bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1...
Post on 25-Mar-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas hasil analisis data
penelitian yang bertujuan untuk menjawab persoalan
penelitian. bab ini akan di bagi dalam beberapa bagian, yakni
karakteristik responden, hasil uji asumsi, dan hasil analisis
data.
4.1 DESKRIPSI TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 So’e, yang berlokasi di jalan Ki Hajar Dewan Toro No.
18, Kecamatan Kota So’e, Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Sekolah ini memiliki fasilitas penunjang guna meningkatkan
mutu pendidikan siswa, seperti sarana ruang computer,
sarana perpustakaan, serta pra-sarana untuk kegiatan
ekstrakulikuler seperti lapangan basket, volley. Jumlah
seluruh siswa SMP Negeri 1 So’e adalah 812 siswa, dengan
jumlah siswa Pria 389 orang dan siswa perempuan 423 orang,
yang dibagi kedalam tiga kelas yaitu kelas VII, VIII, dan IX.
Kelas VII terdiri dari 7 kelas dengan jumlah siswa 272 orang,
kelas VIII terdiri dari 8 kelas dengan jumlah siswa 229 orang
dan kelas IX terdiri dari 8 kelas dengan jumlah siswa 311
orang. Sampel yang diambil oleh penulis berjumlah 121 orang
dari empat kelas pada kelas VIII. Penelitian dilakukan selama
1 minggu mulai dari tanggal 29 Februari sampai tanggal 6
maret 2012. Skala/angket ini disebar ke empat kelas pada
kelas VIII.
4.2 KARAKTERISTIK RESPONDEN
Analisis karakteristik responden digunakan untuk
memperoleh gambaran sampel dalam penelitian ini. Data yang
menggambarkan karakteristik responden merupakan
informasi tambahan untuk memahami hasil penelitian.
Karakteristik responden disajikan berdasarkan gender.
Table 4.1
Responden menurut jenis kelamin
Gender
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Pria 61 50.4 50.4 50.4
Wan
ita
60 49.6 49.6 100.0
Total 121 100.0 100.0
Sumber : data primer yang diolah 2012
Berdasarkan persentase jenis kelamin di atas maka
diketahui bahwa sampel seimbang antara siswa laki-laki
berjumlah 61 orang dan siswi perempuan berjumlah 60 orang.
4.3 DESKRIPSI HASIL PENGUKURAN VARIABEL
4.3.1 Perhitungan nilai maximun, minimum, rata-rata, dan
standar deviasi
Hasil perhitungan nilai maximum, minimum, rata-rata,
dan standar deviasi dari skala Self-efficacy, Motivasi Belajar,
dan Prestasi Belajar, dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Nilai Maximum, Minimum, Rata-rata, dan Standar Deviasi
Skala Efikasi Diri, Motivasi Belajar, dan Prestasi belajar
Statistics
SE MB PB
N Valid 121 121 121
Missing 0 0 0
Mean 49.91 56.24 75.21
Std. Deviation 11.606 13.916 5.937
Minimum 27 27 60
Maximum 81 94 89
Sumber : data primer yang diolah 2012
Dari tabel 4.2, diketahui bahwa efikasi diri dari subyek
penelitian mempunyai rata-rata sebesar 49.91 dengan standar
deviasi 11.606 bergerak dari kategori minimum (27) sampai
dengan kategori maksimum (81). Selanjutnya Motivasi Belajar
dari subyek penelitian mempunyai rata-rata sebesar 56.24
dengan standar deviasi 13.916 bergerak dari kategori
minimum (27) sampai dengan kategori maksimum (94), dan
yang terakhir Prestasi Belajar dari subyek penelitian
mempunyai rata-rata sebesar 75.21 dengan standar deviasi
5.937 bergerak dari kategori minimum (60) sampai dengan
kategori maksimum (89).
4.3.2 Identifikasi skor
4.3.2.1 Variabel efikasi diri
Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel efikasi
diri, digunakan kategori, yakni: rendah, sedang, tinggi, dan
sangat tinggi. Jumlah item yang digunakan untuk
mengukur variabel disiplin kerja adalah 24 item valid.
