(bptp) maluku utara tgl: 10/01/2015malut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/produksi... ·...
Post on 01-May-2019
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 1 -
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
CHRIS SUGIHONO
YOPI SALEH
HERMAWATI CAHYANINGRUM
Cetakan pertama tahun 2014
Cetakan kedua tahun 2015
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) MALUKU UTARA
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2015
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 2 -
PERUBAHAN
Revisi Deskripsi
A
B
C
D
E
F
G
INDEX A B C D E F G H
TGL
Ditulis oleh
Diperiksa oleh
Disetujui oleh
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 3 -
DAFTAR HALAMAN PERUBAHAN
Halaman Revisi Halaman Revisi
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 4 -
PRAKATA
Dalam sistem pertanian padi sawah, benih bermutu
berperan sebagai penghantar teknologi (Delivery Mechanism)
yang terkandung dalam potensi genetik varietas kepada petani.
Varietas unggul yang telah dirakit oleh para pemulia di BB Padi
perlu di perbanyak agar bisa segera dirasakan manfaat
keunggulannya serta diadopsi petani dalam rangka mendukung
target swasembada beras tahun 2015-2017 melalui upaya khusus
(UPSUS) peningkatan produksi padi nasional. Tentunya manfaat
dari keunggulan varietas ini akan terasa oleh petani padi dan
konsumen beras, bila benih bermutu dari varietas-varietas tersebut
tersedia dan ditanam dalam skala luas. Benih yang sampai ke
tangan petani harus bermutu dalam arti varietasnya asli atau
benar (true type) dan murni (high purity) agar mencerminkan sifat
unggul dari varietas yang diwakilinya, bersih dan sehat agar tidak
menjadi sumber penyebaran gulma dan penyakit berbahaya, serta
hidup dan memiliki vigor tinggi agar tumbuh dengan baik bila
ditanam di lapangan dalam kondisi optimum maupun sub
optimum.
Standard Operating Procedure (SOP) dalam produksi
benih padi inbrida ini merupakan salah satu hal yang menunjang
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 5 -
dalam menghasilkan benih yang bermutu tinggi. SOP ini disusun
dengan merujuk pada berbagai sumber publikasi menyangkut
produksi benih padi inbrida. Diharapkan dengan adanya SOP
tentang produksi benih padi inbrida atau non hibrida, bisa menjadi
acuan bagi produsen benih maupun petugas teknis lainnya dalam
memproduksi benih padi non hibrida.
Penyusunan SOP ini merupakan salah satu kontribusi
BPTP Maluku Utara untuk pengembangan padi non hibrida di
Maluku Utara, oleh karena itu jika ada hal-hal yang kiranya perlu
dikoreksi, maka saran dan sumbangan pemikiran akan sangat
kami harapkan. Demikian semoga tulisan ini bermanfaat untuk
pengembangan pertanian khususnya padi non hibrida / inbrida.
Sofifi, Januari 2015
Dr. Andriko Noto Susanto, SP, MP
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 6 -
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan ------------------------------------------------------ 7
II. Hasil dan faktor perbanyakan -------------------------------- 8
III. Benih sumber ---------------------------------------------------- 8
IV. Pemilihan lokasi -------------------------------------------------- 9
V. Persemaian ------------------------------------------------------- 10
VI. Persiapan Lahan dan Pengolahan Tanah ----------------- 11
VII. Isolasi --------------------------------------------------------------- 14
VIII. Transplanting/Penanaman ------------------------------------ 17
IX. Pemupukan ------------------------------------------------------- 19
X. Pemeliharaan ----------------------------------------------------- 23
XI. Roguing (Seleksi) ------------------------------------------------- 28
XII. Panen --------------------------------------------------------------- 32
XIII. Perontokan -------------------------------------------------------- 34
XIV. Pengeringan ------------------------------------------------------ 36
XV. Prosesing Benih -------------------------------------------------- 38
XVI. Pengemasan benih ---------------------------------------------- 40
XVII. Penyimpanan benih --------------------------------------------- 41
XVIII. Standar Mutu benih bersertifikat ----------------------------- 44
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------ 46
LAMPIRAN ------------------------------------------------------------------ 47
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 7 -
I. PENDAHULUAN
Dalam sistem produksi padi, diperlukan adanya
ketersediaan benih variteas unggul yang berdaya hasil tinggi dan
mutu baik. Dalam pertanian modern, benih berperan sebagai
delivery mechanism yang menyalurkan keunggulan teknologi
kepada clients (Adnyana, 2006). Dengan demikian, kontribusi
benih dalam mendorong meningkatkan jumlah dan kualitas
produksi pertanian yang mampu dihasilkan menjadi sangat
penting.
Kinerja penggunaan benih bermutu maupun berlabel di
Indonesia relatif masih rendah. Penggunaan benih bermutu di
tingkat petani untuk komoditas padi, baru mencapai 30 (Ditjentan,
2006), sedangkan penggunaan untuk katagori benih berlabel jauh
di bawah benih bermutu, yaitu sebesar 22,02 persen (Ditjentan,
2005). Salah satu penyebab masih rendahnya tingkat penggunaan
benih bermutu dan berlabel karena terbatasnya daya beli petani
(Kariyasa, 2007). Sementara itu, Ilyas et. al., 2008 melaporkan
bahwa kebutuhan benih padi yang dapat dipenuhi baru sekitar 30
persen atau hanya 60.000 ton dari 200.000 ton kebutuhan.
Dengan demikian diperlukan peningkatan produksi benih padi
bermutu dan berlabel untuk mememnuhi kebutuhan akan benih.
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 8 -
Tujuan dari penyusunan Petunjuk Teknis Produksi Benih
Padi ini adalah untuk memberikan panduan dan pedoman dalam
kegiatan produksi benih padi dan mampu menghasilkan benih
sesuai standar mutu yang ditentukan.
II. HASIL DAN FAKTOR PERBANYAKAN BENIH
Dalam memproduksi benih padi inbrida, diharapkan benih
yang dihasilkan dapat memenuhi target:
a. Kelas FS minimal 1500 kg/ha, dan kelas SS / ES minimal
2500 kg/ha
b. Daya berkecambah : min 80%
c. Kadar air : min 13%
d. Kemurnian: 99%
III. BENIH SUMBER
Benih sumber yang akan digunakan untuk pertanaman
produksi benih harus satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang
akan diproduksi. Untuk memproduksi benih kelas FS benih
sumbernya haruslah benih padi kelas BS (Breeder Seed/benih
penjenis), sedangkan untuk memproduksi benih kelas SS/BP
benih sumbernya bisa benih kelas FS atau BS.
