bab ii tinjauan pustaka - sinta.unud.ac.id ii.pdf · bab ii ini menjelaskan mengenai beberapa teori...
Post on 07-Feb-2018
213 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab II ini menjelaskan mengenai beberapa teori umum yang menunjang
Laporan Tugas Akhir.
2.1 State of the Art
Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai hamparan wilayah
yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui
anak-anak sungai serta keluar pada satu titik (outlet). Pengelolaan DAS
merupakan suatu kegiatan di dalam melestarikan sumber daya alam dan
lingkungan.
Berkaitan dengan pengelolaan DAS, berbagai studi telah dilakukan untuk
mendukung analisis dan pengambilan keputusan terkait tata guna lahan dan
pemanfaatan sumber daya air. Salah satunya melalui pendekatan karakteristik
parameter fisik DAS dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis
(SIG) yang disulkan oleh Sifurridzal, Donny Harisuseno dan M. Basri mahasiswa
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Perairan Universitas Brawijaya, Malang.
Ketiga mahasiwa tersebut melakukan penelitian untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengolahan DAS menggunakan data morfologi DAS dan morfometri
DAS yang didapat dari hasil pemanfatan model ketinggian digital atau Digital
Elevation Model (DEM) satelit pengindraan jarak jauh dalam analisis morfometri
DAS dengan bantuan SIG.
Menggunakan Digital Elevation Model (DEM) satelit pengindraan jarak
jauh untuk mendapatkan data spasial bukanlah hal yang buruk, karena hal ini akan
memudahkan pengembang untuk memetakan sebuah lokasi, walaupun tetap
memiliki kekurangan, selain mengunakan Digital Elevation Model (DEM) satelit
pengindraan jarak jauh, pengumpulan data juga sebaiknya dilakukan secara
manual yaitu melakukan pengumpulan data ke dinas terkait agar titik lokasi
7
penelitian bisa diketahui dengan akurat. (Sifurridzal, Donny Harisuseno dan M.
Basri, 2012)
Mahasiswa UKRIM Yogyakarta Edy Harseno dan Vickey Igor R
Tampubolon melakukan penelitian dalam memetakan batas administrasi, tahan,
geologi, penggunaan lahan, lereng DIY, dan Daerah Aliran Sungai di Jawa
Tengah menggunakan Arcview GIS. Penelitian mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
ini tidak hanya mendata namun juga merepresentasikan data spasial maupun data
atribut yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta yakni data batas
administrasi, data tanah, data geologi, data landuse (penggunaan lahan), data
kemiringan lereng, dan data Daerah Aliran Sungai (DAS) di Jawa Tengah, akan
tetapi pendataan dan pemetaannya masih sedikit kurang sesuai harapan
dikarenakan proses penampilan peta pada sistem masih memerlukan proses yang
lama dan database sistem tidak bersifat global. (Edy Harseno dan Vickey Igor R
Tampubolon, 2009).
Dinas Pekerjaan Umum Bali BWS-Bali Penida Bali selama ini telah
memanfaatkan ArcGis untuk melakukan pendataan dan pemetaan Daerah Aliran
Sungai yang jauh lebih efisien seperti yang terlihat pada website resmi BWS Bali-
Penida. Database sistem ini bersifat global dan dapat diakses darimana saja
asalkan user atau pengakses sudah terdaftar di database, namun hal ini masih
memiliki kekurangan yaitu tidak diketahuinya koordinat dari batas Daerah Aliran
Sungai serta panjang sungai berdasarkan polyline di peta ArcGIS. Penelitian kali
ini dilakukan untuk menangani kekurangan tersebut.
2.2 Sungai
Sungai adalah salah satu ekosistem perairan yang dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik oleh aktivitas alam maupun aktivitas manusia di Daerah Aliran
Sungai (DAS). Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang
terbentuk secara alami, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di
bagian hilir. Air hujan yang jatuh diatas permukaan bumi dalam perjalanannya
sebagian kecil menguap dan sebagian besar mengalir dalam bentuk-bentuk kecil,
kemudian menjadi alur sedang seterusnya mengumpul menjadi satu alur besar
8
atau utama, sehingga dapat dikatakan sungai berfungsi menampung curah hujan
dan mengalirkannya ke laut. (Loebis et al., 1993, hlm: 3)
2.3 Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai hamparan wilayah
yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui
anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet). (Dunne dan Leopold, 1978)
Menurut I Made Sandy (1985), seorang Guru Besar Geografi Universitas
Indonesia, Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah bagian dari muka bumi, yang
airnya mengalir ke dalam sungai yang bersangkutan apabila terjadi hujan.
Menurut Asdak (2002), ekosistem DAS biasanya dibagi menjadi daerah
hulu, tengah, dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu merupakan daerah
konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, dengan kemiringan lereng
lebih besar dari 15%, yang bukan daerah banjir dan pengaturan pemakaian air
ditentukan oleh pola drainase, dan jenis vegetasi atau tumbuhan yang tumbuh
disekitarnya. Daerah hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan dengan
kemiringan lereng kecil (kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan
daerah banjir. Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi, dan
jenis vegetasi didominasi oleh tanaman pertanian kecuali daerah estuari yang
lebih didominsi hutan gambut/bakau. DAS bagian tengah merupakan daerah
transisi dari kedua karakteristik biogeofisik yang berbeda dengan DAS di atas.
