bab iii pondok pesantren aqidah usymuni terate …digilib.uinsby.ac.id/3136/5/bab 3.pdf1. setting...
Post on 04-Aug-2019
257 Views
Preview:
TRANSCRIPT
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
146
BAB III
PONDOK PESANTREN AQIDAH USYMUNI
TERATE PANDIAN SUMENEP
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren
1. Setting Lokasi Pondok Pesantren Aqidah Usymuni
Lokasi pondok pesantren Aqidah Usymuni terletak di Kabupaten
Sumenep, sebuah kota yang berada di ujung Timur Pulau Madura (ada 4
Kabupaten di Pulau Madura, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan
Sumenep). Kabupaten Sumenep merupakan wilayah yang unik karena terdiri
wilayah daratan dan kepulauan yang tersebar berjumlah 126 pulau
(berdasarkan hasil sinkronisasi Luas wilayah Kabupaten Sumenep), yang
terletak di antara 113°32'54"-116°16'48" Bujur Timur dan di antara 4°55'-
7°24' Lintang Selatan.
Jumlah pulau berpenghuni di Kabupaten Sumenep hanya 48 pulau atau
38%, sedangkan pulau yang tidak berpenghuni sebanyak 78 pulau atau 62%.
Pulau Karamaian di Kecamatan Masalembu adalah pulau terluar di bagian
utara yang berdekatan dengan Kalimantan Selatan dan jarak tempuhnya + 151
mil Laut dari Pelabuhan Kalianget, sedangkan pulau Sakala merupakan pulau
terluar di bagian Timur yang berdekatan dengan Pulau Sulawesi dan jarak
tempuhnya dari Pelabuhan Kalianget + 165 Mil laut.
Secara administratif Sumenep merupakan salah satu dari 29 kabupaten
dan 9 kota yang ada di Propinsi Jawa Timur. Jarak antara ibukota Kabupaten
Sumenep dengan ibukota Propinsi Jawa Timur (Surabaya) adalah 175 km.
Berkat adanya jembatan Suramadu, jarak tempuh antara Sumenep-Surabaya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
147
antara 3,5 jam sampai 4 jam melalui perjalanan darat dan kendaraan roda
empat.
Sebagaimana ditulis Kuntowijoyo, 1 gambaran lingkungan alam
Madura secara geologis ditandai oeh permukaan tanahnya yang didominasi
oleh susunan batu kapur dan endapan kapur, dengan lapisan alluvial laut di
sepanjang pantai utara dan empat dataran alluvia sungai, satu di Barat, dua di
Selatan dan satu di Timur. Pulau di sebelah Timur seluruh tanahnya terdiri
dari batu kapur. Dengan perkataan lain, pulau Madura sering disebut sebagai
embel-embel bagian utara Jawa atau merupakan kelanjutan dari pegunungan-
pegunungan kapur yang terletak di sebelah Utara dan sebelah Timur di Selatan
lembah Solo.
Adapun wilayah administratif pemerintahan Kabupaten Sumenep
terdiri atas 27 Kecamatan, 4 Kelurahan, 328 Desa, 1774 RW dan 5569 RT.
Sedangkan Desa Pandian meupakan salah satu desa Kecamatan Kota
Sumenep, yang terdiri tiga dusun yaitu Pandian Utara, Pandian Tengah dan
Pandian Selatan (Terate). Desa Pandian memanjang dari arah utara ke selatan,
mempunyai perbatasan sebelah timur Kelurahan Karangduak, Kelurahan
Bangselok dan desa Kolor. Sebelah utara desa Pamolokan, sebelah barat Desa
Kebonagung dan selatan desa Babalan. Secara adiministratif Pandian
merupakan sebuah desa, yang terletak di pinggiran kota, sehingga akses untuk
menuju Pandian sangat mudah dengan menggunakan alat transfortasi apa saja
Pandian mudah dijangkau dan sudah sangat dikenal. Sedangkan Pondok
1 Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris: Madura 1850-1940 (Yogyakarta: Pusat Antar Universitas (PAU) Studi Sosial, Universitas Gajah Mada, 1988), 24.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
148
Pesantren Aqidah Usymuni terletak di Pandian Selatan (Terate), sehingga
masyarakat sering menyebut dengan Pondok Terate. .
Secara demografis, penduduk Kabupaten Sumenep berdasarkan hasil
pencacahan Sensus Penduduk pada tahun 2012 mencapai 1.053.640 jiwa, yang
terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 500.575 jiwa dan penduduk
perempuan sebanyak 553.575 jiwa. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak
dari pada penduduk laki-laki. Sedangkan tingkat pertumbuhan penduduk dari
tahun 2011 – 2012 mengalami kenaikan sebesar 0,52 %, dengan luas wilayah
sekitar 2.093,47 Km2, setiap Km2 ditempati 503 orang penduduk. Pada tahun
2012 kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Kota Sumenep, kemudian
disusul Kecamatan Kalianget.
Dilihat dari pemeluk agama, masyarakat Sumenep adalah tergolong
pada masyarakat majemuk dengan mayoritas pemeluk agama Islam. Semua
agama yang diakui secara resmi oleh Pemerintah eksis di Bumi Sumekar. Dari
1.053.640 jiwa jumlah penduduk Kabupaten Sumenep 98,19% atau 1.034.569
orang adalah pemeluk Islam. Selebihnya agama non muslim, dengan rincian:
Kristen 0,33 % atau 3.477 orang, Khatolik 0,27 % atau 2.845 orang, Budha
0,03 % atau 316 orang, Hindu 0,01 % atau 105, dan Khonghuchu 0,002% atau
21 orang..
Sementara dari fasilitas tempat ibadah, di Sumenep cukup lengkap dan
memadai, dengan rincian tempat ibadah: orang Islam sebanyak 6.026 buah
yang terdiri dari masjid 1.550 buah dan mushalla 4.476 buah yang tersebar di
seluruh desa di Kabupaten Sumenep. Jumlah rumah ibadah orang Kristen dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
149
Khatolik adalah 2 buah Gereja, rumah ibadah orang Hindu 1 pura, dan jumlah
rumah ibadah orang Budha 1 Vihara.
Tingkat pendidikan di Kabupaten Sumenep meliputi jenjang Taman
Kanak-kanak sampai jenjang Perguruan Tinggi, baik pendidikan berbasis
umum maupun pendidikan berbasis Agama Islam yang secara khusus menjadi
corak pendidikan di Madura. Gambaran umum keadaan lembaga pendidikan
di Kabupaten Sumenep adalah sebagai berikut:
Tabel I Tentang Keadaan Pendidikan
Menurut Jenjang, Jumlah Sarana, Jumlah Murid, dan Jumlah Guru Di Kabupaten Sumenep
Jenjang Pendidikan Jumlah Sarana Jumlah Guru Jumah Murid
TK Negeri 2 14 177
TK Swasta 368 1.443 14.333
RA 542 2.750 18.494
SD Negeri 596 6.941 64.036
SD Swasta 41 476 3.323
MI Negeri 3 59 585
MI Swasta 532 7.501 47.535
SMP Negeri 41 1.331 14.414
SMP Swasta 86 1.257 6.546
MTs Negeri 2 102 1.440
MTs Swasta 173 3.167 20.266
SMA Negeri 12 848 7.353
SMA Swasta 37 843 6.483
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
150
MA Negeri 1 86 1.424
MA Swasta 114 2.321 17.484
SMK Negeri 2 132 2.025
SMK Swasta 29 492 1.927
Madrasah Diniyah 1.090 10.529 108.508
Jumlah 3.671 40.292 336.353
Sumber Data: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumenep, Sumenep Dalam Angka, Sumenep In Figure 2013
Adapun jumlah Perguruan Tinggi di Kabupaten Sumenep sebanyak 8
lembaga, yaitu meliputi: Universitas Wiraraja (UNIJA), Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
Aqidah Usymuni (STITA), Institut Ilmu Keislaman An-Nuqayyah (INSTIKA)
Guluk-Guluk, Institut Dirasah Islamyah Al-Amin (IDIA), Sekoplah Tinggi
Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Karimiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
Miftahul Ulum dan Akademi Komunikasi Negeri Sumenep.
Disamping itu lembaga non formal dalam bentuk pondok pesantren
sejumlah 348 pondok pesantren yang terdiri dari 36 pondok pesantren salafiy
dan 312 pondok pesantren khalafy. Adapun jumlah santri adalah 45.105 orang
terdiri dari 23.245 santri laki-laki dan 21.859 orang santri perempuan, jumlah
ustadh sebanyak 537 orang, dan ustadhah sebanyak 489 orang.2 Diantara
beberapa jumah sekolah Dasar Swasta dan TK Swasta diatas terdapat TK
Sang Timur, SD Sang Timor, dan SMP Katolik.
2 Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumenep, Sumenep Dalam Angka,Sumenep In Figure 2013 Katalog BPS: 11010023529. Bandingkan dengan Kantor Kementrian Agama Kabupaten Sumenep 2010, Data Pondok pesantren Se Kabupaten Sumenep Tahun 2009/2010.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
151
Dilihat dari jumlah lembaga pendidikan yang ada mulai dari tingkat
terendah sampai tingkat perguruan tinggi ditambah sejumah pesantren,
menunjukkan bahwa kesadaran dan tingkat partsisipasi masyarakat terhadap
pentingnya pendidikan di Sumenep sangat tinggi. Apalagi data yang ada
menunjukkan banyaknya lembaga pendidikan baik formal (swasta) maupun
nonformal (pesantren) yang didirikan oleh masyarakat, jauh melebihi
dibanding lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan oleh pemerintah
(negeri).
Kabupaten Sumenep terdapat sebanyak 348 buah pesantren, sedangkan
yang berlokasi di Kecamatan Kota Sumenep ada 9 pesantren, yaitu:
Tabel II Tentang Jumlah Pondok Pesantren
Di Kecamatan Kota Kabupaten Sumenep
No. Nama Pesantren Alamat
1 Pondok Pesantren Aqidah Usymuni Jl. KH. Zainal Arifin
Pandian
2 Pondok Pesantren Al-Usymuni Jl. Pesantren No. 11
Pandian
3 Pondok Pesantren Al- Muzhfariyah Desa Kebunan
4 Pondok Pesantren Surya Laya Jl. Raya Manding
Kebunan
5 Pondok Pesantren Miftahul Ulum II Jl. Lumba-Lumba 3A
Kolor
6 Pondok Pesantren Tarate Jl. Pesantren Pandian
7 Pondok Pesantren Miftahul Anwar Jl. Meranggi Kepanjin
8 Pondok Pesantren Modern al-Azhar Jl. Kartini 17 Pamolokan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
152
9 Pondok Pesantren Al-Wathoniyah Al-
Islamiyah
Jl. Melati Pajagalan
Data: Kantor Kementrian Agama Kabupaten Sumenep.
Dari sembilan pondok pesantren yang beralamatkan di wilayah
Kecamatan Kota Kabupaten Sumenep ini semuanya dipimpin oleh kiai,
termasuk Pondok Pesantren Al- Muzhfariyah –dipimpin K. Moh. Ramli dan
K. Ahmad Suaidy- kecuali di Pondok Pesantren Aqidah Usymuni, didirikan,
dipimpin dan dikelola oleh perempuan yaitu Aqidah Usymuni.
2. Latar Belakang Berdiri Pondok Pesantren
Pesantren bagi umat Islam di Indonesia merupakan lembaga
pendidikan yang paling tua. Hal ini karena lembaga pendidikan yang pertama
kali dikenal oleh umat Islam sebelum mengenal lembaga pendidikan yang lain
adalah pendidikan model pesantren, yaitu sistem pendidikan dengan
konsentrasi khusus semacam padepokan dan pada awalnya tanpa
menggunakan kurikulum terencana serta rinci dengan sistem klasikal seperti
yang dikenal dewasa ini. Pondok pesantren sebagai lembaga “tafaqquh
fiddien” (pendalaman ilmu keagamaan) juga dikenal dan diakui media
informasi sosial dan budaya masyarakat.
Pondok Pesantren Aqidah Usymuni sebagai lembaga pendidikan Islam
yang tetap konsisten dalam tugas membantu menyambung mata rantai
khazanah ilmu-ilmu dan kebudayaan keislaman, juga senantiasa aktif pada
bidang sosial utamanya dalam mengatasi problema masyarakat dalam
berbagai aspek kehidupan, khususnya bidang pendidikan yang ditujukan
kepada kaum perempuan dan kalangan masyarakat yang tidak mampu.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
153
Tugas-tugas tersebut selalu dijalani dengan tekun, sabar dan ihklas
sebagai upaya memenuhi tuntunan pengamalan ajaran agama, yaitu kewajiban
menuntut dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagi setiap muslim dan
muslimah, sekaligus mambantu pemerintah dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Pengalaman masa kecil Aqidah Usymuni bahwa dengan
memperhatikan banyak putra putri dari masyarakat khususnya anak
perempuan yang berada dalam lingkungan keluarga di bawah garis
kemiskinan harus rela tidak melanjutkan pendidikan, disamping karena
mahalnya biaya pendidikan juga karena kultur yang berlaku pada saat itu lebih
mengedepankan laki-laki dari pada perempuan dalam segala hal termasuk
dalam rangka menuntut ilmu.
Itulah mengapa Aqidah Usymuni berinisiatif mendirikan pondok
pesantren, kemudian berkembang mendirikan pendidikan formal yang
menggunakan sistem madrasah dengan berbagai jenjang mulai dari PAUD
sampai dengan Perguruan Tinggi. Adapun nama pesantren dan seluruh
lembaga pendidikan formal yang ada di dalamnya mulai dari PAUD sampai
Perguruan tinggi menggunakan namanya, yaitu Pondok Pesantren Aqidah
Usymuni PAUD Aqidah Usymuni, SDI Aqidah Usymuni, Madrasah Diniyah
Aqidah Usymuni, Madrasah Tsanawiyah Aqidah Usymuni, Madrasah Aliyah
Aqidah Usymuni dan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Aqidah Usymuni
(STITA).
Hal ini dimaksudkan sebagai motivasi bahwa pendidikan bukan hanya
milik kaum laki-laki tetapi juga milik kaum perempuan, sesuai dengan anjuran
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
154
Nabi bahwa mencari ilmu wajib bagi laki-laki juga wajib bagi perempuan.
Selain itu dengan pemberian nama Aqidah Usymuni menurut dia agar bisa
memberikan motivasi kepada anak cucunya nanti jika perempuan bisa berbuat
sesuatu untuk bangsa dan negara apalagi laki- laki, disamping itu bermaksud
meningkatkan pendidikan kaum perempuan khususnya di kalangan
lingkungan pesantren.3
Pondok Pesantren Aqidah Usymuni didirikan pada tanggal 07 juni
1985 oleh Abu Shofyan dan Aqidah Usymuni. Pada tahun 1986 diresmikan
menjadi sebuah Lembaga yang berbadan hukum dengan nama Yayasan
Aqidah Usymuni, dengan akta notaris yang disempurnakan. Bersama suami
Abu Shofyan Aqidah Usymuni sebagai pendiri dan pengasuh dibantu oleh
putra-putri tercintanya yaitu A. Shafraji (menantu), yang kebetulan sebagai
Ketua Umum MUI Kab. Sumenep, dan Dewi Khalifah sebagai Pengurus
Muslimat NU Jawa Timur, mereka sebagai penanggung jawab program
pesantren.
