bab iii metode penelitian 3.1 metode dan jenis...
Post on 02-Mar-2019
246 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptitf kuantitatif
yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan
dalam bentuk angka-angka, meskipun juga berupa data kualitatif
sebagai pendukungnya, seperti kata-kata atau kalimat yang tersusun
dalam angket, kalimat hasil konsultasi atau wawancara antara
peneliti dan informan. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk
angka atau data kualitatif yang diangkakan, (Sugiyono, 2002: 7).
Metodenya dengan membagikan kuisioner kepada karyawan
Hospital referral Maliana yang berjumlah 45 orang dengan teknik
saturation sampling atau disensus semua sebagai sampel dalam
penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh
variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis mengenai
seberapa besar pengaruh faktor individu, organisasi dan praktek
MSDM terhadap kinerja kerja karyawan pada Hospital Referal
Maliana.
2
3.2 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah keseluruhan dari unsur yang mempunyai
tolok ukur tertentu yang diminati oleh peneliti (Anggakara, 2010).
Seseorang dipilih sebagai sampel karena peneliti menilai bahwa
seseorang tersebut memiliki informasi yang relevan bagi penelitian
dan memenuhi kriteria yang telah di tentukan peneliti sebelumnya
(Ferdinand, 2006). Para karyawan Hospital Referal Maliana yang
berjumlah 45 orang menjadi populasi penelitian ini. Karena jumlah
populasi dalam penelitian ini relatif kecil, maka diambil semua
populasi untuk menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel dengan
teknik saturation sampling. Saturation sampling adalah metode
pengambilan sampel dengan mengikutsertakan semua anggota
populasi sebagai sampel penelitian untuk mendapatkan data dari
seluruh anggota populasi.
3
3.3.Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel penelitian yang diangkat
dalampenelitian ini disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.1. Konsep, definisi, dan indikator kinerja kerja karyawan
Konsep Definisi Indikator
Kinerja kerja
Kinerja atau performance adalah hasil
kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab
masing-masing, dalam rangka upaya
mencapai tujuan organisasi. (Suyadi
Prawirosentono 1999:45).
1.Ketepatan dan
ketelitian bekerja
2.Pekerjaan yang
dilakukan mencapai
target.
3.Trampil dalam
mengerjakan
pekerjaan.
4.Kualitas pelayanan/
kerja team
5.Kemampuan
melayani/
mengikuti instruksi.
6.Kreatif dalam
bekerja.
7.Sering bekerja
lembur
Skill karyawan
kesehatan
Skill atau kemampuan pelayanan
kesehatan adalah kemampuan
menunjukkan tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan dalam
memberikan rasa puas pada diri
setiap pasien (Azwar, 1996).
1. Bekerja sesuai
kemampuan
2. Tanggung jawab
terhadap pekerjaan
3.Mampu mengerjakan
pekerjaan dengan
ketrampilan yang
dimiliki.
4. Kreatif untuk
meningkatkan
4
kinerja rumah sakit.
5. Memiliki
kemampuan yang
tinggi.
Sikap (attitude)
karyawan
Sikap (atitude) karyawan kesehatan
adalah keadaan mental dan saraf dan
kesiapan yang diatur melalui
pengalaman yang memberikan
pengaruh dinamis atau terarah
terhadap respon individu pada semua
obyek dan situasi yang relevan,
Sikap merupakan penilaian seseorang
terhadap stimulus atau obyek
(Soegiarto,1999).
1. Ramah terhadap
pasien.
2. Tidak membeda-
bedakan pasien.
3. Bersikap yang baik
dengan sesama
teman kerja.
4. Memiliki kesabaran
dalam bekerja.
5. Bersifat sportif
dalam bekerja.
6. Disiplin dalam
bekerja
Budaya
organisasi
Budaya organisasi merupakan sarana
terbaik bagi rumah sakit untuk dapat
memahami sumber daya manusia dari
berbagai profesi di dalam rumah
sakit, karena budaya organisasi
merupakan ketentuan, aturan dan
norma yang tidak tertulis dan yang
tertulis menjadi standar perilaku
yang dapat diterima dengan baik oleh
anggota organisasi (Sunarto, 2004).
1. Pemimpin RS
memberikan
kepercayaan penuh
dalam bekerja.
2. Pimpinan Rs
memiliki
komunikasi yang
baik.
3. Pimpinan RS
memberikan
dukungan moril
dalam bekerja.
4. Memiliki rasa aman
dan nyaman dalam
bekerja.
5. Selalu memberikan
imformasi pada
rekan kerja
5
6. Selalu
memperhatikan
hasil kerja.
