bab iv analisis data dan pembahasan a. analisis data 1. eksplorasi …digilib.uinsby.ac.id/886/7/bab...
Post on 29-Mar-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
1. Eksplorasi Konstruk
Sebagaimana telah disinggung pada bab I pembahasan metodologi, bahwa
analisis yang digunkan pada penelitian ini adalah dengan analisis faktor
konfirmatori (Confirmatory factor Analysis/CFA). Hal ini tentu berbeda dengan
analisis faktor eksploratori (Exploratory Factor Analysis/EFA) yang digunakan
ketika seseorang ingin menentukan ada berapa faktor yang ingin diukur (ekstraksi)
dan menentukan item mana yang mengukur faktor yang mana (rotasi). Sedangkan
pada CFA, peneliti yang menentukan ada berapa faktor dan menentukan item mana
yang dirancang untuk mengukur faktor yang mana. Oleh karena itu pada CFA
kegiatannya adalah menguji hipotesis sesuai dengan penentapan banyaknya faktor
maupun struktur faktor tersebut. Artinya disini pada eksplorasi kontruk, peneliti
telah menentukan faktor-faktor pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa
dengan tetap berpedoman pada teori-teori pada bab 2 yang kemudian akan
dilakukan uji hipotesis pada faktor-faktor tersebut.
Adapun faktor-faktor yang ditentukan peneliti pada tahap eksplorasi konstruk
adalah:
a. Faktor parameter lingkungan masyarakat tempat tinggal
b. Faktor parameter kegiatan keagamaan mahasiswa
c. Faktor parameter pengaruh media massa (elektronik dan cetak)
d. Faktor parameter tingkat pengetahuan agama mahasiswa
4 dimensi pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa diatas kemudian
dalam penelitian ini bertindak sebagai laten. Faktor disebut juga variabel laten,
yakni konstruk yang diciptakan untuk membantu menerangkan perilaku yang
teramati.1 Variabel laten ini mungkin bersifat abstrak, maka penjabarannya perlu
sebuah konstruksi indikator. Namun, sebelum lebih jauh kita membahas konstruksi
indikator yang pembahasannya sudah disajikan pada tahapan konstruksi instrumen,
maka berikut akan disajikan sebuah hasil eksplorasi konstruk 4 dimensi pembentuk
perilaku keberagamaan mahasiswa yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas
software Lisrel versi 8.80 sebagai berikut:
Gambar 2 merupakan eksplorasi konstruk yang diperoleh dengan
memanfaatkan software Lisrel. Adapun gambar 2 memberikan informasi bahwa 4
laten pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa yang secara otomatis oleh
software Lisrel disimbolkan dengan lingkaran berwarna hijau yang kemudian
disebut laten. Arah panah antar laten dengan angka ditengah merupakan bentuk
korelasi yang dimunculkan. Korelasi yang dimaksud bisa berupa nilai t, koefisien,
ataupun standard eror dari laten, tergantung fasilitas apa yang kita gunakan pada
software Lisrel dan dengan tujuan apa.
Selanjutnya, mengingat 4 dimensi ini merupakan dasar bagi tahapan
konstruksi instrumen dan identifikasi instrumen, maka secara langsung oleh
1 F. Kerlinger, The Structure and Content of Social Atitude Referents; A Preliminary Study, (1972),613.
peneliti pada gambar 2 dimunculkan nilai t untuk melihat kelayakannya sebagai
dimensi pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya.
Pada Gambar 2 adalah hasil konstruksi yang dilakukan secara kuantitatif
dengan menggunakan program Lisrel versi 8.80. Pada gambar tersebut t-value
tidak ada yang menunjukkan angka merah. Ini mengindikasikan t-value > 1.96
pada korelasi masing-masing laten, dimensi atau parameter yang telah ditentukan
peneliti sebagai penyusun perilaku keberagamaan mahasiswa. Artinya, parameter
yang telah disusun oleh peneliti sebagai pembangun perilaku keberagamaan
mahasiswa sudah menunjukkan signifikansi dan bisa dipergunakan sebagai alat
ukur. Untuk selanjutnya bisa dilakukan tahapan konstruksi instrumen dan
identifikasi instrumen mengingat kelayakannya sebagai alat ukur (t>1.96).
2. Konstruksi Instrumen
Konstruksi instrumen yang dilakukan adalah tetap mengacu pada empat
dimensi pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa (parameter lingkungan
masyarakat, parameter kegiatan mahasiswa, parameter pengaruh media massa,
parameter tingkat pengetahuan agama mahasiswa). Secara umum, alur konstruksi
yang dibangun melalui teori-teori dengan mengacu pada 4 dimensi adalah sebagai
berikut.
Gambar 3 diatas memberikan informasi terkait alur konstruksi instrumen
secara kualitatif. Adapun hasil yang telah diperoleh pada konstruksi instrumen
secara kualitatif adalah sebagai berikut:
Tabel 4 diatas merupakan hasil konstruksi isi. Dari hasil konstruksi yang
terlihat pada tabel 4 diatas kemudian dilakukan validasi isi dengan cara meminta
pertimbangan 2 orang ahli (expert judgment), yakni: Dr. Kusaeri, M.Pd dan Dr.
Suparto, M.Pd.