Dengan demikian untuk variable efikasi diri memiliki skor
terendah 24 (1X24) dan skor tertinggi 96 (4X24). Adapun
rumus yang digunakan untuk mencari rentang skor adalah
sebagai berikut:
Dengan demikian, tinggi rendahnya efikasi diri siswa
dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 4.3
Deskripsi Pengukuran Efikasi Diri Siswa
No Rentang Skor
Kategori N % Mean
1 78 ≤ x < 96 Sangat tinggi
4 3.3% 1.98
2 60 ≤ x <78 Tinggi 21 17.4%
3 42 ≤ x < 60 Sedang 65 53.7%
4 24 ≤ x < 42 Rendah 31 25.6%
Total 121 100%
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa variabel
Efikasi diri memiliki rata-rata sebesar 1.98, sehingga
tergolong dalam kategori Sedang. Prosentasse di setiap
kategori yaitu 3.3% subyek berada pada kategori Sangat
Tinggi, 17.4% subyek berada pada kategori tinggi, 53.7%
subyek berada pada kategori sedang dan 25.6% subyek
berada pada kategori rendah. Secara keseluruhan dapat
dikatakan bahwa efikasi diri siswa SMP Negeri 1 So’e
tergolong Sedang.
4.3.2.2 Variabel motivasi belajar
Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel
Motivasi Belajar, digunakan kategori, yakni: rendah,
sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Jumlah item yang
digunakan untuk mengukur variabel disiplin kerja adalah
27 item valid. Dengan demikian untuk variable Efikasi diri
memiliki skor terendah 27 (1X27) dan skor tertinggi 108
(4X27). Adapun rumus yang digunakan untuk mencari
rentang skor adalah sebagai berikut:
Dengan demikian, tinggi rendahnya Motivasi Belajar
siswa dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 4.4
Deskripsi Pengukuran Motivasi Belajar Siswa
No Rentang Skor Kategor
i
N % Mea
n
1 87.75 ≤ x < 108 Sangat tinggi
3 2.5% 1.98
2 67.5 ≤ x < 87.75 Tinggi 21 17.4%
3 47.25 ≤ x < 67.25 Sedang 68 56.2%
4 27 ≤ x < 47.25 Rendah 29 24. %
Total 121 100%
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa variabel
Motivasi Belajar memiliki rata-rata sebesar 1.98, sehingga
tergolong dalam kategori Sedang. Prosentasse di setiap
kategori yaitu 2.5% subyek berada pada kategori Sangat
Tinggi, 17.4% subyek berada pada kategori tinggi, 56.2%
subyek berada pada kategori sedang dan 24.0% subyek
berada pada kategori rendah. Secara keseluruhan dapat
dikatakan bahwa Motivasi Belajar siswa SMP Negeri 1 So’e
tergolong Sedang.
4.3.2.3 Variabel prestasi belajar
Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel
Prestasi Belajar, digunakan kategori, yakni: rendah,
sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Prestasi belajar siswa
diperoleh dari nilai hasil belajar pada mata pelajaran
matematika dengak skor tertinggi adalah 89 dan skor
terendah adalah 60. Adapun rumus yang digunakan untuk
mencari rentang skor adalah sebagai berikut:
Dengan demikian, tinggi rendahnya Prestasi Belajar
siswa dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 4.5
Deskripsi Pengukuran Prestasi Belajar
No Rentang Skor Kategor
i
N % Mea
n
1 81.75 ≤ x < 89 Sangat
tinggi
22 18.2% 2.70
2 74.5 ≤ x < 81.75 Tinggi 51 42.1%
3 67.25 ≤ x < 74.5 Sedang 38 31.4%
4 60 ≤ x < 67.25 Rendah 10 8.3%
Total 121 100%
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa variabel
Prestasi Belajar memiliki rata-rata sebesar 2.70, sehingga
tergolong dalam kategori Tinggi. Prosentasse di setiap
kategori yaitu 18.2% subyek berada pada kategori Sangat
Tinggi, 42.1% subyek berada pada kategori tinggi, 31.4%
subyek berada pada kategori Sedang dan 8.3% subyek
berada pada kategori Rendah. Secara keseluruhan dapat
dikatakan bahwa Prestasi Belajar siswa SMP Negeri 1 So’e
tergolong Tinggi.
4.4 UJI STATISTIK
Uji statistik dalam penelitian ini, menggunakan program
SPSS for windows versi 17.0.
4.4.1 Uji Asumsi Klasik
Agar dapat melakukan analisa regresi, terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah data
terdistribusi secara normal. Penelitian ini menggunakan
empat uji asumsi klasik, yaitu: uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji linearitas,
dengan menggunakan program SPSS for windows versi 17.0.
