bab iii metode penelitian 3.1 metode penelitianeprints.ums.ac.id/64435/5/bab iii.pdf · batu bata...
Post on 29-Dec-2019
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
47
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian dan perencanaan tungku pengecoran
harus memiliki kriteria pengoperasian mudah, ekonomis dan
perpomasinya bagus, adapun langkah – langkah yang digunakan
pada metode ini adalah sebagai berikut:
Tungku Pengecoran
Performa baik :
- Ukuran coran sesuai yang diinginkan
Operasional Mudah :
- Tahan panas hingga 1500
oC
- Kapasitas sampai 10 kg
- Perawatan/ perbaikan mudah
Ekonomis :
- Konstruksi sederhana - Bahan murah - Pembuatan
mudah/simple
48
3.2 Diagram Penelitian
Pembuatan Desain
Persiapan Material dan peralatan
Pembuatan Tungku Krusibel
Pembuatan cetakan pasir
Proses pengecoran
Pembongkaran cetakan dengan variasi waktu pembongkaran 1 jam
dan 10 detik
Peleburan
1. Pengamatan keutuhan hasil coran
2. Pengamatan dimensi
3. Pengamatan kekasaran
Pembuatan spesimen
Struktur mikro Komposisi kimia Pengujian kekerasan
Analisa data
kesimpulan
selesai
Mulai
1. Pengamatan konsumsi
LPG pada peleburan.
2. Pengamatan kecepatan
waktu peleburan
aluminium 10kg
3. Pengukuran suhu 5 menit
sekali
Gambar 3. 1 Diagram alir proses penelitian
49
3.3 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di REKACIPTA TEHNINDA PERKASA
klaten, dan pengujian dilakukan di laboratorium Politeknik
manufaktur Ceper dan laboratorium teknik mesin Universitas
Mhammadiyah Surakarta.
3.4 Variabel Penelitian
Terdapat beberapa varibel dalam penelitian ini, yaitu variabel
bebas, variabel terikat, dan variabel terkontrol.
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel
terikat, besarnya ditentukan oleh peneliti, variabel bebas
disini yang digunakan adalah perbedaan pembongkaran
cetakan pasir merah terhadap hadil pengecoran aluminium
dari tungku krusibel yaitu 10 detik dan 1 jam.
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang pelaksanaan atau
pengujiannya sama dari para peneliti yang lain, disini
variabel terikatnya yaitu peleburan menggunakan tungku
krusibel berbahan bakar gas.
50
3.4.3 Variabel Terkontrol
Variabel terkontrol adalahvariabel yang dijaga nilai
konstannya selama penelitian dilakukan, variabel terkontrol
disini meliputi :
Temperatur Tungku : 700o C
Temperatur Penuangan : 425o C
Waktu peleburan : 50 menit
3.5 Alat dan Bahan
3.5.1 Alat Penelitian
1. Dapur Peleburan
Dapur peleburan disini kita menggunakan
tungku krusible dengan bahan bakar gas dan bantuan
blower, yang bertujuan untuk melebur aluminium
secara cepat dilihat pada gambar 3.2 yaitu bagian-
bagian komponen tungku krusibel penelitian.
51
Gambar 3. 2 Dapur Peleburan
a. Blower
Digunakan untuk meningkatkan oksigen di
dalam pembakaran sebagai menaikkan atau
memperbesar tekanan udara atau gas yang dialirkan
menjadikan api yang keluar akan semakin besar.
Gambar 3. 3 Blower
52
b. Kowi
Digunakan sebagai tempat aluminium dimasak
hingga menjadi cair.
Gambar 3. 4 Kowi
c. Ladel
Digunakan untuk mengambil dan menuang
logam cair ke dalam cetakan.
Gambar 3. 5 Ladel
2. Penumbuk
Sebagai alat tumbuk pasir agar cetakan
memadat dan menghasilkan cetakan yang baik.
53
Gambar 3. 6 Penumbuk
3. Cetakan kayu
Sebagai bahan pembuat pola.
