bab v kesimpulan - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/53388/4/bab v 13407144012.pdf · petani tidak...
Post on 05-Feb-2018
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
92
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dijelaskan dalam skripsi ini, pelaksanaan
Tebu Rakyat Intensfifikasi (TRI) di Kabupaten Kendal berdasarkan Instruksi Presiden
(Inpres) No. 9 Tahun 1975 yang menetapkan agar petani mengusahakan tanaman tebu
di atas tanahnya sendiri dan pabrik gula tidak perlu lagi menyewa tanah dari rakyat.
Melalui program TRI diharapkan agar para petani pemilik tanah mau bekerja di tanah
miliknya masing-masing, sebagaimana yang mereka lakukan pada waktu bercocok
tanam padi atau palawija.
Wilayah Kabupaten Kendal selama kurun waktu 5 tahun (1975-1980)
melaksanakan TRI JASA, hal ini dikarenakan petani belum cukup berpengalaman
dalam menangani sendiri usaha penanaman tebu. Melalui penetapan Ketua Satuan
Pembina Bimas Propinsi Daerah Tingkat I, penanaman tebu pertama dapat
diselenggarakan melalui hubungan kerjasama antara petani dengan pabrik gula. TRI
Jasa adalah bentuk peralihan menuju TRI sepenuhnya guna memantapkan
kemampuan para petani dalam melakukan dam mengorganisir penanaman tebu pada
tanahnya sendiri.
TRI diselenggarakan di wilayah kerja pabrik gula dengan pelaksanaan secara
konsisten pola tanam dan tata tanam serta dengan dukungan partisipasi aktif petani
yang diwujudkan dalam bentuk gerakan masal. Partisipasi petani didukung berbagai
kemudahan yang disediakan pemerintah seperti penyediaan kredit lunak, subsidi, dan
pembinaan serta pengaturan.
93
Produksi gula di Pabrik Gula Cepiring mengalami pasang surut, dengan
dikeluarkannya Inpres No. 9 Tahun 1975 sebagai kebijakan baru dalam bidang
industri gula yang menggantikan tatanan hubungan produksi gula tebu dari sistem
penyewaan tanah petani oleh pabrik gula menjadi sistem produksi langsung oleh
petani pemilik sawah sendiri. Secara eksplisit Inpres tersebut menetapkan dua tujuan
pokoknya, yaitu peningkatan dan pemantapan produksi gula nasional dan
meningkatkan pendapatan petani. Dengan dikeluarkannya Inpres tersebut, maka
terjadi perubahan yang fundamental dalam sistem produksi gula di Indonesia,
pengusahaan tebu dilakukan oleh petani sedangkan pabrik gula bertindak sebagai
pengolahnya. Tujuan dari Inpres No. 9 Tahun 1975 yaitu memenuhi kebutuhan gula
dalam negeri yang akan menjadikan Indonesia berswasembada gula.
Program TRI di Kabupaten Kendal sangat sulit untuk diterapkan, karena
petani tidak mau rugi dengan adanya TRI. Inpres tersebut belum berjalan lancar,
karena Inpres berjalan di daerah tertentu, seperti Kecamatan Cepiring, Kecamatan
Pegandon, Kecamatan Gemuh, dan Kecamatan Weleri sedangkan di Kecamatan
Patebon dan Kecamatan Kendal tidak berjalan lancar.
Industri gula Indonesia pada tahun 1982 sempat mengalami goncangan karena
terjadinya musim kering yang amat panjang yang mengakibatkan produksi gula
mengalami penurunan cukup tajam. Peristiwa tersebut telah menyebabkan keresahan
di kalangan petani TRI sehingga banyak yang mendatangi pabrik gula dan meminta
agar tebunya ditebang secepatnya untuk menghindari kerugian.
94
Berbagai masalah yang dihadapi selama pelaksanaan TRI di Kabupaten
Kendal adalah pertama adanya sebagian petani yang sawahnya masuk areal TRI
menolak sawahnya masuk areal dan menolak mengikuti program TRI. Padahal
pengaturan masalah glebagan TRI dan sangsi-sangsinya telah diatur oleh desa dengan
Keputusan Desa. Kedua petani-petani tersebut telah berkali-kali dikumpulkan oleh
kepala desa maupun Satpel Bimas Kecamatan dan MUSPIKA (Musyawarah
Pimpinan Kecamatan) untuk diberikan penyuluhan-penyuluhan dan lain sebagainya.