4.4.1.1 Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2011). Hasil
uji normalitas disajikan sebagai berikut:
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Dari grafik histogram (gambar 4.1.) tampak bahwa
residual terdistribusi secara normal dan berbentuk simetris
tidak menceng ke kanan atau ke kiri. Pada grafik normal
probility plots (gambar 4.2.) titik-titik menyebar berhimpit
di sekitar diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa
residual terdistribusi secara normal.
Uji kolmogorov-smirnov dapat dilakukan untuk
menguji apakah residual terdistribusi secara normal. Suatu
data disebut terdistribusi normal jika nilai p > 0.05,
sebaliknya jika nilai p < 0.05 maka data tidak terdistribusi
secara normal (Ghozali, 2011). Hasil uji kolmogorov smirnov
tampak pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
res
N 121
Normal
Parametersa,,b
Mean .0000
Std. Deviation 5.90458
Most Extreme
Differences
Absolute .068
Positive .068
Negative -.055
Kolmogorov-Smirnov Z .749
Asymp. Sig. (2-tailed) .630
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil uji residual dengan kolmogorov-smirnov yang
tampak pada tabel 4.6, menunjukkan bahwa efikasi diri,
motivasi belajar dan prestasi belajar memiliki nilai p=
0.630 (p>0.05), artinya bahwa ketiga data tersebut
terdistribusi normal.
4.4.1.2 -Uji multikolinearitas
Uji mulitikolonieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka terdapat problem multikolinearitas. Oleh karena itu
untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas,
dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Multikolonieritas bisa terjadi jika nilai
tolerance < 0.10 dan VIF < 10, selain itu koefisien korelasi
antar variabel harus berada di bawah 0.95 (Ghozali, 2009).
Hasil hitung dengan menggunakan SPSS for windows
versi 17.0, hasil nilai tolerance dan nilai VIF data penelitian
dapat dilihat pada tabel 4.7, dan nilai korelasi antar
variabel dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.7
Nilai Tolerance dan VIF
Variabel Efikasi diri dan Motivasi Belajar
Tabel 4.8 Koefisien Korelasi Variabel Efikasi Diri dan
Motivasi Belajar
Coefficient Correlationsa
Model MB SE
1 Correlation
s
MB 1.000 -.685
SE -.685 1.000
Covariance
s
MB .003 -.002
SE -.002 .004
a. Dependent Variable: PB
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
SE .531 1.883
MB .531 1.883
a. Dependent Variable: PB
Hasil perhitungan pada tabel 4.7 yaitu, nilai
tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang
memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 yang berarti tidak
ada korelasi antar variabel independen, dan hasil
perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF)
menunjukkan nilai VIF di sekitar angka 1. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar
variabel independen dalam model regresi.
Sedangkan melihat hasil besaran korelasi antar
variabel independen (tabel 4.8), tampak bahwa variabel
Self-efficacy yang mempunyai korelasi cukup tinggi dengan
variabel Motivasi Belajar dengan tingkat korelasi sebesar –
0,685. Oleh karena korelasi ini masih di bawah 0.95 (95%),
maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolonieritas yang
serius.
4.4.1.3 Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot
antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED, dimana bila titik pada grafik
scatterplot menyebar secara acak di atas dan di bawah
angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Hasil uji
heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut
ini.
Gambar 4.3
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun
di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi,
sehingga model regresi layak digunakan untuk
memprediksi Prestasi Belajar berdasarkan masukan
variabel independen, yaitu: efikasi diri dan Motivasi Belajar.
4.4.1.4 Uji linearitas
Berdasarkan hasil uji linearitas pada variabel efikasi
diri dan Prestasi Belajar, dapat diketahui bahwa nilai F
beda adalah 1.292 dengan signifikansi 0.166 (p>0.05),
maka disimpulkan bahwa terdapat linearitas hubungan
antara efikasi diri dengan Prestasi Belajar. Hasil uji coba
linearitas pada variabel efikasi diri dengan Prestasi Belajar,
dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9 Uji Linearitas Efikasi Diri dan Prestasi Belajar
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
PB
*
SE
Between
Groups
(Combine
d)
1650.985 40 41.275 1.280 .174
Linearity 26.168 1 26.168 .812 .370
Deviation
from
Linearity
1624.817 39 41.662 1.292 .166
Within Groups 2579.429 80 32.243
Total 4230.413 120
Berdasarkan hasil uji linearitas pada variabel
Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar, dapat diketahui
bahwa nilai F beda adalah 0.763 dengan signifikansi 0.839
(p>0.05), maka disimpulkan bahwa terdapat linearitas
hubungan antara Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar.
