bab iv deskripsi dan analisis data a. deskripsi dataeprints.walisongo.ac.id/5906/5/bab iv.pdf ·...
Post on 28-Mar-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
90
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 22 Januari sampai
tanggal 6 Februari 2016. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan menggunakan jenis penelitian eksperimen, yaitu
mencari pengaruh perlakuan (treatment) penerapan model
pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) terhadap kemampuan
komunikasi matematika peserta didik pada materi himpunan kelas
VII SMP Negeri 1 Mlonggo Jepara.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen
yang membagi kelas menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas eksperimen yaitu kelas VII-G diberikan perlakuan
menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW),
sedangkan kelas kontrol yaitu kelas VII-H diberikan perlakuan
menggunakan pembelajaran konvensional atau ceramah.
Tes digunakan untuk memperoleh data nilai posttest materi
himpunan peserta didik kelas VII-G dan VII-H. Tes kemampuan
komunikasi matematika ini diberikan kepada kedua kelompok
sampel setelah menyelesaikan pembelajaran. Di mana pelaksanaan
pembelajaran yang berbeda yaitu kelas eksperimen (VII-G) yang
menerima perlakuan pembelajaran menggunakan model Think-
Talk-Write (TTW) dan kelas kontrol (VII-H) yang menggunakan
pembelajaran konvensional.
91
1. Kemampuan Komunikasi Matematika Peserta Didik
Kelas Eksperimen
Dari nilai hasil tes kemampuan komunikasi matematika
yang diberikan kepada kelas eksperimen (VII-G) pada tanggal
5 Februari 2016 diperoleh nilai terendah 47,5 dan nilai
tertinggi adalah 96,7. Lebih jelasnya ditunjukkan persentase
pencapaian masing-masing indikator kemampuan komunikasi
matematika setiap butir soal pada tabel berikut :
Tabel 4.1
Skor Ketercapaian Indikator Kemampuan Komunikasi
Matematika Kelas Eksperimen
No
Soal
Indikator Komunikasi yang
Diukur
Ketercapaian
Rata-
rata
Persenta
se
2 Merumuskan definisi,
menjelaskan ide secara
tulisan
3,72 74,44%
4 3,81 76,11%
6 3,89 77,78%
8 3,39 67,78%
1a Menggunakan istilah-istilah,
notasi-notasi, maupun simbol
matematika untuk
menyajikan ide-ide
matematika secara tulisan.
5,89 98,15%
3a 8,28 82,78%
5a 7,72 77,22%
7a 15,69 87,19%
92
1b Menyatakan ide atau situasi
matematika secara tulisan
dengan gambar, maupun
diagram.
4,47 89,44%
3b 3,64 72,78%
5b 5,81 58,06%
7b 6,25 62,5%
10 4,67 51,85%
9
Menyatakan gambar atau
diagram ke dalam ide-ide
matematika
14,22 83,66%
Selanjutnya nilai hasil tes kemampuan komunikasi
matematika peserta didik kelas eksperimen adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.2
Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas
Eksperimen Tiap Indikator
1 2 3 4
1 E-VII G -1 13,33 26,67 13,33 12,50 65,83
2 E-VII G -2 15,00 34,17 17,50 12,50 79,17
3 E-VII G -3 6,67 16,67 11,67 12,50 47,50
4 E-VII G -4 15,00 35,00 20,00 7,50 77,50
5 E-VII G -5 14,17 34,17 20,00 12,50 80,83
Nilai
TotalNo.
Kode
Peserta
Nilai Tiap Indikator
93
1 2 3 4
6 E-VII G -6 15,83 36,67 22,50 12,50 87,50
7 E-VII G -7 10,00 29,17 19,17 13,33 71,67
8 E-VII G -8 15,00 35,00 27,50 14,17 91,67
9 E-VII G -9 10,00 35,00 14,17 9,17 68,33
10 E-VII G -10 16,67 36,67 32,50 10,00 95,83
11 E-VII G -11 15,83 34,17 25,83 13,33 89,17
12 E-VII G -12 16,67 36,67 27,50 14,17 95,00
13 E-VII G -13 16,67 35,83 24,17 11,67 88,33
14 E-VII G -14 16,67 35,00 32,50 12,50 96,67
15 E-VII G -15 15,00 34,17 20,83 12,50 82,50
16 E-VII G -16 14,17 27,50 15,83 10,00 67,50
17 E-VII G -17 10,00 34,17 7,50 12,50 64,17
18 E-VII G -18 8,33 26,67 20,83 10,00 65,83
19 E-VII G -19 14,17 32,50 22,50 12,50 81,67
20 E-VII G -20 11,67 30,00 20,83 12,50 75,00
21 E-VII G -21 12,50 30,00 21,67 12,50 76,67
22 E-VII G -22 11,67 34,17 15,83 11,67 73,33
23 E-VII G -23 6,67 22,50 12,50 11,67 53,33
24 E-VII G -24 9,17 31,67 7,50 11,67 60,00
25 E-VII G -25 10,00 33,33 27,50 12,50 83,33
26 E-VII G -26 7,50 23,33 20,83 13,33 65,00
27 E-VII G -27 15,00 32,50 24,17 12,50 84,17
28 E-VII G -28 12,50 28,33 11,67 0,00 52,50
29 E-VII G -29 13,33 35,00 30,83 14,17 93,33
30 E-VII G -30 10,00 21,67 18,33 14,17 64,17
31 E-VII G -31 16,67 35,83 30,00 14,17 96,67
32 E-VII G -32 14,17 35,83 20,00 7,50 77,50
Nilai
TotalNo.