Termasuk yang menyangkut adanya Keputusan Desa yang mengatur glebagan TRI
dan sangsi-sangsinya namun mereka tetap menolak. Ketiga lahan dari petani yang
telah setuju mengikuti TRI mulai dikerjakan lahannya oleh kelompok, sedangkan
yang belum setuju mengikuti TRI kelompok tidak berani mengerjakan lahannya.
Keempat alasan penolakan yang dikemukakan petani adalah takut rugi, hanya
memiliki sawah satu-satunya dan TRI waktunya terlalu lama.
Petani tidak mau menyerahkan lahannya dikarenakan waktu tanam dan waktu
penyerahan lahan kelihatannya tidak berpengaruh banyak pada penghasilan petani.
Terlebih lagi bagi petani berlahan sempit, menanam tebu sama saja dengan
mengancam subsistensi mereka. Pabrik gula sulit mendapatkan petani berlahan
sempit yang secara sukarela bersedia mengikuti program TRI. Untuk menjamin
pasokan tebu ke pabrik gula, dalam operasionalisasinya, pemerintah terpaksa
memakai cara kekerasan agar rakyat bersedia menanam tebu. Rakyat sebenarnya
keberatan menanam tebu karena komoditi ini dinilai kurang menguntungkan
dibanding tanaman pangan (padi dan palawija).
95
Sistem yang dijalankan dalam program TRI mengindikasikan adanya
pelimpahan tanggung jawab pabrik gula, yang semula dari pabrik gula ke petani yang
belum menguasai teknologi penanaman tebu secara maksimal. Petani harus
mempersiapkan lahan, menanam bibit, memelihara, menebang, serta membawa tebu
ke pabrik. Selain itu, petani TRI harus mengajukan kredit kepada BRI untuk dapat
menjalankan usaha tani tebunya. Paket kredit yang disediakan pemerintah terdiri atas
COL (Cost of Living/Biaya Beban Hidup), biaya garap tanah, sarana produksi, serta
biaya tebang dan angkut.
Pelaksanaan program TRI juga melibatkan berbagai pihak yang menjalankan
fungsinya masing-masing dalam menyukseskan program tersebut. Satuan Pelaksana
(Satpel) Binbingan Massal (Bimas) sebagai pelaksana, BRI (Bank Rakyat Indonesia)
yang memberikan kredit, KUD (Koperasi Unit Desa) sebagai penyalur sarana
produksi, dan pabrik gula yang memberikan bimbingan saling terkait dalam
mekanisme pelaksanaan program TRI. Akan tetapi, keterlibatan berbagai pihak
seringkali menimbulkan permasalahan seperti terlambatnya pencairan dana kredit.
Selain itu, dalam hierarki program TRI, petani justru memiliki kekuasaan yang paling
lemah jika dibandingkan dengan pihak lain.
96
DAFTAR PUSTAKA
A. Arsip
ANRI, Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang
Intensifikasi Tebu Rakyat.
BPAD Jawa Tengah, Desa Gondang Ketjamatan Tjepiring Kawedanan Weleri. No:
17/5 Hal: Tuntutan Rakyat Desa Gondang.
______, Turunan. Panitya Tebu Rakyat Kabupaten Kendal. d/a. Kantor Tjabang
Insp.Kooperasi Kabupaten Kendal. No. 618/212/II-3 Hal: Kesulitan Persewaan
Tanah untuk Tahun 1956/1957 di P.G. Tjepiring (Kendal).
KPAD Kendal, Kantor Pembantu Bupati Kendal Wilayah Weleri, No. 144/692
Tentang Keputusan Desa Galih Tentang Penetapan Plotting Alokasi Areal TRI
Tahun 1985/1986, Senarai Arsip Daftar Pertelaan Arsip (DPA) Diserahkan
(Permanen) Eks Pembantu Bupati Kendal se Kabupaten Kendal dan Tapem
Kabupaten Kendal, No. 175.
______, Keputusan Desa Caruban Kecamatan Gemuh Kabupaten Dati II Kendal
Nomor: 144/264/XII/84. TG. 18-12-1984 Tentang: Penetapan Ploting Areal
Tebu Rakyat Intensifikasi MT 1985-1986 dengan Menggunakan Prinsip
Glebagan, Senarai Arsip Daftar Pertelaan Arsip (DPA) Diserahkan (Permanen)
Eks Pembantu Bupati Kendal se Kabupaten Kendal dan Tapem Kabupaten
Kendal, No. 175.