Perubahan tata guna lahan dibagian hulu DAS seperti reboisasi, pembalakan
hutan, deforestasi, budidaya yang mengabaikan kaidah-kaidah konservasi akan
berdampak pada bagian hilirnya, sehingga DAS bagian hulu mempunyai fungsi
perlindungan dari segi tata air. Faktor tersebut menyebabkan fokus perencanaan
pengelolaan DAS sering kali di DAS bagian hulu, mengingat adanya keterkaitan
biofisik melalui daur hidrologi. Pengelolaan DAS merupakan suatu bentuk
pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai unit pengembangannya.
Ada tiga aspek utama yang selalu menjadi perhatian dalam pengelolaan DAS
yaitu jumlah air (water yield), waktu penyediaan (water regime) dan sedimen.
9
DAS dapat dipandang sebagai suatu sistem hidrologi yang dipengaruhi
oleh pengubah presipitasi (hujan) sebagai masukan ke dalam sistem. DAS
mempunyai karakter yang spesifik serta berkaitan erat dengan unsur-unsur
utamanya seperti jenis tanah, topografi, geologi, geomorfologi, vegetasi dan tata
guna lahan. Karakteristik DAS dalam merespon curah hujan yang jatuh di tempat
tersebut dapat memberi pengaruh terhadap besar kecilnya evapotranspirasi,
infiltrasi, perkolasi, aliran permukaan, kandungan air tanah, dan aliran sungai
(Seyhan, 1977).
Air hujan yang jatuh di dalam DAS akan mengalami proses yang dikontrol
oleh sistem DAS menjadi aliran permukaan (surface runoff), aliran bawah
permukaan (interflow) dan aliran air bawah tanah (ground water flow). Ketiga
jenis aliran tersebut akan mengalir menuju sungai, yang tentunya membawa
sedimen dalam air sungai tersebut. Daerah Aliran Sungai dianggap sebagai sistem,
sehingga perubahan yang terjadi disuatu bagian akan mempengaruhi bagian yang
lain dalam DAS (Grigg, 1996).
Bagian hilir dari DAS pada umumnya berupa kawasan budidaya pertanian,
tempat pemukiman (perkotaan), industri, waduk untuk pembangkit tenaga listrik,
perikanan dan lain-lain. Daerah bagian hulu DAS biasanya diperuntukan bagi
kawasan resapan air, dengan demikian keberhasilan pengelolaan DAS bagian hilir
adalah tergantung dari keberhasilan pengelolaan kawasan DAS pada bagian
hulunya. Kerusakan DAS dapat ditandai oleh perubahan perilaku hidrologi,
seperti tingginya frekuensi kejadian banjir (puncak aliran) dan meningkatnya
proses erosi dan sedimentasi. Kondisi ini disebabkan belum tepatnya sistem
penanganan dan pemanfaatan DAS (Brooks et al, 1989).
2.3.1 Pengolahan Daerah Aliran Sungai
Tujuan umum pengelolaan DAS yang berkelanjutan adalah yang diukur
dari pendapatan, produksi, teknologi dan erosi. Teknologi yang dimaksud adalah
teknologi yang dapat dilakukan oleh petani dengan pengetahuan lokal tanpa
intervensi dari pihak luar dan teknologi tersebut dapat direplikasi berdasarkan
faktor-faktor sosial budaya petani itu sendiri. Erosi yang terjadi harus lebih kecil
10
dari erosi yang dapat ditoleransikan agar kelestarian produktivitas dapat
dipertahankan. (Sinukaban, 2007)
Tujuan akhir pengelolaan DAS adalah terwujudnya kondisi yang lestari
dari sumber daya vegetasi, tanah dan air sehingga mampu memberikan manfaat
secara optimal dan berkesinambungan bagi kesejahteraan manusia. Manfaat yang
optimal dan berkesinambungan akan tercapai apabila sumber daya alam dan
lingkungan dikelola dengan baik. (Mangundikoro, 1985)
Hal yang sama dikemukakan oleh Haeruman (1985) yang mendefinisikan
pengelolaan DAS sebagai pengelolaan sumber daya lahan, hutan dan air untuk
tujuan produksi air secara optimum baik kuantitas maupun kualitasnya,
meningkatkan stabilitas tanah dan melindungi lahan.
Upaya pokok untuk mencapai tujuan akhir dari pengelolaan DAS yaitu
terwujudnya kondisi yang optimal dari sumber daya hutan, tanah dan air, maka
kegiatan pengelolaan DAS adalah :
1. Pengelolaan lahan melalui usaha konservasi tanah dalam arti yang luas.
2. Pengelolaan air melalui pengembangan sumber daya air.
3. Pengelolaan hutan, khususnya pengelolaan hutan yang memiliki fungsi
perlindungan terhadap tanah dan air.
4. Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia dalam penggunaan
sumber daya alam secara bijaksana melalui usaha perencanaan dan
penyuluhan.