Kode
Peserta
Nilai Tiap Indikator
94
Keterangan :
Indikator :
1. Merumuskan definisi, menjelaskan ide secara tulisan
2. Menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi, maupun
simbol matematika untuk menyajikan ide-ide
matematika secara tulisan.
3. Menyatakan ide atau situasi matematika secara tulisan
dengan gambar, maupun diagram.
4. Menyatakan gambar atau diagram ke dalam ide-ide
matematika
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui nilai rata-rata
tes kemampuan komunikasi matematika kelas eksperimen
adalah 76,20. Terdapat perbedaan dari tiap-tiap indikator
kemampuan komunikasi matematika peserta didik. Untuk
perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 32. Selanjutnya
indikator kemampuan komunikasi matematika dikelompokkan
berdasarkan aspek komunikasi matematika yang diukur.
1 2 3 4
33 E-VII G -33 11,67 30,00 21,67 10,83 74,17
34 E-VII G -34 8,33 36,67 25,00 14,17 84,17
35 E-VII G -35 10,00 15,00 17,50 13,33 55,83
36 E-VII G -36 4,17 35,83 23,33 14,17 77,50
Nilai
Total
rata-rata 76,20
No.Kode
Peserta
Nilai Tiap Indikator
95
Persentase ketercapaian masing-masing indikator kemampuan
komunikasi matematika dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.3
Persentase Pencapaian Indikator Kemampuan
Komunikasi Matematika Kelas Eksperimen
No Indikator Persenta
se
Kategori
Kemampu
an
1 Merumuskan definisi,
menjelaskan ide secara tulisan 74,03% Baik
2 Menggunakan istilah-istilah,
notasi-notasi, maupun simbol
matematika untuk menyajikan
ide-ide matematika secara
tulisan
86,33% Sangat
Baik
3 Menyatakan ide atau situasi
matematika secara tulisan
dengan gambar, maupun
diagram
66,93% Baik
4 Menyatakan gambar atau
diagram ke dalam ide-ide
matematika 83,66%
Sangat
Baik
Rata-rata 76,20% Baik
2. Kemampuan Komunikasi Matematika Peserta Didik
Kelas Kontrol
Dari nilai hasil tes kemampuan komunikasi matematika
yang diberikan kepada kelas Kontrol (VII-H) pada tanggal 6
96
Februari 2016 diperoleh nilai terendah 32,5 dan nilai tertinggi
adalah75,8. Lebih jelasnya ditunjukkan persentase pencapaian
masing-masing indikator kemampuan komunikasi matematika
setiap butir soal pada tabel berikut :
Tabel 4.4
Skor Ketercapaian Indikator Kemampuan Komunikasi
Matematika Kelas Kontrol
No
Soal
Indikator Komunikasi yang
Diukur
Ketercapaian
Rata-
rata
Persenta
se
2 Merumuskan definisi,
menjelaskan ide secara tulisan
1,31 26,11%
4 1,06
21,11%
6 0,97
19,44%
8 0,92 18,33%
1a Menggunakan istilah-istilah,
notasi-notasi, maupun simbol
matematika untuk menyajikan
ide-ide matematika secara
tulisan.
4,33 72,22%
3a 8,03
80,28%
5a 6,11
61,11%
7a 12,8
9
71,60%
1b Menyatakan ide atau situasi
matematika secara tulisan
3,89 77,78%
3b 3,28
65,56%
97
5b dengan gambar, maupun
diagram.