_____, Keputusan Desa Galih Kecamatan Gemuh Kabupaten Dati II Kendal, No.
144/264/XII/84. TG. 18-12-1984 Tentang Penetapan Ploting Areal Tebu Rakyat
Intensifikasi MT 1985-1986 dengan Menggunakan Prinsip Glebagan, Senarai
Arsip Daftar Pertelaan Arsip (DPA) Diserahkan (Permanen) Eks Pembantu
Bupati Kendal se Kabupaten Kendal dan Tapem Kabupaten Kendal, No. 175.
_____, Keputusan Desa Ngawensari Kecamatan Gemuh Kabupaten Dati II Kendal.
Nomor: 144/1/I/85 Tgl. 7-1-1985 Tentang: Penetapan Ploting Areal Tebu
Rakyat Intensifikasi MT 1985-1986 dengan Menggunakan Prinsip Glebagan,
Senarai Arsip Daftar Pertelaan Arsip (DPA) Diserahkan (Permanen) Eks
Pembantu Bupati Kendal se Kabupaten Kendal dan Tapem Kabupaten Kendal,
No. 175.
_____, Keputusan Desa Purworejo Kecamatan Gemuh Kabupaten Dati II Kendal
Tanggal: 16 Januari 1985, Nomor: 144/22. Tentang: Pengaturan Glebagan
Areal Tebu Rakyat (TRI) dan Sangsi-Sangsinya, Senarai Arsip Daftar Pertelaan
97
Arsip (DPA) Diserahkan (Permanen) Eks Pembantu Bupati Kendal se
Kabupaten Kendal dan Tapem Kabupaten Kendal, No. 175.
KPAD Kendal, Keputusan Desa Ringinarum Kecamatan Gemuh Kabupaten Dati II
Kendal No. 5252/01/144/85 Tentang Penetapan Ploting Areal Tebu Rakyat
Intensifikasi MT 1985-1986 dengan Menggunakan Prinsip Glebagan, Senarai
Arsip Daftar Pertelaan Arsip (DPA) Diserahkan (Permanen) Eks Pembantu
Bupati Kendal se Kabupaten Kendal dan Tapem Kabupaten Kendal, No. 175.
_____, Keputusan Desa Sedayu Kec Gemuh Kab: Dati II Kendal, Nomer:
06/144/KD/I/85 Tg 25 Januari 1985 Tentang. Pengaturan Glebagan Areal
Tanaman Tebu Rakyat (TRI) dan Sangsi-Sangsinya terhadap Petani Pemilik
Sawah untuk Desa Sedayu, dari Tahun ke Tahun dan Seterusnya, Senarai Arsip
Daftar Pertelaan Arsip (DPA) Diserahkan (Permanen) Eks Pembantu Bupati
Kendal se Kabupaten Kendal dan Tapem Kabupaten Kendal, No. 175.
Kantor Desa Manggungsari, Keputusan Desa Wonotenggang Kecamatan: Weleri
Kabupaten: Kendal. Nomor: 02/KPD/10/XI/1984. Tentang: Pembagian
Glebagan Areal Tanaman Tebu (T.R.I.). MT.1985/1986 dan Seterusnya, Senarai
Arsip Desa Manggungsari.
KPAD Kendal, Pemerintah Kabupaten Dati II Kendal Kantor Kecamatan Gemuh,
Nomor: 525/672 Perihal: Mohon Petunjuk, Akan Memberlakukan Keputusan
Desa yang Belum Mendapat Pengesahan dari Bapak Bupati KDH TK II
Kendal, Senarai Arsip Daftar Pertelaan Arsip (DPA) Diserahkan (Permanen)
Eks Pembantu Bupati Kendal se Kabupaten Kendal dan Tapem Kabupaten
Kendal, No. 175.
_____, Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal Nomor: Ek. 525.1/4612.
Perihal: Persiapan Pengadaan Areal TRI 85/86, Senarai Arsip Daftar Pertelaan
Arsip (DPA) Diserahkan (Permanen) Eks Pembantu Bupati Kendal se
Kabupaten Kendal dan Tapem Kabupaten Kendal, No. 175.
