konvensional lebih besar daripada balok prestressed. Oleh karena itu, akan
mempengaruhi ketinggian bebas dan itu erat juga kaitannya dengan peletakan
mekanikal, elektrikal dan finishing dari bangunan tersebut. Ketika ukuran dimensi
suatu balok semakin besar, agar komponen dari elektrikal dan mekanikal,
contohnya pipa AC, pemadam kebakaran akan semakin turun dan hal itu akan
mengakibatkan gangguan pada manusia. Untuk mengatasi hal tersebut, ketinggian
dari tiap tingkat harus ditingkatkan. Akan tetapi itu akan menimbulkan dampak
lain lagi. Bangunan akan semakin rawan terhadap beban gempa karena berat
+
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 67
bangunan semakin besar, dimensi akan semakin besar karena beban yang bekerja
juga semakin besar. Oleh karena itu, dengan mempergunakan balok prestressed
yang menghasilkan dimensi lebih kecil akan memberikan keuntungan lebih pada
bangunan.
4.3. Teknik Pelaksanaan
4.3.1. Balok Konvensional
Dalam metode pelaksanaan, akan dibagi menjadi 3 bagian sebagai
berikut:
4.3.1.1. Pra Pengecoran
Pra pengecoran dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
4.3.1.1.1.Pemasangan Bekisting
Langkah awal yang dilakukan sebelum melakukan pengecoran adalah
membuat bekisting terlebih dahulu. Bekisting adalah suatu cetakan yang
digunakan untuk mencetak beton cair sehingga dapat menjadi bentuk yang
diinginkan saat menjadi beton keras. Bekisting biasanya dapat dibuat dari bahan
kayu maupun dari pelat besi. Pada proyek ini, digunakan bekisting dari kayu yang
diberi perkuatan dari pelat baja. Adapun gambar bekisting yang dipakai dapat
dilihat pada Gambar 4.21.
Gambar 4.21. Bekisting
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 68
Bekisting yang digunakan menggunakan triplek dan diberi perkuatan
berupa kayu-kayu dan plat siku baja. Bekisting yang akan dipasang, sebelumnya
dilakukan fabrikasi di area proyek. Kayu diukur, dipotong sesuai dengan ukuran
yang dibutuhkan. Bekisting ini disediakan oleh PT. Raka Pratama sebagai sub
kontraktor yang menyuplai kebutuhan untuk bekisting proyek ini.
Bekisting harus cukup kuat untuk menahan gaya lateral akibat
pengecoran saat beton masih berupa cair. Untuk menjaga agar bekisting tidak
mengalami kegagalan akibat beban lateral pengecoran, maka bekisting dipasang
tulangan yang memegang kedua sisi dari bekisting tersebut (Gambar 4.22).
Tulangan yang terpasang itu ikut dicor sehingga akan tetap tertinggal di dalam
balok.
Gambar 4.22. Tulangan pada Bekisting Balok untuk Menahan Beban Lateral
Setelah bekisting selesai dirakit, maka bekisting diberi zat pelumas,
dalam proyek ini digunakan solar supaya bekisting dengan beton tidak melekat
sehingga beton dapat dengan mudah dilepas dan diangkat dari bekisting. Hal ini
sudah sesuai dengan persyaratan pada SNI 03-2847-2002 pasal 7.7.3 yang
berbunyi “Cetakan harus dilapisi zat pelumas permukaan sehingga sehingga
mudah dibongkar.”
4.3.1.1.2.Pemasangan Tulangan
Ketika pemasangan bekisting dilakukan, beberapa kelompok pekerja lain
juga mengerjakan fabrikasi terhadap tulangan di area proyek. Tulangan difabrikasi
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 69
sesuai dengan gambar bestaat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Bestaat atau
yang juga disebut Bar Bending Schedule dibuat sesuai dengan desain yang telah
dibuat oleh pihak perencana dari bangunan. Tulangan kemudian dipotong dengan
mesin bar cutter (Gambar 4.23) dan dibengkokkan dengan bar bender (Gambar
4.24).
Gambar 4.23a. Bar Cutter Gambar 4.23b. Bar Bender
Berikut ditampilkan salah satu contoh detail penulangan yang ada pada
proyek ini. Balok yang ditinjau adalah Balok B4-4 dengan dimensi 200 mm x 500
mm. Tulangan tarik pada daerah tumpuan digunakan 5D16, sedangkan tulangan
tekannya digunakan 2D16. Pada daerah lapangan digunakan konfigurasi tulangan
tarik yang sama. Tulangan sengkang yang digunakan pada daerah tumpuan
digunakan Ø10-100 sedangkan pada daerah lapangan digunakan Ø10-200.
Gambar 4.24a. Tulangan Sengkang B4-4
44
14
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 70
Gambar 4.24b. Tulangan Longitudinal B4-4
Pada tulangan sengkang, terlihat bahwa kait yang digunakan adalah 3 cm.
Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan yang disyaratkan oleh SNI 03-2847-2002
pada pasal 9.1.3 (c) yang berbunyi “Untuk sengkang dan kait pengait : Batang D-
25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135o ditambah perpanjangan 6 db pada ujung
bebas kait.” 6 db apabila digunakan diameter 10mm adalah sebesar 6 cm.
Pada tulangan longitudinal terlihat bahwa panjang penjangkaran yang
digunakan adalah sebesar 44 cm dan kait pada bagian tulangan ekstra adalah 7 cm.
