bab iii metode penelitian a. metode...
Post on 19-Mar-2019
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Mochammad Ali Rajai, 2015 Pembelajaran Berbasis Model Nondirective untuk Meningkatkan Percaya Diri dan Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk
mengetahui peningkatan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik
kelas IV SDN Rancabolang 1 Kecamatan Rancasari Kota Bandung. Berdasarkan
rancangan yang telah dibuat maka metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan
yang ada di dalam kelas dan memberikan solusi dengan menggunakan model
pembelajaran nondirective untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan
kepercayaan diri peserta didik.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran
yang berkonteks kelas, dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-
masalah pembelajaran, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran, dan
mencobakan hal-hal baru dalam pembelajaran untuk peningkatan mutu dan hasil
belajar (Dasna 2008 hal.25). Dalam pelaksanaannya peneliti berkolaborasi dengan
guru kelas, guru sebagai kolaborator bekerjasama dengan peneliti merancang,
melakukan tindakan sekaligus melakukan refleksi bersama di setiap akhir
kegiatan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-
masing siklus terdiri dari empat tahapan utama kegiatan yaitu: (a) perencanaan
tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi, dan (d) refleksi. Model
pelaksanaan PTK ini menggunakan acuan model siklus PTK yang dikembangkan
oleh Kemmis dan McTaggart (Akbar Sa’dun, 2006 hlm. 28) dengan alur atau
langkah berikut ini.
29
Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Kemmis dan
McTaggart (dalam Akbar Sa’dun, 2010 hlm. 28)
B. Latar Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SD Negeri Rancabolang beralamat di Jl.
Rancabolang Indah No. 1, Kecamatan Rancasari Kota Bandung. Subjek atau
partisipan dari penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SD Negeri Rancabolang
Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 30 orang dengan rincian peserta didik
laki-laki berjumlah 16 peserta didik perempuan berjumlah 14.
Alasan dipilihnya lokasi dan subjek penelitian tersebut adalah karena SD
Negeri Rancabolang merupakan salah satu sekolah dasar di kota Bandung yang
memiliki permasalahan dalam kemampuan berbicara dan percaya diri peserta
didik. Sebagaimana kendala yang telah diutarakan di Bab 1 sekolah ini juga
dihuni oleh peserta didik yang sebagian besar orang tuanya memiliki latar
belakang ekonomi menengah ke bawah sehingga berpengaruh dalam hal percaya
diri.
30
C. Variabel Yang Diteliti
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis model
nondirective
2. Variabel terikat dalam peneitian ini adalah peningkatan kemampuan
berbicara dan percaya diri peserta didik.
D. Rencana Tindakan
Prosedur kerja penelitian tindakan ini dilakukan dalam 2 siklus kegiatan
yaitu siklus 1 dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap kegiatan
yaitu : (1) penyusunan rencana tindakan. (2) pelaksanaan tindakan (3) melakukan
pengamatan dan (4) melakukan analisis dan refleksi. Sebelum melaksanakan
siklus I perlu dilakukan tahap pra tindakan penelitian yaitu :
1) meminta ijin kepala sekolah
2) melakukan observasi
3) merencanakan tindakan
4) melakukan tindakan
5) merefleksi tindakan
6) melakukan perencanaan perbaikan tindakan
1. Siklus 1
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan ini dilakukan berdasarkan temuan permasalahan
dari hasil observasi yang telah ditemukan saat pra tindakan penelitian. Berikut
ini adalah kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan:
1) merumuskan rancangan tindakan penelitian.
2) menyiapkan rancangan pembelajaran.
3) mendiskusikan rancangan pelaksanaan pembelajaran dengan mitra
penelitian
4) menyiapkan media pembelajaran.
5) menyusun soal-soal tes, lembar pengamatan, dan catatan lapangan.