- Pemeriksaan benih sumber mencakup sertifikat benih yang
berisi informasi mengenai asal benih, varietas, tanggal
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 9 -
panen maupun mutu benih (daya berkecambah, kadar air
dan kemurnian fisik benih). Informasi ini perlu untuk
menentukan perlakuan benih (jika diperlukan) sebelum
benih disemai maupun sebagai kelengkapan untuk proses
pengajuan sertifikasi benih.
IV. PEMILIHAN LOKASI
Pemilihan lokasi adalah proses penetuan lokai yang akan
digunakan untuk perbanyakan benih padi dengan beberapa
kriteria, dengan memperhatikan prinsip agronomik dan prinsip
genetik.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
lokasi diantaranya adalah: kemudahan akses ke lokasi produksi
(kondisi jalan, transportasi), dan kondisi fisik lahan. Lahan untuk
produksi benih sebaiknya adalah lahan bera atau bekas
pertanaman varietas yang sama atau varietas lain yang
karakteristik pertumbuhannya berbeda nyata, kondisi lahan subur
dengan air irigasi dan saluran drainase yang baik dan bebas dari
sisa-sisa tanaman/varietas lain. Isolasi jarak minimal antara 2
varietas yang berbeda adalah 3 meter. Apabila tidak
memungkinkan, untuk memperoleh waktu pembungaan yang
berbeda bagi pertanaman produksi benih dari varietas yang
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 10 -
umurnya relatif sama perlu dilakukan isolasi waktu tanam sekitar
4 minggu.
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 11 -
V. PERSEMAIAN
Persemaian benih merupakan rangkaian kegiatan
menyediaan bibit padi bermutu dari varietas unggul yang
diperbanyak dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang tepat.
5.1. Pengolahan Lahan Persemaian
Tanah diolah, dicangkul atau dibajak dan dibiarkan dalam
kondisi macak-macak selama minimal 2 hari, kemudian dibiarkan
mengering sampai 7 hari agar gabah yang ada dalam tanah
tumbuh. Setelah itu, tanah diolah kembali sekaligus
membersihkan lahan dari tanaman padi yang tumbuh.
5.2. Ukuran Bedengan
Bedengan dibuat dengan tinggi 5-10 cm, lebar 110 cm dan
panjang disesuaikan dengan ukuran petakan sawah dan
kebutuhan.
5.3. Luas Lahan Persemaian
Luas lahan untuk persemaian adalah 4% dari luas areal
pertanaman (Las et al, 2002) atau sekitar 400 m2 per hektar
pertanaman. Tabur benih secara merata pada persemaian.
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 12 -
5.4. Pemupukan Pada Persemaian
Pupuk persemaian dengan urea, TSP dan KCl masing-
masing sebanyak 15 g/m2. Benih direndam selama 24 jam,
kemudian diperam selama 24 jam., lalu disebarkan di persemaian.
5.5. Kebutuhan Benih untuk Persemaian
Kebutuhan benih untuk 1 ha areal pertanaman adalah 20-25 kg.
5.6. Penaburan Benih
Tabur benih yang telah mulai berkecambah dengan
kerapatan 25-50 g/m2 atau 0,5-1 kg benih per 20 m2 lahan.
VI. PERSIAPAN LAHAN DAN PENGOLAHAN TANAH
6.1. Definisi
- Persiapan lahan pada produksi benih adalah menentukan
calon lahan serta mengidentifikasi sejarah lahannya (bekas
pertanaman tanaman yang sama atau beda varietas).
- Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk
mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan tanaman dengan
cara menciptakan kondisi tanah yang siap tanam serta
untuk mematikan gulma.
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 13 -
6.2. Tujuan
- Mengetahui sejarah lahan.
- Memanipulasi sifat fisik tanah sehingga cocok untuk
pertanaman padi
6.3. Alat dan Bahan
- Traktor, bajak singkal, garu sisir, bahan bakar, air
6.4. Fungsi
- Traktor digunakan sebagai tenaga penggerak
- Bajak singkal digunakan untuk memotong dan membalik
tanah
- Garu sisir digunakan untuk meratakan tanah dan
melumpurkan tanah
- Bahan bakar solar digunakan untuk sebagai input energi
untuk menggerakkan traktor
- Air digunakan untuk membantu melumpurkan tanah dan
mengatasi cekaman air
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 14 -
6.5. Prosedur Pelaksanaan
6.5.1. Identifikasi sejarah lahan
a. Identifikasi pertanaman sebelumnya (digunakan untuk
tanaman apa)
b. Jika bekas tanaman lain atau bera, maka langsung
dilanjutkan pengolahan tanah
c. Jika lahan bekas varietas yang sama maka bisa langsung
dilakukan pengolahan tanah
d. Jika lahan bekas varietas lain maka hendaknya yang
mudah dibedakan dengan yang akan ditanam dengan
syarat tanah harus diolah, roguing dengan intensif, tanam
jajar legowo, dan pesemaian dilakukan ditempat bebas
voluntir
6.5.2. Pengolahan Tanah
a. Pengolahan tanah hendaknya dengan menggunakan
traktor yang dilengkapi bajak singkal maupun garu.
b. Lahan direndam dulu 3-4 hari
c. Membajak ke-1
d. Merendam 2-3 hari
e. Membajak ke-2
f. Merendam 2-3 hari
g. Menggaru ke-1
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 15 -
h. Merendam lagi 2-3 hari
i. Menggaru ke-2 sambil meratakan permukaan tanah agar
dapat mmenahan air dengan baik dan merata hingga
kedalaman lumpur 15-30 cm.
VII. ISOLASI
7.1. Definisi
- Isolasi tanaman merupakan usaha untuk melindungi
tanaman dari penyerbukan yang tidak dikehendaki oleh
tanaman/varietas lain.
- Isolasi jarak adalah teknik isolasi dengan memisahkan
tanaman pada blok yang berbeda dengan jarak tertentu
sesuai ketentuan untuk menghindari kontaminasi
- Isolasi waktu adalah teknik isolasi dengan memberikan
selang waktu tanam yang berbeda antar dua varietas yang
berbeda dengan areal yang berdampingan sehingga fase
pembungaannya juga berbeda (dengan catatan harus
diperthatikan waktu pembungaan).