Panjang penjangkaran yang disyaratkan oleh peraturan pada SNI 03-2847-2002
Gambar 17 untuk bengkokan 90o adalah 12 db. 12db apabila digunakan diameter
16mm, adalah 19,2 cm. Panjang penjangkaran tulangan utama sudah memenuhi
syarat tersebut. Sedangkan kait untuk tulangan ekstra belum memenuhi syarat.
Dengan menggunakan syarat yang sama untuk sengkang, diketahui bahwa kait
minimum adalah 6 db. 6 db apabila digunakan diameter 16mm adalah 9,6 cm.
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 71
Setelah proses pemasangan bekisting selesai, proses perakitan tulangan
dapat dengan segera dilakukan (Gambar 4.25).
Gambar 4.25. Perakitan Tulangan
Yang perlu diperhatikan dalam merakit tulangan adalah kesesuaian jarak
antar tulangan di lapangan dengan yang ada di desain dan keterikatan antar
tulangan.
Setelah bekisting dan tulangan selesai dirakit maka tulangan dipindah ke
bekisting. Untuk menjaga selimut beton, maka antara tulangan dengan bekisting
diberi penyangga/ beton decking, biasanya dengan tahu beton (Gambar 4.26).
Tahu beton dibuat dengan cara kawat beton (bendrat) yang diberi campuran beton
yang dibentuk seperti bentuk tahu. Pada proyek ini, beton decking yang digunakan
adalah 3 cm. Sedangkan persyaratan pada SNI 03-2847-2002 pasal 9.7.1 (c) untuk
beton bertulang dan pasal 9.7.3 (c) untuk beton prategang sama-sama
mensyaratkan tebal minimum beton decking adalah 40 mm. Beton decking yang
digunakan masih belum memenuhi persyaratan.
Gambar 4.26. Tahu Beton
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 72
Karena tidak tersedianya suatu alat untuk pengangkut seperti Tower
Crane, maka proses pengangkatan tulangan ini dilakukan dengan tenaga manual
dari para pekerja yang ada.
4.3.1.1.3. Pemesanan Beton
Setelah tulangan dan bekisting siap, langkah selanjutnya adalah
memesan beton dengan volume dan mutu yang diinginkan dengan waktu yang
diinginkan pula. Pemesanan beton dilakukan beberapa hari sebelum pengecoran.
Pembuatan beton ada tiga macam :
1. Site-Mix
Site-Mix adalah cara pembuatan beton di mana pencampuran
dilakukan langsung di lapangan. Material-material yang ada di
lapangan diambil sesuai dengan volume cor dengan
perbandingan tertentu. Proses pencampurannya dilakukan oleh
tukang-tukang yang ada menggunakan alat bantu cangkul
maupun mixer. Akan tetapi, cara ini memiliki kelemahan yaitu
biasanya kualitas pengerjaan memiliki mutu yang rendah.
Ketidakseragaman hasil pencampuran juga menjadi salah satu
kendala apabila menggunakan metode ini. Oleh karena itu, perlu
dilakukan Quality Control yang baik apabila hendak
menggunakan metode ini.
2. Precast
Precast adalah beton yang telah dibuat dahulu sebelum
dilakukan pemasangan pada site. Biasanya pembuatan precast
bisa dilakukan di pabrik maupun di lapangan. Keuntungan dari
metode ini adalah kualitas pengerjaan yang baik karena
pembuatannya terkontrol dengan baik di pabrik. Akan tetapi,
kelemahan dari metode ini adalah biasanya kesulitan dalam hal
transportasi dari beton dari pabrik menuju ke lokasi. Selain itu,
kelemahan ain adalah biayanya cenderung mahal.
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 73
3. Readymix
Readymix adalah suatu cara pembuatan beton di mana pemesan
melakukan pemesanan pada suatu perusahaan yang menangani
hal tersebut sesuai dengan mutu yang disyaratkan. Keuntungan
daripada metode ini adalah kualitas dari beton yang dihasilkan
lebih terkontrol karena proses pencampurannya terkomputerisasi
waktu di batching plant.
Pada proyek ini, beton yang digunakan adalah beton readymix.
Penyediaan readymix disuplai oleh PT. Merak Jaya Beton dan mutu beton yang
dipakai adalah K- 300, dengan slump ± 8 cm. Pada umumnya slump untuk beton
adalah 10 – 14 cm sehingga workability nya tinggi. Pertimbangan yang diambil
adalah dengan slump yang kecil, harga akan menjadi lebih murah karena semen
yang digunakan lebih sedikit. Akan tetapi, workability yang rendah akan
mempersulit beton saat dituangkan dan dipadatkan sehingga untuk mengatasi
kurangnya workability, maka ditambahkan SP (superplasticizer).
4.3.1.1.4. Pengujian Slump Beton
Ketika beton yang dipesan telah datang, maka dilakukan pengujian
kelecakan / workability dari beton tersebut. Berikut langkah-langkah uji slump:
1. Beton yang dipesan datang (Gambar 4.27)
Gambar 4.27. Beton yang Dipesan Datang
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 74
2. Diambil kurang lebih 0.5 m3 beton untuk di uji slump dan untuk
beberapa sampel yang akan di tes kekuatannya umur 7, 14, dan 28
hari.
3. Dilakukan uji slump dengan urutan di tuang, dirojok (dipadatkan),
lalu diangkat, dan terakhir diukur besar penurunannya.
4.3.1.2. Pengecoran
Proses pengecoran dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
4.3.1.2.1. Menuang Beton
Penuangan atau placing dari beton dapat menggunakan beberapa
metode, antara lain :
1. Crane + Bucket
Sistem penuangan beton dengan menggunakan bucket biasanya
dikombinasikan dengan penggunaan crane. Penggunaan Crane
biasanya digunakan untuk pengecoran pada tingkat yang tinggi.
