bab iii metode penelitian a. metode dan desain...
Post on 18-Apr-2019
213 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Eris Risnawati, 2013 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (Gge) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman
matematis siswa dengan menerapkan metode pembelajaran aktif tipe Group To
Group Exchange (GGE) dalam pembelajaran matematika. Hal ini berarti,
perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah pembelajaran
menggunakan metode pembelajaran aktif tipe GGE, sedangkan aspek yang
diukurnya adalah kemampuan pemahaman matematis siswa. Oleh karena itu,
yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran
aktif tipe GGE dan variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman
matematis siswa.
Pengambilan sampel pada penelitian ini tidak secara acak siswa, tetapi
acak kelas. Peneliti harus menerima kondisi dua kelas yang diperoleh secara
acak tersebut (kelas eksperimen dan kelas kontrol). Sehingga, berdasarkan
metodenya, penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen (Ruseffendi,
2005:32). Desain penelitian pada penelitian ini disusun dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut.
1. Digunakan 2 kelompok siswa yang berbeda yaitu kelompok pertama
(eksperimen) dan kelompok kedua (kontrol).
2. Kelompok-kelompok tersebut dipilih secara acak dari keseluruhan kelas
yang ada.
3. Kedua kelompok diberikan pretes (tes awal) dan postes (tes akhir).
Maka desain dari penelitian ini adalah:
… O X O
… O O
Keterangan:
X : Pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran aktif
tipe GGE
16
Eris Risnawati, 2013 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (Gge) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
O : pretes dan postes
B. Populasi dan Sampel
Populasi yang telah dipilih pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Conggeang. Subjek penelitian adalah dua kelas yang dipilih secara
random. Alasan random sampling karena setiap kelas merupakan kelas regular.
Satu kelas menjadi kelas eksperimen yaitu kelas VII-D dan satu lagi menjadi
kelas kontrol yaitu kelas VII-E yang ditentukan secara random. Kelas
eksperimen mendapat perlakuan berupa pelajaran matematika dengan metode
pembelajaran aktif tipe GGE, sedangkan kelas kontrol mendapatkan
pembelajarn matematika dengan metode ekspositori.
C. Alat dan Bahan Ajar
Bahan ajar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
RPP disusun untuk mendukung terlaksananya pembelajaran di kelas. RPP
merupakan pedoman pelaksanaan pembelajaran yang digunakan dalam setiap
pertemuan di kelas. Dalam penelitian ini, penulis membuat empat RPP untuk
masing-masing kelas yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen. Langkah-
langkah pembelajaran dalam RPP untuk kelas kontrol dirancang dengan
menggunakan metode ekspositori, sedangkan langkah-langkah pembelajaran
dalam RPP kelas eksperimen dirancang dengan menggunakan metode
pembelajaran aktif tipe GGE.
2. LKS (Lembar Kerja Siswa)
LKS hanya diberikan kepada kelas eksperimen. LKS berisi beberapa
permasalahan terbuka yang harus dipecahkan siswa. Kelas kontrol tidak
menggunakan LKS, kelas kontrol menggunakan buku paket yang sudah ada.
Kendatipun demikian, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol
mendapatkan asupan materi yang sama.
17
Eris Risnawati, 2013 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (Gge) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Instrumen Tes
Tes diberikan untuk mengukur atau mengetahui kemampuan pemahaman
matematis siswa terhadap materi yang diajarkan. Tes ini berupa tes kemajuan
atau perolehan belajar. Selain meninjau hasil belajar setelah kegiatan
dilakukan, pada tes perolehan belajar ditinjau pula kondisi (keadaan) sebelum
kegiatan dilakukan (Suherman, 2003). Oleh karena itu, pada penelitian ini tes
yang digunakan terbagi ke dalam dua macam tes, yaitu:
a. Pretes yaitu tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan.
b. Postes yaitu tes yang diberikan setelah perlakuan diberikan.