Fasilitas kerja
Fasilitas adalah penyedia
perlengkapan – perlengkapan fisik
untuk memberikan kemudahan
kepada penggunanya, sehingga
kebutuhan –kebutuhan dari pengguna
fasilitas tersebut dapat terpenuhi.
(Buchari, 2001 : 12)
1. Fasilitas cukup untuk
bekerja
2. Rumah sakit memiliki
fasilitas modern
3. Karyawan memiliki
kemampuan dalam
pengunaan peralatan
modern.
4. Rumah sakit
memberikan pelatihan
pada karyawan dalam
mengunakan peralatan.
5. Rumah sakit secara
rutin mengadakan
peralatan.
kompensasi
Kompensasi adalah finansial karena
pengeluaran moneter yang dilakukan
oleh organisasi untuk mencapai
tujuannya. (Simamora, 2001: 124)
1. Kelayakan gaji
2. Gaji yang diterima
sudah memenuhi
kebutuhan.
3. Ada tunjangan pensiun.
4. Ada posisi untuk
karyawan
5. Ada program kenaikan
pangkat.
6
Pelatihan
karyawan
kesehatan
Pelatihan karyawan kesehatan
adalah:suatu proses belajar mengajar
terhadap pengetahuan, kemampuan
dan keterampilan dibidang kesehatan
serta semakin terampil dan mampu
melaksanakan pekerjaan pada saat
sekarang dan yang akan datang
dengan semakin baik, sesuai dengan
standar (Tanjung, 2003).
1. Mempermuda dalam
bekerja,
2. Mempersingkat waktu
dalam
penyelesaian pekerjaan,
3. Pelatihan sesuai
dengan materi,
4. Pelatihan dapat
meningkatkan karier,
5. Pelatihan untuk
menigkatkan skil saya
Pengembangan
Karier
Pengembangan karier adalah:
keterbukaan dan kejelasan jenjang
karier serta kesempatan untuk
menduduki jabatan tertentu di
perusahaan (Gibson, 1992).
1. Sikap, pengetahuan,
ketrampilan merupakan
faktor untuk di
pormosikan
2. Senioritas merupakan
salah satu factor untuk
di promosikan.
3. Jabatan sudah sesuai
dengan kemampuan.
4. Rumah sakit
melakukan diskusi
dengan karyawan
dalam pengembangan
karier.
5. Pelatihan yang anda
mengikuti untuk
pengembangan karier
3.4.Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi dua jenis
data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan
7
informasi yang dikumpulkan peneliti langsung dari sumbernya
(Sutrisno, 2001).Dalam penelitian ini, data primer diperoleh melalui
kuesioner yang diberikan kepada responden.Interview juga akan
dilakukan dengan beberapa orang dokter atau kepala perawat
ruangan guna mendukung proses penelitian ini. Data
primerdikumpulkan melalui survey dengan bantuan kuesioner
berskala Likert yang terdiri dari lima skala:
Tabel 3.2.Skala likert.
Skala Sangat
Setuju
Setuju Netral Tidak
Setuju
Sangat Tidak
Setuju
Nilai
Skor
5 4 3 2 1
Data primer yang diperlukan untuk pengujian hipotesis yang
telah diajukan berupa data-data mengenai: individu, organisasi,dan
sistem penerapan SDM karyawan kesehatan dalam meningkatkan
kinerja kerja Hospital Ref.Maliana Timor Leste yang dikumpulkan
melalui kuesioner dengan interview.
Data sekunder, data yang berasal dari dokumentasi Hospital
Ref. Maliana Timor Leste berupa data tentang perkembangan jumlah
karyawan kesehatan pada Hospital, tentang kenaikan golongan atau
pangkat bagi karyawan pada Hospital Ref.Maliana dan informasi
tentang kinerja kerja karyawan kesehatan diHospital Ref.Maliana.
8
3.5.Teknik Analisis
Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan
variabel -variabel yang dikaji dalam penelitian ini, yang meliputi individu,
budaya organisasi, pengembangan sumberdaya manusia terhadap kinerja
karyawan kesehatan. Selain dipakai untuk menguji variabel -variabel
tersebut, analisis statistik deskriptif yang meliputi nilai minimum,
maximum, mean dan standard deviation juga untuk mempertajam
pembahasan dan analisis (Supramono dan Utami, 2005)
3.5.1. Validitas dan Reliabilitas
Instrumen (daftar pertanyaan) yang dipakai dalam
mengumpulkan data haruslah memenuhi dua persyaratan, yaitu
valid dan reliabel.