7.2. Tujuan
- Menghindari kontaminasi/penyerbukan oleh varietas lain
yang tidak dikehendaki sehingga mengurangi kemurnian
genetik
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 16 -
7.3. Alat dan Bahan
- Meteran, deskripsi tanaman, tanaman barier
7.4. Fungsi
- Meteran digunakan jika menggunakan isolasi jarak
- Deskripsi varietas digunakan untuk mengidentifikasi
periode pembungaan pada tanaman (jika menggunakan
isolasi waktu)
- Tanaman barier seperti jagung, sorgum sebagai
penghalang antara 2 varietas padi.
7.5. Prosedur Pelaksanaan
7.5.1. Isolasi Jarak
a. Buat blok untuk produksi benih padi inbrida yang jaraknya
minimal 3 m dari pertanaman padi lainnya
7.5.2. Isolasi Waktu
a. Tentukan periode pembungaan dari masing-masing
varietas yang akan ditanam
b. Atur waktu tanam sehingga perbedaan waktu berbunga
antara tanaman pada areal produksi benih dengan varietas
lainnya minimal 21 hari
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 17 -
7.5.3. Isolasi dengan penghalang (barier)
a. Buat desain blok untuk pertanaman tanaman penghalang
b. Tanaman penghalang sekitar petak produksi benih inbrida,
paling sedikit harus mempunyai lebar 3-4 m, bergantung
kepada tipe tanaman.
c. Sesbania rostrata atau tanaman jagung, sorgum atau millet
yang tinggi dan sehat merupakan barrier yang dapat
mencegah kontaminasi dengan baik.
Gambar 1. Teknik isolasi dengan barier (penghalang)
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 18 -
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 19 -
VIII. PENANAMAN/TANAM PINDAH (Transplanting)
8.1. Definisi
- Tanam pindah (transplanting) merupakan teknik
memindahkan tanaman khusus untuk padi di pesemaian ke
lahan yang sudah diolah dan dilumpurkan.
- Penanaman adalah pemindahan (transplanting) bibit dari
persemaian. Memindahkan bibit dari persemaian ke lahan
sebagai tempat tumbuh dan tanaman.
8.2. Tujuan
- Memberikan pertumbuhan yang seragam
- Memberikan kesegaran tanaman yang optimum sehingga
diperoleh hasil yang maksimum
- Mempermudah penyiangan, pemupukan, pengendalian
hama, dan roguing.
8.3. Alat dan Bahan
- Tali ikat, Alat Tanam Jajar Legowo
8.4. Fungsi
- Tali ikat digunakan untuk mengikat padi yang disemai dan
sudah dicabut
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 20 -
8.5. Prosedur Pelaksanaan
a. Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-21 hari
dengan 1 bibit per lubang. Bibit yang ditanam sebaiknya
memiliki umur fisiologi yang sama (dicirikan oleh jumlah
daun yang sama, misal 2 atau 3 daun/batang).
b. Tanam tegel (20 x 20 cm atau 25 x 25 cm) atau jajar
legowo 2:1 / 4:1 (tergantung kondisi lahan dan varietas
yang ditanam)
c. Bibit ditanam pada kedalaman 1-2 cm
d. Sisa bibit yang telah dicabut diletakkan di bagian pinggir
dari petakan, untuk digunakan dalam penyulaman.
Penyulaman dilakukan pada 7 hari setelah tanam dengan
bibit dari varietas dan umur yang sama. Setelah ditanam,
air irigasi dibiarkan macak-macak (1-3 cm) selama 7-10
hari.
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 21 -
IX. PEMUPUKAN
9.1. Definisi
- Pemupukan merupakan usaha untuk memberikan unsur
hara makro (N, P, dan K) yang dibutuhkan oleh tanaman
padi untuk tumbuh normal dan berproduksi optimal.
9.2. Tujuan
- Memberikan unsur hari makro yang dibutuhkan padi pada
setiap stadia pertumbuhan
- Memelihara kesuburan tanah.
9.3. Alat dan Bahan
- Ember, pupuk urea, pupuk KCl, dan SP 18
9.4. Fungsi
- Ember digunakan sebagai wadah pupuk
- Pupuk urea digunakan untuk mensuplai kebutuhan unsur
Nitrogen
- Pupuk KCl digunakan untuk memasok kebutuhan unsur
Kalium
- Pupuk SP 18 digunakan untuk memasok kebutuhan unsur
Phospor
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 22 -
9.5. Prosedur Pelaksanaan
Kesuburan tanah beragam antar lokasi karena perbedaan
sifat fisik dan kimianya. Dengan demikian kemampuan tanah untuk
menyediakan hara bagi tanaman juga berbeda-beda. Pemupukan
dilakukan untuk menambah penyediaan hara sehingga mencukupi
kebutuhan tanaman. Dosis pemupukan disesuaikan dengan
kondisi lahan setempat. Untuk pupuk SP36 dan KCI, dosisnya
disesuaikan dengan ketersediaan P dan K dalam tanah.
Sedangkan untuk pupuk urea, dosis dan aplikasinya disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman dengan menggunakan teknologi
Bagan Warna Daun (BWD). Pemupukan dengan menggunakan
BWD dan analisa tanah adalah sebagai berikut:
Pemupukan dilakukan untuk menambah penyediaan hara
sehingga mencukupi dan tersedia bagi tanaman
Pemupukan Berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD)
Pupuk dasar diberikan sebanyak 50-75 kg Urea/ha sebelum 14
HST (hari setelah tanam)
Mulai 25-28 HST lakukan pengukuran dengan menggunakan
BWD sampai 50 HST dengan selang waktu 7-10 hari sekali.
Bila hasil pengukuran di bawah 4,maka berikan Urea sebanyak:
50-75 kg/ha untuk daerah musim hasil rendah
75-100 kg/ha untuk daerah musim hasil tinggi
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 23 -
100 kg/ha untuk padi tipe baru.
Bila pada fase antara keluar malai sampai 10% berbunga,
pengukuran pada daun PTB berada pada skala 4 atau kurang,
berikan 50 kg Urea/ha.
Pemberian pupuk P seluruhnya diberikan bersamaan dengan
pemberian pupuk dasar Urea.
Pemberian pupuk K jika dosisnya rendah, diberikan seluruhnya
bersamaan dengan pemberian pupuk dasar dan jika dosisnya
tinggi (> 100 kg KCl/ha), maka 50% diaplikasikan sebagai
pupuk dasar dan sisanya saat primordial bunga.