Tipe tes yang digunakan adalah tes uraian atau subjektif dengan
pertimbangan bahwa tes dengan tipe ini lebih mampu mengungkapkan
kemampuan pemahaman matematis siswa. Melalui tes uraian, proses atau
langkah penyelesaian yang dilakukan dan ketelitian siswa dalam menjawab
dapat teramati. Seperti yang diungkapkan oleh Suherman (2003) bahwa
keunggulan tes uraian salah satunya adalah proses pengerjaan tes akan
menimbulkan kreativitas dan aktivitas positif siswa, karena tes tersebut
menuntut siswa agar berpikir secara sistematik, menyampaikan pendapat dan
argumentasi, serta mengaitkan fakta-fakta yang relevan.
Sebelum penelitian ini dilakukan, instrumen diujicobakan terlebih dahulu,
supaya dapat terukur ketepatan (validitas), keajegan (reliabilitas), indeks
kesukaran dan daya pembeda dari instrumen tersebut.
1) Validitas Instrumen
Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu
instrumen sehingga mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi.
Validitas tes yang digunakan yaitu dengan menggunakan rumus korelasi
produk momen memakai angka kasar (Suherman, 2003:112), yaitu:
18
Eris Risnawati, 2013 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (Gge) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
: koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
: banyak subjek
: skor yang diperoleh dari tes
: skor total
Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai tersebut dibagi ke dalam
kriteria (Suherman, 2003:113) yang disajikan dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1
Tabel Interpretasi Validitas Nilai
Nilai Keterangan
Validitas sangat tinggi
Validitas tinggi
Validitas sedang
Validitas rendah
Validitas sangat rendah
Tidak valid
Hasil pengolahan data diperoleh:
Tabel 3.2
Hasil Perhitungan Validitas Setiap Butir Soal
Nomor
Soal X Y
2X 2Y YX xyr Interpretasi
1 147
1088
1101
45388
6232 0,60 Validitas Sedang
2 128 804 5496 0,69 Validitas Sedang
3 160 1170 5580 0,57 Validitas Sedang
4 149 1027 6095 0,53 Validitas Sedang
5 165 1235 6873 0,64 Validitas Sedang
6 130 790 5199 0,42 Validitas Sedang
7 106 588 4462 0,55 Validitas Sedang
19
Eris Risnawati, 2013 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (Gge) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
8 103 573 4451 0,63 Validitas Sedang
2) Uji Realibilitas
Uji realibilitas dilakukan untuk mengetahui ketetapan suatu instrumen
dan untuk menunjukan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya. Sugiyono
(Herdian, 2010:53) mendefinisikan realibilitas alat ukur sebagai ketetapan
alat ukur dalam mengukur apa yang diukurnya, yang artinya kapan pun alat
ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama.
Koefisien realibilitas perangkat tes berupa bentuk uraian dapat
diketahui menggunakan rumus Alpha (Suherman, 2003:155) sebagai
berikut:
Keterangan:
n : banyak butir soal
: jumlah varians skor setiap soal
: varians skor total
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi
yang dapat digunakan dibuat oleh Guilford (Suherman, 2003:160) adalah
sebagai berikut.
Tabel 3.3
Tabel Interpretasi Derajat Reliabilitas
Nilai Interpretasi
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
20
Eris Risnawati, 2013 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (Gge) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Tabel. 3.4
Hasil Perhitungan Reliabilitas Setiap Butir Soal
Nomor
Soal X Y
2X 2Y
2
is 2
ts
1 147
1088
1101
45388
12,69
197,66
2 128 804 8,60
3 160 1170 10,56
4 149 1027 9,57
5 165 1235 10,92
6 130 790 7,56
7 106 588 7,12
8 103 573 7,31 2
is 74,31
Koefisien reliabilitas tersebut menyatakan bahwa reliabilitas instrumen
tes termasuk kriteria tinggi.