_____, Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal Nomer: Ek. 525/3964 Hal:
Ploteng Areal TRI Mt. 1983-1984, Senarai Arsip Daftar Pertelaan Arsip (DPA)
Diserahkan (Permanen) Eks Pembantu Bupati Kendal se Kabupaten Kendal dan
Tapem Kabupaten Kendal, No. 175.
Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Koordinasi Bimas Nomor
:011/SK/Mentan/Bimas/XII/1981 Tentang Program Tebu Rakyat Intensifikasi
Musim Tanam Tahun 1982/1983.
98
B. Buku dan Artikel
Alec Gordon (1982), “Ideologi, Ekonomi dan Perkebunan, Runtuhnya Sistem Gula
Kolonial dan Merosotnya Ekonomi Indonesia Merdeka”, Prisma, No. 7.
Badan Pengendali Bimas, Vademecum Bimas Volume III 1977 (Essensi vol. I & II),
Jakarta: Badan Pengendali Bimas, 1977.
Badan Urusan Logistik, Potret Ekonomi Gula Pasir di Indonesia, Tanpa Kota Terbit,
Badan Urusan Logistik, 1984.
Bank Bumi Daya, Gula Tinjauan Produksi dan Pemasaran Gula di Indonesia,
Jakarta: Bank Bumi Daya, 1983.
Bahrein T. Sugihen, Sosiologi Pedesaan (Suatu Pengantar), Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1997.
Bappeda Kabupaten Kendal, Potret Wilayah Kabupaten Kendal 2015, Kendal:
Bappeda Kabupaten Kendal, 2016.
Biro Pusat Statistik, Kabupaten Kendal dalam Angka 1982, Kendal: Kantor Statistik
Kabupaten Kendal, 1983.
_____, Kabupaten Kendal dalam Angka 1990, Kendal: Kantor Statistik Kabupaten
Kendal, 1991.
_____, Penduduk Kabupaten Kendal 1990, Kendal: Kantor Statistik Kabupaten
Kendal, 1991.
_____, Potensi Desa Kabupaten Kendal Tahun 1993: Hasil Sensus Pertanian,
Kendal: Kantor Statistik Kabupaten Kendal, 1994.
Birowo, dkk., Seri Manajemen Usaha Perkebunan: Perkebunan Gula, Yogyakarta:
Lembaga Pendidikan Perkebunan, 1992.
Chairil A. Rasahan, dkk (1986) “Masalah Biaya Tinggi Produksi Gula dan Alternatif
Pemecahannya” Gula Indonesia, Vol. XII/4.
Chandra Indrawanto, dkk, Budidaya dan Pasca Panen Tebu, Jakarta: Eska Media,
2010.
99
Chusnul Hayati, dkk., Peranan Masyarakat Desa di Jawa Tengah dalam Perjuangan
Kemerdekaan Tahun 1945-1949, Daerah Kendal dan Salatiga, Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997.
Clifford Geertz, Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia, Jakarta:
Yayasan Obor, 1983.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pembangunan Lima Tahun di Propinsi
Jawa Tengah 1969-1988, Jakarta: Ilham Bangun Karya, 1999.
Departemen Pertanian, Budidaya Tebu, Jakarta: Departemen Pertanian, 1985.
Djoko Suryo, Sejarah Sosial Pedesaan Karesidenan Semarang 1830-1900,
Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Studi Sosial Universitas Gadjah Mada,
1989.
Helius Sayamsudin, Metodoogi Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2007.
Hotman M. Siahaan, Skema Tebu Rakyat Intensifikasi dan Perubahan Struktur Sosial
Petani, Tanpa Kota: Tanpa Penerbit, Tanpa Tahun.
Husein Sawit, dkk, Ekonomi Gula di Indonesia, Jakarta: Percetakan IPB, 1999.
Kantor Sensus dan Statistik, Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal dalam Angka
Tahun 1974, Kendal: Kantor Sensus dan Statistik, 1975.
Khairudin, Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Liberty, 1992.
Khudori, Gula Rasa Neoliberalisme Pergumulan Empat Abad Industri Gula, Jakarta:
LP3ES, 2005.
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013.
Leirissa R.Z., Ohorella G.A. dan Yuda B. Tangkilisan, Sejarah Perekonomian
Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012.
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (2004), “Menuju Penentuan Rendemen Tebu
yang Lebih Individual”, Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Vol.