Dasar pertimbangan pentingnya penggunaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
sebagai unit pengelolaan sumber daya alam tanah, air dan hutan adalah bahwa
DAS merupakan unit hidrologi yang memiliki unsur-unsur biogeosistem dan
manusia dengan aktivitas budidayanya, oleh karena itu DAS tepat sekali
digunakan sebagai unit perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
konservasi pengelolaan sumber daya alam. (Asdak, 1995)
Upaya yang dapat dilakukan untuk memperlambat proses degradasi fungsi
DAS dalam pengembangan dan pengelolaannya, pada dasarnya ditujukan untuk
memelihara dan meningkatkan fungsi hidrologis DAS sehingga diperoleh hasil air
11
yang tinggi dan merata sepanjang tahun, tingkat erosi, sedimentasi rendah serta
produktivitas lahan tinggi. DAS lentur terhadap goncangan perubahan yang
terjadi (resillient), dan membina terlaksananya unsur-unsur pemerataan (equity)
bagi petani. (Arsyad et al, 1985)
Memaksimalkan fungsi sejumlah komponen yang bekerja dalam sistem
DAS, seperti vegetasi, tanah, air dan faktor penggunaan lahan merupakan salah
satu cara yang dapat ditempuh untuk mencapai upaya tersebut.
2.3.2 Morfometri Daerah Aliran Sungai
Morfomeri Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah istilah yang digunakan
untuk menyatakan keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif, keadaan yang
dimaksud untuk analisa aliran sungai seprti yang dikutip dari jurnal Taufik Hery
Purwanto yang merupakan staf pengajar prodi D3 PJSIG SV UGM meliputi: Orde
dan Tingkat Percabangan Sungai
1. Orde Sungai adalah alur sungai dalam suatu DAS dapat dibagi dalam
beberapa orde sungai. Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai
di dalam urutannya terhadap induk sungai di dalam suatu DAS, dengan
demikian makin banyak jumlah orde sungai akan semakin luas pula
DASnya dan akan semakin panjang pula alur sungainya.
Tingkat percabangan sungai (bufurcation ratio) adalah angka atau indeks
yang ditentukan berdasarkan jumlah alur sungai untuk suatu orde. Untuk
menghitung tingkat percabangan sungai dapat digunakan rumus:
𝑅𝑏 = 𝑁𝑢/𝑁𝑢 + 1 .............................................................(4)
Keterangan:
Rb = Indeks tingkat percabangan sungai
Nu = jumlah alur sungai untuk orde ke u
Nu + 1 = jumlah alur sungai untuk orde ke u + 1
Adapun karakteristik dari tiap nilai Rbnya yaitu:
Tabel 2.1 Karakteristik Nilai Rb
No Rb Keterangan
1 <3 Kenaikan muka air banjir dengan cepat, tetapi
penurunannya berjalan cepat.
12
2 3 – 5 Kenaikan muka air banjir tidak terlalu cepat, sedangkan
penurunannya tidak terlalu cepat juga (sedang).
3 >5 Kenaikan muka air banjir dengan cepat sedangkan
penurunannya berjalan lambat (abnormal)
2. Kerapatan sungai
Kerapatan sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan
banyaknya anak sungai di dalam suatu DAS. Indeks tersebut diperoleh
dengan persamaan sebagai berikut:
𝐷𝑑 = 𝐿/𝐴 .........................................................................(5)
Keterangan:
Dd = indeks kerapatan sungai (km/km2)
L = jumlah panjang sungai termasuk anak-anak sungainya
A = Luas DAS (km2)
Karakteristik dari nilai indeks kerapatan sungai (Dd) terdapat pada tabel.
Tabel 2.2 Karakteristik Nilai Indeks Kerapatan Sungai
No Dd
(km/km2)
Kelas
Kerapatan
Keterangan
1 <0,25 Rendah Alur sungai melewati batuan dengan
resistensi keras, maka angkutan sedimen
yang terangkut aliran sungai lebih kecil jika
dibandingkan pada alur sungai yang
melewati batuan dengan resistensi yang
lebih lunak, apabila kondisi lain yang
mempengaruhinya sama.
2 0,25-10 Sedang Alur sungai melewati batuan dengan
resistensi yang lebih lunak, sehingga
angkutan sedimen yang terangkut aliran
akan lebih besar.
3 10-25 Tinggi Alur sungai melewati batuan dengan
resistensi yang lunak, sehingga angkutan
sedimen yang terangkut aliran akan lebih
besar.
4 <25 Sangat
tinggi
Alur sungai melewati batuan yang kedap
air. Keadaan ini akan menunjukkan bahwa
air hujan yang menjadi aliran akan lebih
besar jika dibandingkan dengan suatu
daerah dengan Dd rendah melewati batuan
permeabilitas besar
Sumber: Soewarno, 1991
13
3. Bentuk Daerah Aliran Sungai
Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Menurut Gregari dan Walling
(1975), untuk menentukan bentuk DAS dapat diketahui dengan terlebih
dahulu menentukan nilai Rc nya.
𝑅𝑐 = 4п𝐴/𝑃2 .....................................................................(6)
Keterangan:
Rc = Basin circularity
A = Luas DAS (m2)
P = Keliling (m)
п = 3,14
Karakteristik dari nilai Basin circularity yaitu:
Tabel 2.3 Karakteristik Nilai Basin Circulaity
No Rc Keterangan
1 >0,5 Bentuk Daerah Aliran Sungai membulat, debit puncak
datangnya lama, begitu juga penurunannya.
