bahasa isyarat dalam program berita televisi di …repository.fisip-untirta.ac.id/982/1/nurkhikmah...
Post on 06-Mar-2019
243 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAHASA ISYARAT DALAM PROGRAM BERITA TELEVISI DI
TVONE DAN TVRI
SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi
Disusun oleh :
NURKHIKMAH YULIASTUTI
NIM. 6662130534
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Nurkhikmah Yuliastuti. NIM. 6662130534. Skripsi. Translasi Bahasa Isyarat
dalam Program Berita di TVONE dan TVRI. Pembimbing I: Puspita Asri
Praceka, M.I.Kom. Pembimbing II: Ari Pandu Witantra, M.I.Kom
Informasi menjadi kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari – hari, dengan
terpenuhinya informasi maka manusia akan lebih banyak menerima pengetahuan dan
berita terbaru yang terjadi pada hari ini. Informasi saat ini bisa didapatkan dari
berbagai media massa, baik media elektronik, cetak, maupun dalam jaringan (daring).
Meskipun media massa disajikan dengan berbagai macam jenis, namun televisi masih
menjadi medium nomor 1 di Indonesia yang dipilih masyarakat untuk mendapatkan
informasi setiap harinya. Televisi merupakan media yang mempunyai peran besar
dalam proses komunikasi dan penyampaian informasi/pesan. Setiap masyarakat
Indonesia memiliki hak yang sama dalam menerima informasi, hiburan serta
pengetahuan dari televisi. Mudah bagi khalayak dengan berpendengaran normal
untuk dapat menerima pesan dari televisi, namun sulit bagi khalayak tunarungu.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kebijakan penggunaan
translasi bahasa isyarat, untuk mengetahui proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat
serta untuk mengetahui bagaimana tanggapan khalayak. Peneliti menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan paradigma postpositivisme. Perolehan data
penelitian ini berasal dari wawancara, observasi, studi pustaka dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini yaitu dalam kebijakan pelaksanaan, TVOne menggunakan
translasi bahasa isyarat sesuai dengan arahan Komisi Penyiaran Indonesia sedangkan
TVRI sesuai dengan perjanjian kontrak dengan Kemensos. Dalam proses pelaksanaan
petugas translasi diantaranya interpreter, PIT dan tandem menjadi faktor penting
dalam keberhasilan menyampaikan pesan kepada khalayak tunarungu.
Kata Kunci: Televisi, Bahasa Isyarat, Translasi
v
ABSTRACT
Nurkhikmah Yuliastuti. NIM. 6662130534. Thesis. The Translation of Sign
Language in News Program at TVONE and TVRI. Advisor I: Puspita Asri
Praceka, M.I.Kom. Advisor II: Ari Pandu Witantra, M.I.Kom
Information came as human’s need in their daily life. By gaining the information,
human found out the knowledge and the newest news that were currently happening.
Although mass media were presented in various sorts, but television still became the
foremost media at Indonesia that was chosen by public to obtain information in
everyday. Television was a media that played a great role in communication process
and information/message delivery. Each of public owned the same right in receiving
information, entertainment, and knowledge through television. It would be easy for
the public with normal hearing ability to receive message through television, but it
would be quite complicated for the deaf. This reserach was intended to see how the
wisdom for sign language translation use was, to see the process of sign language
translation, and to see the public’s response. This study used a qualitative methods
with the post positivism paradigm. Data collection techniques used researchers
namely interviews, observation, literature study and documentation. The result
inferred that in the wisdom for implementation, TVOne used sign language
translation as Indonesian Broadcasting Commision’s directive, while TVRI used sign
language translation as contractual agreement with social ministry. In
implementation process, translation functionaries such as interpreter, interpreter’s
adviser, and communicator between both of them were the important factors for the
success of message delivery to the deaf.
Keywords: Television, Sign Language, Translasion
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan hidayah-Nya Skripsi dengan judul “Translasi Bahasa Isyarat dalam Program
Berita di TVONE dan TVRI” dapat penulis selesaikan dengan baik, tanpa
menemukan hambatan dan kesulitan yang berarti. Penulisan Skripsi ini diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan strata (S1) pada
Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya atas bantuan, bimbingan serta dukungan yang telah penulis
terima selama penyusunan Skripsi ini kepada :
1. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Ibu Dr. Rahmi Winangsih,
M.Si.
2. Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Bapak Darwis Sagita, M.I.Kom.
3. Ketua penguji I, Ibu Rahmi Winangsih, M.Si
4. Ketua penguji II, Ibu Uliviana Restu, S.Sos, M.I.Kom
5. Ketua Penguji III, Ibu Puspita Asri Praceka, M.I.Kom
6. Dosen Pembimbing I, Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos. M.Ikom., yang dengan
penuh kesabaran menghadapi penulis, meluangkan waktu, memberikan
penjelasan mengenai hal – hal yang belum penulis pahami, memberikan
masukan serta arahan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Dosen Pembimbing II Bapak Ari Pandu Witantra, M.I.Kom. yang dengan
vii
penuh kesabaran menghadapi penulis, meluangkan waktu, memberikan
penjelasan mengenai hal – hal yang belum penulis pahami, memberikan
masukan serta arahan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Dosen pembimbing akademik, Bapak Muhammad Jaiz, M.Pd
9. Seluruh Dosen Prodi Ilmu Komunikasi yang memberikan ilmu selama
penulis berada di bangku perkuliahan
10. Seluruh Staff perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang selama
ini telah banyak membantu peneliti
11. Bapak Muhammad Yusuf Produser Eksekutif Pemberitaan selaku informan
kunci dalam penelitian ini
12. Bang Rafli/Abdul Muiz Sutaji S.I.Kom Produser Kabar Pagi TVONE selaku
informan kunci dalam penelitian ini
13. Ibu Simping Purwanti, S.Pd dan Ibu Suminah sebagai Interpreter bahasa
isyarat program Indonesia Malam TVRI selaku informan kunci
14. Bang Frans Susanto Interpreter Bisindo Program Kabar Pagi TVONE selaku
informan kunci dalam penelitian ini
15. Bapak Langgeng Setiawan, A.KS Kepala Seksi Monitoring Evaluasi di
Kementerian Sosial Republik Indonesia selaku informan kunci
16. Ibu Dewi Setyarini, M.Si Komisioner KPI Pusat bidang pengawasan isi siaran
sebagai informan pendukung
17. Muhammad Imam khalayak program Indonesia Malam dan Nanda Afrieza
khalayak Kabar Pagi TVONE selaku informan pendukung
viii
18. Kedua orang tua penulis Neneng Astinah dan Syarief Muhammad Mabrur
yang telah banyak mendo’akan dan memberikan semangat selama ini
19. Kakak penulis yang tersayang Iis Sofiana dan Yusuf serta Adik penulis
Muhammad Azizi Rido Setiawan yang selama ini memberikan semangat
serta dukungannya
20. Teman – Teman terbaik yang selalu memberikan semangat serta menghibur
dikala sedih dan lelah selama kuliah, Mike Amalia, Eliana Pratiwi, Resti
Nurfadhillah, Richa Rahayu, Siti Novit Wahdah, Agnes Tiurma, Pernita
Hestin, Tri Yulia Nengsih, Lestari Eflina, Nopita, Ida Afriyanti, Sardewe.
21. Keluarga KKM kelompok 36 yang telah memberikan banyak pelajaran hidup
serta menjadi bagian tak terlupakan bagi penulis, Teti Sukmawati, Maya Siti
Humaeroh, Fitri Chairunnisa, Siti Kurniasari, Luli Kholifah, Rochmat Fauza
R, Achmad Dicky S, Algi Firmansah, M. Fazri Aprilianto, serta seluruh
masyarakat Desa Gunungcupu Kampung Kadulomber.
22. Keluarga besar organisasi FISIP UNTIRTA (LPM ORANGE dan Fosmai)
yang telah memberikan banyak ilmu dan pelajaran untuk penulis
23. Teman – teman ilmu komunikasi angkatan 2013
24. Serta pihak – pihak yang tidak dapat penulis sebut namanya satu persatu yang
telah membantu penulis selama ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
maka segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.
Semoga penelitian ini dapat berguna bagi kita semua.
Serang, 2017
Nurkhikmah Yuliastuti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………………….... i
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………….............. ii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………….... iii
ABSTRAK ………………………………………………………………...... iv
ABSTRACK ………………………………………………………………... v
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. ix
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………….….... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….. 8
1.3 Identifikasi Masalah ………………………………………………... 8
1.4 Tujuan Penelitian …………………………………………............... 9
1.5 Manfaat Penelitian ………………………………………………..... 9
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Komunikasi Massa ……………………………………..…….......... 11
2.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa ………………………........ 13
2.2 Televisi ………………………………………………..............…… 15
x
2.2.1 Karakteristik Televisi ...………………………....………....... 17
2.3 Kebijakan Penggunaan Translasi Bahasa Isyarat ….……..…….... 19
2.4 Proses Pelaksanaan Translasi Bahasa Isyarat …………………….... 19
2.5 Khalayak .…………...………………………………………...……. 19
2.6 Translasi Bahasa Isyarat ………...…………………………........... 20
2.6.1 Sistem Isyarat Bahasa Indonesia …………………………...… 22
2.6.2 Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) …...……………………. 23
2.7 Program Siaran …...…………………………………...….............. 23
2.8 Kerangka Berfikir …...…………………………………...……….. 24
2.9 Penelitian Terdahulu …...…………………………………...…….. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ………………………………………………… 30
3.2 Paradigma Penelitian ……………………………………………... 31
3.3 Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………....... 32
3.4 Lokasi Penelitian …………………………………………………. 32
3.5 Instrumen Penelitian …………………………………………....… 33
3.6 Informan Penelitian ………………………………………………. 36
3.7 Teknik Pengumpulan Data ………………….……….…...…….… 37
3.8 Teknik Analisis Data ……………………………………………... 41
3.9 Jadwal Penelitian …………………………...…………………….. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian …………….........……………….…… 43
4.1.1 TV One ................................................................................... 43
4.1.2 Televisi Republik Indonesia ................................................... 44
4.1.3 Translasi Bahasa Isyarat ......................................................... 45
4.2 Deskripsi Informan Penelitian ………………...…………..……… 48
4.3 Deskripsi Data Hasil Penelitian ……...……………...…................. 43
xi
4.3.1 Kebijakan Penggunaan Translasi Bahasa Isyarat …….…….. 60
4.3.2 Proses Pelaksanaan Translasi Bahasa Isyarat ………………. 72
4.3.3 Tanggapan Khalayak tentang Penggunaan Translasi Bahasa
Isyarat di Televisi ............................................................................ 90
4.4 Pembahasan ..................................................................................... 94
4.4.1 Translasi bahasa isyarat dalam program berita di TVOne dan
TVRI ............................................................................................... 94
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ……………………………………...…………............... 100
5.2 Saran ……………………………………...…………...........…….. 101
5.2.1 Saran Praktis ……………………………………...……........ 102
5.2.2 Saran Teoritis ……………………………………...………... 103
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….… 104
LAMPIRAN ……..…………………………………………….…………. 108
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 .............................................................................................................. 28
Tabel 3.1 .............................................................................................................. 36
Tabel 3.2 .............................................................................................................. 36
Tabel 3.3 .............................................................................................................. 42
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 .......................................................................................................... 6
Gambar 2.1 .......................................................................................................... 25
Gambar 2.2 .......................................................................................................... 28
Gambar 4.1 .......................................................................................................... 51
Gambar 4.2 .......................................................................................................... 52
Gambar 4.3 .......................................................................................................... 53
Gambar 4.4 .......................................................................................................... 54
Gambar 4.5 .......................................................................................................... 55
Gambar 4.6 .......................................................................................................... 56
Gambar 4.7 .......................................................................................................... 57
Gambar 4.8 .......................................................................................................... 58
Gambar 4.9 .......................................................................................................... 59
Gambar 4.10 ........................................................................................................ 62
Gambar 4.11 ........................................................................................................ 66
Gambar 4.12 ........................................................................................................ 66
Gambar 4.13 ........................................................................................................ 73
Gambar 4.14 ........................................................................................................ 75
Gambar 4.15 ........................................................................................................ 81
Gambar 4.16 ........................................................................................................ 83
Gambar 4.17 ........................................................................................................ 84
Gambar 4.18 ........................................................................................................ 86
Gambar 4.19 ........................................................................................................ 89
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Informasi dan komunikasi merupakan hal yang penting bagi kehidupan
manusia. Informasi menjadi kebutuhan yang diperlukan manusia dalam kehidupan
sehari – hari, dengan terpenuhinya informasi maka manusia akan lebih banyak
menerima pengetahuan baru dalam hidupnya maupun mendapatkan berita terbaru
yang terjadi pada hari ini. Informasi, kini telah menjadi suatu kebutuhan dasar bagi
manusia. Informasi menjadi perangkat dasar yang digunakan seseorang untuk
mengetahui segala sesuatu dalam hal pengembangan potensi dirinya dalam segala
aspek kehidupan.1 Informasi saat ini bisa didapatkan dari berbagai media massa, baik
media elektronik, cetak, maupun dalam jaringan (daring). Meskipun media massa
disajikan dengan berbagai macam jenis, namun televisi masih menjadi medium
nomor 1 di Indonesia yang dipilih masyarakat untuk mendapatkan informasi sehari –
harinya. Dikutip dari www.nielsen.com sebuah lembaga penghitung rating televisi
pada pukul 08:34 WIB (14/03) :
“Konsumsi media di kota-kota baik di Jawa maupun Luar Jawa menunjukkan
bahwa Televisi masih menjadi medium utama yang dikonsumsi masyarakat
1 Nadia Wasta Utami. 2015. Gelapnya akses difabel bagi difabel dalam gemerlap era digitalisasi.
Jurnal Penelitian Hlm 41 - 49
Indonesia (95%), disusul oleh Internet (33%), Radio (20%), Suratkabar
(12%), Tabloid (6%) dan Majalah (5%).”2
Televisi merupakan media yang mempunyai peran besar dalam proses
penyampaian informasi/pesan serta melakukan komunikasi. Televisi berperan aktif
bagi kelangsungan serta perkembangan pengetahuan dan sikap masyarakat karena
menjadi sarana informasi, edukasi, hiburan, politik, kebudayaan dan lain sebagainya.
Mudahnya media televisi dalam menyampaikan sebuah informasi karena televisi
memiliki keunggulan dalam audio visual, sehingga tayangan yang disajikan akan jauh
lebih mudah dipahami dan mudah ditiru oleh penonton.
Setiap masyarakat Indonesia memiliki hak yang sama dalam menerima
informasi, hiburan serta pengetahuan. Namun bagaimana jika terdapat masyarakat
Indonesia yang tidak bisa menerima informasi dengan baik dari medium nomor 1 di
Indonesia. Sangat mudah bagi masyarakat dengan berpendengaran normal yang tidak
memiliki keterbatasan fisik untuk dapat menerima tayangan dari televisi, Namun
bagaimana dengan masyarakat yang memiliki keterbatasan fisik seperti penyandang
tunarungu. Tentu khalayak tunarungu sangat sulit untuk dapat menerima dan
memahami informasi yang disajikan dalam program televisi. Sudah disebutkan diatas
bahwa setiap masyarakat Indonesia memiliki hak yang sama untuk menerima
informasi tanpa terkecuali, seperti yang tertuang dalam Undang – Undang No.32
2 Nielsen. 2014. Konsumsi Media Lebih Tinggi Di Luar Jawa. diakses pada hari Selasa, 14 Maret 2017
pukul 08:34 WIB
3
Tahun 2002 pasal 39 ayat (3) tentang penyiaran yang berbunyi : “Bahasa isyarat
dapat digunakan dalam mata acara tertentu untuk khalayak tuna rungu”
Bunyi pasal diatas menandakan bahwa bahasa isyarat atau SIBI (Sistem
Isyarat Bahasa Indonesia) yang merupakan bahasa legal keluaran pemerintah untuk
translasi program siaran di televisi bagi penyandang tuna rungu) dan Bisindo
seharusnya dapat digunakan dalam berbagai program di televisi yang tentunya
memiliki nilai informasi, edukasi maupun hiburan. Di Indonesia sendiri jumlah
penyandang tunarungu mencapai angka 400 ribu penduduk. Dikutip dari
www.kemsos.go.id pada pukul 09.33 WIB (10/04) :
“Menurut hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan
Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012,jumlah penyandang disabilitas di
Indonesia sebanyak 6.008.661 orang. Dari jumlah tersebut sekitar 472.855
orang penyandang disabilitas rungu wicara.”3
Tidak hanya dalam Undang – Undang No. 32 Tahun 2002 saja, namun
mengenai hak mendapatkan informasi bagi disabilitas kembali diuraikan dalam
Undang – Undang No. 8 Tahun 2016 pasal 24 diantaranya :
a. Memiliki kebebasan berekspresi dan berpendapat;
b. Mendapatkan informasi dan berkomunikasi melalui media yang mudah
diakses dan;
3 Kementerian Sosial Republik Indonesia. Pelayanan Penyandang Disabilitas Dalam Menggunakan
Berbagai Sarana Aksebilitas. diakses pada hari Senin, 10 April 2017 pukul 09:33 WIB
4
c. Menggunakan dan memperoleh fasilitas informasi dan komunikasi berupa
bahasa isyarat, braille dan komunikasi argumentatif dalam interaksi resmi.
Pasal diatas menjelaskan kaum disabilitas (termasuk tunarungu) mendapatkan
informasi dan berkomunikasi melalui media yang mudah diakses. Televisi dalam hal
ini merupakan media yang mudah diakses karena saat ini rata – rata masyarakat
Indonesia memiliki televisi di setiap rumahnya. Selain itu, dalam penggunaannya kita
tidak memerlukan biaya yang banyak untuk dapat menggunakan televisi. Berbeda
jika kita ingin mengakses informasi melalui media daring yang tentunya harus
memiliki gawai (termasuk didalamnya Komputer, Laptop, Handphone) ditambah
dengan harus tersedianya internet yang tentunya itu bukanlah hal yang murah untuk
dipakai sehari – hari, serta tidak semua golongan masyarakat dapat menggunakan
media daring untuk mengakses informasi sehari – hari.
Media televisi ada di setiap keluarga Indonesia, baik di desa maupun di kota.
Televisi merupakan salah satu media massa audio visual yang diasumsikan dapat
mempengaruhi pemirsa lewat tayangan acaranya. TV mampu menyampaikan pesan
yang seolah langsung antara komunikator (pembawa acara) dengan komunikan
(pemirsa). Tayangan acara televisi yang berulang – ulang dapat mempengaruhi
kehidupan masyarakat.4 Pasal lain mengenai komunikasi dan informasi Pasal 123
yaitu :
4 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (analisis interaktif budaya massa), PT Rineka Cipta, Jakarta,
2008, hal 56
5
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin akses atas informasi untuk
penyandang disabilitas;
(2) Akses atas informasi untuk penyandang disabilitas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dalam bentuk audio visual.
Berbicara mengenai penyandang tunarungu yang juga memiliki hak yang
sama dengan masyarakat lainnya untuk bisa mendapatkan informasi dari televisi,
tentu sangat sulit untuk bisa diterima karena masih minimnya penyediaan translasi
dalam program siaran televisi. Translasi program siaran merupakan hal yang harus
tersedia dalam program televisi, karena dengan adanya translasi program siaran akan
memudahkan khalayak tunarungu dalam memahami informasi yang disampaikan
program di televisi.
Sampai pada tahun 2017 dari sejak puluhan tahun lalu berdirinya stasiun
televisi swasta nasional Indonesia, translasi program siaran belum banyak digunakan
pada program siaran di televisi. Data yang peneliti dapat sampai pada tahun 2014
terdapat 394 stasiun televisi di Indonesia, terdiri dari stasiun televisi lokal maupun
nasional. Dikutip dari selingan.klikbekasi.co sebuah portal berita daring pada pukul
16:28 WIB (01/04) :
“Menurut dewan pers yang pernah melakukan pendataan jumlah stasiun
televisi di Indonesia, jumlah stasiun televisi yang beroperasi sampai 2014 mencapai
394 stasiun televisi. Jumlah yang cukup banyak memang”5
5 Selingan Bekasi. Jumlah Stasiun Televisi Di Indonesia Capai 394.
http://selingan.klikbekasi.co/2015/02/26/jumlah-stasiun-televisi-di-indonesia-capai-394 diakses pada
hari Sabtu, 01 April 2017 pukul 16:28 WIB
6
Meskipun penggunaan translasi bahasa isyarat masih minim, namun sejak
agustus 2017 terjadi peningkatan penggunaan translasi bahasa isyarat. Dari
sebelumnya hanya TVRI yang secara konsisten menggunakan translasi bahasa
isyarat, lalu disusul oleh ANTV. Sejak Agustus 2017 stasiun televisi swasta sudah
mulai menggunakan translasi bahasa isyarat diantaranya Kompas TV, NET TV,
Metro TV,Trans7, RCTI, TV One. Berikut ini potongan gambar dari berita dalam
program Kabar Pagi yang diunggah TVONE dalam channel youtube pada Kamis, 05
Oktober 2017 :
Gambar 1.1
Potongan gambar dari video Program Acara Kabar Pagi TVONE
Sumber : Youtube6
Jika dilihat langkah tersebut merupakan langkah positif yang telah dilakukan
oleh media untuk kesejahteraan informasi tunarungu. Namun penggunaan translasi
bahasa isyarat yang hanya digunakan dalam program berita saja belum cukup bagi
6 Kabar Pagi TVOne. 2017. Diakses pada hari Sabtu, 01 Oktober 2017 pukul 15.00 WIB
7
khalayak tuna rungu, karena informasi yang dibutuhkan khalayak tunarungu tidak
hanya bersumber dari berita, tetapi lebih beragam dari itu. Informasi mengenai
budaya, kriminal, keagamaan, dokumenter sampai dengan acara hiburan juga menjadi
kebutuhan yang seharusnya dapat disaksikan setiap harinya.
Dalam hal ini stasiun televisi mempunyai peran besar dalam membantu
merealisasikan penggunaan translasi program siaran, karena pihak televisi sendiri
yang menggunakan translasi bahasa isyarat untuk setiap programnya. Sudah
seharusnya pihak televisi membantu khalayak tunarungu untuk dapat menyaksikan
dan menerima informasi, edukasi serta hiburan yang selama ini sulit untuk mereka
terima. Sebagai stasiun televisi yang menggunakan frekuensi publik, sudah
seharusnya stasiun televisi menyediakan segala kebutuhan (informasi, edukasi dan
hiburan) untuk khalayak dengan cara yang mudah untuk digunakan dan diterima.
Hal tersebut harus diteliti dengan alasan untuk mengetahui bagaimana
kebijakan media serta proses penggunaan translasi bahasa isyarat dalam program
siaran pada stasiun televisi nasional di Indonesia. Jika dilihat selama ini terdapat
beberapa keluhan dari beberapa pihak dari khalayak tunarungu yang menginginkan
tersedianya translasi program siaran pada stasiun televisi nasional guna memudahkan
penerimaan serta pemahaman dari tayangan televisi yang berisi mengenai informasi,
edukasi serta hiburan yang dibutuhkan. Dikutip dari m.jpnn.com pada pukul 10.23
WIB (10/10):
8
“Dari Amerika, Surya yang juga seorang tunarungu mengaku kesal karena
anak – anak tuli di Indonesia tidak bisa menikmati menonton televisi dalam negeri
karena tidak ada subtitle atau akses bahasa isyarat”7
Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini stasiun televisi dan beberapa
pihak yang mampu mengubah kebijakan mengenai penggunaan translasi bahasa
isyarat dalam program siaran televisi dapat segera merubah kebijakan tersebut
sehingga terealisasi translasi program siaran guna terpenuhinya hak informasi
penyandang tuna rungu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan oleh peneliti, maka
permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
“Bagaimana translasi bahasa isyarat dalam program berita untuk khalayak
tuna rungu di TVOne dan TVRI”
1.3 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana kebijakan media dalam menggunakan translasi Bahasa isyarat
dalam program berita di TVOne dan TVRI?
2. Bagaimana proses pelaksanaan bahasa isyarat dalam program berita di
TVOne dan TVRI?
3. Bagaimana tanggapan khalayak tuna rungu tentang translasi bahasa isyarat
dalam program berita di TVOne dan TVRI?
7 JPNN.Com. Pak Jokowi, Kapan Anak Tunarungu Bisa Menonton Televisi. diakses pada hari Selasa,
10 Oktober 2017 pukul 10:23
9
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk :
1. Bagaimana kebijakan media dalam menggunakan translasi bahasa isyarat
dalam program berita di TVOne dan TVRI?
2. Bagaimana proses pelaksanaan bahasa isyarat dalam program berita di
TVOne dan TVRI?
3. Bagaimana tanggapan khalayak tuna rungu tentang translasi bahasa isyarat
dalam program berita di TVOne dan TVRI?
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Bermanfaat sebagai referensi teoritis untuk perkembangan komunikasi
terutama dalam ranah komunikasi massa.
2. Bermanfaat sebagai rujukan penyelesaian masalah mengenai kelancaran
proses komunikasi massa khalayak tuna rungu guna memenuhi kebutuhan
informasi melalui televisi.
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta menjadi
bahan evaluasi bagi stasiun televisi mengenai penggunaan translasi bahasa
10
isyarat dalam program berita guna terpenuhinya kebutuhan informasi
khalayak tuna rungu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran
(media) untuk menghubungan komunikator dengan komunikan secara massal,
berjumlah banyak, bertempat tinggal jauh, sangat heterogen dan menimbulkan efek –
efek tertentu.8 Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media
massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi
massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media
komunikasi massa). media massa bentuknya antara lain media elektronik (televise,
radio) media cetak (surat kabar, majalah, tabloid) buku, dan film.9
Joseph A. DeVito merumuskan definisi komunikasi massa yang pada intinya
merupakan penjelasan tentang pengertian massa, serta tentang media yang
digunakannya. Ia mengemukakan definisinya dalam dua item, yakni “pertama,
komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak
8 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Jakarta: Prenada Media Grup, 2011, hal 874 9 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2007, hal 4-5
12
yang luar biasa banyak. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang
disalurkan oleh pemancar – pemancar yang audio dan/visual.10
Menurut Wright (1956) Komunikasi massa didefinisikan dalam tiga ciri:11
a. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen
dan anonim.
b. Pesan – pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadualkan untuk
mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya
sementara.
c. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang
komplek yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.
Jika diterjemahkan secara bebas bisa berarti, “Pertama, komunikasi massa adalah
komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa
banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua
orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak
berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk
didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh
pemancar – pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan
10 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa suatu pengantar, Simbiosa
Rekatama Media, Bandung, 2004, hal 6 11 Isti Nursih, Komunikasi Massa, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2014. hal 2
13
lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya (televisi,
radio,surat kabar, majalah, film, buku dan pita).12
2.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa
Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi lainnya, seperti komunikasi
antarpersona dan komunikasi kelompok. Perbedaan itu meliputi komponen –
komponen yang terlibat di dalamnya, juga proses berlangsungnya komunikasi
tersebut. Namun, agar karakteristik komunikasi massa itu tampak jelas, maka
pembahasannya perlu dibandingkan dengan komunikasi antarpersona. Karakteristik
komunikasi massa adalah sebagai berikut:13
a. Komunikator terlembagakan
Dengan mengingat kembali pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu
melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang
kompleks. Apabila media komunikasi yang digunakan adalah televisi, tentu
akan banyak lagi melibatkan orang, seperti juru kamera (lebih dari satu), juru
lampu, pengarah acara, bagian make up, floor manager, dan lain – lain. Selain
itu, peralatan yang digunakan lebih banyak serta dana ang diperlukan lebih
besar.
12 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal 12 13 Ardianto dan Drs. Elvinaro, Op cit., 2004
14
b. Pesan bersifat umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu
ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang
tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum.
c. Komunikannya anonim dan heterogen
Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim),
karena komunikatornya menggunakan media dan tidak bertatap muka. Di
samping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena
terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat
dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.
d. Media massa menimbulkan keserempakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya,
adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif
banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak
tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan
yang sama pula.
e. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan
Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Dalam
komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem
15
tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan
digunakan.
f. Komunikasi massa bersifat satu arah
Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak
dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan,
komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat
melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi
antarpersona.
g. Stimulasi alat indra “Terbatas”
Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media
massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat pada radio
siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada
media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan
pendengaran.
h. Umpan balik tertunda (Delayed)
Efektifitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang
disampaikan oleh komunikan.