Pemupukan Berdasarkan Rekomendasi Umum
Apabila pemupukan dengan cara tersebut di atas tidak
memungkinkan, maka dapat digunakan anjuran umum pemupukan
sebagai berikut: 120-240 kg urea, 100-120 kg SP36, dan 100-150
kg KCl per hektar, dengan waktu pemberian sebagai berikut :
Pupuk dasar (saat tanam): 33% urea (40-80 kg/ha)+100%
SP36 (100-120 kg/ha).
Pupuk susulan I (4 MST): 33 % urea (40-80 kg/ha) + 50% KCl
(50-75 kg/ha).
Pupuk susulan II (7 MST): 33% urea ( 40-80 kg/ha) + 50 % KCl
(50-75 kg/ha).
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 24 -
Pemupukan Pada Musim Hujan
Pada musim hujan, dosis pupuk dianjurkan lebih rendah
daripada musim kemarau.
Gambar 2. Waktu pemberian pupuk urea untuk produksi benih
padi
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 25 -
X. PEMELIHARAAN TANAMAN
10.1. Definisi
- Pemeliharaan tanaman merupakan upaya yang dilakukan
dalam menjaga tanaman supaya tumbuh normal dan dapat
berproduksi sesuai dengan harapan.
- Pengairan adalah menyediakan air bagi tanaman sesuai
dengan stadia pertumbuhan. Kebutuhan air bagi tanaman
padi berbeda-beda setiap fase.
- Penyulaman adalah mencabut dan mengganti bibit yang
mati
- Penyiangan adalah membersihkan gulma yang tumbuh
diantara pertanaman padi.
- Pengendalian hama penyakit adalah Tindakan yang
dilaksanakan untuk mencegah kerugian pada budidaya
tanaman yang diakibatkan oleh OPT (hama, patogen, dan
gulma) dengan cara memadukan satu atau lebih teknik
pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan
10.2. Tujuan
- Menyediakan air sesuai stadia pertumbuhan padi
- Memberikan pertanaman padi yang tumbuh optimum
- Mengurangi persaingan dengan gulma dalam penyerapan
unsur hara
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 26 -
- Mengendalikan OPT untuk menghindari kerugian ekonomi
berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu
(kualitas) produk.
10.3. Alat dan Bahan
- Alat landak, pestisida (insektisida, herbisida, fungisida),
ember, sprayer, alat/sarana pelindung, sedangkan bahan
yang digunakan adalah air
10.4. Fungsi
- Alat landak digunakan untuk membersihkan gulma
- Pestisida digunakan untuk mengendalikan hama dan
penyakit yang tidak bisa ditangani dengan musuh alami
atau pencegahan
- Ember digunakan untuk mencampur pestisida dengan air
- Sprayer digunakan sebagai alat semprot untuk
menanggulangi hapen
- Alat / sarana pelindung terdiri dari sepatu boot, masker,
sarung tangan, baju lengan panjang, dan topi digunakan
untuk menjaga keamanan petugas penyemprot
- Air digunakan untuk pengairan
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 27 -
10.5. Prosedur Pelaksanaan
10.5.1. Pengairan
Pengairan adalah meyediakan air bagi tanaman sesuai
dengan stadia pertumbuhan. Kebutuhan tanaman padi akan air
berbeda-beda pada setiap fase. Pada fase tertentu perlu dilakukan
pengeringan. Menyediakan air sesuai stadia pertumbuhan untuk
mengoptimalkan pertumbuhan tanaman. Prosedurnya sbb:
Selesai tanam, ketinggian air sekitar 3 cm selama tiga hari.
Setelah periode tersebut, air pada petak pertanaman dibuang
sampai kondisi macak-macak dan dipertahankan selama 10
hari.
Dari fase pembentukan anakan sampai inisiasi primordia
bunga, lahan pertanaman digenangi air setinggi 3 cm.
Menjelang pelaksanaan pemupukan susulan pertama,
dilakukan lagi drainase dan penyiangan.
Pada fase primordia bunga sampai dengan fase bunting, lahan
digenangi setinggi 5 cm, untuk menekan pertumbuhan anakan
baru.
Selama masa bunting sampai fase berbunga, lahan
pertanaman secara periodik diairi dan dikeringkan secara
bergantian (selang-seling). Petakan diairi setinggi 5 cm
kemudian dibiarkan sampai kondisi sawah kering selama 2
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 28 -
hari dan kemudian diari kembali sampai setinggi 5 cm dan
seterusnya.
Pada fase pengisian biji, ketinggian air dipertahankan sekitar 3
cm.
Setelah fase pengisian biji, lahan pertanaman diari dan
dikeringkan secara bergantian (selang-seling).
Seminggu menjelang panen, lahan mulai dikeringkan agar
proses pematangan biji relatif lebih cepat dan lahan produksi
benih tidak becek sehingga memudahkan saat panen.
10.5.2. Penyiangan
Penyiangan adalah mengendalikan pertumbuhan gulma
untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman. Tujuan dari
penyiangan dan pengendalian OPT adalah agar tanaman dapat
tumbuh secara optimal dan dapat berproduksi secara maksimal.
Diperolehnya pertumbuhan tanaman yang optimal dan sehat serta
berproduksi tinggi. Selain itu juga akan dihasilkan benih yang
sehat dan bebas dari penyakit.
Prosedur Pelaksanaan
Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak
terganggu oleh gulma. Penyiangan dilakukan paling sedikit
dua atau tiga kali tergantung pada keadaan gulma dengan
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 29 -
menggunakan landak atau gasrok. Penyiangan dapat
dilakukan pada saat pemupukan susulan pertama atau kedua.
Tujuannya agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh
tanaman padi.
Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak
terganggu oleh gulma.
Penyiangan sedikitnya dilakukan paling sedikit 2-3 kali
tergantung pada keadaan gulma dengan menggunakan
landak. Penyiangan dapat dilakukan pada saat pemupukan
susulan pertama atau kedua.
10.5.3. Pengendalian OPT
Pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT) adalah
mengendalikan organisme yang bersifat menggangu tanaman
agar tanaman dapat berproduksi secara maksimal.
Hama dan penyakit merupakan faktor penting yang
menyebabkan suatu varietas tidak dapat berproduksi
secara optimal. Oleh karena itu, pengendalian hama dan
penyakit harus dilakukan secara terpadu berdasar pada
prinsip-prinsip PHT yaitu 1) Budidaya tanaman sehat, 2)
pelestarian dan pembudidayaan musuh alami, 3)
Pengamatan lahan/monitoring secara teratur, dan 4)
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 30 -
menjadikan petani sebagai ahli PHT (Untung, 1993).