Pondok Pesantren di Terate awalnya didirikan dan diasuh oleh Zainal
Arifin dengan nama Pondok Pesantren Terate. Sepeninggal dia dilanjutkan
oleh putranya Usymuni bin Zainal Arifin dengan nama Pondok Pesantren al-
Usymuni. Disamping itu Takiyuddin bin Zainal Arifin (saudara laki-laki
Usymuni) mendirikan MI Yazrif, MTs Yazrif, (yang kemudian sampai saat ini
menjadi MIN Tarate, MTsN Tarate) dan MA Yayasan Zainal Arifin (MA
Yazrif). Sedangkan Pondok Pesantren Terate dilanjutkan oleh Abd. Rahim
3Wawancara langsung dengan Ny. Aqidah Usymuni Jumat, 1 Nopember 2013 Jam 10.00 WIB
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
155
Usymuni (saudara laki-laki Aqidah Usymuni), dengan penguatan pada
Madrasah Diniyah.
Pada tahun 1982 Usymuni meninggal dunia, Pesantren al-Usymuni
dilanjutkan dan dipimpin oleh Abdullah Khalil (menantu Usymuni).
Disamping mengelola pesantren, Abdullah Khalil mengelola Madrasah
Diniyah Al-Usymuni, SMP Al-Usymuni, SMA Al-Usymuni, dan STAI
Miftahul Ulum; disamping itu berdiri pula Madrasah Diniyah yang dipimpin
Qusyairi bin Shaleh (sepupu Nyai Aqidah)4.
Santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Terate yang dipimpin
Abd. Rahim, dan santri Madrasah Diniyah yang dipimpin Qusyairi bin Shaleh
apabila mempunyai keinginan untuk masuk pendidikan formal baik pada
tingkatan Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanaiyah maupun pada Tingkatan
Madrasah Aliyah diperbolehkan untuk memilih di antara lembaga yang berada
di bawah pimpinan Pondok Pesantren Al-Usymuni yang dipimpin Abdullah
Khalil atau di bawah lingkungan Pondok pesantren Aqidah Usymuni yang di
pimpin Aqidah Usymuni atau memilih pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri
(MIN), Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), dan Madrasah Aliyah Yayasan
Zainal Arifin (MA Yazrif).
Disamping yang telah dipaparkan di atas. tentang yang menjadi latar
belakang berdiri Pondok Pesantren Aqidah Usymuni adalah keinginan yang
kuat dan pengalaman Aqidah di masa kecil, maka menurut penyampaian
Abd. Rahim Usymuni 5 adalah karena Aqidah Usymuni sebagai keturunan
langsung (bukan menantu) Usymuni merasa memiliki tanggungjawab dan 4 Wawancara langsung dengan Aqidah Usymuni Jumat, 1 Nopember 2013 Jam 10.00 WIB. 5 Wawancara dengan Abd. Rahim Usymuni (saudara laki-laki Aqidah Usymuni), Jum’at, 31 Mei 2013 jam 19.30 WIB.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
156
berkewajiban untuk melanjutkan perjuangan orang tuanya, yaitu memimpin
pesantren. Sebagaimana pernyataan Aqidah, sejak kecil bahkan sebelum lahir
ia diharapakan lahir berjenis kelamin laki-laki yang akan meneruskan
perjuangan dan kepemimpinan pesantren.6
Pengelolaan pesantren pada generasi pertama dan kedua dengan nama
masing-masing Pondok Pesantren Terate dan pondok pesantren al-Usymuni,
sistem dan proses pembelajarannya hampir sama dengan pesantren yang ada
pada waktu itu. Yakni kiai sebagai pemimpin tunggal karena kharismatiknya,
sedangkan proses pembelajaran dilakukan secara sorogan dan bandongan dan
santrinya sebagian besar adalah santri kalong. Materi pembelajaran al-Qur’an
dan membahas beberapa kitab kuning yang ada hubungannya dengan masalah
tasawuf dan masalah ibadah terutama ilmu fikih.7
Zainal Arifin dan Usymuni adalah kiai kharismatik yang disegani,
yang oleh para santri dan masyarakat dianggap mempunyai keistimewaan
tertentu dan tidak dimiliki oleh kebanyakan orang karena kedekatan dan
ketaatannya kepada Allah. Untuk menghormat dan memperingati jasa-jasanya
di Pandian Utara didirikan makam Zainal Arifin dan Usymuni serta
keturunannya, yang menjadi obyek ziarah bagi sebagian umat Islam di
Sumenep. Hampir setiap hari makam ini dikunjungi oleh masyarakat terutama
pada hari kamis sore sampai menjelang maghrib dan jum’at pagi setelah shalat
subuh. Bagi para santri Pondok Pesantren Aqidah Usymuni pada hari selasa
dini hari, merupakan kegiatan rutin mengunjungi makam untuk membaca
surat yasin dan tahlil. Hari yang ditetapkan sebagai hari wafatnya yaitu setiap 6 Wawancara langsung dengan Aqidah Usymuni Jumat, 1 Nopember 2013 Jam 10.00 WIB. 7Wawancara dengan Abd. Rahim (saudara laki-laki Aqidah Usymuni), Jum’at, 31 Mei 2013 jam 19.30 WIB.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
157
tahun diperingati sebagai hari yang bersejarah yaitu hari “khaul’
(memperingati hari wafat). .
Pondok Pesantren Aqidah Usymuni terletak di Desa Pandian
Kecamatan Kota Kabupaten Sumenep tepatnya di Jl. KH. Zainal Arifin No. 1-
9 Teratai Pandian Sumenep Telp. (0328) 661359. 8
Eksistensi Pondok Pesantren Aqidah Usymuni, disamping karena
pendidikan pesantren memiliki posisi yang sangat strategi dan terbukti telah
mampu memberikan kontribusi besar bagi kelangsungan kehidupan bangsa
dan pengembangan kebudayaan melalui proses pendidikan pesantren, maka
lokasi pesantren ini sangat strategis merupakan salah satu hal yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangan pesantren.
Lokasi Pondok Pesantren Aqidah Usymuni terletak di pinggir
perkotaan di Jalan KH. Zainal Arifin yang mudah dijangkau,9 ini merupakan
hal yang berbeda dengan keadaan pesantren pada awal sejarah berdirinya
banyak didirikan di daerah pedesaan, yang relatif agak jauh dari jalan raya.
Dari hasil pengamatan,10 lokasi dan bangunan Pesantren Aqidah Usymuni
serta lokasi proses pembelajaran sedikit terpencar tidak menjadi satu lokasi
seperti pada umumnya pesantren di Indonesia, sehingga pesantren yang
beralamatkan Terate Pandian ini, sebagian lokasinya termasuk wilayah
Kelurahan Bangselok.
Aqidah Usymuni tidak mempersiapkan lokasi tanah yang cukup luas
untuk pembangunan pesantren, dan juga tidak mendapatkan waris berupa
tanah dari ayahnya. Aqidah menerima peninggalan berupa kitab-kitab dan 8 Profil Pondok Pesantren Aqidah Usymuni Terate Pandian Sumenep, 2010 9 Observasi Kamis 5 Februari 2013 Jam 07.00. WIB 10 Ibid
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
158
benda-benda pusaka milik Usymuni, meski pada awalnya Aqidah merasa ada
ketidakadilan dalam pembagian itu.
Sehingga seluruah lokasi dan bangunan pesantren merupakan hasil
murni upaya Aqidah Usymuni melalui pembelian baik berupa tanah maupun
rumah milik masyarakat sekitar secara bertahap, yang sebelumnya merupakan
pemukiman penduduk. Termasuk tanah milik saudaranya dapat diambil alih
kepemilikannya dengan cara dibeli. Sedangkan dari pihak pesantren ( Aqidah
Usymuni) selalu terbuka untuk mengembangkan pesantren dengan cara
membeli rumah/tanah yang ada di sekitar pesantren, walaupun tidak langsung
berdampingan dengan lokasi yang telah dimiliki. Dengan demikian
menyebabkan lokasi pesantren maupun tempat proses belajar secara formal
tidak merupakan satu komplek yang berdampingan menjadi satu.
Kalau diperhatikan dari sisi tata ruang, Pondok Pesantren Aqidah
Usymuni sebagian besar lokasinya terbuka dengan rumah tinggal
penduduk/masyarakat. Bagi santri akan ke masjid atau ke tempat pendidikan
formal yang lokasinya terpisah harus berjalan melewati jalan raya dan
melintasi rumah-rumah warga kira-kira sepanjang 200 m.
Namun dengan keadaan yang demikian ini tidak ada pengaruh
terhadap sistem pendidikan dan proses pembelajaran maupun pengembangan
pesantren. Menurut penjelasan salah seorang santri senior justru situasi yang
demikian ini memberikan ruang dan wawasan berbeda kepada santri tentang
kehidupan bermasyarakat. Bergumul dalam berbagai kesempatan baik
kegiatan pesantren maupun proses pemenuhan kebutuhan sehari-hari
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
159
dilakukan secara terbuka kepada masyarakat. 11 Bagi masyarakat juga
mempunyai beberapa sisi positif yang menguntungkan, sebagaimana
disampaikan oleh salah seorang warga bahwa, tinggal berdekatan dengan
pesantren adalah merupakan lahan yang sangat potensial untuk mendapatkan
rizki dan mengembangkan usaha perekonomian, di sisi lain dalam rangka
memenuhi kebutuhan santri adalah merupakan salah satu bentuk ibadah yang
mendapatkan pahala.12.
Beberapa pesantren yang merupakan pengembangan pesantren induk
yaitu Pondok Pesantren Terate dan Pondok Pesantren al-Usymuni terletak
berjajar di sebelah barat Pondok Pesantren Aqidah Usymuni, yang merupakan
satu komplek dengan berbatasan tembok. Walaupun keadaan lokasi semua
pesantren saling berdampingan, tetapi masing-masing pesantren di lingkungan
pondok pesantren Terate yang masih merupakan satu keturunan yang sangat
dekat ini memiliki otonom secara manajerial dan pengasuhan termasuk
kurikulumnya.13
Hubungan secara kekeluargaan di antara mereka masih tampak jelas
menunjukkan cukup bagus. Hal ini nampak dalam berbagai kegiatan dan event
yang sifatnya informal kekeluargaan maupun secara formal kelembagaan.
Seperti acara selamatan, hajatan pernikahan, haflah imtihan dan lainnya,
mereka saling menghadiri bahkan saling membantu untuk mensukseskan acara
tersebut.
11 Wawancara dengan Imam Santoso, salah sorang santri yang juga sebagai pengurus. Saat ini ia juga sebagai mahasiswa STITA semester vii. Kamis, 31 Oktober 2013 j1m 14.30 WIB. 12 Wawancara dengan Dalilah, pemilik toko kelontongan, Jum’at 6 pebruari 2013 jam 9.30 WIB. 13 Observasi Kamis 5 Februari 2013 Jam 07.00. WIB. dilanjutkan dengan wawancara dengan Syafraji, Jum’at 6 Pebruari 2013, jam 08.30 WIB.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
160
Pondok Pesantren Aqidah Usymuni mempunyai lambang yang
menggambarkan tentang eksistensi dari pada lembaganya, yaitu kitab suci al-
Qur’an dan masjid yang dikelilingi Sembilan bintang, dibingkai dalam
lambang segi lima, menggunakan warna dasar hijau, kuning dan warna dasar
putih dengan bertuliskan Pondok Pesantren Aqidah Usymuni Terate Sumenep.
Lambang tersebut mempunyai makna sebagai berikut:
1. Al-qur’an berarti: Pondok Pesantren Aqidah Usymuni menciptakan
generasi qur’ani yang berilmu, beriman dan bertaqwa.
2. Bintang Sembilan mempunyai makna: Pondok Pesantren Aqidah
Usymuni meneruskan ajaran yang dibawa oleh Wali Songo.
3. Masjid yang dikelilingi tulisan Pondok Pesantren Aqidah Usymuni
berarti: Pondok Pesantren Aqidah Usymuni bernaung di bawah
Yayasan Aqidah Usymuni.
4. Bentuk lambang segi lima mempunyai makna: arkanul Islam yang
menjadi dasar dan tujuan pendidikan serta misi pesantren.
5. Warna putih di tengah mempunyai makna: kesucian dan keikhlasan
dalam berkhidmad bagi nusa, bangsa dan agama.
6. Warma hijau mempunyai makna: kesuburan, dalam arti
menumbuhsuburkan ilmu pengetahuan dalam mencetak kader-
kader pendidikan yang potensial, islami, serta berwawasan
ahlussunnah wal jamaah.
7. Warna kuning, menunjukkan kesuksesan dan keberhasilan.
Makna yang tergambar dalam lambang tersebut secara garis besar
merupakan tujuan berdirinya pondok pesantren Aqidah Usymuni, yaitu:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
161
1. Melaksanakan ajaran agama sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan
sunnah Nabi Muhammad SAW.
2. Membentuk generasi yang beriman, bertaqwa serta mempunyai
jiwa pengabdian terhadap agama, bangsa dan negara.
3. Membuka akses pendidikan bagi putra-putri dari keluarga tidak
mampu dan anak yatim dengan beasiswa pendidikan.14
3. Komponen Pondok Pesantren
Dalam pelaksanan pendidikan dan pembelajaran sudah barang tentu
melibatkan beberapa komponen, agar dalam pelaksanaannya efektif dan
efisien sesuai dengan cita-cita yang diidealkan. Demikian juga di pesantren,15
sebagai salah satu lembaga pendidikan melibatkan beberapa komponen yang
sangat menentukan terjadinya suatu proses pembelajaran. Secara garis besar
beberapa komponen di Pondok Pesantren Aqidah Usymuni antara lain adalah:
Nyai sebagai pimpinan dan pengelola pesantren, santri sebagai subyek dalam
proses pembelajaran, sarana dan prasarana serta sistem pembelajaran.
a. Nyai
Nyai adalah istri kiai yang mempunyai kemampuan dan keahlian di
bidang agama dan melakukan dakwah, dan diharapkan dapat melakukan
14 Profil Pondok Pesantren Aqidah Usymuni, tahun 2008. 15 Pesantren baru dapat disebut pesantren bila memenuhi lima syarat, yaitu (1) ada kiai, (2) ada pondok, (3) ada masjid (4) ada santri (5) ada pengajaran membaca kitab kuning. Lihat: Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam Tjun Surjaman. ed. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Sedangkan menurut Mustafa Syarif bahwa: pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam sekurang-kurangnya mempunyai tiga ciri umum yaitu kiai sebagai figur sentral, asrama sebagai tempat tinggal para santri, dan masjid sebagai pusat kegiatan. Adapun pendidikan dan pengajaran agama Islam melalui sistem pengajian kitab dengan metode wetonan, sorogan dan musyawarah, yang sebagian sekarang sudah berkembang dengan sistem klasikal atau madrasah. Lihat: Mustafa Syarif, Administrasi Pesantren (Jakarta: Karya Barkah, 1982). Demikian pula Sarijo mengatakan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan dan wetonan . Marwan Sarijo, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia (Jakarta;Dharma Bhakti, 1979).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
162
perubahan karena kemampuanya khususnya pesantren perempuan. Dalam
masayarakat Jawa pada umumnya ada 2 kategori nyai, (1) perempuan
yang mempunyai kemampuan di bidang agama dan melakukan kegiatan
dakwah (2) nyai sebagai istri kiai, baik yang melakukan dakwah maupun
tidak. Maka ia disebut nyai karena isteri dari kiai. 16
Nyai dalam segala aktifitasnya dalam keluarga, masyarakat dan
pesantren merupakan tipologi seorang perempuan yang pada umumnya
dibesarkan di dunia pesantren. Menurut sebagian pandangan masyarakat,
pesantren dengan segala tradisi pendidikannya masih mengandung unsur
ketidakadilan gender, bila dilihat dari sistem pengajaran di pesantren yang
masih menggunakan literatur-literatur kitab kuning17 yang bias gender.