Setelah melakukan validasi isi, kemudian instrumen diujicobakan kepada 600
mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Data yang diperoleh dari 600 mahasiswa
selanjutnya diolah secara komputerisasi dengan memasukkannya kedalam exel
untuk di input kedalam software Lisrel versi 8.80 guna kepentingan konstruksi
secara kuantitatif. Adapun hasil konstruksi secara kuantitatif adalah sebagai
berikut:
Gambar 4 Hasil konstruksi instrumen secara kuantitatif
Gambar 4 diatas merupakan hasil konstruksi secara kuantitatif dengan
memanfaatkan software Lisrel versi 8.80. keterangan yang dapat diperoleh dari
gambar 4 diatas adalah:
a. 4 lingkaran berwarna hijau merupakan dimensi pembentuk perilaku
keberagamaan Islam mahasiswa, yang dalam dunia statistik disebut dengan
laten.
b. 27 kotak berwarna abu-abu merupakan aitem-aitem/indikator pembentuk 4
dimensi, yang dalam hal ini kemudian disebut sebagai variabel teramati.
c. Arah panah dari laten menuju variabel teramati merupakan bentuk pengaruh
yang diberikan. Adapun pengaruh yang diberikan bisa menunjukkan tingkat
signifikansi dilihat dari derajat nilai t (t>1.96), bisa menunjukkan tingkat
reliabelitas isi dilihat dari nilai standard koefisien (>0.4), atau menunjukkan
tingkat standard error (>0.6), tergantung fasilitas apa yang dimanfaatkan pada
software Lisrel (estimate, standardized solution, t-value atau modification
indices).
d. Panah kecil yang dimunculkan oleh variabel teramati disebut muatan faktor.
Muatan faktor bisa berupa positif atau negatif.
3. Identifikasi Karakteristik Instrumen
Identifikasi yang dilakukan adalah melihat p-value dengan memanfaatkan
fasilitas t-value yang terdapat pada software Lisrel. Identifikasi ini berguna untuk
mengetahui apakah instrumen sudah benar-benar fit atau belum. Apabila p-value <
0.05, maka data dinyatakan fit. Namun apabila p-value=0.0000, maka instrumen
belum dinyatakan fit. Artinya variabel yang ada mengukur lebih dari satu variabel
dan bersifat multi-dimensional. Berikut gambar yang diperoleh dengan
memanfaatkan fasilitas t-value untuk mengidintifikasi p-value.
Dari gambar 5 diperoleh informasi bahwa pada skala perilaku keberagamaan
mahasiswa terdapat 4 laten (lingkungan masyarakat, kegiatan keagamaan
mahasiswa, parameter efek media, pengetahuan agama mahasiswa) memiliki 27
variabel teramati. Peneliti telah melakukan uji validitas terhadap 4 laten yang ada
dengan menguji apakah 27 variabel teramati yang ada bersifat multi-dimensional,
artinya mengukur lebih dari satu laten/parameter. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan mengukur yang modelnya lebih dari satu faktor diperoleh model
tidak fit dengan Chi square = 3280.83, df= 318, P- value= 0.00000, RMSEA= 0.125
seperti gambar 3 diatas. Apabila diidentifikasi, melihat P-value < 0.05 ini
Gambar 5 Analisis Faktor Konfirmatorik melihat P-value
mengindikasikan bahwa model tidak fit, 27 variabel teramati yang ada bersifat
multi-dimensional, artinya mengukur lebih dari satu model.
Kemudian peneliti melihat apakah variabel tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah 27 variabel
teramati tersebut perlu didrop, dieliminir atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah
hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari variabel teramati. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor pada 27
variabel teramati. Berikut akan kami sajikan dua gambar untuk melihat standar
koefisien dengan memanfaatkan estimate dan melihat nilai t dengan memanfaatkan
t-value yang kedua fasilitas ini terdapat pada software Lisrel versi 8.80.
Gambar 6 Analisis Faktor Konfirmatorik melihat koefisien
Gambar 7 Analisis Faktor Konfirmatorik melihat nilai t
Gambar 6 diperoleh dengan memanfaatkan fasilitas estimate dan gambar 7
diperoleh dengan memanfaatkan fasilitas t-value. Gambar 6 dimunculkan untuk
mendapatkan informasi tentang nilai koefisien dan standard eror. Adapaun nilai
koefisien bisa dilihat pada angka yang berada pada tengah panah dari laten menuju
variabel teramati pada gambar 6. Sedangkan, standar eror bisa dilihat pada angka
yang berada pada panah kecil dimasing-masing variabel teramati pada gambar 6.
Gambar 7 dimunculkan untuk melihat nilai t yang ditunjukkan pada angka yang
terdapat pada tengah panah antara laten dengan variabel teramati pada gambar 7.
Nilai koefisien dan nilai t berguna untuk mengidentifikasi apakah 4 dimensi dengan
27 item signifikan dan benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Agar proses
identifikasi ini lebih jelas, dari gambar 6 dan 7 akan kami paparkan dalam bentuk
satu tabel sebagaimana berikut:
Dari tabel 5 diperoleh informasi bahwa seluruh variabel teramati signifikan,
kecuali pada variabel teramati no 7. Nilai koefisien sangat rendah (<0.4), sedangkan
standart erornya sangat tinggi (> 0.6) dan nilai t-value < 1.96. Maka nomer item 7
Laten parameter kegiatan keagamaan mahasiswa yang memiliki variabel teramati
ikut-ikutan teman sebaiknya didrop atau dieliminir.
Dari nilai koefisien tidak terdapat variabel teramati yang muatan faktornya
negatif. Artinya, semakin tinggi nilai koefisien, maka semakin tinggi pula nilai
faktor yang di ukur. Akan tetapi terdapat beberapa muatan faktor yang dianggap
sebagai item yang nilai koefisiennya rendah (<0.4) terlepas dari signifikan atau
tidaknya. Yaitu item no 3,7,8,26,27. Artinya item-item tersebut memiliki varian eror
yang cukup besar. Sudah bisa dipastikan apabila nilai koefisiennya rendah sudah
pasti standart erornya akan tinggi (> 0.6).
Pada model pengukuran ini akan dilakukan modifikasi dengan memanfaatkan
fasilitas modification indices yang tersedia pada program Lisrel versi 8.80.
modifikasi ini bagi analisis yang menggunakan first oreder atau pengukuran dengan
satu model berguna untuk mencari dan mendapatkan solusi model yang fit. Adapun
bagi analisis yang menggunakan second order atau pengukuran dengan model lebih
dari satu berguna untuk mengetahui korelasi antar kesalahan, mengetahui apakah
variabel teramati hanya mengukur satu laten, dua laten atau justru perlu didrop atau
dieliminir, karena variabel teramati tidak mengukur laten yang ada. Berikut gambar
hasil analisis model multi-dimensional dengan menggunakan fasilitas modification
indices pada Lisrel versi 8.80.