Akan tetapi, kelemahannya adalah perlu lahan yang cukup besar
untuk tempat Tower Crane.
2. Concrete Pump
Concrete Pump adalah cara penuangan beton di mana beton
dimasukkan ke dalam alat concrete pump dan kemudian
semprotkan ke atas untuk mencapai elevasi yang tinggi.
3. Talang
Talang adalah cara penuangan beton untuk struktur bawah. Dari
truk mixer langsung dialirkan dengan talang ke bagian yang
dicor.
Pada proyek ini beton dituang dengan menggunakan Concrete Pump
(Gambar 4.28) dan talang (Gambar 4.29). Penuangan beton dengan menggunakan
talang hanya dapat dilakukan untuk melakukan pengecoran elemen struktur
bagian bawah saja. Sedangkan untuk pengecoran struktur bagian atas diperlukan
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 75
suatu alat bantu yang digunakan untuk menaikkan beton sampai ke elevasi yang
dibutuhkan.
Gambar 4.28. Concrete Pump Gambar 4.29. Talang
Proses pengecoran dimulai dengan membuang mortar (Gambar 4.30)
pada awal pengecoran hingga beton yang keluar dari pipa concrete pump. Hal ini
dilakukan supaya pada saat pengecoran awal, bukan hanya mortar saja yang
keluar melainkan beton. Ketika hanya mortar saja yang keluar, maka peluang
untuk terjadi retak pada beton semakin besar. Hal ini sudah sesuai dengan
persyaratan yang ada pada SNI 03-2847-2002 pasal 7.7.6.
.Gambar 4.30. Membuang Mortar
4.3.1.2.2. Memadatkan Beton
Setelah beton dipadatkan, maka langkah selanjutnya adalah
memadatkan beton yang telah dituang. Alat yang digunakan untuk memadatkan
adalah vibrator. Vibrator adalah alat getar yang dapat membuat campuran beton
minim rongga udara sehingga beton yang dihasilkan benar-benar padat. Gambar
vibrator dapat dilihat pada Gambar 4.31. Hal ini dilakukan untuk memenuhi
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 76
persyaratan pada SNI 03-2847-2002 pasal 7.10.8 yang berbunyi “Semua beton
harus dipadatkan secara menyeluruh dengan menggunakan peralatan yang sesuai
selama pengecioran dan harus diupayakan mengisi sekeliling tulangan dan seluruh
celah dan masuk ke semua sudut cetakan.”
Gambar 4.31. Vibrator dan Perataan Permukaan yang Dicor
4.3.1.2.3. Meratakan Permukaan yang Dicor
Langkah selanjutnya adalah meratakan permukaan. Berikut ini dapat
dilihat proses perataan permukaan pada Gambar 4.32. Perataan permukaan adalah
sesuatu yang penting karena terkait dengan siar pelaksanaan. Apabila suatu
permukaan tidak rata, maka nantinya akan menimbulkan masalah dalam
pengecoran ke atas.
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 77
Gambar 4.32. Perataan Permukaan yang Dicor
4.3.1.3. Pasca Pengecoran
Pasca Pengecoran akan dilakukan dalam bentuk curing.
4.3.1.3.1. Curing
Untuk proses perawatan/ curing, pada umumnya menggunakan air. Tujuan
dari proses curing sendiri adalah pertama, untuk menghindari perbedaan suhu di
dalam dan di luar beton yang terlalu besar. Kedua, untuk mempertahankan air
yang ada di dalam beton agar tidak menguap. Kehilangan air melalui proses
penguapan dapat mengganggu jalannya proses hidrasi. Selain akibat penguapan,
kehilangan air pada proses hidrasi juga terjadi secara internal, oleh karena itu air
tersebut harus digantikan dengan pemberian air dari luar. Akibat lain dari
kehilangan air ini yaitu dapat berakibat pada penurunan perkembangan kekuatan
beton, terutama penurunan kuat tekan. Kehilangan air melalui proses penguapan
ini pun juga dapat berakibat terjadinya retak/crack.
Berdasarkan tujuan curing yang telah disebutkan di atas, proses curing
dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan air pada permukaan beton yang
baru dicor, kemudian untuk menjaga tidak terjadinya penguapan, permukaan
beton tersebut ditutupi dengan karung goni atau terpal. Di lain pihak karena ada
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 78
begitu banyaknya kondisi yang mungkin terjadi di lapangan memicu
berkembangnya bentuk proses curing. Saat ini ada beberapa cara untuk
melakukan proses curing, diantaranya :
Curing dengan uap panas
Ada 2 jenis perawatan dengan uap panas:
a. Perawatan dengan uap panas tekanan rendah. Pemeliharaan
dengan cara ini adalah untuk mempercepat waktu pemeliharaan
yang dapat dilakukan pada tekanan atmosfir dan temperatur di
bawah 100°C dan dimaksudkan untuk menghasilkan siklus
pekerjaan yang pendek pada industri komponen beton (beton
prefab/pracetak).
b. Perawatan dengan uap panas tekanan tinggi. Metode ini sangat
berbeda dengan metode pemeliharaan dengan uap bertekanan
rendah dan bertekanan atmosfir. Metode ini digunakan bila
diperlukan pekerjaan beton yang memerlukan persyaratan berikut:
- Diperlukan kekuatan awal tinggi dan kekuatan 28 hari dapat
dicapai dalam waktu 24 jam.