2.2 Televisi
Televisi, merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang
ditemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual . peletak dasar utama
16
teknologi pertelevisian tersebut adalah Paul Nipkow dari jerman yang dilakukannya
pada tahun 1884. Ia menemukan sebuah alat yang kemudian disebut sebagai Jantra
Nipkow atau Nipkow Sheibe. Penemuannya tersebut melahirkan electrische atau
televisi elektris.14
Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa yang bisa dilihat dan
didengar, memang memiliki keistimewaan tersendiri. Tayangan TV mudah diingat.
Pemirsa TV juga tidak dibatasi pada golongan tertentu. Siapa saja bisa menikmatinya,
tanpa ada batas jenis kelamin, usia maupun status sosial ekonominya. Cakupan
tayangan televisi jauh lebih luas diabndingkan dengan media lain. Dalam hal ini,
tayangan televisi harus dilihat secara kritis.15
Televisi merupakan suatu media yang dapat digunakan sebagai sarana
terhadap terbentuknya ruang publik, dengan adanya televisi masyarakat tentunya
dapat menyalurkan aspirasi, gagasan, dan argumen-argumen mereka terhadap hal-hal
politik ataupun isu-isu lainnya.16 Televisi adalah salah satu media hiburan dan
informasi yang berkembang pesat di Indonesia dan di dunia. TV menyuguhkan
visualisasi yang tidak dapat diberikan media massa lain seperti radio dan surat kabar.
Kelebihan ini menyebabkan perkembangan industri media televisi menjadi demand
bagi masyarakat pemirsa. Televisi merupakan salah satu media massa yang
mempunyai jangkauan komunikasi yang spektakuler dalm sepuluh tahun terakhir ini,
karena kekuatannya bukan hanya menyajikan acara dalam bentuk suara dan gambar,
14 Deddy Iskandar, Jurnalistik Televisi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hlm.4 15 Wawan Kuswandi, Op.cit., 2008, hal 141 16 Choirul Fajri. 2015. Fungsi RCTI dalam membentuk ruang publik. hlm 15
17
tetapi juga telah melahirkan konsep – konsep tayangan jurnalisme investigasi dalam
setiap pemberitaan atau reportasenya. Media televisi mampu menjadi alat untuk
menyelidiki berbagai kasus yang sedang terjadi di masyarakat.17
2.2.1 Karakteristik Televisi
Karakteristik media televisi adalah sebagai berikut:18
a. Media pandang dengar (audio-visual)
Televisi adalah media pandang sekaligus media dengar. Televisi berbeda
dengan media cetak, yang lebih merupakan media pandang. Televisi juga
berbeda dengan radio, yang merupakan media dengar. Orang memandang
gambar yang ditayangkan di televisi, sekaligus mendengar atau mencerna
narasi atau naskah dari gambar tersebut.
b. Mengutamakan gambar
Kekuatan televisi terletak lebih pada gambar. Gambar dalam hal ini gambar
hidup membuat televisi lebih menarik disbanding media cetak. Narasi atau
naskah bersifat mendukung gambar.
c. Mengutamakan kecepatan
Jika deadline media cetak 1x 24 jam, deadline atau tenggat televisi bisa
disebut setiap detik. Televisi mengutamakan kecepatan. Kecepatan bahkan
menjadi salah satu unsur yang menjadikan berita televisi bernilai. Berita
17 Wawan Kuswandi, Op.cit., 2008 18 Usman Ks, Television News Reporting and Writing, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009, Hal 23-24
18
paling menarik atau menonjol dalam rentang waktu tertentu, pasti akan
ditayangkan paling cepat atau paling awal oleh televisi.
d. Bersifat sekilas
Jika media cetak mengutamakan dimensi ruang, televisi menguatamakan
dimensi waktu atau durasi. Berita televisi bersifat sekilas, tidak mendalam,
dan dengan durasi tayang terbatas.
e. Bersifat satu arah
Televisi bersifat satu arah, dalam arti pemirsa tidak bisa pada saat itu juga
memberi respons balik terhadap berita televisi yang ditayangkan, kecuali pada
beberapa program interaktif. Pemirsa hanya punya satu kesempatan untuk
memahami berita televisi. Pemirsa tidak bisa, misalnya meminta presenter
membacakan ulang kembali berita televisi karena pemirsa tersebut belum
memahami atau ingin lebih memahami berita tersebut.
f. Daya jangkau luas
Televisi memiliki daya jangkau luas. Ini berarti televisi menjangkau segala
lapisan masyarakat, dengan berbagai latar belakang sosial ekonomi. Orang
buta huruf tidak mungkin bisa membaca berita media cetak, tetapi ia bisa
menonton berita televisi. Siaran atau berita televisi harus dapat menjangkau
rata – rata status sosial ekonomi khalayak, masuk ke berbagai strata sosial.
19
2.3 Kebijakan Penggunaan Translasi Bahasa Isyarat
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan.19 Kebijakan dalam hal ini adalah
keputusan dari stasiun televisi yang menggunakan SIBI dan Bisindo sebagai upaya
untuk mentranslasikan materi berita televisi yang disampaikan oleh
interpreter/penerjemah kepada khalayak tunarungu. kebijakan penggunaan translasi
bahasa isyarat sangat penting mengingat Undang – Undang yang telah peneliti
jabarkan diatas yang mengatur tentang akses informasi yang perlu khalayak
tunarungu dapatkan.
2.4 Proses Pelaksanaan Translasi Bahasa Isyarat
Proses adalah rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang
menghasilkan suatu produk.20 Proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat merupakan
kegiatan menterjemahkan materi berita di studio, dimana dalam hal ini petugas
didalamnya adalah interpreter (peraga bahasa isyarat), Penasehat Interpreter (PIT),
serta tandem.
2.5 Khalayak
Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca,
pendengar, pemirsa, audience, decoder atau komunikan. Khalayak adalah salah satu
aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab
19 Kamus Besar Bahasa Indonesia 20 Kamus Besar Bahasa Indonesia
20
berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Khalayak
dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok dan masyarakat. Menjadi
tugas seorang komunikator untuk mengetahui siapa yang akan menjadi khaayaknya
sebelum proses komunikasi berlangsung.21 Berkaitan dengan komunikasi, dalam
proses komunikasi juga ada prinsip “kenali khalayakmu, agar komunikasi berhasil”.
Artinya berhasil tidaknya pesan dipahami dalam proses komunikasi tergantung
bagaimana komunikator memahami komunikan. Dalam komunikasi juga ada prinsip
yang tak kalah pentingnya, begini; jika ada dua orang yang berbeda pendidikan maka
seseorang yang berpendidikan tinggi harus menyesuaikan kemampuan yang
berpendidikan rendah. Jika dibalik, maka tidak ada terjadi proses komunikasi
efektif.22
2.6 Translasi Bahasa Isyarat
Translasi bahasa isyarat merupakan terjemahan dari program acara di televisi
ke bahasa isyarat yang digunakanan oleh penyandang tunarungu untuk menerima dan
memahami isi dari siaran yang ditampilkan. Bahasa isyarat merupakan salah satu
bagian dari jenis komunikasi yaitu komunikasi non verbal.
Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata –
kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal
mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting
21 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008, hal 157 22 Nurudin, Ilmu Komunikasi ilmiah dan populer, PT RajaGrafindo Persada, Jkarta, 2016, hal 49-50
21
komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu,
yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini
mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa
komunikasi secara secara keseluruhan.23 Stasiun televisi saat ini menggunakan Sistem
Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) sebagai translasi program siarannya, SIBI merupakan
bahasa isyarat resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk digunakan penyandang
tuna rungu dalam melakukan komunikasi.
Kita dapat mengklasifikasikan pesan – pesan nonverbal ini dengan berbagai
cara. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian.
Pertama, bahasa tanda (sign language) acungan jempol untuk numpang mobil secara
gratis; bahasa isyarat tuna rungu; kedua, bahasa tindakan (action language) semua
gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal,
misalnya berjalan dan ketiga, bahasa objek (object language) pertunjukan benda,
pakaian, dan lambang nonverbal bersifat publik lainnya seperti ukuran ruangan,
bendera, gambar (lukisan), musik (misalnya marching band).24
Perkembangan penting komunikasi dalam era ini adalah digunakannya bahasa
tanda dan isyarat sebagai alat komunikasi. Munculnya tanda dan isyarat sebagai alat
komunikasi berasal dari penyempurnaan penggunaan suara (geraman, tangisan, dan
jeritan) sebagai alat komunikasi pada generasi sebelumnya. Penggunaan tanda dan
23 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi suatu pengantar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal
308 24 Ibid hal 316
22
isyarat itu tidak berarti bahwa manusia pada zaman tersebut tidak dapat
berkomunikasi. Gerak isyarat dan tanda itu dalam komunikasi dikenal dengan
komunikasi nonverbal. Hal itu tetap bisa dikatakan berkomunikasi meskipun dengan
dengan “bahasa” dan kemampuannya sendiri. Ringkasnya, mereka mengadakan
komunikasi dengan sederhana sekali. System tanda dengan menggunakan tangan dan
jari – jari seperti yang biasa digunakan oleh orang tuli ketika berbicara-cukup sebagai
pengganti bahasa percakapan. Jadi, sistem tanda dan sinyal terbatas pada isyarat dan
tanda seperti yang bisa dilihat pada orang tuli.25
2.6.1 Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)
Sistem isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) yang dibakukan itu merupakan salah
satu media yang membantu komunikasi sesama kaum tunarungu di dalam masyarakat
yang lebih luas. Wujudnya adalah tatanan yang sistematis tentang seperangkat isyarat
jari, tangan, dan berbagai gerak yang melambangkan kosa kata bahasa Indonesia.
Isyarat pokok ialah isyarat yang melambangkan sebuah kata atau konsep. Isyarat ini
bentuk dengan pelbagai macam penampil, tempat, arah dan frekuensi sebagaimana
telah diuraikan diatas.26 Singkatnya, SIBI merupakan bahasa isyarat legal yang
dikeluarkan oleh pemerintah serta dibuat oleh orang mendengar (hearing people),
SIBI biasanya digunakan untuk kegiatan belajar mengajar di pendidikan formal
seperti Sekolah khusus/SLB.
25 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal 42 - 44 26 Kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia
23
2.6.2 Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo)
Bahasa isyarat Indonesia atau yang biasa dikenal Bisindo adalah bahasa yang
menggunakan gerakan 2 tangan dan ekspresi wajah yang mencakup kata – kata
sederhana yang kosa katanya lebih terbatas dari pada Komtal SIBI. Bisindo ini
berawal dari bahasa ibu penyandang tunarungu, yang kemudian digunakan dalam
berkomunikasi secara umum27
2.7 Program Siaran
Program siaran televisi di Indonesia pada umumnya diproduksi oleh stasiun
televisi yang bersangkutan. Di Indonesia kecenderungan televisi swasta sudah mulai
mengarah kepada sistem di Amerika. Ini dimulai dari garapan – garapan sinetron,
kuis dan beberapa acara hiburan lainnya. Berbeda dengan TVRI. Stasiun televisi
milik pemerintah tersebut memang memiliki latar belakang sejarah yang spesifik.
jenis program siaran tersebut bukanlah sesuatu yang mutlak harus ada semuanya.
Acara – acara tersebut sangat bergantung dari kepentingan masing – masing stasiun
penyiaran televisi yang bersangkutan. Pada umumnya memang sebagian besar adalah
acara – acara yang disiarkan oleh stasiun penyiaran televisi.28 Program siaran televisi
dapat didefenisikan sebagai satu bagian atau segmen dari isi siaran radio atau televisi
secara keseluruhan. Sehingga memberikan pengertian bahwa, dalam siaran
keseluruhan terdapat beberapa program yang diudarakan. Atau dapat dikatakan
27 Jurnal Penelitian oleh ko Wicaksono, Diyah Fatmawati, Quwwatun Azimah 28 Deddy Iskandar, Jurnalistik Televisi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal 7-9
24
bahwa, siaran keseluruhan satu stasiun penyiaran tersusun dari beberapa program
siaran29
Pengertian program televisi yaitu kata “program” itu sendiri berasal dari
bahasa inggris proggramme atau program yang berarti acara atau rencana. Undang –
undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara, tetapi
menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan yang disajikan dalam
berbagai bentuk. Namun kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia
penyiaran di Indonesia dari pada kata “siaran” untuk mengacu kepada pengertian
acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk
memenuhi kebutuhan audiencenya.30
2.8 Kerangka Berfikir
Dalam penelitian ini peneliti ingin menjelaskan bagaimana kebijakan
penggunaan translasi bahasa isyarat, menjelaskan bagaimana proses penggunaan
translasi bahasa isyarat dalam program acara di televisi dan tanggapan khalayak
tunarungu dengan adanya penggunaan translasi bahasa isyarat dalam program
televisi.
29 Hidajanto Djamal dan Andi Fachrudin, Dasar – dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional
dan Regulasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011, hal 159 - 160 30 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004
25
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama oleh Hafidza Rizqa Febrina dari Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga yang berjudul “PENGGUNAAN BAHASA ISYARAT SEBAGAI
KOMUNIKASI (Studi Efektifitas Komunikasi Non Verbal dan Non Vokal Pada
Siaran Berita TVRI Nasional Terhadap Penyandang Tunarungu SLB PGRI Minggir,
Sleman, Yogyakarta)” bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan bahasa
Undang – Undang No.32
Tahun 2002 pasal 39
ayat (3) tentang
penyiaran
Undang – Undang
No. 8 Tahun 2016
pasal 24
Undang – Undang
No. 8 Tahun 2016
pasal 123
1. Kebijakan televisi dalam menggunakan
tranlasi bahasa isyarat
2. Proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat
3. Tanggapan khalayak tunarungu
Translasi Bahasa Isyarat dalam Program Siaran Televisi di Indonesia
Televisi
Sumber: Peneliti, 19 Oktober 2017
26
isyarat sebagai komunikasi dalam siaran berita di TVRI pada penyandang tunarungu
di SLB PGRI Minggir, Sleman, Yogyakarta.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Seberapa efektifkah
penggunaan bahasa isyarat sebagai komunikasi non verbal dan non vokal dalam
siaran berita di TVRI efektif jika diukur dengan menggunakan Direct Rating Method
(DRM)?”.
Hasil penelitian tersebut adalah penggunaan bahasa isyarat sebagai
komunikasi memiliki hasil yang efektif dengan hasil skor total 75,95 dimana hasil
tersebut berada pada rentang nilai efektif. Hasil tersebut membuktikan bahwa
hipotesis dari penelitian ini yaitu Ha atau hipotesis kerja diterima.
Penelitian kedua oleh Nurul Maulia dari Universitas Islam Negeri Walisongo
yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM ISYARAT BAHASA
INDONESIA PADA SIARAN BERITA INDONESIA MALAM DI TVRI
TERHADAP PEMAHAMAN INFORMASI SISWA PENYANDANG
TUNARUNGU (Studi Pada Siswa SMPLB dan SMALB Penyandang Tunarungu di
SLB-PKK Provinsi Lampung) bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia pada siaran berita Indonesia Malam di TVRI
terhadap pemahaman informasi siswa SMPLB dan SMALB penyandang tunarungu di
SLB-PKK Provinsi Lampung.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pengaruh
penggunaan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia pada siaran berita Indonesia Malam di
27
TVRI terhadap pemahaman informasi siswa SMPLB dan SMALB penyandang
tunarungu di SLB-PKK Provinsi Lampung?”
Hasil penelitian tersebut adalah terdapat pengaruh yang positif dan kuat antara
penggunaan Bahasa Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) terhadap pemahaman informasi
penyandang tunarungu, serta penggunaan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)
sesuai dengan gerakan yang mereka ketahui sehingga dapat membantu mereka dalam
mendapatkan informasi berita dengan adanya bantuan dari Sistem Isyarat Bahasa
Indonesia (SIBI).
Penelitian terakhir yaitu oleh Dina Febriyana dari Universitas Mulawarman
yang berjudul “PROSES PRODUKSI PROGRAM TALKSHOW “REDAKSI 8”
PADA TELEVISI LOKAL TEPIAN TV SAMARINDA” bertujuan untuk memahami
proses produksi program talk show “ Redaksi 8” pada televisi lokal tepian TV
Samarinda, serta mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat proses
produksi program talk show “Redaksi 8” pada televisi lokal tepian Samarinda TV.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana proses produksi program talk show
“Redaksi 8” pada televisi lokal tepian TV Samarinda serta faktor apa saja yang
menjadi pendukung dan penghambat dalam proses produksi tersebut?”. Hasil dari
penelitian tersebut adalah bahwa proses produksi program talk show “Redaksi 8”
memilliki beberapa tahapan yang telah sesuai dengan SOP proses produksi program
acara yang terdiri dari pra produksi, produksi dan pasca produksi.
28
Tabel 2.2
Penelitian Sebelumnya
Nama
peneliti
Hafidza Rizqa
Febrina
Nurul Maulia Dina Febriyana Nurkhikmah
Yuliastuti
Judul
Penelitian
Penggunaan
Bahasa Isyarat
Sebagai
Komunikasi
(Studi
Efektifitas
Komunikasi
Non Verbal dan
Non Vokal Pada
Siaran Berita
TVRI Nasional
Terhadap
Penyandang
Tunarungu SLB
PGRI Minggir,
Sleman,
Yogyakarta)
Pengaruh
Penggunaan Sistem
Isyarat Bahasa
Indonesia Pada
Siaran Berita
Indonesia Malam di
TVRI Terhadap
Pemahaman
Informasi Siswa
Penyandang
Tunarungu (Studi
Pada Siswa SMPLB
dan SMALB
Penyandang
Tunarungu di SLB-
PKK Provinsi
Lampung)
Proses Produksi
Program Talk
Show “Redaksi
8” Pada Televisi
Lokal Tepian
TV Samarinda
Translasi Bahasa
Isyarat dalam
Program Siaran
Televisi di
Indonesia
Tahun
Penelitian 2015 2017 2013 2017
Tujuan
Penelitian
untuk
mengetahui
efektifitas
penggunaan
bahasa isyarat
sebagai
komunikasi
dalam siaran
berita di TVRI
pada
penyandang
tunarungu di
SLB PGRI
untuk mengetahui
pengaruh
penggunaan Sistem
Isyarat Bahasa
Indonesia pada
siaran berita
Indonesia Malam di
TVRI terhadap
pemahaman
informasi siswa
SMPLB dan
SMALB penyandang
tunarungu di SLB-
untuk
memahami
proses produksi
program talk
show “ Redaksi
8” pada televisi
lokal tepian TV
Samarinda, serta
mengetahui
faktor
pendukung dan
faktor
penghambat
Untuk mengetahui
kebijakan
pelaksanaan tranlasi
bahasa isyarat,
mengetahui proses
pelaksanaan dan
tanggapan khalayak
tunarungu
29
Minggir,
Sleman,
Yogyakarta.
PKK Provinsi
Lampung.
proses produksi
program talk
show “Redaksi
8” pada televisi
lokal tepian
Samarinda TV.
Hasil
Penelitian
Hasil penelitian
tersebut adalah
penggunaan
bahasa isyarat
sebagai
komunikasi
memiliki hasil
yang efektif
dengan hasil
skor total 75,95
dimana hasil
tersebut berada
pada rentang
nilai efektif.
Hasil tersebut
membuktikan
bahwa hipotesis
dari penelitian
ini yaitu Ha atau
hipotesis kerja
diterima
terdapat pengaruh
yang positif dan kuat
antara penggunaan
Bahasa Isyarat
Bahasa Indonesia
(SIBI) terhadap
pemahaman
informasi
penyandang
tunarungu, serta
penggunaan Sistem
Isyarat Bahasa
Indonesia (SIBI)
sesuai dengan
gerakan yang
mereka ketahui
sehingga dapat
membantu mereka
dalam mendapatkan
informasi berita
dengan adanya
bantuan dari Sistem
Isyarat Bahasa
Indonesia (SIBI).
Hasil dari
penelitian
tersebut adalah
bahwa proses
produksi
program talk
show “Redaksi
8” memilliki
beberapa
tahapan yang
telah sesuai
dengan SOP
proses produksi
program acara
yang terdiri dari
pra produksi,
produksi dan
pasca produksi.
Hasil penelitian ini
yaitu dalam
kebijakan
pelaksanaan,
TVOne
menggunakan
translasi bahasa
isyarat sesuai
dengan arahan
Komisi Penyiaran
Indonesia sedangkan
TVRI sesuai dengan
perjanjian kontrak
dengan Kemensos.
Dalam proses
pelaksanaan petugas
translasi diantaranya
interpreter, PIT dan
tandem menjadi
faktor penting dalam
keberhasilan
menyampaikan
pesan kepada
khalayak tunarungu.
Sumber Universitas
Islam Negeri
Sunan Kalijaga
Universitas
Lampung
Universitas
Mulawarman
Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, metode penelititian kualitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi.31 Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya,
data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena
itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada makna. Generalisasi dalam
penelitian kualitatif dinamakan transferability, artinya hasil penelitian tersebut
memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda.32 Bogdan dan Taylor (1975:5)
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku
yang dapat diamati.33
Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena pertanyaan/
rumusan masalah dalam penelitian ini membutuhkan metode kualitatif. Dimana
31 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2009, hal 1 32 Ibid hal 3 33 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hal 21
31
peneliti akan menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat di
televisi serta bagaimana kebijakan tersebut dilaksanakan. Tentunya hal tersebut perlu
penguraian, penjelasan melalui metode kualitatif dan hasil penelitian ini tidak bisa
ditafsirkan melalui angka – angka (kuantitatif).
Disamping itu penelitian ini bersifat deskriptif, tipe penelitian ini didasarkan
pada pertanyaan dasar yang kedua, yaitu bagaimana. Kita tidak puas bila hanya
mengetahui apa masalahnya secara eksploratif, tetapi ingin mengetahui juga
bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Dengan demikian, temuan – temuan dari
penelitian deskriptif lebih luas dan lebih terperinci dari pada penelitian eksploratif.
Dikatakan lebih luas karena kita meneliti tidak hanya masalahnya sendiri, tetapi juga
variabel – variabel lain yang berhubungan dengan masalah itu. Lebih terperinci
karena variabel – variabel tersebut diuraikan atas faktor – faktornya.34
3.2 Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma Postpositivisme. Post positivism
merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan positivisme yang hanya
mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.
Dengan menggunakan paradigma postpositivisme, peneliti ingin mendeskripsikan
mengenai kebijakan media dalam menggunakan translasi bahasa isyarat serta
menjelaskan proses pelaksanaannya. Sehingga penelitian ini dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana televisi dalam memutuskan menggunakan translasi bahasa
34 W. Gulo, Metodologi Penelitian, PT Grasindo, Jakarta, 2002, hal 19
32
isyarat, proses pelaksanaannya serta menjelaskan tanggapan khalayak tunarungu
terhadap penggunaan translasi bahasa isyarat pada program di televisi. Dalam
metodologi penelitian, paradigma merujuk pada seperangkat pranata kepercayaan
bersama metode – metode yang menyertainya. Selain berperan sebagai rujukan dan
sudut pandang, paradigma juga berperan sebagai pembatas ruang dan gerak peneliti.
3.3 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan batasan agar tidak terjadi salah
tafsir terhadap penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Peneliti menggali informasi dari pihak televisi untuk mencari informasi
bagaimana kebijakan dan proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat
2. Peneliti menggali informasi mengenai tanggapan khalayak terhadap
penggunaan bahasa isyarat dalam program acara di televisi
3.4 Lokasi Penelitian
Dalam hal ini peneliti tidak hanya melakukan penelitian di satu tempat,
melainkan di berbagai tempat yang dapat memberikan informasi yang jelas dan
mendalam mengenai permasalahan yang sedang diteliti. Peneliti akan melakukan
penelitian di stasiun televisi yang telah menggunakan translasi bahasa isyarat dalam
program siarannya, tentunya televisi yang akan dipilih adalah stasiun televisi yang
secara terus menerus menggunakan translasi bahasa isyarat (continue).
33
Penelitian ini dilakukan di Kantor TVRI Pusat yang beralamat di Jl. Gerbang
Pemuda, Senayan, Jakarta Pusat Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan di Kantor Pusat
TVOne Jl. Rawa Terate II No. 2 Kawasan Industri Pulogadung Jakarta dengan
pertimbangan sebagai berikut :
a. Peneliti ingin mengetahui bagaimana proses pelaksanaan kegiatan
translasi program siaran di televisi yang dilaksanakan oleh petugas
translasi
b. Untuk mencari dokumen atau data yang dapat menunjang kelancaran
proses penelitian yang berkaitan dengan translasi program siaran televisi.
3.5 Instrumen Penelitian
Irawan (2006:15) menjelaskan bahwa satu – satunya instrumen penting dalam
penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat –
alat bantu untuk mengumpulkan data seperti tape recorder, video kaset, atau kamera.
Tetapi alat – alat ini benar – benar tergantung pada peneliti untuk menggunakannya.
Peneliti sebagaimana instrument ini (disebut “participant-observer”) disamping
memiliki kelebihan – kelebihan, juga mengandung beberapa kelemahan.35
Instrumen dalam penelitian ini adalah Peneliti sendiri. Dalam penelitian oleh
karena itu peneliti sebagai instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti
kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Dengan
demikian dengan penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan instrumen
35 Prasetya Irawan, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu – ilmu Sosial,
Departemen Ilmu Administrasi FISIP Universitas Indonesia, Depok, 2006, hal 15
34
penelitian sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali. Jadi dalam kualitatif,
peneliti sebagai instrumen kunci.
Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer yaitu data utama yang akan peneliti kumpulkan seperti hasil
dari wawancara yang telah peneliti lakukan. Sedangkan data sekunder yaitu data
seperti dokumen dari televisi untuk menunjang penelitian dan foto.
3.6 Informan Penelitian
Penelitian ini menggunakan purposive sampling dalam penelitian
informannya (sampel bertujuan). Dengan purposive sampling, peneliti akan
mendapatkan informasi yang jelas dan mendalam karena informannya berada di
lingkungan penelitian (dalam hal ini berada dalam produksi program televisi). Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa informan yang terdiri dari pihak
televisi yang mengetahui kebijakan mengenai penggunaan translasi bahasa isyarat
(televisi yang menggunakan translasi bahasa isyarat secara terus – menerus hingga
penelitian ini dilaksanakan), informan selanjutnya yaitu dari penyedia translasi
bahasa isyarat, dalam hal ini adalah Kementerian Sosial Republik Indonesia.
Menurut Sugiyono (2008:218-219) Purposive Sampling yaitu informan –
informan yang peneliti tentukan, merupakan orang – orang yang menurut peneliti
memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, karena mereka (informan)
dalam kesehariannya senantiasa berurusan dengan permasalahan yang sedang peneliti
35
teliti.36 Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan 2 macam jenis informan
diantaranya :
1. Informan Kunci (Key Informan) yaitu informan yang banyak mengetahui/
menguasai pokok persoalan yang sedang diteliti. Selain itu informan kunci
merupakan seseorang yang telah lama/ berpengalaman dalam bidang yang
diteliti. Informan ini akan dimintai informasi/ keterangan yang paling banyak.
Kriteria informan kunci yaitu :
1. Laki – Laki/ Perempuan
2. Berada di lingkungan televisi (produksi program siaran)
3. Memiliki pengetahuan yang cukup baik (berkompeten) mengenai televisi
maupun translasi bahasa isyarat dalam program televisi
4. Mengetahui dengan jelas mengenai keputusan penggunaan translasi
bahasa isyarat dalam program televisi
2. Informan Pendukung
1. Mengetahui mengenai translasi bahasa isyarat dalam program siaran di
televisi
2. Khalayak tuna rungu yang menonton program yang menggunakan
translasi bahasa isyarat
3. Menggunakan bahasa isyarat baik SIBI atau Bisindo untuk komunikasi
sehari - hari.