2 <0,5 Bentuk Daerah Aliran Sungai memanjang, debit puncak
datangnya cepat, begitu juga penurunannya.
Sumber: Soewarno, 1991
Bentuk DAS mempunyai arti penting dalam hubungannya dengan aliran
sungai, yaitu berpengaruh terhadap kecepatan aliran yang terpusat.
4. Pola Pengairan Sungai
Sungai di dalam semua DAS mengikuti suatu aturan yaitu bahwa aliran
sungai dihubungkan oleh suatu jaringan suatu arah dimana cabang dan
anak sungai mengalir ke dalam sungai induk yang lebih besar dan
membentuk suatu pola tertentu. Pola itu tergantungan dari pada kondisi
tofografi, geologi, iklim, vegetasi yang terdapat di dalam DAS
bersangkutan. Pola-pola pengairan sungai memiliki beberapa jenis, yaitu:
a. Pola Trellis memperlihatkan letak anak-anak sungai yang paralel
menurut strike atau topografi yang paralel. Anak-anak sungai
bermuara pada sungai induk secara tegak lurus. Pola Pengaliran
Trellis mencirikan daerah pegunungan lipatan (folded mountains).
14
Induk sungai mengalir sejajar dengan strike, mengalir di atas struktur
synclinal, sedangkan anak-anak sungainya mengalir sesuai deep dari
sayap-sayap synclinal dan anticlinal-nya, jadi anak-anak sungai juga
bermuara tegak lurus terhadap induk sungainya.
b. Pola Rektanguler dicirikan oleh induk sungainya memiliki kelokan
sebanyak ± 900 buah, arah anak-anak sungai (tributary) terhadap
sungai induknya berpotongan tegak lurus. Biasanya ditemukan di
daerah pegunungan patahan (block mountains). Pola seperti ini
menunjukkan adanya pengaruh joint atau bidang-bidang dan/atau
retakan patahan escarp-escarp atau graben-graben yang saling
berpotongan.
c. Pola Denritik adalah pola sungai dimana anak-anak sungainya
(tributaries) cenderung sejajar dengan induk sungainya. Anak-anak
sungainya bermuara pada induk sungai dengan sudut lancip. Model
Pola Denritis seperti pohon dengan tatanan dahan dan ranting sebagai
cabang-cabang dan anak-anak sungainya. Pola ini biasanya terdapat
pada daerah berstruktur plain, atau pada daerah batuan yang sejenis
(seragam, homogen) dengan penyebaran yang luas.
d. Pola Radial Sentripugal adalah pola pengaliran beberapa sungai
dimana daerah hulu sungai-sungai itu saling berdekatan seakan
terpusat pada satu titik tetapi muaranya menyebar, masing-masing ke
segala arah. Pola pengaliran radial terdapat di daerah gunung api atau
topografi bentuk kubah seperti pegunungan dome yang berstadia
muda, hulu sungai-sungai berada di bagian puncak, tetapi muaranya
masing-masing menyebar ke arah yang lain, ke segala arah.
e. Pola Radial Sentripetal adalah kebalikan dari pola radial yang
menyebar dari satu pusat. Pola sentripetal ini justru memusat dari
banyak arah. Pola ini terdapat pada satu cekungan (basin), dan
biasanya bermuara pada satu danau. Daerah beriklim kering dimana
air danau tidak mempunyai saluran pelepasan ke laut karena
15
penguapan sangat tinggi, biasanya memiliki kadar garam yang tinggi
sehingga terasa asin.
f. Pola Paralel adalah pola pengaliran yang sejajar. Pola pengaliran
semacam ini menunjukkan lereng yang curam. Beberapa wilayah di
Pantai Barat Sumatera memperlihatkan pola pengaliran paralel.
g. Pola Annular adalah pola pengaliran cenderung melingkar seperti
gelang tetapi bukan meander yang terdapat pada daerah berstruktur
dome (kubah) dan topografinya telah berada pada stadium dewasa.
Daerah dome yang semula (pada stadium remaja) tertutup oleh
lapisan-lapisan batuan endapan yang berselang-seling antara lapisan
batuan keras dengan lapisan batuan lembut.
2.4 Data Spasial
Data spasial adalah sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki
sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian
penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial)
dan informasi deskriptif (attribute) yang dapat dijelaskan sebagai berikut ini :
1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat
geografi (lintang dan bujur) dan sebuah koordinat, termasuk diantaranya
informasi datum dan proyeksi.
2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang
memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya :
jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos dan sebagainya.
2.4.1 Informasi Lokasi
Informasi lokasi atau geometri milik suatu objek spasial dapat dimasukkan
ke dalam beberapa bentuk seperti berikut :
1. Titik (dimensi nol-point)
Titik adalah representasi grafis atau geometri yang paling sederhana bagi
objek spasial. Representasi ini tidak memiliki dimensi, tetapi dapat
diidentifikasikan di atas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor
dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Skala peta menentukan
16
apakah suatu objek akan ditampilkan sebagai titik atau polygon. Unsur-
unsur bangunan pada peta skala besar akan ditampilkan sebagai polygon,
sedangkan pada skala kecil akan ditampilkan sebagai unsur-unsur titik.