26 No. 5.
Lina Farida (2014) “Pabrik Gula Cepiring Kendal Pasca Nasionalisasi Tahun 1957-
2008” Journal of Indonesian History, Vol. 3 No. 1.
100
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Jakarta: UI Press, 2008.
Mona Lohanda, Membaca Sumber Menulis Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2011.
Mubyarto (1981), “Tebu Rakyat Intensivikasi: Prospek dan Masalahnya”, Prisma, no.
10.
_____, dkk, Seminar Tebu Rakyat 28-30 Agustus 1975 di Yogyakarta, Tanpa Kota:
Kerja Sama Dewan Gula dan Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, 1987.
_____ dan Daryanti, Gula: Kajian Sosial Ekonomi, Yogyakarta: Aditya Media, 1991.
_____, dkk., Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan: Kajian Sosial Ekonomi,
Yogyakarta: Aditya Media, 1992.
_____, Ekonomi Pertanian dan Pedesaan, Yogyakarta: Penerbit Aditya Media, 1996.
Nugroho Notosusanto, Hakekat Sejarah dan Metode Sejarah Jakarta: Mega Book
Store, 1984.
Rachmat Susatyo, Industri Gula di Kabupaten Kendal pada Masa Kolonial,
Bandung: Univeritas Padjajaran, 2007.
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1992.
_____ dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi,
Yogyakarta: Aditya Media, 1991.
Selo Soemardjan, dkk, Petani Tebu Laporan Penelitian Tentang Masalah-Masalah
dalam Pelaksanaan Program TRI (Tebu Rakyat Intensifiasi) di Jawa Timur,
Jawa Tengah dan Jawa Barat, Tanpa Kota: Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial dan
Dewan Gula Indonesia, Tanpa Tahun.
Soegijanto Padmo, “Ekonomi Perkebunan dan Keresahan di Pedesaan Sebuah Survei
Awal”, Makalah Seminar Revolusi Kepahlawanan dan Pembangunan Bangsa,
Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 1994.
Soerjapoetra, Program TRI, Yogyakarta: Lembaga Pendidikan Perkebunan,Tanpa
Tahun.
Soerjono Soekanto, Sosiologi dan Ruang Lingkupnya, Bandung: Remaja Pasdakarya,
1990.
101
Tim Penulis PS, Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah dan Tegalan, Jakarta: PT
Penebar Swadaya, 1992.
Tim Prodi Ilmu Sejarah, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Ilmu Sejarah, Yogyakarta:
Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Yogyakarta, 2013.
C. Skripsi
Dian Ariwibowo, “Perjuangan Rakyat Kendal pada Masa Perang Kemerdekaan
Tahun 1947-1949”, Skripsi, Yogyakarta: FIS-UNY, 2012.
Jati Isnanto, “Pelaksanaan Program Tebu Rakyat Intensifikasi di Kabupaten Klaten
1975-1997”, Skripsi, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2012.
Mufidadtut Diniyah, “Sejarah Perkembangan Pabrik Gula Cepiring dan Pengaruhnya
Terhadap Kondsi Sosial Ekonomi Masyarakat Kendal Tahun 1975-1997”,
Skripsi, Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2011.
Surjono Hadi Sutdahjo, “Pelaksanaan Program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRIS) di
Wilayah Kerja Pabrik Gula Olean Situbondo PTP XXIV-XXV (Persero) Jawa
Timur”, Skripsi, Bogor: Institut Pertanian Bogor, 1982.
102
D. Daftar Responden (Wawancara)
No. Nama Usia Pekerjaan Alamat
Dulu Sekarang
1. Komari 54 Pekerja Sekretaris
Desa
Ngawensari,
Ringinarum
Ngawensari,
Ringinarum,
Kendal
2. Muhtadin 56 PLPT UPP TRI
Dinas
Perkebunan
Kab. Kendal
PPL Badan
Ketahanan
Pangan dan
Pelaksana
Penyuluhan
Kab. Kendal
Gringsing,
Gringsing
Batang
3. Purwadi 62 Anggota
Lembaga
Masyarakat
Desa
Petani Jambearum
Patebon Kendal
4. Slamet 57 UPP TRI
DISBUN
Kendal
Dinas
Pertanian
Kabupaten
Kendal
Kebonharjo,
rt/rw. 02/01
Kendal
5. Suradji 76 Kepala Desa/
Ketua LMD
Desa
Ngawensari,
Gemuh
Petani Ngawensari,
Ringinarum,
Kendal
6. Suwadi 59 Ketua Bidang
Masyarakat
Perangkat
Desa
Caruban,
Ringinarum
Caruban RT.