Gambar 3. 7 Cetakan kayu
4. Saringan
Sebagai alat penyaring pasir agar pasir yang
digunakan halus sehingga berdampak baik pada hasil
coran
54
Gambar 3. 8 Saringan
5. Digital kaliper
Digunakan sebagai alat ukur dimensi benda.
Gambar 3. 9 Digital kaliper
6. Infra Red Thermometer
Digunakan sebagai alat pengukur suhu
pembakaran dalam tungku dan pengukur suhu logam
cair.
Gambar 3. 10 Infra red Thermometer
55
7. Alat uji komposisi kimia
Digunakan untuk mengetahui komposisi kimia
pada spesimen yang sudah dibuat.
Gambar 3. 11 Alat uji spectrometer
8. Alat uji kekerasan
Untuk mengetahui kekerasan pada spesimen
digunakan alat uji brinell portabel dikarenakan
spesimen yang digunakan berbahan aluminium
Gambar 3. 12 Alat uji vikers portabel
9. Mikroskop metalografi
56
Digunakan sebagai alat mengamati struktur
mikro dari spesimen
Gambar 3. 13 Alat ui mikroskop metalografi
10. Uji pasir merah
Uji pada pasir merah bertujuan mengetahui
kadar clay dan butiran pada pasir merah.
3.5.2 Bahan Penelitian
1. Aluminium
Aluminium yang digunakan pada pengecoran
menggunakan bahan aluminum bekas atau rosok
mulai dari sparepart sampai skam sisa pembubutan
aluminium yang paling mudah dicari dan murah
harganya.
57
Gambar 3. 14 Aluminium bekas
2. Pasir cetak
Pasir cetak disini menggunakan bata merah
sebagai media cetakan, karakteristik pasir merah
kasar dengan butiran yang besar, bila digumpalkan
pasir tidak akan berubah bentuk, karakter pasir merah
yang kasar namun memiliki partiker yang kecil dan
erat menjadikan jenis pasir cocok untuk menambah
daya rekat.
Gambar 3. 15 Pasir merah
3. Calcium carbonate
Serbuk karbon berguna sebagai emisah (anti
air) mengoles, dan menaburkan di permukaan pola
agar pasir cetak tidak mudah menempel pada pola
saat pembuatan cetakan.
58
Gambar 3. 16 Calcium Carbonate
4. Gas LPG
Elpiji adalah campuran dari berbagai unsur
hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan
menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas
berubah menjadi cair, gas LPG yang digunakan
sebagai bahan bakar pengujian adalah gas LPG 3 kg.
Tabel 3. 1 Nilai kalor bahan bakar gas
Bahan Bakar Gas Nilai kalor (kKal/Nm3) Suhu Nyala Api (0C) Kecepatan Nyala (m/s)
Gas Alam 9350 1954 0,290
Propana 22200 1967 0,460
Butan 28500 1973 0,870
Gambar 3. 17 Tabung Gas LPG
59
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Proses pembuatan Tungku
Gambar 3. 18 Aliran Proses Pemuatan Coran
Mulai
Pembuatan Desain
Penyiapan Material
Pembuatan
Tungku
Proses Pengelasan
Pipa Pembakaran
Perakitan
Pipa Penghangat Drum
Pengujian
Aplikasi Alat
Ada
kesalahan
selesai
Perancangan
Ya
Tidak
60
3.6.2 Pembuatan tungku
Pemilihan bahan konstruksi untuk tungku
pengecoran, seperti pada tabel 3.2 dibawah.
Tabel 3. 2 Komponen dan bahan
Komponen Bahan
Bahan dasar
Bahan perekat
Penempatan
Bahan isolator
Bahan bakar
Tutup
Tempat pembakar
Batu bata api
Semen tahan api
Tetap
Semen tahan api
Gas LPG 3 Kg
Plat besi
Besi silinder tebal
Bahan dasar :
Batu bata api mudah di dapat dan harganya relatif murah
berkisar antara Rp. 450 sampai 550, -/buah. Batu bata api
memiliki ketahanan terhadap panas.