Gambar 8 Analisi Faktor Konfirmatorik yang dimodifikasi
Pada gambar 8 memberikan informasi bahwa P-value=00000, dan pada model
pengukuran ini juga terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi.
Artinya dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut bersifat multi-dimensional atau
tidak hanya mengukur satu faktor saja.
Sebelas dari 27 item perilaku keberagamaan mahasiswa memiliki banyak
korelasi antar kesalahan pengukuran dan juga tidak mengukur variabel laten yang
ada, yaitu variabel teramati nomor 1,5,7,9,10,18, 20,21,22,24,26 sehingga perlu
didrop dan dinyatakan tidak valid dari 27 item yang terdapat pada perilaku
keberagamaan mahasiswa. Item yang paling baik sesuai dengan urutannya adalah
item nomor 2,3,4,6,8,11,12,13,14,15,16,17,19,23,25,27.
Hasil modifikasi dengan menggunakan fasilitas modification indices yang ada
pada program Lisrel versi 8.80 telah mendapatkan 16 variabel teramati yang valid
dan bisa dijadikan alat ukur perilaku keberagamaan mahasiswa. Disamping itu pada
gambar 8, dengan melihat arah panah yang tertuju pada variabel teramati, kita juga
bisa melihat bahwa variabel teramati ternyata tidak hanya mengukur satu laten saja,
tetapi juga mengukur lebih dari satu laten. Sebagai contoh variabel teramati nomor 2
yang menunjukkan ada dua anak panah dari dua variabel laten berbeda yang tertuju
pada variabel teramati tersebut, yakni valiabel laten kegiatan dan variabel laten
media. Artinya variabel teramati nomor 2 disamping mengukur variabel laten
kegiatan keagamaan mahasiswa juga mengukur parameter efek media bagi
mahasiswa.
B. Pembahasan
1. Eksplorasi Konstruk
Perilaku keberagamaan menjadi variabel2 utama dalam eksplorasi konstruk.
Adapun kegiatan yang dilakukan adalah menggali teori-teori tentang perilaku
keberagamaan. Teori-teori yang dibangun inilah kemudian menjadi pondasi dalam
menentukan faktor-faktor pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa, disamping
analisis yang digunakan adalah CFA yang kegiatannya menguji hipotetis sesuai
dengan penentapan banyaknya faktor maupun struktur faktor pembentuk variabel
utama tersebut.
Berpedoman pada analisis CFA, maka dari variabel utama kemudian
ditetapkan faktor-faktor pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa, yakni:
lingkungan sosial masyarakat tempat tinggal mahasiswa, kegiatan keagamaan
mahasiswa, efek media massa, efek pengetahuan agama mahasiswa. Keempat faktor
2 Variabel adalah gejala yang dipersoalkan. Lihat Purwanto, instrumen penelitian sosial dan pendidikan, (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2012), 45.
pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa ini kemudian menjadi laten3 dari
variabel utama.
Penetapan 4 laten/dimensi pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa
merupakan hasil eksplorasi dari teori maupun pendapat ahli tentang kajian perilaku
pada bab 2. Teori-teori tersebut antar lain: 1) Teori kaum behaviorisme yang
menganggap bahwa perilaku merupakan hasil bentukan dari lingkungan sekitarnya.
Teori kaum behaviorisme ini menjadikan dasar bagi peneliti dalam menetapkan
faktor lingkungan sosial keagamaan masyarakat tempat tinggal mahasiswa sebagai
laten/dimensi pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa. 2) Teori stimulus-
respon yang mengasumsikan bahwa perilaku merupakan hasil bentukan antara
rangsangan (stimulus) terhadap respon, dan teori hipodermic yang mengasumsikan
bahwa media ibarat jarum suntik yang pengaruhnya tidak mampu ditolak bagi
penerimanya. Teori stimulus-respon dan hipodermic ini yang menjadikan dasar
peneliti dalam menetapkan faktor efek media massa sebagai parameter pembentuk
perilaku keberagamaan mahasiswa. 3) Teori kognitif oleh Kohler yang menyatakan
bahwa perilaku seseorang bisa dibentuk dengan cara memberi pengertian (insight).
Teori kognitif oleh Kohler ini menjadikan dasar bagi peneliti dalam menetapkan
pengaruh pengetahuan agama mahasiswa sebagai dimensi/parameter pembentuk
perilaku keberagamaan mahasiswa. dan 4) Teori Sosial oleh Bandura yang
menyatakan bahwa perilaku seseorang dapat dibentuk dengan cara menggunakan
model. Teori sosial Bandura ini menjadikan peneliti menetapkan pengaruh kegiatan
keagamaan mahasiswa (kegiatan dalam organisasi keagamaan kampus) sebagai
faktor pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa.
2. Konstruksi Instrumen 3 Laten adalah konstruk yang kita ciptakan untuk membantu menerangkan perilaku yang teramati dan bersifat abstrak. Lihat dalam terjemah F. Kelinger, Asas-asas Penelitian Behavioral, (Yogyakarta: UGM Press, 1998),1048.
Konstruksi instrumen dilakukan dalam dua tahap, yakni konstruksi isi secara
kualitatif dan konstruksi secara kuantitatif dengan software Lisrel versi 8.80.
Konstruksi secara kualitatif sudah diuraikan sebagaimana diagram alur pada gambar
3 yang terdiri dari: 1. Teori dan Penentuan laten, 2. Definis Konseptual, 3. Definisi
Operasional, 4. Kisi-kisi instrumen, 5. Butir-butir instrumen, 6. Uji coba, dan 7.
Data.