01 RW. 03
Ringinarum
Kendal
7. Zaenal Abidin 62 Petani Petani Banyutowo,
Kendal
8. Zamroah 55 Pekerja Ibu Rumah
Tangga
Sendang Kulon
Kangkung
Kendal
103
LAMPIRAN
104
LAMPIRAN 1
Foto Peta Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal
Sumber: Biro Pusat Statistik, Kabupaten Kendal dalam Angka 1982, Kendal: Kantor
Statistik Kabupaten Kendal, 1983.
105
LAMPIRAN 2
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang
Intensifikasi Tebu Rakyat
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 1975
TENTANG
INTENSIFIKASI TEBU RAKYAT
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemantapan dan peningkatan produksi
gula serta peningkatan pendapatan para petani tebu, dipandang
perlu untuk menyelenggarakan intensifikasi tanaman tebu rakyat;
b. bahwa agar hal termaksud pada huruf a diatas dapat terlaksana
dengan sebaik-baiknya secara efektif, dipandang perlu untuk
mengeluarkan Instruksi Presiden.
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor
IV/MPR/1973 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara;
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor
104, Tambahan Negara Nomor 2043);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 1969;
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1973;
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1974;
7. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1973;
106
MENGINSTRUKSIKAN
Kepada : 1. Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali Bimas,
2. Menteri Dalam Negeri,
3. Menteri Keuangan,
4. Menteri Perdagangan,
5. Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik,
6. Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi,
7. Menteri Penerangan,Gubernur Bank Indonesia,
8. Kepala Badan Urusan Logistik,
9. Direksi Bank Rakyat Indonesia,
10. Para Gubernur/Ketua Badan Pembina Bimas;
Untuk :
PERTAMA : Mengambil langkah-langkah untuk mengalihkan pengusahaan
tanaman tebu untuk produksi gula diatas tanah sewa, ke arah tanaman
tebu rakyat dengan produksi gulanya tetap meningkat, sehingga pada
akhir Pelita II sudah seluruh produksi tebu merupakan hasil tebu
rakyat.
KEDUA : Melaksanakan program intensifikasi tanaman tebu rakyat dengan
sistem Bimas secara bertahap, sehingga tercapai maksud pada diktum
PERTAMA, dengan menempuh langkah-langkah berikut:
a. Intensifikasi pada tanaman tebu yang sudah biasa diusahakan oleh
rakyat, dan intensifikasi pada tanaman tebu yang diusahakan oleh
petani dari pengalihan tanah sewa, untuk selanjutnya dibina supaya
menjadi petani penanam tebu diatas tanahnya sendiri.
b. Agar pelaksanaan intensifikasi tanamantebu rakyat berjalan dengan
sebaik-baiknya, Pabrik Gula supaya bertindak sebagai Pemimpin
Kerja para petani, melakukan penyuluhan/bimbingan tehnis
pengusahaan tanaman tebu rakyat, menyediakan dan melayani
107
kebutuhan sarana produksi serta membantu memberikan petunjuk
dan pelayanan dalam pemberian kredit kepada para petani dengan
memanfaatkan tenaga-tenaga tetap yang ada di pabrik-pabrik gula.
c. Memenuhi kebutuhan dan melayani permintaan kredit untuk usaha
intensifikasi tanaman tebu rakyat bagi para petani yang
memerlukan.
d. Untuk melindungi petani tebu rakyat dari kemungkinan ijon yang
merugikan dan untuk tertibnya pemasaran gula, maka bagian hasil
yang menjadi hak petani dari hasil tebu miliknya yang digilingkan
di pabrik gula, diberikan dalam bentuk uang yang nilainya
ditentukan sedemikian sehingga menggairahkan usaha intensifikasi
tanaman tebu rakyat.
e. Agar dari semula Koperasi (BUUD/KUD) diikutsertakan dan
dibimbing untuk mengkoordinasikan petani tebu rakyat dalam
usahanya meningkatkan produksi gula dan meningkatkan
penghasilan.