Bahan perekat :
Semen tahan api Meskipun harganya lebih mahal dari
semen tapi lebih tahan terhadap panas, pengeringan
mudah dan awet.
61
Bahan bakar
Dari tiga macam jenis bahan bakar diatas pada tabel
2.3 dipilih bahan bakar gas karena lebih murah dan
mudah didapatkan dengan nilai kalor yang cukup baik.
Bahan penutup
Plat besi mudah didapat dipasaran dengan harga
yang relatif murah pengerjaan perabotan mudah
serta tahan terhadap panas.
Tempat Pembakaran
Besi silinder bahan yang mudah didapat cara
pengerjaan mudah dan tahan dengan panas yang tinggi
karena bersentuhan langsung dengan panas.
Pada pembuatan tungku pengecoran langkah – langkah
pembuatannya adalah :
1. Pembuatan Tungku
Tungku dibuat dengan menggunakan bata api campur
pasir dan semen tanpa menggunakan plat sebagai
pelappisnya, pembuatan tungku dengan diameter luar
85cm, dan diameter dalam 75cm, ketinggian 85cm,
serta lubang pembakaran diameter 20cm, lubang
keluar 27cm x 30cm proses pembuatan tungku dilihat
62
pada gambar 3.19 dengan dikonversi ke 3D pada
gambar 3.20 desain tungku krusibel serta hasil tungku
dilihat pada gambar 3.21.
Gambar 3. 19 Desain Tungku Krusibel 2D
Gambar 3. 20 Desain Tungku Krusibel 3D
63
Gambar 3. 21 Pembuatan Tungku
Gambar 3. 22 Tungku Krusibel
2. Pembuatan Pipa Pembakaran
Pipa pembakaran menggunakan pipa silinder bekas
dengan panjang 125cm, diameter 9cm seperti desain
3.23, serta lubang masuk gas 1cm dilihat pada
gambar 3.25, pipa gas di las dengan pipa
64
pembakaran, pada bagian belakang pipa di taruh
blower seperti pada gambar 3.27.
Gambar 3. 23 Desain Pipa Pembakaran 2D
Gambar 3. 24 Pipa pembakaran 3D
65
Gambar 3. 25 Pipa Gas
Gambar 3. 26 Blower
Gambar 3. 27 Pipa Pembakaran
66
3. Pembuatan Pipa Penghangat
Pada gambar 3.28 Pipa penghangat dibuat dari
beberapa pipa, pipa silinder dengan panjang 25cm,
dan diameternya 7cm, serta 2 pipa peralon baja
dengan panjang 2meter diameter 2,5cm. Pipa silinder
di lubangin 2 bagian guna dimasukannya pipa baja
peralon, pada gambar 3.31 proses disatukan
komponen dengan las.
67
Gambar 3. 28 Desain Pipa Penghangat 2D
Gambar 3. 29 Pipa Penghangat 3D
Gambar 3. 30 Pipa Silinder
68
Gambar 3. 31 Pengelasan Pipas silinder dan pipa baja peralon
4. Pembuatan Tempat gas dan Air
Tempat gas disini menggunakan drum besi bekas
dengan diameter 57cm, tinggi 43cm sesuai dengan
desain pada gambar 3.32, drum di belah bagian atas
sebagai wadah air dan gas, pada sisi samping di
lubangi 2 bagian guna disatukan dengan pipa baja
peralon nantinya.
69
Gambar 3. 32 Desain Drum
Gambar 3. 33 Desain Drum 3D
Gambar 3. 34 Drum bekas
70
Gambar 3. 35 Pengelasan sambungan pipa penghangat dan drum
5. Tutup tungku
Menggunakan plat bundar bekas drum dengan
diameter 85cm sama dengan diameter tungku.