Pertama, Penentuan Laten. Empat laten pembentuk perilaku keberagamaan
mahasiswa menjadi dasar dalam konstruksi instrumen. F. Kerlinger mendefinisikan
laten sebagai suatu konstruk atau entitas yang bersifat hipotetis dan merupakan
variabel yang tak teramati, yang “realitas”nya diasumsikan dari variabel-variabel
atau indikator teramati. Empat laten tersebut dalam penelitian ini adalah 1)
Lingkungan Sosial Keagamaan Tempat Tinggal Mahasiswa 2) Kegiatan Keagamaan
Mahasiswa 3) Parameter Efek Media Massa (Elektronik dan Cetak) dan 4)
Pengetahuan Agama Mahasiswa.
Kedua, penentuan definisi konseptual. Definisi konseptual merupakan
petunjuk yang digunakan noleh peneliti pengumpul data agar tidak kehilangan arah
penelitian. Definisi konseptual adalah definisi dalam konsepsi peneliti mengenai
sebuah variabel. Definisi berada dalam pikiran peneliti (mental image) berdasarkan
pemahamannya terhadap teori.
Ketiaga, Definisi operasional. Untuk menghindari perbedaan penafsiran dalam
memahami penelitian, maka variabel-variabel yang dalam penelitian ini diwakili
oleh 4 laten/dimensi pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa harus
didefinisikan sejelas mungkin dalam bentuk definisi operasional. Ini berguna untuk
menghindari perbedaan penafsiran antara peneliti dan pengamat/validator.
Komunikasi akan terjadi apabila tidak terjadi kesalahpahaman antara peneliti yang
menyampaikan pesan dengan orang lain yang menerimanya. Menurut Kerlinger,
definisi operasional dapat berupa: 1) Tindakan atau kelakuan yang dapat diamati, 2)
Tindakan untuk mengukur konstruk.
Keempat, Kisi-kisi instrumen merupakan bagian terpenting untuk
memudahkan memahami instrumen. Sering kisi-kisi ini disebut juga indikator atau
butir-butir, maka pembahasan pointer kelima secara tidak langsung kami masukkan
dalam pembahasan ini. 4 dimensi pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa
dalam penelitian ini sudah dioperasionalisasikan menjadi 27 butir. Secara teoritis
butir yang dapat dituliskan untuk mengukur sebuah variabel jumlahnya tak
terhingga. 27 butir-butir instrumen yang akan digunakan untuk mengukur perilaku
keberagamaan mahasiswa merupakan sebagian saja dari populasi butir yang tidak
terhingga.
Keenam, Uji coba. Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan meminta
pertimbangan ahli (expert profesional). Orang yang memiliki kompetensi dalam
suatu bidang dapat dapat dimintakan pendapatnya untuk menilai ketepatan isi butir
instrumen. Pertimbangan juga dapat dimintakan kepada profesional (profesional
judgement).4 Dr. Kusaeri, M.Pd dan Dr. Suparto, M.Pd bertindak sebagai validator
untuk keperluan pengembangan butir-butir instrumen yang representatif dan
pengembangan butir-butir instrumen didasarkan pada perencanaan kisi-kisi.
Setelah 6 tahapan ini dilalui, maka dihasilkan sebuah data/instrumen yang
dalam penelitian ini diwujudkan dalam bentuk kuesioner. Kuesioner ini kemudian
disebarkan kepada subjek coba sebanyak 600 mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya yang terdiri dari, 120 mahasiswa tarbiyah, 120 mahasiswa adab, 120
4 Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2012), 125.
mahasiswa dakwah, 120 mahasiswa ushuludin, dan 120 mahasiswa syari’ah yang
kesemuanya sedang duduk di semester 3,5 dan 7.
Data yang diperoleh dari subjek coba sebanyak 600 mahasiswa inilah yang
kemudian menjadi dasar paling penting dalam kosntruksi secara kuantitatif.
Konstruksi secara kuantitatif dimulai dengan memasukkan data yang diperoleh dari
600 subjek coba kedalam format exel sebelum kemudian dilakukan tabulasi dan
analisis menggunakan software Lisrel. Ketepatan dan kecermatan dalam
memasukkan data pada format exel harus diperhatikan, karena hal ini akan
mempengaruhi hasil yang muncul pada diagram jalur yang diperoleh dari Lisrel.
Program Lisrel disusun secara otomatis dan dengan keakuratan yang tinggi.
Lebih jelas, hasil konstruksi secara kuantitatif bisa dilihat pada gambar 4
bagian analisi data. Dari hasil konstruksi secara kuantitatif menggunakan software
Lisrel sebagaimana gambar 4 diperoleh keterangan bahwa:
a. Laten dan variabel teramati secara otomatis dimunculkan secara berbeda.
Laten selalu dimunculkan dengan model lingkaran dan mempunyai warna
hijau, sedangkan variabel teramati dimunculkan dengan model kotak persegi
panjang dan mempunyai warna abu-abu.
b. Arah panah yang ditunjukkan antar laten saling berhubungan merupakan
korelasi antar partial. Semakin tinggi angka yang terdapat pada korelasi antar
partial, maka akan semakin baik instrumen dan semakin layak untuk dijadikan
alat ukur. Artinya, 4 dimensi tidak saling mengukur antar dimensi dan benar-
benar mengukur perilaku keberagamaan Islam mahasiswa.
c. Arah panah dari laten menuju variabel teramati menunjukkan pengaruh,
pengaruh itu dimunculkan dalam bentuk angka yang berada pada tengah
panah. Angka yang muncul akan berbeda sesuai dengan kebutuhan peneliti
dan fasilitas apa yang digunakan. Fungsi dari angka yang berada ditengah
panah antara laten menuju variabel teramati bisa berupa koefisien, signifikan,
ataupun reliabelitas instrumen.
d. Panah dengan angka yang ditunjukkan oleh variabel teramati merupakan
muatan faktor.
Perlu ditegaskan bahwa tahapan konstruksi secara kualitatif maupun secara
kuantitatif ini hanya merupakan konstruksi instrumen. Terlepas dari layak atau
tidaknya instrumen tersebut untuk dijadikan alat ukur, karena tahapan untuk menguji
instrumen tersebut layak dijadikan sebagai alat ukur ada pada tahap identifikasi
instrumen.