Namun tidak bisa dipungkiri bahwa Aqidah Usymuni dan Dewi
Khalifah telah berkiprah dalam pemberdayaan masyarakat dan pesantren,
khususnya kaum perempuan. Tentu saja mereka memiliki gaya, pola dan
pandangan tersendiri tentang perempuan dan kesetaraan gender, dan
bagaimana menanamkan kesadaran akan kesataraan gender dalam dunia
pesantren dan masyarakat.
Nyai pada umumnya adalah seorang yang bertanggung jawab di
pondok pesantren dalam rangka “tafaqquh fiddien” (pendalaman ilmu
keagamaan) yang dikenal dan diakui kharismanya karena kedalaman ilmu
dan sebagai pemilik pesantren.
16 Faiqoh, Nyai sebagai agen perubahan, (Tesis: Universita Indonesia , 1998), 10. 17 Kitab-kitab yang yang paling populer yang diajarkan di pesantren, seperti kitab uqudullujain, mengisyaratkan keberpihakan nyata kepada laki-laki dan ketidak seimbangan hak dan kewajiban antara suami dan istri. Kitab-kitab klasik ini dikarang oleh para penulis laki-laki dan dilestarikan di pesantren-pesantren yang pada gilirannya mengasumsikan maskulinisasi epitemologi pengetahuan agama. Lihat Ema Marhumah, Konstruksi Sosial Gender di Pesantren. Studi Kuasa Kiai Atas Wacana Perempuan (Yogyakarta, LkiS, 2011), 6-7.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
163
Pondok Pesantren Aqidah Usymuni, sebagai lembaga pendidikan
Islam yang tetap konsisten dalam tugas membantu menyambung mata
rantai khazanah ilmu-ilmu dan kebudayaan keislaman, juga senantiasa
aktif pada bidang sosial utamanya dalam mengatasi problema masyarakat
dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya pada kalangan masyarakat
yang tidak mampu.18
Demikian kiprah Aqidah Usymuni dan Dewi Khalifah disamping
bergerak dalam bidang pendidikan di pesantren, maka mereka berdua tidak
menafikan perhatian terhadap masalah di luar pondok pesantren, seperti
memprakarsai dan memimpin dalam bentuk kompolan atau pengajian-
pengajian.
Hampir setiap hari secara rutin mereka menghadiri
kompolan/pengajian yang di laksanaan masyarakat terutama pada
masyarakat pedesaan. Salah satunya dengan melalui ikatan alumni yang
dinamakam “Ikatan Santri Aqidah Usymuni (IKSAU)”, diadakan setiap
bulan di setiap kecamatan. Setiap bulan Aqidah kadang-kadang bergantian
dengan Dewi Khalifah harus menghadiri beberapa kecamatan yang
terdapat organisasi ikatan alumninya. Dalam pengajian (kompolan)
Aqidah Usymuni terutama Dewi Khalifah disamping pengajian yang
materinya tentang keimanan, ibadah dan akhlak, juga mengembangkan
dalam bentuk pembinaan keterampilan bagi masyarakat, terutama alumni
perempuan yang belum mendapat pekerjaan tetap.
18 Wawancara dengan Nur Asiyah dan Aminatus Sakdiyah, Jum’at, 31 Mei 2013 jam 14.00 WIB. Mereka berdua sering menemani Aqidah Usymuni untuk mengantarkan sesuatu –beras, kelapa, gula- ke masyarakat sekitar.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
164
Sebagai pengelola pesantren dan pelaksana pendidikan formal
dalam bentuk sekolah, maupun pendidikan nonformal berupa pengajian-
pengajian mereka tidak bekerja sendiri tetapi dibantu oleh tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan. Maka termasuk dalam kategori pengelola
Pondok Pesantren Aqidah Usymuni disamping nyai adalah Kiai, para
ustadz dan ustadzah bahkan unsur santri yang duduk dalam kepengurusan
juga ikut bertanggung jawab dalam pengelolaan pesantren.19
Jumlah pendidik yang ikut bertanggung jawab dalam pengelolaan
pendidikan dan proses pembelajaran di Pondok Pesantren Aqidah
Usymuni adalah sebagai berikut:
Tabel III Jumlah pendidik dan Tenaga Kependidikan
Menurut Latar Belakang Pendidikan Di Pondok Pesantren Aqidah Usymuni Terate Pandian Sumenep
19 Namun demikian relasi antara santri dan kiai sangat berbeda dengan relasi santri ustadh, relasi siswa dan guru di sekolah. Penghormatan yang luar biasa dari santri kepada kiainya terjadi karena dalam kultur pesantren penyerahan diri kepada kiai merupakan persyaratan mutlak agar memungkinkan seseornag menjadi anak didik/santri kiai, santri harus memperoleh kerelaan kiai dengan mengikuti segenap kehendaknya dan juga melayani segenap kepentingannya. Kerelaan kiai yang lazim disebut barakah, merupakan alasan tempat berpijak santri di dalam menuntut ilmu di pesantren. Sikap dan perbuatan tidak sopan dalam ukuran pesantren diyakini akan berimplikasi terhadap ketidakberkahan ilmu yang diperoleh. Lihat: Babun Suharto, Dari Pesantren Untuk Umat, Reinventing Eksistensi Pesantren di Era globalisasi (Surabaya: Imtiyaz, 2011), 84-85.
NO JENIS
PENDIDIKAN
TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH
SLTA D II S 1 S 2 S 3
1 PAUD Aqidah
Usymuni - 6 3 - - 9
3 Madrasah
Diniyah Aqidah 5 4 8 2 - 19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
165
Sumber Data: Profil Pondok Pesantren Aqdah Usymuni, tahun 2010
b. Santri
Dengan motivasi yang kuat baik dari pribadi Nyai maupun
dukungan masyarakat, terutama keluarga dan saudaranya berdirilah
Pondok Pesantren Aqidah Usymuni, yang pada rintisan awal pada tahun
1985, dengan jumlah santri masing masing santri perempuan dan laki-laki
berjumlah 15 orang. Pada tahun 1986, mulai memperkenalkan model
pembelajaran menggunakan papan tulis berdiri MADIN (Madrasah
Diniyah) Aqidah Usymuni, dan pada tahun 1983 berdiri Madrasah
Tsanawiyah Aqidah Usymuni.
Santri merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan di
pesantren. Santri adalah manusia yang mempunyai potensi atau fitrah yang
dapat dikembangkan dan berkembangan secara dinamis.
Usymuni
4
Madrasah
Tsanawiyah
Aqidah Usymuni
- 5 18 2 - 25
5 Madrasah Aliyah
Aqidah Usymuni - 5 19 3 - 27
6
Sekolah Tinggi
Agama Islam
Aqidah Usymuni
- - 2 29 6 37
Jumlah 5 20 50 36 6 117
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
166
Asal daerah santri mayoritas dari daerah kecamatan Kabupaten
Sumenep, seperti Kecamatan Batuputih, Kecamatan Rubaru, termasuk
kecamatan yang ada di kepulauan, seperti Kecamatan Raas, Kecamatan
Sapeken, Kecamatan Kangean, dan hanya sebagian kecil saja dari luar
Kabupaten Sumenep. Walau lokasi daerah asal santri dari satu kabupaten,
namun jarak tempuh tempat asal santri relatif jauh dan memerlukan waktu
yang cukup lama. Yakni dari daerah Kabupaten Sumenep Kepulauan20
dengan menggunakan transportasi kapal laut yang ditempuh dalam durasi
waktu 10 jam hingga 12 jam bahkan ada yang sampai 16 jam dalam
keadaan cuaca normal.21 Misalnya yang bersal dari Pulau Masalembu,
kapal diberangkatkan pulul 14.00 WIB, akan sampai di tempat tujuan
besok hari jam 07.00 WIB (17 jam) dalam cuaca normal.
Dalam table V berikut tercacat sejumlah santri Pondok pesantren
Aqidah Usymuni dari berbagai tingkatan, dari santri tingkat usia dini
sampai tingkat mahasiswa.
Tabel IV Jumlah Santri Menurut Jenis Pendidikan dan Jenis Kelamin
Di Pondok Pesantren Aqidah Usymuni Terate Pandian Sumenep
NO Lembaga Pendidikan Jenis kelamin
Jumlah Keterangan L P
1 MD Aqidah Usymuni 156 117 273 Non formal
2 PAUD Aqidah Usymuni 75 45 120 formal
3 MTs Aqidah Usymuni 103 89 192 formal
20 Dari Raas, Kangean, Sapudi, Sapeken, Gili Genting, Gili raje dan Talango. Wawancara dengan Nur Asiyah dan Aminatus Sakdiyah, Jum’at, 31 Mei 2013 jam 14.00 WIB, dan beberapa orang santri. 21 Wawancara dengan Nur Asiyah dan Aminatus Sakdiyah, Jum’at, 31 Mei 2013 jam 14.00 WIB.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
167
4 MA Aqidah Usymuni 110 95 205 formal
5 STIT Aqidah Usymuni
(STITA) 917 434 1351 formal
Jumlah 1.361 780 2.141 -
Sumber Data: Profil Pondok Pesantren Aqidah Usymuni, tahun 2010
Jika diperhatikan jumlah santri laki-laki dan jumlah santri
perempuan pada tingkat pendidikan manapun secara kuantitas masih
unggul laki-laki, yakni berbanding 63,57% santri dan 36,43% santri
perempuan.
Dari sejumlah santri tersebut ada santri yang tinggal atau mukim di
pesantren, dan ada pula yang datang atau hadir ketika berlangsungnya
proses pembelajaran secara formal. Adapun santri yang mukim
kebanyakan santri tingkat tsanawiyah dan tingkat aliyah, sebagian kecil
mahasiswa dan sebagian tingkat madrasah.
Untuk santri tingkat usia dini semuanya tinggal di rumah masing-
masing. Demikian pula sebagian besar mahasiswa adalah santri kalong,
karena mayoritas mereka sudah berumah tangga atau bahkan sebagian ada
yang kuliah sambil bekerja.22 Menurut Dhofir, disebut santri mukim bagi
mereka yang menetap atau tinggal di pondok, sedangkan santri yang tidak
menetap di pondok dan datang ketika proses pembelajaran disebut santri
kalong.23 Namun demikian, bagi santri kalong yang sebagian besar adalah
22 Wawancara langsung dengan Aqidah Usymuni Jumat, 1 Nopember 2013 Jam 10.00 WIB 23Zamakhsyari Dhofir, Tradisi, 51.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
168
mahasiswa masih diwajibkan untuk mengikuti pengajian-pengajian
tertentu di pesantren sesuai jadual yang telah ditetapkan.24
Memperhatikan latar belakang sosial para santri, mereka
kebanyakan berasal dari kalangan keluarga petani atau nelayan atau
pedagang,25 dan sebagian kecil sebagai pegawai negeri.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagian besar santri yang
mukim memasak sendiri untuk makan setiap harinya. Hal ini dilakukan
secara individu maupun berkelompok dan lebih dikenal dengan istilah
‘atanak’ (masak nasi). Karena banyaknya santri maka mereka membuat
banyak kelompok. Mereka yang berkelompok melakukan atanak kadang-
kadang secara bersama kadang-kadang ada pula yang secara bergilir.
Mereka memasak masih menggunakan kompor biasa dengan bahan bakar
minyak tanah. Setiap hari jum’at beberapa orang wali santri yang
domisilinya relatif dekat (tidak dari kepulauan) datang untuk ngirim
dengan membawa bekal untuk santri berupa makanan dan beras dari
rumah. Maka santri lain yang dalam kelompoknya menyiapkan lauk-pauk
baik dengan cara membeli bahan kemudian dimasak atau membeli lauk-
pauk yang sudah masak. Sebagian santri ada yang bersama-sama
mengumpulkan uang dengan jumlah yang sama untuk memenuhi
kebutuhan atanak bersama. Kebersamaan dalam atanak dan makan
bersama ini terlihat antara lain dilakukan sepiring berdua bahkan kadang
24 Wawancara dengan Hamdi, Sabtu, 1 Juni 2013 jam 14.00 WIB 25 Bagi keluarga pedagang, sebagaimana pada umumnya budaya orang Madura yang senang merantau ke luar daerah, misalnya masyarakat Kecamatan Raas mayoritas mereka merantau ke Pulau Bali, sedangkan masyarakat Kecamatan Sapeken dan Kecamatan Masalembu mayoritas ke Malaysia, dan beberapa masyarakat dari kepulauan lainnya mayortas merantau ke Jakarta dan daerah-daerah lain di Jawa.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
169
dengan nampan yang berisi nasi dikelilingi beberapa santri, makan secara
bersama-sama. Dan sebagian ada juga santri yang membeli nasi kepada
teman santri lain yang memang menyiapkan untuk santri yang tidak
masak.26
Pondok Pesantren Aqidah Usymuni sebagai salah satu lembaga
yang ingin mewujudkan perannya secara maksimal dalam membangun
bangsa dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk
itu bagi santri senior yang sudah lama menetap diberi tanggung jawab
membimbing dan mengajar kelompok santri yunior, seperti dilakukan oleh
beberapa ustadhah setiap seusai şalat şubuh mereka secara suka rela
membimbing dan mendampingi santri yang kurang lancar membaca al-
Qur’an, walau tidak ada jadual secara khusus. Disamping itu dalam
kesempatan tertentu santri senior juga diberi tugas mewakili nyai
memberikan pengajian baik yang dilaksanakan di dalam pesantren maupun
pada kompolan masyarakat yang dilaksanakan di luar pesantren. Antara
lain ustadhah Aminatus Sakdiyah, Ustadhah Syarifah dan ustadhah Nur
Asiyah.
Aqidah Usymuni dan Dewi Khalifah selalu memotivasi santri
untuk belajar dan melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Namun tidak semua santri yang lulus Madrasah Aliyah Aqidah Usymuni
melanjutkan ke STITA. Mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya
pulang ke kampung halaman masing-masing, sebagian langsung berumah
tangga, sebagian ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi lain. Salah
26 Wawancara dengan Nur Asiyah dan Aminatus Sakdiyah, Jum’at, 31 Mei 2013 jam 14.00 WIB.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
170
seorang santri senior Ustadhah Nur Asiyah yang berasal dari Pulau Raas,
ia salah seorang alumnus STITA dan telah menyelesaikan pendidikan
strata 2 di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Sampai saat ini ia
masih tinggal di pesantren Aqidah Usymuni, ia juga aktif bersama Dewi
Khafifah menjadi salah seorang pengurus Muslimat bahkan ia
memberanikan diri untuk menjadi calon anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumenep pada Pemilihan Umum
2014.
Memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada santri untuk
mengisi pengajian mewakili nyai, dimaksudkan untuk melatih kebiasaan
dan keberanian para santri, disamping itu juga karena faktor kesibukan
nyai yang sangat padat untuk menyelesaikan berbagai macam tugas dan
undangan pengajian yang waktunya bersamaan. Sebelum ditunjuk untuk
diterjukan ke masyarakat untuk mewakili nyai dalam pengajian di
masyarakat terutama di luar pesantren, santri dilatih melalui muhađarah
yang disaksikan oleh santri dan nyai. Dalam pendelegasian itu diutamakan
santri senior, dewasa, pintar dan bertanggungjawab.27
Demikian juga menurut Aqidah, penunjukan wakil terhadap santri
merupakan salah satu upaya pesantren melatih santri agar mampu dan
terlatih berhadapan dengan masyarakat. Oleh karena itu santri tidak hanya
berlatih di hadapan teman-teman santri saja, namun merupakan hal yang
sangat penting juga adalah latihan secara riil di hadapan masyarakat.
27 Wawancara dengan Nur Asiyah salah seorang santri senior dan pengurus Pondok Pesantren Aqidah Usymuni. Dan sering mewakili nyai mengisi pengajian di dalam bahkan di luar pesantren. dan Wawancara dengan Aminatus Sakdiyah, salah seorang santri senior dan pengurus Pondok Pesantren Aqidah Usymuni. Jum’at, 31 Mei 2013 jam 14.00 WIB
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
171
Sebagai salah satu upaya pembelajaran dan melatih santri sebagai calon
pemimpin perempuan yang akan melanjutkan dakwah di masyarakat.28
Untuk mewadahi dan mengembangkan aktivitas dan kreatifitas
santri, secara formal sudah terbentuk OSIS (organisasi Siswa Intra
Sekolah) untuk Madrasah Tsanawiyah Aqidah Usymuni (MTs Aqidah
Usymuni) dan Madrasah Aliyah Aqidah Usymuni (MA Aqidah Usymuni)
serta Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Aqidah
Asymuni (STITA). Disamping itu terdapat beberapa organisasi yang
dibentuk atas dasar asal tempat tinggal santri. Oleh karena asal tempat
tinggal santri mayoritas dari Kabupaten Sumenep, maka menamakan
organisasinya per-kecamatan.29 Antara lain, Ikatan Santri Aqidah Usymuni
(IKSAU) Batuputih, Ikatan Santri Aqidah Usymuni (IKSAU) Raas, Ikatan
Santri Aqidah Usymuni (IKSAU) Rubaru, dan lain sebagainya. Terdapat
pula “Ikatan Santri Aqidah Usymuni (IKSAU)”, untuk mewadahi seluruh
alumni tanpa melihat kedaerahan dari mana asal tinggal santri.
c. Sarana dan prasarana
Pesantren dengan tugas dan cita-cita yang diembannya semakin
dituntut berpacu sesuai dengan laju perkembangan zaman, pesantren harus
memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Maka demi keberhasilan
dan kesuksesan tujuan pesantren, disamping dibutuhkan upaya yang kuat
semangat yang gigih dan pengorbanan yang besar, tentu sangat
28 Wawancara langsung dengan Aqidah Usymuni Jumat, 1 Nopember 2013 Jam 10.00 WIB 29 Tidak seperti pada pondok pesantren seperti Tebuiren Jombang, Lirboyo Kediri, organisasi santri dibentuk dengan anggota santri setiap Kabupaten. Misalnya IKSB (Ikatan Keluarga Santri Banyuwangi), Ikatatan Keluarga Santri Pasuruan (IKSAP), dll.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
172
memerlukan perhatian, dukungan dan bantuan lembaga lain yang
mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah pesantren.
Pondok Pesantren Aqidah Usymuni sebagai salah satu lembaga
yang ingin mewujudkan perannya secara maksimal dalam membangun
bangsa dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk
melancarkan aktifitas, Pondok Pesanren Aqidah Usymuni yang awalnya
dibangun diatas lahan 1,5 ha sekarang telah berkembang menjadi 7 ha,30
dan telah melengkapi berbagai sarana dan prasarana sebagaimana
layaknya sebuah pesantren. Sebuah masjid, muşolla, rumah kiai, asrama
untuk santri laki-laki dan sanri perempuan, ruang belajar, ruang koperasi,
perpustakaan, lapangan olah raga (voly, basket, sepak bola) dan alat-alat
kesenian (hadrah, drum band, dan musik). Untuk mengetahui secara
keseluruhan lihat tabel berikut:
Tabel V Tentang Sarana Pendidikan Non Formal
Di Pondok pesantren Aqidah Usymuni Terate Pandian Sumenep
No Jenis sarana Jumlah Keterangan
1 Masjid/ mushola 2 1 putra, 1 putri
2 Asrama santri 27 10 kamar asrama putri 17
kamar asrama putra
3 Kantor 1 Kantor pesantren
4 Unit Pelayanan Kesehatan
Santri (UPKS) 1 -
30 Tanah seluas ini sebagian merupakan tanah yang diatasnya ditempati bangunan pesantren dan lembaga pendidikan yang lain, sebagian adalah merupakan tanah produktif berupa sawah yang dikelola untuk kepentingan dan pendanaan lembaga pendidikan Aqidah usymuni.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
173
5 Penginapan Tamu 1 Tahap penyelesaian
6 Koperasi 2 1 putra, 1 putri
7 LPBA (Lembaga
Pendidikan Bahasa Asing) 1
Belum mempunyai ruang
tersendiri
8 LPKAU (Lembaga
Pendidikan Komputer
Aqidah Usymuni )
1 1 ruang kursus dengan
luas 3x5 m
9
LPTTQ (Lembaga
Pendidikan Tilawatul
Qur’an dan Tahfidhul
Qur’an)
2 ruang
Dalam perencanaan
membuat asrama khusus
yang terpisah dengan
santri lain
Sumber data: Profil Pondok Pesantren Aqidah Usymuni, tahun 2010.
Rumah kediaman Aqidah terletak di tepi jalan, beliau tinggal
bersama dengan Dewi Khalifah sekeluarga. Bersebelahan dengan
kediaman Aqidah terdapat beberapa bangunan, yang terdiri dari sepuluh
kamar untuk asrama santri, muşalla, gedung Madrasah Tsanawiyah
Aqidah Usymuni dan Madrasah Aliyah Aqidah Usymuni. Semua lokasi
bangunan tersebut terletak agak masuk ke dalam, dimana semua fasilitas
tersebut digunakan untuk aktifitas dan proses belajar santri perempuan
yang merupakan satu komplek dan dikelilingi pagar tembok. Menurut
Aqidah dan Dewi Khalifah, lokasi yang demikian ini mudah untuk
memantau aktifitas santri, disamping juga memudahkan pengurus untuk
berkordinasi dengan pengasuh. Sedangkan musalla mempunyai beberapa
fungsi, disamping sebagai tempat salat berjamaah lima waktu dan aktifitas
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
174
santri perempuan juga merupakan tempat pengajian masyarakat/ibu-ibu
dari luar pesantren yang dipimpin Aqidah Usymuni.
Bangunan lain adalah sebuah masjid terletak kira-kira 150 m ke
arah utara dari kediaman Aqidah. Satu komplek dengan masjid antara lain
adalah asrama yang terdiri dari tujuh belas kamar untuk santri laki-laki,
gedung Madrasah Diniyah Aqidah Usymuni, Madrasah Aliyah Aqidah
Usymuni yang semua digunakan untuk pelaksanaan aktifitas santri laki-
laki. Disamping itu terdapat pula gedung laboraturium, gedung
perpustakaan, sarana olah raga dan gedung untuk perkuliahan31 mahasiswa
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Aqidah Usymuni (STITA) dan perkantoran.
Sedangkan sarana dan prasarana untuk santri PAUD kira-kira 50 m
sebelah selatan kediaman nyai, sedangkan lokasi Madrasah Tsanawiyah
(MTs) Aqidah Usymuni khusus untuk santri laki-laki beserta asramanya
terletak di sebelah timur jalan, berhadapan dengan kediaman Aqidah, dan
lokasi tersebut termasuk kelurahan Bangselok.
Secara keseluruhan keadaan sarana dan prasarana sebagai berikut:
Tabel VI Tentang Sarana Pendidikan Formal
Di Pondok Pesantren Aqidah Usymuni Terate Pandian Sumenep
NO Jenis Sarana Jumlah
Lokal Keterangan
1 PAUD Aqidah Usymuni 5 2 lokal kantor
2 Madrasah Diniyah Aqidah - Belum memiliki lokasi
31 Pelaksanaan perkuiahan di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Aqidah Usymuni tidak dipisah antara mahasiswa dan mahasiswi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
175
Usymuni sendiri masih menempati
ruang MTs. pada malam
hari
3 Madrasah Tsanawiyah
Aqidah Usymuni 8
- untuk MTs. Masih kurang
lokal
4 Madrasah Aliyah Aqidah
Usymuni
8 6 ruang belajar 1 kantor 1
ruang kepala
5 Sekolah Tinggi Agama
Islam Aqidah Usymuni 15
9 ruang kuliah, 2 ruang
adminitrasi, 1 ruang
pimpinan, 1 perpus, 1 lab.
Computer dan 1 lab. Micro
teaching
Sumber data: Profil Pondok Pesantren Aqidah Usymuni, tahun 2010.
Sumber dana untuk pengelolaan kegiatan diperoleh dari pribadi
(Nyai Aqidah Usymuni) karena memang merupakan tanggung jawab
pengasuh sebagai pengelola, dari yayasan, diperoleh dari pemerintah dan
masyarakat merupakan sumbangan yang tidak mengikat.32
32 Selain SPP di Sekolah, di pondok pesantren santri hanya dikenakan beaya listrik dan air. Wawancara langsung dengan Aqidah Usymuni Jumat, 1 Nopember 2013 Jam 10.00 WIB. Menurut Zamakhsyari Dhofir, para kiai sekarang memperoleh sumber-sumber keuangan untuk mengongkosi pembiayaan dan perkembangan pesantren dari masyarakat. Walau demkian para kiai masih tetap memiliki kekuasaan mutlak atas pengurusan komplek pesantren. para penyumbang sendiri beranggapan bahwa para kiai berhak memperoleh dana dari masyarakat, dan dana tersebut dianggap sebagai milik Tuhan, dan para kiai dianggap sebagai insttusi ataupun pribadi yang dengan namaTuhan mengurus dana-dana masyarakat tersebut. Dalam praktek memang jarang sekali diperlukan campurtangan masyarakat dalam pengurusan dana-dana tersebut. Lihat: Zamakhsyari Dhofir, Tradisi, 48.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
176
d. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Aqidah Usymuni
Dengan konsep perpaduan salaf dan khalaf pesantren Aqidah
Usymuni mempunyai visi dan misi mencetak santri yang beriman,
bertaqwa, berahklak, berilmu, beramal dan siap mengabdi di masyarakat.33
Pondok pesantren memiliki peranan penting dalam sejarah Islam
di Indonesia. Sebagaimana pesantren pada umumnya, Pondok Pesantren
Aqidah Usymuni pada awalnya mengajarkan ilmu agama Islam di
pesantren dengan secara tradisional yakni belajar membaca al-Qur’an,
mempelajari kitab kuning yang materinya diprioritaskan pada masalah
keimanan ibadah dan tasawuf dengan menggunakan metode wetonan,
sorogan dan bandongan.
Dalam perkembangan selanjutnya sebagaimana banyak pesantren
yang lain, Pondok Pesantren Aqidah Usymuni membuka diri menerima
perubahan-perubahan dalam proses pembelajaran dengan menyandingkan
metode-metode baru dengan metode lama. Dengan metode baru, misalnya
proses pembelajaran yang awalnya dilaksanakan sorogan, bandongan, dan
duduk di lantai, ditambah dengan sistem klasikal dan evaluasi, dengan
menggunakan berbagai macam metode pembelajaran yang variatif. Maka
pada pelaksanaan pengajian kitab kuning masih menggunakan metode
tradisional yaitu sorogan, bandongan dengan nuansa yang berbeda.
Misalnya pelaksanaan pengajian oleh Dewi Khalifah, dengan memberi
kesempatan kepada santri untuk dialog, dan kepada santri diberi tugas
33 Profil Pondok Pesantren Aqdah Usymuni, tahun 2010.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
177
untuk berdiskusi, untuk mencari dan menemukan hal-hal yang ada
hubungannya kejadian terkini.34
Dalam pelaksanakan aktifitas lembaga pendidikan formal
dilaksanakan secara sistemik sebagaimana regulasi lembaga pendidikan
pada umumnya. yaitu dalam lembaga-lembaga pendidikan mulai dari
Pendidikan Anak Usia Dini sampai pada perguruan tinggi. Beberapa
lembaga yang dirintis dan dikelola oeh Yayasan Pondok Pesantren Aqidah
Usymuni sebagaimana telah tercantum pada tabel V yaitu: Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) Aqidah Usymuni, Madrasah Diniyah (Madin)
Aqidah Usymuni, Madrasah Tsanaiyah (MTs) Aqidah Usymuni, Madrasah
Aliyah (MA) Aqidah Usymuni, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Aqidah
(STITA).
Disamping kegiatan pendidikan formal, di Pondok Pesantren
Aqidah Usymuni tetap melaksanakan tradisi yang merupakan salah satu
ciri khas pesantren, yaitu pemberian pembelajaran non formal berupa
pengajian beberapa macam kitab kuning. Pelaksanaan pengajian kitab
kuning di tempatkan di muşolla untuk santri perempuan, dan di masjid
untuk santri laki-laki, disampaikan oleh nyai, dan para unstadhah yang
ditunjuk nyai, juga oleh kiai dan para ustadh.35
34 Ketika pengajian kitab di Musalla bab ţaharah (bersuci), para santri mendiskusikan tentang bagaimana bersuci yang ada di hotel-hotel berbintang yang hanya menggunakan tissue. Observasi Ahad, 23 Juni 201 jam 19.00 WIB. Demikian juga pada kesempatan yang lain, Nur Asiyah dalam pengajan kitab Safỉnatu al-Najậh, para santri mendiskusikan tentang penggunaan air untuk berwuđuk harus mencapai dua kulah. Observasi, Jum’at, 5 Juli 2013, jam 19.30 WIB. 35 Hal ini berbeda dengan pengajian santri putra yang dilaksanakan di masjid al-Aqsho dan hanya disampaikan oleh kiai dan ustadh.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
178
Adapun beberapa macam kitab yang menjadi bahan untuk
disampaikan dan dipelajari serta dibahas oleh santri adalah sebagaimana
tabel berikut:
Tabel VII Tentang Beberapa Kitab Pada Kegiatan Pendidikan Non Formal Di Pondok pesantren Aqidah Usymuni Terate Pandian Sumenep
NO Jenis kegiatan Waktu Materi/ kitab
1 Pengajian Ilmu
Tauhid Setelah shalat maghrib
- Kifayatu al-Adhkiyak
- Jawậhiru al-Kalậmiyah
- Kifậyatu al-Awam
- Sullậmu al-Tauhỉd
2 Pengajian Ilmu
Fiqh Setelah shalat maghrib
- Sullậmu al-Taufỉq
- Safỉnatu al-Najậh
- Fathu al-Mu’ỉn
- Fathu al-Qorỉb
- Mawậhibu al-Shamậd
3 Pengajian Ilmu
Akhlaq/Tashawwuf Setelah shalat maghrib
- Ta’lỉmu al-Muta’allim
- Bidậyatu al-Hidậyah
- Akhlậqu li al-Banỉn
- Akhlậqu li al-Banật
- Wasỉyatu al-Muşţafậ
4
Pengajian Ilmu
Nahwu/ Shorof Dan
Balaghoh
Setiap malam setelah
sholat isya’
- aljurumiyah
- kailani
- mutammimah
- nadhmul maksud
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
179
- qowộidu al-lughoh
- ibnu ‘aqil
- ilmu manţiq
5 Pengajian Ilmu
Hadist Setelah sholat maghrib
- bulủghu al-Marậm
- riyậdus şộlihỉn
- tangkiqul qaul
6
Latihan
muhadlaroh/
khitobah
Setelah sholat isya’ dan
malam tertentu
- aqỉdah
- syarỉ’ah
- ahklậq
7 Tahsin Al-Qur’an Setelah isya’ - taqrỉr
- tahsỉn
8
LPKAU (Lembaga
Pendidikan
Komputer Aqidah
Asymuni)
Tiga kali dalam
seminggu
- M S word
- Exsel
- Power Poin
- Dll, Aplikasi Program
Sumber Data: Profil Pondok Pesantren Aqidah Usymuni, tahun 2010
Untuk kelancaran, keteraturan perlaksanaan dan tercapai visi dan
misi pondok pesantren, diperlukan adanya suatu organisasi yang
bertanggungjawab dan mengatur seluruh aktifitas santri. Oleh karena itu di
Pondok Pesantren Aqidah Usymuni telah terbentuk struktur kepengurusan
yang bertanggung jawab langsung kepada pengasuh.