31
6) menyusun rancangan pengolahan data baik berupa data kualitatif
maupun data kuantitatif.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan yang dimaksud di sini adalah
melaksanakan pembelajaran yang telah dirancang dan disepakati dengan mitra
penelitian untuk melaksanakan pembelajaran dengan penggunaan membaca
intensif dalam mnentukan pokok pikiran pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Pelaksanaan tindakan penelitian direncanakan terdiri dari dua siklus
tindakan yang tiap siklusnya dilakukan refleksi guna menentukan tindakan.
Pelaksanaan tindakan pada tahap ini sesuai dengan perencanaan pada siklus I.
Secara umum Skenario pembelajaran yang dilakukan pada tahap ini yaitu
sebagai berikut.
1) Pembukaan kegiatan belajar mengajar diawali dengan berdoa dan
presensi.
2) Guru mengelola kelas dengan membagi peserta didik menjadi beberapa
kelompok, satu guru mengajar dan satu guru sebagai pengamat
sekaligus membantu peserta didik dalam belajar
3) Guru mengajak peserta didik melakukan kegiatan yang disukai oleh
peserta didik.
4) Guru mengamati peserta didik secara individu maupun kelompok
5) Guru memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik atau
kelompok yang kurang antusias terhadap pembelajaran
6) Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan
kegiatan yang telah dilakukan
7) Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk menyimpulkan
kegiatan yang telah diakukan dan menyampaikan pendapatnya secara
lisan
8) Guru bersama peserta didik mengaitkan dan membandingkan dengan
fakta lain/ menghubungkannya dengan materi pelajaran yang relevan
kegiatan yang sudah dilakukan dengan materi pelajaran
9) Guru menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk mengisi dan
mendiskusikan lembar kerja
32
10) Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas
11) Setiap kelompok yang mau menyelesaikan tugasnya diberi pujian.
c. Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati perilaku peserta didik
selama kegiatan pembelajaran dan mengidentifikasi kendala-kendala yang
timbul dalam pembelajaran baik kendala untuk guru maupun untuk peserta
didik. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh mitra peneliti. .
Data pengamatan diperoleh melalui wawancara dan lembar pengamatan yang
kemudian dilakukan evaluasi terhadap hasil pembelajaran. Kegiatan
pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Fokus
pengamatan adalah pada kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik
melalui pembelajaran berbasis model nondirective. Pada peningkatan
kemampuan berbicara kemampuan yang diamati meliputi ekspresi, kelancaran,
kosakata, intonasi, dan ketepatan isi pembicaraan dengan topik. Sedangkan
untuk kemampuan percaya diri dilihat dari kemampuan diri, ketergantungan
pada orang lain, tidak mudah putus asa, berani berpendapat, mudah
berkomunikasi dan berani tampil atau presentasi di depan kelas.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan analisa data, memahami,
menjelaskan serta menyimpulkan segala sesuatu yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung. Kesimpulan yang diperoleh merupakan informasi
yang mendetil dan akurat tentang segala sesuatu yang telah terjadi setelah
dilakukan tindakan penelitian dan kemudian merumuskan tindakan apa yang
akan diambil selanjutnya untuk tindakan pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
Kegiatan penelitian tindakan pada siklus II dilaksanakan sebagaimana
pelaksanaan tindakan pada siklus I yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan dilanjutkan dengan refleksi.
a. Perencanaan
Secara keseluruhan kegiatan tahap perencanaan yang dilakukan pada
siklus II didasarkan pada permasalahan yang ditemukan pada tahap
33
perencanaan siklus I. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ditemukan dari
hasil refleksi kegiatan tindakan pada siklus I, peneliti dan guru mitra menyusun
perencanaan tindakan yang lebih efektif.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada tahap ini masih sama dengan pelaksanaan
tindakan pada siklus I. Namun ada perbaikan-perbaikan sesuai dengan temuan
kelemahan-kelemahan pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I. Hal ini
dilakukan agar pelaksanaan tindakan pada siklus II lebih efektif lagi.