2,44 24,44%
7b 2,72
27,22%
10 3,61
40,12%
9 Menyatakan gambar atau
diagram ke dalam ide-ide
matematika
12,9
7 76,31%
Selanjutnya nilai hasil tes kemampuan komunikasi
matematika peserta didik kelas kontrol adalah sebagai berikut
Tabel 4.5
Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas
Kontrol Tiap Indikator
1 2 3 4
1 K-VII H -1 4,17 19,17 9,17 0,00 32,50
2 K-VII H -2 3,33 25,83 10,83 0,00 40,00
3 K-VII H -3 3,33 31,67 28,33 12,50 75,83
4 K-VII H -4 11,67 33,33 15,83 12,50 73,33
5 K-VII H -5 0,00 16,67 14,17 12,50 43,33
No. Kode PesertaNilai Tiap Indikator Nilai
Total
98
1 2 3 4
6 K-VII H -6 7,50 24,17 20,00 12,50 64,17
7 K-VII H -7 0,00 21,67 6,67 11,67 40,00
8 K-VII H -8 0,00 20,00 10,83 10,83 41,67
9 K-VII H -9 1,67 35,00 14,17 13,33 64,17
10 K-VII H -10 1,67 18,33 8,33 13,33 41,67
11 K-VII H -11 3,33 22,50 11,67 8,33 45,83
12 K-VII H -12 0,00 25,83 9,17 10,83 45,83
13 K-VII H-13 5,00 29,17 15,83 12,50 62,50
14 K-VII H -14 3,33 23,33 12,50 10,83 50,00
15 K-VII H -15 0,00 33,33 13,33 12,50 59,17
16 K-VII H -16 4,17 25,00 14,17 10,83 54,17
17 K-VII H -17 3,33 25,83 13,33 12,50 55,00
18 K-VII H -18 3,33 30,00 14,17 12,50 60,00
19 K-VII H -19 10,00 34,17 15,83 9,17 69,17
20 K-VII H -20 5,00 31,67 15,00 10,00 61,67
21 K-VII H -21 4,17 30,00 28,33 12,50 75,00
22 K-VII H -22 5,00 17,50 14,17 12,50 49,17
23 K-VII H -23 6,67 28,33 10,83 12,50 58,33
24 K-VII H -24 0,83 17,50 7,50 11,67 37,50
25 K-VII H -25 2,50 35,00 10,00 10,83 58,33
26 K-VII H -26 2,50 19,17 11,67 12,50 45,83
27 K-VII H -27 3,33 25,00 14,17 12,50 55,00
28 K-VII H -28 2,50 30,00 11,67 11,67 55,83
29 K-VII H -29 2,50 36,67 10,00 10,00 59,17
30 K-VII H -30 3,33 20,83 13,33 6,67 44,17
31 K-VII H -31 4,17 24,17 9,17 10,83 48,33
32 K-VII H -32 4,17 20,00 12,50 10,83 47,50
No. Kode PesertaNilai Tiap Indikator Nilai
Total
99
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui nilai rata-rata
tes kemampuan komunikasi matematika kelas kontrol adalah
53,77. Terdapat perbedaan dari tiap-tiap indikator kemampuan
komunikasi matematika peserta didik. Untuk perhitungannya
dapat dilihat pada lampiran 33. Selanjutnya indikator
kemampuan komunikasi matematika dikelompokkan
berdasarkan aspek komunikasi matematika yang diukur.
Persentase ketercapaian masing-masing indikator kemampuan
komunikasi matematika dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.6
Persentase Pencapaian Indikator Kemampuan
Komunikasi Matematika Kemampuan Komunikasi
Matematika Peserta Didik Kelas Kontrol
No Indikator Persenta
se
Kategori
Kemampu
an
1 Merumuskan definisi,
menjelaskan ide secara tulisan 21,25% Cukup
2 Menggunakan istilah-istilah,
notasi-notasi, maupun simbol
matematika untuk menyajikan
71,30% Baik
1 2 3 4
33 K-VII H -33 4,17 27,50 11,67 12,50 55,83
34 K-VII H -34 3,33 23,33 9,17 7,50 43,33
35 K-VII H -35 3,33 30,00 13,33 12,50 59,17
36 K-VII H -36 4,17 29,17 17,50 12,50 63,33
No. Kode PesertaNilai Tiap Indikator Nilai
Total
rata-rata 53,77
100
ide-ide matematika secara
tulisan
3 Menyatakan ide atau situasi
matematika secara tulisan
dengan gambar, maupun
diagram
47,02% Cukup
4 Menyatakan gambar atau
diagram ke dalam ide-ide
matematika 76,31% Baik
Rata-rata 53,77% Cukup
B. Analisis Data
1. Analisis Butir Soal Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen tes diberikan pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada
kelas yang bukan sampel yaitu kelas VIII-G. Adapun yang
digunakan dalam pengujian ini meliputi: validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya beda.
a. Analisis Validitas Tes
Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid
tidaknya item-item soal. Soal yang tidak valid akan
dibuang dan tidak digunakan, sedangkan soal yang valid
dapat digunakan untuk evaluasi akhir pada kelas
eksperimen dan kontrol. Berikut adalah hasil analisis
validitas butir soal:
101
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Tahap 1
Butir Soal rhitung rtabel Kesimpulan
1a 0,082 0,3202 Tidak Valid
1b 0,056 0,3202 Tidak Valid
2 0,46 0,3202 Valid
3a 0,583 0,3202 Valid
3b 0,639 0,3202 Valid
4 0,5778 0,3202 Valid
5a 0,526 0,3202 Valid
5b 0,423 0,3202 Valid
6 0,486 0,3202 Valid
7a 0,762 0,3202 Valid
7b 0,635 0,3202 Valid
8 0,665 0,3202 Valid
9 0,513 0,3202 Valid
10 0,405 0,3202 Valid
11a 0,473 0,3202 Valid
11b 0,4249 0,3202 Valid
12 -0,058 0,3202 Tidak Valid
Hasil analisis validitas tahap pertama soal uji
coba diperoleh tiga butir soal yang tidak valid yaitu butir
soal nomor 1a, 1b, dan 12. Karena masih terdapat butir
soal yang tidak valid, maka dilanjutkan uji validitas tahap
kedua.