3.6.3 Proses pengoperasian Tungku
Pertama semua material tungku di kumpulkan
selanjutnya dirakit dengan proses pengelasan
penyambungan pipa penghangat dngan drum, dan pipa gas
dengan pipa pembakaran, tutup tungku kita taruh diatas
tungku dan diatasnya ada pipa penghangat.
Proses peleburannya awal kita memanaskan ruang
tungku agar didalam tungku panas terlebih dahulu, kemudian
dibuka gas dari LPG agar mengalir ke pipa turun ke pipa
pembakaran otomatis api yang ada di dalam tungku akan
besar tetapi tidak bertekanan, ditambah dorongan dari
blower guna membuat api lebih besar dan mempunyai
tekanan.
71
Udara panas yang dihasilkan akan mengalir ke atas
memanaskan pipa penghangat sehingga mengalir menuju
ke air yang ada dalam drum berguna menghangatkan tabung
agar tidak membeku karena gas yang dikeluarkan secara
paksa.
Secara berkala kita mencatat perubahan suhu tungku
setiap 5 menit sekali dan mencatat suhu air setiap 5 menit
sekali, saat peleburan selesai kita lihat konsumsi bahan
bakar gas LPG yang diperlukan berapa. Gambar 3.27
menerangkan proses masing-masing komponen.
Gambar 3. 36 Tungku krusibel
a. Tungku
Tungku adalah suatu kontruksi susunan bata
api menjadi sebuah tabung berguna menghalau udara
panas keluar, penggunaan bata api agar lebih tahan
72
terhadap suhu panas yang ada diruang tungku saat
peleburan.
b. Pipa penghangat
Pipa penghangat bertujuan menghangatkan air yang
ada dalam drum, agar gas yang ada dalam tabung
LPG tidak membeku, dengan cara mengalirkan panas
dari atas tungku kemudian mengalir lewat pipa atas
menuju ke air yang ada pada drum.
c. Pipa Pembakaran
Untuk mengalirkan udara oksigen dari blower
dan gas dari LPG yang bercampur berguna untuk
memperbesar api pada pembakaran.
d. Pipa Gas
Berguna mengalirkan gas dari tabung LPG
menuju ke pipa pembakaran.
e. Drum
Sebagai tempat penampungan air dan tabung
gas LPG.
f. Tutup tungku
Sebagai alat penutup tungku agar api yang ada
dalam tungku tidak keluar lewat atas juga sebagai
tempat dudukan pipa penghangat.
73
g. Blower
Digunakan sebagai menaikkan atau
memperbesar tekanan udara atau gas yang dialirkan
sehingga api yang keluar akan semakin besar.
Gambar 3. 37 Blower
h. Kowi
Digunakan sebagai tempat aluminium dimasak
hingga menjadi cair, kowi sendiri yang sering disebut
juga krusibel karena bentuknya yang cekung ke
dalam sehingga seperti pot/mengerucut.
Gambar 3. 38 Kowi
i. Ladel
Digunakan untuk mengambil dan menuang
logam cair ke dalam cetakan.
74
Gambar 3. 39 Ladel
3.6.4 Proses Pengecoran dan Pengujian
Bahan Tungku Ladel
Persiapan Pola
Sistem Pengolahan
Pasir
Manual Pembuatan
Cetakan
Penuangan
Pembongkaran
Pembersihan
Pemeriksaan
Gambar 3. 40 Gambar Diagram Alur Proses Pengecoran
75
3.6.5 Pembuatan Pola
Gambar 3. 41 3D Desain pola
Gambar 3. 42 2D Desain Pola
Pada gambar 3.38 adalah desain 2D pola serta dijelaskan
menggunakan gambar 3D pada gambar 3.37.
76
3.6.6 Pembuatan Pasir Cetak
1. Mempersiapkan paris merah dan air
2. Campurkan asir merah 80% dan air 20%
Gambar 3. 43 Pasir cetak
3.6.7 Pembuatan Cetakan Pasir
1. Mempersiapkan kerangkan cetak (flask), pola produk
cor dan saluran pola.