c. Observasi
Observasi yang dilaksanakan pada siklus II ini masih sama dengan
observasi yang dilaksanakan pada siklus I. Namun ada beberapa hal yang
ditambahkan dalam pengamatan antara lain melihat proses pembelajaran yang
dilakukan peserta didik apakah sudah sesuai dengan RPP serta hasil belajar
peserta didik apakah sudah meningkat dari siklus I atau tidak.
d. Refleksi
Hasil observasi pada siklus II dikaji dan dibahas oleh peneliti dan guru
mitra sebagai pelaksana tindakan. Pada siklus II diperoleh gambaran dampak
penggunaan metode membaca intensif dalam pembelajaran menemukan pokok
pikiran suatu bacaan. Hasil dari siklus II merupakan refleksi akhir dari
penelitian ini.
E. Data dan Cara Pengumpulannya
Data adalah segala fakta dan angka yang ada dan dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menyusun suatu informasi guna mendapatkan jawaban dari proses
penelitian yang telah direncanakan dan ditetapkan tujuan penelitian sebelumnya.
Data yang baik diperoleh selama penelitian berlangsung (Arikunto, 2003 hlm. 46).
Data yang akan diambil dalam penelitian adalah data untuk menunjang
implementasi pembelajaran dan sikap peserta didik selama proses pembelajaran
dengan penggunaan metode membaca intensif suatu teks bacaan mata pelajaran
Bahasa Indonesia berlangsung. Adapun data yang akan dihimpun pada penelitian
ini dapat dilihat pada tabel 3.2.
34
Tabel 3.1. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
No Metode Pengumpulan Data Instrumen Penelitian
1 Tes Unjuk kerja/ Lisan dan tulis
2 Observasi Lembar pengamatan observasi
3 Wawancara Lembar wawancara
4 Dokumentasi
Foto
Rekaman video
Rubrik penilaian hasil tes
Data yang diperoleh dari hasil tes, observasi, wawancara, dan dokumentasi
kemudian diolah untuk memperoleh hasil yang diharapakan selama penelitian ini
berlangsung. Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik dan guru..
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Tes
Dalam penelitian ini yang dinilai adalah skor dari hasil tes unjuk kerja atau
performance. Tes performance atau unjuk kerja menjadi instrumen tes dalam
penelitan ini unutk melihat perkembangan kemampuan berbicara dan kepercayaan
diri peserta didik. Menurut Arikunto (2003 hlm. 150) Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
kemampuan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok. Dalam penelitian ini penilaian yang digunakan adalah tes
unjuk kerja (performance assesment) penilaian dilakukan berdasarkan hasil
pengamatan terhadap kegiatan siswa. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja,
perilaku atau interaksi siswa. Cara penilaian ini lebih otentik daripada tes tertulis,
karena lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya (Puskur, 2002).
Penilaian unjuk kerja bisa digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam
penyajian lisan, pemecahan masalah dalam kelompok, partisipasi dalam diskusi,
kemampuan siswa menari, kemampuan siswa menyanyi, memainkan alat musik,
dan sebagainya. Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dengan berbagai
konteks.
Aspek kemampuan berbicara yang digunakan adalah ekspresi, kelancaran,
kosakata, intonasi, dan ketepatan isi pembicaraan dengan topik. Aspek
kepercayaan diri yang dinilai adalah tidak bergantung ada orang lain, tidak mudah
menyerah, berani menampaikan gagasan, mudah berkomunikasi dan berani tampil
35
di depan kelas. Skor yang diperoleh kemudian diolah menggunakan rumus di
bawah ini.
Skor yang dihitung dengan rumus:
Keterangan :
NA = Nilai yang diperoleh peserta didik
Skor Perolehan = Skor yang diperoleh dari sejumlah indikator yang
muncul/nampak dalam observasi.
Skor Maksimal = Jumlah skor keseluruhan
2. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap obyek dengan
menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2003 hlm 56). Menurut Kartini
Kartono (1990 hlm 157) “Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis
tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan
pencatatan”. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengamati perilaku
peserta didik selama kegiatan pembelajaran dan mengidentifikasi kendala-kendala
yang timbul dalam pembelajaran baik kendala untuk guru maupun untuk peserta
didik. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh mitra peneliti, data
pengamatan diperoleh melalui wawancara dan lembar pengamatan (ceklis).