36 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2008, hal 218-219
36
Data informan tersebut dapat dilihat pada table dibawah ini
Tabel 3.1
Informan Kunci
No Nama Ket Instansi/Lembaga
1 Muhammad Yusuf
S.Sos,. M.IKom
Produser Eksekutif
Pemberitaan
LPP TVRI Pusat
2 Abdul Muiz Sutaji,
S.I.Kom
Produer Berita Kabar
Pagi
TVOne
3 Langgeng Setiawan,
A.KS
Kepala Seksi
Monitoring Evaluasi
Kementerian Sosial
Republik Indonesia
4 Simping Purwanti, S.Pd Interpreter SIBI
TVRI/Guru
Sekolah Luar Biasa
Santi Rama
5 Suminah Interpreter SIBI
TVRI/Peksos
Panti Sosial Bina
Rungu Wicara Melati
6 Frans Susanto Interpreter Bisindo
Program Kabar Pagi
TVOne
Tabel 3.2
Informan Pendukung
No Nama Ket Instansi/Lembaga
1 Dewi Setyarini Komisioner Bidang
pengawas isi siaran
Komisi Penyiaran
Indonesia
2 Muhammad Imam Disabilitas rungu wicara khalayak
3 Nanda Afrieza Disabilitas rungu khalayak
37
3.7 Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
atau keterangan lisan dari seseorang yang disebut responden melalui suatu
percakapan yang sistematis dan terorganisasi. Karena itu, wawancara merupakan
percakapan yang berlangsung secara sistematis yang dilakukan oleh peneliti sebagai
pewawancara (interviewer) dengan sejumlah orang sebagai responden atau yang
diwawancara (interviewee) untuk mendapatkan sejumlah informasi yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.37
Teknik pengumpulan data dengan wawancara ini dilakukan peneliti dengan
mewawancarai beberapa informan (narasumber) yang dapat memberikan penjelasan
atau mengetahui dengan jelas mengenai proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat
serta untuk mengetahui bagaimana keputusan pemakaian bahasa isyarat dalam suatu
program di televisi. Peneliti akan menggunakan jenis wawancara semistruktur karena
peneliti berharap menemukan permasalahan secara terbuka.
Jenis wawancara semi struktur sudah termasuk dalam kategori in-dept
interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bia dibandingkan dengan
wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
37 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, PT Refika Aditama, Bandung, 2010, hal 312
38
permasalah secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat, dan ide – idenya.38
b. Observasi
Peneliti akan menggunakan jenis observasi nonpartisipan karena peneliti akan
datang ke kantor/ tempat pelaksanaan proses translasi program siaran di Televisi
namun peneliti tidak ikut terlibat dalam proses pelaksanaannya. Peneliti akan datang
langsung ke beberapa stasiun televisi untuk mengamati kegiatan translasi program
siaran serta mendapatkan beberapa dokumen dan wawancara. Dalam observasi
nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.39
Peneliti merasa observasi penting dalam melakukan penelitian ini karena observasi
dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana proses pelaksanaan translasi
program siaran di televisi. Selain itu observasi akan memberikan penemuan baru
yang sebelumnya peneliti tidak ketahui.
Menurut Sukardi (2003:78) dalam observasi ini peneliti lebih banyak
menggunakan salah satu dari pancaindranya yaitu indra penglihatan. Instrumen
observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau
fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami.40 Observasi
dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.
Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Didalam artian
38 Kristin G Esterberg, Qualitative Methods in Social Research, Mc Graw Hill, New York, 2002 39 Basrowi dan Suwandi, Memahami penelitian kualitatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2002 40 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Pratiknya, PT Bumi Aksara, Jakarta,
2003, hal 78-79
39
penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman, rekaman
gambar, rekaman suara. 41
c. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data sekunder yang
diperlukan dalam sebuah penelitian. Studi dokumentasi adalah setiap bahan tertulis
ataupun film, gambar dan foto – foto yang dipersiapkan karena adanya permintaan
seorang peneliti.42
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan dokumentasi karena dengan
teknik ini peneliti akan mendapatkan informasi yang jelas. Dokumen dapat
memberikan data yang diperlukan bahkan data di masa terdahulu. Karena proses
penggunaan translasi program siaran di beberapa televisi swasta hanya dilakukan saat
tertentu saja, misalnya seperti pada acara debat politik diantaranya debat calon
presiden sampai debat calon gubernur. Selain itu, menurut Sukardi pada teknik ini,
peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam – macam sumber
tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, dimana responden
bertempat tinggal atau melakukan kehidupan sehari – hari.43
41 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT Rineka Cipta, Jakarta, hal
156-157 42 Anis fuad dan Kandung Sapto Nugroho, Panduan Praktis Penelitian Kualitatif, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2014, hal 61 43 Ibid hal 81
40
d. Studi Pustaka
Peneliti menggunakan studi pustaka karena dalam penelitian ini dibutuhkan
beberapa data agar terpenuhinya kebutuhan data, diantaranya beberapa buku dan
jurnal penelitian. Studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
memperoleh data dari karya ilmiah, media massa, teks book, dan masih banyak lagi
untuk menambah atau mendukung sumber informasi atau data yang diperlukan dalam
penelitian ini untuk memperkuat aspek validitas data yang dihasilkan.44
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah,
karena dengan analisislah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna
dalam memecahkan masalah penelitian. Analisis adalah menglompokkan, membuat
sutau urutan, memanipulasi, serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk
dibaca.45
Dalam penelitian ini mencari hal – hal pokok yang berhubungan dengan
masalah yang akan diteliti. Aktifitas analisis data yang akan dilaksanakan oleh
peneliti yaitu sebagai berikut :
1. Reduksi Data
44 Anis Fuad dan Kandung Sapto Nugroho, Op. cit., hal 61 45 Mohammad Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009, 346-358
41
Peneliti menggunakan reduksi data bertujuan agar data yang nantinya disajikan dapat
terarah, memilih hal – hal yang diperlukan dan membuang hal yang tidak perlu serta
dapat ditarik kesimpulan dengan mudah.
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
catatan – catatan tertulis di lapangan. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah
dari analisis. Ia merupakan bagian dari analisis. Secara sederhana dapat dijelaskan:
dengan “reduksi data” kita tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data
kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam dalam aneka macam
cara: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat,
menggolongkannya dalam suatu pola yang lebih luas, dan sebagainya. 46
2. Penyajian Data
Peneliti menggunakan penyajian data bertujuan agar lebih mudah dalam menentukan
tindakan selanjutnya yang akan dilakukan.
Penyajian data membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Sebagaimana halnya dengan reduksi data, penciptaan dan penggunaan
penyajian data tidaklah terpisah dari analisis. Ia merupakan bagian dari analisis.47
46 Mattew B Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif:Buku Sumber Tentang Metode
– Metode Baru, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 2009, hal 16 47 Ibid hal 17
42
3. Menarik kesimpulan/Verifikasi
Peneliti melakukan verifikasi bertujuan agar data yang telah didapat agar diuji
kebenarannya sehingga data yang didapat jelas kebenarannya.
Penarikan kesimpulan, dalam pandangan kami, hanyalah sebagian dari satu kegiatan
dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan – kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung.48
3.9 Jadwal Penelitian
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
No Agenda
Bulan
Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt
1
Pra Riset Penyusunan
BAB 1-3
2 Sidang Outline
3 Pengumpulan Data
4 Analisa Data
5 Penyusuan BAB 4 -5
6 Sidang Skripsi
48 Ibid hal 19
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 TV One
TVOne merupakan salah satu televisi swasta di Indonesia yang
mengudara pertama kali pada 14 februari 2008. TVOne menjadi stasiun
televisi pertama yang diresmikan oleh presiden Republik Indonesia yaitu
Susilo Bambang Yudhoyono. TvOne secara progresif menginspirasi
masyarakat Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas agar berpikiran maju dan
melakukan perbaikan bagi diri sendiri serta masyarakat sekitar melalui
berbagai program News and Sports baik Nasional dan Internasional yang
dimilikinya. Mengklasifikasikan program-programnya dalam kategori,
NEWS, Current Affairs dan SPORTS, tvOne membuktikan keseriusannya
dalam menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan format-format yang
inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian program.
Diawal tahun berdirinya, tvOne mempunyai Tag Line "MEMANG
BEDA", karena menyajikan berbagai informasi yang dibutuhkan masyarakat
dengan penyajian yang berbeda dan belum pernah ada sebelumnya
seperti Apa Kabar Indonesia, yang merupakan program informasi dalam
bentuk diskusi ringan dengan topik-topik terhangat bersama para narasumber
dan masyarakat,
44
disiarkan secara langsung pada pagi hari dari studio luar tvOne. Program
berita hardnews tvOne dikemas dengan judul : Kabar Terkini, Kabar Pagi,
Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. Kemasan yang
berbeda juga disuguhkan oleh Kabar Petang.49
4.1.2 Televisi Republik Indonesia
Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan lembaga penyiaran
yang menyandang nama negara mengandung arti bahwa dengan nama tersebut
siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. Sejak berdirinya tanggal 24
Agustus 1962, TVRI mengemban tugas sebagai televisi yang mengangkat
citra bangsa melalui penyelenggaraan penyiaran peristiwa yang berskala
internasional, mendorong kemajuan kehidupan masyarakat serta sebagai
perekat sosial. Dinamika kehidupan TVRI adalah dinamika perjuangan bangsa
dalam proses belajar berdemokrasi. Pada tanggal 24 Agustus 1962 dalam era
Demokrasi Terpimpin, TVRI berbentuk Yayasan yang didirikan untuk
menyiarkan pembukaan Asian Games yang ke IV di Jakarta. Memasuki era
Demokrasi Pancasila pada tahun 1974, TVRI telah berubah menjadi salah satu
bagian dari organisasi dan tata kerja Departemen Penerangan dengan status
sebagai Direktorat yang bertanggungjawab Direktur Jenderal Radio, Televisi,
45
dan Film. Dalam era Reformasi terbitlah Peraturan Pemerintah RI Nomor 36
Tahun 2000 yang menetapkan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan di
bawah pembinaan Departemen Keuangan . Kemudian melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 2002 TVRI berubah statusnya menjadi PT. TVRI
(Persero) di bawah pembinaan Kantor Menteri Negara BUMN.
Selanjutnya, melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2002 tentang Penyiaran, TVRI ditetapkan sebagai Lembaga Penyiaran
Publik yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh Negara. Peraturan
Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2005 menetapkan bahwa tugas TVRI adalah
memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat, kontrol
dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan
seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang
menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4.1.3 Translasi Bahasa Isyarat
penelitian ini berfokus pada kebijakan dalam penggunaan translasi
bahasa isyarat yaitu SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dan Bisindo
(Bahasa Isyarat Indonesia) serta proses pelaksanaannya dalam televisi. SIBI
merupakan bahasa isyarat resmi dari pemerintah dan dibuat oleh orang –
orang non disabilitas rungu wicara (berpendengaran normal) yang biasanya
digunakan oleh beberapa program di televisi, sedangkan Bisindo yaitu bahasa
isyarat yang dibuat sendiri oleh penyandang disabilitas rungu wicara atau
46
biasa disebut bahasa ibu mereka. Bisindo lebih banyak dan sering digunakan
oleh penyandang rungu wicara karena mudah digunakan untuk kegiatan sehari
– hari. Penggunaan Bisindo untuk kegiatan informal karena Bisindo tidak
menggunakan imbuhan awalan, akhiran dan sisipan seperti SIBI.
SIBI sering digunakan untuk kegiatan formal seperti kegiatan belajar
mengajar di sekolah, alasan digunakan SIBI untuk kegiatan formal karena
SIBI menggunakan ejaan yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.
Selain itu SIBI menggunakan imbuhan awalan, akhiran dan sisipan. SIBI dan
Bisindo merupakan bagian dari komunikasi yang mana termasuk kedalam
bahasa non verbal. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter,
komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan
verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan
penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial
bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku yang
disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi
secara secara keseluruhan50
Penggunaan translasi bahasa isyarat dalam program televisi di
Indonesia masih belum merata untuk setiap program informatif, sampai saat
ini yang sudah menggunakan translasi bahasa isyarat secara berkelanjutan
setiap hari yaitu televisi nasional TVRI dalam program Indonesia Malam,
50 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi suatu pengantar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal
308
47
Televisi swasta ANTV dalam program Topik Pagi, NET 16 Net TV, Kompas
Malam KOMPASTV,serta beberapa stasiun televisi swasta lain. Penggunaan
translasi bahasa isyarat sekarang ini di televisi swasta hanya pada satu
program saja untuk setiap harinya yaitu program Berita serta Pemilu yaitu
debat calon gubernur maupun presiden dan pada program tertentu terkait
perayaan hari disabilitas nasional.
“Ada satu dua TV yang menayangkan bahasa isyarat tapi di momen – momen
tertentu, kayak kemarin kita liat Kompas TV itu ada bahasa isyarat di acara
Pekan Olahraga disabilitas”(Dewi Setyarini, Komisioner KPI Pusat Bidang
Pengawasan Isi Siaran)
Di Indonesia sendiri Undang – Undang yang mengatur mengenai
keharusan setiap televisi dalam program acaranya yang mengandung
informasi untuk menggunakan SIBI atau Bisindo memang belum ada, namun
dari temuan peneliti bahwa sampai saat ini terdapat 3 Undang – Undang yang
berbicara mengenai translasi bahasa isyarat, namun Undang – Undang
tersebut tidak memiliki sanksi tertentu jika stasiun televisi tidak menggunakan
translasi bahasa isyarat. Adapun diantara peraturan yang membahas mengenai
translasi bahasa isyarat pertama yaitu Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia no 11 tahun 2005 tentang penyelenggaraan Penyiaran Lembaga
Penyiaran Publik bagian keenam bahasa siaran pasal 20 ayat 7 yang berbunyi
“Bahasa isyarat dapat digunakan dalam mata acara tertentu televisi untuk
khalayak tuna rungu tanpa mengganggu artistik siaran”. Selanjutnya yaitu
48
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang
penyiaran pasal 39 ayat 3 yang berbunyi “Bahasa isyarat dapat digunakan
dalam mata acara tertentu untuk khalayak tuna rungu”. Undang – Undang
selanjutnya yaitu Undang – Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
penyandang disabilitas pasal 24 Hak berekspresi, berkomunikasi, dan
memperoleh informasi untuk penyandang disabilitas meliputi hak :
a. mendapatkan informasi dan berkomunikasi melalui media yang mudah
diakses;
b. Menggunakan dan memperoleh fasilitas informasi dan komunikasi berupa
bahasa isyarat, braille, dan komunikasi augmentative dalam interaksi resmi.
Meskipun translasi bahasa isyarat telah dijabarkan dalam ke 3
Peraturan dan Undang – Undang diatas namun tidak terdapat sanksi
administratif yang ditujukan kepada pihak yang tidak melaksanakan peraturan
dan Undang – Undang dengan baik.
4.2 Deskripsi Informan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mendatangi langsung informan setelah
sebelumnya mendapatkan ijin untuk wawancara. Wawancara dilakukan sesuai
denngan pedoman wawancara yang sebelumnya telah peneliti buat sebelum terjun ke
lapangan. Seluruh informan dalam penelitian ini berjumlah 9 (Sembilan) orang, yang
terdiri dari 8 (delapan) informan kunci diantaranya 2 (dua) interpreter SIBI LPP
TVRI, Interpreter Bisindo TVONE, Produser eksekutif LPP TVRI, Produser Program
Kabar Pagi TVONE, Kementerian sosial Republik Indonesia dan 2 (dua) khalayak
49
Tuna rungu . Informan pendukung dalam penelitian ini berjumlah 1 (satu) orang yaitu
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat.
Peneliti memilih interpreter sebagai informan kunci karena interpreter yang
melakukan proses translasi bahasa isyarat secara langsung di studio untuk
menyampaikan informasi dari materi berita yang telah dibuat oleh pihak TVRI dan
TVONE yang akhirnya disampaikan kepada khalayak rungu. Peneliti mewawancarai
interpreter diharapkan akan lebih banyak dan juga mendapatkan informasi yang jelas
karena interpreter yang melakukan translasi secara langsung, dengan jangka waktu
yang lama dan terus menerus. Interpreter yang peneliti wawancara meliputi
interpreter isyarat SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dan Bisindo (Bahasa
Isyarat Indonesia).
Informan kunci selanjutnya yaitu produser eksekutif pemberitaan yang
dimana dalam hal ini memiliki posisi sebagai perwakilan dari pihak TVRI untuk
dimintai pandangan dan pendapatnya sesuai dengan pelaksanaan translasi bahasa
isyarat. Selanjutnya yaitu Produser Program Acara Kabar Pagi TVONE dimana
dalam hal ini dimintai penjelasannya mengenai kebijakan penggunaan translasi
bahasa isyarat. Informan kunci selanjutnya yaitu Kementerian Sosial Republik
Indonesia, alasan peneliti memilih Kemensos sebagai informan kunci karena
Kemensos selama ini sebagai perancang dan penyedia layanan translasi bahasa
isyarat dan Kemensos sendiri memiliki program dan bidang mengenai penyandang
50
disabilitas serta memberikan bantuan untuk mensejahterakan penyandang disabilitas
di Indonesia.
Dalam penelitian ini, peneliti juga mewawancarai khalayak tunarungu yang
menonton program acara Indonesia Malam TVRI dan Kabar Pagi TVONE, alasan
peneliti mewawancarai khalayak tunarungu karena ingin mengetahui bagaimana
tanggapan mereka mengenai bahasa isyarat yang digunakan dalam program acara
tersebut.
Alasan peneliti memilih KPI Pusat sebagai informan pendukung karena KPI
Pusat mempunyai wewenang untuk melakukan kerjasama dengan pemerintah dan
lembaga penyiaran swasta, selain itu juga KPI mempunyai tugas untuk memelihara
tatanan informasi nasional yang adil, merata dan seimbang serta mempunyai tugas
untuk menampung, meneliti dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik dan
apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran.
1. Informan Kunci 1 Muhammad Yusuf S.Sos,. M.IKom
Informan kunci yang pertama adalah seorang pegawai di TVRI yang menjabat
sebagai Produser Eksekutif Pemberitaan. Pria kelahiran Bogor 18 Juli 47 tahun silam
ini telah menjabat sebagai produser sejak tahun 2006 dan menjabat sebagai produser
eksekutif pemberitaan sejak tahun 2015. Pria yang biasa dipanggil ucup ini beralamat
di Jln. KPBD Kebon Jeruk Jakarta Barat. Dalam penelitian ini Muhammad Yusuf
51
berperan sebagai informan yang memberikan penjelasan mengenai translasi bahasa
isyarat dari pihak TVRI sebagai penyedia program Indonesia Malam.
Kontak yang dapat dihubungi 0819 – 3253 – 3399
Gambar 4.1
Informan Kunci : Muhammad Yusuf S.Sos,. M.IKom
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 18 Juli 2017
2. Informan Kunci 2 Abdul Muiz Sutaji S.I.Kom
Informan kunci kedua yaitu Produser Berita Program Kabar Pagi di TVONE.
Pria lulusan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ini memulai karier sebagai produser
berita di TVONE sejak tahun Juni 2010. Pria yang biasa disapa Doel ini beralamat di
Keurahan Rawamangun Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur. Dalam penelitian ini
Abdul Muiz Sutaji berperan sebagai informan yang memberikan penjelasan
mengeenai kebijakan serta proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat dari pihak
TVONE.
52
Kontak yang dapat dihubungi 0812 – 9878 – 9889
Gambar 4.2
Informan Kunci : Abdul Muiz Sutaji S.I.Kom
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 15 September 2017
3. Informan Kunci 3 Langgeng Setiawan, A.KS
Informan kunci yang ketiga adalah Kepala Seksi Monitoring Evaluasi di
Kementerian Sosial RI, Pria kelahiran Jakarta, 04 Juni 1973 juga sebagai Petugas
Supervisi Pusat yang bertugas melakukan pengawasan saat proses kegiatan translasi
bahasa isyarat di Program Indonesia Malam TVRI. Alumni STKS Bandung jurusan
Sosisal angkatan 1997 ini merupakan orang yang merancang pelaksanaan translasi
bahasa isyarat. Dalam penelitian ini, Langgeng Setiawan berperan sebagai informan
53
yang menjelaskan tentang penentuan kebijakan penyediaan translasi bahasa isyarat
untuk LPP TVRI serta menjelaskan mengenai proses perjanjian.
Kontak yang dapat dihubungi 087 – 880 – 071 – 727
Gambar 4.3
Informan Kunci: Langgeng Setiawan
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 01 Agustus 2017
4. Informan Kunci 4 Simping Purwanti, S.Pd
Informan kunci yang keempat adalah seorang interpreter (peraga bahasa
isyarat SIBI). Wanita kelahiran Sleman 5 Maret 1974 ini sudah sejak 2013 menjadi
interpreter bahasa isyarat di Program Indonesia Malam TVRI. Sehari – hari wanita
yang biasa disapa Ipung ini menjadi guru di Sekolah Luar Biasa Santi rama Cipete
Jakarta Selatan. Selain bertugas menjadi interpreter di TVRI, wanita lulusan
Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Jakarta angkatan 2008 ini juga biasa
54
menjadi interpreter untuk kegiatan Pemilihan umum di berbagai daerah di Indonesia.
Dalam penelitian ini, Simping Purwanti berperan sebagai informan yang menjelaskan
tentang proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat.
Kontak yang dapat dihubungi 087 – 873 – 877 – 3376
Gambar 4.4
Informan kunci : Simping Purwanti
Sumber : Dokumen peneliti, 25 Juli 2017
5. Informan kunci 5 Suminah
Informan kunci kelima adalah interpreter (Peraga bahasa isyarat SIBI).
Wanita ini sudah 3 tahun menjadi interpreter di program Indonesia Malam TVRI.
Selain menjadi interpreter ia juga sehari – hari menjadi pekerja sosial muda di Panti
Sosial Bina Rungu Wicara PSBRW Melati Bampu Apus Jakarta.
55
Gambar 4.5
Informan Kunci : Suminah
Sumber : Dokumen peneliti, 18 Juli 2017
6. Informan Kunci 6 Frans Susanto
Informan kunci keenam adalah seorang interpreter Bisindo dalam program
acara Kabar Pagi TVONE. Pria kelahiran Jakarta 10 September 38 tahun silam ini
sudah sejak tahun 2002 menjadi interpreter. Namun baru 2 tahun ini menjadi
interpreter televisi yang bertugas di Program Topik Pagi ANTV dan Kabar Pagi
TVONE. Selain menjadi interpreter bahasa isyarat, Lulusan Filsafat Theologi STF
Driyarkara ini juga berprofesi sebagai konsultan HR Development.
Kontak yang dapat dihubungi 0812 – 8856 – 0645
56
Gambar 4.6
Informan Kunci : Frans Susanto
Sumber : Dokumen peneliti, 15 September 2017
7. Informan Pendukung 1 Muhammad Imam
Informan pendukung kedua adalah Khalayak/Penonton dari program acara
Indonesia Malam TVRI. Saat ini pria kelahiran Sidoarjo 7 Agustus 1992 menjadi
salah satu siswa dari panti sosial bina rungu wicara “melati”. Sudah 2 tahun Imam
menjadi siswa panti sejak pertama kali masuk pada 25 Oktober 2015. Imam
menderita tuna rungu wicara sejak usianya 3 tahun dikarenakan jatuh yang
mengakibatkan kejang dan demam hingga akhirnya sampai saat ini ia tidak bisa
mendengar dan berbicara. Dalam penelitian ini, Muhammad Imam berperan sebagai
informan yang menjelaskan bagaimana tanggapannya terhadap penggunaan SIBI
(Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dalam program acara Indonesia Malam.
57
Kontak yang dapat dihubungi 0895 – 327 – 268 – 105
Gambar 4.7
Informan Pendukung : Muhammad Imam
Sumber : Dokumen peneliti, 25 September 20
8. Informan Pendukung 2 Nanda Afrieza
Informan pendukung kedua yaitu khalayak program Kabar Pagi TVONE.
Wanita kelahiran Jakarta, 10 April 1996 ini sedang mengemban pendidikan di
Sekolah Khusus 01 Kota Serang dan berada di kelas 2 SMA. Nanda menjadi
disabilitas tuli sejak tahun 2009 dikarenakan sakit gondokan yang ia derita. Selain itu,
wanita 21 tahun ini juga menggunakan alat bantu dengar sejak September 2016.
Nanda Afrieza berperan sebagai informan yang menjelaskan bagaimana
tanggapannya terhadap penggunaan Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia) dalam
program acara Kabar Pagi.
58
Kontak yang dapat dihubungi 0831 – 9488 – 8881
Gambar 4.8
Informan Pendukung : Nanda Afrieza
Sumber: Dokumen Pribadi
9. Informan Pendukung 3 Dewi Setyarini, M.Si
Informan pendukung pertama adalah Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia
(KPI) Pusat. Wanita yang pernah menjabat sebagai Direktur Utama Lembaga
Penyiaran Publik Lokal Radio Purbalingga ini merupakan Komisioner KPI Pusat
bidang pengawasan isi siaran periode 2016 – 2019. Dalam penelitian ini, Dewi
Setyarini berperan sebagai informan yang menjelaskan tentang langkah KPI dalam
membahas mengenai penyediaan Translasi bahasa isyarat di televisi serta
menjelaskan mengenai payung hukum dari penyediaan translasi bahasa isyarat.
Kontak yang dapat dihubungi 081 – 218 – 492 – 287
59
Gambar 4.9
Informan Pendukung: Dewi Setyarini, sM.Si
Sumber : Dokumen peneliti, 01 Agustus 2017
4.3 Deskripsi Data Hasil Penelitian
Deskripsi data hasil penelitian merupakan data – data yang diperoleh penulis
melalui hasil wawancara, Observasi dan studi dokumentasi yang telah di reduksi
dengan cara mengelompokan data berdasarkan identifikasi masalah yaitu :
1. Bagaimana kebijakan media dalam menggunakan translasi Bahasa isyarat
dalam program berita di TVOne dan TVRI?
2. Bagaimana proses pelaksanaan bahasa isyarat dalam program berita di
TVOne dan TVRI?
3. Bagaimana tanggapan khalayak tuna rungu tentang translasi bahasa isyarat
dalam program berita di TVOne dan TVRI?
60
4.3.1 Kebijakan Penggunaan Translasi Bahasa Isyarat
Kebijakan dalam hal ini adalah keputusan dari stasiun televisi yang
menggunakan SIBI dan Bisindo sebagai upaya untuk mentranslasikan materi berita
televisi yang disampaikan oleh interpreter/penerjemah kepada khalayak tuna rungu.
Kebijakan penggunaan translasi bahasa isyarat sangat penting mengingat Undang –
Undang yang telah peneliti jabarkan diatas yang mengatur tentang akses informasi
yang perlu khalayak tunarungu dapatkan.
Menurut informasi yang peneliti dapatkan melalui wawancara, Kebijakan
TVRI dalam menggunakan translasi bahasa isyarat bukan merupakan kebijakan dari
TVRI sendiri, Namun dalam penggunaan translasi bahasa isyarat TVRI hanya sebagai
penyedia program acara dan Kementerian Sosial sebagai pihak yang mengajukan
permohonan penggunaan translasi bahasa isyarat.
“Gini, Bahasa isyarat di TVRI itu ada kerjasama antara TVRI dengan
Kementerian Sosial dan itu juga sebenarnya adalah bagian dari peran TVRI
sebagai TV publik untuk menyajikan informasi kepada masyarakat dari
berbagai kalangan termasuk dari kalangan disabilitas dalam hal ini adalah
tuna rungu. Mulai digunakan ketika konsep itu mulai digunakan dan saat
inipun masih berjalan. Untuk tahun persisnya saya lupa karena saya masuk
kesini aja udah mulai, jadi memang udah lama banget, terus sempet vacum
karena diskontrak”51
Meskipun hasil pengajuan permohonan dari Kemensos, namun pihak TVRI
menganggap ini adalah bagian pemenuhan kebutuhan informasi dari TVRI kepada
51 Lampiran. Hlm 117
61
khalayak tuna rungu mengingat mereka juga sama seperti masyarakat pada umumnya
memiliki hak yang sama untuk mendapatkan informasi untuk kebutuhan sehari – hari.
“Ya pertimbangannya ya TVRI adalah TV publik, TV publik yang
mengedepankan kepercayaan publik. Publik yang mana? Publik yang mana
aja. Masyarakat yang menderita tuna rungu. Mereka kecil persentasenya tapi
mereka bagian dari masyarakat Indonesia yang harus diberikan haknya
dalam memenuhi informasi”52
Kementerian Sosial juga mengungkapkan pernyataan yang sama terkait perjanjian
kerja sama yang dilakukan dengan LPP TVRI.