Konstruksi instrumen baik secara kualitatif dengan mengacu pada teori tentang
perilaku juga dan meminta pertimbangan ahli maupun konstruksi secara kuantitatif
menggunakan software Lisrel dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Dimensi
lingkungan sosial keagmaan lingkungan tempat tinggal mahasiswa dapat dijabarkan
menjadi 6 indikator, meliputi: a) Ketersediaaan sarana ibadah, b) Ketersediaan
majlis taklim, c) Tingkat keberadaan tempat yang tidak baik, d) Jenis-jenis tempat
yang tidak baik, e) Intensitas masyarakat melaksanakan ibadah wajib, dan f)
Kehadiran masyarakat di masjid dan musolah. 2. Dimensi kegiatan keagamaan
mahasiswa dapat dijabarkan menjadi 8 indikator, meliputi: a) Keterlibatan dalam
ikatan remaja masjid, b) Keterlibatan dalam organisasi keagamaan kampus, c)
Tertarik kualitas/mutu komunitas keagamaan kampus, d) Ikut-ikutan teman dalam
memilih dan mengikuti komunitas keagamaan kampus, e) Mencari hal baru ketika
memilih dan mengikuti komunitas keagamaan kampus, f) Pergaulan dengan
ulama’,ustadz atau orang yang dianggap mengerti agama secara mendalam, g)
Intensitas mengikuti kajian keagamaan, dan h) Keterlibatan aktif dalam diskusi
keagamaan. 3. Dimensi efek media massa (elektronik dan cetak) dapat dijabarkan
menjadi 6 indikator, meliputi: a) Durasi waktu yang digunakan, b) Media yang
digunakan, c) Tingkat pengetahuan individu menggunakan media elektronik, d)
Kemudahan mengakses media, e) Tingkat ketersediaan media, dan f) Jenis yang
diakses. 4. Dimensi pengetahuan agama mahasiswa dapat dijabarkan menjadi 7
indikator, meliputi: a) Jenis pendidikan agama pra-mahasiswa, b) Lama pendidikan
agama pra-mahasiswa, c) Tingkat ketersediaan referensi agama, d) Jenis referensi
agama yang dibaca, e) Intensitas membaca referensi agama, f) Pemahaman dan
pengamalan rukun iman yang 6, dan g) Pemahaman dan pengamalan rukun Islam
yang 5.
3. Identifikasi Karakteristik Instrumen
Identifikasi yang dimaksud adalah mengetahui sejauh mana instrumen itu
layak dijadikan sebagai alat ukur dan memang benar-benar mengukur apa yang ingin
di ukur.
Identifikasi yang dilakukan peneliti terdiri dari tiga tahap. Pertama,
identifikasi kelayakan variabel laten dan variabel teramati. Artinya apakah hanya
satu faktor saja yang menyebabkan item-item saling berkorelasi (hipotesis uni-
dimensional) yang pengujiannya dengan chi-square. Jika chi-square tidak signifikan
(p>0.05), maka hipotesis tidak ditolak yang artinya item yang diuji mengukur satu
faktor saja (uni-dimensional). Sedangkan, jika nilai chi-square signifikan (p<0.05)
maka hipotesis ditolak yang artinya item-item yang diuji ternyata mengukur lebih
dari satu faktor (multi-dimensional). Kedua, Identifikasi kecocokan goodnes of fit.
Identifikasi ini merupakan analisis terhadap item mana yang menjadi sumber tidak
fit dan harus didrop atau dieliminir. Adapun cara yang dilakukan untuk
pengujiannya dengan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari masing-
masing item dengan menggunakan t-test dengan ketentuan (t<1.96). Jika nilai t lebih
kecil dari 1.96 maka item dinyatakan tidak signifikan dan harus didrop atau
dieliminir. Ketiga, Sebagai kriteria tambahan saja dengan memanfaatkan fasilitas
modification indices untuk melihat korelasi antar partial antar kesalahan pengukuran.
Lebih jelas ketiga tahap ini dipaparkan sebagai berikut:
a. Identifikasi kelayakan dengan melihat nilai chi-square (p-value)
Analisi terhadap 4 dimensi dan 27 item dengan cara pengujian CFA diperoleh
data atau model tidak fit dengan Chi square=3280.83, df=318, P=0.00000,
RMSEA=0.125. Apabila diidentifikasi, melihat P-value<0.05 ini mengindikasikan
bahwa model tidak fit, 4 laten dan 27 variabel teramati yang ada bersifat multi-
dimensional, artinya mengukur lebih dari satu model.
b. Identifikasi kecocokan laten dengan variabel teramati (t-value)
1) Identifikasi kecocokan/uji signifikansi laten
Identifikasi yang dilakukan pada tahap pertama diperoleh p=0.00000. ini
berarti bahwa model bersifat multi-dimensional. Artinya, model mengukur
lebih dari satu variabel. Identifikasi/uji signifikansi laten ini dilakukan untuk
melihat apakah laten yang menjadi sumber tidak fit (t<1.96) yang menjadikan
model bersifat multi dimensional. Berikut diagram jalur pengujian laten
dengan software Lisrel versi 8.80.
Gambar 9 Analisis Faktor Konfirmatorik melihat t-value laten
Dari gambar 9 diperoleh informasi bahwa terjadi korelasi antar laten.
ini karena p=0.0000 dan disebabkan peneliti menggunakan analisis dengan
first order, yakni mengukur satu model saja. Adapun korelasi yang terjadi
antara laten lingkungan dengan laten kegiatan sebesar 8.52, Laten lingkungan
dengan media sebesar 11.66, Laten lingkungan dengan pengetahuan sebesar
21.45, Laten kegiatan dengan laten efek media sebesar 7.39, Laten kegiatan
dengan laten pengetahuan sebesar 18.87. dan Laten efek media dengan laten
pengetahuan sebesar 12.55. Lebih jelas korelasi antar laten kami sajikan dalam
bentuk tabel untuk melihat sognifikansi 4 laten pembentuk perilaku
keberagamaan mahasiswa.
