bab iii analisis komposisi a. konsep penyusunan komposisi
Post on 27-Feb-2022
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
15
BAB III
ANALISIS KOMPOSISI
A. Konsep Penyusunan Komposisi
Movement pertama menghadirkan kesan mistis atau suasana yang
samar-samar dengan ditandai oleh pembukaan diminished-seventh chord pada
bagian introduksi. Penggunaan tangga nada modern seperti tangga nada
oktatonik dan whole-tone scale memperkuat suasana mistis pada bagian ini.
Pola iringan pada movement ini menggunakan teknik penyusunan akor tanpa
memperhatikan progresi akor sebagaimana aturan pada sistem harmoni
tradisional. Teknik ini dikenal dengan istilah pandiatonik. Selain itu,
penggunaan tangga nada pentatonik mewakili unsur tradisional daerah Papua.
Penggunaan tangga nada pentatonik di bagian iringan disusun dengan
menggunakan teknik polytonal.
Movement kedua menggambarkan hasrat cinta dan perasaan yang sangat
dalam. Pemilihan dua tempo berbeda, yakni grave dan adagio cantabile
dipadukan dengan penggunaan tangga nada modus phrygian dianggap dapat
mewakili suasana yang ingin disampaikan. Bagian grave disusun ke dalam
sukat 4/4 dengan alur musik yang lebih tenang dan mengalir sebagai
gambaran tentang sebuah kesendirian. Pada bagian adagio cantabile terjadi
perubahan sukat menjadi 3/4 dengan susunan alur musik menjadi lebih hidup.
Movement ketiga merupakan karya scherzo yang berarti jenaka. Pada
bagian ini penulis mencoba menganalogikan perangai dari seekor burung
cendrawasih yang sedang menari dan meloncat-loncat mencari perhatian
pasangannya. Musik disusun dalam suasana riang dan lincah dilihat dari
teknik permainannya dan penggunaan tempo vivace. Pada bagian tengah,
musik berubah menjadi lambat dan sedih sehingga memunculkan kontras
terhadap lagu. Bagian lambat mendeskripsikan tentang ratapan seekor burung
cendrawasih terhadap pasangannya yang menjadi korban dari perburuan liar.
Pada bagian ini penulis mengadaptasi lagu folklore tentang sebuah ratapan
dari daerah Papua ke dalam sebuah komposisi baru. Pada bagian akhir lagu,
16
intensitas musikal semakin memuncak/klimaks sebagai gambaran saling
kejar-kejaran antara burung cendrawasih dan pemburu.
B. Analisis StrukturMovement I
Bentuk lagu secara keseluruhan adalah berupa Sonata form, meliputi:
Eksposisi – Development – Rekapitulasi.
Tabel 3.1 Struktur Movement I
Birama Keterangan
1 – 4 Introduksi
5 – 62 Eksposisi
4/4 - 12 Tema I (tonalitas G oktatonik)
13 - 20 Transisi (tonalitas G# oktatonik)
20- 21 Bridge/jembatan menuju repetisi tema 1
21/4 - 36 Repetisi tema I dengan variasi
37 - 55 Tema II (tonalitas C pentatonik)
56 - 62 Closing section (tonalitas G oktatonik)
63 – 190 Development
63 - 76 Tema A
77 - 99 Tema B
100 - 119 Tema A’
120 - 128 Transisi
129 - 150 Tema C
150 - 170 Tema A’’
171 - 190 Transisi menuju rekapitulasi
191 – 224 Rekapitulasi
190/4 - 198 Tema 1 (tonalitas F oktatonik)
199 - 205 Transisi (tonalitas C oktatonik)
205/4 - 224 Tema 2 (tonalitas G pentatonik)
225-231 Closing section (tonalitas G oktatonik)
232-235 Coda
17
1. Eksposisi
Notasi 3.1 Introduksi (birama 1-4)
Pada bagian introduksi, instrumen flute dan oboe memainkan akor
diminished-seventh, sementara pola iringan double bass memainkan
teknik pizzicato. Bagian Introduksi ini dimulai dengan dinamika piano
sebagai kontras terhadap tema utama. Progresi akor yang digunakan
adalah triad (Gdim7 - Cdim7) dengan pengulangan yang sama.