“Ya bentuknya perjanjian kerja sama, MoU antara Kementerian sosial
dengan LPP TVRI. Kita menyediakan transport, honornya mereka. Kalo TVRI
kan hanya menyediakan programnya, yang menyediakan interpreter, honor
sama transport ya kita dari Kemensos”53
52 Lampiran. Hlm 118 53 Lampiran. Hlm 128
62
Gambar 4.10
Surat Keputusan Translasi Bahasa Isyarat
Sumber: Kementerian Sosial
Lembaga Penyiaran Publik TVRI dan Kementerian Sosial memulai kerja
sama dalam hal penerapan translasi bahasa isyarat sejak 3 Desember 2013, Perjanjian
kerja sama tersebut disepakati tepat pada hari disabilitas internasional serta
penayangan perdananya dilakukan pada hari yang sama. Dalam perjanjian kerja sama
tersebut, disebutkan bahwa Kemensos menyediakan interpreter bahasa isyarat yang
bertugas sebagai penerjemah materi berita TV kedalam bahasa isyarat sebanyak 6
orang, petugas Supervisi yang memantau kegiatan translasi sebanyak 2 orang,
Penasehat Interpreter yang bertugas memberikan nasehat, mengkritik serta
memberitahu bahasa isyarat kepada interpreter sebanyak 2 orang, Pendamping
63
Translator/tandem yang bertugas menjadi penghubung antara interpreter dengan PIT
sebanyak 2 orang, Petugas Pelaksana dari LPP TVRI sebanyak 2 orang.
“Setiap tampil ada 1 (satu) yang mentranslasi 1 (satu) sebagai tandem, itu
wajib standarnya mereka untuk menterjemahkan bahasa isyarat. Selain itu
ada semacam kayak konsultannya mereka, ketika mereka gerakannya salah,
isyaratnya salah namanya PIT yang bertugas mendampingi interpreter”54
Kebijakan Kemensos dalam menyediakan petugas translasi bahasa isyarat
untuk TVRI merupakan implementasi dari Undang – Undang yang berkaitan dengan
disabilitas dan penyiaran di Indonesia. Seperti yang tercantum dalam Surat Keputusan
Penetapan Petugas Pelaksanaan Kegiatan Translasi Bahasa Isyarat Nomor 72 Tahun
2016 diantaranya:
1. Undang – Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 Tetang Kesejahteraan
Sosial (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4967)
2. Undang – Undang RI Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan
Konvensi Mengenai Hak – Hak Penyandang Disabilitas
3. Undang – Undang RI Nomor 8 Tahun 2016 Tetang Penyandang
Disabilitas
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 Tetang Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat (Lembaran RI
54 Lampiran. Hlm 127
64
Tahun 1998 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
3751);
5. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 20 Tahun 2015 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI
Selain itu, Kemensos mempunyai pertimbangan dalam memilih interpreter yang akan
ditugaskan di LPP TVRI untuk menterjemahkan materi berita.
“Ya, diseleksi dulu. Kita kan kerjasama dengan yayasan sama organisasi
penyandang disabilitas, yang dari merekalah kita tau siapa para pengguna
bahasa isyarat. Jadi nggak serta merta menunjuk sendiri”55
Kemensos juga menjelaskan bahwa sebelumnya pernah dilakukan proses uji
coba dalam menterjemahkan materi berita ke dalam bahasa iyarat yang bertujuan agar
Kemensos dapat melihat dan menilai kinerja interpreter sebelum benar – benar
bertugas di lapangan, mengingat kecepatan dan ketepatan informasi yang harus
dilakukan oleh interpreter dalam menterjemahkan materi berita. Jika Kemensos tepat
dalam memilih interpreter, maka khalayak tuna rungu dapat dengan mudah menerima
dan memahami informasi yang interpreter sampaikan, mengingat interpreter
merupakan salah satu unsur utama pahamnya khalayak tuna rungu wicara dalam
menangkap pesan dari televisi. Jika pihak Kemensos memilih interpreter untuk LPP
TVRI melalui proses uji coba, berbeda dengan TVONE yang memilih interpreter
berdasarkan sertifikasi yang interpreter miliki, Produser Program Kabar Pagi
55 Lampiran. Hlm 127
65
menjelaskan dengan melihat sertifikasi yang interpreter miliki maka hal tersebut
dapat menjamin profesionalitas mereka dalam bidang bahasa isyarat.
Sesuai dengan Rincian Undang – Undang serta peraturan yang telah
tercantum dalam uraian diatas, Komisi Penyiaran Indonesia mengatakan bahwa benar
adanya jika Undang – Undang mengenai pemenuhan hak informasi untuk khalayak
disabilitas rungu wicara sudah ada. Meskipun tidak secara jelas diuraikan bahwa
penggunaan translasi bahasa isyarat di televisi bersifat wajib dan terdapat uraian
hukuman yang akan dijatuhkan kepada stasiun televisi yang tidak menerapkan
translasi bahasa isyarat.
“Kalo penggunaan bahasa isyarat itu sudah ada payung hukumnya. Itu
masuk di Undang – Undang disabilitas masuk, kemudian kalo di Undang –
Undang disabilitas itu bunyinya adalah bahwa setiap warga Negara itu
sekelompok disabilitas berhak untuk mendapatkan informasi gitu, begitu juga
di Undang – Undang penyiaran bahwa setiap warga Negara itu berhak untuk
mendapatkan informasi. Bunyinya kalo nggak salah seperti itu”56
Dalam pelaksanaanya TVRI menggunakan 2 jenis bahasa isyarat dalam
menterjemahkan materi berita televisi. Diantaranya yaitu Sistem Isyarat Bahasa
Indonesia (SIBI) dan Bahasa isyarat Indonesia (Bisindo), 2 bahasa isyarat tersebut
digunakan secara bergantian setiap harinya. Penggunaan 2 jenis bahasa isyarat dalam
program Indonesia Malam karena pada beberapa kesempatan tunarungu
menggunakan SIBI dan dalam kesempatan lainnya menggunakan Bisindo.
56 Lampiran. Hlm 152
66
“Pertimbangannya karena ada pengguna SIBI ada pengguna Bisindo, itu dua
– duanya ditayangkan dua metode itu, harus gitu karena anak – anak yang
masih pada sekolah itu menggunakan SIBI karena SIBI kan pake awalan
akhiran dan lain sebagainya, kalo Bisindo kan yang simbol – simbolnya aja,
ya bisa disebut bahasa gaul mereka.”57
Gambar 4.11
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia di TVRI
Sumber : Youtube58
Gambar 4.12
Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo)
Sumber: Youtube59
57 Lampiran. Hlm 126 58 Official Youtube. 2017
67
Berdasarkan hasil wawancara diatas, Kemensos mencoba untuk menyajikan
bahasa isyarat yang beragam dan dapat dimengerti oleh berbagai pihak dari khalayak
tuna rungu. Karena dalam prakteknya, SIBI yang merupakan bahasa isyarat legal
keluaran pemerintah digunakan untuk kegiatan belajar mengajar di sekolah,
Sedangkan Bisindo yang diciptakan sendiri oleh tuna rungu banyak digunakan untuk
komunikasi sehari – hari.
Komisi Penyiaran Indonesia membenarkan bahwa penggunaan bahasa isyarat
di TVRI yaitu SIBI dan Bisindo serta penggunaanya bergantian setiap harinya.
“Karena kebetulan memang secara teknis bahasa isyarat SIBI atau Bisindo
itukan masih ada Tarik menarik, apakah mau pake SIBI atau mau pake
Bisindo. Sehingga focus untuk TVRI memang penggunaannya selang – seling
karena kalo nggak salah waktu itu sudah pake SIBI kemudian ada protes dari
masyarakat, kenapa harus pake SIBI, sementara banyak sekali dari
masyarakat di luar sana yang tidak sekolah, yang tidak paham bahasa isyarat
SIBI dan lain sebagainya. Akhirnya TVRI waktu itu memang solusinya pake
selang – seling, hari ini pake SIBI besoknya Bisindo”60
Berbeda dengan TVRI, TVONE dalam menterjemahkan materi berita televisi
hanya menggunakan Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia). Produser program kabar
pagi menjelaskan bahwa Bisindo dinilai lebih cocok dengan gaya bahasa yang
digunakan dalam produksi Kabar Pagi. Selain itu Bisindo juga merupakan bahasa
sehari – hari yang digunakan oleh khalayak tunarungu sehingga proses penerimaan
dan pemahaman oleh tunarungu akan lebih mudah. Meskipun menggunakan Bisindo,
Produser Kabar Pagi mengungkapkan bahwa penggunaan bahasa isyarat tetap
59 Official Youtube. 2017 60 Lampiran. Hlm 151
68
mengacu pada KBBI dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Interpreter Kabar Pagi juga menjelaskan bahwa penggunaan Bisindo di program
Kabar Pagi merupakan keinginan serta kebutuhan disabilitas tunarungu.
“Ya karena yang di advokasi oleh teman – teman tuli itu Bisindo. Hanya satu
Bisindo saja yang di advokasi”61
kebijakan TVONE dalam menggunakan translasi bahasa isyarat karena adanya arahan
dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat kepada beberapa stasiun televisi swasta
di Indonesia, salah satunya adalah TVONE.
“Kebijakan Bisindo diterapkan pada kabar pagi sesuai arahan KPI bahwa
minimal satu program TV berita dilengkapi terjemahan bahasa isyarat”62
Berdasarkan wawancara diatas KPI sebagai pihak yang mengawasi penyiaran
di Indonesia serta memiliki wewenang untuk memberikan arahan kepada stasiun
televisi menjalankan tugasnya dalam menjamin seluruh masyarakat Indonesia
termasuk khalayak tunarungu untuk mendapatkan informasi melalui translasi materi
berita ke dalam bahasa isyarat. KPI juga menuturkan bahwa keserempakan
penggunaan translasi bahasa isyarat di televisi swasta terjadi karena adanya perihal
perpanjangan izin siar televisi swasta. Perpanjangan izin siar yang dilakukan oleh
stasiun televisi swasta sudah dilaksanakan pada tahun 2016, perpanjangan izin siar
diberikan kepada stasiun televisi swasta dengan beberapa pertimbangan, salah
61 Lampiran. Hlm 141 62 Lampiran. Hlm 121
69
satunya poin untuk menggunakan translasi bahasa isyarat dalam program acara
televisi minimal 1 program setiap harinya
“Jadi ketika mereka akan melakukan perpanjangan izin itu tahun 2016
kemarin, salah satu prasyarat yang kita ajukan adalah memang TV ini harus
punya komitmen untuk menggunakan bahasa isyarat, akhirnya mereka
bersedia tanda tangan. Macem – macem ya prasayarat yang kita ajukan,
salah satu poinnya adalah itu, bersedia untuk menayangkan bahasa isyarat
dalam program informasi mereka gitu”63
KPI juga menjelaskan bahwa pemerintah yang juga KPI termasuk didalamnya
bertugas untuk mendorong serta memberikan arahan kepada stasiun televisi swasta
yang belum menggunakan, serta bertugas mengawasi kegiatan translasi bahasa isyarat
di televisi bagi yang sudah menggunakan. Sebelumnya KPI juga pernah
mengeluarkan himbauan mengenai penggunaan translasi bahasa isyarat yang
ditujukan untuk stasiun televisi yang bertujuan agar televisi segera menggunakan
translasi bahasa isyarat yang dikeluarkan oleh KPI pada tahun 2016 melalui website
resmi KPI Pusat.
Sejalan dengan TVRI, petugas translasi bahasa isyarat di TVONE juga tidak
hanya interpreter saja, namun ada petugas lain yang membantu serta mengawasi
jalannya translasi bahasa isyarat.
“Dalam sehari, ada 2 interpreter yang bertugas bergantian untuk
menteremahkan berita di kabar pagi yang berdurasi 2 jam dan ada 1 analis
yang mengawasi kinerja mereka“64
63 Lampiran. Hlm 151 64 Lampiran. Hlm 123
70
Menurut penjelasan diatas, yang dimaksud dengan analis yaitu Penasehat
Interpreter yang mempunyai tugas untuk mengawasi, mengkritik serta memberi tahu
bahasa isyarat kepada interpreter jika sewaktu – waktu interpreter lupa atau tidak
mengetahui suatu isyarat tertentu.
KPI menambahkan bahwa masalah pembiayaan petugas translasi bahasa
isyarat diserahkan kepada masing – masing stasiun televisi swasta mengingat tidak
memungkinnya persidiaan budget jika semuanya ditanggung oleh pemerintah,
berbeda dengan LPP TVRI yang dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah lewat
Kemensos karena LPP TVRI bagaimanapun juga merupakan Lembaga Penyiaran
Publik dibawah naungan pemerintah. Pihak TVONE juga membenarkan bahwa
persoalan pembiayaan ditanggung sendiri oleh pihak TVONE sebagai penyedia
translasi bahasa isyarat.
“Soal pembiayan itu diserahkan ke masing – masing. Soalnya kalo kita
disuruh menyediakan seluruhnya coba kali 15 TV ya kita nggak ada
budgetnya gitu. Ya anggap aja ini bagian dari responsibilitas mereka ya
terhadap kelompok – kelompok tertentu, anggap aja ini CSR nya mereka gitu
lah”65
Alasan translasi bahasa isyarat digunakan dalam program acara Kabar Pagi TVONE
karena Kabar Pagi merupakan program yang memuat lebih banyak berita dari
program berita lainnya di TVONE. Program kabar pagi tayang dari pukul 04.30 –
07.00 WIB setiap hari.
65 Lampiran. Hlm 152
71
“Kabar pagi merupakan program berita pertama dalam satu hari yang
materi beritanya berisi peristiwa yang belum ditayangkan program lain,
namun juga mereview berita besar yang terjadi kemarin dengan durasi paing
panjang disbanding program lain. Diharapkan pemirsa termasuk penyandang
difabel (tuli) dapat mengetahui informasi lebih banyak melalui kabar pagi”66
Dari hasil wawancara diatas, TVONE mencoba untuk menyajikan bahasa
isyarat untuk program acara yang memuat informasi lebih banyak dari program
lainnya mengingat khalayak tunarungu juga memerlukan asupan informasi yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan informasi yang aktual setiap harinya. Berbeda
dengan apa yang telah TVONE laksanakan dalam penggunaan translasi bahasa
isyarat, harapan KPI mengenai waktu dari program yang menggunakan translasi
bahasa isyarat yaitu pada waktu prime time sehingga banyak dari khalayak tuna rungu
menyaksikan program tersebut.
“Ya, minimal banget mereka menggunakan translasi bahasa isyarat ini di jam
– jam informasi artinya di program – program berita minimal sekali sehari
jadi setiap hari mereka menayangkan bahasa isyarat minimal di satu
program beritanya mereka”67
Berbeda dengan TVONE, menurut penjelasan Produser Eksekutif Pemberitaan, TVRI
memilih menggunakan translasi bahasa isyarat dalam program Indonesia Malam
karena sudah keputusan dari Kementerian Sosial, dimana Kementerian Sosial
merupakan pihak penyedia petugas translasi bahasa isyarat untuk TVRI.
“Karena kontraknya disitu, kalo kontraknya mau semua ya bisa aja. Semua
program bisa aja, masalahnya apakah ada interpreternya selama 24 bekerja,
66 Lampiran. Hlm 121 67 Lampiran. Hlm 152
72
karena kan capek. Itu seperti bicara, kenapa berita ya karena berita itu
informasi yang sangat penting yang harus disampaikan kepada publik dalam
waktu yang sangat cepat. Ya kalo berita budaya lebih kepada visual. Tapi
sebenernya butuh juga kalo saya pikir, tapi permasalahannya yang tadi,
gimana kontraknya aja”68
Dari hasil wawancara diatas, Pihak TVRI sangat terbuka dengan adanya
translasi bahasa isyarat yang kementerian sosial ajukan serta tidak menutup
kemungkinan jika akan ada tambahan translasi bahasa isyarat di program lainnya.
Pihak KPI juga menjelaskan jika penggunaan translasi bahasa isyarat digunakan pada
banyak program akan sulit.
“karena kalo misalnya setiap berita atau setiap informasi sepertinya agak
sulit terlaksana gitu kan”69
Kesulitan penggunaan translasi bahasa isyarat pada banyak program terletak
pada permasalahan pembiayaan, pihak KPI menjelaskan bahwa pemerintah tidak
mempunyai dana yang cukup untuk membiayai translasi pada seluruh program acara
dan seluruh stasiun televisi di Indonesia.
4.3.2 Proses Pelaksanaan Translasi Bahasa Isyarat
Proses pelaksanaan disini yaitu penjelasan mengenai bagaiamana berjalannya
kegiatan menterjemahkan materi berita televisi kedalam bahasa isyarat. Data yang
68 Lampiran. Hlm 118 69 Lampiran. Hlm 152
73
terkumpul oleh peneliti selama proses wawancara dan observasi, proses pelaksanaan
translasi bahasa isyarat meliputi 3 macam proses yang saling berkaitan diantaranya
pra pelaksanaan (sebelum pelakanaan/on air), pelaksanaan dan pasca pelaksanaan
(setelah on air) translasi bahasa isyarat.
Pra pelaksanaan translasi bahasa isyarat merupakan kegiatan yang dilakukan
sebelum proses menterjemahkan materi berita televisi ke dalam bahasa isyarat
dilaksanakan. TVRI sendiri, kegiatan pra pelaksanaannya yaitu interpreter
mendatangi ruang redaksi/pemberitaan untuk mengambil naskah berita yang akan
ditranslasikan ke dalam bahasa isyarat. Jika interpreter sudah mendapatkan naskah
berita, interpreter langsung menuju studio untuk melakukan tahap selanjutnya. Studio
yang biasanya dipakai untuk syuting program acara Indonesia Malam adalah studio 6
Gedung Pusat Produksi Siaran (GPPS). Dalam hal ini, petugas translasi bahasa
isyarat berada di studio yang sama dengan news anchor.
Gambar 4.13
Studio 6 untuk Interpreter dan News Anchor
Sumber: Dokumentasi Peneliti, Selasa 17 Juli 2017
74
Langkah selanjutnya setelah naskah berita sudah didapatkan yaitu interpreter
mempelajari naskah berita. Proses memperlajari naskah biasanya dilakukan sekitar 20
– 30 menit sebelum proses syuting/on air.
“Mempelajari naskah, kemudian ketika kita langsung on kita juga kalo
misalnya ada kesulitan atau lupa isyaratnya kayak gitu kan ada tandem”70
Interpreter lain juga mengatakan hal yang sama dalam menjelaskan
bagaimana kegiatannya sebelum proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat.
“Biasanya saya membaca naskah, memastikan earphone terpasang dan kalo
ada yang kurang jelas bisa ditanyakan ke PIT. Kalo latihan sih nggak, tapi
paling ngga kita sedikit tahu tentang materi atau berita yang akan
disampaikan malam ini, jadi emang naskah ini mendadak mengambilnya, jadi
bisa dibilang persiapannya kurang karena naskahnya jadinya itu mepet
dengan penayangannya. Mungkin antara 15 sampai 30 menit sebelum on air.
Jadi mempelajari juga kurang efektif juga.”71
70 Lampiran. Hlm 131 71 Lampiran. Hlm 135
75
Gambar 4.14
Saat Interpreter Membaca Naskah Berita di Studio Sebelum On Air
Sumber: Dokumentasi Peneliti, Rabu 25 Juli 2017
Produser eksekutif juga membenarkan bahwa sebelum on air, interpreter
membaca naskah agar mereka dapat memahami dari materi berita yang akan mereka
sampaikan nanti. Proses tersebut tidak dilakukan oleh interpreter sendiri namun
persipan juga dilakukan oleh penasehat interpreter yang bertugas juga.
“Biasanya mereka latihannya disana, di studio 6. Dan itu ada yang
mengawasi, jadi mereka nggak cuma satu, dua orang tiga orang jadi bener –
bener ketat dan nggak sembarangan juga yah”72
Sedikit berbeda dengan TVRI, TVONE memiliki sedikit perbedaan dalam
melaksanakan kegiatan sebelum on air, menurut penjelasan interpreter melalui
72 Lampiran. Hlm 119
76
wawancara, perbedaan terebut terletak dari cara interpreter membaca serta memahami
naskah sebelum proses menterjemahkan materi berita dimulai.
“Kalo yang disini begitu saya dateng jam setengah 4 atau jam 4 saya dandan
habis itu saya absen dan paling kita mempelajari dari monitor yang ada di
ruang redaksi”73
Interpreter menjelaskan bahwa di TVONE ia tidak mendapatkan print out
naskah, berbeda di tempat lain yang biasanya memberikan naskah yang sudah dicetak
untuk dibaca sebelum proses menterjemahkan materi berita ke dalam bahasa isyarat
atau untuk dibaca pada saat commercial break. Interpreter juga menjelaskan biasanya
ia tidak membaca berita secara menyeluruh ketika proses on air belum mulai,
mengingat berita yang begitu banyak serta adanya keterbatasan waktu. Interpreter
biasanya memiliki waktu 15 menit untuk membaca materi berita, memastikan
peralatan termasuk kedalamnya memeriksa kamera serta cahaya.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Produser Program Kabar Pagi yang juga
menjelaskan bahwa sebelum proses menterjemahkan materi berita secara live,
interpreter membaca berita yang akan diterjemahkan saat on air.
“Sebelum syuting Live dilakukan pukul 04.30 WIB, interpreter dipersilahkan
mereview semua berita yang akan ditayangkan, termasuk berkoordinasi
mengenai perangkat yang disediakan. Pada umumnya semuanya sudah
berjalan sesuai sistem yang ada”74
73 Lampiran. Hlm 141 74 Lampiran. Hlm 122
77
Dalam hal ini, sebelum proses menterjemahkan dimulai baik petugas translasi
bahasa isyarat TVRI maupun TVONE tidak dilibatkan dalam rapat redaksi mengingat
mereka bukan bagian dari redaksi pemeberitaan.
“Nggak, mereka nggak ikut karena mereka bukan bagian dari redaksi.
Mereka orang luar yang di hire untuk pelaksanaan SIBI. Kalo SIBI tinggal
dateng dan ngambil. Biasanya satu jam sebelum siaran mereka dateng ke
redaksi“75
Pihak TVONE juga menejelaskan hal yang sama.
“Interpreter tidak langsung mengikuti rapat redaksi kabar pagi”76
Namun hal lain yang dilakukan pihak TVONE sebelum melakukan proses translasi
yaitu melakukan briefing dengan Line Produser yang bertugas, biasanya membahas
mengenai susunan pelaksanaan ditambah membahas mengenai permasalahan teknis.
Proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat merupakan kegiatan
menterjemahkan materi berita di studio, dimana dalam hal ini petugas didalamnya
adalah interpreter, PIT serta tandem. Menurut data yang telah peneliti dapatkan
melalui observasi dan wawancara selama di lapangan, proses pelaksanaan yang
petugas translasi lakukan adalah mendengarkan materi berita melalui earphone yang
telah dipersiapkan sebelumnya dari pihak TVRI kemudian interpreter
menterjemahkan materi berita dari yang ia dengar. Interpreter menjelaskan bahwa
dalam menterjemahkan bahasa isyarat, interpreter hanya menjelaskan pokok pikiran
75 Lampiran. Hlm 118 76 Lampiran. Hlm 122
78
atau inti – inti dari berita yang tertulis dalam naskah berita. Interpreter menjelaskan
bahwa
“Kita kan harus bisa menyimpulkan kalimat, karena nggak semua isyarat di
isyaratin kan kita nggak bisa secepat itu juga. Kita harus bisa menyimpulkan
informasi ke penonton tuh harus sesingkat dan sepaham mungkin”77
Berdasarkan wawancara diatas, Interpreter mencoba untuk mentranslasikan
dengan singkat dan padat dalam mengemas materi berita yang akan disampaikan
melalui bahasa isyarat kepada khalayak tuna rungu agar mereka dapat memahami
secara keseluruhan materi berita tersebut. Pengemasan materi agar singkat dan padat,
interpreter hanya menyampaikan poin – poin penting dari materi berita, dalam kata
lain interpreter tidak menterjemahkan setiap kata dari naskah berita. Interpreter
menjelaskan bahwa kecepatan berbicara dalam membacakan materi berita secara
lisan memiliki tempo waktu yang lebih cepat dibandingkan menterjemahkan
menggunakan bahasa isyarat sehingga interpreter harus dapat menyimpulkan kalimat
berita dengan baik dan sesuai.
“Kalo keterlambatan itu sering karena kita itu mengikuti orang membaca.
Orang membaca itu durasi detik, padahal kita mengisyaratkan per kata, terus
karena SIBI itu memakai awalan akhiran juga jadi kalo membacanya cepat
kita emang ketinggalan. Tapi kadang kita merangkum atau
menyederhanakan”78
77 Lampiran. Hlm 132 78 Lampiran. Hlm 135
79
Selain keterlambatan, kesalahan juga terkadang terjadi dalam menterjemahkan
materi berita ke dalam bahasa isyarat di program Indonesia Malam TVRI.
“Kadang saya melakukan kesalahan dalam menterjemahkan hehe. Ya kita
kalo misalkan salah ya minta maaf dan juga dengan mengulangi. Kalo
keterlambatan itu sering karena kita itu mengikuti orang membaca. karena
anak tuna rungu mereka tuh untuk kata – kata yang sulit atau bahasanya
tinggi ya mereka kurang nangkep, jadi kalo ada kata – kata yang sulit kita
harus cepat mencari sinonim atau persamaan katanya. Jadi untuk
keterlambatan atau ketinggalan itu ada, tapi nggak banyak. Kita ambil inti –
intinya aja supaya anak menangkap apa yang dimaksud dalam berita itu”79
Selain TVRI, interpreter TVONE juga menjelaskan jika terjadi suatu kesalahan
menterjemahkan maka interpreter langsung meminta maaf secara langsung setelah
keselahan tersebut terjadi. Biasanya kesalahan menterjemahkan tidak hanya
disebabkan oleh interpreter, namun kesalahan tersebut biasanya bersumber dari
masalah teknis studio seperti speaker yang kurang jelas sehingga membuat interpreter
sulit mendengar materi berita dengan baik. Produser Kabar Pagi juga menjelaskan
jika terjadi kesalahan maka PIT yang sedang bertugas langsung membantu
memberitahu bahwa isyarat yang interpreter sampaikan tersebut salah sehingga hal
tersebut langsung dapat diperbaiki oleh interpreter saat itu juga.
“Terus kalau terjadi kesalahan ya cepat perbaiki di segmen selanjutnya.
Kalau untuk bahasa asing ketika kita mengerti bahasanya ya kita terjemahin,
kalau tidak ya bilang maaf bahasa asing, dijelaskan”80
79 Lampiran. Hlm 135 80 Lampiran. Hlm 144
80
Proses menterjemahkan materi berita ke dalam bahasa isyarat dilakukan juga
oleh Penasehat Interpreter atau yang biasa disebut PIT. Dalam hal ini, PIT bertugas
memantau, mengkritik serta mambantu memberitahu bahasa isyarat kepada
interpreter jika interpreter lupa atau tidak mengetahui bahasa isyarat dari suatu kata
tertentu.
“Kemudian siap – siap kalau memang nanti kalo ada kalimat yang sulit atau
yang tidak ada isyaratnya itu nanti disampaikan ke PIT, PIT itukan orang
disabilitas. Disabilitas rungu wicara yang memang dia itu tau tentang
isyaratnya gitu loh. Karena kalo ngga ada tandem kita ngomong itu dia kan
ngga denger, otomatiskan kita ngomongnya ke tandem. Misalnya ini
Singapura isyaratnya apa, kalo kita teriak – teriak sama PIT nya kayak tadi
(yang mendampingi saya) dia kan murni rungu wicara jadi kan yang tau
semua isyaratnya dia”81
81 Lampiran. Hlm 131
81
Gambar 4.15
Proses pelaksaan translasi bahasa isyarat TVRI
Sumber: Dokumentasi Peneliti, Selasa 17 Juli 2017
Dari penjelasan interpreter diatas, tandem bertugas sebagai perantara
komunikasi dari interpreter yang sedang bertugas dengan PIT jika sewaktu – waktu di
tengah on air terdapat kata yang interpreter lupa atau tidak tahu bahasa isyaratnya.