Tabel 6: Hasil nilai t empat laten pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa.
Keterangan: Signifikan : V (t>1.96), tidak signifikan: X
Dari tabel 6 diperoleh informasi bahwa 4 laten mempunyai nilai t>1.96.
Artinya, laten lingkungan sosial keagamaan tempat tinggal mahasiswa, laten
kegiatan keagamaan mahasiswa, laten efek media massa, dan laten
pengetahuan agama mahasiswa benar-benar layak digunakan sebagai alat ukur
dan tidak saling mengukur antar laten.
2) Identifikasi kecocokan/uji signifikansi variabel teramati
Setelah identifikasi laten dilakukan dan tidak ditemukan nilai t yang tidak
signifikan (t<1.96). maka identifikasi pada tahap ini dilanjutkan dengan
melihat nilai t pada seluruh variabel teramati masing-masing laten dengan
analisis SEM sebagaimana berikut:
a) Lingkungan Sosial Keagamaan Masyarakat Tempat tinggal
Mahasiswa
Secara umum, mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya adalah
pendatang. Sudah barang tentu mahasiswa lebih banyak berinteraksi
dengan lingkungan sosial tempat tinggal mereka. Karena itu, kondisi
tempat tinggal yang terbebas dari hal-hal yang dapat menstimulasi
lahirnya perilaku tidak baik atau melanggar etika agama amat diperlukan.
Agama tidak hanya merupakan kepatuhan personal terhadap Tuhan,
tetapi juga menjadi acuan dan motivator dalam tingkah laku individu
terhadap sesama. Seseorang yang religius tidak hanya ia mempunyai
hubungan baik dengan Tuhan, tapi juga tampak dalam hubungan baiknya
dengan sesama. Kualitas religiusitas dalam hubungannya dengan sesama
dapat dilihat pada kepedulian dengan sesama, kepatuhan pada norma
agama dan sosial, tidak ada permusuhan antar warga, dan tidak ada
pencurian antar warga. Perilaku keberagamaan seseorang berkaitan
dengan adanya modal sosial keagamaan di sekitar mahasiswa tinggal,
seperti adanya kegiatan pengajian/taklim, intensitas kegiatan majlis
taklim, adanya perpustakaan masjid atau perpustakaan umum yang
memiliki berbagai koleksi buku-buku keagamaan, adanya tokoh
agama/ustaz yang peduli dengan pembentukan nilai-nilai keagmaan,
ketersediaan fasilitas ibadah, intensitas masyarakat lingkungan sekitar
dalam melaksanakan ibadah wajib.
Lebih jelas signifikansi seluruh indikator lingkungan sosial keagamaan
tempat tinggal mahasiswa yang diperoleh dengan uji SEM dipaparkan
sebagaimana tabel berikut.
Tabel 7: Hasil Nilai Variabel Teramati dari Laten Lingkungan Sosial Keagamaan Masyarakat Tempat Tinggal Mahasiswa.
VARIABEL Koefi
sien
Standa
rt eror
T-
value
Signifi
kansi
LINGKUNGAN SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT TEMPAT
TINGGAL MAHASISWA
1. Ketersediaan sarana ibadah
2. Keberadaan majlis taklim
3. Tingkat keberadaan tempat yg tidak baik
4. Jenis tempat yang tidak baik
5. Intensitas melaksanakan ibadah wajib
6. Kehadiran di masjid/musolah
0.57
0.59
0.39
0.46
0.86
0.88
0.68
0.65
0.85
0.79
0.26
0.22
14.38
15.03
9.38
11.38
25.07
26.06
V
V
V
V
V
V
*) Keterangan: koefisien > 0.4, standart eror > 0.6, t-value > 1.96.signifikan: V
Dari tabel 7 diperoleh informasi bahwa 6 indikator dari laten
lingkungan sosial keagamaan maysarakat tempat tinggal mahasiswa
setelah dilakukan uji menggunakan SEM, nilai koefisien, standart error
dan t-value pada masing-masing variabel teramati menunjukkan nilai yang
signifikan dan benar-benar mengukur laten (t>1.96). Keculai variabel
teramati nomor 3 dengan nilai koefisien lebih kecil dari 0.04, dan variabel
teramati/indikator nomer 5 & 6 dengan standard eror lebih kecil dari 0.6.
terlepas dari baik atau buruknya instrumen, namun tetap signifikan dan
layak digunakan sebagai alat ukur.
b) Kegiatan Keagamaan Mahasiswa
Kegiatan keagamaan mahasiswa yang dimaksud adalah kemampuan
aksesibilitas mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya melalui organisasi
untuk pengembangan potensi diri mereka agar menambah pengetahuan,
kemauan dan kemampuan dalm bersikap dan berperilaku Islami. Dalam
penelitian in yang dijadikan indikator adalah keterlibatan dalam remaja
masjid, keterlibatan dalam organisasi keagamaan, tertarik mutu komunitas
ketika memilih organisasi, hanya ikut-ikutan teman, mencari hal baru,
pergaulan dengan sumber agama, intensitas mengikuti pengajian dan
ketrlibatan aktif dalam diskusi keagamaan.
Bentuk formal dari relasi mahasiswa dengan temannya dapat
diwujudkan dengan ketrlibatan dalam organisasi keagamaan kampus atau
organisasi remaja masjid ditempat tinggal mereka. Pengaruh positif dari
keterlibatan mahasiswa dalam organisasi antara lain dapat
mengembangkan kemampuan penyesuaian diri, kemapuan kerjasama,
melatih tanggung jawab, kemampuan memimpin, menambah wawasan
keagamaan dan meminimalisir dorongan-dorongan negatif.