KETIGA : melaksanakan koordinasi, integrase dan sinkronisasi dalam
pengendalian, pembinaan dan pelaksanaan intensifikasi tanaman tebu
rakyat di dalam satu wadah bersama dengan intensifikasi tanaman
pangan yang sudah ada, dengan menambah unsur-unsur yang
dibutuhkan.
KEEMPAT : Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 22 April 1975
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
S O E H A R T O
JENDERAL – TNI
108
LAMPIRAN 3
Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Koordinasi Bimas Nomor:
011/SK/Mentan/Bimas/XXI/1981 Tentang Program Tebu Rakyat Intensifikasi
Musim Tanam Tahun 1982-1983
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN/KETUA BADAN PENGENDALI
BIMAS
NOMOR : 011/SK/MENTAN/BIMAS/XXI/1981
Tentang
Progrram Tebu Rakyat Intensifikasi Musim Tanam Tahun 1982-1983
MENTERI PERTANIAN/KETUA BADAN KOORDINASI BIMAS,
Menimbang : a. Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua
Badan Koordinasi Bimas No.002/SK/Mentan/Bimas/11/1981,
telah ditetapkan Program Tebu Rakyat Intensifikasi Tanaman
Tahun 1981/1982;
b. Bahwa untuk lebih memantapkan serta mempercepat peningkatan
produksi gula dan penghasilan petani, maka untuk Musim Tanam
tahun 1982-1983, perlu ditetapkan program Tebu Rakyat
Intensifikasi.
Mengingat : 1. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1978;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960;
3. Undang-Undang Nomor 35 PRP Tahun 1960 jo Nomor 20
Tahun 1964;
109
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974;
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1969;
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
1971;
7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 59/M Tahun
1978;
8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1979;
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1979;
10. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975;
11. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1978;
12. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1981;
13. Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali
Bimas Nomor 013/SK/Mentan/BPB/3/76;
14. Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali
Bimas Nomor 017/SK.1/Mentan/BPB/1978;
15. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
664/Kpts/Org/10/1978;
16. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
240/Kpts/Um/4/1979;
17. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
572/Kpts/Org/9/1979;
18. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
126/Kpts/Um/3/1980;
19. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 002/Kpts/Um/1981;
20. Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor
122/KP/III/1981;
21. Surat Keputusan Bersama Kepala Badan Urusan Logistik, Direktur
Jenderal Koperasi dan Bank Rakyat Indonesia Nomor KEP-
110
42/KA/02/1981; Nomor 200/DK/Kpts/A/11/1981; Nomor Kep-22-
Dir/2/1981
Memperhatikan : a. Surat Menteri Pertanian Nomor 932/Mentan/XI/1980;
Surat Sekretaris Negara Nomor B 136/ABN Sekneg/3/1974;
Surat Menteri Keuangan Nomor S-154/MK.011/1981;
Surat Menteri Muda Urusan Koperasi Nomor 201/MK/III/1981;
Surat Menteri Muda Urusan Koperasi Nomor 626/MK/VII1981;
b. Keputusan Sidang Kabinet tanggal 5 Nopember 1980 mengenai
peningkatan Produksi Gula melalui Rehabilitasi Pabrik Gula di
Jawa yang dipercepat
c. Surat Menteri Pertanian/Ketua Badan Koordinasi Bimas kepada
para Gubernur Kepala Daerah Tingkat I di Jawa Nomor
934/Mentan/XI/1980 tanggal 6 Nopember 1980;
d. Keputusan Rapat Tebu Rakyat Intensifikasi tanggal 20 Oktober
sampai dengan 21 Oktober 1981, serta saran-saran dari daerah
pelaksanaan Tebu Rakyat Intensifikasi;
Menetapkan : MEMUTUSKAN
PERTAMA : Program Tebu Rakyat Intensifikasi Tanaman Tahun 1982/1983
seperti tercantum dalam lampiran Surat Keputusan ini.
KEDUA : Surat Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 Desember 1981.
Sumber: Arsip Desa Manggungsari, Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal.
111
LAMPIRAN 4
Paket Kredit Tebu Rakyat Intensifikasi
112
LAMPIRAN 5
Pelaksanaan Tebu Rakyat Intensifikasi di Kabupaten Kendal
Got dengan sistem reynoso
Pembuatan saluran got kebun tebu dengan traktor
Sumber: Dokumentasi Pribadi Bapak Muhtadin.
top related