Struktur kepengurusan Pondok Pesantren Aqidah Usymuni adalah
sebagai berikut:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
180
STRUKTUR PENGURUS36
PONDOK PESANTREN AQIDAH USYMUNI PUTRI
Pendiri : Nyai Hj. Aqidah Usymuni
Pengasuh : Nyai Hj. Dewi Khalifah, SH.MH.
Penasehat : Ustdh. Siti Nur Asiyah, S.Pd.I
: Ustdh. Syarifah, S.Pd.I
Ketua : Ustdh. Aminatus Sa’diyah
Wakil ketua : Ustdh. Nur Hasaniyah
Sekretaris : Ustdh. Raudatun Nikmah
Wakil sekretaris : Ustdh. Mariyatul Qibtiyah
Bendahara : Ustdh. Muthmainnah
Bidang-bidang:
Keamanan : Ustdh. Yusmanngsih
: Ustdh. Nur Laily
: Ustdh. Uswatun Syarifah
: Ustdh. Indah Nur Amaliyah
Dikbad : Ustdh. Andi Musfiana
: Ustdh. Herlina
: Ustdh. Khairiyah
: Ustdh. Ummy Badriyah
: Ustdh. Qurniawati
Kebersihan : Ustdh. Jauliyah
: Ustdh. Nur Faizah
36 Dokumentasi Kepengurusan Pesantren Aqidah Usymuni 2011-2012.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
181
: Ustdh Riskiyah
Kesehatan : Ustdh. Nurul Hasanah
: Ustdh. Jam’atul Hasanah
: Ustdh. Salamutuddinyah
Masing-masing pengurus memiliki tugas dan fungsi sebagaimana
telah diatur dalam pedoman kepengurusan yang telah disusun oleh Tim
Penyusun Pedoman Kepengurusan Pondok Pesantren Aqidah Usymuni.
Pedoman kepengurusan merupakan aspirasi semua elemen
pesantren, yaitu pengasuh, pengurus, santri yang dituangkan dalam bentuk
ketetapan Pengasuh untuk dijadikan sebagai pegangan oleh pengurus
menjalankan tugas dan amanahnya dalam mengantarkan, mengarahkan
dan memudahkan para santri untuk mewujudkan citra diri kesantriannya
sesuai dengan visi dan misi pesantren.
Santri yang boleh atau bisa menduduki jabatan kepengurusan
adalah santri senior diutamakan mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah Aqidah Usymuni, atau minimal santri yang sudah mencapai
kelas 12 atau kelas 3 Aliyah dengan persyaratan santri yang mempunyai
kapasitas dan kapabelitasnya dapat diandalkan.37
Namun demikian dalam hal kekuasaan dan penentu kebijakan serta
pengambil keputusan yang terjadi adalah sebagaimana tradisi pesantren
pada umumnya. Yakni, walaupun dalam struktur kepenguruan telah
ditentukan sesuai dengan tupoksi masing-masing, dalam pelaksanaan
37 Dokumentasi Kepengurusan Pesantren Aqidah Usymuni 2011-2012.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
182
penentu kebijakan sepenuhnya masih berada pada pengasuh.38 Tak kecuali
terhadap pondok pesantren Aqidah Usymuni khusus laki-laki yang secara
kepengurusan berdiri sendiri, namun penentu kebijakan masih di bawah
kekuasaan Nyai Aqidah Usymuni.
Dalam tradisi kepemimpinan pesantren, pada umumnya pengasuh
adalah pemegang otoritas tertinggi dalam pengambilan keputusan,
walaupun secara manajerial keputusan yang diambil melalui proses
bersama dengan pengurus sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.39
Dalam hal ini nyai masih berperan dan sangat menentukan dalam
pengambilan keputusan.
Keadaan yang demikian ini sesuai dengan yang disampaikan
Dhofir 40 bahwa kekuasaan dan kewenangan kiai dalam pesantrennya
nyaris mutlak, pada umumnya santri menganggap kiai adalah pemilik,
guru, pemimpin dan penguasa tunggal dalam pesantrennya. Bahkan
menurut Dhofir kekuasaan dan kewenangan kiai terhadap masyarakat
sekitar pesantren yang berwujud pengaruh dan peranan dalam mobilisasi
masyarakat.
Menurut Mujamil Qomar, 41 bahwa dengan melihat kenyataan
tentang bagaimana otoritas kiai dalam menguasai dan mengendalikan
seluruh sektor kehidupan pesantren. Ustadz, apalagi santri, baru berani
melakukan sesuatu tindakan di luar kebiasaan setelah mendapat restu dari
kiai. Ia ibarat raja, segala titahnya menjadi institusi –baik tertulis maupun
38Wawancara langsung Fathol Arifin. Kepala Sekolah MA Aqidah Usymuni, Senin, 10 Juni 2013. 39 Wawancara dengan Hamdi, Sabtu, 1 Juni 2013 jam 14.00 WIB 40Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren, 58. 41 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi, 31.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
183
konvensi- yang berlaku bagi kehidupan pesantren. Ia memiliki hak untuk
menjatuhkan hukuman terhadap santri-santri yang melanggar ketentuan-
ketentuan titahnya menurut kaidah-kaidah normatif yang mentradisi di
kalangan pesantren.
Dengan memperhatikan posisi nyai yang sangat berkuasa dan serba
menentukan kebijakan-kebijakan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan itu
menurut Dirdjosanjoto 42 akhirnya justru yang demikian cenderung
menyumbangkan terbangunnya otoritas mutlak. Dalam pesantren kiai
adalah pemimpin tunggal yang memegang wewenang hampir mutlak. Di
pesantren tidak ada orang lain yang lebih dihormati selain dari pada kiai.
Akan tetapi menurut Efendi,43 kekuasaan kiai tidak bisa langsung
dihubungkan dengan perilaku otoriter dengan kekuasaan, kesewenang
wenangan, penindasan dan pengerahan massa rakyat untuk kepentingan
diri dan keluarga seperti pola kepemimpinan dan kebijaksanaan hampir
setiap raja tempo dulu.
Para kiai besar maupun kecil, sepanjang dilihat dan diketahui para
ahli dan pengamat masalah-masalah sosial dari berbagai kalangan, tak
satupun dijumpai kiai yang memiliki kecenderungan apalagi perlakuan
otoriter dalam menggerakkan roda kekuasaan dan kewenangannya
terhadap santri dan atau masyarakat sekitar. Bagaimanapun kekuasaan kiai
di mata masyarakat, tak bisa bergeser dari nilai-nilai moral dan norma
ajaran agama yang menjadi tumpuan kedudukannya itu.
42 Pradjarta Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kiai Pesantren-Kiai Langgar di Jawa (Yogyakarta: LKiS, 1999), 156. 43 Bisri Efendi, An Nuqayah; Gerak Transformasi Soaial Di Madura (t.t. P3M Perhimpunan Pengembangan Pesantren, 1990), 1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
184
Demikian juga kasus yang terjadi di pondok pesantren Aqidah
Usymuni hampir semua kebijakan ditentukan oleh pengasuh yaitu Aqidah
Usymuni dan Dewi Khalifah, misalnya dalam masalah keuangan, dan
menentukan rencana atau program mana yang harus diprioritaskan.
Namun menurut penjelasan beberapa informan bahwa seluruh
kebijakan yang diputuskan oleh pengasuh yaitu Aqidah Usymuni dan
Dewi Khalifah adalah untuk kepentingan dan kemajuan pesantren. Seperti
pemberian beasiswa untuk siswa dan mahasiswa yang kurang mampu,
beasiswa untuk suami isteri atau dua bersaudara 44 yang pada waktu
bersama menjadi mahasiswa di STIT Aqidah Usymuni, bahkan pemberian
seragam untuk seluruh siswa baru PAUD dan kegiatan bakti sosial
lainnya.45 Setiap tahun ajaran baru, tidak kurang bahkan bisa lebih dari
sepuluh suami isteri, dan beberapa santri yang bersaudara, serta yang
kurang/tidak mampu dalam ekonomi yang kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah Aqidah Usymuni (STITA) Terate Pandian Sumenep mendapat
keringanan/pembebasan SPP.46 Yang demikian ini merupakan kebijakan
Aqidah Usymuni sebagai realisasi kometmen awal pendirian pesantren
adalah untuk peningkatan pendidikan perempuan dan masyarakat yang
kurang/tidak mampu.
44 Untuk meringankan beaya kuliah bagi suami isteri, maka istri dibebaskan SPP selama empat semester, untuk siswa dan mahasiswa yang tidak mampu selama delapan semester. Wawancara dengan Nur Asiyah Jum’at, 4 januari 2014 jam 14.00 WIB 45 Wawancara langsung, Helda dan Saeful wali murid PAUD Aqidah Usymuni Senin, 24 juni 2013 jam 15.00. dan wawancara dengan ustadhah Nur Asiyah dan ustadhah Aminatus Sakdiyah, Jum’at, 31 Mei 2013 jam 14.00 WIB 46 Wawancara dengan Nur Asiyah Jum’at, 4 januari 2014 jam 14.00 WIB
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
185
B. Biografi Aqidah Usymuni dan Dewi Khalifah
1. Profile Aqidah Usymuni
Aqidah Usymuni dilahirkan pada tahun 1938, di desa Pandian
Sumenep Madura. Anak perempuan bungsu dari empat saudara pasangan
Usymuni dan Makkiyah yang masih keturunan Ratu Sumenep. Nama kecilnya
Nyi Qida, sejak kelahirannya keluarga dan masyarakat Pandian sudah banyak
berharap banyak pada dirinya karena beliau adalah keturunan ulama yang
berkomitmen dengan nilai-nilai ajaran Islam dari kedua orang tuanya.
Aqidah dilahirkan di masa Jepang yang tentu masih dalam masa sulit.
Aqidah termasuk piyatu karena sejak usia 5 bulan ibunya wafat. Sejak itu
pengasuhan Aqidah dilakukan sepenuhnya oleh ayahnya yaitu Usymuni.
Usymuni seorang alim dan memiliki kemampuan sebagai tabib. Hal ini
dibuktikan ketika masa kecil Aqidah. Pada masa pendudukan Jepang di
Indonesia ada seorang tokoh Jepang yang sakit keras, diduga kena santet dan
berobat kepada Usymuni, dengan ijin Allah bisa berhasil dan sembuh. Sejak
itulah hubungan orang Jepang tersebut dengan keluarga Usymuni menjadi
sangat dekat. Sebagai rasa terima kasih dan balas budi orang Jepang tersebut
memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dengan memberikan
bantuan roti, susu dan biskuit untuk kebutuhan Aqidah yang masih bayi.
Kedekatan Aqidah dengan ayahnya, Aqidah kecil selalu dibawa kemana
saja ayahnya pergi. Dari pengalaman Aqidah pada masa kecil sering diajak
pergi itu bahkan dalam memperkuat spiritual Usymuni dengan menyepi di
gunung Payudan (pajudden) 47 Aqidah tetap menemani ayahnya. Menurut
47 Gunung yang pernah dipergunakan Potre Koneng (Dewi Saini) dan suaminya Pangeran Adipoday(Arya Baribin) Adipati Sumenep ke 12 bertapa. Keduanya sebagai orang tua Jakatole
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
186
pengakuan Aqidah “sengkok paling semak ben abah etimbang taretan se lain
(saya paling dekat –akrab- dengan abah dari pada saudara yang lain).48 Ini
kemungkinan karena Aqidah sudah piyatu semenjak masih bayi.
Aqidah belajar ilmu dasar agama langsung dari ayahnya termasuk
belajar al-Quran, tidak hanya itu bahkan belajar tajwid dan ilmu-ilmu agama
dari ayahnya langsung.
Latar belakang pendidikan formal Aqidah adalah setelah menyelesaikan
pendidikan dasar di Sekolah Rakyat Karembangan Panglegur Sumenep,
kemudian melanjutkan pada jenjang pendidikan berikutnyan pada PGAN
(Pendidikan Guru Agama Negeri) VI Tahun pada saat itu, secara sosial
budaya jenjang pendidikan setingkat Madrasah Aliyah bagi perempuan tentu
sudah cukup tinggi.
Aqidah anak dari Usymuni dengan Nyai Makkiyah, mempunyai empat
bersaudara kandung (As’ad, Maksad, Hindun dan Aqidah). Dua orang
saudara, pertama dan kedua adalah semua laki-laki, ketiga perempuan dan
Nyai Aqidah yang ke empat. Menurut penjelasan Aqidah, sebenarnya ibunya
yaitu Makkiyah mengharap anak yang ke empat adalah juga laki-laki, karena
ia berkeinginan kelak anaknya bisa meneruskan dan membuat pesantren
sendiri. Karena kedua anak laki-laki sebelumnya tidak berkenan meneruskan
keberlanjutan pesantren yang telah dirintis ayahnya, karena kesibukannya di
luar pesantren.
alias Arya Kudapanole (Secaradiningrat III), Adipati Sumenep ke 13 yang memrintah pada tahun 1415-1460. Lihat: Iskandar Zulkarnain, dkk., Sejarah Sumenep (Sumenep, Dinas pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumenep, 2003), 53. 48 Wawancara langsung dengan Aqidah Usymuni Jumat, 1 Nopember 2013 Jam 10.00 WIB.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
187
Ketika usia 7 tahun Aqidah kecil baru mendapat pengganti ibunya. Dia
diasuh oleh ibu tiri Ahmaniyah dan diasuh sebagaimana anak sendiri. Karena
sejak kecil selalu bersama ayahnya ia dibesarkan sebagaimana laki-laki,
pakaiannya dan didandani seperti anak laki-laki, bahkan tidak banyak orang
yang tahu kalau Aqidah kecil adalah perempuan.
Aqidah kecil dipanggil Deng-Deng, karena memang diasuh seperti
anak laki-laki. Mungkin ini ada doa ibu (Makkiyah) dan harapan yang
dikabulkan meskipun mempunyai anak perempuan bisa mendirikan dan
memimpin pesantren untuk meneruskan perjuangan ayahnya49.