- Diperlukan keawetan yang tinggi dengan ketahanan terhadap
serangan sulfat atau bahan kimia lainnya, juga terhadap
pengaruh pembekuan (cold storage) atau temperatur yang
tinggi.
- Diperlukan beton dengan susut dan rangkak rendah.
Kedua jenis perawatan tersebut memerlukan biaya dan waktu perawatan
yang tidak sama. Waktu perawatan dengan tekanan tinggi lebih cepat dari
waktu perawatan dengan tekanan rendah.
Curing dengan senyawa kimia
Senyawa kimia untuk perawatan dengan membentuk lapisan tipis adalah
suatu cairan yang disemprotkan pada permukaan beton untuk menghambat
penguapan air dari beton. Sebuah jenis penyemprot kebun yang dapat
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 79
dipegang dengan tangan sesuai untuk pekerjaan ini. Hampir semua
bahanbahan kimia untuk perawatan beton yang tersedia di pasaran dan
terbukti memuaskan pemakaiannya terdiri dari larutan sejenis damar.
Setelah digunakan, larutan itu menguap dan meninggalkan permukaan
beton. Lapisan resin (sejenis damar) tersebut tinggal dengan sempurna
sekitar empat minggu. Selanjutnya lapisan ini menjadi getas dan mulai
mengelupas akibat pengaruh sinar matahari dan cuaca. Pengujian di
laboratorium dan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa cara ini
telah memberikan perawatan pada beton yang setara dengan
membasahinya secara terus menerus selama 14 hari.
Penggunaan curing compound biasanya dilakukan untuk permukaan beton
yang vertikal dan terkena sinar matahari seperti kolom, balok dan dinding
beton.
Curing dengan sistem elektris:
Pemeliharaan dengan uap bila digunakan untuk komponen yang besar di
lapangan tidak praktis untuk diterapkan. Untuk tujuan ini, sejumlah cara
dengan sistem elektris telah dikembangkan oleh berbagai perusahaan.
Namun metode ini kurang banyak digunakan di lapangan pekerjaan.
Metode ini menggunakan resistor yang berfungsi menyalurkan arus listrik.
Yang berfungsi sebagai resistor itu adalah campuran beton itu sendiri,
tulangan atau benda-benda yang terdapat di dalam penampang beton. Di
dalam pelaksanaannya ditemui kesukaran yang membuatnya hampir tidak
mungkin untuk menyalurkan arus listrik pada keseluruhan bahan di
lapangan. Hal ini disebabkan terbatasnya panjang penulangan dan
besarnya penampang yang harus dialiri, dan hal yang sama juga terlihat
bila menggunakan batang tulangan prategang sebagai resistor. Dari hasil
pengamatan, kabel prategang lebih sesuai bila digunakan sebagai resistor.
Oleh karena itu pemeliharaan elektrik memberikan hasil yang memuaskan
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 80
bila menggunakan berkas kabel prategang (Neville, 1982).
Pada proyek ini, karena balok berdimensi cukup besar, maka ada
perbedaan suhu yang terlalu besar antara suhu di dalam dan di luar beton sehingga
tujuan pertama dari curing harus dipenuhi. Untuk menjawab tujuan curing yang
kedua, proyek ini tidak menggunakan air untuk proses curing, tetapi
menggunakan chemical curing (SIKA-Antisol S), yaitu cairan kimia yang
berfungsi sebagai lapisan lilin di permukaan beton sehingga ketika terkena panas
maka air tetap tertahan dan tidak bisa keluar. Persyaratan mengenai curing diatur
pada SNI 03-2847-2002 pada pasal 7.11. Berdasarkan penjelasan yang ada
mengenai curing dengan senyawa kimia yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
pengambilan keputusan proyek ini curing dengan menggunakan senyawa kimia
merupakan pilihan yang tepat karena dapat digunakan untuk bermacam-macam
elemen struktur.
4.3.2. Balok Prestressed
Dalam metode pelaksanaan balok prestressed, akan dibagi menjadi 3
bagian sebagai berikut:
4.3.2.1. Pra Pengecoran
Pra pengecoran dibagi menjadi 7 bagian yaitu:
4.3.2.1.1. Penyimpanan (Storage)
Seluruh bahan untuk pekerjaan balok prestressed disimpan dalam
gudang tertutup dengan ventilasi udara yang cukup, serta tak langsung
berhubungan dengan tanah, terlindung dari pengaruh-pengaruh lain yang
berpotensi merusak. Namun, pada proyek ini tidak dilakukan tahapan
penyimpanan karena bahan-bahan yang digunakan untuk pengerjaan balok
prestressed didatangkan tepat pada hari pengerjaannya.
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 81
4.3.2.1.2. Pemasangan Bekisting
Pemasangan bekisting pada balok prestressed sama dengan pemasangan
bekisting yang dilakukan pada balok konvensional. Hanya saja pada bagian ujung-
ujungnya tidak langsung dibekisting karena akan dipasang anchor bearing plate
untuk tempat memasukkan baja prategang.
4.3.2.1.3. Pemasangan Tulangan Non Prategang
Pemasangan tulangan non prategang pada balok prestressed sama
dengan pemasangan tulangan longitudinal pada balok konvensional. Tulangan non
prategang pada beton prategang tidak digunakan untuk menerima beban. Tulangan
yang ada hanya digunakan sebagai tulangan susut yang mencegah adanya retak
pada beton. Hal ini sesuai dengan persyaratan pada SNI 03-2847-2002 pasal
20.9.2.2. Semua beban hanya diterima oleh tendon baja yang menerima beban
aksial untuk menerima beban kerja pada balok tersebut. Untuk lebih jelasnya
dapat melihat pada bagian pemasangan tulangan balok konvensional yang telah
dijelaskan di bagian 4.3.1.1.2.