102
Tabel 4.8
Analisis Validitas Soal Uji Coba Tahap 2
Butir soal hitungr tabelr Kesimpulan
2 0,461975 0,3202 Valid
3a 0,683893 0,3202 Valid
3b 0,774771 0,3202 Valid
4 0,708582 0,3202 Valid
5a 0,573683 0,3202 Valid
5b 0,432225 0,3202 Valid
6 0,475372 0,3202 Valid
7a 0,803168 0,3202 Valid
7b 0,674221 0,3202 Valid
8 0,628913 0,3202 Valid
9 0,492087 0,3202 Valid
10 0,234279 0,3202 Valid
11a 0,517824 0,3202 Valid
11b 0,44076 0,3202 Valid
Hasil analisis validitas tahap kedua diperoleh
seluruh butir soal telah valid. Kisi-kisi instrumen
penelitian dapat dilihat pada lampiran 21. Sedangkan
untuk perhitungan dapat dilihat pada lampiran 16.
Analisis validitas instrumen secara keseluruhan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
103
Tabel 4.9
Keseluruhan Hasil Akhir Validitas Instrumen
No Kriteria rtabel Nomor soal Jumlah
1 Valid
0,3202
2, 3a, 3b, 4, 5a,
5b, 6, 7a, 7b, 8,
9, 10, 11a, 11b
14
2 Invalid 1a, 1b, 12 3
b. Analisis Reliabilitas Tes
Setelah uji validitas dilakukan, selanjutnya
dilakukan uji reliabilitas pada instrumen tersebut. Uji
reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat
konsistensi jawaban instrumen.
Dari hasil perhitungan pada lampiran 17a dan
17b, diperoleh nilai reliabilitas butir soal = 0,7956
dengan taraf signifikan 5% dengan nilai n = 38 diperoleh
rtabel = 0,3202 setelah dikonsultasikan dengan ternyata
rhitung > rtabel = 0,7956 > 0,3202. Oleh karena itu
instrumen soal dikatakan reliabel. Hal ini dapat diartikan
bahwa setiap butir soal yang valid mampu diujikan kapan
pun dengan hasil tetap atau relatif tetap pada responden
yang sama.
c. Analisis Tingkat Kesukaran
Uji ini digunakan untuk mengetahui tingkat
kesukaran soal itu apakah mudah, sedang, atau sukar.
Berikut adalah hasil analisis tingkat kesukaran:
104
Tabel 4.10
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran
Butir
soal
Besar Tingkat
Kesukaran Kriteria
2 0,678947 Sedang
3a 0,576316 Sedang
3b 0,505263 Sedang
4 0,526316 Sedang
5a 0,444737 Sedang
5b 0,078947 Sukar
6 0,131579 Sukar
7a 0,378655 Sedang
7b 0,194737 Sukar
8 0,347368 Sedang
9 0,671827 Sedang
10 0,353801 Sedang
11a 0,653509 Sedang
11b 0,615789 Sedang
Tabel 4.11
Persentase Tingkat Kesukaran Butir Soal
Kriteria Butir Soal Jumlah Persentase
Sukar 5b, 6, 7b 3 21,43 %
Sedang
2, 3a, 3b, 4,
5a, 7a, 8, 9,
10, 11a,
11b
11 78,57
Mudah 0 0 0%
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 18.
105
d. Analisis Daya Beda
Setelah uji validitas, reliabilitas, dan tingkat
kesukaran dilakukan maka selanjutnya dilakukan uji daya
beda soal. Berikut ini adalah penghitungan daya pembeda
butir soal:
Tabel 4.12
Hasil Analisis Daya Pembeda
Butir
soal
Besar Tingkat
Daya Beda Kriteria
2 0,263158 Cukup
3a 0,405263 Baik
3b 0,694737 Baik
4 0,568421 Baik
5a 0,426316 Baik
5b 0,136842 Jelek
6 0,263158 Cukup
7a 0,482456 Baik
7b 0,326316 Cukup
8 0,378947 Cukup
9 0,179567 Jelek
10 0,02924 Jelek
11a 0,307018 Cukup
11b 0,347368 Cukup
Tabel 4.13
Analisis Daya Pembeda Soal Instrumen
Kriteria Butir Soal Jumlah Persentase
Sangat Jelek 0 0 0 %
Jelek 5b, 9, 10 3 21,43 %
Cukup 2, 6, 7b, 8, 6 42,86 %
106
11a, 11b
Baik
3a, 3b, 4, 5a,
7a 5 35,71 %
Sangat Baik 0 0 0%
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 19.