Aqidah tidak mendapatkan waris berupa tanah dari ayahnya, ia hanya
menerima kitab-kitab dan benda pusaka milik Usymuni, maka atas nasehat
dan petunjuk Ahmaniyah (ibu tiri Aqidah yang telah mengasuhnya sejak umur
7 tahun) menyarankan “mon bekna terro agebhei pesantren belli tana ė adhe’
ruwa” (kalau kamu ingin mendirikan pesantren, belilah tanah sebelah depan
itu”. Aqidah menerima saran dari Ahmaniyah untuk membeli sebidang tanah,
dengan penuh tekad dan kemampuan beliau akhirnya tanah dapat terbeli yang
menjadi cikal bakal pendirian pesantren. di atas tanah ini terletak
kediamannya, lokasi pesantren, Madrasah Diniyah, Madrasah Tsnawiyah,
Madrasah Aliyah dan muşolla, yang semua diperentukkan untuk santri
perempuan.
Aqidah terus berupaya untuk dapat terus berlanjut memiliki tanah
sekitarnya, akhirnya Aqidah bisa membuktikan bahwa tanah miliknya bisa
49 Wawancara langsung dengan Aqidah Usymuni Jumat, 1 Nopember 2013 Jam 10.00 WIB dan Wawancara langsung dengan Dewi Kholifah Kamis, 5 Pebruari 2013 Jam 08,00 WIB
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
188
berkembang dan termasuk tanah-tanah yang awalnya dimiliki saudaranya
yang pada mulanya merupakan tanah waris. Di atas tanah tersebut saat ini
berdiri diatasnya kampus Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Aidah Usymuni
(STITA), dan Madrasah aliyah (MA) Aqidah Usymuni. Kemudian tanah
sekitarnya tersebut dikembangkan sebagai lahan pendidikan dan pesantren
Aqidah Usymuni (santri laki-laki).
Aqidah Usymuni tipologi perempuan yang kuat dan punya semangat
yang tinggi untuk mengembangkan pendidikan terutama bagi kaum
perempuan dan kaum miskin. Pewarisan kemampuan spritual yang tinggi
telah dia peroleh dari ayahnya sehingga “kemustajaban” doa yang beliau
ucapkan sering terkabul dengan lebih cepat.
Guru dalam makna khusus spiritual Aqidah adalah ayahnya sendiri
yaitu Usymuni dan juga berperan sebagai ibu baginya. Salah satu pesan ayah
yang menjadi kekuatannya adalah “kamu kalau minta rizqi kepada Allah, apa
yang kamu mau pasti kamu dapatkan meskipun kamu memakai baju dari emas
akan kamu dapatkan, tetapi janganlah kamu lakukan itu, pakailah baju yang
sederhana supaya Allah tetap sayang sama kamu”.
Tentang sistem kekerabatan, masyarakat Madura umumnya menganut
garis patrilineal yaitu garis keturunan ayah dengan penghubung laki-laki
belaka, walaupun tidak menutup kemungkinan dalam daerah-daerah tertentu
mengikuti garis bilateral yaitu menyangkut dari dua garis keturunan/
kekerabatan baik dari pihak ayah (laki-laki) maupun pihak ibu (perempuan).
Hal ini mungkin juga tergantung pada konteks hubungan kekerabatan itu
dipakai.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
189
Di Madura adat menetap sesudah pernikahan adalah matrilokal yaitu
pola kediaman setelah menikah, di mana si suami tinggal di lingkungan
kerabat/keluarga isterinya. Keluarga istri membuat rumah untuk pasangan
baru. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan yang sudah berkeluarga pada
umumnya menetap di tempat keluarganya. Karena rumah-rumah perempuan-
perempuan itu biasanya berkelompok di tanah leluhurnya, terbentuklah satuan
rumah yang penghuninya masih berhubungan keluarga secara matrilineal50
Demikian juga Aqidah mengikuti adat menetap sesudah pernikahan
adalah matrilokal. Dengan demikian menurut Aqidah, beliau lebih leluasa dan
semakin memperkuat kedudukan serta aktifitas Aqidah sebagai pemimpin di
rumah sendiri dan sebagai pemimpin di pesantren. Meskipun demikian
Aqidah tidak semaunya sendiri, sejak awal tetap ada penghargaan terhadap
suami yang antara lain tercermin dari nama masjid al-Aqso berada di tengah
pesantren, merupakan kepanjangan Aqidah – Shofyan. Pada perjalanan
selanjutnya tercermin pada pembagian wilayah kerja dan tanggung jawab
terhadap lembaga.
Pernikahannya dengan Abu Shofyan (wafat pada tahun 2002) dikarunia
seorang puteri, Dewi Khalifah yang nantinya sangat berperan dalam
perkembangan pesantren maupun lembaga yang ada di bawah naungan
Yayasan Aqidah Usymuni.
Aqidah tidak berbeda dengan perempuan-perempuan lainya, sebagai
ibu rumah tangga dan istri dari suami serta ibu dari anaknya.Tugas tambahan
50 Soegianto, (peny.), Kepercayaan, Magi, dan Tradisi dalam Masyarakat Madura (Jember: Tapal Kuda, 2003), 32.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
190
lain dari seorang nyai adalah ketika dia juga ikut bertanggungjawab untuk
berdakwah sebagai tugas sosial.
Salah satu tugas itu adalah sebagai Mubalighah menurut Marcous51
adalah mediator di bidang agama yang tidak hanya mengkomunikasikan
ajaran-ajaran agama yang berkaitan dengan dunia dan akhirat, tetapi juga
mengkomunikasikan ajaran agama Islam yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari seperti hubungan antar pribadi, kehidupan keluarga, kesehatan,
pendidikan, budaya, ekonomi dan politik dan masalah-masalah lain, untuk
dikomunkasikan dengan masyarakat yang menjadi tanggung jawabnya.
Walaupun dalam masalah kepemimpinan perempuan sangatlah jarang
terjadi, karena dalam masyarakat muslim umumnya mengenal kepemimpinan
patriarkhal,52dan mainstream pemikiran kalangan pesantren hingga saat ini
sangat menempatkan dominasi laki-laki 53 di atas perempuan, yaitu suatu
sistem di masyarakat yang menempatkan laki-laki sebagai sosok yang layak
memimpin dari pada perempuan. Namun Aqidah sebagai perempuan tetap
mempunyai komitment terhadap cita-cita dan perjuangannya terutama dalam
51 Lies Marcous, Women Mediation in Indonesia, (Leiden: KTLV, 1992), 205. 52 Yaitu sistem kemasyarakatan yang menentukan ayah sebagai kepala keluarga. Lihat John M. Echols dan Hassan Shadly, Kamus Inggris Indonesia An English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), halaman 121. Budaya patrarkhi, yakni suatu sistem yang bercirikan laki-laki (ayah), dimana laki-laki berkuasa untuk menentukan, mengatur, dan pengambil keputusan. Lihat Mufidah Ch., Bingkai Sosial Gender, Islam, Strukturasi, & Konstruksi Sosial, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 10. 53Dalam hal kepemimpinan pesantren masih mengikuti sistem patriarkal, yaitu tentang estafet pergantian kepemimpinan pesantren, terutama pada pesantren milik pribadi adalah dari-ke: pendiri-anak-menantu-cucu-santri senior. Artinya Ahli waris pertama adalah anak laki-laki, yang senior dan dianggap cocok oleh kiai dan oleh masyarakat untuk menjadi kiai, baik dari segi kealimannya maupun dari segi kedalaman ilmu agamanya. Jika hal ini tidak mungkin, misalnya karena pendiri tidak punya anak laki-laki yang cocok untuk menggantikannya, maka ahli waris kedua adalah menantu, kemudian sebagai ahli waris ketiga adalah cucu. Jika semuanya itu tidak mungkin, maka ada kemungkinan dilanjutkan oleh bekas santri senior. Tetapi biasanya santri lebih suka mendirikan pesantren sendiri, dan bila hal ini terjadi maka berakhirlah pesantren yang bersangkutan karena tidak ada yang meneruskannya. Lihat Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), 88
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
191
masalah akses dan peningkatan pendidikan bagi perempuan dan masyarakat
kurang mampu.
Oleh karena itu untuk terus mewujudkan dan melanjutkan cita-citanya,
ia sangat menaruh perhatian istimewa terhadap pendidikan putrinya (Dewi
Khalifah), agar dapat mengganti dan meneruskan kepemimpinan pesantren
yang telah dirintis. Tanpa berhenti belajar, begitulah Dewi Khalifah. Setelah
tamat dari Madrasah Aliyah An-Nuqayyah Guluk-guluk ia langsung
dinikahkan. Namun atas dukungan dan dorongan Aqidah, tetap melanjutkan
pendidikannya sehingga dapat menyelesaikan pada jenjang strata 2, sambil
melakukan aktifitas di ranah publik di samping ikut berperan melaksanakan
tugas kepemimpinan di pesantren yang dipimpin oleh Aqidah.
Menurut A. Rasyid Kafrawi54, dalam proses wawancara yang diawali
dengan biografi dan perjalanan hidup Aqidah bahwa Aqidah dapat
meneruskan profesi orang tuanga, Usymuni sebagai tabib dengan cara tirakat
(usaha khusus) dengan berbagai ritual.
Tirakat dilakukan di beberapa tempat, yaitu makam orang-orang yang
dianggap punya kekuatan metafisik, yang letaknya di Asta Tinggi55 seperti 1).
makam Bindere Saud, 56 2). makam Panembahan Somala 57 3). makam
54 Wawancara Langsung pada tanggal 18 Juli 2013; ia adalah salah seorang pensiunan pegawai negeri, tokoh agama dan guru ngaji di Sumenep, sepupu Nyai Aqidah 55 Asta Tinggi yaitu tempat makam raja-raja Sumenep dan keturunannya hingga sekarang, yang terletak di desa Kebunagung Kecamatan kota Sumenep. 56 Bendoro Saud (Bindere Saud: Madura), adalah seorang ulama yang kharismatik pekerjaannya tukang sabit rumput. Ia dilamar, kemudian menikah dengan adipati Sumenep ke 30 yaitu Raden Ayu Rasmana Tirtonegoro yang suaminya teah meninggal. Setelah menikah, oleh Kompeni Bendoro Saud dinobatkan sebagai adipati Sumenep dengan gelar Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro. Maka pada kurun pemerintahan adipati ke 30 (1750-1762) terjadi dualisme kepemimpinan Raden ayu Tirtonegoro dan suaminya Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro (Bindere saud). http:/id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_sumenep#Nama. Bandingkan: Iskandar Zulkarnain, dkk., Sejarah, 119.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
192
Abdurahman58 dan 4). makam abahnya sendiri Usymuni.59 Dalam tirakat itu
akhirnya Aqidah dapat perlambang (simbol) bendera, maka ia bisa
meneruskan kemampuan ayahnya, Usymuni dalam bidang pertabib-an.
Perilaku Aqidah Usymuni memang menurut Rasyid menyenangkan dan
tidak banyak Nyai yang bisa begitu. Dia memberi santunan atau sekedar
memberi sodaqoh berupa sembako dan pakaian, sarung, mukena kepada
masyarakat. Aqidah datang sendiri ke rumah-rumah yang dituju dengan naik
becak keliling atau terkadang diantar mobil oleh santri laki-laki dengan
ditemani beberapa santri perempuan. Seperti yang sering dilakukan menjelang
bulan Ramadan dan menjaleng ‘idul fiţri. Dia bahkan memberikan oleh-oleh
ala kadarnya kepada jamaahnya seperti ada kacang panjang, mentimun bahkan
uang yang dirogoh dari sakunya tanpa menghitung, diberikan jamaahnya
setelah selesai pengajian yang dilaksanakan di mushalla yang terletak di
samping kanan rumahnya.60 Hal ini menjadi strategi untuk mengikat pada
jamaahnya sehingga ada ikatan moral dan patron antara nyai dan masyrakat
Menurut Rasyid, memang Aqidah sangat pintar dan cerdas serta
akomodatif, artinya untuk mengembangkan pesantren maka Aqidah merasa
57 Panembahan Somala yaitu Raden Asirudin adalah putera Bindere Saud dengan isteri pertama (anak tiri Raden Ayu Rasmana Tirtonegoro) bergelar Tumenggung Ario Natakusuma, juga dikenal dengan sebutan Panembahan Somala, juga dikenal dengan Sultan Sumenep I. Sebagai adipati Sumenep yang ke 31, beliau adalah pendiri Keraton Sumenep, Masjid Jamik Sumenep dan Asta Tinggi. Ibid., 125. 58 Abdurrahman adalah adipati selanjutnya yang ke 32, seorang negarawan dan ilmuwan. yakni Kanjeng R. Tumenggung Abdurrahman Tirtadiningrat (putraTumenggung Ario Natakusuma), naik tahta diberi gelar Panembahan Natakusuma II, dan dinaikkan lagi tahtanya menjadi Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I. Sebutan sultan biasanya digunakan untuk gelar penguasa sebuah kesultanan. Maka sebutan Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I, menunjukkan bukti bahwa Sumenep pada masa itu berbentuk kesultanan. Ibid., 135. 59 Terletak di Desa Pandian (utara) Kecamatan Kota Sumenep. 60 Wawancara Langsung dengan Hanifah Rasyid pada tanggal 18 Juli 2013. Ia adalah isteri Rasyid Kafrawi yang juga masih sepupu Nyai Aqidah, dan salah seorang anggota pengajian/ Kompolan Şalawat Nậriyah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
193
perlu adanya sekolah formal seperti pendirian Madrasah Tsanawiyah (MTs),
Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Tinggi. Karena kepiawaian darinya pula
akhirnya menggunakan kekuatan sumber daya manusia (SDM) yang ada di
pesantren sendiri, yakni ia memberdayaan anak dan menantunya sebagai
pengelola Yayasan. Yayasan Aqidah Usymuni membawahi pondok pesantren
laki-laki maupun perempuan, dan beberapa tingkatan pendidikan Formal serta
pengembangan pendidikan non formal yang berhubungan dengan lembaga,
yang kesemuanya untuk kepentingan yayasan. Antara lain seperti berbagai
pengajian kitab dan pengembangan seni budaya.
Dalam masalah kepemimpinan, menurut Rasyid Aqidah sangat pandai
mempertahankan dan mengembangkan pengajiannya. Dengan cara memberi
pengajian kepada masyarakat jamaah pengajian/kompolan dengan model
dakwah yang menyenangkan, berani dan lucu maka dia sudah bisa mengambil
hati masyarakat. Strategi dakwah ini dia pilih untuk menguatkan dan
menjangkau masyrakat luas, sehingga suasana senang dan tidak membosankan
dalam berdakwah.
Dalam momen-momen tertentu beliau punya program sodaqoh untuk
seluruh jamaah –sebagai ganti ongkos becak- dan tukang becak diberi uang
@5000,- (lima ribu rupiah). Bahkan sering membagi parsel kepada
masyarakat dengan diantar sendiri. Menurut Rasyid dalam kepemimpinan di
pesantren Aqidahlah yang punya kendali karena dia itu memang “pintar”.
Sedangkan Dewi Khalifah menurut pak Rasid pintar tapi tidak sepintar
Aqidah, bahkan dalam pandangannya Dewi Khalifah “Nyai radikal”.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
194
Salah satu tradisi yang masih dilakukan oleh Aqidah dalam pola makan,
misalnya dia makan hanya secukupnya seperti nasi 1 lepek (piring kecil) tahu
dan tempe serta buje cabbi (garam dan Lombok dihaluskan). Hal ini salah satu
cara mempertahankan kemampuan metafisiknya, sehingga tidak salah beliau
sangat kurus.