Hasil uji coba linearitas pada variabel Motivasi Belajar dan
Prestasi Belajar, dapat dilihat pada tabel 4.10. berikut ini.
Tabel 4.10 Uji Linearitas Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar
4.4.2 Uji Hipotesa
Hipotesis: Efikasi diri dan Motivasi Belajar secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap Prestasi Belajar
Matematika siswa SMP N 1 So’e.
Dalam uji hipotesis, penulis menggunakan analisis
regresi berganda dua variabel. Dua variabel yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah dua variabel independen, yakni
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
PB *
MB
Between
Groups
(Combine
d)
1470.751 49 30.015 .772 .830
Linearity 46.345 1 46.345 1.19
2
.279
Deviation
from
Linearity
1424.406 48 29.675 .763 .839
Within Groups 2759.662 71 38.868
Total 4230.413 120
efikasi diri dan motivasi belajar. Berikut ini adalah hasil dari
analisis dengan menggunakan SPSS for windows versi 17.0.
Tabel 4.11
Hasil Analisis Regresi Berganda Efikasi Diri dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi belajar
Model Summaryb
Mode
l R
R
Squa
re
Adjusted
R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .105a .011 -.006 5.954 1.914
a. Predictors: (Constant), MB, SE
b. Dependent Variable: PB
Dari hasil output SPSS for windows versi 17.0,
menunjukkan bahwa koefisien determinasi/ R Square (R²)
sebesar 0.011. Hal ini menjelaskan bahwa 1.1 % dari variasi
yang terjadi pada Prestasi Belajar dapat dijelaskan oleh variasi
kedua variabel independen, yakni: Efikasi diri (X1) dan
Motivasi Belajar (X2), sedang sisanya yaitu 98.9% dijelaskan
oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian
ini.
Selanjutnya dilakukan uji signifikansi simultan (uji
statistik F) dengan menggunakan uji anova (F-test) yang
bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen atau variabel bebas yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau
simultan terhadap variabel dependen atau variabel terikat.
Hasil pengujian disajikan pada tabel 4.12 sebagai berikut:
Tabel 4.12 Hasil Analisis Regresi Berganda
(Uji Signifikansi Simultan / Uji Statistik F) Efikasi diri dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi
Belajar
Pada tabel anova (tabel 4.13) menunjukkan bahwa uji
signifikansi simultan (uji statistik F), diperoleh nilai Fhitung
sebesar 0.659 dengan tingkat signifikansi 0.519 (p>0.05).
Dengan demikian Efikasi diri dan Motivasi Belajar secara
bersama-sama atau simultan tidak berpengaruh signifikan
terhadap Prestasi Belajar. Probabilitas (0.519) jauh lebih besar
dari 0.05, maka kedua variabel independen yaitu Efikasi diri
dan Motivasi Belajar tidak dapat digunakan sebagai prediktor
Prestasi Belajar. Dengan demikian hipotesis penelitian yang
menyebutkan bahwa, Efikasi diri dan Motivasi Belajar secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap Prestasi Belajar,
tidak diterima.
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regressi
on
46.732 2 23.366 .659 .519a
Residua
l
4183.681 118 35.455
Total 4230.413 120
a. Predictors: (Constant), MB, SE
b. Dependent Variable: PB
Selanjutnya dilakukan uji statistik t untuk
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/
independen yaitu Efikasi diri dan Motivasi Belajar secara
individual atau parsial dalam menerangkan variasi variabel
dependen atau variabel terikat yaitu Prestasi Belajar. Pada uji
statistik t diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.13
Hasil Analisis Regresi Berganda (Uji Signifikan Parameter Individual/ Uji Statistik t)
Efikasi diri dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar
Coefficientsa
Pada tabel 4.13 diketahui bahwa, dari kedua variabel
independen yang dimasukan ke dalam model regresi, variabel
Efikasi diri tidak signifikan karena dilihat dari probabilitas
signifikansi untuk Efikasi diri sebesar 0.917 atau jauh dari
kriteria signifikan (p-value<0.05), hal ini menjelaskan bahwa
variabel efikasi diri secara parsial tidak mempengaruhi
variabel Prestasi Belajar. Sedangkan variabel Motivasi Belajar
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constan
t)
72.584 2.535
28.6
34
.000
SE .007 .064 .013 .104 .917
MB .041 .054 .096 .762 .448
a. Dependent Variable: PB
juga tidak memenuhi kriteria signifikan dengan probabilitas
signifikansi sebesar 0.448 atau jauh dari kriteria signifikan (p-
value<0.05). Hal ini berarti bahwa secara parsial variabel
motivasi belajar tidak berpengaruh terhadap Prestasi Belajar.