a.Validitas
Uji validitas untuk mengukur sah atau valid tidaknya
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner (Gozali, 2001: 142). Uji validitas dalam penelitian ini
digunakan korelasi dengan cara melakukan korelasi antar skor butir
pertanyaan dengan total skor item dalam satu konsep variabel. Untuk
menentukan validitas item digunakan kriteria dari (Ali, 1987) yang
9
menyatakan bahwa suatu item dikatakan valid jika koefisien item
teruji bila batas bawahnya sama dengan 0,20.
b. Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan relaibel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap penyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu (Gozali, 2004: 24).Uji reliabilitas digunakan koefisien
Conbrach Alpha ( ). Apabila nilai lebih besar dari 0,60 dapat
ditafsirkan satu hasil pengukuran relatif konsisten apabila
pengukuran diulangi dua kali atau lebih dengan kata lain instrumen
tersebut dapat diandalkan (Nunnallydalam Gozali, 2004: 24).
3.5.2. Pengujian Asumsi Klasik
3.5.2.1.Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak
valid untuk jumlah sampel kecil. Uji statistik yang dapat digunakan
untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametik
Kolgomorov-Smirnov (K-S) pada alpha sebesar 5%. Jika nilai
signifikansi dari pengujian Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari
0,05 berarti data normal.
10
3.5.2.2 Uji Multikolinieritas
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel independen. Uji multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independen). Uji Multikolinieritas dilakukan
dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF)
dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila nilai
tolerance lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil daripada 10
maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas (Supramono,
2005).
3.5.2.3. Uji Autokorelasi
Pengujian Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat korelasi yang terjadi di antara anggota-anggota dari data
yang ada. Untuk menguji autokorelasi ini akan dideteksi dengan
metode Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut:
Nilai D menujukkan nilai Durbin Watson, nilai Du dan DL
ditentukan dengan cara melihat tabel Durbin Watson, Du merupakan
nilai batas atas dari tabel dan DL merupakan nilai batas bawah dari
tabel. Jika D mendekati 2, maka artiya variabel tersebut independen
(nonautokorelasi).
11
3.5.2.4.Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut
homoskedastisitas, tetapi jika berbeda maka disebut
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Untuk menguji apakah dalam
model regresi terdapat gejala heteroskedastisitas, peneliti
menggunakan analisis grafik scatterplot dengan bantuan program
SPSS. Gejala heteroskedastisitas ditunjukkan dengan adanya
keteraturan penyebaran titik-titik sehingga membentuk pola-pola
tertentu.
3.6 Uji Hipotesis
Hipotesis empirik yang telah dikemukakan kemudian
diturunkan menjadi hipotesis statistik yang selanjutnya diuji
kebenarannya secara empirik. Pengujian hipotesis penelitian ini
dilakukan dengan regresi berganda. Regresi berganda merupakan
analisis mengenai pengaruh antar variabel independen (bebas) yang
lebih dari satu variabel terhadap variabel dependen (terikat).
Bertindak sebagai variabel dependen pada penelitian iniadalah
kinerja kerja karyawan (Y). Sedangkan variable independen pada
12
penelitian ini adalah faktor individu yang diwakili oleh skill (X1)
dan attitude (X2), faktor organisasi yang diwakili oleh budaya
organisasi (X3) dan fasilitas kerja (X4) dan faktor pengembangan
sumber daya manusia yang diwakili oleh variabel kompensasi (X5),
pelatihan (X6) dan pengembangan karir (X7).
Pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan dengan
melalui tahap-tahap sebagai berikut:
3.6.1 .Uji Heteroskedastisitas
Koefisien determinasi R2
mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen.Semakin nilai R2 mendekati satu maka variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen.Sebaliknya, jika nilai
R2 semakin kecil maka kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variasi dependen sangat terbatas.
3.6 .2 Uji Inferensial (Uji Statistik F)
Uji statistik F merupakan uji model yang menunjukkan
apakah model regresi fit untuk diolah lebih lanjut. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%).
13
Ketentuan peneriman atau penolakan hipotesis adalah sebagai
berikut:
1. Jika nilai signifikansi f > 0,05 maka hipotesis diterima
(koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara
simultan ketiga variabel independen tersebut tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi f ≤ 0,05 maka hipotesis ditolak
(koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara simultan
ketiga variabel independenberpengaruh terhadap variabel
dependen.
3.6 .3 Uji Statistik T
Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independenterhadap variabel dependen
(Ghozali, 2006). Pengujian dilakukan dengan menggunakan
significance level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis
dilakukan dengan kriteria sebagai berikut;
1.Jika nilai signifikansi t > 0,05 maka hipotesis ditolak. Ini
berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut
tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.
2.Jika nilai signifikansi t ≤ 0,05 maka hipotesis diterima. Ini
berarti secara parsial variable independen berpengaruh
terhadap variabel dependen
top related