Observasi ini digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN Rancabolang Kecamatan
Rancasari Kota Bandung terutama pada kemampuan berbicara dan kepercayan
diri peserta didik.
Peneliti menggunakan lembar pengamatan aktifitas peserta didik yang
digunakan pada saat mengobservasi pelaksanaan pembelajaran dalam siklus I dan
siklus II. Observasi dilakukan untuk memperoleh data melalui pengamatan
langsung terhadap obyek penelitian. Kemudian mencatat hasil dari pengamatan
tersebut secara sistematis sesuai dengan keperluan penelitian, seperti dikatakan
oleh). Sumber data yang diperoleh berasala dari 1)skor tes dari pokok bahasan
36
sebelum dilakukan tindakan ptk, 2)hasil observasi. 3)hasil wawancara dengan
guru mitra dan peserta didik, 4)skor tes dari pokok bahasan setelah dilakukan
tindakan ptk, 5)hasil tes unjuk kerja/ performance setiap siklus
3. Wawancara
Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuisioner lisan,
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interever) (Arikunto
2003 hlm. 155). Sesuai dengan pengertian di atas, maka dalam interview ini
peneliti mengadakan komunikasi langsung dengan guru mitra penelitian berupa
wawancara tidak terstruktur yaitu memanfaatkan pedoman yang hanya memuat
garis besar hal-hal yang akan ditanyakan dalam wawancara.Wawancara
dilaksanakan oleh peneliti baik kepada peserta didik dan guru. Wawancara yang
dilakukan bersama guru bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perilaku
peserta didik selama ini dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia serta
untuk mendapatkan saran oleh peneliti baik berupa kendala, keberhasilan maupun
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya. Wawancara dititikberatkan pada
tanggapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang selanjutnya akan
dianalisis oleh peneliti guna merumuskan tindakan pada siklus berikutnya.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan barang bukti yang berbentuk tulisan maupun
cetakan yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diselidiki oleh
peneliti. Dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan data tentang proses
pembelajaran yang menggambarkan proses pembelajaran. Dokumentasi ini
bentuknya berupa foto, video dan dokumen yang menggambarkan kemampuan
dasar yang telah dicapai oleh peserta didik.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat/fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Menurut
Suharsimi Arikunto 2010, instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan
37
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Adapun instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Lembar tes performance atau unjuk kerja dibuat sebagai bagian dari tes
lisan, sedangkan tes tertulis yang digunakan sebagai alat evaluasi dalam
pelaksanaan pembelajaran setelah kegiatan pembelajaran berlangsung untuk
mengukur pemahaman materi peserta didik setlah melakukan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran nondirective untuk meingkatkan
kemampuan berbicara dan kepercayan diri peserta didik. Berikut adalah
kisi-kisi soal untuk tes tertulis.
Tabel 3.2. Kisi-kisi soal
No Siklus ke- (materi) Skor Nomor soal
1
Siklus awal (Prasiklus)
Materi tentang kegiatan yang
disukai oleh peserta didik.