Hal ini berarti bahwa secara parsial variabel Efikasi diri dan
Motivasi Belajar tidak berpengaruh pada Prestasi Belajar
Matematika.
Dengan demikian, berdasarkan hasil uji hipotesis
penelitian di atas, maka hipotesis yang menjelaskan bahwa
Efikasi diri dan Motivasi Belajar secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Prestasi Belajar Matematika siswa tidak
diterima.
4.5 DISKUSI
Analisa statistik penelitian ini menggunakan pengujian
regresi berganda untuk melihat secara bersama pengaruh
variabel independen pada prestasi belajar matematika.
Berdasarkan hasil pengujian statistik, diketahui bahwa tidak
terdapat pengaruh bersama-sama antara efikasi diri dan
motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 So’E. Dari hasil analisa membuktikan bahwa
hipotesis tersebut tidak diterima. Hal ini dapat dibuktikan dari
uji signifikansi simultan (uji statistik F) yang menunjukkan
nilai F hitung sebesar 0.659 dengan tingkat signifikansi 0.519
(p>0.05). Nilai R square (R2) sebesar 0.11 yang menunjukan
bahwa 1.1% dari variabel prestasi belajar (Y) dapat dijelaskan
oleh dua variabel independen yaitu efikasi diri (X1) dan
motivasi belajar (X2). Hal ini berarti bahwa efikasi diri dan
motivasi belajar secara simultan tidak bisa menjadi prediktor
prestasi belajar siswa SMP Negeri 1 So’E, sehingga dapat
dikatakan bahwa jika rendah efikasi diri siswa dan motivasi
belajar siswa maka makin negatif prestasi belajar pada siswa
dan sebaliknya jika tinggi efikasi diri siswa dan motivasi
belajar siswa maka makin positif prestasi belajar siswa. Hasil
analisa tersebut didasarkan pada beberapa alasan, dan
kemudian dibahas dalam setiap variabel.
Pertama, berdasarkan hasil analisa statistik tersebut,
maka dapat dikatakan bahwa siswa SMPN 1 So’E pada kelas
VIII tidak memiliki efikasi belajar yang tinggi. Hal ini dapat
dilihat dari hasil uji t pada tabel 4.13 dengan nilai β=0.013,
nilai t=0.014 dengan taraf siginifikan 0.917 (p > 0.05) . Dari
hasil penelitian ini menunjukan bahwa efikasi diri tidak
memberikan pengaruh pada prestasi belajar. Hal ini senada
dengan penelitian yang dilakukan oleh Powers, Vacouver dkk
(dalam Tahalele 2005) yang mengatakan bahwa tidak terdapat
hubungan yang positif signifikan antara self-efficacy dengan
prestasi seseorang. Hal ini didukung juga dengan penelitian
yang dilakukan oleh Shaw (2008) dimana menunjukan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy
dengan indeks prestasi.
Berdasarkan informasi yang diperoleh siswa tidak
menunjukan efikasi dirinya dalam mengikuti proses
pembelajaran, siswa ragu-ragu, tidak yakin dengan dirinya
sendiri ‘’orang lain bisa kenapa saya tidak bisa’’ dan juga
siswa merasa takut atau cemas ketika menghadapi soal
latihan ataupun disuruh untuk mengerjakan soal di papan
tulis. Menurut Bandura (1995) faktor yang memengaruhi
proses pembentukan efikasi diri seseorang haruslah memiliki
pengalaman tidak langsung, keadaan fisiologis yang ikut
memengaruhi dan juga persuasi secara verbal. Pengalaman
tidak langsung dengan melihat kesuksesan orang lain yang
memiliki kesamaan dengan dirinya, akan dapat meningkatkan
harapan efikasi dirinya, siswa dapat menilai dirinya memiliki
kemampuan seperti yang dimiliki oleh orang lain. Dengan
prinsip yang sederhana siswa dapat mencontoh di mana jika
orang lain dapat melakukannya maka begitu pula dengan
dirinya dapat melakukan hal yang sama. Persuasi verbal
sering digunakan untuk meyakinkan seseorang tentang
kemampuannya sehingga dapat memungkinkan individu
meningkatkan usahanya untuk mencapai tujuannya. Persuasi
verbal ini akan berlangsung efektif bila berdasarkan realita
dan memiliki alasan untuk meyakinkan dirinya bahwa dirinya
dapat mencapai apa yang ditujukannya melalui tindakan
nyata. Dan juga keadaan fisiologis seseorang akan
memperoleh informasi melalui keadaan fisiologisnya dalam
menilai kemampuannya sehingga akan cenderung memiliki
harapan kesuksesan dalam melakukan tugas yang lebih
besar, bila dalam kondisi yang tidak diwarnai oleh ketegangan
dan tidak merasakan adanya keluhan atau gangguan somatis
dalam dirinya.