3) Uji Daya Pembeda
Daya pembeda berkaitan dengan mampu/tidaknya instrumen yang
digunakan membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah. Daya
pembeda soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Suherman,
2003:43):
atau
Keterangan:
DP : Daya Pembeda
JBA : Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar,
atau jumlah benar untuk kelompok atas
JBB : Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar,
atau jumlah benar untuk kelompok bawah
JSA : Jumlah siswa kelompok atas
21
Eris Risnawati, 2013 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (Gge) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
JSB : Jumlah siswa kelompok bawah
Klasifikasi interpretasi daya pembeda (Suherman, 2003:161) dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.5
Tabel Interpretasi Daya Pembeda
Nilai Keterangan
Sangat baik
Baik
Cukup
Jelek
Sangat jelek
Tabel 3.6
Hasil Perhitungan Daya Pembeda Setiap Butir Soal
Nomor
Soal AX BX SMI DP Interpretasi
1 8,25 2,38 10 0,59 Baik
2 7,13 1,63 10 0,55 Baik
3 6,38 1,63 10 0,48 Baik
4 7,13 3,5 10 0,36 Cukup
5 8,38 2,88 10 0,55 Baik
6 5,38 3,63 10 0,20 Cukup
7 5,5 3 10 0,25 Cukup
8 5,75 2,75 10 0,30 Cukup
4) Uji Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran menyatakan derajat kesukaran sebuah soal. Rumus
untuk mencari indeks kesukaran tiap soal yaitu (Suherman, 2003:45)
atau
22
Eris Risnawati, 2013 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (Gge) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
IK : Indeks Kesukaran
JBA : Jawaban benar siswa kelompok atas
JBB : Jawaban benar siswa kelompok bawah
JSA : Jumlah siswa kelompok atas
JSB : Jumlah siswa kelompok bawah
Klasifikasi indeks kesukaran paling banyak digunakan (Suherman,
2003:170) adalah.
Tabel 3.7
Tabel Interpretasi Indeks Kesukaran
IK Keterangan
IK=0,00 Soal terlalu sukar
Soal sukar
Soal sedang
Soal mudah
IK=1,00 Soal terlalu mudah
Tabel 3.8
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Setiap Butir Soal
Nomor
Soal iX SMI IK Interpretasi
1 4,9 10 0,49 Soal Sedang
2 4,27 10 0,43 Soal Sedang
3 5,33 10 0,53 Soal Sedang
4 4,97 10 0,50 Soal Sedang
5 5,5 10 0,55 Soal Sedang
6 4,33 10 0,43 Soal Sedang
7 3,53 10 0,36 Soal Sedang
8 3,43 10 0,34 Soal Sedang
Adapun rekapitulasi hasil analisis butir soal disajikan dalam table 3.9
berikut.
23
Eris Risnawati, 2013 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (Gge) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.9
Rekapitulasi Analisis Butir Soal
No
Soal
Validitas Daya Pembeda Indeks
Kesukaran Kesimpulan
Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
1 0,60 Validitas
Sedang 0,59 Baik 0,49
Soal
Sedang Digunakan
2 0,69 Validitas
Sedang 0,55 Baik 0,43
Soal
Sedang Digunakan
3 0,57 Validitas
Sedang 0,48 Baik 0,53
Soal
Sedang Digunakan
4 0,53 Validitas
Sedang 0,36 Cukup 0,50
Soal
Sedang Digunakan
5 0,64 Validitas
Sedang 0,55 Baik 0,55
Soal
Sedang Digunakan
6 0,42 Validitas
Sedang 0,20 Cukup 0,43
Soal
Sedang Digunakan
7 0,55 Validitas
Sedang 0,25 Cukup 0,36
Soal
Sedang Digunakan
8 0,63 Validitas
Sedang 0,30 Cukup 0,34
Soal
Sedang Digunakan
2. Instrumen Non Tes
Instrumen ini berupa lembar observasi, jurnal harian dan angket.
a. Lembar Observasi
Menurut Suherman (2003), Observasi adalah salah satu teknik evaluasi
non-tes yang meinventarisasikan data tentang respon dan kepribadian siswa
dalam kegiatan belajarnya. Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan
dan perilaku siswa secara langsung. Observasi dilakukan untuk memperoleh
data tentang proses pembelajaran yang dilakukan. Observasi berupa daftar cek
(√).
b. Angket
Menurut Suherman (2003), “Angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau
pernyataan yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluasi (responden)”.