Menceritakan kegiatan yang
disukai menjadi sebuah karangan
yang padu
40 5
20 2 dan 4
10 1 dan 2
2
Siklus I
Materi tentang kegiatan yang
sering dilakukan di rumah atau di
sekolah
Mendeskripsikan kegiatan
tersebut ke dalam sebuah
karangan deskripstif
50 4
20 3
15 1 dan 2
3
Siklus II
Membuat kerangka karangan
tentang kegiatan yang sering
dilakukan di rumah atau di
sekolah
Membuat karangan yang padu
dari kerangka yang telah dibuat
30 1
70 2
(diadaptasi dari Arifin, Z. 2009 hlm. 163)
6. Analisis Data
Agar data-data yang terkumpul mempunyai makna, maka data-data
tersebut perlu dianalisa dengan cara tertentu dan untuk itu kita tidak terlepas dari
penggunaan statistik. Seperti dikemukakan oleh Sudijono (1994 hlm. 2). bahwa :
“Statistik adalah data angka yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan
38
peristiwa atau gejala-gejala tertentu”. Adapun untuk keperluan analisa data
digunakan tehnik analisis yang sesuai dengan sifat dan jenis data yang ada serta
tujuan dalam pembahasan penelitian ini. Dalam hal ini peneliti menggunakan
pendekatan reflektif thinking untuk data yang sifatnya kualitatif. Sedang untuk
data yang bersifat kuantitatif penulis gunakan analisis statistik guna memperoleh
kualitas data. ”Analisis data yang dilakukan setiap tindakan pembelajaran
berakhir. Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif
Arikunto, (2006, hal 239). Dalam penelitian deskriptif kualitatif, analisis data
ditunjukkan berupa uraian paparan data berupa kalimat-kalimat atau kata-kata.
Kemudian data atau informasi yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
Analisis data pada hasil belajar diperoleh melalui pengukuran hasil test.
Pada siklus I & II diadakan hanya satu kali test, skor maksimal yang diperoleh
peserta didik setiap mengikuti test adalah 100. Skor rata-rata test klasikal dapat
dihitung dengan menggunakan statistik sederhana.
Keterangan :
NA = Nilai yang diperoleh peserta didik
Skor Perolehan = Skor yang diperoleh dari sejumlah indikator yang
muncul/nampak dalam observasi.
Skor Maksimal = Jumlah skor keseluruhan
Nilai tersebut diinterpretasikan ke dalam prosentase dengan rumus sebagai
berikut :
Dimana : P = Angka Persentase
F = Frekuensi/skor mentah yang sedang dicari persentase
N = Jumlah responden
39
Data yang diperoleh dari skor test peserta didik, kemudian ditetapkan kriterianya.
Dalam hal ini kriteria kategori skor peserta didik bisa dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3. Kriteria Nilai Peserta didik
Interval
skor Konversi Nilai
Taraf keberhasilan hasil
observasi proses belajar
peserta didik
Nilai dengan
huruf
21-25 90-98 Amat baik/ Baik sekali A
16-20 80-88 Baik B
11-15 70-78 Cukup baik C
6-10 60-68 Kurang D
0-5 50-58 Sangat kurang E
Sumber : Arikunto (2001 hlm. 345)
Peningkatan hasil belajar peserta didik di tentukan dengan ketuntasan
belajar secara individual dan secara klasikal. Kriteria penguasaan minimal hasil
belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Secara perorangan (individual) dianggap telah tuntas belajar apabila daya
serap peserta didik mencapai 70. Adapun rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
b. Secara klasikal, dianggap telah tuntas belajar apabila mencapai 80% dari
jumlah peserta didik yang mencapai daya serap minimal 70. Adapun
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Bila ketuntasan peserta didik lebih dari 80% maka pembelajaran yang
dilaksanakan guru dapat dikatakan berhasil. Tetapi bila ketuntasan belajar
peserta didik kurang dari 80% maka pengajaran yang dilaksanakan guru
belum berhasil.
7. Indikator Kinerja
Setiap tindakan yang telah dirancang memiliki acuan keberhasilan untuk
menentukan tindakan pada siklus berikutnya. Kriteria tersebut tersusun melalui
40
kisi-kisi instrumen kedua variabel terikat, yaitu kemampuan berbicara dan percaya
diri peserta didik. Penilaian dilakukan sesuai dengan aspek yang telah disiapkan
untuk mengukur perkembang peserta didik terutama pada kemampuan berbicara
dan kepercayaan diri. Adapun kisi-kisi instrumen dan indikator yang hendak
dicapai dibuat dalam tabel 3.4.