Notasi 3.2 Tema I (birama 4/4-12)
Notasi 3.3 Iringan Tema I (birama 5-12)
18
Tema pertama dimainkan oleh instrumen klarinet menggunakan tangga
nada G oktatonik. Iringan strings section menggunakan teknik
pandiatonik, yakni progresi akor yang dibentuk berbeda dengan progresi
akor dalam harmoni tradisional.
Notasi 3.4 Transisi (birama 13-20)
Transisi muncul setelah tema pertama dengan tambahan instrumen
pengiring trombon, tuba dan timpani. Bagian transisi ini menciptakan
tensi musikalnya menjadi semakin megah sebagai kontras terhadap tema
pertama. Terdapat modulasi pada melodi transisi yang dimainkan oleh
instrumen oboe menggunakan skala nada G# oktatonik.
Notasi 3.5 Repetisi Tema I (birama 21/4-29/2)
Tema pertama dimainkan kembali dengan mendapatkan tambahan variasi.
Bagian ini dimainkan oleh solo biola untuk menonjolkan virtuositas
pemain. Pada bagian ini, pemain solo biola diberi kesempatan untuk
19
mengeksplorasi permainannya. Teknik yang digunakan adalah interpolasi
motif dan penambahan interval kuart ke bawah pada melodi tema utama.
Notasi 3.6Tema II (birama 37-40)
Tema kedua menggunakan tangga nada C pentatonik dengan iringan
woodwind section. Teknik iringan yang digunakan adalah polytonal.
Instrumen Flute dan oboe memainkan tangga nada C pentatonik
sementara klarinet dan bassoon memainkan tangga nada F pentatonik.
Notasi 3.7 Closing section (birama 56-62)
Closing section muncul pada birama 56-62 sebagai sesi penutup dalam
Eksposisi. Melodi dimainkan biola satu dengan teknik variasi dan
interpolasi terhadap tema. Instrumen cello memainkan imitasi melodi dan
20
membentuk kontrapung terhadap melodi. Strings dan brass section
menutup sesi ini dengan dinamika forte sehingga membentuk kontras
terhadap melodi tema sebelumnya.
2. Development
Bagian development dari komposisi ini disusun berdasarkan struktur
musik yang mengadopsi struktur rondo atau disebut dengan quasi rondo.
21
Notasi 3.8 Tema A (birama 63-76)
Solo biola memainkan tema dalam tangga nada A oktatonik dengan
iringan flute, oboe, klarinet, timpani dan double bass. Melodi tema
dikembangkan dengan menggunakan teknik retrograsi dan sekuens.
Progresi akor pada iringan menggunakan teknik pandiatonik, iringan
double bass menggunakan teknik organ point sehingga menimbulkan
kesan tenang. Pada bagian akhir frase, timpani masuk sebagai counter
melodi.
22
Notasi 3.9 Tema B (birama 77-84)
Tema B diawali dengan timpani dan strings section memainkan cluster
kemudian diikuti oleh solo biola memainkan tema. Melodi dari tema
tersebut menggunakan tangga nada G whole-tone. Penggunaan jarak
interval augmented5, minor 7 dan teknik pizzicato pada iringan (birama
81-84) menggambarkan gerakan seekor burung yang sedang meloncat-
loncat. Harmonisasi pada iringan disusun menggunakan teknik
Polychord. Biola satu dan biola dua memainkan akor A augmented,
sementara biola alto, cello dan double bass memainkan akor G
augmented. Pola ritmis instrumen cello dan double bass mengimitasi pola
ritmis pukulan alat musik tifa Papua (birama 81-84).
23
Notasi 3.10 Tema A’(birama 100-106)
Tema A kembali muncul dengan mendapat variasi. Melodi dimainkan
dalam tangga nada A oktatonik dengan iringan strings section. Birama
(103-106) instrumen bassoon masuk dengan mengimitasi melodi tema.
Progresi akor pada iringan adalah susunan interval terts minor dari tangga
nada A oktatonik dan membentuk akor A-C-D#-F# (birama 100-102).