2. Analisis Hasil Observasi
Dalam penelitian ini telah dilaksanakan observasi.
Observasi dilakukan pada setiap pertemuan di kelas
eksperimen. Lembar observasi digunakan untuk mengamati
secara langsung bagaimana situasi dan kondisi kemampuan
komunikasi matematika peserta didik kelas VII SMP Negeri 1
Mlonggo yang memperoleh pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW).
Pada setiap lembar observasi direkapitulasi total skor
dan dicari rata-ratanya, kemudian dilihat apakah pada setiap
pertemuannya terdapat peningkatan rata-rata kemampuan
komunikasi matematika sesuai dengan indikator yang telah
ditentukan. Rekapitulasi hasil observasi kelas eksperimen
dapat dilihat pada lampiran 7g.
Dapat dilihat pada lampiran 7g bahwa rata-rata
persentase kemampuan komunikasi matematika peserta didik
yang menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write
(TTW) selalu mengalami kenaikan disetiap pertemuannya.
Pertemuan pertama rata-rata persentase kemampuan
107
komunikasi matematika peserta didik sebesar 72% dengan
kategori baik, kemudian naik 6% pada pertemuan kedua
menjadi 78%, sedangkan pada pertemuan ketiga juga terjadi
kenaikan sebesar 7% menjadi 85% dengan kategori sangat
baik. Hal itu dikarenakan karena peserta didik dapat mengikuti
dengan baik langkah-langkah pembelajaran yang digunakan
selama pembelajaran.
Walaupun mereka baru mengenal model-model
pembelajaran yang digunakan, namun mereka antusias karena
kombinasi model pembelajaran yang digunakan
menyenangkan dan membuat peserta didik mampu untuk
mengikuti pembelajaran, seperti mereka dapat membuat
pertanyaan dan jawaban dengan bahasa sendiri, dapat
mengungkap ide dan pendapat mereka sendiri, dapat bertukar
pikiran dengan teman, dapat tanya jawab dengan teman dan
guru, dan lain sebagainya.
3. Analisis Data Nilai Akhir
Analisis data tahap akhir dilakukan untuk menganalisis
kemampuan komunikasi matematika peserta didik. Data
kemampuan komunikasi matematika ini diperoleh dari hasil tes
kemampuan komunikasi matematika peserta didik
menggunakan instrumen tes yang telah di uji instrumen.
Adapun langkah-langkah analisis data tahap akhir sebagai
berikut :
108
a. Uji Normalitas
Hipotesis yang digunakan untuk uji normalitas :
H0: data sampel berdistribusi normal
H1: data sampel tidak berdistribusi normal.
Kriteria yang digunakan adalah H0 diterima apabila
tabelhitung22 . Berdasarkan perhitungan dan analisis
data diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.14
Uji Normalitas Tes Akhir
Kelas hitung2 tabel
2 Keterangan
Eksperimen 10,5709 12,592 Normal
Kontrol 11,7301 12,592 Normal
Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas data
hasil penelitian pada kelas eksperimen diperoleh hitung2
= 10,5709 dan tabel2 = 12,592 dengan taraf signifikan
5% dan dk = 7-1 = 6. Dengan demikian sehingga data
berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas
data hasil penelitian pada kelas kontrol diperoleh hitung2
= 11,7301 dan tabel2 = 12,592 dengan taraf signifikan
5% dan dk = 7-1 = 6. Dengan demikian sehingga data
berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 28 dan 29.
b. Uji Homogenitas
109
Setelah data normal, selanjutnya data hasil
belajar kedua kelas dilakukan uji homogenitas. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah kedua data tersebut
memiliki varians yang sama atau tidak. Hipotesis statistik
uji homogenitasnya sebagai berikut:
H0 : tidak ada perbedaan varians antara kedua sampel.
H1 : terdapat perbedaan varians antara kedua sampel.
Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima apabila
hitung tabelF F . Berdasarkan perhitungan dan analisis data
sebagai berikut:
Tabel 4.15
Uji Homogenitas Tes Akhir
Kelas N Rata-rata Varians hitungF tabelF Ket
Eksperimen 36 76,2508 178,7165
1,49798 1,7571 Homoge
n Kontrol 36 53,7731 119,3052
Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas
diperoleh hitungF = 1,49798 dan tabelF = 1,7571 dengan
taraf signifikan 5%, dk pembilang dk = 36 – 1 = 35, dk
penyebut dk = 36 – 1 = 35. Karena hitung tabelF F maka
H0 diterima artinya tidak terdapat perbedaan varians
antara kedua kelompok sampel atau dengan kata lain
110
kedua sampel tersebut homogen. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 30.