2. Mempersiapkan pasir merah yang telah dicampur air.
Gambar 3. 44 Penyaringan pasir setelah dicampur air
77
3. Memasukkan pasir merah kedalam kerangka cetak
Gambar 3. 45 Pemasukan pasir dalam cetakan
4. Memasukkan pola pada kerangka cetak bawah dan
memadatkan dengan tumbukan, serta memberikan
calsium carbonat pada cetakan.
Gambar 3. 46 Pemasangan pola dan pemberian calcium carbonat
5. Memasang kerangka cetak atas diatas kerangka
cetak bawah.
6. Menimbun kembali kerangka cetak dengan pasir
merah hingga penuh
78
Gambar 3. 47 Pemasangan kerangka cetak atas dengan menimpun pasir
7. Memadatkan pasir agar tidak hancur saat
pengangkatan cetakan.
8. Melepas pipa peralon sebagai sprue
9. Membuka kembali kerangka cetak atas
Gambar 3. 48 Membuka kerangka atas
79
10. Melepas pola pada kerangka cetakan bawahdan
membuat saluran masuk pada cetakan.
Gambar 3. 49 Pembuatan saluran masuk
11. Menutup kembali cetakan bawah dengan cetakan
atas
80
Gambar 3. 50 Pemasangan kembali cetakan atas
12. Dibuatlah kembali cetakan yang ke 2 untuk
perbandingan waktu pembongkaran 10 detik dan 1
jam.
3.6.8 Peleburan Logam
Pada gambar 3.47 menerangkan proses peleburan logam
pada aluminiu, yaitu :
1. Menyiapkan tungku krusibel
2. Mempersiapkan kowi didalam tungku yang telah
panas di awal.
3. Membuka gas LPG agar lebih besar api yang keluar.
4. Menyalakan blower agar api lebih besar dan
bertekanan.
81
Gambar 3. 51 Proses persiapan tungku
5. Memasukkan aluminium bekas ke dalam kowi.
6. Mengukur suhu setiap 5 menit sekali hingga
aluminium mencair dengan suhu 660-700o C dengan
alat infrared thermometer seperti gambar 3.48.
Gambar 3. 52 Pengecekan suhu tungku setiap 5menit
82
3.6.9 Penuangan logam cair
1. Memisahkan kotoran di atas aluminium cair
diterangkan dengan gambar 3.49.
Gambar 3. 53 Pemisahan kotoran dengan aluminium cair
2. Mengambil aluminium cair dalam kowi dengan
menggunakan ladel.
3. Dituangkan aluminium cair ke dalam cetakan yang
telah dibuat sebelumnya, seperti gambar 3.50.
83
Gambar 3. 54 Penuangan aluminium cair kedalam cetakan
4. Penuangan aluminium dilakukan kembali pada
cetakan yang ke 2
3.6.10 Pembongkaran cetakan
Pembongkaran cetakan dilakukan dengan 2 kali
pembongkaran, yang pertama setelah aluminium cair
mengalir masuk kedalam cetakan setelah 10 detik cetakan
pertama dibongkar dan dibersihkan, serta dicek suhu setelah
pembongkaran seperti pada gambar 3.51, untuk cetakan
yang ke 2 menunggu selama 1 jam baru dibongkar
cetakannya dan dibersihkan, gambar 3.52 yaitu hasil
pengecoran.
84
Gambar 3. 55 Pembongkaran dan pengecekan suhu hasil coran
Gambar 3. 56 Hasil pengecoran
3.6.11 Pengamatan Tungku
Pengujian disini melakukan pengecekan secara
berkala setiap 5 menit sekali terhadap suhu tungku saat
peleburan aluminium dari benda padat menjadi cair dan siap
1 Jam
10 detik
85
untuk di tuangkan kedalam cetakan, pengecekan
menggunakan alat infrared thermometer.