Lebih jelas signifikansi seluruh indikator kegiatan keagamaan
mahasiswa yang diperoleh dengan uji SEM dipaparkan sebagaimana tabel
berikut.
Tabel 8: Hasil Nilai Variabel Teramati dari Laten Kegiatan Keagamaan Mahasiswa Menggunakan Uji SEM.
VARIABEL Koefi
sien
Standa
rt eror
T-
value
Signifi
kansi
KEGIATAN KEAGAMAAN MAHASISWA
1. Keterlibatan dalam Ikatan Remaja Masjid
2. Keterlibatan dalam organisasi keagamaan
3. Tertarik kualitas/mutu komunitas
4. Ikut-ikutan teman
5. Mencari hal baru
0.60
0.75
0.46
0.06
0.15
0.64
0.44
0.79
1.00
0.98
15.55
20.88
11.38
1.36
3.54
V
V
V
X
V
6. Pergaulan dengan ulama’/ustadz
7. Intensitas mengikuti pengajian agama
8. Keterlibatan aktif dlm diskusi keagamaan
0.79
0.91
0.76
0.38
0.17
0.42
22.34
28.00
21.40
V
V
V
*) Keterangan: koefisien > 0.4, standart eror > 0.6, t-value > 1.96.signifikan: V
Pada tabel 8 diperoleh informasi bahwa hasil konstruksi instrumen
pada laten kegiatan keagamaan mahasiswa secara umum bisa dikatakan
baik. Dari hasil analisis menggunakan SEM menunjukkan nilai pada
masing-masing variabel teramati menunjukkan nilai yang signifikan
terutama pada intensitas mengikuti kajian agama menunjukkan koefisien
sebesar 0.91, pergaulan dengan ulama’/ustadz/sumber agama sebesar 0.79,
dan keterlibatan dalam organisasi keagamaan sebesar 0.75. Namun, pada
variabel teramati ikut-ikutan teman dalam kegiatan keagamaan mahasiswa
menunjukkan koefisien 0.06. Tentu, hal ini akan menjadikan korelasi
kesalahan/standart error memiliki nilai yang cukup tinggi (standard
eror>0.6)dan t-value mengalami penurunan standard signifikan (t-
value<1.96) sebagaimana terlihat pada Tabel 8. Sebaiknya variabel
teramati dengan muatan faktor ikut-ikutan teman dengan nilai t 1.36
sebaiknya didrop atau dieliminir agar mengurangi korelasi antar kesalahan
dan tentunya variabel teramati tersebut dinyatakan tidak layak sebagi alat
ukur.
c) Efek Media Massa (elektronik dan cetak)
Efek media massa disini berhubungan dengan intensitas mencari
informasi tentang masalah keagamaan keluar dari sistem sosialnya,
berhubungan dengan media massa. Indikator yang dijadikan pengukuran
adalah jumlah waktu yang digunakan, media yang digunakan, tingkat
pengetahuan individu menggunakan media elektronik, kemudahan mengakses
media, tingkat ketersediaan media, dan Jenis yang diakses.
Lebih jelas signifikansi seluruh indikator efek media massa yang
diperoleh dengan uji SEM dipaparkan sebagaimana Tabel berikut.
Tabel 9: Hasil Nilai Variabel Teramati dari Laten Parameter Efek Media Massa.
VARIABEL Koefisi
en
Standa
rt eror
T-
value
Signifi
kansi
PARAMETER EFEK MEDIA MASSA (elektronik dan cetak)
1. Jumlah waktu yang digunakan
2. Media yang digunakan
3. Tingkat pengetahuan individu menggunakan
media elektronik
4. Kemudahan mengakses media
5. Tingkat ketersediaan media
6. Jenis yang diakses
0.75
0.78
0.71
0.57
0.58
0.37
0.43
0.39
0.50
0.67
0.67
0.87
20.04
21.14
18.49
14.19
14.32
8.56
V
V
V
V
V
V
*) Keterangan: koefisien > 0.4, standart eror > 0.6, t-value > 1.96.signifikan: V
Dari Tabel 9 diperoleh informasi bahwa hasil konstruksi instrumen pada
laten efek media massa dengan menggunakan analisis uji SEM, menunjukkan
6 variabel teramati dari laten parameter efek media massa keseluruhan bisa
dikatakan layak dan memang benar-benar mengukur laten efek media massa.
Hanya saja pada variabel teramati nomor 6 dengan indikator “jenis yang
diakses” menunjukkan koefisien sebesar 0.37, terlepas dari baik atau buruknya
instrumen tersebut, namun tetap signifikan dan layak dijadikan sebagai alat
ukur.
d) Parameter Pengetahuan Agama Mahasiswa
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya secara garis besar telah memiliki
pengetahuan agama yang cukup. Dari hasil survey kepada 600 mahasiswa,
sebagian besar mahasiswa telah mendapatkan pengetahuan agama dari
pendidikan formal maupun non-formal, baik sebelum menjadi mahasiswa atau
ketika menempuh studi di UIN Sunan Ampel Surabaya. Parameter
pengetahuan agama mahasiswa diukur dengan indikator lama pendidikan
agama pra-mahasiswa baik formal maupun non-formal (pesantren), jenis
referensi agama yang dibaca, intensitas membaca referensi agama, tingkat
ketersediaan referensi agama, pengetahuan dan pengamalan rukun Iman dan
Islam.
Lebih jelas signifikansi seluruh indikator pengetahuan agama
mahasiswa yang diperoleh dengan uji SEM dipaparkan sebagaimana Tabel
berikut.
Tabel 10: Hasil Nilai Variabel Teramati dari Laten Parameter Pengetahuan Agama Mahasiswa.