Interpreter bertanya kepada tandem lalu tandem menyampaikan pertanyaan yang
interpreter ajukan kepada PIT tentang bahasa isyarat yang interpreter perlukan,
dengan adanya tandem proses komunikasi antara interpreter dengan PIT dapat
dilakukan dengan baik dan cepat mengingat durasi yang sangat cepat dan sedikit.
Interpreter lainnya juga berpendapat akan hal yang sama mengenai PIT.
“Cuman gini kadang kalo ada PIT kadang – kadang kita nemu kata – kata
yang sulit atau mungkin kita lupa isyaratnya disitu waktunya kita berdiskusi
82
atau bertanya kepada PIT Bagaimana sih isyarat ini saya lupa, misalnya
gitu”82
Pada proses pelaksanaan/on air biasanya interpreter bertanya atau berdiskusi
dengan PIT saat commercial break, terdapat waktu kosong 1-2 menit yang akhirnya
mereka gunakan untuk bertanya atau berdiskusi. Biasanya selain interpreter bertanya
mengenai bahasa isyarat yang mereka lupa atau tidak ketahui, PIT juga biasanya
mengkritik interpreter jika terjadi kesalahan dalam menterjemahkan materi berita,
serta selanjutnya PIT langsung memberitahukan bahasa isyarat yang benar yang
seharusnya digunakan oleh interpreter.
“kan kita sudah membawa pengawas sendiri. Kan PIT udah ngawasin kita,
PIT kan rungu wicara sendiri, jadi dia mengawasi kita. Salah ini isyaratnya
gitu, kayak tadi kan kata terendam salah nih isyaratnya. Terus Bangka
Belitung sayakan lupa, kebetulan ini kan tandemnya nggak datang, biasa kalo
Bangka Belitung isyaratnya apa gitu kan. Nanti tandem langsung nanya ke
dia yang rungu wicara gitu. Tapi karena saya tadi dah gini – gini (ngasih
kode) dia kan nggak denger kan jadi ya udah saya pake abjad jari aja karena
saya lupa”83
Dari penjelasan interpreter diatas, saat sedang on air pun ia terkadang lupa
atau tidak tahu bahasa isyarat dari suatu kata tertentu yang akhirnya membuat
interpreter secara mendadak bertanya kepada PIT melalui tandem. Dalam hal ini,
Tandem sangat penting perannya saat proses translasi bahasa isyarat berjalan.
82 Lampiran. Hlm 131 83 Lampiran. Hlm 132
83
Gambar 4.16
PIT dan interpreter berdikusi saat Commercial Break
Sumber: Dokumentasi Peneliti, Selasa 17 Juli 2017
Proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat yang dilakukan oleh TVONE
hampir sama dengan yang biaa dilakukan oleh TVRI. Menurut observasi yang telah
peneliti lakukan, proses menterjemahkan materi berita kedalam bahasa isyarat di
TVONE yaitu dengan mendengarkan materi berita dari Voice Over (VO) melalui
speaker yang disediakan di studio lalu diterjemahkan oleh interpreter ke Bisindo.
“Proses pelaksanaan Bisindo pada program kabar pagi,interpreter bahasa
isyarat menterjemahkan seluruh isi berita, mulai dari lead yang diucapkan
presenter hingga isi berita, baik berita dalam bentuk VO (Voice over) yang
seluruhnya diucapkan presenter, maupun berita berbentuk PKG atau
package, yang sebelumnya melalui proses dubbing. Interpreter ditempatkan
pada studio khusus, dilengkapi monitor dan audio floor yang lengkap dan
jelas”84
84 Lampiran. Hlm 121
84
Gambar 4.17
Interpreter menterjemahkan materi berita ke dalam Bahasa isyarat dan diawasi PIT
Sumber: Dokumentasi Peneliti, Jumat 15 September 2017
Selain itu, dalam mentranslasikan materi berita ke dalam bahasa isyarat
interpreter hanya menterjemahkan pokok pikiran dari materi yang ada. Interpreter
juga menjelaskan lebih baik jika mereka menterjemahkan inti dari materi berita
sehingga mereka mempunyai waktu lebih untuk mengulangnya kembali dari pada
harus menterjemahkan materi berita kata per kata. Jika menterjemahkan kata per kata
sesuai susunan katanya, hal tersebut bisa menjadi SIBI.
“Kalau semua kata – kata diterjemahkan susunan katanya juga nanti bisa
jadi SIBI. Kalai SIBI itu kan pakem sekali kepada ejaan yang disempurnakan,
85
sementara kalau Bisindo ya fleksibel bebas gitu loh tidak tergantung dengan
kata perkata”85
Selanjutnya interpreter juga menjelaskan bahwa interpreter juga harus memiliki
keterampilan lain yaitu dapat menyimpulkan materi berita dengan baik sehingga
khalayak dapat dengan mudah menangkap informasi yang disampaikan.
Sejalan dengan Interpreter TVRI, Interpreter TVONE juga berpendapat yang
sama mengenai PIT yang mendampingi tugas mereka. Interpreter TVONE
dipertengahan on air terkadang lupa bahasa isyarat dari suatu kata tertentu sehingga
interpreter langsung bertanya melalui tandem mengenai bahasa isyarat kepada PIT.
Dalam hal ini baik PIT maupun tandem harus selalu bersedia dan sigap jika sewaktu
– waktu interpreter membutuhkan bantuan terjemahan, mengingat durasi yang
mereka miliki sangat cepat dan sedikit.
“Jadi kalau misalkan ada kata – kata yang tidak saya mengerti on the spot
pada tayangan berlangsung saya tanyakan tandem saya, tandem itu artinya
interpreter yang tidak tugas pada saat itu, nanti dia akan sampaikan ke PIT.
Atau kalau seandainya memang PIT nya sendiri tidak ada, saya akan eja
pakai abjad jari”86
Dari penjelasan diatas, interpreter mencoba untuk berusaha semaksimal mungkin
dalam menterjemahkan materi berita. Jika sewaktu – waktu PIT tidak sedang bertugas
sehingga tidak ada yang membantu interpreter dalam menterjemahkan, maka
85 Lampiran. Hlm 141 86 Lampiran. Hlm 142
86
interpreter sudah mempersiapkan cara lain dalam menterjemahkan materi berita
dengan menggunakan bahasa isyarat abjad jari.
Gambar 4.18
PIT memberi tahu bahasa isyarat kepada interpreter TVONE
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Produser berita program Kabar Pagi juga memberikan penjelasan yang sama dengan
interpreter mengenai tugas PIT selama proses menterjemahkan materi berita
berlangsung.
“Jika ada materi kata atau kalimat yang sulit maka analis akan memberikan
penjelasan terjemah yang benar. Dengan begitu, kesalahan saat on air dapat
dihindarkan. Namun jika terjadi kesalahan, maka analis yang berada di
studio saat siaran, langsung memberikan arahan atau terjemahan isyarat
yang benar pada interpreter”87
87 Lampiran. Hlm 123
87
Hal tersebut diungkapkan mengingat program Kabar Pagi merupakan program
Live yang tidak mempunyai kesempatan untuk mengulang sehingga dalam
menterjemahkan materi berita harus dilakukan dengan sebaik mungkin serta
kesalahan seminimal mungkin. Selanjutnya Interpreter TVONE juga mengungkapkan
bahwa selain interpreter yang mengawasi tugas mereka sehari – hari terdapat
penasehat dari luar yang ikut mengawasi kinerja mereka. Pengawasan tersebut
dilakukan untuk menjamin bahwa kinerja mereka dalam menterjemahkan materi
berita baik. Dengan begitu khalayak dapat mudah memahami berita yang
disampaikan oleh interpreter.
Tahap terakhir dalam proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat yaitu
evaluasi. petugas translasi baik interpreter, Penasehat interpreter, serta pengawas
melakukan evaluasi terhadap tugas yang telah mereka lakukan. Evaluasi merupakan
hal yang penting dalam hal ini, dengan adanya evaluasi maka masing – masing pihak
yang bertugas dapat menilai satu sama lain bagaimana kinerja mereka selama
bertugas. Selain itu, dengan adanya evaluasi antara satu dengan lainnya dapat menilai
serta memberikan masukan positif yang akhirnya dapat membuat proses pelaksanaan
bahasa isyarat menjadi lebih baik untuk kedepannya. Proses evaluasi di LPP TVRI
tidak terjadwal dengan jelas, mereka biasanya melakukan evaluasi di waktu – waktu
tertentu yang telah mereka sepakati sebelumnya.
88
“Kalo evaluasi mungkin secara intern sama teman – teman grup SIBI. Tapi
kita ada juga sih evalusi dari gabungan, ada dari SIBI, dari Bisindo, dari
Kemensos, dari KPI. Udah pernah beberapa kali”88
Namun pendapat berbeda diutarakan oleh interpreter lainnya, ia mengatakan
bahwa tidak pernah mengikuti kegiatan evaluasi selama ini.
“Tidak pernah mengikuti evaluasi”(Suminah, Interpreter SIBI TVRI).
Kemensos menjelaskan bahwa evaluasi translasi bahasa isyarat juga dilakukan
dengan pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat,
diantaranya LPP TVRI, Interpreter, PIT serta petugas translasi lainnya.
“Kita adakan pertemuan dengan TVRI ya khususnya yah yang menayangkan
itu, kita ada evaluasi apa kendala, yah masalah – masalah yang sering terjadi
di lapangan. Misalnya kadang sound nya nggak bunyi, ya teknis teknis aja
lah. Dengan TVRI dengan interpreternya juga begitu juga dengan PIT dan
dengan komunitas rungu wicaranya, biar ada feedback dari merekanya
juga”89
Menurut penjelasan diatas, evaluasi mengenai teknis pelaksanaan di studio
seperti masalah sound juga menjadi sangat penting karena adanya kesalahan teknis
akan mempengaruhi kinerja interpreter dalam menterjemahkan materi berita,
mengingat sound/speaker adalah satu – satunya media yang digunakan interpreter
untuk mendapatkan rekaman berita yang akan disampaikan kepada khalayak.
Mengenai kegiatan evaluasi, interpreter TVONE menjeaskan bahwa sampai saat ini
88 Lampiran. Hlm 137 89 Lampiran. Hlm 129
89
petugas translasi bahawa isyarat belum pernah melakukan evaluasi rutin untuk
menilai kinerja interpreter, mengingat di TVONE kegiatan translasi bahasa isyarat
baru dilaksanakan selama 2 bulan yaitu sejak agustus dan September.
“Kalau disini belum, yang di TV ONE ini kita belum menemukan format
evaluasinya seperti apa”90
Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan, kritik serta penilaian yang
dilakukan oleh Penasehat Interpreter langsung diutarakan saat proses
menterjemahkan materi berita di studio saat on air. Hal tersebut merupakan evaluasi
singkat yang dilakuan petugas translasi dengan tujuan yang sama yaitu memperbaiki
kinerja interpreter dalam bertugas. Berikut alur proses pelaksanaan translasi bahasa
isyarat TVOne dan TVRI:
Gambar 4.19
Alur Pelaksanaan Translasi Bahasa Isyarat TVONE dan TVRI
90 Lampiran. Hlm 143
TVOne Interpreter
mempelajari naskah
dari layar studio
Interpreter diskusi
dan bertanya
kepada PIT
Menterjemahkan
materi berita
PIT
mengkritik/member
itahu kelasalahan
interpreter
(commercial break)
Interpreter diskusi
dan bertanya
kepada PIT
(commercial break)
Belum ada format
evaluasi
90
Sumber: Peneliti
4.3.3 Tanggapan Khalayak tentang Penggunaan Translasi Bahasa Isyarat di
Televisi
Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur
khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi
sangat ditentukan oleh khalayak. Khalayak dalam studi komunikasi bisa berupa
individu, kelompok dan masyarakat. Menjadi tugas seorang komunikator untuk
mengetahui siapa yang akan menjadi khaayaknya sebelum proses komunikasi
berlangsung.91 Dalam hal ini khalayak yang dimaksud adalah khalayak tunarungu
yang secara khusus menerima informasi dari suatu program acara menggunakan
bahasa isyarat melalui interpreter. Tanggapan khalayak merupakan hal yang penting
dalam proses menyampaikan informasi, dengan adanya tanggapan khalayak maka
91 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008, hal 157
TVRI Interpreter
mengambil naskah
di ruang redaksi
Interpreter
membaca/memaha
mi naskah berita
Interpreter diskusi
dan bertanya
kepada PIT
Menterjemahkan
materi berita
PIT
mengkritik/member
itahu kelasalahan
interpreter
(commercial break)
Interpreter diskusi
dan bertanya
kepada PIT
(commercial break)
Interpreter membaca
naskah berita
(commercial break)
Evaluasi internal
91
televisi dapat mengetahui bagaimana kinerja mereka selama ini dalam melaksanakan
translasi bahasa isyarat.
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan melalui wawancara dan observasi
yang telah peneliti lakukan, khalayak mengungkapkan tanggapan mengenai translasi
bahasa isyarat dengan tanggapan yang hampir sama. Peneliti mewawancarai khalayak
dari masing – masing program yaitu khalayak program Indonesia Malam TVRI
dengan menggunakan bahasa isyarat SIBI dan khalayak program Kabar Pagi TVONE
dengan menggunakan bahasa isyarat Indonesia (Bisindo). Pada umumnya khalayak
mengungkapkan bahwa mereka mengerti keseluruhan bahasa isyarat yang
diperagakan oleh interpreter, khalayak mengungkapkan mereka hanya mengerti
sedikit atau sebagian dari bahasa isyarat yang digunakan interpreter.
“Lumayan ngerti, tapi tidak keseluruhan. Karena layarnya terlalu kecil jadi
saya susah melihat”92
Dari hasil wawancara diatas, khalayak tunarungu menginginkan layar yang
lebih besar sehingga khalayak lebih mudah untuk melihat gerakan isyarat yang
interpreter peragakan. Namun, pihak Kemensos sebagai penyedia petugas bahasa
isyarat mengungkapkan bahwa ukuran layar isyarat terebut sudah standar yang
dipakai untuk televisi.
“Kritik sarannya layar interpreternya terlalu kecil. Tapi itu udah standarnya
televisi”93
92 Lampiran. Hlm 146
92
Muhammad Imam, khalayak Indonesia Malam mengungkapkan harapannya yaitu ia
menginginkan translasi bahasa isyarat diterapkan di program lain, sehingga
penerapannya tidak hanya pada program berita saja. Mengingat banyak program
televisi lain yang mengandung unsur informasi dan edukasi seperti program
keagamaan, talkshow, politik serta program informatif lainnya.
“Maunya banyak, setiap ada berita ada isyaratnya. Film juga perlu ada
isyaratnya, karena film juga ada nasehat jadi tuna rungu perlu tau”94
Berbeda dengan pernyataan Nanda Afrieza khalayak program Kabar Pagi
TVONE, ia mengungkapkan bahwa beberapa berita di kabar pagi isyaratnya mudah
dipahami namun terkadang berita lain isyaratnya sulit dipahami. Nanda juga
menjelaskan ia tidak memahami suatu gerakan isyarat dalam program Kabar Pagi
karena setiap wilayah di Indonesia mempunyai isyarat yang berbeda – beda, sehingga
jika interpreter yang bertugas berasal dari daerah Jakarta maka khalayak dari daerah
lain sulit memahami isyarat yang diperagakan. Meskipun sebenarnya masih terdapat
gerakan yang sama sehingga Nanda masih bisa sedikit memahami informasi yang
disampaikan oleh interpreter.
“Jadi kadang saya tidak paham secara keseluruhan, kadang hanya tau
beberapa kata aja. Beberapa berita juga isyarat yang disampaikan kurang
komplit”95
93 Lampiran. Hlm 129 94 Lampiran. Hlm 146 95 Lampiran. Hlm 147
93
Nanda juga berharap jika Bisindo bisa diterapkan di banyak program televisi,
mengingat ia juga butuh informasi dari program lain selain berita. Nanda juga
mengungkapkan harapan lain yaitu adanya teks bahasa Indonesia di program televisi
yang bentuknya close caption, karena jika hanya memakai bahasa isyarat tidak semua
tunarungu memahami bahasa isyarat, terlebih setiap wilayah menggunakan bahasa
isyarat yang berbeda – beda.
“Aku juga berharap ada teks bahasa Indonesia di sinetron – sinetron dan
acara lain. Dan sebenarnya aku lebih memilih pake teks karena isyarat
berbeda beda setiap wilayah. Jadi kurang paham kalo bukan dari wilayah
asal si pelaku isyarat”96
Namun mengenai harapan nanda tentang penggunaan teks bahasa Indonesia di
program televisi, Komisi Penyiaran Indonesia menjelaskan bahwa penggunaan teks
bahasa Indonesia/close caption untuk saat ini sulit diterapkan dalam program acara
televisi.
“Kalo misalnya mereka kalo kesulitan untuk translasi bahasa kan sebetulnya
ada alternatif yang lain misalnya dengan close caption kayak teks gitu, tapi
muncul ketika pembawa acara menyampaikan beritanya, tetapi kemarin sih
arahnya televisi malah justru sulit kalo harus melakukan itu, karena itukan
pake alat khusus yang peralatannya itu cukup mahal gitu, nah dari pada itu
yang mungkin lebih baik pake translasi bahasa isyarat. Saya pikir apapun lah
ya, yang penting ini bisa dipake kemudian bisa menyediakan pemenuhan hak
–hak untuk kaum difabel jadi mereka bisa juga mendapatkan informasi
penting yang sedang terjadi di seluruh Indonesia”97
96 Lampiran. Hlm 147 97 Lampiran. Hlm 153
94
4.4 Pembahasan
4.4.1 Translasi bahasa isyarat dalam program berita di TVOne dan
TVRI
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan.98 Kebijakan dalam hal ini adalah
keputusan dari stasiun televisi yang menggunakan SIBI dan Bisindo sebagai upaya
untuk mentranslasikan materi berita televisi yang disampaikan oleh
interpreter/penerjemah kepada khalayak tunarungu. Berdasarkan hasil temuan di
lapangan, kebijakan TVOne yang digunakan untuk kegiatan translasi bahasa isyarat
tidak murni keputusan media, tetapi keputusan terebut merupakan arahan Komisi
Penyiaran Indonesia. Sehingga dalam hal ini, KPI mengarahkan atau menghimbau
TVOne untuk menggunakan translasi bahasa isyarat minimal pada 1 program acara
setiap harinya dan TVOne memilih untuk menerapkan hal tersebut pada 1 program
berita setiap harinya, yaitu pada program kabar pagi. Dalam hal ini, KPI memiliki
peran yang cukup besar dalam penggunaan translasi bahasa isyarat dalam program
berita di televisi swasta Indonesia.
Selain karena arahan KPI, TVOne menggunakan translasi bahasa isyarat
dalam program beritanya sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab media
terhadap seluruh khalayak televisi, tidak terkecuali khalayak yang membutuhkan cara
khusus melalui interpreter Bisindo yaitu khalayak tunarungu. Menurut penulis, hal
98 Kamus Besar Bahasa Indonesia
95
tersebut masih kurang dalam menyediakan translasi bahasa isyarat, karena TVOne
baru menggunakan translasi bahasa isyarat setelah ada himbauan dan arahan dari
KPI. Selain itu, penggunaan tranlasi yang hanya pada 1 program berita saja masih
kurang untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi khalayak tunarungu. Namun jika
dilihat dari waktu penggunaan translasi bahasa isyarat yang baru 5 bulan, hal tersebut
merupakan langkah awal yang baik bagi TVOne untuk melakukan penyediaan
translasi bahasa isyarat. Setidaknya TVOne mulai membuka jalan baru bagi
penyandang tunarungu untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi.
Berbeda dengan TVRI, kebijakan TVRI dalam menggunakan translasi bahasa
isyarat yang didanai atau disediakan petugas translasinya oleh pemerintah melalui
Kemensos, maka TVRI hanya menyediakan program acaranya, sehingga yang
bertugas melakukan translasi merupakan petugas yang langsung ditunjuk oleh
Kemensos. Begitu juga dengan penyediaan translasi TVRI yang dilakukan oleh
pemerintah melalui Kemensos masih minim karena Kemensos sampai saat ini baru
menyediakan tenaga translasi untuk 1 program saja yaitu Indonesia malam. Berbeda
dengan TVOne, perbedaan tersebut terletak pada bahasa isyarat yang digunakan
dalam program Indonesia malam. TVRI menggunakan 1 bahasa lain yaitu SIBI, SIBI
merupakan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia yang menjadi bahasa legal keluaran
pemerintah. Sejalan dengan TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang berada
dalam naungan pemerintah, maka TVRI menggunakan SIBI sebagai isyarat lain
selain Bisindo.
96
Penulis melihat mengenai kebijakan dalam memilih isyarat yang digunakan
sebagai bahasa pengantar materi berita, baik TVOne maupun TVRI yang
penyediaannya dilakukan oleh Kemensos sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan
oleh khalayak tunarungu. TVOne dan TVRI menggunakan Bahasa Isyarat Indonesia
atau yang biasa disebut Bisindo untuk menjadi bahasa terjemahan materi berita, hal
tersebut sesuai dengan apa yang peneliti ketahui melalui wawancara dan observasi
bahwa khalayak tunarungu menggunakan Bisindo untuk melakukan kegiatan
komunikasi sehari – hari. Meskipun terdapat kesesuaian penggunaan Bisindo oleh
TVOne dan TVRI dengan penggunaan Bisindo sebagai bahasa komunikasi sehari –
hari khalayk tunarungu, namun menurut peneliti Bisindo yang digunakan dalam
menterjemahkan materi berita memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut terletak pada
beragamnya Bisindo di Indonesia, menurut data yang peneliti dapatkan bahwa setiap
kota di Indonesia memiliki jenis Bisindo yang berbeda – beda, sehigga terjadi ketidak
sesuaian jenis Bisindo yang digunakan dalam program berita baik TVOne dan TVRI.
Menurut khalayak tunarungu, mereka tidak dapat memahami apa pesan atau
informasi yang disampaikan oleh interpreter secara utuh. Hal tersebut karena
khalayak yang berasal dari kota Serang dan khalayak lain yang berasal dari provinsi
Jawa Timur menonton berita dengan interpreter yang berada di wilayah Jakarta.
Menurut peneliti hal tersebut yang seharusnya dapat diperbaiki guna memudahkan
khalayak tunarungu untuk dapat dengan mudah memahami pesan dan informasi yang
disampaikan televisi melalui interpreter. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses
komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya
97
suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Menjadi tugas seorang
komunikator untuk mengetahui siapa yang akan menjadi khalayaknya sebelum proses
komunikasi berlangsung.99 Karena khalayak merupakan hal yang penting bagi proses
komunikasi massa, dengan adanya khalayak maka keberhasilan interpreter dalam
menterjemahkan materi berita ke dalam bahasa isyarat dapat diketahui, apakah pesan
yang disampaikan dapat dipahami oleh khalayak.
Proses adalah rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang
menghasilkan suatu produk.100 Proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat merupakan
kegiatan menterjemahkan materi berita di studio, dimana dalam hal ini petugas
didalamnya adalah interpreter (peraga bahasa isyarat), Penasehat Interpreter (PIT),
serta tandem. Mengenai proses pelaksanaan, penulis menilai bahwa pelaksanaan
translasi bahasa isyarat dalam program berita baik di TVOne dan TVRI
membutuhkan beberapa petugas yang tentunya saling berkaitan satu sama lain guna
lancarnya proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat. Penulis melihat bahwa terdapat
beberapa tahap yang dilakukan interpreter dalam melaksanakan proses pelaksanaan
translasi bahasa isyarat. Proses tersebut diantaranya pra pelaksanaan, pelaksanaan dan
pasca pelaksanaan.
Proses awal yaitu sebelum petugas translasi melakukan terjemahan materi
berita di dalam studio, proses ini digunakan interpreter untuk membaca naskah,
berdiskusi dengan PIT dan mempersiapkan peralatan yang akan digunakan ketika on
99 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008, hal 157 100 Kamus Besar Bahasa Indonesia
98
air. Petugas translasi di TVRI mendapatkan printout naskah berita yang diambil
langsung ke ruang redaksi pemmberitaan, namun TVOne tidak mendapatkan printout
naskah berita dari ruang redaksi sehingga saat sebelum proses pelaksanaan translasi
dimulai petugas interpreter membaca naskah dari layar studio. Menurut peneliti,
petugas translasi yang tidak mendapatkan printout naskah akan sedikit membuat
interpreter merasa sulit karena tidak dapat membaca naskah berulang – ulang.
Seharusnya ketika sebelum on air menjadi bagian yang penting untuk mempersiapkan
materi dengan baik, artinya interpreter membaca dan memahami poin – poin yang
akan disampaikan. Selain itu, naskah yang ada dapat dibaca kembali ketika
commercial break.
Selain membaca naskah, sebelum melakukan proses terjemahan materi berita,
penulis melihat interpreter melakukan diskusi diantaranya tanya jawab seputar naskah
berita yang pada saat itu terdapat kata – kata yang sulit dipahami atau terasa asing
bagi interpreter, pada saat inilah interpreter dapat bertanya kepada PIT mengenai
isyarat yang kurang jelas. Selain itu PIT dapat memberi masukan kepada interpreter.
Selanjutnya interpreter memakai peralatan yang akan digunakan ketika on air, yaitu
handsfree yang digunakan untuk mendengarkan naskah secara audio ketika proses
menterjemahkan sedang berlangsung. Penulis melihat bahwa proses ini menjadi
penentu suksesnya proses pelaksanaan translasi materi berita.
Proses selanjutnya yaitu pelaksanaan translasi materi berita ke dalam bahasa
isyarat, dalam proses ini berdasarkan hasil yang penulis temukan di lapangan bahwa
99
tidak secara keseluruhan interpreter menterjemahkan materi berita. Arti tidak secara
keseluruhan disini adalah interpreter tidak menterjemahkan satu persatu kata naskah
berita yang didengarnya, tetapi hanya menyampaikan poin – poin penting dari berita
yang tayang pada saat itu. Menurut peneliti, hal ini cukup baik untuk dilakukan
mengingat keterbatasan yang dimiliki khalayak tunarungu yaitu minimnya kosa kata.
Dengan hal tersebut, interpreter mencoba untuk menyederhanakan materi berita
sehingga khalayak tunarungu dapat memahami dengan baik informasi yang
disampaikan.
Proses terakhir yaitu pasca pelaksanaan, dimana dalam hal ini adalah evaluasi.
Evaluasi sangat penting bagi proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat, evaluasi
dapat menilai tingkat keberhasilan translasi bahasa isyarat yang telah dilaksanakan.
Selain itu, evaluasi dapat digunakan sebagai ajang untuk saling menilai performa
antara petugas translasi bahasa isyarat. Bagi TVRI evaluasi dilakukan secara internal
hanya dengan sesama petugas translasi, namun bagi TVOne sampai saat ini belum
ada kegiatan evaluasi. Karena evaluasi mempunyai dampak yang baik untuk
meningkatkan performa dan kualitas petugas interpreter, maka menurut penulis
TVOne sudah seharusnya mulai untuk merancang format evaluasi agar kualitas
translasi dapat meningkat ke arah yang lebih baik
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai translasi bahasa isyarat
dalam program siaran televisi di Indonesia, peneliti menyimpulkan berdasarkan
pengumpulan dan analisis data yang telah peneliti lakukan adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan TVONE dalam menggunakan translasi bahasa isyarat
merupakan arahan dari Komisi Penyiaran Indonesia serta hal tersebut
merupakan salah satu bentuk kepedulian media dan pemerintah terhadap
penyandang tunarungu. Berbeda dengan kebijakan TVONE, TVRI yang
menggunakan translasi bahasa isyarat sesuai dengan kontrak kerja sama
antara Kementerian Sosial Republik Indonesia dan juga sebagai peran
TVRI ebagai TV Publik untuk menyajikan informasi kepada masyarakat
dari berbagai kalangan termasuk dari kalangan disabilitas.