Bandura (1955) menyatakan bahwa kognisi adalah
sebagai tingkah laku perantara di mana persepsi diri kita
mempengaruhi tingkah laku. Ditekankan bahwa efikasi diri
sangat berpengaruh dalam tingkah laku seseorang. Anak-anak
mungkin mempunyai kemampuan dalam melaksanan tugas,
namun jika mereka menganggap bahwa mereka tidak mampu
melaksanakan tugas tersebut maka mereka bisa gagal atau
bahkan tidak mencoba untuk menggunakan skill mereka.
Keluarga merupakan penyumbang utama efikasi diri anak.
Adicondro dan purnomosari (2011) mengatakan bahwa
dukungan sosial keluarga yang memiliki peranan cukup
penting karena keluarga merupakan orang yang terdekat
dengan individu. Apabila individu mendapatkan dukungan
emosi dari keluarganya, saat menghadapi rintangan dalam
belajar maka anak akan mendapatkan dukungan dari
keluarganya sehingga ia tetap merasa lebih yakin dan tetap
mampu merencanakan dan mengontrol kegiatan belajarnya
serta memanfaatkan lingkungannya.
Selain itu kecenderungan untuk menganggap diri lemah
dan tidak mampu, sehingga selalu mengandalkan orang lain
juga menjadi salah satu penghalang tingginya efikasi diri
seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Menganggap diri
lemah sehingga terus bergantung dengan orang lain sama saja
artinya dengan rendahnya self-confidence (kepercayaan diri)
seseorang. Kepercayaan diri menurut Louster (dalam Praptoro,
2005) adalah sebagai sikap atau perasaan yang tidak
tergantung pada orang lain, karena kekuatan, kemampuan,
ketrampilan, dan dapat menghasilkan suatu keyakinan akan
kesuksesan tugasnya tanpa harus membandingkan dirinya
dengan orang lain, dan tidak memerlukan dukungan orang
lain.
Kedua, berdasarkan hasil analisa statistik tersebut,
maka dapat dikatakan bahwa siswa SMPN 1 So’E pada kelas
VIII tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi. Hal ini dapat
dilihat dari hasil uji t pada tabel 4.13 dengan nilai β=0.096,
nilai t=0.762 dengan taraf siginifikan 0.448 (p > 0.05). Dari
hasil penelitian ini menunjukan bahwa motivasi belajar tidak
memberikan pengaruh pada prestasi belajar. Hal ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Tstu (2010) yang
menunjukan tidak ada hubungan yang positif signifikan
antara motivasi belajar dengan prestasi belajar matematika
(dengan p = 0.638 > 0.05). Kemudian didukung juga oleh
penelitian yang dilakukan oleh Issu (2005) yang menunjukan
tidak ada hubungan positif signifikan antara motivasi belajar
dengan prestasi belajar matematika. Di dalam kegiatan belajar
mengajar peran motivasi sangat diperlukan. Pintrich dan
Schunk (1996) menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan,
motivasi intrinsik yang dimiliki siswa lebih membantu dalam
proses belajar dan meraih prestasi yang baik. Hal ini
disebabkan karena siswa yang termotivasi secara intrinsik
biasanya selalu berusaha untuk meningkatkan belajar
mereka. Akan tetapi motivasi ini sendiri bukan saja bersumber
dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor lain yang
memengaruhi motivasi belajar siswa juga bersumber dari luar
(eksternal), misalnya kondisi lingkungan belajar (iklim kelas),
orang tua, dan juga upaya guru dalam proses pembelajaran
(Winkel, 1983). Proses pembelajaran erat sekali hubungannya
dengan lingkungan atau suasana tempat proses belajar itu
berlangsung terutama pada iklim kelas. Hoy & Miskell (dalam
Hadiyanto, 2004) menyatakan bahwa iklim merupakan
kualitas lingkungan (kelas) yang terus menerus dialami oleh
guru yang memengaruhi tingkah laku siswa dalam
menciptakan proses pembelajaran yang kondusif. Misalnya
munculnya sikap saling terbuka, sikap saling menghargai,
mendahulukan kepentingan bersama.