VARIABEL Koefi
sien
Standa
rd eror
T-
value
Signifi
kansi
PARAMETER PENGETAHUAN AGAMA MAHASISWA
1. Jenis pendidikan agama pra-mahasiswa
2. Lama pendidikan agama pra-mahasiswa
3. Tingkat ketersediaan referensi agama
4. Jenis referensi agama yang dibaca
5. Intensitas membaca referensi agama
6. Pengetahuan tentang rukun Iman yg 6
7. Pengetahuan tentang rukun Islam yg 5
0.59
0.59
0.74
0.47
0.71
0.70
0.46
0.65
0.66
0.45
0.78
0.50
0.51
0.79
14.75
14.72
19.95
11.44
18.71
18.30
11.10
V
V
V
V
V
V
V
*) Keterangan: koefisien > 0.4, standard eror > 0.6, t-value > 1.96.signifikan: V
Pada tabel 10 diperoleh informasi bahwa konstruksi instrumen pada
laten parameter pengetahuan agama mahasiswa mendapatkan 7 variabel
teramati. Variabel teramati tersebut setelah dilakukan uji menggunakan SEM,
menunjukkan signifikansi kelayakan sebagai alat ukur dan memang benar-
benar mengukur laten pengetahuan agama mahasiswa.
Lebih jelas 4 dimensi dengan 27 item/variabel teramati dipaparkan
sebagaimana gambar diagram jalur yang diperoleh menggunakan software
Lisrel sebagaimana berikut:
Keterangan: 4 lingkaran yang berwarna hijau disebut laten, 27 kotak yang berwarna abu-abu disebut variabel teramati, arah panah dengan nilai ditengahnyadari laten menuju variabel teramati disebut t-value, dan angka merah menunjukkan nilai t yang tidak signifikan (t<1.96).
Dari gambar 10 diperoleh informasi bahwa dapat disimpulkan 27
variabel teramati dari 4 dimensi pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa
Gambar 10 Analisis Faktor Konfirmatorik melihat t-value
hampir seluruhnya dinyatakan signifikan (t>1.96). Kecuali, variabel teramati
dari laten kegiatan keagamaan mahasiswa yang secara otomatis ditunjukkan
dengan angka merah pada gambar 10 dengan muatan faktor “ikut-ikutan
teman” memiliki nilai yang ditunjukkan oleh uji SEM yang rendah (t<1.96),
sebaiknnya didrop atau dieliminir karena tidak layak dijadikan instrumen.
e) Identifikasi tambahan (modification indices)
Sebuah model dikatan fit/cocok ketika sebuah instrumen benar-benar
mengkur apa yang hendak di ukur. Kecocokan ini ditunjukkan p-value> 0.05
hasil bagan yang diperoleh dari output program Lisrel versi 8.80. Apabila
model masih belum fit (P=0.00000), maka kita bisa memanfaatkan fasilitas
modification indices yang terdapat pada software Lisrel. Fasilitas modification
indices disamping berguna untuk mendapatkan model yang fit juga berguna
untuk mengetahui apakah instrumen benar-benar sudah mengukur apa yang
ingin di ukur, mengukur satu variabel saja, mengukur lebih dari satu variabel,
atau bahkan tidak mengukur variabel yang hendak di ukur.
Lebih jelas hasil identifikasi menggunakan software Lisrel
memanfaatkan fasilitas modification indices untuk mendapatkan model yang
fit (p>0.05) dipaparkan sebagaimana gambar berikut:
Keterangan: 4 lingkaran hijau disebut laten, 16 kotak warna abu-abu disebut variabel teramati yang disimbolkan dengan (ins-n), arah panah dari laten menuju variabel teramati bisa disebut hubunga laten dengan variabel yang bisa berupa koefisien dan nilai t tergantung fasilitas apa yang gunakan pada lisrel, arah panah dari variabel menuju variabel lainnya disebut korelasi antar kesalahan.
Dari gambar 11 diagram jalur yang dihasilkan dengan software Lisrel
dapat diperoleh informasi sebagaimana berikut:
4 laten masih tetap menunjukkan kelayakannya sebagai alat ukur.
Terbukti, setelah dilakukan modification indices 4 laten masih tetap
muncul dan korelasi antar laten tidak menunjukkan angka merah.
Artinya, 4 laten pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa masih
tetap signifikan (t>1.96), layak dijadikan alat ukur, dan benar-benar
mengukur perilaku keberagamaan mahasiswa.
Gambar 11 Analisis Konfirmatori Faktor melihat p-value
Hasil modification indices dengan menggunakan software Lisrel versi
8.80 mendapatkan 16 variabel teramati yang layak dijadika sebagai alat
ukur. Sebelas dari 27 variabel teramati yang menjadi indikator 4 laten
pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa memiliki banyak korelasi
antar kesalahan pengukuran dan juga tidak mengukur variabel laten yang
ada, yaitu variabel teramati nomor 1, 5, 7, 9, 10, 18, 20, 21, 22, 24, 26
sehingga perlu didrop dan dinyatakan tidak valid dari 27 item yang
terdapat pada perilaku keberagamaan mahasiswa. Item yang paling baik
sesuai dengan urutannya adalah item nomor 2, 3, 4, 6, 8, 11, 12, 13, 14,
15, 16, 17, 19, 23, 25, 27.
Variabel teramati ternyata tidak hanya mengukur satu laten saja, seperti
terlihat pada bagan variabel teramati yang disimbolkan dengan ins-2.
Selain mengukur kegiatan keagamaan mahasiswa juga mengukur
pengetahuan agama mahasiswa, begitu seterusnya.
Korelasi antar kesalahan sangat besar. Ini terlihat dari arah panah dari
variabel teramati yang satu dengan yang lainnya saling menunjukkan
keterkaitan. Seluruh variabel teramati bisa dikatakan mengalami korelasi
antar kesalahan, sebab tidak dilakukan second order yang berfungsi
untuk mengkonfirmasi apakah variabel teramati hanya mengukur laten
atau bisa jadi justru variabel teramati mengukur langsung variabel
utama, yakni perilaku keberagamaan mahasiswa.
P-value tetap tidak akan menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0.05,
sebab jumlah laten yang di jadikan patokan lebih dari satu. Modifikasi
akan menunjukkan p-value>0.05 ketika dilakukan analisis dengan
second order.
top related