c. Uji Hipotesis (Uji perbedaan rata-rata pihak kanan)
Langkah selanjutnya adalah uji perbedaan rata-
rata untuk mengetahui mana yang lebih baik antara kelas
yang menggunakan model pembelajaran Think-Talk-
Write (TTW) dengan kelas yang menggunakan
pembelajaran konvensional yang ditunjukan dengan nilai
rata-rata yang lebih baik. Data atau nilai yang digunakan
untuk menguji hipotesis ini adalah nilai atau skor akhir
(posttest). Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji
statistik t karena kedua kelompok berdistribusi normal
dan identik (homogen). Hipotesis yang diuji adalah:
: rata-rata kemampuan komunikasi
matematika peserta didik kelas
Eksperimen yang diajar menggunakan
model Think-Talk-Write (TTW) kurang
dari atau sama dengan rata-rata
kemampuan komunikasi matematika
yang diajar dengan pembelajaran
konvensional.
: rata-rata kemampuan komunikasi
matematika peserta didik kelas
Eksperimen yang diajar dengan
111
menggunakan model model Think-Talk-
Write (TTW) lebih baik dari dari pada
rata-rata kemampuan komunikasi
matematika yang diajar dengan
pembelajaran konvensional.
Keterangan:
1 = rata-rata kelas eksperimen
2 =rata-rata kelas kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.16
Hasil Uji t Nilai Akhir
Kelas VII-G
(Eksperimen)
VII-H
(Kontrol)
Jumlah 2745 1936
N 36 36
Rata-rata 76,2500 53,7778
Varians (s2) 178,5449 119,3052
Standart
Deviasi 13,3621 10,9227
thitung 7,813
Dk 70
ttabel 1,667
Berdasarkan hasil perhitungan uji perbedaan dua
rata-rata pada kelas eksperimen diperoleh 1x = 76,2500
dan rata-rata kelas kontrol diperoleh 2x = 53,7778
dengan 1 36n dan , diperoleh thitung = 7,813
112
dan ttabel = 1,667 dengan taraf signifikan 5% dan
1 2 2dk n n
= 36 + 36 – 2 = 70. Karena
hitung tabelt t (7,813 > 1,667), maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Karena H0 ditolak, maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan rata-rata dari kedua kelompok,
yaitu nilai rata-rata kelas eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) lebih
tinggi daripada kelas kontrol yang menggunakan
pembelajaran konvensional atau ceramah. Maka
kesimpulannya model Think-Talk-Write (TTW)
berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi
matematika peserta didik kelas VII SMP N 1 Mlonggo
Jepara Materi Himpunan tahun pelajaran 2015/2016
dengan berpengaruh pada hasil rata-rata tes kemampuan
komunikasi matematika peserta didik kelas eksperimen
adalah 76,20 dan rata-rata tes kemampuan komunikasi
matematika peserta didik kelas kontrol adalah 53,77.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
31.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil uji normalitas nilai kemampuan komunikasi
matematika kedua kelas menunjukkan bahwa data kemampuan
komunikasi matematika peserta didik pada kelas eksperimen yang
113
menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dan
kelas kontrol yang hanya menggunakan pembelajaran
konvensional memiliki distribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji
homogenitas terhadap kedua kelas dan disimpulkan bahwa nilai
kemampuan komunikasi matematika kedua kelas memiliki varians
yang sama atau homogen. Kemudian dilakukan uji perbedaan dua
rata-rata untuk menguji hipotesis penelitian.
Uji perbedaan rata-rata menggunakan uji t karena data
berdistribusi normal dan homogen. Hasil perhitungan diperoleh
rata-rata kelas eksperimen adalah 76,20 dan kelas kontrol adalah
53,77. Selanjutnya dilakukan uji t yang memperoleh thitung = 7,813
dan ttabel = 1,667. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
hitung tabelt t , maka H0 ditolak dan H1 diterima. Yang artinya
kemampuan komunikasi matematika peserta didik kelas
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Think-Talk-
Write (TTW) dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran
konvensional memiliki rata-rata yang berbeda. Dari rata-rata
tersebut menunujukkan bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih
tinggi dari kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
komunikasi matematika peserta didik yang menggunakan model
pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) lebih baik daripada
kemampuan komunikasi matematika peserta didik yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
Diketahui bahwa terdapat perbedaan dari tiap-tiap indikator
kemampuan komunikasi matematika peserta didik. Selanjutnya
114
indikator kemampuan komunikasi matematika dikelompokkan
berdasarkan aspek komunikasi yang diukur. Ditunjukkan bahwa
tingkat ketercapaian indikator mempunyai perbedaan pada tiap-tiap
indikator kemampuan komunikasi matematika peserta didik.
Pertama, pada indikator merumuskan definisi, menjelaskan ide
secara tulisan, persentase pencapaian kelas eksperimen adalah
74,03% dengan kategori baik. Sedangkan untuk kelas kontrol
adalah 21,25% dengan kategori cukup. Hal ini menunjukkan jika
kemampuan kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol,
dilihat dari selisih persentase pencapaian kedua kelas tersebut yang
cukup besar yaitu 52,78%.