4.3.2.1.4. Pemasangan Selongsong, Angkur, dan Grout vent
Selongsong atau conduit adalah material yang digunakan untuk
melindungi tendon baja supaya tidak terkena pengaruh lingkungan maupun beton
secara langsung. Pemilihan selongsong yang digunakan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya pengaruh terhadap korosi, gesekan terhadap baja
prategang, dan pengaruh dalam meningkatkan kinerja fatique baja prategang.
Angkur digunakan untuk mematikan gerakan dari tendon saat dibebani gaya
aksial. Sedangkan Grout vent digunakan untuk menyalurkan bahan grouting.
Pemasangan selongsong, angkur dan grout vent (Gambar 4.33) perlu disesuaikan
dengan benar agar sedemikian sehingga posisi tendon yang dihasilkan akan sesuai
dengan posisi yang telah ditetapkan dalam gambar kerja.
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 82
Gambar 4.33. Grout Vent
Hal yang pertama yang dilakukan untuk melakukan pemasangan
selongsong adalah memasang tulangan penyangga (support bar) (Gambar 4.34)
dengan mengikatnya (dengan kawat bendrat) pada sengkang. Ketinggian / posisi
tulangan penyangga ini disesuaikan menurut profil kabel pada gambar kerja (shop
drawing). Jarak antara tulangan penyangga maximum 1 (satu) meter.
Gambar 4.34. Tulangan Penyangga (Support Bar)
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 83
Setelah tulangan penyangga terpasang dengan benar, selongsong (duct)
dipasang di atas tulangan penyangga tersebut dan diikat dengan kawat bendrat
(tying wire) (Gambar 4.35).
Gambar 4.35. Selongsong yang Dipasang di atas Tulangan Penyangga dan Diikat
dengan Kawat Bendrat pada Sengkang Balok
Karena selongsong (duct) dipasok dengan panjang tertentu (biasanya
dengan panjang per batang 4 meter), maka perlu menggunakan coupler (Gambar
4.36) berupa selongsong dengan diameter yang lebih besar.
Gambar 4.36. Coupler
Untuk menyatukan coupler dengan selongsong lain yang lebih dikecil
digunakan pita perekat (Gambar 4.37). Pita perekat (seal tape) ini digunakan
untuk menghindari masuknya air atau adukan beton ke dalam selongsong.
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 84
Gambar 4.37. Pemasangan Coupler pada Selongsong yang Disambung dengan
Menggunakan Seal Tape
Setelah pemasangan selongsong selesai maka pengerjaan dilanjutkan
dengan memasang bursting steel pada posisinya sebelum selongsong dihubungkan
pada anchorage bearing plate (Gambar 4.38).
Bursting steel adalah tulangan yang berada pada ujung-ujung dari balok
beton. Tulangan ini dibutuhkan karena pada ujung dari balok karena pada ujung
balok terjadi gaya yang besar pada suatu suatu area yang kecil. Oleh karena itu,
terjadi kemungkinan kegagalan pada area ini dan untuk mengatisipasinya
digunakan bursting steel. Pemasangan anchorage bearing plate ini juga diikat
dengan kawat bendrat pada sengkang balok (Gambar 4.39).
Setelah bursting steel dipasang barulah anchorage bearing plate
dipasang pada cetakan balok dengan menggunakan baut dan mur dengan posisi
seperti yang ditentukan dalam shop drawing. Panjang selongsong (sheath) yang
masuk ke dalam anchorage bearing plate harus diperhitungkan.
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 85
Gambar 4.38. Anchorage Bearing Plate
Gambar 4.39. Anchorage Bearing Plate diikat dengan kawat bendrat pada
tulangan balok
4.3.2.1.5. Pemasangan Baja Prategang (Strand)
Strand adalah komponen yang ada pada prestressed yang digunakan
untuk memberikan gaya aksial pada prestressed. Pada umumnya, jenis yang ada di
lapangan adalah 7-wire strand dan 19-wire strand. Baja prategang yang
digunakan pada proyek ini adalah PC Strand 12.7 mm ( 0.5 in ) menurut standar
ASTM A416-90a Grade 270 Low Relaxation yang merupakan 7-wire strand.
Spesifikasi Strand yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.40.
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 86
Gambar 4.40. Spesifikasi Strand
Baja prategang (Gambar 4.41) dipasok dalam bentuk sudah terpotong
dengan panjang sesuai dengan yang ditentukan dalam shop drawing. Baja
prategang tersebut dipotong dengan panjang yang telah memperhitungkan panjang
penarikan dan pengangkuran.
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 87
Gambar 4.41. Baja Prategang
Alat untuk memotong baja prategang itu menggunakan gerinda
pemotong (disc cutter dan cutting plate). Pemasangan baja prategang dilakukan
dengan segera untuk menghindari kerusakan (karat, luka tergores, atau bengkok).
Pemasangan baja prategang dapat dilakukan oleh minimal 2 orang dimana satu
orang memasukkan baja prategang dari salah satu sisi kemudian (Gambar 4.42)
dari sisi satunya satu orang yang lain mengecek sudah sejauh apa baja prategang
telah masuk agar panjang baja prategang yang telah masuk cukup saat akan
dilakukan stressing (Gambar 4.43). Pada ujung baja prategang diberi seal tape
untuk menjaga agar untaian baja prategang tersebut tidak lepas (Gambar 4.44).