Tabe1 3.4. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berbicara
Variabel Aspek Indikator Responden Teknik
Kemampuan
Berbicara
Ekspresi
Mengungkapkan
perasaannya dengan
bebas Anak
Performa/
unjuk
kerja
Menyampaikan
gagasan/ ide
Kelancaran
Tidak buru-buru dalam
pengucapan Anak
Performa/
unjuk
kerja
Lancar dan relevan
dalam berbicara
Kosa kata
Memperhatikan tanda
baca Anak
Performa/
unjuk
kerja
Pemilihan kata
bervariasi
Intonasi
Suara jelas dan nyaring
Anak
Performa/
unjuk
kerja
Bahasa mudah
dipahami
Ketepatan
isi dengan
topik
Pembicaraan sesuai
dengan keadaan/ tema
kegiatan
Anak
Performa/
unjuk
kerja
Tepat dalam
penggunaan bahasa
serta pemilihan kata
Dalam kemampuan berbicara ini ada lima aspek yang dinilai untuk
mengukur kemampuan peserta didik. Kelima aspek itu adalah ekspresi, kelancaran
intonasi, kosakata dan ketepatan isi dengan topik bahasan. Kisi-kisi di atas
41
kemudian dikembangkan menjadi rubrik penilaian kemampuan berbicara yang
dapat dilihat parameternya pada tabel 3.5. sebagai berikut
Tabe1 3.5. Rubrik penilaian kemampuan berbicara
Aspek yang
dinilai
Kriteria
penyekoran Keterangan
Ekspresi
5
(sangat baik)
menyampaikan gagasan dan
mengungkapkan perasaannya dengan bebas
4
(baik)
menyampaikan gagasan namun kurang bisa
mengungkapkan perasaan
3
(cukup)
menyampaikan gagasan namun belum bisa
mengungkapkan perasaan
2
(kurang)
menyampaikan gagasan tersendat-sendat
dan belum bisa mengungkapkan perasaan
1
(sangat kurang)
belum bisa menyampaikan gagasan dan
belum bisa mengungkapkan perasaan
Kelancaran
5
(sangat baik) lancar, relevan, dan tidak buru-buru
4
(baik) kurang lancar, relevan dan tidak buru-buru
3
(cukup) kurang lancar, relevan dan buru-buru
2
(kurang) kurang lancar, kurang relevan dan buru-buru
1
(sangat kurang) kurang lancar, tidak relevan dan buru-buru
Kosakata
5
(sangat baik)
pemilihan kata bervariasi dan
memperhatikan tanda baca
4
(baik)
pemilihan kata kurang bervariasi namun
memperhatikan tanda baca
3
(cukup)
pemilihan kata kurang bervariasi, kurang
memperhatikan tanda baca
2
(kurang)
pemilihan kata tidak bervariasi, kurang
memperhatikan tanda baca
1
(sangat kurang)
pemilihan kata tidak bervariasi, tidak
memperhatikan tanda baca
Intonasi
5
(sangat baik) suara jelas dan bahasa mudah dipahami
4
(baik)
suara kurang jelas namun bahasa masih bisa
dipahami
3
(cukup)
suara kurang jelas dan bahasa kurang bisa
dipahami
2
(kurang)
suara tidak jelas dan bahasa kurang bisa
dipahami
1
(sangat kurang) suara tidak jelas, bahasa sulit dipahami
42
Ketepatan isi
dengan topik
5
(sangat baik)
pembicaraan sesuai dengan topik,
penggunaan bahasa tepat
4
(baik)
pembicaraan sesuai dengan topik,
penggunaan bahasa kurang tepat
3
(cukup)
pembicaraan kurang sesuai dengan topik,
penggunaan bahasa kurang tepat
2
(kurang)
pembicaraan tidak sesuai dengan topik,
penggunaan bahasa kurang tepat
1
(sangat kurang)
pembicaraan tidak sesuai dengan topik,
penggunaan bahasa tidak tepat
Diadaptasi dari Nurgiyantoro (2010 hlm. 392)
Keterangan :
Kategori: Skor: Nilai:
5 = Baik Sekali A = 21-25 90-98
4 = Baik B = 16-20 80-88
3 = Cukup C = 11-15 70-78
2 = Kurang D = 6-10 60-68
1 = Kurang Sekali E = 1-5 50-58
Berikutnya rubrik penilaian kemampuan berbicara dikompensasikan ke
dalam penyekoran kemampuan berbicara dengan menggunakan skala Lickert
seperti pada tabel 3.6. berikut.