2. Proses pelaksanaan bahasa isyarat di TVONE dan TVRI mempunyai
tahapan yang sama yaitu melakukan persiapan dengan membaca naskah
materi berita yang akan diterjemahkan ke dalam bahasa isyarat, lalu
interpreter menterjemahkan materi berita dengan mendengarkan naskah
melalui earphone dan speaker studio. Proses pelaksanaan setiap harinya
101
dipantau serta didampingi Penasehat interpreter yang bertugas mengkritik
serta membantu memberitahu bahasa isyarat kepada interpreter jika
sewaktu – waktu interpreter lupa atau tidak mengetahui isyarat dari kata
tertentu.
3. Tanggapan dari khalayak tunarungu untuk program Kabar Pagi TVONE
bahwa isyarat yang digunakan tidak seluruhnya dipahami, hal tersebut
karena bahasa isyarat (Bisindo) yang digunakan setiap daerah di Indonesia
berbeda – beda. Serta khalayak juga berharap penggunaan Biindo di
TVONE diterapkan di program lain dan ditambah dengan teks bahasa
Indonesia/close caption. Berbeda dengan khalayak TVRI yang
mengungkapkan bahwa ia tidak mengerti keseluruhan isyarat yang
digunakan interpreter karena kotak SIBI di layar televisi terlalu kecil
sehingga sulit dilihat serta khalayak TVRI juga mengungkapkan
harapannya bahasa isyarat dapat digunakan oleh program televisi selain
berita.
5.2 Saran
Peneliti membuat beberapa saran yang diharapakan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dan perbaikan bagi pihak yang sudah menggunakan translasi bahasa
isyarat (SIBI dan Bisindo), pihak penyedia translasi bahasa isyarat yaitu Kementerian
Sosial Republik Indonesia serta pihak yang belum menggunakan translasi bahasa
isyarat dalam program siarannya. Berikut saran – saran yang peneliti buat:
102
5.2.1 Saran Praktis
Hasil penelitian yang dilakukan mengantarkan peneliti untuk membuat saran
praktis berupa:
1. Penggunaan translasi bahasa isyarat sebaiknya diterapkan juga di lembaga
penyiaran swasta yang sampai saat ini belum semua media swasta
menggunakan translasi bahasa isyarat dalam program siarannya
2. Penggunaan translasi bahasa isyarat tidak hanya diterapkan pada 1 (satu)
program siaran saja, namun penggunaan translasi bahasa isyarat seharusnya
pada banyak program. Seperti pada seluruh program berita, keagamaan,
politik serta program informatif lainnya.
3. Ditetapkan sanksi bagi stasiun televisi yang tidak menggunakan translasi
bahasa isyarat dalam program siarannya.
4. Pengawasan untuk pihak interpreter seharusnya bisa dapat ditingkatkan lagi.
Dengan seringnya interpreter diawasi maka kesalahan yang interpreter
lakukan dapat diminimalisir jumlahnya, sehingga khalayak tunarungu dapat
menerima informasi dengan baik dan maksimal.
5. Mengadakan evaluasi dari pihak pelaksana. Dalam hal ini, Evaluasi sebaiknya
diadakan secara rutin oleh interpreter (peraga) bahasa isyarat baik SIBI dan
Bisindo, pihak penyedia program Indonesia Malam yaitu TVRI serta
Kementerian Sosial Republik Indonesia sebagai penyedia interpreter. Untuk
103
TVONE seharusnya format evaluasi segera disusun agar proses evaluasi dapat
mulai berjalan
6. Mengadakan pertemuan rutin antara pihak penyedia, pelaksana serta khalayak
tuna rungu. Dengan adanya pertemuan rutin, maka dari pihak penyedia dan
pelaksana bisa mendapatkan kritik serta saran dari khalayak tunarungu dan
khalayak tunarungu mendapatkan realisasi dari saran yang telah mereka
ajukan.
5.2.2 Saran Teoritis
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat dan dipergunakan dalam
keperluan keilmuan dalam bidang akademik, dari hasil penelitian yang dilakukan
peneliti menemukan beberapa kelemahan dalam hasil penelitian ini. Sehingga peneliti
menyarankan:
1. Dilakukan penelitian dengan menambahkan informan dari stasiun televisi lain
agar informasi yang didapatkan lebih lengkap
2. Dilakukan penelitian tentang stasiun televisi yang belum menerapkan translasi
bahasa isyarat dalam program siarannya
104
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ardianto, Elvinaro. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa
Rekatama
Ardianto, Elvinaro. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT
Rineka Cipta
Awasilah, Chaedar. 2002. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya
Basrowi dan Suwandi. 2002. Memahami penelitian kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta
Fuad, Anis dan Kandung Sapto Nugroho. 2014. Panduan Praktis Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo
Djamal, Hidajayanto dan Andi Fachrudin. 2011. Dasar – Dasar Penyiaran: Sejarah,
Organisasi, Operasional dan Regulasi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Irawan, Prasetya. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu –
Ilmu Sosial. Depok: Departemen Ilmu Administrasi FISIP Universitas
105
Indonesia
Iskandar, Deddy. 2003. Jurnalistik Televisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Kuswandi, Wawan. 1993. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Kuswandi, Wawan. 2008. Komunikasi Massa (analisis interaktif budaya massa).
Jakarta: PT Rineka Cipta
Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Prenada Media
Grup
Morissan. 2004. Jurnalistik Televisi Mutakhir, Bogor: Ghalia Indonesia
Morissan. 2013. Teori Komunikasi: individu hingga massa. Jakarta: PT Fajar
Interpratama Mandiri
Miles, Mattew B dan A. Michael Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif:Buku
Sumber Tentang Metode – Metode Baru. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia
Mulyana, Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi suatu pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Nazir, Mohammad. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nursih, Isti. 2014. Komunikasi Massa. Yogyakarta: Graha Ilmu
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
106
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Pratiknya. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Silalahi, Ulber.2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung. PT Refika Aditama
Usman Ks. 2009. Television News Reporting and Writing. Bogor: Ghalia Indonesia
Vardiansyah, Dani. 2005. filsafat Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Indeks
Jurnal
Dian Eko Wicaksono, Diyah Fatwati Arifah, Quwwatun Azimah. Studi Komparatif
Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Antara Pengguna Bahasa Isyarat dan
Bisindo
Fajri, Choirul. 2015. Fungsi rajawali citra televisi indonesia (RCTI) dalam
membentuk ruang publik. Channel Vol. 3 No. 1
Febriana, Dina. 2013. Proses produksi program talk show “Redaksi 8” pada televisi
lokal tepian TV Samarinda
Utami, Nadia Wasta. 2015. Gelap dalam gemerlap: Gelapnya akses informasi bagi
difabel dalam gemerlap era digitalisasi. Channel Vol.3 No.2
107
Sumber Internet
Nielsen. Konsumsi Media Lebih Tinggi Di Luar Jawa.
http://www.nielsen.com/id/en/pressroom/2014/nielsen-konsumsi-media-lebih
tinggi-di-luar-jawa.html
Kementerian sosial indonesia. Pelayanan Penyandang Disabilitas Dalam
Menggunakan Berbagai Sarana Aksebilitas
,http://kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=18765
Selingan Bekasi. Jumlah Stasiun Televisi Di Indonesia Capai
394,http://selingan.klikbekasi.co/2015/02/26/jumlah-stasiun televisi-di
indonesia-capai-394
Tribun news. Sosok Penerjemah Bahasa Isyarat Debat
Kandidat,http://wartakota.tribunnews.com/2017/01/25/sosok-penerjemah
bahasa-isyaratdebat kandidat
108
LAMPIRAN
109
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk informan kunci di Televisi Republik Indonesia (TVRI) & TVONE
1. Sejak kapan TVRI/TVONE menggunakan translasi bahasa isyarat?
2. Program apa saja yang menggunakan translasi bahasa isyarat?
3. Bagaimana proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat untuk program di
TVRI/TVONE?
4. Apa yang menjadi pertimbangan TVRI/TVONE menggunakan translasi
bahasa isyarat?
5. Apakah interpreter (penerjemah bahasa isyarat) mengikuti rapat redaksi
sebelum melaksanakan proses pelaksanaan?
6. Dalam tahap persiapan apakah yang dilakukan interpreter?
7. Adakah yang mengawasi interpreter saat menerjemahkan isi program siaran?
8. Apa yang dilakukan jika terjadi kesalahan pada interpreter saat
menerjemahkan isi program siaran?
9. Apakah interpreter melakukan latihan sebelum melaksanakan siaran?.
10. Hambatan yang selama ini terjadi dengan adanya penggunaan Translasi
bahasa isyarat?
11. Ada berapa interpreter yang berada dalam program TVRI?
12. Adakah proses evaluasi yang dilakukan bersama – sama antara crew program
acara dengan interpreter?
110
13. Apakah komunikasi antara crew program siaran dengan interpreter selalu
terjalin dengan baik disetiap akan melaksanakan proses produksi? Apakah
briefing/koordinasi dilakukan setiap akan shooting?
14. Menurut anda apa yang menjadi acuan informasi/pesan tersampaikan dengan
baik dan maksimal kepada khalayak tunarungu?
15. Apa harapan anda mengenai penggunaan SIBI di program siaran
TVRI/TVONE?
111
Untuk Informan Kunci (Interpreter bahasa isyarat)
1. Sejak kapan menjadi interpreter di televisi?
2. Apa yang menjadi bahan pertimbangan anda menjadi interpreter dalam
program acara ini?
3. Dalam program apakah anda bertugas menjadi interpreter?
4. Bagaimana proses anda bekerja?
5. Apakah persiapan yang anda lakukan sebelum melakukan proses shooting?
6. Apakah anda mengikuti rapat redaksi sebelum proses shooting dilaksanakan?
7. Adakah yang mengawasi anda ketika proses penerjemahan berlangsung?
Siapa?
8. Apakah anda melakukan latihan sebelum melakukan penerjemahan?
9. Adakah hambatan yang anda rasakan selama menjadi interpreter dalam
program ini?
10. Apakah anda selalu mengikuti evaluasi setelah program acara selesai?
11. Apakah koordinasi/briefing dilakukan secara rutin sebelum program acara
berlangsung?
12. Pernahkah anda melakukan kesalahan dalam menerjemahkan informasi/pesan
dalam berita?
13. Apa yang anda lakukan ketika anda melakukan kesalahan?
112
Untuk Kementerian Sosial Republik Indonesia
1. Apakah benar Kemensos yang menyediakan Translasi bahsa isyarat untuk
Program Siaran Indonesia Malam di TVRI?
2. Sejak kapan Kemensos Menangani tentang Bahasa isyarat?
3. Apa yang menjadi bahan pertimbangan Kemensos menangani dan
menyediakan SIBI dalam program Indonesia Malam?
4. Siapa yang bertanggung jawab mengadakan penyediaan SIBI?
5. Berapa banyak interpreter yang bertugas untuk program Indonesia malam?
6. Siapa saja yang bertugas untuk menangani SIBI selain interpreter?
7. Dari sekian banyak interpreter Kemensos apa yang menjadi bahan
pertimbangan Kemensos untuk menempatkan interpreter A untuk bertugas di
program Indonesia malam?
8. Apakah selama ini hanya TVRI yang diberi penyediaan interpreter?
9. Sejak kapan terjadi perjanjian diadakan SIBI untuk TVRI?
10. Seperti apakah perjanjian yang dilaksanakan?
11. Apakah ada hambatan selama ini dalam proses pelaksanaan SIBI?
12. Apakah selama ini Kemensos pernah/rutin mengadakan dengar pendapat
dengan pihak TVRI, Televisi swasta dan khalayak tuna rungu wicara?
13. Apakah interpreter diberikan pelatihan? Sebelum dan sesudah bekerja menjadi
interpreter Kemensos?
113
14. Apakah selama ini ada kritik dan saran khususnya dari khalayak tuna yang
ditujukan kepada Kemensos?
15. Apakah ada langkah lanjutan Kemensos untuk menyediakan interpreter SIBI
untuk program acara lain di TVRI atau televise swasta?
16. Apakah Kemensos selalu mengadakan koordinasi/briefing sebelum interpreter
melaksanakan tugas di Indonesia malam TVRI?
17. Adakah perubahan SIBI yang terjadi sejak pertama kali dimunculkan hingga
saat ini?
18. Apa harapan Kemensos dengan penggunaan SIBI ditelevisi?
114
Untuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat
1. Televisi mana saja yang sampai saat ini menggunakan SIBI?
2. Sejak kapan tercetus televisi untuk menggunakan SIBI?
3. Apakah payung hukum mengenai penggunaan SIBI belum ada?
4. Di perjanjian perpanjangan izin siar terdapat perjanjian mengenai diharuskan
menggunakan bahasa isyarat dalam salah satu dari 7 butir perjanjian,
bagaimana dengan itu?
5. Yang menyediakan lembaga penyiaran sendiri atau dari pemerintah?
6. Apa harapan KPI mengenai translasi bahasa isyarat di televisi?
7. KPI pernah mengeluarkan himbauan mengenai translasi bahasa isyarat kepada
semua media, apa tujuan himbauan tersebut/atas dasar apa?
115
Untuk Informan Pendukung Khalayak Tuna Rungu TVRI & TVONE
1. Dalam kehidupan sehari – hari apa jenis bahasa isyarat yang anda gunakan?
SIBI atau Bisindo?
2. Sejak kapan anda menonton program Indonesia Malam/Kabar Pagi?
3. Berapa sering anda menonton program Indonesia Malam di TVRI/Kabar
Pagi?
4. Menurut anda bagaimana bahasa isyarat yang digunakan dalam program
Indonesia Malam?
5. Apa kesulitan yang anda rasakan dalam menangkap informasi dari program
Indonesia Malam?
6. Apakah anda mengerti dengan pesan yang disampaikan oleh interpreter?
7. Apa harapan anda kepada media massa yang sudah dan belum menggunakan
translasi bahasa isyarat?
116
PEDOMAN OBSERVASI
Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan peneliti yaitu mengamati
proses pelaksanaan dari tahap persiapan, pelaksanaan hingga proses evaluasi dari
translasi bahasa isyarat. Tujuan dari pelaksanaan observasi ini untuk mendapatkan
gambaran proses pelaksanaan secara nyata dan jelas sehingga peneliti dapat
memahami dengan baik bagaimana proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat itu
sendiri. Selain itu, dengan adanya observasi peneliti dapat mencatat serta
menanyakan hal – hal yang belum peneliti mengerti serta meminta penjelasan
mengenai hal – hal yang menunjang penelitian.
Aspek – aspek yang diteliti:
1. Lokasi proses Translasi Bahasa Isyarat (LPP TVRI & TVONE)/lokasi
interpreter bekerja
2. Mengamati siapa saja yang berperan dalam proses translasi bahasa isyarat
3. Proses latihan interpreter
117
Transkrip Wawancara
informan kunci (key informan) Televisi Republik Indonesia (TVRI)
Informan : Muhammad Yusuf S.Sos,. M.IKom (Produser Eksekutif
Pemberitaan TVRI)
Waktu : Selasa, 18 Juli 2017 Pukul 15.00 – 15.30 WIB
P: Sejak kapan TVRI menggunakan translasi bahasa isyarat (SIBI)?
N: Gini, Bahasa isyarat di TVRI itu ada kerjasama antara TVRI dengan
Kementerian Sosial dan itu juga sebenarnya adalah bagian dari peran TVRI
sebagai TV publik untuk menyajikan informasi kepada masyarakat dari
berbagai kalangan termasuk dari kalangan disabilitas dalam hal ini adalah
tuna rungu. Mulai digunakan ketika konsep itu mulai digunakan dan saat
inipun masih berjalan. Untuk tahun persisnya saya lupa karena saya masuk
kesini aja udah mulai, jadi memang udah lama banget, terus sempet vacum
karena diskontrak.
P: Program apa saja yang menggunakan SIBI?
N: Untuk sampai saat ini Indonesia malam aja, karena kontraknya Cuma
Indonesia malam aja. Mungkin sekitar tahun 2000an. Tapi ada program
tertentu, misalnya gini KPU mengadakan press conference mengadakan hasil
dari pleno pemilu, itu biasanya pake SIBI, jadi menggunakan SIBI kemensos.
Nah kemudian ada lagi misalnya permintaan dari lembaga atau kementerian
tertentu ketika ada kegiatan itu kita pake, tapi kalo misalkan nggak ada
yaudah kita nggak pake. Tapi kalo di TVRI hanya di Indonesia Malam
sementara ini
P: Bagaimana proses pelaksanaan SIBI untuk program di TVRI?
N: Oh ya yang jelas begini, karena kerjasamanya sudah berlangsung cukup lama
jadi petugas SIBI dateng kesini langsung ambil naskah kemudian dia
membaca dan langsung menginterpretasikan naskah itu. Kalo kemudian ada
live cross ada banjir dari Belitung atau kecelakaan dari papua ya biasanya apa
yang dia bisa baru diterjemahkan karena kan sifatnya live, nggak bisa
118
diinterpretasikan secara cepat. Jadi pelaksanaannya udah rutin jadi ya udah
tinggal jalan
P: Apa yang menjadi pertimbangan TVRI sehingga kebijakan mengenai
penggunaan SIBI diterapkan?
N: Ya pertimbangannya ya TVRI adalah TV publik, TV publik yang
mengedepankan kepercayaan publik. Publik yang mana? Publik yang mana
aja. Masyarakat yang menderita tuna rungu. Mereka kecil persentasenya tapi
mereka bagian dari masyarakat Indonesia yang harus diberikan haknya dalam
memenuhi informasi
P: Apakah interpreter (penerjemah bahasa isyarat) mengikuti rapat redaksi
sebelum melaksanakan proses produksi?
N: Nggak, mereka nggak ikut karena mereka bukan bagian dari redaksi. Mereka
orang luar yang di hire untuk pelaksanaan SIBI. Kalo SIBI tinggal dateng dan
ngambil. Biasanya satu jam sebelum siaran mereka dateng ke redaksi
P: Dalam tahap persiapan apakah yang dilakukan interpreter?
N: Dia membaca, dia menyimak ketika ada sesuatu yang nggak jelas ditanya
keredaksi. Jadi kita sama – sama mengingatkan, ketika mereka nggak tau kita
ingatkan kata – katanya sehingga mereka punya padanan kata yang pas untuk
diucapkan. Mungkin ada kalimat – kalimat serapan bahasa asing yang mereka
belom tau, ya itukan pasti mereka punya trik untuk menjelaskan dan dicari
padanan kata yang pas untuk disampaikan pada publiknya
P: Mengapa penggunaan SIBI hanya pada program berita?
N: Karena kontraknya disitu, kalo kontraknya mau semua ya bisa aja. Semua
program bisa aja, masalahnya apakah ada interpreternya selama 24 bekerja,
karena kan capek. Itu seperti bicara, kenapa berita ya karena berita itu
informasi yang sangat penting yang harus disampaikan kepada publik dalam
waktu yang sangat cepat. Ya kalo berita budaya lebih kepada visual. Tapi
sebenernya butuh juga kalo saya piker, tapi permasalahannya yang tadi,
gimana kontraknya aja. Sekarang juga Kemensos sepertinya anggarannya
udah ngga ada nih, lagi di bahas mekanismenya. TVRI, Kominfo, KPI,
Kemensos seperti apa supaya ada jalan keluar. Tapi saya pikir pasti dilakukan
dengan cepat lah
119
P: Siapa yang bertanggung jawab mengenai penggunaan SIBI?
N: Ya kalo yang bertanggung jawab dari pihak Kemensos, kalo di TVRI kan
hanya provider aja menyiapkan. Kita menyiapkan layar, kalo kontennya ya
orang SIBI nya
P: Adakah yang mengawasi interpreter saat menerjemahkan isi program
siaran?
N: Kalangan mereka ada yang mengawasi, TVRI mengawasi dari segi
pelaksanaan siaran. Jika nanti ada gangguan pasti dibenerin kan, tapi kalo
substansi konten ngga ada kita, karena bukan domain kita
P: Apa yang dilakukan jika terjadi kesalahan pada interpreter saat
menerjemahkan isi program siaran?
N: Pasti teguran lah, teguran lisan, teguran tertulis. Tapi selama ini nggak
peernah ada, dan itu biasanya interpreter yang dipake disini orangnya pasti
yang kredibel, nggak mungkin pake yang abal – abal dan mereka pasti udah
diseleksi disana
P: Apakah interpreter melakukan latihan sebelum melaksanakan siaran?
N: Biasanya mereka latihannya disana, di studio 6. Dan itu ada yang mengawasi,
jadi mereka nggak cuma satu, dua orang tiga orang jadi bener – bener ketat
dan nggak sembarangan juga yah
P: Hambatan yang selama ini terjadi dengan adanya penggunaan SIBI?
N: Hambatan itu kalo saya bilang tadi di durasi ya kendalanya. Artinya kenapa
cuman berita Indonesia malam, harusnya di program lain. Kita ada 6 berita,
Indonesia Pagi, Indonesia Siang, Indonesia Hari Ini, Indonesia Malam, Dunia
Dalam Berita, INS (Indonesia News Service) kenapa nggak dipake SIBI juga,
itu hambatannya
P: Apakah anda pernah mendapat tanggapan/kritik/saran dari khalayak
khususnya tunarungu terhadap penggunaan SIBI?
N: Khalayak umum nggak ada yang protes. Saya gini, kebetulan tahun lalu saya
pernah ikut seminar semacam bimbingan teknis dan khalayak tuna rungu
hadir ,dan mereka sempat untuk menyampaikan keinginan mereka. Mereka
minta semua TV ada begitu (translasi), saya bilang TVRI ya pasti ada karena
120
TV publik tapi kalo TV lain nggak tau. Mereka juga mengatakan
meragakannya terlalu cepat dan kolom peraganya terlalu kecil
P: Ada berapa interpreter yang berada dalam program TVRI?
N: Setau saya ada 4 atau 5 orang karena orangnya gunta ganti
P: Adakah proses evaluasi yang dilakukan bersama – sama antara crew
program acara dengan interpreter?
N: Ada, yang jelas ketika biasanya ada kalimat – kalimat yang baru nah kita
diskusikan disitu.
P: Apakah komunikasi antara crew program siaran dengan interpreter
selalu terjalin dengan baik disetiap akan melaksanakan proses produksi?
Apakah briefing/koordinasi dilakukan setiap akan shooting?
N: Kalo koordinasinya di lapangan langsung, karena udah bertahun – tahun, udah
lama. Interaksinya nggak lama, mereka sudah terbiasa melakukannya
P: Menurut anda apa yang menjadi acuan informasi/pesan tersampaikan
dengan baik dan maksimal kepada khalayak tunarungu?
N: Acuan informasi sampe itu ketika khalayak tuna rungunya dia mampu
menyerap informasi yang disampaikan melalui interpreter. Tapi kalo misalnya
nggak sampe tadi kan ada seperti saya katakan keluhannya terlalu cepat. Itu
karena saya mendengar aja dari sana
P: Adakah perubahan penggunaan SIBI selama pertama kali penggunaan
sampai saat ini? adakah perubahan program yang menggunakan SIBI?
N: Kalo perubahan ngga ada, kalo SIBI tetep begitu
P: Apa harapan anda mengenai penggunaan SIBI di program siaran TVRI?
N: Kalo saya pengennya terus ada, kalo perlu di semua program berita. Kalo
perlu program yang lain juga ada. Misal program selidik atau investigasi,
mereka kan nggak tau. Saya pengennya ada semua, dan saya kira itu SDM nya
harus banyak, harus banyak orang yang belajar
121
Informan kunci (key informan) TVONE
Informan :Abdul Muiz Sutaji S.I.Kom (Produser Berita Program Kabar
Pagi TVONE)
Waktu : Selasa, 03 Oktober 2017 Pukul 16.00 WIB
P: Sejak kapan menggunakan translasi bahasa isyarat (Bisindo?)
N: Efektif penggunaan translasi bahasa isyarat mulai 1 september 2017
P: Bagaimana Proses pelaksanaan Bisindo untuk program kabar pagi?
N: Proses pelaksanaan Bisindo pada program kabar pagi,interpreter bahasa
isyarat menterjemahkan seluruh isi berita, mulai dari lead yang diucapkan
presenter hingga isi berita, baik berita dalam bentuk VO (Voice over) yang
seluruhnya diucapkan presenter, maupun berita berbentuk PKG atau package,
yang sebelumnya melalui proses dubbing. Interpreter ditempatkan pada studio
khusus, dilengkapi monitor dan audio floor yang lengkap dan jelas
P: Apa yang menjadi pertimbangan TVONE sehingga kebijakan mengenai
penggunaan Bisindo diterpakan pada program kabar pagi?
N: Kebijakan Bisindo diterapkan pada kabar pagi sesuai arahan KPI bahwa
minimal satu program TV berita dilengkapi terjemahan bahasa isyarat. Kabar
pagi merupakan program berita pertama dalam satu hari yang materi beritanya
berisi peristiwa yang belum ditayangkan program lain, namun juga meriew
berita besar yang terjadi kemarin dengan durasi paing panjang disbanding
program lain. Diharapkan pemirsa termasuk penyandang difabel (tuli) dapat
mengetahui informasi lebih banyak melalui kabar pagi
P: Apakah karena memenuhi persyaratan perpanjngan izin siar?
122
N: Penggunaan interpreter memang himbauan KPI, namun tidak ada kaitan
langsung dengan perpanjangan izin siar. Namun sebagai bentuk kepedulian
pemerintah melalui lembaga penyiaran terhadap penyandang difabel (tuli)
P: Bagaimana masalah pembiayaan? Apakah ditanggung sendiri oleh pihak
TVONE?
N: Ya, dibayar TVONE
P: Apakah interpreter (penerjemah bahasa isyarat) mengikuti rapat redaksi
sebelum melaksanakan proses menterjemahkan?
N: Interpreter tidak langsung mengikuti rapat redaksi kabar pagi, namun
langsung mendapat pengarahan dari Line Produser (LP) ang bertugas hari itu,
mengenai susunan atau rundown bulletin kabar pagi
P: Dalam tahap persiapan (sebelum syuting) apakah yang dilakukan
interpreter?
N: Sebelum syuting Live dilakukan pukul 04.30 WIB, interpreter dipersilahkan
mereview semua berita yang akan ditayangkan, termasuk berkoordinasi
mengenai perangkat yang disediakan. Pada umumnya semuanya sudah
berjalan sesuai system yang ada
P: Apakah interpreter melakukan briefing dengan crew TVONE?
N: Briefing dilakukan dengan Line Produser, sebelum interpreter mereview
semua berita atau jika ada sedikit permasalahan – permasalahan teknis.
Interpreter juga disediakan absensi khusus.
P: Ada berapa jumlah interpreter (peraga bahasa isyarat) dalam program
kabar pagi?
123
N: Dalam sehari, ada 2 interpreter yang bertugas bergantian untuk
menteremahkan berita di kabar pagi yang berdurasi 2 jam dan ada 1 analis
yang mengawasi kinerja mereka
P: Siapakah yang bertugas dalam pelaksanaan translasi bahasa isyarat
selain interpreter?
Di program kabar pagi, penerjemah bahasa isyarat hanya dilakukan oleh
interpreter Bisindo, yang sudah bekerja sama dengan TVONE
P: Adakah pengawas interpreter dan petugas lainnya?
N: Pengawas langsung saat mereka bekerja adalah analis (seorang
difabel/tuli/ahli). Pengawasan lainnya dari produser terkait teknis pelaksanaan
P: Siapa yang bertanggung jawab mengenai penggunaan bahasa isyarat?
N: Yang bertanggung jawab adalah produser eksekutif program kabar pagi, yang
diembankan tanggung jawab pelaksanaanya kepada produser yang bertugas
P: Adakah yang mengawasi interpreter saat menerjemahkan isi program
siaran?
N: Secara materi bahasa, yang bertugas adalah seorang analis yang langsung
hadir di studio.semnetara secara teknis adalah produser yang bertugas
P: Apa yang dilakukan jika terjadi kesalahan pada interpreter saat
menerjemahkan materi berita?
N: Sebelumnya interpreter telah melakukan review seluruh isi berita dan
berdiskusi dengan analis yang mengawasinya, jika ada materi kata atau
kalimat yang sulit maka analis akan memberikan penjelasan terjemah yang
benar. Dengan begitu, kesalahan saat on air dapat dihindarkan. Namun jika
terjadi kesalahan, maka analis yang berada di studio saat siaran, langsung
memberikan arahan atau terjemahan isyarat yang benar pada interpreter
124
P: Apakah interpreter melakukan latihan sebelum melaksanakan siaran?