Gambar 4.43. Orang yang Mengawasi
Masuknya Baja Prategang
Gambar 4.42. Pemasangan Baja
Prategang
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 88
Gambar 4.44. Ujung dari Baja Prategang Diisolasi Agar Tidak Terlepas
4.3.2.1.6. Pemesanan Beton
Proses pemesanan beton pada balok prestressed sama dengan pada
balok konvensional (bagian 4.3.1.1.3)
4.3.2.1.7. Pengujian Slump Beton
Proses pengujian slump beton pada balok prestressed sama dengan pada
balok konvensional (bagian 4.3.1.1.4)
4.3.2.2. Pengecoran
Hal-hal yang dilakukan pada pengecoran balok prestressed sama
dengan yang dilakukan pada balok konvensional oleh karena itu tidak dijelaskan
lagi. Berikut dilampirkan foto dari hasil pengecoran balok prestressed (Gambar
4.45).
Gambar 4.45. Balok Prestressed yang Telah Dicor
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 89
4.3.2.3. Pasca Pengecoran
Pasca Pengecoran dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
4.3.2.3.1. Curing
Proses curing pada balok prestressed serupa dengan balok konvensional
(bagian 4.3.1.3.1)
4.3.2.3.2. Stressing
Gambar 4.46. Prosedur Pelaksanaan Stressing OVM
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 90
Prosedur pelaksanaan Stressing yang sesuai dengan persyaratan dari pabrik
dapat dilihat pada gambar 4.46.
Pelaksaan stressing dapat dilakukan setelah 2 minggu dari waktu
pengecoran dilakukan. Hal ini dilakukan agar beton yang dicor telah mencapai
umur yang cukup karena apabila compressive strength dari beton belum mencapai
kekuatan yang dibutuhkan, akan terjadi suatu kegagalan pada beton tersebut.
Pada proyek ini, balok prestressed di-stressing sebelum kolom dicor.
Hal ini mengakibatkan kendala yaitu susahnya dalam proses stressing karena
stressing pocket yang telah disiapkan terganggu akibat penyanggah bekisting
kolom yang terpasang (Gambar 4.47).
Gambar 4.47. Stressing pocket (Tempat untuk Melakukan Stressing Baja
Prategang) Terganggu Akibat Adanya Penyanggah dari Bekisting Kolom
Untuk mengatasi hal ini, pihak multistrand berusaha dengan cara
melepas bekisting yang ada untuk memberi ruang yang cukup bagi baja prategang
pada saat stressing (Gambar 4.48). Seharusnya stressing dapat dilakukan setelah
kolom selesai dicor, namun hal ini tidak dilakukan karena dapat mengakibatkan
keretakan pada beton kolom. Stressing setelah kolom dicor bisa dilakukan jika
umur beton kolom sudah mencapai 7 hari dimana hal ini dapat lebih menjamin
stressing tidak mengakibatkan retak pada kolom.
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 91
Gambar 4.48. Penyanggah Bekisting Kolom Telah Dilepas Supaya Tidak
Mengganggu Proses Stressing
Setelah penyanggah bekisting kolom dilepas, maka dilakukan pelepasan
bekisting balok prestressed yang masih terpasang pada balok tersebut (Gambar
4.49).
Gambar 4.49. Pelepasan Bekisting Balok Prestressed
Setelah bekisting balok prestressed dilepas (Gambar 4.50), maka proses persiapan
stressing dapat dilanjutkan.
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 92
Gambar 4.50. Bekisting Balok Prestressed yang Telah Dirusak
Setelah dilakukan pelepasan bekisting balok prestressed maka
persiapan stressing dapat dilanjutkan. Hal yang pertama yang harus dilakukan
adalah mengangkat alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan stressing pada
lantai tempat kerja stressing tersebut. Pada proyek ini, alat-alat untuk melakukan
stressing ini diangkat dengan cara manual saja (Gambar 4.51).
Gambar 4.51. Pengangkatan Alat-alat untuk Melakukan Stressing
Setelah semua alat-alat diangkat (tidak termasuk hydraulic jack), maka
dilakukan pemotongan baja prategang yang telah dipasang dengan cara mengukur
baja prategang yang akan dipotong terlebih dahulu (Gambar 4.52) kemudian
memotongnya dengan menggunakan disc cutter (Gambar 4.53)
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 93
Setelah panjang baja prategang sesuai yang dibutuhkan untuk
melakukan stressing, maka proses dilanjutkan dengan pemasangan anchor head
(Gambar 4.54) yang terdiri dari tiga tahapan dimana tahap ketiga dapat dipasang
setelah alat hydraulic jack diangkat.
Gambar 4.54. Anchor Head
Gambar 4.53. Pemotongan Baja
Prategang dengan Disc Cutter
Gambar 4.52. Pengukuran
Baja Prategang
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 94
Tahapan pemasangan anchor head ini dapat dilihat lebih jelas melalui
runtutan gambar berikut ini :
1. Pemasangan anchor head tahap 1 (Gambar 4.55).
Gambar 4.55. Pemasangan Anchor Head Tahap 1
2. Pemasangan pengunci anchor head / wedges (Gambar 4.56).
Gambar 4.56. Pemasangan Pengunci Anchor Head / Wedges
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 95
3. Memasukkan pengunci anchor head / wedges dengan bantuan alat
(Gambar 4.57).