Tabel 3.6. Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara
No
Nama
Peserta
didik
Aspek yang dinilai Jum
Ekspresi Kelancaran Kosakata Intonasi Ketepatan isi
dengan topik
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1 X1
2 X2
3 X3
4 dst
5
Jumlah
Presentase
(%)
Variabel berikutnya yaitu kepercayaan diri, yang terdiri dari lima aspek
penilaian. Dari aspek penilaian tersebut kemudian dibuat indikator kemampuan
peserta didik yang dilihat dari tes. Tes yang dilakukan untuk melihat
43
perkembangan percaya diri peserta didik menggunakan teknik performa atau
unjuk kerja guna melihat kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik
setiap siklusnya. Kisi-kisi instrumen penilaian kepercayaan diri dapat dilihat pada
tabel 3.7. sebagai berikut.
Tabel 3.7. Kisi-Kisi Instrumen Percaya Diri
Variabel Aspek Indikator responden Teknik
Percaya
Diri
Tidak
bergantung
kepada orang
lain.
Mampu menyelesaikan
masalah sendiri
Anak
Performa/
unjuk
kerja Tidak terlalu banyak
bertanya kepada teman
dan guru
Tidak mudah
putus asa
Memiliki semangat yang
tinggi Anak
Performa/
unjuk
kerja Pantang menyerah
Berani
menyampaikan
pendapat.
Menyampaikan pendapat
kepada orang lain Anak
Performa/
unjuk
kerja Menyampaikan ide/
gagasan
Mudah
berkomunikasi
dan membantu
orang lain
Bekerja sama dalam
kelompok dengan aktif Anak
Performa/
unjuk
kerja Mau membantu orang
lain
Berani
presentasi di
depan kelas
Berani tampil di depan
kelas Anak
Performa/
unjuk
kerja Menyampaikan hasil
diskusi kelompoknya
Diadaptasi dari Saifulloh (2010)
Kisi-kisi di atas disusun nuntuk menilai unjuk kerja peserta didik dengan
aspek yang dinilai yaitu kemampuan diri, ketergantungan pada orang lain, tidak
mudah putus asa, berani berpendapat, mudah berkomunikasi dan berani tampil
atau presentasi di depan kelas. Kisi-kisi tersebut kemudian diinterpretasikan
menjadi rubrik penilaian kemampuan berbicara untuk mengukur perkembangan
kemampuan berbicara peserta didik sebagaimana tertuang pada tabel 3.8. berikut
ini.