N: Ya, interpreter melakukan latihan sebelum on air
P: Hambatan yang selama ini terjadi dengan adanya penggunaan bisindo?
N: Sejauh ini belum ada hambatan berarti, kecuali masalah teknis, misal volume
audio floor lemah hingga sulit didengar interpreter, dan itu dapat denngan
cepat diatasi
P: Apakah pihak TVONE mendapat tanggapan, kritik dan saran dari
khalayak tuna rungu?
N: Sejauh ini belum ada kritik yang masuk dari pemirsa, termasuk tunarungu.
Namun apresiasi diberikan sejumlah kelompok tunarungu
P: Untuk pemilihan interpreter apa yang menjadi bahan pertimbangan
digunakan interpreter A?
N: Pemilihan interpreter dilakukan berdasarkan sertifikasi yang mereka miliki,
yang menjamin profesionalitas mereka
P: Adakah proses evaluasi yang dilakukan bersama – sama antara crew
program acara dengan interpreter/petugas bahasa isyarat?
N: Ya, dilakukan evaluasi singkat mengenai beberapa hal. Namun sejauh ini
semuanya berjalan lancar
N: Menurut anda apa yang menjadi acuan informasi/pesan dapat
tersampaikan dengan baik dan maksimal kepada khalayak tunarungu?
N: Acuan pesan tersampaikan dengan baik pada tuna rungu dengan pemilihan
gaya atau model bahasa isyarat yang digunakan yakni Bisindo yang pada
umumnya mudah diterima,karena ini dianggap sebagai bahasa isyarat
keseharrian mereka
125
P: Dalam program kabar pagi mengapa menggunakan jenis bahasa isyarat
Bisindo?
N: Bisindo digunakan di kabar pagi karena lebih cocok dengan gaya bahasa yang
digunakan dalam produksi berita di TVONE, termasuk kabar pagi. Yakni
bahasa sehari – hari yang digunakan khalayak. Bukan bahasa baku, namun
tetap mengacu pada KBBI atau bahasa Indonesia yang baik dan benar
P: Apa harapan anda mengenai penggunaan bahasa isyarat di TVONE
untuk selanjutnya?
N: Harapan penggunaan terjemah isyarat dalam program berita adalah semakin
meluasnya pemirsa TVONE dan adanya peluang atau kesempatan yang sama
bagi tunarungu untuk mendapatkan informasi sebagai pemenuhan hak yang
harus didapatkannya.
126
Informan : Langgeng Setiawan, A.KS (Kepala Seksi Monitoring Evaluasi
Kementerian Sosial RI )
Waktu : Selasa, 01 Agustus 2017 Pukul 15.00 – 16.00 WIB
P: Apakah benar Kemensos yang menyediakan Translasi bahsa isyarat
untuk Program Siaran Indonesia Malam di TVRI?
N: Benar, jadi gini karena SIBI itu dikeluarkan dari Kementerian Pendidikan,
udah dibakukan oleh mereka pada tahun berapa saya lupa ya. Udah gitu ada
juga pengguna Bisindo Bahasa isyarat Indonesia yang mereka buat dari
komunitas rungu wicara, tapi mereka menyebutnya kaum bisu tuli.
P: Sejak kapan Kemensos menangani penyediaan Bahasa isyarat?
Itu sejak dilaunchingnya atau digunakan pada hari disabilitas internasional
tahun 2013 tanggal 3 Desember.
P: Apa yang menjadi bahan pertimbangan Kemensos menangani dan
menyediakan SIBI dalam program Indonesia Malam?
N: Pertimbangannya karena ada pengguna SIBI ada pengguna Bisindo, itu dua –
duanya ditayangkan dua metode itu, harus gitu karena anak – anak yang masih
pada sekolah itu menggunakan SIBI karena SIBI kan pake awalan akhiran dan
lain sebagainya, kalo Bisindo kan yang simbol – simbolnya aja, ya bisa
disebut bahasa gaul mereka.
P: Siapa yang bertanggung jawab mengadakan penyediaan SIBI?
N: Disini tuh kita kerja sama dengan yayasan organisasi sosial penyandang
disabilitas rungu wicara, mana saja yang menggunakan SIBI mana yang
menggunakan Bisindo. Terus dari mereka itu kita pilih mana dari mereka
127
yang bisa mengikuti ritme atau mengikuti berita yang dibacakan. Berita tuh
kan cepat, harus cepat nah ini waktu itu kita tes dulu mereka. Waktu itu kan
kita langsung kayak model uji coba siaran di TVRI. Jadi di coba, ini penyiar
ini interpreter kecepatannya sama ngga antara pembaca berita sama yang
interpreter terjemahkan. Nah dari mereka – mereka ini yang terpilih ini sudah
siap dan layak untuk bisa tampil. Mungkin sebenernya banyak yang bisa
menterjemahkan bahasa isyarat, tapi kan mereka tuh bisa sampe ngga sih
komunikaasinya kepada penyandang disabilitas rungu wicara itu sendiri, kan
mungkin kan berita udah ganti lagi tapi dia belum selesai menterjemahkan kan
bisa aja kayak gitu. Nah dari beberapa yang dicoba untuk menterjemahkan
waktu itu mereka memang bisa.
P: Berapa banyak interpreter yang bertugas untuk program Indonesia
malam?
N: Ada 6 orang. 3 SIBI 3 Bisindo.
P: Siapa saja yang bertugas untuk menangani SIBI selain interpreter?
N: Setiap tampil ada 1 (satu) yang mentranslasi 1 (satu) sebagai tandem, itu
wajib standarnya mereka untuk menterjemahkan bahasa isyarat. Selain itu ada
semacam kayak konsultannya mereka, ketika mereka gerakannya salah,
isyaratnya salah namanya PIT yang bertugas mendampingi interpreter.
P: Dari sekian banyak interpreter Kemensos apa yang menjadi bahan
pertimbangan Kemensos untuk menempatkan interpreter A untuk
bertugas di program Indonesia malam?
N: Ya, diseleksi dulu. Kita kan kerjasama dengan yayasan sama organisasi
penyandang disabilitas, yang dari merekalah kita tau siapa para pengguna
bahasa isyarat. Jadi nggak serta merta menunjuk sendiri
128
P: Apakah selama ini hanya TVRI yang diberi penyediaan interpreter?
N: Dulu tuh saya tuh ya door to door ke televisi swasta, semuanya belum bisa
untuk menayangkan program berita yang ditranslasikan ke dalam bahasa
isyarat. Ini kita coba ke berita dulu, kan mungkin sebenernya keinginan temen
–temen penyandang disabilitas itu semuanya bisa sinetron bisa infotainment
itu ditranslasi tapi kan nggak mungkin kan, ketersediaan penterjemah bahasa
isyaratnya kan sedikit kan. Terus waktu saya ke televisi swasta mereka
memperhitungkan masalah anggaran, karena televisi swasta kan profit itu
penting gitu. Itu semua udah saya jajaki ke televisi swasta, dari mulai RCTI,
TV ONE, NET TV, banyaklah. Yang agak mudahnya itu TV ONE cuman
mereka nggak bisa ketika mereka menayangkan tapi yang lain nggak itu
nggak boleh harus semuanya kompak. Nah ketika waktu itu saya nggak
sengaja ke TVRI ternyata mereka lagi rapat sama manager program beritanya
juga. Akhirnya mereka siap, setelah kita proses yang panjang. Ini tuh kita
nggak serta merta dateng ke stasiun televisi, kita juga bikin kayak semacem
grand designnya gimana, harus mateng lah. Dasar hukumnya gimana, tentang
penyandang disabilitas punya hak menerima informasi.
P: Sejak kapan terjadi perjanjian diadakan SIBI untuk TVRI?
N: Sejak hari disabilitas internasional, 3 desember 2013. Jadi siangnya ditanda
tangani, malemnya langsung tayang.
P: Seperti apakah perjanjian yang dilaksanakan?
N: Ya bentuknya perjanjian kerja sama, MOU antara Kementerian sosial dengan
LPP TVRI. Kita menyediakan transport, honornya mereka. Kalo TVRI kan
hanya menyediakan programnya, yang menyediakan interpreter, honor sama
transport ya kita dari Kemensos
P: Apakah ada hambatan selama ini dalam proses pelaksanaan SIBI?
129
Sebenernya sih bukan hambatan. Jadi suka banyak yang komplen terhadap
penayangan itu kadang – kadang waktu itu pernah ada yang bilang
gerakannya mereka yang menciptakan, mungkin kan sesepuh dulu yang
menciptakan
P: Apakah selama ini Kemensos pernah/rutin mengadakan dengar
pendapat dengan pihak TVRI, Televisi swasta dan khalayak tuna rungu
wicara?
N: Kita adakan pertemuan dengan TVRI ya khususnya yah yang menayangkan
itu, kita ada evaluasi apa kendala, yah masalah – masalah yang sering terjadi
di lapangan. Misalnya kadang sound nya nggak bunyi, ya teknis teknis aja lah.
Dengan TVRI dengan interpreternya juga begitu juga dengan PIT dan dengan
komunitas rungu wicaranya, biar ada feedback dari merekanya juga
P: Apakah selama ini Interpreter pernah melakukan kesalahan?
N: Kalo kesalahan gitukan bukan kita, mereka ada PIT sebagai pengawasnya.
Kalo gerakan salah mereka yang langsung membetulkannya. Kalo kita kan
emang nggak ngerti bahasa isyarat. Kalo saya paling nanya gimana bahasa
isyaratnya kekerasan seksual, karena kan takutnya melanggar, kan diawasin
pihak KPI juga kita.
P: Apakah selama ini ada kritik dan saran khususnya dari khalayak tuna
rungu yang ditujukan kepada Kemensos?
N: Kritik sarannya layar interpreternya terlalu kecil. Tapi itu udah standarnya
televisi.
130
Informan Kunci (Interpreter Bahasa Isyarat)
Informan : Suminah (Interpreter SIBI Program Acara Indonesia Malam
TVRI)
Waktu : Senin, 17 Juli 2017 Pukul 20.00 – 20.30 WIB
P: Sejak kapan menjadi interpreter di televisi?
N: Kalau saya sudah tugas sejak 3 tahun
P: Kalau untuk di TVRI?
N: Ya, sudah 3 tahun
P: Itu untuk program Indonesia Malam aja?
N: Ya
P: Apa yang menjadi bahan pertimbangan anda menjadi interpreter dalam
program acara ini?
N: Saya kan orang kementrian ya, saya kan tiap hari bersama mereka. Jadi
mereka otomatis mencari tenaga yang mempunyai kemampuan untuk
berbahasa isyarat
P: Dalam program apakah anda bertugas menjadi interpreter?
N: Di Indonesia malam, tetapi di kementerian kalo ada kegiatan – kegiatan apa
gitu pasti saya ang ditunjuk untuk translate ke mereka. Terus ke istana juga
udah, udah pernah 2 kali. Pokoknya kegiatan – kegiatan yang melibatkan
kementrian sosial biasanya bu menteri kan concern banget ya sama
penyandang disabilitas, karena di kementeriankan ada layanan untuk
131
penyandang disabilitas jadi mereka harus diberikan hak yang sama supaya
mendapatkan informasi gitu
P: Apakah persiapan yang anda lakukan sebelum melakukan proses
shooting?
N: Mempelajari naskah, kemudian ketika kita langsung on kita juga kalo
misalnya ada kesulitan atau lupa isyaratnya kayak gitu kan ada tandem
P: Apa itu tandem?
N: Tandem itu yang bertugas menyiapkan naskah, kemudian siap – siap kalau
memang nanti kalo ada kalimat yang sulit atau yang tidak ada isyaratnya itu
nanti disampaikan ke PIT, PIT itukan orang disabilitas. Disabilitas rungu
wicara yang memang dia itu tau tentang isyaratnya gitu loh. Karena kalo ngga
ada tandem kita ngomong itu dia kan ngga denger, otomatiskan kita
ngomongnya ke tandem. Misalnya ini Singapur isyaratnya apa, kalo kita
teriak – teriak sama PIT nya kayak tadi (yang mendampingi saya) dia kan
murni rungu wicara jadi kan yang tau semua isyaratnya dia.
P: Apakah anda mengikuti rapat redaksi sebelum proses shooting
dilaksanakan?
N: Kalau mereka tidak melibatkan kita, tapi kalo misalnya kita ada perubahan
jadwal atau apa gitu dikasih tau dari TVRI. Tapi kalau rapat tentang itu nggak
sih
P: Jadi Persiapannya langsung dikasih naskah?
N: Kita dikasih naskah, ngambil di redaksi naskahnya gitu
P: Adakah yang mengawasi anda ketika proses penerjemahan berlangsung?
Siapa?
132
N: Banyak yang ngawasin, ya diawasinnya di monitor kali ya. Ya kalo kita salah
juga malu juga kan kita sudah membawa pengawas sendiri. Kan PIT udah
ngawasin kita, PIT kan rungu wicara sendiri, jadi dia mengawasi kita. Salah
ini isyaratnya gitu, kayak tadi kan kata terendam salah nih isyaratnya. Terus
Bangka Belitung sayakan lupa, kebetulan ini kan tandemnya nggak datang,
biasa kalo Bangka Belitung isyaratnya apa gitu kan. Nanti tandem langsung
nanya ke dia yang rungu wicara gitu. Tapi karena saya tadi dah gini – gini
(ngasih kode) dia kan nggak denger kan jadi ya udah saya pake abjad jari aja
karena saya lupa.
P: Kadang diakalin pake abjad jari?
N: Ya, karena kan kalo SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) nama kota kan
pake abjad jari tapi kalo mereka difabel rungu wicara sendiri dia punya isyarat
sendiri gitu.
P: Apakah anda melakukan latihan sebelum melakukan penerjemahan?
N: Nggak latihan, ya kita baca aja. Kita kan harus bisa menyimpulkan kalimat,
karena nggak semua isyarat di isyaratin kan kita nggak bisa secepat itu juga.
Kita harus bisa menyimpulkan informasi ke penonton tuh harus sesingkat dan
sepaham mungkin
P: Adakah hambatan yang anda rasakan selama menjadi interpreter dalam
program ini?
Nggak sih, kalo saya pribadi sih ngga ada hambatan. Hambatannya ya di
perjalanan aja, kayak macet atau apa gitu. Cuman kadang – kadang naskah 5
menit 10 menit baru dikasih, otomatis kan kita kurang bisa mendalami karena
belum bisa baca semuanya. Terus ini juga kendalanya kadang – kadang suara
dari earphone suka terputus – putus. Kemudian kalo siaran live kadang –
133
kadang kita nggak dimunculkan di monitor terus ya gitu sih biasanya
kendalanya dari segi teknis.
P: Apakah ada perbedaan antara siaran Live dan Tapping?
Ya banyak, kalo yang langsung kan mau nggak mau kita harus cepet dan kalo
salah tidak bisa diulang lagi nah kalo siaran tunda kan kita bisa tau isyaratnya
salah dan bisa diperbaiki lagi
P: Apakah anda selalu mengikuti evaluasi setelah program acara selesai?
Tidak pernah mengikuti evaluasi
P: Apakah koordinasi/briefing dilakukan secara rutin sebelum program
acara berlangsung?
Nggak pernah, kita justru koordinasinya dari kementrian sosial. Kita kan
sifatnya usulan, yang mengadakan kementrian dan TVRI kan pemerintah ya
jadi mau nggak mau kita harus memulai jadi MoU nya dari kementrian ya
milih TVRI. TVRI sudah mau menyediakan monitor satu itu udah bagus
P: Pernahkah anda melakukan kesalahan dalam menerjemahkan
informasi/pesan dalam berita?
Sering kita, salah menterjemahkan. Tapi kan TVRI nggak tau isyaratnya apa.
Yang penting kita antara berita dengan apa yang kita sampaikan bisa pas. Si
pembawa berita selesai membacakan berita kita juga pas menghentikan
isyarat. Kalau bisa diusahakan jangan sampai terlambat. Yang penting pesan
itu sampai ke penonton disabilitas
P: Apa yang anda lakukan ketika anda melakukan kesalahan?
Ya dilewat aja kata yang salahnya, yang penting secara garis besar sudah
tersamapaikan
134
Informan Kunci (Interpreter Bahasa Isyarat)
Informan : Simping Purwanti, S.Pd (Interpreter SIBI Program Acara
Indonesia Malam TVRI)
Waktu : Selasa, 25 Juli 2017 Pukul 20.00 – 20.30 WIB
P: Sebelumnya bisa dijelaskan apa itu SIBI dan Bisindo?
N: Kalo SIBI ini isyarat yang biasa dipake untuk pembelajaran di sekolah, karena
SIBI ini isyarat yang memakai ejaan yang sesuai. Jadi kita mengisyaratkan
kata – kata tetapi ada juga disertai dengan awalan, akhiran, sisipan dan
sebagainya. Kalo Bisindo itu istilah kerennya bahasa gaul ya, isyarat jadi
mudah dimengerti kalangan tuna rungu tanpa memakai awalan akhiran dan
sebagainya gitu
P: Sejak kapan TVRI menggunakan translasi bahasa isyarat (SIBI)?
N: Di televisi dari 2013
P: Program apa saja yang menggunakan SIBI?
N: Indonesia malam aja
P: Bagaimana proses pelaksanaan SIBI untuk program di TVRI?
N: Prosesnya kita dateng, merias, mengambil naskahnya, ke studio, dan
prosesnya saya dengerin naskah/rekaman lewat earphone
P: Apa yang menjadi pertimbangan anda menjadi interpreter di program
Indonesia malam TVRI?
N: Kalo kami kegiatan utama itu mengajar, cuman kebetulan di tempat kami di
SLB kami memang menggunakan bahasa isyarat yang dipakai untuk
135
membantu anak – anak tuna rungu yang mengalami kesulitan dalam
pemahaman kata - kata gitu, jadi tidak semua anak memakai. Jadi ini
digunakan untuk anak – anak tertentu saja. Kalo untuk pelayanan di TVRI ya
mungkin emang dicari orang yang istilahnya bisa dibilang sudah menguasai
isyarat karena kita melayani atau dalam penyampaiannya kita mengikuti
berita.
P: Apakah interpreter (penerjemah bahasa isyarat) mengikuti rapat redaksi
sebelum melaksanakan proses produksi?
N: Kita nggak ikut, karena kita tidak termasuk dalam bagian redaksi
P: Dalam tahap persiapan apakah yang dilakukan interpreter?
N: Biasanya saya membaca naskah, memastikan earphone terpasang dan kalo
ada yang kurang jelas bisa ditanyakan ke PIT
P: Adakah yang mengawasi interpreter saat menerjemahkan isi program
siaran?
N: Ya itu PIT itu, kalo dari TVRI ngga ada yang mengawasi. Kalo TVRI hanya
menyediakan tempatnya aja
P: Apa yang dilakukan jika terjadi kesalahan pada interpreter saat
menerjemahkan isi program siaran?
136
N: Kadang saya melakukan kesalahan dalam menterjemahkan hehe. Ya kita kalo
misalkan salah ya minta maaf dan juga dengan mengulangi. Kalo
keterlambatan itu sering karena kita itu mengikuti orang membaca. Orang
membaca itu durasi detik, padahal kita mengisyaratkan per kata, terus karena
SIBI itu memakai awalan akhiran juga jadi kalo membacanya cepat kita
emang ketinggalan. Tapi kadang kita merangkum atau menyederhanakan,
karena anak tuna rungu mereka tuh untuk kata – kata yang sulit atau
bahasanya tinggi ya mereka kurang nangkep, jadi kalo ada kata – kata yang
sulit kita harus cepat mencari sinonim atau persamaan katanya. Jadi untuk
keterlambatan atau ketinggalan itu ada, tapi nggak banyak. Kita ambil inti –
intinya aja supaya anak menangkap apa yang dimaksud dalam berita itu.
P: Apakah interpreter melakukan latihan sebelum melaksanakan siaran?
N: Kalo latihan sih nggak, tapi paling ngga kita sedikit tahu tentang materi atau
berita yang akan disampaikan mala mini, jadi emang naskah ini mendadak
mengambilnya, jadi bisa dibilang persiapannya kurang karena naskahnya
jadinya itu mepet dengan penayangannya. Mungkin antara 15 sampai 30
menit sebelum on air. Jadi mempelajari juga kurang efektif juga. Cuman gini
kadang kalo ada PIT kadang – kadang kita nemu kata – kata yang sulit atau
mungkin kita lupa isyaratnya disitu waktunya kita berdiskusi atau bertanya
kepada PIT. Bagaimana sih isyarat ini saya lupa, misalnya gitu.
P: Kalo untuk pelatihan bahasa isyarat apakah ada?
137
N: Kalo pelatihan tuh nggak resmi ya, kadang kita adain untuk intern ini. Kadang
kita mengadakan pertemuan, bertiga atau berempat dimana dan ngobrolin
isyarat – isyarat baru atau apa belajar gitu
P: Hambatan yang selama ini terjadi dengan adanya penggunaan SIBI?
N: Kalo hambatan untuk disini kadang audio yang kadang mati, kadang suaranya
nggak jelas, atau mungkin live dari daerah. Namanya live dari daerah
misalnya daerah jawa atau daerah batak mereka kadang memakai bahasa
daerah kan, nah kadang kita disitu merasa kesulitan karena nggak tau mereka
bicara apa.
P: Lalu apa yang ibu lakukan jika terjadi seperti itu?
N: Ya diem aja, dari pada kita salah mengisyaratkan. Paling saya menjelaskan
menggunakan bahasa isyarat “maaf reporter menggunakan bahasa daerah,
saya tidak bisa mengisyaratkan”
P: Ada berapa interpreter yang berada dalam program TVRI?
N: Kalo SIBI ada 3. Saya, bu umi sama bu ela. Kalo Bisindo ada 3 atau 4. Jadi
buat Indonesia malem kita gentian, hari ini SIBI besok Bisindo. Jadi isyarat
yang dipake itu ada 2 SIBI dan Bisindo. Walaupun di Indonesia itu ada
banyak isyarat, nggak semua tuna rungu itu menguasai SIBI dan Bisindo, jadi
mereka mungkin hanya menguasai Bisindo saja, mungkin mereka hanya
menguasai SIBI saja. Tapi kemungkinan juga mengasai dua – duanya.
138
P: Adakah proses evaluasi yang dilakukan bersama – sama antara crew
program acara dengan interpreter?
N: Kalo evaluasi mungkin secara intern sama teman – teman grup SIBI. Tapi kita
ada juga sih evalusi dari gabungan, ad dari SIBI, dari Bisindo, dari Kemensos,
dari KPI. Udah pernah beberapa kali. Terus besok siang juga ada rapat di
Kominfo, ngebahas tentang translater ini. Jadi istilahnya kita kan kontrak
setahun sekali, nah ini mau ada pembahasan tentang kelanjutan translater dan
kemungkinan ada penentuan siapa aja yang akan tampil selanjutnya atau
gimana gitu
P: Apakah komunikasi antara crew program siaran dengan interpreter
selalu terjalin dengan baik disetiap akan melaksanakan proses produksi?
Apakah briefing/koordinasi dilakukan setiap akan shooting?
N: Kalo briefing mungkin itu intern grup aja, mungkin sebelum mulai acara. Ya
briefingnya itu paling mengkaji atau mencari misalnya beritanya itu tentang
apa sih, kemudian ada nih kata – katanya yang sulit nih yang saya belum tau,
isyaratnya seperti apa gitu. Soalnya ada juga isyarat atau kata – kata yang
belum ada di kamus isyaratnya itu. Anak – anak tuna rungu itu biasanya
menciptakan tapi dengan diketahui oleh kalangan mereka. Mereka juga
diluaran juga membahas isyarat – isyarat. Baiknya seperti apa isyaratnya, jadi
kita juga kadang manut kepada mereka.
139
P: Menurut anda apa yang menjadi acuan informasi/pesan tersampaikan
dengan baik dan maksimal kepada khalayak tunarungu?
N: Kadang kita gini ya, kita nggak bisa menilai sendiri kalo informasi yang kita
sampaikan itu sudah baik dalam arti anak itu menangkap dengan baik atau
memahami. Karena itu juga tergantung kemampuan masing – masing anak.
Kalo emang mereka itu kemampuannya bagus, bisa menerima dengan baik
apa yang kita sampaikan itu mereka paham. Tapi kalo anak yang
kemampuannya kurang otomatis mereka juga kurang memahami. Jadi kita
jugakadang seperti evaluasi yah, kita nanya ke anak – anak. “kamu tau nggak
isyarat yang di TVRI itu”. Mungkin mereka menjawabnya sedikit – sedikit,
tau atau nggak tau. Jadi itu tergantung kemampuan anak, kita nggak bisa
menilai semua yang kita sampaikan itu bisa dipahami anak, oleh semua anak.
Jadi kita hanya berusaha, kita sebagai pelayan publik hanya sebagai perantara
kita berusaha untuk bisa memberikan pelayanan yang sebaik mungkin, yang
sesederhana mungkin supaya mereka bisa paham bisa tau apa yang kita
sampaikan dan yang penting udah sesuai naskah
P: Apa harapan anda mengenai penggunaan SIBI di program siaran TVRI?
N: Harapan saya untuk semua guru tuna rungu menguasai bahasa isyarat,
harapansaya hampir sama dengan anak – anak, mereka mau untuk acara –
acara lain itu ada pelayanan isyaratnya, soalnya mereka juga hanya melihat
saja tidak mendengar, tapi untuk saat ini pelayanan isyarat ini cukup diberita.
140
Informan kunci (Interpreter bahasa isyarat)
Informan : Frans Susanto (Interpreter Bisindo Program Kabar Pagi
TVONE)
Waktu : Jumat, 15 September 2017 Pukul 06.30 – 07.00 WIB
P: Sejak kapan menjadi interpreter di televisi?
N: Sejak tahun 2002, tapi kalau interpreter untuk televisi mulai tahun 2016
P: Itu langsung di?
N: ANTV
P: Kalau di TV One?
N: Kalau di TV one ini baru, kurang lebih 2 bulan inilah
P: Itu untuk program Kabar Pagi aja?
N: Ya, kabar pagi aja
P: Apa yang menjadi bahan pertimbangan anda menjadi interpreter dalam
program acara ini?
N: Terutama sih karena kewajiban yah kemendesakan dari kominfo bahwa setiap
televisi itu menyediakan aksesibilitas bagi temen – temen berkebutuhan
khusus dalam hal ini tuli untuk mengakses informasi. Mungkin tidak semua
tapi hanya segmen tertentu aja seperti berita
P: Apakah anda tahu mengapa di TVONE pakainya Bisindo?
N: Ya karena yang di advokasi oleh teman – teman tuli itu Bisindo. Hanya satu
Bisindo saja yang di advokasi.
141
P: Bisa dijelaskan bagaimana prosesnya?
N: Disini agak berbeda dengan yang di ANTV, kalo yang disini begitu saya
dateng jam setengah 4 atau jam 4 saya dandan habis itu saya absen dan paling
kita mempelajari dari monitor yang ada di ruang redaksi. Tapi mungkin itu
nggak semuanya, tidak bisa kita baca semuanya Karena banyak banget
beritanya. Maka yaudah kita langsung 15 menit sebelum on air kita sudah di
studio untuk memastikan peralatannya, cahayanya terus kameranya semuanya
siap. Kalau di ANTV kan kita dapet print out, kita bisa baca kita bisa coret –
coret dan tanyakan langsung ke PIT. Tapi kalo TV ONE ini kita langsung on
the spot, tidak ada persiapan secara khusus untuk mempersiapkan bahasa
isyaratnya
P: Kalau menyampaikan bahasa isyarat perkata atau inti – intinya aja?
Kita perpokok pikiran aja. Lebih baik satu pokok pikiran itu kita bisa ulang
satu atau dua kali ketimbang kita menyampaikan seluruh kata dari a sampai z
gitu. Dan ya itu keterampilan kita juga untuk merangkum menyimpulkan,
karena kita tau bahasa isyarat aja belum tentu bisa jadi interpreter. Karena itu
keterampilan yang agak berbeda, karena bisa jadi kalo kata per kata
diterjemahkan itu jatuhnya ke SIBI gitu. Kalua semua kata – kata
diterjemahkan susunan katanya juga nanti bisa jadi SIBI. Kalai SIBI itu kan
pakem sekali kepada ejaan yang disempurnakan, sementara kalau Bisindo ya
fleksibel bebas gitu loh tidak tergantung dengan kata perkata.