Kedua,indikator menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi,
maupun simbol matematika untuk menyajikan ide-ide matematika
secara tulisan, persentase pencapaian pada kelas eksperimen adalah
86,33%, sedangkan pada kelas kontrol adalah 71,30%. Persentase
tersebut menunjukkan kategori sangat baik untuk kelas eksperimen
dan kategori baik untuk kelas kontrol. Walaupun perbedaan antara
kedua kelas tersebut tidak terlalu besar, tapi terlihat bahwa kelas
eksperimen memiliki kemampuan lebih tinggi dari kelas kontrol
dengan selisih persentase sebesar 15,03%.
Ketiga, indikator menyatakan ide atau situasi matematika
secara tulisan dengan gambar, maupun diagram, kelas eksperimen
mendapat persentase pencapaian sebesar 66,93%, sedangkan pada
kelas kontrol adalah 47,02%. Persentase kedua kelas tersebut
memiliki selisih sebesar 19,91%. Di mana kelas eksperimen
115
berkategori baik sedangkan kelas kontrol berkategori cukup.
Keempat, indikator menyatakan gambar atau diagram ke dalam
ide-ide matematika, persentase pencapaian kelas eksperimen
adalah 83,66% dengan kategori sangat baik. Sedangkan untuk
kelas kontrol adalah 76,31% dengan kategori baik. Hal ini
menunjukkan jika kemampuan kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol.
Di samping itu, dari persentase perhitungan ketercapaian
kemampuan komunikasi matematika peserta didik pada kelas
eksperimen tersebut dapat dilihat jika indikator ketiga memiliki
persentase yang paling rendah dibandingkan dengan persentase
indikator-indikator yang lainnya, walaupun selisihnya tidak terlalu
besar dan masih dalam kategori baik. Penyebab indikator-indikator
tersebut memperoleh persentase yang paling rendah dibandingkan
dengan indikator yang lain dapat disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah peserta didik yang masih kebingungan untuk
menggambarkan himpunan ke dalam diagram venn. Masih banyak
dari peserta didik yang belum tepat dalam menunjukkan irisan,
gabungan, komplemen, maupun selisih dari diagram venn yang
mereka gambar. Peserta didik hanya menggambar diagram Venn-
nya saja tetapi kurang mampu menunjukkan irisan, gabungan,
selisih, maupun komplemennya.
Selisih persentase perhitungan ketercapaian kemampuan
komunikasi matematika peserta didik tiap indikator menunjukkan
perbedaan kemampuan komunikasi matematika antar kelas
116
eksperimen dan kelas kontrol. Selisih terbesar terjadi pada
indikator pertama yaitu pada indikator merumuskan definisi,
menjelaskan ide secara tulisan, dengan selisih persentasenya adalah
52,78%.
Secara menyeluruh, rata-rata persentase pencapaian kelas
eksperimen adalah 76,20% dan kelas kontrol adalah 53,77%.
Terjadi perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen yang mendapat
perlakuan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dan kelas
kontrol hanya dengan pembelajaran konvensional. Dari
perhitungan tersebut menunjukkan kemampuan komunikasi
matematika kelas eksperimen memiliki kategori baik dengan
persentase 76,20% dan rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi
matematika peserta didik adalah 76,20. Sedangkan pada kelas
kontrol memiliki kemampuan komunikasi matematika dalam
kategori cukup dengan rata-rata persentase 53,77%. dan rata-rata
nilai hasil tes kemampuan komunikasi matematika peserta didik
adalah 53,77.
Perbedaan rata-rata tersebut menunjukkan bahwa perlakuan
pada kelas eksperimen lebih baik terhadap hasil tes kemampuan
komunikasi matematika dibandingkan dengan kelas kontrol yang
menggunakan pembelajaran konvensional. Selain itu, nilai rata-rata
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol juga menunjukkan bahwa
ada peningkatan yang terjadi di mana nilai rata-rata pada kelas
eksperimen lebih baik daripada nilai rata-rata kelas kontrol.
117
Adanya perbedaan ini dipengaruhi oleh perlakuan yang
berbeda yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan model pembelajaran
Think-Talk-Write (TTW) di mana peserta didik dibebaskan untuk
berperan secara aktif saat pembelajaran berlangsung, peran guru
hanya fasilitator, peserta didik diberikan kesempatan untuk
mengkomunikasikan ide-ide mereka secara lisan maupun tulisan,
mengkonstruksi pengetahuannya, beragumentasi dan berdiskusi
dengan peserta didik lainnya untuk memecahkan sebuah
permasalahan yang ada. Sehingga banyak terjadi komunikasi antar
peserta didik maupun peserta didik dengan guru.