Langkah-langkahnya :
1. Siapkan infrared thermometer
2. Siapkan stopwatch
3. Setting/kalibrasi awal infrared thermometer dan
stopwatch
4. Pengecekkan dimulai sebelum tungku dibakar agar
mengetahui suhu awal menggunakan infrared
thermometer.
5. Saat aluminium sudah dimasukkan ke dalam cawan
dan jalankan stopwach serta tembakkan infrared
thermometer ke dalam tungku dan catat hasil yang
tertera dalam infrared thermometer
6. Pengecekan selanjutnnya di lakukan setiap 5 menit
sekali
7. Pengecekan terus berlanjut hingga pengecoran
selesai.
3.6.12 Pengujian penyusutan
Pengujian penyusutan bertujuan melihat hasil akhir
dengan perncanaan yang telah dibikin, penyusutan dapat
terjadi dari beberapa faktor, salah satunya adalah lama
pembekuan terhadap aluminum didalam cetakan.
86
Langkah-langkahnya adala :
1. Mempersiapkan specimen.
2. Mengukur panjang dan lebar hasil cor lalu di
bandingkan dengan cetakan cor.
3. Menghitung panjang cetakan (P cetakan).
4. Mengukur panjang hasil coran (P cor) dengan
menggunakan jangka sorong.
5. Untuk menghitung hasil penyusutan yang digunakan
persamaan Febrianto (2011) yaitu :
Dimana : S : persentase penusutan
P cetakan : volume cetakan
P produk : volume produk
3.6.13 Pengujian Komposisi kimia
Pengujian komposisi kimia bertujuan mengetahui
prosentase unsur-unsur yang tergandung dalam spesimen
aluminium yang di uji dengan menggunakan alat
spectrometer yang bekerja secara otomatis. Pengujian
dilakukan dengan penembakan terhadap sampel uji yang
telah dihaluskan terlebih dahulu kemudian sampel uji di
87
tembak dngan gas argon yang menjadi sinar ultra violet
sebanyak 3 titik. Dalam penelitian uji komposisi kimia ini
dilakukan di laboratooriun POLMAN ceper klaten.
Langkah pengujiannya sebagai berikut :
1. Nyalakan semua peralatan pendukung dan
sambungkan dengan arus listrik. (alat uji, argon,
printer, dll)
2. Tunggu kurang lebih 2 jam sampai alat spectrometer
siap untuk digunakan.
3. Setelah ada keterangan speak ready (Temperatur
OK), pilih program yang akan di uji (Al).
4. Lakukan standarisasi alat uji.
5. Setelah standarisasi, lakukan pengujian pada sampel
uji (sampel uji terlebih dahulu di preparasi
sebelumnya, Al dengan dibubut dan Gun-Metal
dengan grinda)
6. Lakukan analisa alat uji
a. Letakkan sampel pada kedukukan kerja.
b. Tekan start pada alat dimana analisa sampel
mulai dilakukan, penekanan tombol start jangan
dilepas sampai bunyi spark terdengar.
c. Lakukan penembakan sampai 3 kali pada
tempat yang berbeda.
88
d. Setiap selesai penembakan lakukan
pembersihan pada pin penembakan.
e. Prin hasil uji yang didapatkan.
7. Proses analisa selesai
3.6.14 Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan bertujuan untuk mengetahui
hasil kekerasan dari benda uji pada beberapa bagian
sehingga diketahui rata-ratanya dari semua hasil
pengujian.
Pengujian disini menggunakan alat Brinell portable.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Alat yang di uji diratakan dulu permukaannya dengan
amplas agar rata dan halus.
2. Kemudian alat di tekan dengan tekanan yang sudah
distandarisasikan sesuai dengan bahan yang di uji (Al)
3. Penentuan titik uji dilakukan 5 kali di tengah dengan
dengan bertujuan karena posisi tengah aluminium
lebih lunak dibandingkan posisi di pinggir yang keras
karena melalui proses pembekuan lebih dulu dilihat
pada gambar 3.55 hasil penentusn titik uji.