Pada birama (103-105) instrumen biola satu dan biola alto memainkan
counter melodi dengan pola kontrapung.
Notasi 3.11 Transisi (birama 120-128)
Transisi muncul sebagai jembatan menuju ke Tema C. Melodi transisi
memainkan tangga nada A pentatonik yang disusun secara bersahutan
dengan pengiring brass section dan timpani.
24
Notasi 3.12 Tema C (birama 129-139)
Melodi tema C dimainkan oleh woodwind section menggunakan teknik
polytonal. Instrumen flute dan oboe memainkan tangga nada A
pentatonik, sementara klarinet dan bassoon memainkan tangga nada D
pentatonik. Melodi pada solo biola dan strings section menjadi fungsi
sebagai iringan.
25
Notasi 3.13 Tema A”(birama 150-157)
Tema A” merupakan variasi kedua dari tema A development. Melodi
tema tersebut berubah ke dalam tangga nada A pentatonik dan
dikembangkan menggunakan teknik retrograsi dan interpolasi. Iringan
menggunakan teknik pandiatonik.
26
Notasi 3.14 Transisi tempo I (birama 171-180)
Transisi di kategorikan ke dalam dua bagian yakni: tempo I (notasi 3.14)
dan tempo II (notasi 3.15). Tempo I dibuat lebih cepat untuk
memunculkan kontras terhadap tema sebelumnya. Pada bagian ini melodi
dimainkan oleh solo biola menggunakan tangga nada pentatonik. Iringan
oleh woodwind section menggunakan teknik susunan interval dari tangga
nada C diminished yang disusun membentuk akor. Selanjutnya transisi
mendapat perubahan tempo sebagai penghubung menuju rekapitulasi.
Bagian ini menjadi sesi penutup bagian Development sekaligus menjadi
introduksi terhadap bagian Rekapitulasi. Tema transisi II dimainkan
dalam tangga nada G# oktatonik dengan pengiring strings section
menggunakan teknik pandiatonik.
Notasi 3.15 Transisi tempo II (birama 181-185)
3. Rekapitulasi
27
Notasi 3.15 Tema I (birama 190/4-194)
Melodi tema pertama dimainkan oleh instrumen horn (notasi 3.15) dalam
tangga nada C oktatonik, kemudian melodi dilanjutkan oleh instrumen
flute (notasi 3.16). Pada bagian ini melodi pada pemain solo berfungsi
sebagai pengiring. Iringan strings section menggunakan teknik
pandiatonik.
Notasi 3.16 Tema I (birama 195-198)
28
Notasi 3.17 Transisi (birama 199-202)
Pada bagian ini intensitas musikal dibuat semakin megah sehingga
membentuk kontras dan klimaks terhadap tema sebelumnya. Melodi
transisi dimainkan oleh solo biola dalam tangga nada C oktatonik. Iringan
strings section menggunakan teknik pandiatonik. Melodi pada instrumen
klarinet berfungsi sebagai kontrapung terhadap melodi utama. Instrumen
flute dan oboe memainkan melodi yang berfungsi sebagai ornamen.
29
Notasi 3.18 Transisi (birama 203-205)
Selanjutnya intensitas musikal dibuat semakin memuncak dengan
menambahkan instrumen horn (birama 203) dan melodi utama dipertebal
oleh instrumen flute dan klarinet.
Notasi 3.19 Tema II (birama 206-209)
Tema kedua menggunakan tangga nada G pentatonik dengan iringan
strings section. Teknik iringan yang menggunakan teknik polytonal. Biola
30
satu dan dua memainkan tangga nada G pentatonik sementara biola alto,
cello dan double bass memainkan tangga nada C pentatonik.
Notasi 3.20 Closing section (birama 225-231)
Closing section muncul sebagai sesi penutup pada bagian rekapitulasi
seperti halnya pada bagian eksposisi. Melodi dimainkan oleh instrumen
biola satu dengan teknik variasi dan interpolasi terhadap tema. Instrumen
cello memainkan imitasi melodi dan membentuk kontrapung terhadap
melodi. Strings dan brass section menutup sesi ini dengan dinamika forte.