Gambar 2.1 Point atau Marker
Format titik adalah koordinat tunggal, tanpa panjang dan tanpa luasan.
Marker atau titik biasanya digunakan untuk merepresetasikan sebuah
bangunan atau lokasi.
2. Garis (satu dimensi-line atau polyline)
Garis adalah bentuk geometri linier yang akan menghubungkan paling
sedikit dua titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek-objek yang
berdimensi satu. Batas-batas objek geometri polygon juga merupakan
garis-garis, demikian pula dengan jaringan listrik, jaringan komunikasi,
pipa air minum, saluran buangan, dan utility lainnya dapat
direpresentasikan sebagai objek dengan bentuk geometri garis. Hal ini
akan bergantung pada skala peta yang menjadi sumbernya atau skala
representasi akhirnya.
17
Gambar 2.2 Polyline
Format garis memiliki sedikitnya dua koordinat dengan sebuah panjang
Polyline atau garis biasanya digunakan untuk merepresetasikan sebuah
jalan, aliran sungai atau saluran kabel telepon.
3. Polygon (dua dimensi-area)
Geometri polygon digunakan untuk merepresentasikan objek-objek dua
dimensi. Unsur-unsur spasial seperti danau, batas propinsi, batas kota,
batas persil tanah milik adalah beberapa contoh tipe entitas dunia nyata
yang pada umumnya direpresentasikan sebagai objek-objek dengan
geometri polygon.
18
Gambar 2.3 Polygon
Representasi ini masih akan bergantung pada skala petanya atau sajian
akhirnya. Contohnya adalah tanah persil dan bangunan.
2.4.1.1 Sumber Data Spasial
Salah satu syarat Sistem Informasi Geografis adalah data spasial yang
dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain:
1. Peta Analog
Peta Analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu
peta dalam bentuk cetak. Umumnya, Peta Analog dibuat dengan teknik
kartografi, kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat,
skala, arah mata angin dan sebagainya. Tahapan SIG sebagai keperluan
sumber data, peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara
format raster diubah menjadi format vektor melalui proses digitasi
sehingga dapat menunjukkan koordinat sebenarnya di permukaan bumi.
2. Data Sistem Penginderaan Jauh
Data penginderaan jauh (antara lain citra satelit, foto udara dan
sebagainya) merupakan sumber data yang terpenting bagi Sisem Informasi
Geografis karena ketersediannya secara berkala dan mencakup area
tertentu. Satelit yang bermacam di ruang angkasa dengan spesifikasinya
masing-masing dapat memberikan berbagai jenis citra satelit untuk
19
beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam
format raster.
3. Data Hasil Pengukuran Lapangan
Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik
perhitungan tersendiri, pada umumnya data ini merupakan sumber data
atribut, contohnya adalah batas administrasi, batas kepemilikan lahan,
batas persil, batas hak pengusahaan hutan dan lain-lain.
4. Data GPS (Global Positioning System)
Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data
bagi Sisem Informasi Geografis. Keakuratan pengukuran GPS semakin
tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini bisanya
direpresentasikan dalam format vector.
2.4.2 Informasi Atribut
Data Deskriptif merupakan uraian atau atribut data spasial (anotasi, tabel,
hasil pengukuran, kategori objek, penjelasan hasil analisis atau prediksi dan lain-
lain). Data non-spasial dapat dimasukkan ke dalam beberapa bentuk sebagai
berikut:
1. Format Tabel
Kata-kata, kode alfanumerik, angka-angka. Contohnya adalah hasil proses,
indikasi dan atribut.
2. Format Laporan
Teks, deskripsi. Contohnya perencanaan, laporan proyek dan pembahasan.
3. Format Pengukuran
Angka-angka, hasil. Contohnya adalah jarak, inventarisasi dan luas
4. Format grafik anotasi
Kata-kata, angka-angka, symbol. Contohnya adalah nama objek, legenda,
grafik atau peta.
Contoh dari data spasial adalah closed area yang menghubungkan posisi-
posisi geografis di lokasi sebuah perumahan.
20
2.5 Sistem
Kata sistem berasal dari Bahasa Yunani yaitu systema, yang mempunyai
pengertian sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara
teratur dan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. (Vaza,2006)
Hamalik 2002 (dalam Zakir 2007) menjelaskan bahwa sistem secara teknis
berarti seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk
mencapai suatu tujuan.
Mudyharjo 1993 (dalam Zakir 2007) mendefinisikan sistem sebagai suatu
kesatuan dari berbagai elemen atas bagian-bagian yang mempunyai hubungan
fungsional dan berinteraksi secara dinamis untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Kesimpulan dari ketiga definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan erat
satu dengan lainya untuk mencapai tujuan bersama.
2.6 Informasi
Kata inform sejatinya adalah berarti memberi bentuk, dan informasi
ditujukan untuk membentuk orang yang mendapatkannya sehingga memiliki
pandangan atau wawasan yang berbeda (dibandingkan sebelum memperoleh
informasi). Barry E. Cusing 983, (dalam Riasetiawan, 2007) mendefinisikan
sistem informasi sebagai “An organized means of colleting, entering and
processing data, and of storing, managing, controllingm and reporting
information so that an organization can achieve its objectives and goal”.