Apabila diperlukan, penggunaan pestisida harus dilakukan
dengan bijaksana
Diusahakan hama dan penyakit dapat terkendali dengan
baik dengan mengikuti rekomendasi yang ada
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan
mengikuti prinsip-prinsip PHT yaitu budidaya tanaman
sehat, pembudidayaan musuh alami, monitoring secara
teratur, dan kalaupun diperlukan penggunaan pestisida
secara bijak dan sesuai dengan rekomendasi.
XI. ROGUING (SELEKSI)
11.1. Definisi
- Roguing adalah membuang tanaman tipe simpang (off
type), campuran varietas lain (CVL) yang memiliki ciri-ciri
menyimpang dari varietas yang diperbanak. Salah satu
syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat
kemurnian genetik yang tinggi. oleh karena itu roughing
perlu dilakukan dengan benar dan dimulai mulai fase
vegetatif sampai akhir pertanaman. Roughing dilakukan
untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 31 -
morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman
yang diproduksi benihnya.
11.2. Tujuan
- Membuang tanaman off type (tipe simpang), CVL, dan
volunteer
- Mencegah terjadinya penyerbukan silang antara off type
dengan tanaman inti
- Mencegah kemunduran benih dan menjamin kemurnian
varietas yang tinggi
11.3. Alat dan Bahan
- Pelaksanaan roguing cukup menggunakan tangan dan
mata sebagai alat utama untuk membedakan tanaman
sebenarnya dengan type simpang
11.4. Prosedur Pelaksanaan
Roughing pada Fase Vegetatif Awal ( 35 – 45 HST)
Tanaman yang tumbuh diluar jalur/barisan
Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya menyimpang
dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 32 -
Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari
sebagian besar rumpun-rumpun lain
Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda
dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok).
Roguing pada Fase Vegetatif Akhir/Anakan Maksimum ( 50 – 60
HST)
Tanaman yang tumbuh diluar jalur/barisan
Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan menyimpang dari
sebagian besar rumpun-rumpun lain
Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari
sebagian besar rumpun-rumpun lain
Tanaman yang warna kaki atau helai daun dan pelepahnya
berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)
Roughing pada Fase Generatif Awal /Berbunga ( 85 – 90 HST)
Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari
sebagian besar rumpun-rumpun lain
Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda
dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 33 -
Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari
sebagian besar rumpun-rumpun lain
Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda
Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah
berbeda
Roughing pada Generatif Akhir /Masak ( 100 – 115 HST)
Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari
sebagian besar rumpun-rumpun lain
Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda
dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari
sebagian besar rumpun-rumpun lain
Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang
Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda
Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah
warna gabah. dan ujung gabah (rambut /tidak berambut)
berbeda.
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 34 -
XII. PANEN
Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak
fisiologis, atau apabila sekitar 90-95% malai telah menguning.
Mutu benih padi setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu
fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih. Salah satu variabel dari
mutu fisiologis benih yang mulai menarik perhatian petani adalah
status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan
benih untuk tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi
tanaman normal dalam kisaran kondisi lapang yang lebih luas.
Panen pada waktu yang tepat akan mendapatken benih dengan
mutu fisik dan mutu fisologis yang baik.
Prosedur Pelaksanaan
Persiapan Panen
Lahan pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen
apabila sudah dinyatakan lulus sertifikasi lapangan oleh BPSB.
Semua malai dari kegiatan roughing harus dikeluarkan dari
areal yang akan dipanen. Hal ini untuk menghindari
tercampurnya calon benih dengan malai sisa roughing.
Persiapkan peralatan yang akan digunakan panen (sabit,
karung, terpal, alat perontok (threser), karung dan tempat/alat
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 35 -
pengering) serta alat-alat yang akan digunakan untuk panen
dibersihkan
Waktu Panen
Panen dilakukan pada waktu biji telah masak fisiologis,
atau apabila sekitar 90-95% malai telah menguning
Proses Panen
Dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen
terpisah dan tidak digunakan sebagai calon benih.
Panen dapat dilakukan dengan potong tengah jerami padi
kemudian dirontok dengan threser atau potong bawah lalu
digebot.
Ukur kadar air panen dengan menggunakan moisture meter.
Calon benih kemudian dimasukan ke dalam karung dan diberi
label (yang berisi: nama varietas, tanggal panen, asal
pertanaman dan berat calon benih.) lalu diangkut ke ruang
pengolahan benih.
Buat laporan hasil panen secara rinci yang berisi tentang
tanggal panen, nama varietas, kelas benih, bobot calon benih
dan kadar air benih saat panen.
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 36 -
XIII. PERONTOKAN
13.1. Definisi
- Perontokan adalah melepaskan bulir gabah (calon benih)
dari malainya.
13.2. Tujuan
- Menghasilkan gabah kering panen yang siap menjadi benih
- Menekan kehilangan hasil saat perontokan.
13.3. Alat dan Bahan
- Alat yang digunakan karung, terpal, thresser
13.4. Prosedur Pelaksanaan
- Selama threshing, panenan harus terpisah dari setiap
varietas lain dan semua peralatan perontok termasuk
lantainya harus dibersihkan dulu
- Jika karung yang baru tidak tersedia, dapat digunakan
karung bekas namun bersih, tidak ada atau tercampur biji-
bijian padi lainnya dengan calon benih.
- Buat dua label setiap karung, satu disimpan dalam karung
dan yang satunya ditempelkan di luar karung, yang berisi
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 37 -
informasi: Nama dan alamat, produsen, Nama varietas
padi inbrida, Lokasi kebun, produksi benih, dan Musim
tanam
Gambar 3. Perontokan dengan thresser dan dialasi dengan terpal
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 38 -
XIV. PENGERINGAN
14.1. Definisi
- Pengeringan adalah proses menurunkan kadar air benih
sampai aman untuk disimpan yaitu 13% dengan cara
mekanis maupun langsung sinar matahari.
14.2. Tujuan
- Menurunkan kadar air benih sampai 13% sehingga
membantu benih untuk mempertahankan viabilitas dan
vigornya.
- Pengeringan juga membantu benih untuk mencegah
pertumbuhan jamur dan gangguan mikroorgnisme lainnya
saat disimpan
- Pengeringan dapat mengurangi noda-noda pewarnaan kulit
benih (seed-discoloration) yang menyebabkan harga benih
di pasar turun
- Pengeringan juga bertujuan untuk menekan laju
metabolisme benih sehingga benih dapat disimpan dan
dapat diolah dan memiliki mutu fisik dan fisiolosis yang
baik.