Notasi 3.21Coda (birama 232-235)
Pada bagian akhir, coda muncul menjadi penutup lagu. Coda disusun
secara kontras terhadap dinamika pada closing section, dengan
menghadirkan dinamika lembut secara tiba-tiba (subito piano). Instrumen
flute dan oboe memainkan akor diminished-seventh, sementara pola
31
iringan double bass memainkan teknik pizzicato yang berangsur-angsur
menjadi pelan dan mengecil.
C. Analisis Struktur Movement II
Movement ini berbentuk two part song form, meliputi: bagian pertama dan
bagian kedua.
Tabel 3.2 Struktur Movement II
Birama Keterangan
1-44 Bagian I
1-8 Introduksi
8/2-14 Tema A
15-20 Bridge
21-27 Tema B
28-33 Repetisi tema A
33/4-37 Short cadenza
38-44 Repetisi tema B
45-119 Bagian II
45-60/2 Introduksi
60/3-88/2 Tema A
88/3-99 Tema A’
100-110 Tema B / Closing section
111-119 Coda
32
1. Bagian 1
Notasi 3.22 Introduksi (birama 1-8)
Birama 1-4 instrumen horn, trombon, dan timpani membuka bagian lagu
dengan memainkan chord Csus4(b9). Birama selanjutnya instrumen tuba
masuk dan pola iringan membentuk voicing yang disusun dengan
menggunakan teknik penyusunan interval campuran.
Notasi 3.23Tema A (birama 8-14)
33
Solo biola masuk memainkan melodi tema dengan iringan strings section.
Melodi menggunakan skala C phrygian dengan pola iringan disusun
menggunakan chord C phrygian dan teknik susunan interval campuran.
Notasi 3.24 Bridge (birama 15-20)
Melodi pada bagian bridge disusun secara bersahut-sahutan antara
woodwind section dan instrumen solo biola. Pada birama 19 instrumen
tutti masuk sehingga menciptakan kontras terhadap melodi.
34
Notasi 3.25 Tema B (birama 21-27)
Melodi dimainkan oleh solo biola dan iringan wind section dan strings
section. Pada birama dua puluh lima masuk instrumen oboe dan bassoon
sebagai counter melodi terhadap melodi tema. Tonalitas dimainkan dalam
tangga nada C phrygian.
35
Notasi 3.26 Repetisi tema A (birama 28-33)
Tema A kembali dimainkan dalam jarak interval satu oktaf ke bawah
dengan iringan instrumen horn, trombon, tuba, biola alto, cello dan
double bass mengimitasi pola iringan pada bagian tema A.
Notasi 3.27 Short Cadenza (birama 33/4-37)
Secara tidak lazim muncul sebuah short cadenza atau kadensa pendek
yang dimainkan dalam tonalitas E phrygian. Pada bagian ini penulis
mencoba menghadirkan kesan dramatis dan emosi yang menggebu-gebu
ditandai dengan penggunaan dinamika forte dan appassionato. Bagian ini
juga sekaligus menjadi sebuah introduksi atau pengenalan terhadap
tonalitas yang akan dimunculkan pada bagian selanjutnya.
36
Notasi 3.28 Repetisi tema B (birama 38-44)
Tema B muncul kembali dengan mendapat tambahan instrumen pengiring
yakni instrumen horn dan timpani. Bagian ini sekaligus menjadi closing
section atau sesi penutup bagian pertama lagu. Pada birama 42 instrumen
flute mengimitasi melodi tema dengan mendapat tambahan suara kedua
yang dimainkan dalam jarak interval kuint ke bawah. Instrumen solo biola
menutup sesi lagu dengan memainkan penggalan motif dari tema A.
37
2. Bagian II
Notasi 3.29 Introduksi (birama 45-60)
Bagian kedua menghadirkan kesan diatonis yang kuat dilihat pada
penggunaan chord extension dalam tangga nada diatonis. Melodi
introduksi dimainkan oleh instrumen flute, oboe dan klarinet secara
bergantian dalam tangga nada E phrygian. Pada setiap pergantian
instrumen, melodi disusun ke dalam jarak interval yang bervariasi, yakni
kuint, kuart, dan terts.