Sementara itu Gelinas, Oram dan Wiggins 1990 (dalam Riasetiawann
2007) mendefinisikan sistem informasi sebagai “A man made system that
generally consists of an integrated set of computerbased and manual components
establish to collect, store , and manage data, and to provide output information to
users”.
Definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi
adalah suatu cara yang terorganisir mengumpulkan, memasukkan dan memproses
data, mengendalikan dan menghasilkan informasi dengan berbasis proses manual
atau komputer untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi. Keberhasilan suatu
21
sistem informasi yang diukur berdasarkan maksud pembuatannya, yang
bergantung pada tiga faktor utama yaitu keserasian dan mutu data,
pengorganisasian data dan tata cara penggunaannya. (Cook, 1977 dalam
Notohadiprawiro, 2006)
2.7 Sistem Informasi Gegrafis
Definisi Sistem Informasi Geografis sangat beragam, karena defenisi
Sistem Informasi Geografis yang selalu berkembang, bertambah dan sangat
bervariasi. Beberapa definisi Sistem Informasi Geografis adalah sebagai berikut :
1. Kang-Tsung Chang (2002), mendefinisikan SIG sebagai “is an a
computer system for capturing, storing, querying, analyzing, and
displaying geographic data.”
2. Arronoff (1989), mendefinisiskan Sistem Informasi Geografis sebagai
suatu sitem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam
menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen
data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi, analisis data,
dan keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil akhir (output) dapat
dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang
berhubungan dengan geografi.
3. Menurut Gistut (1994), Sistem Informasi Geografis adalah sistem yang
dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu
mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-
karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. Sistem
Informasi Geografis yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi
yang diperlukan yaitu data spasial, perangkat keras, perangkat lunak dan
struktur organisasi.
4. Burrough (1986) mendefinisikan Sistem Informasi Geografis adalah
sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memasukan, menyimpan,
mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai
referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan
pemetaan dan perencanaan.
22
Simpulan dari defenisi-definisi di atas adalah Sistem Informasi Geografis
terdiri atas beberapa subsistem yaitu data input, data output, data management ,
data manipulasi dan analisis. (Prahasta, 2005)
2.7.1 Fungsi Sistem Informasi Geografis
Fungsi utama Sistem Informasi Geografis pada awalnya adalah untuk
melakukan analisis data spasial. Pemrosesan data geografik pada Sistem Informasi
Geografis bukanlah penemuan baru. Pemrosesan data geografik sudah lama
dilakukan oleh berbagai macam bidang ilmu, yang membedakannya dengan
pemrosesan lama hanya pada penggunaan data digital. Fungsi-fungsi dasar dalam
Sistem Informasi Geografis adalah sebagai berikut:
1. Akuisisi data dan proses awal yang meliputi digitasi, editing,
pembangunan topologi, konversi format data, pemberian atribut dan lain-
lain.
2. Pengelolaan database yang meliputi pengarsipan data, permodelan
bertingkat, pemodelan jaringan pencarian atribut dan lain-lain.
3. Pengukuran keruangan dan analisis yang meliputi operasi pengukuran,
analisis daerah penyanggga, overlay dan lain-lain.
4. Penayangan grafis dan visualisasai meliputi transformasi skala,
generalisasi, peta topografi, peta statistik dan tampilan perspektif.
2.7.2 Subsistem Sistem Informasi Geogafis
Menurut Prahasta, 2005, SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem
sebagai berikut :
1. Data Input
Subsitem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data
spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini juga bertanggung
jawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan format-format data
aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.
2. Data Output
23
Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau
sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk
hardcopy seperti tabel, grafik, peta dan lain-lain.
3. Data Manajemen
Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut
kedalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-
update dan di-edit.
4. Analisis dan Manipulasi Data
Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh
Sistem Informasi Geografis, selain itu subsistem ini juga melakukan
manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang
diharapkan.
2.7.3 Cara Kerja Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis dapat menyajikan real world (dunia nyata)
pada monitor sebagaimana lembaran peta dapat merepresentasikan dunia nyata
diatas kertas. SIG memiliki kekuatan lebih dan fleksibilitas dari pada lembaran
pada kertas. Peta merupakan representasi grafis dari dunia nyata, objek-objek
yang dipresentasikan di atas peta disebut unsur peta atau map features, contohnya
adalah sungai, taman, kebun, jalan dan lain-lain.
Sistem Informasi Geografis menyimpan semua informasi deksriptif unsur-
unsurnya sebagai atribut di dalam basis data karena peta mengorganisasikan
unsur-unsur berdasarkan lokasi-lokasinya. SIG membentuk dan menyimpannya di
dalam tabel-tabel (relasional) dengan demikian, atribut-atribut ini dapat diakses
melalui lokasi-lokasi atau unsur-unsur peta dan sebaliknya, unsur-unsur peta juga
dapat diakses melalui atribut-atributnya. (Prahasta Eddy 2005)
2.7.4 Kemampuan Sistem Informasi Geografis
Kemampuan SIG adalah dapat dilihat dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
24
1. What is that.
Pertanyaan yang mengacu dalam mencari keterangan (atribut-atribut) atau
deskripsi mengenai suatu unsur peta yang terdapat pada posisi-posisi yang
ditentukan.