Gambar 4.57. Memasukkan Pengunci Anchor Head / Wedges dengan Bantuan
Alat
4. Pemasangan Spacer (Gambar 4.58).
Gambar 4.58. Pemasangan Spacer
Oleh karena balok prestressed dipasang pada elevasi lantai 1 sampai
lantai 6, maka alat hydraulic jack yang digunakan perlu untuk diangkat agar
stressing dapat dilakukan. Hydraulic jack type YCW250B. ini memiliki berat
kira-kira 350 kg. Spesifikasi Hydraulick jack dapat dilihat pada Gambar 4.59.
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 96
Gambar 4.59. Spesifikasi Hydraulic Jack
Pengangkatan hydraulic jack dilakukan dengan cara mengangkatnya
menggunakan katrol (Gambar 4.60).
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 97
Gambar 4.60. Katrol untuk Mengangkat Hydraulic Jack
Oleh karena itu butuh suatu tumpuan untuk mampu menahan selama
proses pengangkatan hydraulic jack dengan menggunakan katrol tersebut. Katrol
tersebut ditumpu oleh perancah.
Perancah atau scaffolding memiliki beberapa bagian utama, yaitu :
Solid Jack Base
Solid Jack Base adalah bagian yang berfungsi seperti pondasi, di
mana main frame akan diletakkan.
Cross Brace
Merupakan bagian yang berfungsi untuk menyalurkan beban.
Cross brace juga berfungsi untuk menahan gaya lateral dan juga
untuk mempertahankan agar scaffolding lebih stabil.
Main Frame
Rangka utama dari scaffolding.
Coupling pin dan Clip pin
Merupakan komponen untuk menyambung koneksi antara
komponen-komponen yang lain.
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 98
Gambar 4.61. Bagian-bagian dari Scaffolding
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 99
Tahapan pengerjaan dari tumpuan ini dapat dilihat lebih lanjut melalui
gambar-gambar berikut ini :
1. Perakitan perancah sebagai tumpuan untuk mengangkat hydraulic jack
(Gambar 4.62)
Gambar 4.62. Perakitan Perancah
2. Pemasangan balok tumpu diatas perancah (Gambar 4.63)
Gambar 4.63. Pemasangan Balok Tumpu
3. Mengikat balok tumpu dengan perancah agar menjadi satu kesatuan yang
kokoh (Gambar 4.64)
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 100
Gambar 4.64. Mengikat Balok Tumpu dengan Perancah
4. Pemasangan katrol ditengah bentang dari balok tumpu (Gambar 4.65)
Gambar 4.65. Memasang Katrol
5. Hydraulic jack siap untuk diangkat dengan menggunakan katrol
Setelah hydraulic jack siap diangkat, maka hydraulic jack diangkat
dengan bantuan katrol (Gambar 4.66) sambil memposisikan hydraulic jack agar
tepat pada posisi untuk melakukan stressing (Gambar 4.67).
Gambar 4.66. Pengangkatan Hydraulic Jack
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 101
Gambar 4.67. Proses Memposisikan Hydraulic Jack pada Posisi Siap Stressing
Setelah hydraulic jack pada posisi yang tepat maka dipasang kabel pada
hydraulic jack dari hydraulic pump agar dapat dilakukan stressing (Gambar 4.69).
Hydraulic pump yang digunakan tipe ZB4-500. Spesifikasinya dapat dilihat pada
Gambar 4.68.
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 102
Gambar 4.68. Hydraulic Pump
Gambar 4.69. Kabel dari Hydraulic Pump Telah Terpasang pada Hydraulic Jack
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 103
Saat akan dilakukan stressing harus benar-benar dipastikan alat
hydraulic jack pada posisi horizontal. Pada proyek ini, terjadi kendala karena
adanya tulangan longitudinal yang mengganggu proses stressing (Gambar 4.70).
Hal ini dapat dilihat dari pemasangan hydraulic jack yang tidak bisa benar-benar
horizontal akibat adanya tulangan longitudinal.
Gambar 4.70. Tulangan Longitudinal yang Ada Mengganggu Proses Stressing
Oleh karena itu, dilakukan pembengkokan tulangan longitudinal untuk
memberikan ruang yang cukup agar alat hydraulic jack benar-benar horizontal dan
proses stressing dapat dilakukan (Gambar 4.71).
Gambar 4.71. Tulangan Longitudinal yang Ada Dibengkokan
Proses stressing adalah salah satu hal yang paling penting pada suatu
pelaksanaan balok prestressed. Proses stressing adalah proses pemberian gaya
aksial pada baja prategang. Nilai gaya jacking yang harus diberikan pada baja
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 104
prategang telah ditentukan terlebih dahulu oleh pihak perencana, yaitu kurang
lebih 2000-2500 kN.
Salah satu hal yang harus diperhitungkan pada saat melakukan stressing
adalah adanya loss of stressing karena akan dapat mengurangi gaya jacking efektif
yang terjadi. Ada beberapa macam loss of prestressing yang mungkin terjadi,
antara lain :
Susut
Susut adalah suatu kejadian yang alami yang terjadi pada beton.
Susut terjadi pada dua tahap, yaitu pada waktu sesaat setelah
pengecoran dan saat beban bekerja. Pada beton post tensioned,
tidak terjadi loss of prestressing waktu sesaat setelah
pengecoran hanya pada saat beban bekerja. Yang menyebabkan
loss of prestressing adalah perpendekan dari strand akibat
perpendekan dari beton itu. Karena pada saat setelah
pengecoran, strand dan beton belum merupakan sesuatu yang
komposit karena belum digrouting, maka ketika terjadi susut
pada beton, strand tidak mengalami perpendekan. Pada saat
beban mulai bekerja di mana beton sudah digrouting,
perpendekan akibat susut pada beton juga mengakibatkan
perpendekan pada strand yang akan mengakibatkan terjadi loss
of prestressing.