14.3. Alat dan Bahan
- Alat yang digunakan karung, terpal, lantai jemur, dryer
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 39 -
14.4. Prosedur Pelaksanaan
Penjemuran menggunakan lantai jemur
Pastikan lantai jemur bersih dan beri jarak yang cukup antar
benih dari varietas yang berbeda.
Gunakan lamporan/alas di bagian bawah untuk mencegah
suhu penjemuran yang terlalu tinggi di bagian bawah
hamparan.
Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-hati.
Lakukan pengukuran suhu pada hamparan benih yang
dijemur dan kadar air benih setiap 2-3 jam sekali serta catat
data suhu hamparan dan kadar air benih tersebut.
Bila pengeringan menggunakan sinar matahari, penjemuran
dilakukan selama 4 – 5 jam. Penjemuran sebaiknya
dihentikan apabila suhu hamparan benih lebih dari 43oC.
Pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air yang
memenuhi standar mutu benih bersertifikat (13% atau lebih
rendah).
Dalam upaya meneken kehilangan hasil dan meningkatkan
mutu gabah sehingga harga jual gabah meningkat, petani
dianjurkan untuk melaksanakan program terpalisasi sebagai
alas panen, perontokan dan penjemuran gabah
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 40 -
.
Gambar 4. Pengeringan di lantai jemur dan dialasi dengan terpal
XV. PROSESING BENIH
Pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan
benih, pemilahan (grading) dan perlakuan benih (jika diperlukan).
Pembersihan dalam skala kecil dapat menggunakan tapmpi atau
nyiru sedangkan untuk skala besar dapat menggunakan air screen
cleaner. Grading (pemilahan benih) adalah proses pemilahan
benih berdasarkan bentuk, ukuran dan bobot benih. Grading dapat
dilakukan dengan alat-alat seperti Indent cylinder machine, Indent
desk separator, Gravity table seperator dan sebagainya dapat
digunakan di dalam pemilahan benih. Tujuan pembersihan adalah
untuk memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, dan daun
padi yang terbawa) juga untuk membuang benih hampa. Tujuan
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 41 -
dari grading adalah untuk mendapatkan benih yang lebih seragam
dalam ukuran benih (panjang, lebar, ketebalan), bentuk atau berat
jenis benihnya.
Prosedur Pelaksanaan
- Sebelum proses pengolahan dimulai, cek peralatan dan
bersihkan alat-alat pengolahan yang akan digunakan.
Pastikan bahwa perlatan berfungsi dengan baik dan benar-
benar bersih baik dari kotoran maupun sisa-sisa benih lain.
- Untuk menghindari terjadinya pencampuran antar varietas,
benih dari satu varietas diolah terlebih dahulu sampai selesai.
Kemudian pengolahan dilanjutkan untuk varietas lainnya.
- Tempatkan benih hasil pengolahan dalam karung baru serta
diberi label yang jelas di dalam dan di luar karung.
- Jika alat pengolahan akan digunakan untuk mengolah benih
dari beberapa varietas yang berbeda, mesin/ alat pengolahan
dibersihkan ulang dari sisa-sisa benih sebelumnya. Hal ini
perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya campuran
dengan varietas lain.
- Buat laporan hasil pengolahan yang berisi tentang varietas,
kelas benih, berat benih bersih dan susut selama pengolahan
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 42 -
XVI. PENGEMASAN
Pengemasan benih dapat didefiniskan sebagai proses dan
tahapan mengemas benih kedalam kemasan khusus agar mutu
benih dapat dipertahankan lebih lama dan untuk mempermudah
transportasi benih. Pengemasan benih selain bertujuan untuk
mempermudahkan di dalam penyaluran/transportasi benih, juga
untuk melindungi benih selama penyimpanan terutama dalam
mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan insek.
Oleh karena itu, efektif atau tidaknya kemasan sangat ditentukan
oleh kemampuannya dalam mempertahankan kadar air, viabilitas
benih dan serangan insek.
Prosedur Pelaksanaan
Pengemasan sementara selama pengolahan benih
berlangsung atau setelah selesai pengolahan sampai menunggu
hasil uji lab keluar dan label selesai dicetak, benih dapat dikemas
dalam karung plastik yang dilapis dengan kantong plastik di bagian
dalamnya. Sedangkan untuk tujuan komersial/pemasaran benih,
benih sebaiknya dikemas dengan menggunakan kantong plastik
tebal 0.08 mm atau lebih dan di-sealed/ dikelim rapat.
Pengemasan dilakukan setelah hasil uji lab terhadap contoh benih
dinyatakan lulus oleh BPSB dan label selesai dicetak. Label benih
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 43 -
dimasukan ke dalam kemasan sebelum di-sealed. Kemasan harus
sesuai dengan format standar Badan Litbang Pertanian, contoh
kemasan terlampir. Pengemasan dan pemasangan label benih
harus dilakukan sedemikian rupa, agar mampu menghindari
adanya tindak pemalsuan.
Gambar 5. Contoh kemasan benih UPBS Malut
XVII. PENYIMPANAN
Penyimpanan benih dapat didefinisikan sebagai upaya
mengkondisikan ruang simpan benih untuk mempertahankan mutu
benih. Kondisi penyimpanan yang baik adalah kondisi
penyimpanan yang mampu mempertahankan mutu benih seperti
saat sebelum simpan sepanjang mungkin selama periode simpan.
Daya simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih, mutu
benih awal simpan dan kondisi ruang simpan. Oleh karena itu,
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 44 -
hanya benih yang bermutu tinggi yang layak untuk disimpan.
Sedangkan kondisi ruang yang secara nyata berpengaruh
terhadap daya simpan benih adalah suhu dan kelembaban ruang
simpan. Tujuan dari penyimpanan adalah mempertahankan mutu
benih hingga benih siap di tanam
Prosedur Pelaksanaan
Kondisi ruang penyimpanan yang baik untuk benih-benih
yang bersifat ortodoks, termasuk padi; adalah pada kondisi kering
dan dingin. Beberapa kaidah yang berkaitan dengan penyimpanan
benih adalah: (i) untuk setiap penurunan 1% kadar air atau 10oF
(5,5oC) suhu ruang simpan akan melipat-gandakan daya simpan
benih.