38
Notasi 3.30 Tema A (birama 60/3-68/2)
Tema A dimainkan oleh instrumen solo biola dalam tangga nada E
phrygian dengan iringan instrumen horn, trombon dan strings section
memainkan progresi harmoni dalam tangga nada diatonis. Pola iringan
pada instrumen cello dan double bass disusun dengan menggunakan
teknik pizzicatto untuk menghadirkan kesan ringan dan melodi tema
dimainkan secara cantabile untuk menghadirkan kesan manis dalam lagu.
39
Notasi 3.31 Tema A (birama 68/3-76/2)
Pada birama 68-72 terdapat modulasi jauh secara tiba-tiba ke dalam
tangga nada G phrygian. Birama selanjutnya melodi kembali dimainkan
ke dalam tangga nada E phrygian. Pada bagian ini, woodwind section
masuk untuk mempertebal instrumen pengiring lainnya.
40
Notasi 3.32 Tema A’ (birama 88/3-97/1)
Tema A dimainkan kembali dengan mendapat modifikasi. Pada birama
92/3-96 melodi disusun membentuk sekuens dengan dinamika berangsur-
angsur membesar hingga mencapai klimaks lagu. Woodwind section
disusun secara bersahut-sahutan memainkan counter melodi.
41
Notasi 3.33 Tema B / closing section (birama 100-110)
Melodi tema closing section dimainkan oleh isntrumen solo biola dalam
tangga nada E phrygian. Pada birama 102, instrumen horn dan cello
masuk memainkan counter melodi. Instrumen trombon dan strings section
berfungsi sebagai pengiring dengan memainkan progresi chord triad yang
mendapatkan ekstensi nada. Pada birama 105, instrumen oboe dan biola 2
masuk memainkan imitasi tema counter melodi. Sementara itu, instrumen
trumpet dan biola 1 memainkan imitasi terhadap melodi utama.
42
Notasi 3.34 Coda (birama 111-119)
Bagian coda disusun dengan menghadirkankontras terhadap klimaks lagu,
dimana intensitas musik secara berangsur-angsur semakin lembut. Melodi
dimainkan oleh instrumen solo biola dengan tutti sebagai instrumen
pengiring.
D. Analisis Struktur Movement III
Movement ini berbentuk rondo dan variasi dengan mendapat tambahan
introduksi pada bagian awal lagu. Berbeda dengan bentuk rondo pada
umumnya, setiap tema A dalam lagu ini mendapat tambahan variasi. Pada
43
bagian tengah lagu, muncul secara tidak lazim sebuah cadenza yang
dimainkan oleh solo biola.1
Tabel 3.3Struktur Movement III
Birama Keterangan
1 –6/3 Introduksi
6/4 - 43 Tema A
44 - 45 Transisi
45 - 67 Tema B
68 - 88 Tema A’(variasi 1)
89 - 93 Transisi
94 - 112 Tema C
113-144/3 Tema D
144/4-151 Tema A”(variasi 2)
158-162 Coda
Notasi 3.35 Introduksi (birama 1-6)
Bagian introduksi dibuka dengan permainan solo timpani yang mengadopsi
pola ritmik alat musik tifa Papua. Pada birama 4 instrumen double bass masuk
memainkan pola ritmik yang sama menggunakan teknik pizzicato.
1Cadenza merupakan improvisasi yang dimainkan pada bagian akhir lagu, biasanya terdapat
pada karya vokal (aria) dan solo instrumen. Oxford Dictionary of Music, cadenza. pdf
44
Notasi 3.36 Tema A (birama 6/4-14)
Melodi tema disusun dengan cara menggabungkan dua sistem tangga nada
(polytonal), yakni tangga nada pentatonik dan whole-tone scale. Melodi tema
A dimainkan oleh solo biola dalam tangga nada C pentatonik dan C whole-
tone. Iringan woodwind section disusun berdasarkan whole-tone scale,
sementara timpani dan double bass secara konstan memainkan pola ritmik
yang sama.
Notasi 3.37 Tema A (birama 25/3-33)
Pada birama 25/3 tema A berpindah tonalitas menjadi G pentatonik dan G
whole-tone.