Hal ini sesuai dengan pandangan Kontruktivistik, yang
menyebutkan jika pembentukan pengetahuan harus dilakukan oleh
si pelajar, pelajar harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir,
menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang
dipelajari. Pandangan ini juga menekankan bahwa peranan utama
dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Siswa diberi kebebasan
untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu
yang dihadapinya.1 Pandangan kontruktivisme ini juga didukung
oleh teori Bruner yang mementingkan partisipasi aktif dari tiap
peserta didik saat pembelajaran. Sedangkan menurut Piaget dan
Vygotsky, diperlukan adanya kemampuan bahasa dalam belajar
1Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : PT Rineka
Cipta, 2005), hlm. 58-60.
118
yang timbul dalam interaksi aktif peserta didik dengan
lingkungannya untuk membentuk sebuah pengetahuan pada peserta
didik,. Seperti interaksi sosial dengan teman sebaya, khusunya
beragumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran
menjadi lebih logis. Akan lebih sulit jika kemampuan berbahasa
dan keaktifan saat pembelajaran tersebut tidak dapat
dikembangkan oleh peserta didik secara maksimal.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan pembelajaran yang
menggunakan model Think-Talk-Write (TTW) di mana peserta
didik dapat mengkomunikasikan ide-ide mereka secara lisan
maupun tulisan dan membuat peserta didik berperan aktif saat
pembelajaran di kelas, menjadikan hasil belajar dan kemampuan
komunikasi matematika menjadi lebih baik dan meningkat.
Khusunya pada kemampuan komunikasi matematika pada
indikator merumuskan definisi, menjelaskan ide secara tulisan,
yang ditunjukkan dengan persentase pencapaian kelas eksperimen
yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini
bisa dilihat dari selisih persentase pencapaian kedua kelas tersebut
yang cukup besar yaitu 52,78%. Selisih ini merupakan selisih
paling besar diantara indikator-indikator komunikasi matematika
yang lain.
Sedangkan hasil observasi yang dilakukan pada setiap
pertemuan di kelas eksperimen menggunakan lembar observasi
yang digunakan untuk mengamati secara langsung bagaimana
situasi dan kondisi kemampuan komunikasi matematika peserta
119
didik kelas VII SMP Negeri 1 Mlonggo yang memperoleh
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think-
Talk-Write (TTW), didapatkan jika terjadi kenaikan persentase
kemampuan komunikasi matematika peserta didik pada kelas
eksperimen di setiap pertemuannya rata-rata persentase
kemampuan komunikasi matematika peserta didik yang
menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) selalu
mengalami kenaikan disetiap pertemuannya. Pertemuan pertama
rata-rata persentase kemampuan komunikasi matematika peserta
didik sebesar 72% dengan kategori baik, kemudian naik 6% pada
pertemuan kedua menjadi 78%, sedangkan pada pertemuan ketiga
juga terjadi kenaikan sebesar 7% menjadi 85% dengan kategori
sangat baik. Hal itu dikarenakan karena peserta didik dapat
mengikuti dengan baik langkah-langkah pembelajaran yang
digunakan selama pembelajaran.
Walaupun mereka baru mengenal model-model
pembelajaran yang digunakan, namun mereka antusias karena
kombinasi model pembelajaran yang digunakan menyenangkan
dan membuat peserta didik mampu untuk mengikuti pembelajaran,
seperti mereka dapat membuat pertanyaan dan jawaban dengan
bahasa sendiri, dapat mengungkap ide dan pendapat mereka
sendiri, dapat bertukar pikiran dengan teman, dapat tanya jawab
dengan teman dan guru, dan lain sebagainya.
Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Think-
Talk-Write (TTW) menjadi solusi pembelajaran yang efektif untuk
120
pencapaian kemampuan komunikasi matematika peserta didik pada
materi himpunan kelas VII.
D. Keterbatasan Penelitian
Sama dengan penelitian yang lain, penelitian ini juga
memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
1. Keterbatasan Waktu
Waktu yang digunakan penelitian sangat terbatas.
Karena digunakan sesuai keperluan yang berhubungan dengan
penelitian saja.
2. Keterbatasan Kemampuan
Dalam penelitian ini, peneliti sadar bahwa masih ada
kekurangan dalam pemahaman materi yang digunakan dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, bimbingan
dari pembimbing sangat membantu peneliti dalam menyusun
karya tulis ilmiah ini.
3. Keterbatasan Tempat
Penelitian yang dilakukan kali ini terbatas pada
tempat yaitu di SMP Negeri 1 Mlonggo Jepara Tahun
Pelajaran 2015/2016. Hal ini memungkinkan diperoleh hasil
yang berbeda jika dilakukan di tempat yang berbeda. Akan
tetapi kemungkinan perbedaan itu tidak terlalu jauh dengan
penelitian ini.
4. Keterbatasan Materi
Penelitian ini juga menggunakan lingkup materi yang
terbatas yaitu Himpunan pada sub pokok Operasi Himpunan.
121
top related