Selain kondisi lingkungan, peran guru juga sangat
memengaruhi akan motivasi belajar siswa. Dalam
pembelajaran guru hendaknya dapat memanfaatkan segala
fasilitas penunjang yang dapat mendinamiskan pembelajaran
hingga menimbulkan ketertarika siswa. Hal ini sejalan dengan
pendapat Dimyati & Mudjiono (1999) yang mengatakan bahwa
pembelajaran yang berkembang, dan lingkungan yang
semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi
yang bagus dalam pembelajaran. Guru professional
diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar, majalah,
siaran radio, TV, dan sumber belajar di sekitar sekolah untuk
memotivasi belajar. Peran guru dalam memotivasi siswa dalam
belajar diharapkan dapat mengembangkan aktivitas dan
inisiatif siswa agar lebih tekun dalam belajar.
Selain peran guru, peran orang tua dalam memotivasi
anak sangat penting dalam pengembangan kognisi dan
prestasinya, mengingat orang tua adalah orang terdekat dalam
kehidupan anak. Menurut Dimyati & Mudjiono (1999),
motivasi orang tua dipandang sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk
perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan
dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.
Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada
pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dalam
kaitannya dengan prestasi belajar maka tugas orang tua
sangat penting dalam menumbuhkan semangat belajar.
Dalam hal ini orang tua hendaknya memberikan motivasi
kepada anak-anaknya, sehingga akan timbul dalam diri anak
itu hasrat belajar yang lebih baik, anak akan dapat menyadari
apa gunanya belajar itu, jika diberikan perangsang atau
motivasi. Dimyati & Mudjiono (1999), mengatakan bahwa
hadiah dan hukuman sering digunakan untuk meningkatkan
kegiatan belajar. Jika siswa belajar dengan hasil sangat
memuaskan, maka ia akan memperoleh hadiah dari orang
tua. Sebaliknya, jika hasil belajar tidak baik dan memperoleh
nilai kurang, maka ia akan memperoleh “peringatan atau
hukuman” dari orang tua .
Dalam hal ini, hukuman dan juga hadiah dapat
merupakan motivasi ekstrinsik bagi siswa untuk belajar
dengan bersemangat. Berdasarkan informasi yang diperoleh
dari siswa SMP Negeri 1 So’E bahwa orang tua juga berperan
penting dalam membantu kelancaran dan juga prestasi
anaknya. Orang tua mengontrol anaknya dalam proses belajar
di rumah dan juga memberikan suatu reward atau
pengharagaan berupa hadiah atau hukuman. Contohnya
seperti jika anak mendapat ranking 1 maka orang tua akan
mengabulkan permintaannya, sedangkan jika anak mendapat
nilai yang jelek maka orang tua akan memberikan hukuman
berupa larangan atau batasan waktu untuk bermain dengan
teman sebaya, dimarahin, dan sebagainya. Oleh karena itu,
motivasi orangtua juga menjadi salah satu penentu dalam
pencapaian prestasi belajar siswa. Menurut Stainbeck dan
Susan (dalam Soukotta), ada beberapa bentuk peran orangtua
dalam membantu anak belajar untuk mencapai prestasi,
yakni: peran sebagai fasilitator, peran sebagai pembimbing
atau pengajar dan peran sebagai motivator. Peran sebagai
fasilitator adalah orang tua menyediakan diri untuk terlibat
dalam membantu belajar anak di rumah, mengembangkan
keterampilan belajar yang baik, memajukkan pendidikan
dalam keluarga dan menyediakan sarana alat belajar, seperti
tempat belajar, penerangan yang cukup, buku-buku pelajaran
dan alat-alat tulis. Peran orangtua sebagai pembimbing atau
pengajar, orangtua akan memberikan pertolongan kepada
anak dengan siap membantu belajar melalui pemberian
penjelasan pada bagian yang sulit dimengerti oleh anak,
membantu anak mengatur waktu belajar, dan mengatasi
masalah belajar dan tingkah laku anak yang kurang baik.