45
Notasi 3.38 Tansisi (birama 44-45)
Transisi muncul sebagai jembatan menuju ke tema B. Teknik yang digunakan
adalah polychord, yakni menggabungkan dua akor yang berbeda (D
augmented/C augmented).
Selanjutnya, tema B muncul dan melodi dimainkan oleh woodwind section.
Melodi disusun dua suara ke dalam whole-tone scale secara bergantian antara
instrumen klarinet, flute, dan bassoon. Tema B mendapat perubahan tempo,
yakni dari tempo presto menjadi allegro.
Notasi 3.39 Tema B (birama 46-49)
46
Instrumen klarinet memainkan melodi dalam C whole-tonescale dengan suara
dua memainkan interval jarak terts ke bawah.
Notasi 3.40 Tema B (birama 50-53)
Instrumen flute memainkan melodi dalam D whole-tone scale dengan suara
dua memainkan interval jarak kuint ke bawah.
Notasi 3.41 Tema B (birama 54-56)
Instrumen bassoon memainkan melodi dalam E whole-tone scale. Pada
bagian ini, terdapat dua kali transposisi nada, yakni nada F dan G. Melodi
pada suara dua memainkan interval jarak septim ke bawah.
Notasi 3.42 Iringan tema B (birama 46-56)
47
Iringan pada tema B dimainkan oleh instrumen strings section, dengan
menggunakan teknik pizzicato. Bagian ini memunculkan kesan seekor burung
cendrawasih yang sedang meloncat-loncat.
Notasi 3.43 Tema B (birama 57-62)
Melodi tema B kembali dimainkan oleh instrumen solo biola, dengan
mengimitasi melodi tema seperti pada instrumen klarinet, flute, dan bassoon.
Iringan dimainkan oleh instrumen strings section dengan tambahan instrumen
klarinet, trombon, dan tuba. Pada bagian ini, menggambarkan gerak-gerik
seekor burung yang tidak stabil meloncat kesana kemari. Ketukan berat
berada di ketukan kedua dan keempat, dengan aksen yang disusun secara
berpindah-pindah.
48
Notasi 3.44 Tema A’ (birama 68-74)
Pada bagian ini, tema A muncul dengan mendapat tambahan variasi terhadap
melodi utama. Pola ritmik pada melodi utama disusun ke dalam bentuk triol
dan menggunakan teknik staccato.
Notasi 3.45 Transisi (birama 89-93)
Selanjutnya, muncul transisi sebagai jembatan menuju tema C. Melodi transisi
dimainkan oleh instrumen trumpet dalam tangga nada C mayor. Iringan
49
dimainkan oleh instrumen strings section yang disusun menggunakan teknik
harmoni cluster.
Notasi 3.46 Tema C (birama 94-103)
Tema C disusun ke dalam tempo largo untuk memunculkan kesan sedih.
Melodi utama dimainkan oleh intrumen solo biola dalam tangga nada C
pentatonik dengan iringan strings section disusun ke dalam teknik polytonal.
Instrumen biola 1 dan piccolo memainkan melodi suara dua sebagai
kontrapung terhadap melodi utama.
Notasi 3.47 Tema C (birama 104-112)
50
Pada bagian ini, instrumen klarinet masuk dengan mengimitasi melodi suara
dua pada instrumen piccolo. Biola satu dan dua memainkan teknik “free
slide” untuk menggambarkan tiupan angin dan suasana yang tenang.
Notasi 3.48 Tema D (birama 113-120)
Tema D disusun ke dalam tangga nada A whole-tone. Pada bagian awal,
melodi utama dimainkan oleh instrumen oboe dan klarinet memainkan suara
dua yang memiliki jarak kuint ke bawah. Selanjutnya, instrumen solo biola
masuk memainkan melodi utama dengan menggunakan con sordino.2 Iringan
dimainkan oleh instrumen cello dan double bass menggunakan teknik
pizzicato.
2Con sordino - with mute
51
Notasi 3.49Tema A” (birama 144/3-151)
Variasi kedua tema A disusun menggunakan teknik contrary motion. Melodi
tema dimainkan secara bergantian antara instrumen solo biola, biola (1 & 2)
dan flute.
Notasi 3.50 Coda (birama 158-162)
top related