Perpendekan Elastis
Perpendekan terjadi pada semua material yang elastis. Ketika
beton mengalami gaya aksial, maka beton akan mengalami
perpendekan. Akibat adanya perbedaan antara modulus
elastisitas beton dengan baja prategang, akan menghasilkan
perbedaan perpendekan yang akan menghasilkan loss of
prestressing.
Rangkak
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 105
Loss of prestressing akibat rangkak pada prinsipnya juga terjadi
akibat perpendekan strand yang terjadi akibat perpendekan
beton akibat beban tetap yang bekerja dalam waktu lama.
Relaksasi
Ketika tendon mengalami gaya 65-70% dari kekuatan
ultimitnya, maka akan mengalai rangkak akibat tegangan tinggi
yang konstan. Ketika beton mengalami rangkak, maka akan
terjadi perpendekan juga pada strand. Akan tetapi perpendekan
tersebut tidak sepenuhnya terjadi ada sebagian yang tidak dapat
mengalami perpendekan. Karena perpendekan tidak
memungkinkan terjadi, maka yang terjadi adalah penurunan
tegangan pada strand ( loss of prestressing ).
Setelah itu proses stressing siap dilakukan. Sebelum proses stressing
dilakukan, dilakukan pengukuran awal agar dapat mengetahui seberapa besar
stressing yang telah diberikan (Gambar 4.72). Indikasi besarnya stressing yang
diberikan dapat dilihat dari seberapa panjang keluarnya besi berwarna abu-abu
dari alat hydraulic jack. Peraturan mengenai pemberian dan pengukuran gaya
prategang yang diberikan harus sesuai dengan persyaratan yang disyaratkan pada
SNI 03-2847-2002 pada pasal 20.20.
Gambar 4.72. Pengukuran Stressing
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 106
Stressing terus dilakukan hingga mencapai tegangan yang diinginkan sesuai
dengan yang telah direncanakan sebelumnya.
Setelah stressing selesai, maka peralatan hydraulic jack dapat dilepas
dengan tahapan sebagai berikut :
1. Pelepasan anchor head tahap 3 yang telah dipasang pada alat hydraulic
jack (Gambar 4.73).
Gambar 4.73. Pelepasan Anchor Head dari Hydraulic Jack
2. Pelepasan hydraulic jack (Gambar 4.74).
Gambar 4.74. Pelepasan Hydraulic Jack
Setelah dilakukan stressing, dapat dilihat pengunci anchor head yang dipasang
telah mengunci stressing yang diberikan (Gambar 4.75).
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 107
Gambar 4.75. Balok Prestressed yang Telah Di-Stressing
Proses stressing dan persiapan stressing yang dilakukan pada proyek ini memakan
waktu yang cukup lama, yaitu hampir 1 hari kerja.
4.3.2.3.3. Grouting
Setelah hasil stressing mendapat persetujuan dari pihak konsultan,
maka pekerjaan grouting baru dapat dilaksanakan. Awal dari pekerjaan grouting
adalah pemotongan kabel baja prategang (strand) yang berada pada angkur.
Strand dipotong minimum 3 cm dari tepi luar baji (jaws). Selanjutnya anchor
head dengan strand yang telah dipotong ditutup dengan adukan semen dan pasir
untuk mencegah bocornya bahan grouting dari sela-sela strand atau baji
(patching). 24 jam setelah patching maka pekerjaan grouting dapat dilaksanakan.
Sebelum pekerjaan grouting dilaksanakan, selongsong yang berisi
strand dibersihkan dengan mengalirkan air bersih kedalamnya dan bila perlu
kemudian selongsong ditiup dengan kompresor (disediakan oleh kontraktor).
Adukan grouting terdiri dari perbandingan campuran semen 1 zak (50 kg), air
bersih 30 liter (w/c : 0.45) dan grout admixture (Conbex 100) sebanyak 227
gram.
Pada pelaksanaan pekerjaan grouting, semen, air, dan admixture diaduk
dengan menggunakan Mixer, kemudian dipompakan ke dalam selongsong dengan
Grout Pump. Bahan grouting dipompakan, dan setelah bahan grout keluar pada
grout vent (grout outlet) maka grout outlet dan grout inlet ditutup dengan cara
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 108
mengikat dengan kawat, dan pekerjaan grouting selesai. Sejak pekerjaan grouting
selesai sampai 3 hari kemudian, dianjurkan balok pratekan tak dibebani.
Persyaratan mengenai grouting diatur pada SNI 03-2847-2002 pasal 20.18.
Pada proyek ini grouting dilakukan pada keesokan harinya setelah proses
stressing. Hal ini sebenarnya kurang begitu baik dalam pembuatan balok
prestressed, namun harus tetap dilakukan seperti ini karena adanya kendala waktu
kerja proyek dimana tidak diperbolehkan adanya lembur dari pihak tetangga
sekitar (jam kerja proyek hanya sampai pukul 18.00 WIB).
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 109
Jurusan Teknik Sipil Laporan Kerja Praktek Disusun Oleh :
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Mawar Sharon Christian School Fandy Indra Sutanto 21407056
Universitas Kristen Petra Surabaya Albert Martinus L 21407077
Laporan Praktek Kerja 110
top related