Peran sebagai motivator, orang tua memotivasi anak dengan
cara meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah,
mempersiapkan anak untuk menghadapi ulangan,
mengendalikan stress yang berkaitan dengan sekolah,
mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan
sekolah, dan memberi penghargaan terhadap prestasi anak
dengan memberi hadiah atau pujian. Hal ini senada dengan
penelitian oleh Hassinger dan Plourde (dalam Soukotta, 2010)
yang melakukan penelitian kepada siswa di Amerika tahun
2003-2004, menemukan bahwa keluarga adalah satu
kesatuan yang sangat kuat, keluarga yang mendukung dan
memberi penghargaan pada anaknya maka, anak tersebut
akan berhasil dalam prestasi akademisnya. Selanjutnya
Nurmadiah (2005) meneliti tentang pengaruh motivasi
orangtua pada siswa SMP kelas 3 Negeri 8 Banda Aceh, data
penelitian yang di dapat menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh positif antara motivasi orangtua dengan prestasi
belajar siswa SMP.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
dan juga berdasarkan hasil penelitian yang telah diteliti oleh
penulis dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor lain
dari motivasi seseorang dalam mencapai prestasi belajar itu
sendiri, yang mana motivasi belajar seseorang bukan saja dari
dalam dirinya melainkan ada faktor dari luar dirinya atau
faktor ekstrinsik yang turut mempengaruhi prestasi
belajarnya.
Berdasarkan dengan pembahasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesa yang mengatakan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara efikasi diri dan motivasi
belajar sebagai prediktor prestasi belajar siswa tidak dapat
diterima, atau dengan kata lain bahwa efikasi diri dan
motivasi belajar tidak bisa dijadikan prediktor prestasi belajar
siswa. Kajian awal dalam penelitian ini adalah melihat
pengaruh efikasi diri atau keyakinan diri dari anak dan juga
motivasi belajar dari anak terhadap prestasi belajarnya. Tetapi
hasilnya adalah tidak adanya pengaruh positif dari efikasi diri
atau keyakinan diri dan motivasi belajar terhadap prestasi
belajar anak. Akan tetapi ada hal lain di luar dari kajian teori
ini yang juga turut memengaruhi prestasi belajar dari dalam
diri anak yaitu faktor yang berasal dari luar individu
(ekstrinsik). Faktor ekstrinsik ini juga mempengaruhi seorang
individu dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Misalnya
pengaruh peran orang tua terhadap keyakinan diri anak
terhadap prestasi belajarnya, peran orang tua dalam
memotivasi anak untuk peningkatan prestasi belajarnya.
Lingkungan keluarga merupakan awal pertumbuhan dan
perkembangan anak dalam meniti masa depannya. Oleh
karena itu faktor ekstrinsik juga sangat memengaruhi prestasi
belajar seseorang. Sehingga hipotesa dalam penelitian ini yang
mengatakan bahwa tidak adanya signifikansi yang positif dari
efikasi diri siswa dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi
belajar, dapat juga di pengaruhi oleh faktor luar (ekstrinsik) di
luar dari penelitian ini seperti peran orang tua bagi siswa
dalam peningkaan prestasi belajarnya.
Kemudian dalam kajian secara metodologi dalam hal
pengambilan sampel pada penelitian ini ditujukan kepada
siswa/i, pengujian pada penelitian ini menggunakan teknik
analisa regresi berganda uji signnifikan F dan mendapatkan
hasil yang negatif atau tidak sesuai dengan hipotesa pada
panelitian ini. Hal ini bisa disebabkan oleh pengambilan
sampel yang terlalu sedikit atau terlalu banyak, skala pada
angket psikologi dalam hal ini item pernyataan yang
digunakan bisa saja tidak dapat dipahami dengan baik oleh
subyek, kevalid-an dari angket yang digunakan di mana dalam
penelitian ini peneliti mengadopsi angket yang telah dibuat
oleh peneliti lainya juga berpengaruh, dan pada penelitian ini
peneliti menggunakan penelitian secara try-out terpakai
dimana penelitian yang hanya dilakukan sekali saja dan hasil
dari penelitian try-out terpakai tersebut dijadikan sebagai hasil
dalam pengujian uji asumsi dan hipotesa. Hal-hat tersebut ini
yang mungkin menyebabkan kegagalan dalam penulisan
hipotesa.
top related