Kondisi tersebut berlaku untuk kadar air benih antara 14%
sampai 5% dan pada suhu dari 50oC – 0oC dan (ii) penyimpanan
yang baik bila persentase kelembaban relatif (% RH) ditambah
dengan suhu ruang simpan (oF) sama dengan 100. Untuk
memenuhi kondisi demikian, idealnya ruang simpan benih
dilengkapi dengan AC (air conditioner) dan dehumidifi er (alat
untuk menurunkan kelembaban ruang simpan). Namun jika kondisi
tersebut belum dapat dipenuhi, gudang penyimpanan selayaknya
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Tidak bocor
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 45 -
Lantai harus padat (terbuat dari semen/beton)
Mempunyai ventilasi yang cukup, agar terjadi sirkulasi udara
yang lancar sehingga gudang penyimpanan tidak lembab.
Bebas dari gangguan hama dan penyakit (ruangan bersih,
lubang ventilasi ditutup kawat kasa).
Penempatan Benih dalam Ruang Simpan
Setiap benih disimpan secara teratur, setiap varietas
terpisah dari varietas lainnya Sedangkan cara penumpukan
hendaknya diatur sedemikian rupa, agar tumpukan rapih, mudah
dikontrol, tidak mudah roboh dan keluar masuk barang mudah.
Apabila benih tidak disimpan dalam rak-rak benih, maka di bagian
bawah tumpukan harus diberi balok kayu agar benih tidak
bersentuhan langsung dengan lantai ruang simpan. Kemudian,
pada setiap tumpukan benih dilengkapi dengan kartu pengawasan
yang berisi informasi :
Nama varietas
Tanggal panen
Asal petak percobaan
Jumlah/kuantitas benih asal (pada saat awal penyimpanan)
Jumlah kuantitas pada saat pemeriksaan stok terakhir.
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 46 -
Hasil uji daya kecambah terakhir (tanggal, % daya
kecambah).
Gambar 6. Contoh gudang penyimpanan
XVIII. STANDAR MUTU BENIH PADI BERSERTIFIKAT
18.1. Definisi
- Mutu benih adalah Atribut yang menggambarkan kualitas
benih yang terdiri dari mutu genetik, mutu fisik, mutu
fisiologis, dan mutu kesehatan benih
- Standar mutu adalah spesifikasi teknis benih bina yang
baku yang mencakup mutu fisik, fisiologis, genetik, dan
kesehatan benih.
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 47 -
- Label adalah keterangan tertulis yang diberikan pada
benih/benih yang sudah dikemas yang memuat tempat asal
benih, jenis, varietas, kelas benih, mutu benih, akhir masa
edar benih dan atau berat/jumlah benih.
18.2. Standar lapangan
Kelas benih
Isolasi jarak (min) meter
Campuran varietas lain & tipe simpang (max) %
Isolasi waktu (hari)
BS 2 0,0 30
FS 2 0,0 30
SS 2 0,2 30
ES 2 0,5 30 Ket: Isolasi waktu berdasarkan perbedaan waktu berbungan
18.3. Standar pengujian laboratorium
No Uraian BS FS SS ES
1 Kadar air max (%) 13,0 13,0 13,0 13,0
2 Benih murni (%) 99,0 99,0 99,0 98,0
3 Kotoran benih max (%)
1,0 1,0 1,0 2,0
4 Daya berkecambah min (%)
80 80 80 80
5 Campuran varietas lain max (%)
0,0 0,0 0,1 0,2
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 48 -
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 49 -
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana. M.O. 2006. Identifikasi dan Analisis Komoditas Tanaman Pangan untuk Menciptakan Peluang Pasar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Anonymous. 2009. Persyaratan dan tata cara sertifikasi benih bina
tanaman pangan. Jakarta: Dirjen Tanaman Pangan,
Departemen Pertanian.
Ditjentan Pangan. 2005. Kebijakan Perbenihan Tanaman Pangan. Seminar Nasional: Peran Perbenihan dalam Revitalisasi Pertanian. Kerjasama Departemen Pertanian dan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tanggal 23 November 2006. Bogor.
Ditjentan Pangan. 2006. Konsepsi Subsidi Benih. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta.
Ilyas, Satrias, Memen Surahmen, Suwarto, Sriani Sujiprihati, Y. R. Hidayat, dan Adi Wijono. 2008. Evaluasi Kinerja Sistem Perbenihan. Seminar Nasional Perbenihan dan Kelembagaan. II-32 – 42.
Kariyasa, Ketut. 2007. Usulan Kebijakan Pola Pemberian dan Pendistribusian Benih Besubsidi. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 5 : 4. Hal. 304 – 319.
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 50 -
LAMPIRAN 1. Tahap Pertumbuhan dan Morfologi Padi
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 51 -
Tahap pertumbuhan Umur tanaman
Deskripsi tipe pertumbuhan
I: Perkecambahan sampai muncul bibit
0-3 hss perkecambahan benih sampai munculnya daun pertama
II: Tahap bibit 3-24 hss Munculnya daun pertama sampai sesaat sebelum anakan pertama
III: Tahap anakan 22-40 hss
Munculnya anakan pertama sampai jumlah anakan maksimum tercapai
IV: Tahap pemanjangan batang
42-52 hss
Mulai akhir tahap anakan dan berakhir hingga inisiasi malai
V: Tahap inisiasi malai
52-62 hss
Malai berkembang dan tumbuh menjadi kerucut membulu putih yang menyebabkan pembengkakan pada dasar pelepah daun dekat pangkal anakan
VI. Tahap perkembangan malai
60-72 hss
Malai tumbuh dan meluas keatas didalam pelepah daun bendera dan buliran pun berkembang. Pada akhir tahap ini malai menyebabkan pembengkakan pelepah daun bendera (booting)
VII: Tahap pembungaan
72-82 hss
Malai muncul dari pelepah daun (heading) dan berakhir dengan penyerbukan dan pembuahan
VIII: Tahap milk grain 82-94 hss
Benih mengandung cairan putih yang dapat dipijit keluar dengan jari, malai berwarna hijau dan daun bendera juga hijau dan tegak
IX: Tahap Dough grain
90-102 hss
Bagian yang menyusu dari benih berubah menjadi lunak dan kemudian adonan yang mengeras, benih berubah menjadi kuning dan keseluruhan lapang produksi menjadi kuning
X: Tahap benih masak
100-116 hss
Benih berukuran penuh, keras, dan kuning, daun bagian atas kering dan malai merinduk
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 52 -
Lampiran 2. Daftar varietas padi Inbrida yang adaptif di Maluku
Utara
No Varietas Umur panen (hss)
Tahun di lepas
Potensi hasil (t/ha)
1 Cisantana 118 2000 7,0
2 Ciherang 116-125 2000 8,5
3 Mekongga 116-125 2004 8,4
4 Cigeulis 115-125 2003 8,0
5 Inpari 6 Jete 118 2008 12
6 Inpari 13 103 2010 8,0
7 Inpari 17 105 2011 7,9
8 Inpari 18 102 2011 9,5
9 Inpari 19 104 2011 9,5
10 Inpari 20 102 2011 8,8
11 Inpari 22 103 2012 7,9
12 Inpari 26 124 2012 7,9
13 Inpari 27 125 2012 7,6
14 Inpari 30
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 53 -
CISANTANA
Nomor seleksi : B7974F-MR-2-2-2 Asal persilangan : IR64/IR54742-1-19-11-8 Golongan : Berbulu, kadang-kadang cere Umur tanaman : 118 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 124 – 133 cm Anakan produktif : 15 – 20 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Muka daun : Halus Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Tahan Kerebahan : Tahan Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23,0% Bobot 1000 butir : 27 g Rata-rata hasil : 5,0 t/ha Potensi hasil : 7,0 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 2dan3 Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri III dan rentan terhadap strain IV Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran
rendah sampai 500 m dpl., dan baik ditanam pada lahan irigasi kurang subur
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 54 -
Dilepas tahun : 2000
MEKONGGA
Nomor seleksi : S4663-5d-Kn-5-3-3 Asal seleksi : A2790/2*IR64 Umur tanaman : 116-125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 91-106 cm Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Ramping panjang Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23 % Indeks glikemik : 88 Potensi hasil : 6 t/ha GKG Ketahanan terhadap
• Hama :
Agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3.
• Penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV.
Anjuran tanam : Baik ditanam di sawah dataran rendah sampai ketinggian500 m dpl.
Dilepas tahun : 2004
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 55 -
INPARI 17
Nomor seleksi : B10531E-KN-15-2-0-LR-B378-2
Asal seleksi : Bio9-MR-V3-11-PN-5// IR64*3/IRBB21
Umur tanaman : ±111 hari setelah sebar
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : ±105 cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Kuning
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pera
Kadar Amilosa : 26 %
Rata – rata hasil : 6,2 t/ha GKG
Potensi hasil : 7,9 t/ha GKG
Ketahanan terhadap
Hama : Agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1 dan 2, rentan terhadap biotipe 3.
Penyakit :
Tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III, IV, dan VIII, tahan terhadap blas ras 033 dan 133, agak tahan terhadap ras 073, rentan terhadap ras 173, rentan terhadap tungro
Anjuran tanam :
Cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampaiketinggian 600 m dpl dan tidak dianjurkan ditanam didaerah endemik tungro
Dilepas tahun : 2011
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 56 -
INPARI 18
Nomor seleksi : B10970C-MR-4-2-1-1-1-Si-3-2-4-1
Asal seleksi : BP364B-33-3-PN-5-1/ Bio530B-45-9-3-1
Umur tanaman : ±102 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : ±93 cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang/ramping
Warna gabah : Kuning
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen
Kadar Amilosa : 18,0 %
Rata – rata hasil : 6,7 t/ha GKG
Potensi hasil : 9,5 t/ha GKG
Ketahanan terhadap
Hama : Tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1 dan 2, agak tahan terhadap biotipe 3.
Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III, agak tahan terhadap patotipe IV, rentan terhadap patotipe VIII
Anjuran tanam : Cocok ditanam dilahan irigasi dan tadah hujan dengan ketinggian 0-600 m dpl.
Pemulia : Buang Abdullah, Sularjo, Bambang Kustianto, dan Heni Safitri.
Dilepas tahun : 2011
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 57 -
INPARI 19
Nomor seleksi : B11283-6C-PN-5-MR-2-3-Si-1-2-1-1
Asal seleksi : BP342B-MR-1-3/ BP226E-MR-76
Umur tanaman : 104 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 102 cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang/ramping
Warna gabah : Kuning
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen
Kadar Amilosa : 18,0 %
Rata – rata hasil : 6,7 t/ha GKG
Potensi hasil : 9,5 t/ha GKG
Ketahanan terhadap
Hama : Tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1 dan 2, agak tahan terhadap biotipe 3.
Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III, agak tahan terhadap patotipe IV, rentan terhadap patotipe VIII
Anjuran tanam : Cocok untuk ditanam dilahan irigasi dan tadah hujan dengan ketinggian 0-600 m dpl.
Pemulia : Buang Abdullah, Sularjo, Bambang K, dan HeniSafitri.
Dilepas tahun : 2011
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 58 -
INPARI 20
Nomor seleksi : BP2080-2E-KN-6-1
Asal seleksi : S2823E-KN-33/ IR64// S2823E/ KN/ 33
Umur tanaman : ±104 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : ±102 cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Mudah
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen
Kadar Amilosa : 21,1 %
Rata – rata hasil : 6,4 t/ha GKG
Potensi hasil : 8,8 t/ha GKG
Ketahanan terhadap
Hama : Agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, agak rentan terhadap biotipe 2 dan 3
Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III, agak rentan patotipe IV, VII, rentan terhadap tungro
Anjuran tanam : Cocok untuk lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 mdpl dan tidak dianjurkan ditanam di daerah endemic tungro
Dilepas tahun : 2011
Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PRODUKSI BENIH PADI INBRIDA
NO SOP: Tgl: 10/01/2015
- 59 -
INPARI 22
Nomor seleksi : BP3300-2C-2-3
Asal seleksi : IR42/IRBB5// CIHERANG/// TOWUTI
Umur tanaman : ±118 hari setelah sebar
Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : ±103 cm Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Panjang Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Tahan Tekstur nasi : Pulen Kadar Amilosa : 21,9 % Rata – rata hasil : 5,8 t/ha GKG Potensi hasil : 7,9 t/ha GKG Ketahanan terhadap
• Hama : Agak tahan terhadap wereng batang cokelat biotipe 1, 2,dan 3
• Penyakit :
Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III, rentan terhadap patotipe IV dan VIII, tahan terhadap blas ras 033 dan 133, agak tahan terhadap ras 073 dan 137, rentan terhadap tungro.
Anjuran tanam : Cocok ditanam disawah dataran rendah (0-600 m dpl) Dan tidak dianjurkan ditanam didaerah endemik tungro.
Dilepas tahun : 2012
top related