Tokoh lain yang memberi data melalui wawancara adalah Abd. Rahim
Usymuni61(Adik beda Ibu Aqidah Usymuni) dan pimpinan Pondok Pesantren
Terate. Abd. Rahim memang juga sosok yang unik, baik secara penampilan
dan gaya bahasa yang radikal. Ia berpendapat bahwa kepemimpinan Aqidah
sangat baik apalagi dibantu oleh anak dan menantunya. Meskipun dalam
penuturannya ada kekecewaan dan menyayangkan melihat ketidak
kekompakkan dalam pengembangan pendidikan di Terate (keluarga besar
Usymuni). Kenyataannya yayasan pesantren berdiri sendiri-sendiri,
seandainya bisa dikelola secara kolektif seperti di tempat –pesantren- lain,
akan bisa lebih eksis sehingga lebih besar dan indah.
Tetapi setidaknya kekaguman beliau masih terucap dalam
pengembangan pesantren di Terate. Kekaguman sangat dalam terkesan pada
kemampuan dan kepintaran Aqidah yang notabene kakak beda Ibu. ”Di
Madura secara umum mungkin hanya kakak perempuan saya mampu
mendirikan, memimpin dan mengelola sebuah pesantren, dan santrinya tidak
hanya santri perempuan tapi juga santri laki-laki”, tuturnya. Pengakuan ini
memunjukkan bahwa kertebukaan tokoh masyarakat sangat menyambut baik
kepemimpinan perempuan.
61 Wawancara langsung dengan Abdur Rahim, 20 Juli 2013 Jam 19.00 WIB
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
195
Ada beberapa tokoh agama di Sumenep62 yang tidak mau disebutkan
indentitasnya yang kurang terbuka dengan kepemimpinan perempuan dalam
konteks ini Aqidah Usymuni. Menurutnya bukan soal kepemimpinan dan
lembaga pendidikan yang dipimpin dan dikelolanya, tetapi kurang sependapat
tentang aliran spriritual yang selama ini ditekuni oleh Aqidah Usymuni. Lepas
dari itu sebagian masyarakat memang kurang terbuka tetapi tetap mendukung
dengan sistem pendidikan yang dikembangkan, karena ketidaksepahaman itu
persoalan pribadi dan privasi individu.
2. Profil Dewi Kholifah63
a. Nama Lengkap : Dewi Kholifah
b. Nama Kecil : Eva
c. Tempat tanggal lahir : Sumenep 30 Maret 1971
d. Suami : Shafraji
e. Anak :1). Mohammad Zainul Alim
2). Mohammad Luqmanul H
3). Maziatil Khasanah
f. Jenjang pendidikan :
1). Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Terate
2). Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs.N) Terate Pandian
3). Madrasah Aliyah (MA) Putri An-Nuqoyyah Guluk-Guluk
4). S1 Ilmu Hukum Universitas Putra Bangsa Surabaya
5). S2 Ilmu Hukum Universitas Narotama Surabaya
62 Wawancara dengan tokoh muda NU Sumenep, rabu 12 Juni 2013. Jam 15.00 WIB. 63 Wawancara langsung dengan Dewi Kholifah Kamis, 5 Pebruari 2013 Jam 08,00 WIB
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
196
g. Pengalaman organisasi :
1). Ketua Cabang Fatayat NU Sumenep periode (1993-1999)
2). Ketua Cabang Muslimat NU Sumenep Periode (1999-2005)
3). Ketua Cabang Muslimat NU Sumenep Periode (2005-2010)
4). Ketua Muslimat Korda Madura (2010-sekarang)
h. Perjalanan Kehidupan Dewi Khalifah
Dewi Khalifah lahir dari pasangan suam isteri Abu Sofyan dan
Aqidah Usymuni yang memang dari keluarga pesantren. Dewi Khalifah
dibesarkan dalam keluarga seniman religius dan demokratis. Sejak kecil dia
diperlakukan sebagai manusia seutuhnya tidak pernah terdiskriminasi dalam
urusan kehidupan Dewi Khalifah kecil.
Perempuan yang pemberani dan bisa diterima di kalangan teman-
temannya. Sejak usia kanak-kanak ia sering ditunjuk sebagai pemimpin dalam
bermain seperti ketika jual-jualan bahkan saat bermain perang-perangan.
Kebiasaan menjadi pemimpin di masa kecil terbawa sampai masuk
sekolah, sehingga jabatan ketua kelas ketika di Madrasah Ibtidaiyah Negeri
(MIN) Terate selalu dipercayakan kepada dirinya.
Pada masa kecilnya Dewi Khalifah bercita-cita menjadi dokter, yang
sampai sekarang masih dia angan-angankan. Hal ini menjadi kekuatan dan
mewujudkan bekerja di bidang kesehatan meski hanya mampu mewujudkan
cita-citanya itu dengan mendirikan klinik untuk masyarakat, dalam hal ini di
Pondok Pesantren Aqidah Usymuni walau belum berjalan dengan baik.
Disamping itu bisa diwujudkan dalam program klinik kesehatan bagi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
197
masyarakat luas melalui klinik Muslimat NU Cabang Sumenep, yang telah
dirintisnya selama menjadi ketua umum Muslimat NU Cabang Sumenep.
Dibesarkan dalam keluarga seniman karena Aqidah Usymuni, ibu dari
Dewi Khalifah juga seniman dan ayahnya Abu Shofyan sebagai ketua Ansor
NU Cabang Sumenep, juga menjadi pimpinan group orkes gambus Bintang
Sembilan dan Marchingband. Bahkan marchingband yang dipimpin oleh
Abu Shofyan ini sangat terkenal dan banyak prestasi yang diperoleh, salah
satunya pernah tampil di Istana Negara RI di Jakarta.
Keluarga Aqidah dan Abu Shofyan memang termasuk keluarga yang
romantis. Hal ini tidak hanya dalam menjalani rumah tangga tetapi pada
penamaan masjid yang dibangun keluarga ini, yaitu Masjid al-Aqsho
perpaduan dari dua nama Masjid Aqidah–Shofyan. Ketika pelaksanaan
pembangunan masjid selalu ditunggu dan didampingi oleh Abu Shofyan.
Ketika masjid baru pertama kali dipergunakan untuk melaksanakan shalat
jum’at, kemudian Abu Sofyan meninggal dunia pada tahun 2002. Nama itu
semakin memperkuat rasa cinta keluarga dan semakin memperkokoh
keinginan untuk mengembangkan lembaga ini.
Lahir dan besar dalam keluarga yang memiliki darah seni dan penuh
toleransi serta motivasi untuk selalu maju Dewi Khalifah juga banyak
menorehkan prestasi.
Juara 1 puisi di tingkat Kabupaten pada acara porseni tingkat SMP,
Dewi Khalifah mewakili MTs.N Terate Sumenep. Dia menceritakan
pengalaman itu tidak terlupakan karena diakuinya belum pernah belajar puisi
atau lomba puisi sebelumnya. Hanya dalam waktu 2 jam sebelum tampil
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
198
lomba Dewi Khalifah baru berlatih. Dia dilatih oleh ibunya, Aqidah Usymuni
dengan sabar dan terus memotivasi “kamu pasti bisa, jika mau berusaha”
motivasi ini akhirnya mengalahkan ketakutan untuk maju dan ternyata ia bisa,
sehingga membuat Dewi Khalifah remaja semakin percaya diri dan semakin
kuat.
Kearifan keluarga Aqidah dan Abu Shofyan dirasakan oleh Dewi
Khalifah kecil sampai sekarang, pengalaman hidupnya tidak pernah
merasakan kekerasan fisik seperrti pukulan. Cara menegur atau
ketidakcocokan orang tua terhadap anaknya dilakukan dengan memanggil dan
mendudukan dengan bahasa yang tidak menyakitkan. Hal inilah yang menjadi
motivasi untuk mewujudkan sistem pesantren dan menjadi nilai perjuangan
Dewi Khalifah tanpa kekerasan.
Pada masa remaja prestasi dan bakat menyuarakan kedilan sudah
terlihat. Ia mulai berani menjadi ketua kelas ketika sekolah di MIN Terate,
jadi ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) di MTsN Terate dan bahkan
sampai Madrasah Aliyah di Guluk-guluk ia juga ditunjuk menjadi ketua OSIS.
Prestasi mengikuti lomba cerdas cermat yang diselenggarakan oleh RRI Jawa
Timur, bahkan ketika lulus MA mendapat prestasi nilai tertinggi di tingkat
SMA di Kabupaten Sumenep.
Dengan beberapa prestasi yang telah diraih membuat perempuan ini
menjadi orang pesantren tetapi memilki prestasi yang tidak kalah dengan
siswa SMA favorit di Kabupaten Sumenep. Hal ini tentu tidak hanya
membawa namanya dikenal oleh masyarakat pada saat itu tetapi citra
madrasah dan pesantren menjadi sangat populer.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
199
Keberanian dan kemampuan bernegosiasi menjadi sangat tampak
ketika Dewi Khalifah remaja, tepatnya ketika masuk Pesantren An-Nuqayyah
Guluk-guluk. Meski di rumahnya ada pesantren tetapi dia mencoba hijrah
untuk mendapatkan pendidikan di luar lingkungan keluarga dekat.
Pengasuh di pesantren An-Nuqayyah Guluk-guluk masih kerabat
keluarga Usymuni, Dewi Khalifah menjadi santri di sana dengan wawasan
yang sangat terbuka. Menurutnya, pada saat itu pesantren ini masih ada
peraturan yang kurang adil terhadap santri perempuan. Terbukti ketika tradisi
ilmiah yang menjadi ciri dan kekuatan pesantren An-Nuqayyah Guluk-guluk
mengadakan lomba karya tulis ilmiah yang awalnya hanya diperuntukkan
pada santri Madrasah Aliyah putra, pada masa Dewi Khalifah nyantri di sana
peraturan itu bisa berubah.
Sebagai santri putri dan siswa MA putri ia merasa mempunyai hak dan
bisa mengikuti lomba karya tulis ilmiah, tetapi mengapa perempuan tidak
mendapatkan kesempatan? Mengapa perempuan tidak bisa? Ada apa dengan
perempuan? Pertanyaan seperti itu selalu tersirat pada pikiran Dewi Khalifah
remaja.
Diakuinya keberanian itu semakin dikuatkan karena dorongan kawan-
kawan santri perempuan pada saat itu. Akhirnya dia mencoba untuk
bernegosiasi dengan pengasuh memohon ijin untuk bisa ikut dalam lomba
tersebut. Kedekatan kekerabatan ternyata memang menjadi salah satu media
untuk bisa berani menyampaikan pendapat, walaupun dia tetap menjadi santri
yang patuh sehingga tata aturan dan etika tetap dijunjung tinggi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
200
Akhirnya permohonan diloloskan oleh pengasuh, siswa Madrasah
Aliyah (MA) An-Nuqayyah Putri Guluk-guluk diperbolehkan mengikuti
lomba karya tulis ilmiah. Dewi Khalifah membuktikan bahwa perempuan juga
bisa berkarya sebagaimana selama ini hanya diperuntukkan kepada santri laki-
laki. Ia memperoleh Juara III dalam lomba karya tulis itu. Sebelumnya santri
perempuan tidak ada yang bisa mengikuti dan mengakses tradisi ini.
Salah satu nasehat yang masih diingat dan tertanam pada hati Dewi
Khalifah dari ibunya, Aqidah saat masih remaja, “Kamu harus berani, biar
tidak didlolimi terus”. Nasehat ini yang selalu menjadi spirit Dewi Khalifah
dalam menjalani dan menapaki hidup dan memperjuangkan nilai-nilai
keadilan dan kesetaraan, terutama terhadap perempuan.
Diakui oleh Dewi Khalifah meski keberanian menembus tradisi di
Pesantren di MA Annuqayah Guluk-guluk, sosok perempuan satu ini masih
tetap menerima tradisi orang Madura yang sangat menghargai pendapat orang
tua, dalam konteks ini Ibu. Dewi Khalifah sebagai penerus pesantren Aqidah
Usymuni setelah keluar Madrasah Aliyah diminta untuk menikah oleh
ibunya. Ketaatan itu tidak sekedar dilaksanakan begitu saja tetapi Dewi
Khalifah tetap bernegosiasi dengan syarat tetap beraktivitas dan boleh
meneruskan sekolah ke perguruan tinggi.
Dalam proses pemilihan jodoh oleh ibunya, Dewi Khalifah tetap
menghargai dan mentaatinya. Perjodohan yang akhirnya terjadi dengan proses
religius tradisional karena mungkin tidak semua orang mengalami proses ini.
Jauh sebelum perjodohan Aqidah bermimpi samapai 3 (tiga) kali yang
diyakininya sebagai petunjuk tentang siapa jodoh anaknya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
201
Pertama, Aqidah bermimpi mendapatkan cincin yang ada tulisannya
Shafraji. Kedua kali bermimpi diberi air oleh seorang pemuda ketika ditanya
namanya Shafraji. Ketiga, beliau bermimpi ada orang laki-laki yang
meletakkan batu pada sebuah bangunan di sebuah pesantren terus mengaku
namanya Shafraji.
Setelah bermimpi itu Aqidah bertanya kepada Dewi Khalifah apakah
dia punya kawan atau kawan dekat yang namanya Shafraji? Dewi Khalifah
menjawab kalau nama kawan laki-laki Shafraji tidak punya tetapi ada nama
itu sebagai guru bahasa Inggris di MTs.N Terate dulu saat dia sekaloh. Bagi
Dewi Khalifah sebenarnya merasa tidak percaya masak ibunya bertanya
tentang pak Shafraji yang nota bene adalah gurunya.
Di sisi lain ternyata Pak Shafraji muda memang menaruh hati kepada
Dewi Khalifah sejak menjadi muridnya dulu di MTs.N Terate Sumenep.
Keinginan dan keseriusan untuk meminang Dewi Khalifah sangat besar tetapi
ada rasa kehawatiran, rasa minder dari Shafraji karena ia merasa dari keluarga
pesantren kecil. Shafraji bersal dari Pesantren Tahfidzul Quran yang diasuh
oleh Ahmad Saidimin dan ibu Musfiroh, yang berada di desa dan tidak
merupakan pesantren besar dan semashur pesantren Dewi Khalifah dengan
segala kebesarannya.
Dalam proses itu juga diceritakan oleh Dewi Khalifah bahwa
Musfiroh (ibu mertuanya) saat itu bermimpi mendapat kejatuhan “bulan” dari
timur. Diakuinya kemampuan menerima simbol dan mendiskusikan dengan
keinginan anaknya, maka meminta tolong kepada salah satu kerabat yang
dianggap dekat dengan Dewi Khalifah yaitu Mu’min Hanafi untuk meminang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
202
Dewi Khalifah sebagai calon istri anaknya. Singkat cerita, dalam proses
meminang dilakukan, ketika ditanya siapa nama calon yang meminang Dewi
Khalifah maka dijawab namanya Shafraji, dengan tanpa basa-basi Aqidah
menyetujui dan menerima pinangan untuk putrinya. Dengan proses ini terlihat
kepatuhan pada petunjuk yang datang melalui mimpi, perjodohan itu terjadi
dan menjadi maslahat bagi seluruh keluarga.
Dalam proses kepemimpinan di pesantren, menurut Dewi Khalifah ada
kesadaran dan penghargaan terhadap posisi masing-masing. Shafraji sebagai
pengasuh dan pemegang kendali seluruh sistem pesantren dan lembaga
pendidikan formal yakni Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Aqidah
Usymuni, Madrasah Diniyah (Madin) Aqidah Usymuni, Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Aqidah Usymuni, Madrasah Aliyah (MA) Aqidah
Usymuni dan Sekoah Tinggi Ilmu Tarbiyah Aqidah Usymuni (STITA).