P: Setiap hari selalu didampingi oleh PIT?
N: Setiap hari didampingi oleh PIT, iya. Kita selalu bertiga. Kita setiap satu jam
sekali gantian dengan interpreter lain.
P: Sebelum On Air nggak ada briefing dengan crew TV?
N: Nggak ada
142
P: Kalau ada kesulitan seperti bahasa asing atau kata baru itu bagaimana?
N: Sedapat mungkin saya konsultasi sama PIT melalui tandem yang ada di depan
saya. Jadi kalau misalkan ada kata – kata yang tidak saya mengerti on the spot
pada tayangan berlangsung saya tanyakan tandem saya, tandem itu artinya
interpreter yang tidak tugas pada saat itu, nanti dia akan sampaikan ke PIT.
Atau kalau seandainya memang PIT nya sendiri tidak ada, saya akan eja pakai
abjad jari
P: Apakah anda mengikuti rapat redaksi sebelum proses shooting
dilaksanakan?
N: Oh nggak, langsung aja
P: Adakah yang mengawasi anda ketika proses penerjemahan berlangsung?
Siapa?
N: Ya, ada diawasi PIT dan kita juga ada penasehat di luar. Dia juga kadang –
kadang random dia mengawasi juga di beberapa TV. Jadi ada rekomendasi
yang kita dengar juga dari pembimbing kitalah ya istilanya. Kalau seandainya
memang kuran bagus gitu ya terpaksa diturunkan, ada satu rekan kita yang
sudah naik tapi ketika performance dia kurang baik ya untuk sementara waktu
tidak naik dulu, perbaiki lagi kursus lagi.
P: Apakah anda juga masih suka kursus atau latihan?
N: Ya, kalo saya nih udah agak lama nggak kursus lagi. Tapi ya paling nggak 1
(satu) atau 2 (bulan) sekali pasti saya recharge lagi.
P: Untuk evaluasi di INASLI atau rekan – rekan sesama interpreter itu
rutin diadakan?
N: Ya, seperti di ANTV kalau disini belum. Itu setiap kita kurang lebih satu
bulan itu para PIT yang ada memberikan evaluasi penilaian, berapa nilainya.
143
Itu untuk di ANTV karena PIT nya kana da kurang lebih 3 (tiga) sampai 4
(empat) orang. Nah 3 sampai 4 orang ini memperhatikan kita terus, yang di
TV ONE ini kita belum menemukan format evaluasinya seperti apa
P: Adakah hambatan yang anda rasakan selama menjadi interpreter dalam
program ini?
N: Karena kita tidak terima print out jadi kita tidak bisa mempelajari banyak juga
ada banyak kosa isyarat yang baru dan harus tepat menterjemahkannya
P: Apakah ada perbedaan antara siaran Live dan Tapping?
N: Oh iya ada, kalo tapping bisa shoot lagi. Salah ulang lagi, kalua on air disini
ya kita mencoba untuk sedapat mungkin memperagakan dengan baik bahasa
isyarat yang kita ketahui
P: Pernahkah anda melakukan kesalahan dalam menerjemahkan
informasi/pesan dalam berita? Apa ang dilakukan ketika salah
menterjemahkan?
N: Oh ya kita bilang minta maaf dulu, kalua seandainya tidak jelas lebih baik kita
tidak menterjemahkan. Misalkan suaranya hilang, pernah terjadi disini kita
ngga denger suara sound systemnya bermasalah ya kita diem aja. Terus kalau
terjadi kesalahan ya cepat perbaiki di segmen selanjutnya. Kalua untuk bahasa
asing ketika kita mengerti bahasanya ya kita terjemahin, kalua tidak ya bilang
maaf bahasa asing, dijelaskan
P: Harapan anda untuk penggunaan bahasa isyarat ini?
N: Ya, kalo harapan saya secara umum ini kita udah menyambut baik sih
KOMINFO memberikan ruang yang cukup besar translasi ini. Cuman kan
tenaga interpreter masih sangat – sangat kurang. Untuk masyarakat umum
saya berharap ini bisa menjadi salah satu bahasa yang dipelajari juga
144
walaupun mereka tidak tuli. Terus TV – TV yang lain juga mulai menambah
lagi segmen – segmen informasinya tidak hanya berita, mungkin juga di
segmen – segmen yang lain ya. Hanya memang sekali lagi kalau segmen
ditambah kita juga harus siap – siap lagi karena masalah tenaga juga terbatas.
Jadi dua –duanya kita menyiapkan tenaga dan segmen juga ditambah.
145
Informan : Muhammad Imam (Tunarungu/Khalayak Indonesia Malam
TVRI)
Waktu : Selasa, 25 September 2017 Pukul 15.30 – 16.00 WIB
P: Dalam kehidupan sehari – hari apa jenis bahasa isyarat yang anda
gunakan? SIBI atau Bisindo?
N: Campur, kalau belajar SIBI kalau sehari – hari dengan teman Bisindo
P: Selama ini anda mendapatkan informasi dari mana saja selain TV?
N: Lebih banyak lihat berita dari facebook,
P: Sejak kapan anda menonton program Indonesia Malam?
N: Tahun 2016 sampai sekarang
P: Berapa sering anda menonton program Indonesia Malam di TVRI?
N: Lumayan suka melihat, biasanya Sabtu dan Minggu
P: Menurut anda bagaimana bahasa isyarat yang digunakan dalam
program Indonesia Malam?
N: Lumayan ngerti, tapi tidak keseluruhan. Karena layarna terlalu kecil jadi saya
susah melihat
P: Apa kesulitan yang anda rasakan dalam menangkap informasi dari
program Indonesia Malam?
N: Layarnya kecil, saya ingin layarnya besar jadi mudah dilihat bahasa isyaratnya
P: Apakah anda mengerti dengan pesan yang disampaikan oleh interpreter?
Lumayan mengerti sedikit
146
P: Apa harapan anda kepada media massa yang sudah dan belum
menggunakan translasi bahasa isyarat?
N: Maunya banyak, setiap ada berita ada isyaratnya. Film juga perlu ada
isyaratnya, karena film juga ada nasehat jadi tuna rungu perlu tau
147
Informan : Nanda Afrieza (Tunarungu/Khalayak Kabar Pagi TVONE)
Waktu : Minggu, 08 Oktober 2017 Pukul 13.30 WIB
P: Dalam kehidupan sehari – hari apa jenis bahasa isyarat yang anda
gunakan? SIBI atau Bisindo?
N: Kalau di sekolah campur, SIBI dan Bisindo. Kalau dengan teman sehari – hari
pakai Bisindo
P: Sejak kapan anda menonton program Indonesia Malam?
N: Kalau kabar pagi baru – baru ini, belum lama
P: Berapa sering anda menonton berita di televisi?
N: Jarang, paling seminggu sekali karena nggak paham
P: Menurut anda bagaimana bahasa isyarat yang digunakan dalam
program kabar pagi?
N: Beberapa berita isyaratnya mudah dipahami tapi di berita lain agak sulit
dipahami, banyak gerakan isyarat yang tidak dikenali karena setiap wilayah
berbeda isyaratnya. Jadi kadang saya tidak paham secara keseluruhan, kadang
hanya tau beberapa kata aja. Beberapa berita juga isyarat yang disampaikan
kurang komplit.
P: Apa harapan kamu kepada televisi untuk kedepannya?
N: Salah satu harapan aku bisindo dipakai di banyak program. Aku juga berharap
ada teks bahasa Indonesia di sinetron – sinetron dan acara lain. Dan
sebenarnya aku lebih memilih pake teks karena isyarat berbeda beda setiap
wilayah. Jadi kurang paham kalo bukan dari wilayah asal si pelaku isyarat.
148
Informan : Dewi Setyarini, M.Si (Komisioner KPI Pusat Bidang Pengawasan
Isi Siaran )
Waktu : Selasa, 01 Agustus 2017 Pukul 11.00 – 11.30 WIB
P: Televisi mana saja yang sampai saat ini menggunakan SIBI?
N: Jadi kita itu kan mereview seluruh TV tugasnya KPI itu adalah memantau
tayangan televisi di seluruh Indonesia, tetapi kalau arealnya KPI sendiri itukan
ada di pusat, jadi induk jaringan. Kalau didaerah itu adalah konsentrasinya
KPID tugasnya KPID tapi kalo yang di pusat ini yang induk jaringannya
adalah tugasnya KPI. Nah KPI itu memantau 15 TV jaringan gitu ya, ada
Indosiar, ada RCTI, Trans itu disebut sebagai televisi berjaringan tetapi kita
hanya memantau induk jaringannya saja gitu. Kemudian ada saya lupa
jumlahnya tapi selain TV berjaringan juga memantau Radio berjaringan dan
Lembaga penyiaran berlangganan. Nah tadi kalo pertanyaan mbak sudah ada
berapa TV kita memantau dari seluruh TV itu kan jumlahnya banyak banget
ya, dari seluruh Indonesia. Tapi yang masuk objek pantaunya kami hanya tadi
itu 15 TV. Nah dari sekian televisi yang kita pantau itu praktis sampai
sekarang baru ada 2 TV yang secara konsisten menayangkan bahasa isyarat,
kita bicaranya bahasa isyarat dulu ya. Jadi baru 2 TV sesuai dengan pantauan
kami, yaitu televisi Republik TVRI dan satu lagi ANTV. Televisi swastanya
diwakili oleh ANTV, jadi baru 2 TV itu yang konsisten menayangkan bahasa
149
isyarat dalam setiap beritanya. Yang lainnya belum, ada satu dua TV yang
menayangkan bahasa isyarat tapi di momen – momen tertentu, kayak kemarin
kita liat Kompas TV itu ada bahasa isyarat di acara Pekan Olahraga
disabilitas. Nah itu pake dia bahasa isyarat, tapi diluar itu Kompas nggak
secara konsisten menayangkan bahasa isyarat. Nah kemudian dari 2 (dua) TV
yang menayangkan bahasa isyarat itu kemudian pertanyaannya dia pake SIBI
atau Bisindo, karena kebetulan memang secara teknis bahasa isyarat SIBI atau
Bisindo itukan masih ada Tarik menarik, apakah mau pake SIBI atau mau
pake Bisindo. Sehingga fokus untuk TVRI memang penggunaannya selang –
seling karena kalo nggak salah waktu itu sudah pake SIBI kemudian ada
protes dari masyarakat, kenapa harus pake SIBI, sementara banyak sekali dari
masyarakat di luar sana yang tidak sekolah, yang tidak paham bahasa isyarat
SIBI dan lain sebagainya. Akhirnya TVRI waktu itu memang solusinya pake
selang – seling, hari ini pake SIBI besoknya Bisindo. Nah kalo ANTV itu
sebenarnya pake Bisindo, saya nggak paham yak arena kan kita hanya
memantau kita nggak tau itu pake SIBI atau Bisindo tetapi kelihatannya kalo
dari organisasi yang pernah datang ke KPI itu kan bercerita background
mereka ikut jadi ahli bahasa isyarat di ANTV itu kelihatannya Bisindo, karena
mereka mengadopsi bahasa – bahasa baru, kemudian ada bahasa – bahasa
komunitas yang mungkin tidak banyak dimengerti tapi dimengerti oleh
komunitas
150
P: Sejak kapan tercetus televisi untuk menggunakan SIBI?
N: Sepertinya kalo ANTV itu dimulai pada saat kita mulai pertemuan dengan
berbagai televisi seluruh Indonesia waktu itu, kita mengundang 15 TV
berjaringan itu termasuk waktu itu ngundang stakeholder yang lain seperti
Kemensos. Dan itu dilakukan tahun kemarin, nah setelah FGD tersebut kita
meminta mereka untuk mengadopsi hak – hak kelompok disabilitas itu salah
satunya bahasa isyarat
P: Apakah payung hukum mengenai penggunaan SIBI belum ada?
N: Sebetulnya kan yang pertama kali di dorong adalah penggunaan bahasa
isyarat ya, kalo SIBI atau bisindo itukan teknis banget kan. Jadi sebetulnya
yang paling kita dorong adalah penggunaan bahasa isyarat, nah kalo
penggunaan bahasa isyarat itu sudah ada payung hukumnya. Itu masuk di
Undang – Undang disabilitas masuk, kemudian kalo di Undang – Undang
disabilitas itu bunyinya adalah bahwa setiap warga Negara itu sekelompok
disabilitas berhak untuk mendapatkan informasi gitu, begitu juga di Undang –
Undang penyiaran bahwa setiap warga Negara itu berhak untuk mendapatkan
informasi. Bunyinya kalo nggak salah seperti itu, jadi sebenernya kalo
dibilang nggak ada paying hukumnya kurang pas, karena regulasi baik
Undang – Undang disabilitas maupun Undang – Undang penyiaran sudah
bicara soal perlunya kelompok disalitas ini mendapatkan informasi, nah
bagaimana kelompok disabilitas ini mendapatkan informasi kan salah satunya
151
penggunaan bahasa isyarat gitu, walaupun kalo di Undang – Undang
penyiaran sendiri di regulasi penyiaran itu nggak eksplisit ada kewajiban gitu.
Bandingkan misalnya dengan kewajiban untuk penayangan iklan layanan
masyarakat di regulasinya penyiaran itu bunyinya wajib. Tapi kalo untuk
bahasa isyarat ini tidak ada bunyi kewajiban yang ada adalah bunyinya gini
lembaga penyiaran dapat menyiarkan bahasa isyarat untuk kepentingan
kelompok disabilitas, bunyinya emang ngga ada kewajiban dan nggak ada
sanksinya. Yang ada kita memberikan himbauan.
P: Di perjanjian perpanjangan izin siar terdapat perjanjian mengenai
diharuskan menggunakan bahasa isyarat dalam salah satu dari 7 butir
perjanjian, bagaimana dengan itu?
N: Jadi ketika mereka akan melakukan perpanjangan izin itu tahun 2016 kemarin,
salah satu prasyarat yang kita ajukan adalah memang TV ini harus punya
komitmen untuk menggunakan bahasa isyarat, akhirnya mereka bersedia
tanda tangan. Macem – macem ya prasayarat yang kita ajukan, salah satu
poinnya adalah itu, bersedia untuk menayangkan bahasa isyarat dalam
program informasi mereka gitu. Jadi itu adalah satu komitmen televisi ketika
perpanjangan izin yang kita tagih. Dalam waktu dekat ini kita akan tagih
mereka, kemarin kita sudah melakukan rapat pertama sudah melakukan rapat
dengan lembaga penyiaran dan mereka bersedia untuk menayangkan bahasa
152
isyarat, besok kamis ini juga akan rapat lagi terkait dengan teknisnya mau
SIBI atau Bisindo
P: Yang menyediakan lembaga penyiaran sendiri atau dari pemerintah?
N: Kalo pemerintah termasuk KPI bersifat mendorong dan meminta komitmen
mereka. Jadi tugasnya kita mengingatkan kembali, me reminder bahwa dulu
mereka punya komitmen nih untuk menayangkan bahasa isyarat, tapi soal
pembiayan itu diserahkan ke masing – masing. Soalnya kalo kita disuruh
menyediakan seluruhnya coba kali 15 TV ya kita nggak ada budgetnya gitu.
Ya anggap aja ini bagian dari responsibilitas mereka ya terhadap kelompok –
kelompok tertentu, anggap aja ini CSR nya mereka gitu lah
P: Apa harapan KPI mengenai translasi bahasa isyarat di televisi?
N: Ya, minimal banget mereka menggunakan translasi bahasa isyarat ini di jam –
jam informasi artinya di program – program berita minimal sekali sehari jadi
setiap hari mereka menayangkan bahasa isyarat minimal di satu program
beritanya mereka dan kalo bisa di prime timenya mereka. Itu sih hal yang
palin realistis yang kita bisa mintakan ke mereka, karena kalo misalnya setiap
berita atau setiap informasi seperti agak sulit terlaksana gitu kan. Nah yang ke
2 (dua) kalo misalnya mereka kalo kesulitan untuk translasi bahasa kan
sebetulnya ada alternatif yang lain misalnya dengan close caption kayak teks
gitu, tapi muncul ketika pembawa acara menyampaikan beritanya, tetapi
153
kemarin sih arahnya televisi malah justru sulit kalo harus melakukan itu,
karena itukan pake alat khusus yang peralatannya itu cukup mahal gitu, nah
dari pada itu yang mungkin lebih baik pake translasi bahasa isyarat. Saya pikir
apapun lah ya, yang penting ini bisa dipake kemudian bisa menyediakan
pemenuhan hak –hak untuk kaum difabel jadi mereka bisa juga mendapatkan
informasi penting yang sedang terjadi di seluruh Indonesia.
P: KPI pernah mengeluarkan himbauan mengenai translasi bahasa isyarat
kepada semua media, apa tujuan himbauan tersebut/atas dasar apa?
N: Kan sebenernya televisi punya awareness kan terhadap kelompok disabil
terutama tuna rungu menjadi salah satu hak yang diakui dalam konvensi.
Arahnya mereka bersedia untuk melakukan ini, tinggal besok kita bicarakan
teknisnya mau seperti apa, karena mereka kan butuh masukan. Orangnya nanti
siapa ahlinya, kemudian teknis apakah SIBI atau Bisindo dan lain
sebagainyakan mereka butuh masukan
154
CATATAN HARIAN PENELITI
1. Datang ke TVRI
Peneliti datang ke TVRI pada hari Jumat, 14 Juli 2017 untuk memberikan
surat permohonan wawancara dan observasi dari fakultas dan diserahkan
langsung kepada Humas LPP TVRI. Setelah surat diterima oleh Humas LPP
TVRI, peneliti dimohon untuk kembali pada hari senin, 17 Juli 2017 untuk
mengambil surat pengantar dari Humas LPP TVRI untuk bagian pemberitaan
2. Mengambil Surat dari Humas
Peneliti mengambil surat ke kantor Humas LPP TVRI yang berisi
permohonan Humas TVRI kepada bagian pemberitaan untuk dapat
memberikan ijin wawancara, data dan observasi.
3. Memberikan Surat Kepada Bagian Pemberitaan
Peneliti memberikan surat kepada bidang pemberitaan dan disampaikan
kepada bu Titik. Peneliti dimohon untuk menunggu dan menemui Bu Ani
selaku Asisten Produser Eksekutif.
4. Observasi proses pelaksanaan SIBI
Peneliti melakukan observasi saat proses pelaksanaan translasi Bahasa isyarat
pada program Indonesia Malam pada pukul 19.00 WIB hingga program acara
berakhir pukul 20.00 WIB bertempat di Studio 6 Gedung Pusat Penyiaran
5. Wawancara Interpreter
155
Setelah program acara berakhir, peneliti melakukan wawancara kepada
interpreter yang bertugas di malam itu bertempat di depan studio 6 Gedung
Pusat Penyiaran dan dilanjutkan dengan sesi foto
6. Wawancara Produser Eksekutif
Pada hari Selasa, 18 Juli 2017 peneliti bertemu dengan Bapak Danu Dirja di
bagian redaksi lalu diarahkan untuk wawancara langsung dengan Produser
Eksekutif Pemberitaan yaitu Bapak Muhammad Yusuf pada pukul 15.00 WIB
bertempat di gedung Pemberitaan dilanjutkan dengan sesi foto.
7. Observasi Ke Studio
Pada hari Selasa, 25 Juli 2017 peneliti kembali melakukan observasi untuk
mengamati proses pelaksanaan translasi bahasa isyarat di Studio 6 Gedung
Pusat Produksi Siaran pada pukul 18.30 – 20.30 WIB.
8. Wawancara Interpreter ke 2
Pada hari Selasa, 25 Juli 2017 peneliti melakukan wawancara kepada
interpreter bahasa isyarat yaitu Simping Purwanti bertempat di Gedung Pusat
Poduksi Siaran pada pukul 20.00 – 20.30 WIB.
9. Mengecek Disposisi Surat ke KPI Pusat
Pada hari Selasa, 25 Juli 2017 peneliti datang ke kantor KPI Pusat untuk
mengecek disposisi dan jadwal wawancara yang telah ditetapkan oleh pihak
KPI Pusat. Peneliti mendapatkan informasi bahwa surat sudah disposisi dan
wawancara dapat dilakukan pada hari Selasa, 01 Agustus 2017 pukul 11.00
WIB di Kantor KPI Pusat.
156
10. Memberikan Surat Permohonan Wawancara ke Kementerian Sosial
Republik Indonesia
Pada hari Selasa, 25 Juli 2017 peneliti memberikan surat permohonan
wawancara kepada Kementerian Sosial RI. Peneliti akan dihubungi jika sudah
disposisi dan sudah ditetapkan waktu wawancara
11. Wawancara KPI Pusat
Pada hari Selasa, 01 Agustus 2017 pukul 11.30 WIB – 12.00 WIB peneliti
wawancara dengan Komisioner KPI Pusat Dewi Setyarini bertempat di
ruangan kerja beliau. Sebelumnya peneliti diarahkan oleh Humas KPI Pusat
12. Wawancara Kementerian Sosial Republik Indonesia
Pada hari Selasa, 01 Agustus 2017 pukul 15.00 – 16.00 WIB peneliti
melakukan wawancara dengan Kepala seksi monitoring evaluasi Langgeng
Setiawan yang bertempat di Gedung Kementerian Sosial Republik Indonesia
lantai 6 ruang Rehabilitasi Sosial. Selain wawancara, peneliti meminta data
berupa surat keputusan direktur rehabilitasi sosial penyandang disabilitas.
13. Wawancara Interpreter Bisindo Program Acara Kabar Pagi TV ONE
Pada hari Jumat, 15 September 2017 setelah selesai syuting acara Kabar Pagi
pada pukul 06.30 - 07.00 WIB peneliti melakukan wawancara dengan
Interperter Kabar Pagi yang menggunakan jenis Bahasa Isyarat Bisindo yang
bertempat di Gedung Pemberitaan TV ONE.
14. Wawancara Khalayak Tuna Rungu
157
Pada hari Senin, 25 September 2017 peneliti mendatangi Panti Sosial Bina
Rungu Wicara “Melati” yang beralamat di Jl. Gebang Sari No.38 Bambu
Apus Cipayung, Jakarta Timur. Peneliti mendatangi panti ini untuk mencari
informan yang sesuai dengan kriteria penelitin informan. Sebelumnya peneliti
menghubungi salah satu interpreter SIBI yang bertugas disana hingga
akhirnya peneliti diarahkan untuk wawancara dan dibantu dalam
menterjemahkan bahasa isyarat saat proses wawancara. Peneliti
mewawancarai Muhammad Imam, yaittu salah satu murid Panti ini.
Wawancara dilakukan pada pukul 15.30 – 16.00 WIB.
15. Wawancara Produser Program Acara Kabar Pagi TVONE
Peneliti mewawancarai produser kabar pagi melalui Whatsapp. Sebelumnya
peneliti mengirim daftar pertanyaan pada 18 September 2017 melalui email
sesuai permintaan informan, lalu informan meminta peneliti kembali
mengirimkan daftar pertanyaan melalui Whatsapp pada 02 Oktober 2017 dan
dijawab pada hari Selasa, 03 Oktober 2017.
16. Wawancara Khalayak Kabar Pagi TVONE
Peneliti mewawancarai khalayak kabar pagi via Whatsapp. Sebelumnya
peneliti juga sempat berbincang – bincang dengan informan pada hari Rabu,
26 September 2017 di Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang
158
HASIL OBSERVASI PROSES PELAKSANAAN TRANSLASI BAHASA
ISYARAT
Televisi Republik Indonesia (TVRI) Pusat
Peneliti melakukan observasi atau pengamatan pada proses pelaksanaan translasi
Bahasa isyarat. 20 menit sebelum on air, Interpreter mengambil naskah berita ke
ruang redaksi. Kemudian interpreter langsung menuju Studio 6 Gedung Pusat
Penyiaran untuk membaca dan memahami naskah yang akan disiarkan pada malam
itu. Sambil duduk di tempat peragaan, interpreter membaca dan berlatih beberapa
menit sebelum on air. Interpreter tidak sendirian dalam hal ini, ia dibantu oleh PIT
yang mana PIT ini merupakan penyandang disabilitas rungu wicara yang tentu
menguasai Bahasa isyarat dan ia membantu interpreter ketika interpreter tidak
mengetahui isyarat dari suatu kata.
Saat proses membaca dan latihan naskah, beberapa kali interpreter berdiskusi dan
bertanya tentang isyarat yang tidak diketahui oleh interpreter kepada PIT yang
mendampingi malam itu. Setelah membaca naskah selesai dan memulai on air
interpreter memastikan earphone terpasang dengan baik. Setelah semua sudah siap
lalu mulailah on air. Saat on air berlangsung beberapa kali interpreter berusaha untuk
bertanya kepada PIT kata yang interpreter tidak ketahui dan lupa peragaan isyaratnya.
Proses bertanya antara interpreter kepada PIT sedikit sulit karena tandem (orang yang
melakukan perantara pertanyaan dari interpreter ke PIT) tidak hadir pada malam itu,
159
sehingga PIT tidak bisa menanggapi interpreter saat bertanya dan interpreter tidak
bisa mendapatkan bantuan peragaan isyarat. Setelah on air berakhir, interpreter tegur
sapa dan pamit dengan crew yang bertugas malam itu lalu langsung keluar studio.
TV ONE
Peneliti datang ke studio TVONE pada pukul 05.00 WIB Pagi, peneliti langsung
bertemu dengan Produser TVONE karena sebelumnya peneliti sudah membuat janji
untuk bertemu. Peneliti diajak ke ruang panel untuk menunggu sampai break iklan.
Saat iklan, peneliti langsung diarahkan ke studio tempat interpreter dan PIT Kabar
Pagi melaksanakan tugas. Berbeda dengan TVRI, TVONE tidak memberikan print
out naskah berita kepada interpreter, interpreter membaca naskah yang akan di
peragakan melalui monitor kecil. Biasanya saat iklan adalah waktu untuk berdiskusi
dan bertanya yang dilakukan oleh interpreter dengan PIT. Waktu peneliti berada di
studio, beberapa kali interpreter bertanya kepada PIT apa bahasa isyarat dari sebuah
kota dan beberapa kata lain yang bahasa isyaratnya belum interpreter ketahui.
Selain interpreter bertanya jika menemukan kesulitan penerjemahan kepada PIT, PIT
juga biasanya langsung mengoreksi kesalahan dalam menterjemahkan dari interpreter
atau PIT langsung memberi tahu kepada interpreter bahasa isyarat yang sulit dan
asing.
160
Surat Keputusan Penetapan Petugas Translasi Bahasa Isyarat
161
162
Daftar Nama Petugas Translasi Bahasa Isyarat Indonesia
163
164
Foto Saat Proses Peragaan Bahasa Isyarat dan Didampingi PIT
165
Foto Saat Peneliti Mewawancarai Interpreter
166
Saat Interpreter Membaca Naskah Sebelum On Air
167
Foto Bersama Interpreter Bisindo Kabar Pagi TVONE
Foto saat interpeter bertanya kata isyarat yang sulit kepada PIT
168
Foto Bersama Kepala Seksi Monitoring Evalusasi Kemensos RI
Saat Wawancara dengan Komisioner KPI Pusat
169
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
170
RIWAYAT HIDUP
Nama : Nurkhikmah Yuliastuti
NIM : 6662130534
Tempat & Tanggal lahir : Jakarta, 24 Oktober 1995
Domisili : Kota Serang
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tinggi/Berat Badan : 158 cm /46 kg
No HP : 0881 – 745 – 7334
Email : hikmahyuliastuti@yahoo.com
Riwayat Pendidikan
1. 2001 – 2007 : SD Islam Al – Munawwaroh
2. 2007 – 2010 : MTs Negeri 1 Kota Serang
3. 2010 – 2013 : MAN 1 Kota Serang
4. 2013 – 2017 : Jurusan Ilmu Komunikasi Univeristas Sultan Ageng
Tirtayasa
Pengalaman Organisasi
171
1. 2012 – 2013 : Marching Band MAN 1 Kota Serang
2. 2013 – 2015 : LPM Orange FISIP UNTIRTA
3. 2014 – 2015 : Fosmai FISIP UNTIRTA
Pengalaman Kerja
1. Magang di Teknik Operasional Siaran (Switcher dan Kamera) Televisi
Republik Indonesia
top related