Angket dalam penelitian ini merupakan sekumpulan pernyataan mengenai
bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode pembelajran aktif tipe GGE yang harus diisi oleh kelas
24
Eris Risnawati, 2013 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (Gge) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
eksperimen setelah mengikuti pembelajaran. Model skala sikap yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model skala Likert.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini, yaiutu sebagai berikut:
a. Melakukan studi kepustakaan tentang kemampuan pemahaman, metode
pembelajaran aktif tipe GGE, dan metode ekspositori.
b. Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian.
c. Membuat proposal penelitian.
d. Mengadakan seminar proposal.
e. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian.
f. Menyusun dan mempersiapkan instrumen penelitian.
g. Melaksanakan uji coba instrumen tes.
h. Melakukan analisis atau kriteria instrumen.
i. Menentukan dan memilih sampel dan populasi yang telah ditentukan.
2. Tahap Pelaksanaan
Penulis dalam melaksanakan penelitian melakukan langkah-langkah
sebagai berikut.
a. Memilih secara acak 2 kelas yang akan dijadikan sebagai sampel dalam
penelitian.
b. Melaksanakan pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kedua kelas tersebut.
Pembelajaran yang dilakukan di kelas kontrol menggunakan
pembelajaran secara ekspositori, sedangkan pembelajaran di kelas
eksperimen menggunakan metode pembelajaran aktif tipe GGE.
d. Melakukan observasi kelas pada setiap pembelajaran, baik terhadap guru,
maupun siswa.
25
Eris Risnawati, 2013 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (Gge) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
e. Memberikan angket skala sikap pada pertemuan terakhir kepada siswa
untuk mengetahui kesan dan respon siswa di kelas eksperimen terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
f. Melaksanakan postes pada kedua kelas tersebut.
3. Tahap Akhir
a. Mengolah data hasil penelitian.
b. Membuat penafsiran dan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan
hipotesis untuk selanjutnya dituangkan dalam bentuk skripsi.
F. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian terbagi menjadi dua bagian, yaitu
data yang bersifat kuantitatif dan data yang bersifat kualitatif. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan SPSS 17.0 for Windows dan Microsoft Excel 2007.
Adapun prosedur analisis tiap data adalah sebagai berikut.
1. Pengolahan Data Kuantitatif
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data pretes dan postes.
Langkah-langkah dalam melakukan analisis data kuantitatif adalah sebagai
berikut.
a. Analisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
1) Menganalisis Data Secara Deskriptif
Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil pretes, dilakukan
terlebih dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi mean,
standar deviasi, median. Hal ini diperlukan sebagai langkah awal dalam
melakukan pengujian hipotesis.
2) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data
pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas data
menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk.
3) Uji Homogenitas
26
Eris Risnawati, 2013 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (Gge) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian
dilanjutkan dengan menguji homogenitas varian kelompok dengan
menggunakan uji Levene. Sedangkan jika tidak berdistribusi normal, maka
pengujian dilakukan dengan pengujian non-parametrik dengan uji Mann-
Whitney.
4) Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah rata-
rata skor pretes kedua kelas sama. Untuk data yang memenuhi asumsi
normalitas dan homogenitas, maka menggunakan uji t yaitu Independent
Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen. Sedangkan untuk
data yang asumsi normalitas tetapi tidak homogen, maka pengujiannya
menggunakan t’ yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua
varians tidak homogen. Uji data yang tidak memenuhi asumsi normalitas
dan homogenitas maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik
dengan uji Mann-Whitney.
b. Analisis data peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa
Apabila hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukan
kemampuan yang sama maka data yang digunakan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan pemahaman adalah data postes, akan tetapi apabila
hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukan kemampuan
yang berbeda maka data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan pemahaman adalah data indeks gain. Peningkatan yang terjadi
dihitung dengan rumus Normalize Gain (Meltzer&Hake, dalam Suwarni,
2011) sebagai berikut:
N-Gain =
Adapun untuk melihat peningkatan kemampuan pemahaman kedua
kelompok tersebut menggunakan bantuan software SPSS 17.0 for windows
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menganalisis Data Secara Deskriptif
27
Eris Risnawati, 2013 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (Gge) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil postes atau skor gain,
dilakukan terlebih dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang
meliputi mean, standar deviasi, median. Hal ini diperlukan sebagai
langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis.
2) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik
Shapiro-Wilk.
3) Uji Homogenitas
Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan
dengan menguji homogenitas varian kelompok dengan menggunakan uji
Levene. Sedangkan jika tidak berdistribusi normal, maka pengujian
dilakukan dengan pengujian non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.
4) Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata
skor postes kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol atau
sebaliknya. Untuk data yang memenuhi asumsi normalitas dan
homogenitas, maka menggunakan uji t yaitu Independent Sample T-Test
dengan asumsi kedua varians homogen. Sedangkan untuk data yang
asumsi normalitas tetapi tidak homogen, maka pengujiannya
menggunakan t’ yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua
varians tidak homgen. Uji data yang tidak memenuhi asumsi normalitas
dan homogenitas maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik
dengan uji Mann-Whitney.
c. Analisis data kualitas peningkatan kemampuan pemahaman matematis
siswa
Untuk melihat kualitas peningkatan kemampuan pemahaman matematis
siswa digunakan indeks gain. Adapun kriteria tingkat gain menurut
Hake&Meltzer (Suwarni, 2011) adalah sebagai berikut.
28
Eris Risnawati, 2013 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (Gge) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.10
Kriteria Indeks Gain
Batas Kriteria
N-Gain < 0,30 Rendah
0,30 N-Gain 0,70 Sedang
N-Gain > 0,70 Tinggi
2. Pengolahan Data Kualitatif
a. Lembar Observasi
Data hasil observasi merupakan data pendukung yang menggambarkan
suasana pembelajaran matematika dengan menggunakan metode
pembelajaran aktif tipe GGE. Data yang diperoleh dari hasil observasi
mengenai aktivitas guru dan siswa dianalisis secara deskriptif.
b. Angket
Dalam menganalisis hasil angket, skala kualitatif ditransfer ke dalam
skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) kategori
SS (Sangat Setuju) berisi skor tertinggi, makin menuju ke STS (Sangat
Tidak Setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur menurun. Sebaliknya
untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) untuk kategori SS
diberi skor terendah, makin menuju STS skor yang diberikan berangsur-
angsur tinggi. Penskoran yang digunakan menurut Suherman (2003) adalah
sebagai berikut.
Tabel 3.11
Panduan Pemberian Skor Skala Sikap Siswa
Pernyataan Bobot Pendapat
SS S TS STS
Positif 5 4 2 1
Negatif 1 2 4 5
29
Eris Risnawati, 2013 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (Gge) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Setelah angket terkumpul dan diolah dengan menggunakan cara seperti
di atas, respon siswa terhadap sebuah pernyataan dapat digolongkan ke
dalam respon positif atau respon negatif. Penggolongan dapat dilakukan
dengan membandingkan skor subjek dengan skor alternatif jawaban netral
dari pernyataan. Jika rata-rata skor siswa terhadap pernyataan lebih dari skor
jawaban netral (3) maka respon siswa digolongkan positif. Jika rata-rata
skor siswa terhadap pernyataan kurang dari skor jawaban netral, maka siswa
mempunyai respon negatif.
Selajutnya hasil skala sikap ini dihitung persentasenya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
p = × 100%
Keterangan:
p : persentase jawaban
f : frekuansi jawaban
n : banyaknya siswa
Penafsiran atau interpretasi dengan kategori persentase berdasarkan kriteria
Hendro (Heriyanto, 2007 : 44) tersaji dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.12
Klasifikasi Kategori Persentase Angket
Persentase Interpretasi
0% Tak seorangpun
1% - 24% Sebagian kecil
25% - 49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51% - 74% Sebagian besar
75% - 99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
top related