Sedangkan Dewi Khalifah sebagai Ketua Yayasan Pondok Pesantren Aqidah
Usymuni, karena yayasan tentu sangat menentukan pengembangan dan
hubungan kerja ke luar pesantren, sehingga atas kesadaran relasi dan
kebijakan maka nyai Eva yang dipilih sebagi ketua yayasan. Dan Nyai Aqidah
sebagai penasehat yang menjadi rujukan setiap kebijakan baik oleh pengasuh
dan ketua yayasan. Sehingga pengasuhan di dalam pesantren menjadi
tanggung jawab Nyai Aqidah, Nyai Eva mengembangkan hubungan di luar
pesantren dan Shafraji bertanggung jawab atas jalannya pendidikan formal di
bawah naungan pesantren.
Posisi seperti itu menjadi keputusan penting dalam keluarga karena
diakuinya meski sebagai anak Aqidah, Dewi Khalifah tetap harus patuh dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
203
menghargai suami. Konsep yang mereka gunakan adalah bermitra, sehingga
keharmonisan dapat saling dijaga dan dipertahankan.
Bagi Dewi Khalifah, Ibu dan suami sama dengan kehormatan dia,
sehingga dia harus bisa menempatkan posisi sebagai anak dan sebagai istri
serta sebagai perempuan yang penting untuk beraktualisasi diri.
Apa yang menjadi aktifitas Dewi Khalifah tidak lepas dari
pemahamannya terhadap ayat al-Qur’an dan hadith Nabi tentang relasi antara
laki-laki dan perempuan khususnya relasi antara suami isteri baik di
lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan sosial yang lebih luas.
Misalnya pemahaman Dewi Khalifah tentang al-Qur’an surat al-Nisậ’ ayat
34:
جال ٱ مون على لر ل لنساء ٱقو ٱبما فض لھم بعضھم على بعض وبما أنفقوا من …أموAyat yang diperdebatkan antara diperbolehkan atau dilarang
perempuan menjadi pemimpin. Maka menurut Dewi Khalifah, kepemimpinan
yang dimaksud ayat tersebut adalah kepemimpinan sebatas yang ada dalam
ranah domestik yaitu kepemimpinan laki-laki dalam batas memimpin keluarga
dalam lingkungan sebuah rumah tangga, tidak berlaku pada ranah publik yang
berakibat dilarangnya perempuan menjadi pemimpin di ranah publik. Artinya
disamping laki-laki perempuan boleh beraktifitas dan di ruang publik bahkan
boleh menjadi pemimpin sesuai dengan kapasitas dan kapabelitas yang
dimilikilaki-laki atau perempuan.
Suami sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam hal
memberikan nafkah, membimbing keluarga, mengayomi dan melindungi
keluarga. Oleh karena itu lebih lanjut menurut beliau dalam hal waris sesuai
dengan petunjuk dan ketentuan al-Qur’an laki-laki dan perempuan berbanding
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
204
2 : 1. Karena laki-laki dalam hal ini suami mempunyai tanggung jawab
sebagai pemimpin dalam keluarga, sangat relevan kaitannya dengan kewajiban
yang dibebankan, maka Allah memberikan hak lebih banyak kepada laki-laki
dibanding yang diberikan kepada perempuan.
Menanggapi tentang hadith Nabi sehubungan dengan kepemimpinan
putri Kisra64 bahwa “tidak akan baik keadaan sebuah kaum yang mengangkat
perempuan sebagai pemimpin urusan mereka” menurut Dewi Khalifah apa
yang disampaikan Nabi tersebut sifatnya tidak tekstual, sehingga berlaku
untuk semua perempuan. Tetapi hadith tersebut kontekstual dan hanya berlaku
pada putri Kisra tidak kepada perempuan selain dia. Sebab dalam al-Qur’an
surat 27 (an-Naml : 23)65 justru menerangkan tentang keberadaan perempuan
cerdas dan bijaksana yang mampu memimpin sebuah kerajaan.
Dalam proses menjalankan tugas sebagai pengembangan yayasan
pesantren, Dewi Khalifah tentu berusaha sebaik mungkin untuk
mengakomodir semua keinginan di lingkungan pesantren dan pendidikan.
Dengan menggunakan asas demokrasi sehingga menghasilkan sistem yang
tidak kaku dan transparan, meski terkadang ada kebijakan yang sangat
terpaksa dilaksanakan yang seolah-olah kaku tetapi menjadi pilihan yang
terbaik diantara yang terburuk.
Disamping itu kritik dan saran yang diberikan masyarakat atau pun
civitas akademika dianggap sebagai ungkapan rasa sayang dan rasa memilki
64 ام الج اثنا عثمان د ح بكلمة أي ثنا عوف عن الحسن عن أبي بكرة قال لقد نفعني هللا ا بلغ بن الھيثم حد عليه مل لم بي صلى هللا الن
وسلم أن فارسا ملكوا ابنة كسرى قال لن يفلح قوم ولوا أمرھم امرأة 65 تملكھم وأوتيت من كل شيء ولھا عرش عظيم ٱمرأة وجدت إني artinya: sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Wawancara dengan Dewi Khalifah. Sabtu 28 desember 2013.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
205
kepada lembaga. Diakuinya karena sebagai lembaga swasta belum bisa
maksimal karena tentu harus menggunakan mekanisme subsidi silang.
“Nyai Nyleneh”, kesan ini terbangun oleh kyai-kyai yang di Sumenep
terutama ketika Dewi Khalifah menduduki anggota dewan di DPRD
Kabupaten Sumenep, Dewi Khalifah memilih masuk pada Banggar (Badan
Anggaran). Dia ditakut-takuti oleh anggota dewan yang lain kebetulan laki-
laki bahwa Banggar itu hanya pantas untuk laki-laki karena jika rapat sering
sampai larut malam bahkan sampai jam 3 pagi. Tetapi ia tetap berkomitmen
untuk masuk banggar karena menurutnya banggar ini adalah tugas DPRD
yang strategis terutama untuk pengarusutamaan gender.
Pengalamannya ketika menjadi Badan Anggaran DPRD Kab.
Sumenep, dia mewajibkan seluruh Dinas Pemkab. Sumenep mengikutsertakan
pegawai perempuan 30% dalam setiap program pelatihan atau seminar,
tunjangan bagi guru PAUD dan kesejahteraan lain bagi perempuan.
Muslimat dan fatayat NU, merupakan wadah pengabdian
keorganisasian diri dan lembaga. Dewi Khalifah (dan Aqidah) di kalangan
organisasi NU di Sumenep bahkan di tingkat wilayah Propinsi Jawa Timur
sangat populer. Hal ini juga menurut beliau menjadi modal hubungan sosial
kemasyarakatan dan memperkuat pengaruhnya terhadap pesantren.
Saat ini ia berkecimpung di Fatayat dan muslimat NU Sumenep,
bahkan sekarang menjadi pengurus Wilayah Propinsi Jawa Timur. Karir
politiknya juga terus merangkak dari Penggurus Cabang Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), sekarang menjadi Pengurus PPP Wilayah Jawa Timur.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
206
Pengalaman sekaligus karir di Madura namanya pernah menjadi Calon
Wakil Bupati Sumenep 2012 - 2017 yang lalu. Dewi Khalifah diusung oleh
Partai Kebangkitan Nahdhatul Ulama (PKNU) yang notebene menurutnya
Kholil Asembagus sangat anti pemimpin perempuan. Meskipun diakuinya
belum garis tangannya untuk menjadi pimpinan secara formal di Kabupaten
Sumenep. Tetapi bagi Dewi Khalifah dan bagi masyarakat tentu memberikan
jawaban berbeda bahwa di Madura ada seorang perempuan yang berani untuk
menjadi pemimpin daerah66. Oleh karena itu sebagaimana diutarakan Rasyid
tentang Dewi Khalifah, dalam pandangannya Dewi Khalifah “Nyai radikal”.
Pesantren berdiri atau lembaga pendidikan berdiri tentu untuk
memberikan warna baru dan perubahan yang lebih baik dalam tatanan
masyarakat, sekaligus memberikan dasar pemikiran keagamaan serta
pendidikan untuk bisa menciptakan generasi yang lebih baik. Tetapi jangan
lupa bahwa pesantren berdiri juga atas dukungan dan dorongan masyarakat,
seperti konsep simbiosis mutualisme, sehingga keberadaan pesantren
berkembang bersama keinginan masyarakat.
Yayasan Aqidah Usymuni menyelenggarakan beberapa lembaga
pendidikan. Sesuai dengan tingkatan masing-masing masyarakat dapat
mengenyam pendidikan mulai tingkat paling rendah sampai pada tingkat
perguruan tinggi.
Bagi masyarakat kurang mampu, atau bagi masyarakat sekitar yang
tidak berkeinginan merantau atau menuntut ilmu di tempat yang lebih jauh
karena faktor ekonomi dan lainnya, atau bagi masyarakat yang tingkat
66 Wawancara langsung dengan Dewi Khalifah Kamis 5 Pebruari 2013, jam 08.00 WIB
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
207
pendidikannya sudah sampai tingkat sekolah atas, dan tidak dapat melanjutkan
kuliah ke perguruan tinggi negeri, maka bisa menempuh pendidikan di
Yayasan Aqidah Usymuni. Di antara mereka yang kuliah di Sekolah Tinggi
Ilmu Tarbiyah Aqidah Usymuni (STITA) banyak yang sudah berumah tangga,
atau kuliah sambil bekerja sebagai guru maupun pekerjaan lainnya.67
Untuk meringankan beban santri, Yayasan Aqidah Usymuni
mengupayakan berbagai macam bantuan berupa beasiswa yang diperuntukkan
kepada santri yang kurang mampu. Disamping beasiswa dari yayasan, terdapat
pula beasiswa yang merupakan kerja sama dengan Pergunu. Adapun
persyaratan mahasisa yang memperoleh bantuan dari beasiswa Pergunu adalah
guru yang belum S1 dan harus warga NU. Pada angkatan pertama pada tahun
2012 sebanyak 100 orang mahasiswa yang terdri dari 50 orang mahasiswa
perempuan dan 50 orang mahasiswa laki-laki, pada saat ini sudah menginjak
semester V, Angkatan kedua, pada tahun 2014 sebanya 50 orang, terdri 31
orang mahasisa perempuan dan sisanya sebanyak 19 orang mahasisa laki-laki.
Beasiswa berupa SPP selama empat semester, dan selebihnya empat semester
ditanggung oleh Yayasan Aqidah Usymuni.
Dengan demikian untuk yayasan terutama bagi pengasuh yaitu Nyai
Aqidah dan Nyai Dewi Khalifah, bahwa dukungan masyarakat terhadap
eksistensi pesantren dan kepemimpinan yang berlangsung di Pondok
Pesantren Aqidah Usymuni adalah sangat penting. Bahkan bukan hanya
masyarakat pesantren yang terlibat langsung dalam proses pendidikan, tetapi
67 Penulis wawancara dengan salah seorang mahasiswa semester VIII penerima beasiswa dari Yayasan Aqidah Usymuni, ia sebagai pramuwisma yang beruntung mendapat ijin majikannya untuk meneruskan kuliah dan mengajar di madrasah. Ada juga beberapa orang yang bekerja sebagai pelayan toko.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
208
dukungan masyarakat di luar pesantren pun sangat urgen untuk kelangsungan
dan eksistensi pesantren dan kepemimpinan nyai. Dalam hal ini terutama
dukungan politik terhadap Dewi Khalifah yang aktifitasnya disamping pada
jalur pendidikan di lingkungan pesantren, juga di luar pesantren beliau terjun
ke dunia politik.
Untuk itu semua, Aqidah Usymuni dan Dewi Khalifah memilki
kecerdasan sosial yang cukup baik. Beliau berdua tidak hanya aktif di dalam
pesantren, akan tetapi antara lain dibuktikan dengan melakukan berbagai
kegiatan sosial kemasyarakatan berupa bakti sosial dan kompolan yang
dilakukan dengan alumni dan masyarakat di luar pesantren.
Salah seorang tokoh yang memberikan tanggapan tentang
kepemimpinan dan aktifitas Aqidah dan Dewi Khalifah di pesantren
khususnya, dan dalam masyarakat Sumenep secara luas adalah Innani
Mukaromah68. Perempuan lahir di Pamekasan yang menjadi PNS Kemenag.
RI di Kabupaten Sumunep, sekaligus menjadi salah seorang pengurus
Muslimat NU Cabang Sumenep. Di Muslimat NU Cabang Sumenep menjabat
sebagai Wakil Ketua II pada periode yang lalu, dan Koordinator bidang
Dakwah sampai sekarang.
Menurut pendapat Innani tentang kepemimpinan Aqidah dan Dewi
Khalifah lebih khusus Dewi Khalifah sangat baik, banyak prestasi yang telah
diperoleh selama ia duduk di kepengurusan Muslimat NU Cabang Sumenep.
Disamping duduk dalam kepengurusan di Muslimat, Dewi Khalifah
juga masuk dalam kepengurusan Majlis Ulama Indonesia (MUI) di bidang
68 Wawancara langsung Jum’at 26 April 2013 Jam 19.00 WIB Ibu Inani adalah Staff Pengajar di STITA dan dewan Pengurus Muslimat sampai sekarang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
209
Ekonomi Umat pada tahun 2008. Dewi Khaifah juga pernah menjadi anggota
DPRD selama 2 periode, dan merupakan salah seorang anggota dewan
perempuan pada waktu itu.
Dia juga menjadi pemuda pelopor 2008 di bidang pemberdayaan
perempuan pada bidang penguatan ekonomi, dan menginisiasi beberapa home
industry di Kabupaten Sumenep. Prestasi yang lain adalah pembelian tanah
untuk pembangunan BKIA di jalan Lingkar Barat Sumenep, meskipun
pembangunan gedung belum dilaksanakan pada masa kepemimpinan Dewi
Khalifah.
Sebagai penggiat ekonomi perempuan, Dewi Khalifah berminat
mengembangkan batik Madura dan kuliner seperti Jajanan khas Madura yang
dikemas sebagai produk unggulan di Kabupaten Sumenep. Jajanan ini pernah
diinisiasi sebagai program Muslimat NU Sumenep “Mil Cemil” dan dimulai
buka pada bulan Suci Ramadhan dengan program Ta’jil. Program ini tidak
hanya sebagai program muslimat NU saja, akan tetapi gayung bersambut
dengan itu juga menjadi bagian program Majlis Ulama Indonesia (MUI)
Kabupaten Sumenep. Sedangkan untuk pembuatan batik dilakukan oleh
masyarakat terutama alumni yang bergabung dalam keanggautaan Ikatan
Keluarga Santri Aqidah Usymuni (IKSAU), dan Dewi Khalifah sebagai
desainer sekaligus sebagai marketingnya.
Program pengentasan Buta aksara bagi Lansia dulu telah dilaksanakan
kerjasama Muslimat NU dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di
Kabupaten Sumenep. Selama kepemimpinan Dewi Khalifah di Muslimat NU
Sumenep banyak program yang dilakukan kerjasama dengan DIKNAS
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
210
Kabupaten Sumenep bahkan DIKNAS Pemprop. Jawa Timur. Antara lain
Muslimat NU Sumenep telah menjadi pioner program PAUD yang
selanjutnya PAUD Muslimat NU ini dikembangkan pada 9 Kecamatan di
Kabupaten Sumenep.
top related