2. Where is it.
Pertanyaan ini mengidentifikasi unsur peta yang dideskripsinya (salah satu
atau lebih atributnya) ditentukan, sebagai contoh Sistem Informasi
Geografis dapat menentukan lokasi yang sesuai untuk mengembangan
lahan pertanian tanaman lada yang memiliki beberapa kriteria yang harus
dipenuhi.
3. How has it changed.
Pertanyaan ini maksudnya adalah sebuah pertanyaan kecenderungan,
mengidentifikasi kecenderungan perubahan trend spasial dari berbagai
unsur-unsur peta.
4. What spatial patterns exist.
Pertanyaan ini lebih menekankan pada keberadaan pola-pola yang terdapat
di dalam data spasial (juga atribut) suatu Sistem Informasi Geografis.
Sistem Informasi Geografis mampu merepresentasikan penyimpangan data
aktual terhadap pola-pola yang sudah biasa dikenali oleh Sistem Informasi
Geografis.
2.7.5 Aplikasi dan Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah
dalam mendapatkan data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu
lokasi atau objek. Data yang diolah dalam Sistem Informasi Geografis pada
dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital. Sistem ini
merelasikan data spasial (lokasi geografis) dengan data non spasial, sehingga para
penggunanya dapat membuat peta dan menganalisa informasinya dengan berbagai
cara. Sistem Informasi Geografis merupakan alat yang handal untuk menangani
data spasial, karena dalam Sistem Informasi Geografis data dipelihara dalam
bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak,
25
tabel, atau dalam bentuk konvensional lainya yang akhirnya akan mempercepat
pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan. (Barus dan Wiradisastra, 2000
dalam As Syakur 2007). Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa perlu
menggunakan Sistem Informasi Geografis, menurut (Anon 2003, dalam As
Syakur 2007) alasan yang mendasarinya adalah:
1. Sistem Informasi Geografis menggunakan data spasial maupun atribut
secara terintergarsi.
2. Sistem Informasi Geografis dapat memisahkan antara bentuk presentasi
dan database.
3. Sistem Informasi Geografis memiliki kemampuan menguraikan unsur-
unsur yang ada dipermukaan bumi ke dalam beberapa layer atau coverage
data spasial.
4. Sistem Informasi Geografis memiliki kemampuan yang sangat baik dalam
menvisualisasikan data spasial berikut atributnya.
5. Semua operasi Sistem Informasi Geografis dapat dilakukan secara
interaktif.
6. Sistem Informasi Geografis dengan mudah menghasilkan peta-peta
tematik.
7. SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitanya dengan bidang spasial
dan geoinformatika.
Posisi Sistem Informasi Geografis dengan segala kelebihannya, semakin
lama semakin berkembang bertambah dan bervarian. Pemanfaatan Sistem
Informasi Geografis semakin meluas meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu
kesehatan, ilmu ekonomi, ilmu lingkungan, ilmu pertanian, militer dan lain
sebagainya, berikut ini adalah beberapa contoh aplikasi Sistem Informasi
Geografis :
1. Pengelolaan Fasilitas
Peta skala besar, network analysis, biasanya digunakan untuk pengolaan
fasilitas kota. Contoh aplikasinya adalah penempatan pipa dan kabel
26
bawah tanah, perencanaan fasilitas perawatan, pelayanan jaringan
telekomunikasi.
2. Pengolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Tujuan dari bagian ini pada umumnya digunakan citra satelit, citra Landsat
yang digabungankan dengan foto udara, dengan teknik overlay. Contoh
aplikasinya adalah studi kelayakan untuk tanaman peranian, pengelolaan
hutan dan analisis dampak lingkungan.
3. Bidang Transportasi
Fungsi ini digunakan peta skala besar dan menengah dan analisis
keruangan, terutama untuk manajemen transit perencanaan rute,
pengirimsn teknisi, analisa pelayanan, penanganan pemasaran dan
sebagainya.
2.8 Google Maps
Google Maps adalah layanan gratis yang diberikan oleh Google dan sangat
popular. Google Maps adalah suatu peta dunia yang dapat digunakan untuk
melihat suatu daerah dimana Google Maps merupakan suatu peta yang dapat
dilihat dengan menggunakan suatu browser. Google Maps adalah peta online atau
membuka peta secara online yang dapat dilakukan secara mudah melalui servis
gratis dari Google. Servis ini menyediakan API (Application Programming
Interface) yang memungkinkan developer lain untuk memanfaatkan aplikasi ini di
aplikasi buatannya. Tampilan Google Maps pun dapat dipilih, berdasarkan foto
asli atau peta gambar rute saja.