4. Setelah ditentukan tekanan diukur diameter tekanan
dengan menggunakan microskop.
89
5. Setelah diketahui skala diameternya baru bisa ketemu
berapa hasil kekerasan melalui tabel.
Gambar 3. 57 Alat uji Brinell
Gambar 3. 58 Proses pengujian spesimen
90
Gambar 3. 59 Hasil uji pada spesimen
3.6.15 Pengujian pasir
Pengujian pasir disini bertujuan menganalisa butiran
pasir dan mengetahui kandungan lempung (clay) pada
pasir merah, pengujian dilakukan dengan beberapa
tahapan.
Peralalatan dan bahan
Stop watch, timbangan, pipet, magnetic stirrer, sifon.
Larutan tetrasodium piropospat.
Langkah-langkah pengujian
1) Siapkan pasir yang sudah dikeringkan.
2) Timbang pasir seberat 50gram dan air distilasi
sebanyak 475 ml.
91
3) Masukkan ke dalam gelas beaker, tambahkan
larutan tetrasodium piropospat 1,5 % sebanyak 25
ml.
4) Didihkan campuran larutan tersebut.
5) Diamkan larutan sampai dingin.
6) Aduk dengan mesin asifator selama 10 menit
7) Diamkan minimal 10 menit, suling air dengan alat
bantu syfon.
8) Ganti air, sampai batas garis pada gelas beaker,
diamkan selama 10 menit, suling kembali berulang-
ulang sampai air kelihatan jernih.
9) Ambil pasir tersebut dan siapkan kertas saring yang
telah ditimbang.
10) Saring dengan kertas saring yang sebelumnya
telah ditimbang.
11) Keringkan sampai berat konstan.
12) Dengan mencuci pasir yang telah dikeringkan,
maka hasil digunakan sebagai berat akhir.
13) Hasil kadar clay dapat diketahui dari rumus :
92
Gambar 3. 60 Proses pemanasan pasir merah dan larutan
Gambar 3. 61Proses Penyulingan pasir merah
Gambar 3. 62 Larutan tetrasodium
93
3.6.16 Pengamatan struktur mikro
Pengujian struktur mikro mempunyai tujuan
mengatahui struktur mikro pada hasil pengecoran (Al).
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai
berikut :
1) Melakukan beberapa pemotongan terlebih dahulu
pada spesimen agar memudahkan untuk pengamatan
struktur mikro.
2) Melakukan mounting pada specimen yang telah
dipotong agar proses pengamplasan dengan tingkat
kekasaran mudah untuk berdiri tegak dan mudah
mencari titik fokus ketika di foto mikro.
3) Melakukan pengamplasan bertahap dari nomor 100
sampai nomor 5000
4) Melakukan pemolesan pada specimen uji
menggunakan kain yang telah diberi autoso
5) Membuat cairan etsa agar dapat mengikis specimen
agar dapat terlihat jelas sat di foto mikro.
6) Mengamati struktur mikro menggunakan mikroskop
optic dengan pembesaran 100x dan 200x
94
3.6.17 Analisa data
1. Mengamati cacat penyusutan yang terjadi setelah
pembongkaran 10 deti dan 1 jam kemudian di
bandingkan dengan cetakan awal.
2. Menganalisa komposisi kimia
3. Menganalisa kekerasan yang terjadi pada setiap
variasi 10 detik dan 1 jam.
4. Mengamati struktur mikro pada masing-masing
specimen 10 detik dan 1 jam.
5. Menarik kesimpulan.
3.6.18 Jumlah Spesimen pengujian
Tabel 3. 3 Jumlah Spesimen Pengujian
No Jenis Pengujian Variasi Jumlah
10 Detik 1 jam
1 Penyusutan 1 1 2
2 Komposisi Kimia 1 1
3 Kekerasan 1 1 2
4 Struktur mikro 1 1 2
5 Kadar clay dan butiran 1 1
top related