44
Tabe1 3.8. Rubrik penilaian kepercayaan diri
Aspek yang
dinilai
Kriteria
penyekoran Keterangan
Tidak bergantung
kepada orang lain
5
(sangat baik)
mampu menyelesaikan masalah sendiri,
tidak banyak bertanya kepada teman/ guru
4
(baik)
mampu menyelesaikan masalah, banyak
bertanya kepada teman/ guru
3
(cukup)
kurang mampu menyelesaikan masalah
sendiri meskipun tidak banyak bertanya
kepada teman/ guru
2
(kurang)
kurang mampu menyelesaikan masalah
sendiri, banyak bertanya kepada teman/ guru
1
(sangat kurang)
tidak mampu menyelesaikan masalah
sendiri, banyak bertanya kepada teman/ guru
Tidak mudah
putus asa
5
(sangat baik)
memiliki semangat yang tinggi dan pantang
menyerah
4
(baik)
kurang bersemangat namun pantang
menyerah dan tidak mudah putus asa
3
(cukup) memiliki semangat namun mudah menyerah
2
(kurang) kurang bersemangat dan mudah menyerah
1
(sangat kurang)
tidak memiliki semangat dan mudah
menyerah
Berani
menyampaikan
pendapat
5
(sangat baik) berani menyampaikan gagasan dan pendapat
4
(baik)
berani menyampaikan gagasan dan pendapat
namun masih ragu-ragu
3
(cukup)
berani menyampaikan gagasan dan pendapat
dengan bantuan teman
2
(kurang)
kurang berani menyampaikan gagasan dan
pendapat meskipun sudah dibantu teman
1
(sangat kurang)
tidak berani menyampaikan gagasan dan
pendapat meskipun sudah dibantu teman
Mudah
berkomunikasi
dan membantu
orang lain
5
(sangat baik) mau bekerjasama dan membantu orang lain
4
(baik)
mau bekerjasama dan membantu orang lain
walaupun masih ragu-ragu
3
(cukup)
mau bekerjasama dan membantu orang lain
meskipun harus dengan instruksi guru
45
2
(kurang)
kurang bisa bekerjasama dan kurang mau
membantu orang lain
1
(sangat kurang)
tidak bisa bekerjasama dan tidak mau
membantu orang lain
Berani presentasi
di depan kelas
5
(sangat baik)
berani tampil di depan kelas
mempresentasikan hasil diskusi
4
(baik)
berani tampil di depan kelas
mempresentasikan hasil diskusi meskipun
masih tersendat-sendat
3
(cukup)
berani tampil di depan kelas
mempresentasikan hasil diskusi meskipun
harus dibimbing oleh guru
2
(kurang)
kurang berani tampil di depan kelas
mempresentasikan hasil diskusi
1
(sangat kurang)
tidak berani tampil di depan kelas
mempresentasikan hasil diskusi
Keterangan :
Kategori: Skor: Nilai:
5 = Baik Sekali A = 21-25 90-98
4 = Baik B = 16-20 80-88
3 = Cukup C = 11-15 70-78
2 = Kurang D = 6-10 60-68
1 = Kurang Sekali E = 1-5 50-58
Selanjutnya rubrik penilaian percaya diri di atas dikompensasikan ke
dalam penyekoran sikap percaya diri seperti pada tabel 3.9. berikut.
Tabel 3.9. Lembar Penilaian Sikap Percaya Diri
No
Nama
Peserta
didik
Aspek Yang Diamati
Jum Percaya
dengan
kemampuan
diri sendiri
Tidak mudah
putus asa
Berani
menyampaikan
pendapat
Mudah
berkomunikasi
dan membantu
orang lain
Berani
presentasi di
depan kelas
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1
2
3
Jumlah
Presentase
(%)
46
8. Hasil observasi
Hasil observasi guru dan peserta didik menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan berbicara dan percaya diri peserta didik dengan prosentase masing-
masing mencapai 75%. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung. Kriteria penskoran kemampuan berbicara peserta didik adalah
sebagai berikut :
9. Ketuntasan
Peserta didik dikatakan tuntas dalam belajar apabila memiliki tingkat daya
serap lebih dari 75% sedangkan ketuntasan belajar klasikal bila peserta didik di
dalam kelas mencapai daya serap lebih dari 75% (Depdiknas hlm. 58). Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan pedoman keberhasilan belajar peserta didik
sesuai dengan standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 70 dengan ketuntasan belajarmencapai lebih
dari 75%. Jika dalam penelitian ini lebih dari 75% peserta didik mencapai standar
nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan maka penelitian
ini dikatakan berhasil.
F. Tim Peneliti dan Tugasnya
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengamat dan observer.
Sebagai pengamat, peneliti mengamati aktifitas yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh guru kelas IV yang telah
mendapatkan pemahaman terkait pembelajaran berbasis model nondirective yang
juga seorang pengajar di SDN Rancabolang Kota Bandung. Peneliti bertindak
membuat rancangan pembelajaran dan rencana perbaikan pembelajaran, di
samping itu peneliti juga mengumpulkan data dan menganalisis data serta sebagai
pelapor hasil penelitian.
top related