Google Maps adalah sebuah perangkat lunak dalam Internet yang berisi peta
atas sebuah wilayah atau lokasi. Peta tersebut menunjukkan gambaran
sebagaimana yang sering dijumpai dalam peta konvensional yang dibuat secara
cetak baik itu dalam bentuk buku atau juga dalam bentuk pelukisan. Google Maps
adalah sebuah perluasan manfaat dari situs Google. Situs ini hanya dikenal
sebagai mesin pencari atau search engine di dunia maya saja, namun seiring
perkembangan teknologi maka Google membuat terobosan baru yang berbeda
27
dengan mesin pencari lainnya. Hal ini merupakan sebuah strategi yang dibuat oleh
pengelola sistus Google, agar menarik minat para pengguna Internet sehingga
user tidak hanya mengunjungi situs Google tersebut ketika sedang mencari sebuah
situs yang memuat konten yang user inginkan. Fasilitas lain yang ditawarkan oleh
situs Google bagi user yang menginginkan untuk mengetahui sebuah lokasi
dengan cara melalui Google Maps tersebut. Google Maps disajikan dalam
tampilan peta sebuah wilayah yang dibuat secara digital sehingga bagi user yang
menginginkan mengetahui peta sebuah wilayah cukup masuk ke situs Google
Maps tersebut dan menekan tombol atau mengetikkan sebuah alamat maka lokasi
yang diinginkan pun segera ditemukan tanpa menunggu waktu lama.
2.8.1 Google Maps API
Google Maps API merupakan aplikasi interface yang dapat diakses lewat
Java Script agar Google Maps dapat ditampilkan pada halaman web yang sedang
dibangun. Google Maps API adalah suatu library yang berbentuk Java Script.
Cara agar membuat Google Maps untuk bisa ditampilkan pada suatu web
atau blog cukup mudah, hanya dengan membutuhkan pengetahuan mengenai
HTML serta Java Script serta koneksi Internet yang sangat stabil. Menggunakan
Google Maps API, dapat menghemat waktu dan biaya untuk membangun aplikasi
peta digital yang handal, sehingga bisa fokus pada data yang ditampilkan
sedangkan peta yang ditampilkan adalah milik Google sehingga tidak lagi
dipusingkan dengan mambuat peta suatu lokasi, bahkan dunia.
Urutan dalam pembuatan program dengan menggunakan Google Maps
API adalah sebagai berikut:
1. Memasukkan Maps API Java Script ke dalam HTML.
2. Membuat element div dengan nama map_canvas untuk menampilkan peta.
3. Membuat beberapa objek literal untuk menyimpan properti pada peta.
4. Menuliskan fungsi JavaScript untuk membuat objek peta.
5. Meng-inisiasi peta dalam tag body HTML dengan event onload.
Google Maps API memiliki 4 jenis pilihan model peta yang disediakan
oleh Google, diantaranya adalah:
28
1. Roadmap, untuk menampilkan peta biasa 2 dimensi.
2. Satellite, untuk menampilkan foto satelit.
3. Terrain, untuk menunjukkan relief fisik permukaan bumi dan
menunjukkan seberapa tingginya suatu lokasi, contohnya menunjukkan
gunung dan sungai.
4. Hybrid, menunjukkan foto satelit yang diatasnya tergambar pula apa yang
tampil pada Roadmap (jalan dan nama kota).
2.9 HyperText Markup Language (HTML)
HyperText Markup Language (HTML) adalah sebuah bahasa markup yang
digunakan untuk membuat sebuah halaman web, menampilkan berbagai informasi
di dalam Internet. Bahasa ini sebelumnya banyak digunakan di dunia penerbitan
dan percetakan yang disebut dengan Standard Generalized Markup Language
(SGML), HTML adalah sebuah standar yang digunakan secara luas untuk
menampilkan halaman web. HTML saat ini merupakan standar Internet yang
didefinisikan dan dikendalikan penggunaannya oleh World Wide Web Consortium
(W3C). Secara garis besar, terdapat 4 jenis elemen dari HTML :
1. Structural, tanda yang menentukan level atau tingkatan dari sebuah
tulisan. Contoh, <h1>Golf</h1> memerintahkan browser untuk
menampilkan kata "Golf" sebagai tulisan tebal besar yang menunjukkan
sebagai Heading 1.
2. Presentational, tanda yang menentukan tampilan dari sebuah tulisan tidak
peduli dengan level dari tulisan tersebut. Contoh, <b>boldface</b>
menampilkan bold. Tanda presentational saat ini sudah mulai digantikan
oleh CSS dan tidak direkomendasikan untuk mengatur tampilan tulisan.
3. Hypertext, tanda yang menunjukkan pranala ke bagian dari dokumen
tersebut atau pranala ke dokumen lain. Contoh,
<a href="http://www.wikipedia.org/">Wikipedia</a>
menampilkan Wikipedia sebagai sebuah hyperlink ke URL tertentu.
4. Elemen widget yang membuat objek-objek lain seperti tombol
(<button>), list (<li>), dan garis horizontal (<hr>), Konsep
29
hypertext pada HTML memungkinkan untuk membuat link pada suatu
kelompok kata atau frasa untuk menuju ke bagian manapun dalam World
Wide Web.
2.10 Java Script
Java Script adalah bahasa skrip yang populer di internet dan dapat bekerja
di sebagian besar penjelajah web populer seperti Internet Explorer (IE), Mozilla
Firefox, Netscape dan Opera. Kode Java Script dapat disisipkan dalam halaman
web menggunakan tag <script>. Kode Java Script biasanya dituliskan dalam
bentuk fungsi yang ditaruh di tag <head> yang dibuka dengan tag <script
type="teks/javascript">.
Kode Jav aScript juga bisa diletakkan di file tersendiri yang berekstensi .js
(singkatan dari Java Script). Pemanggilan kode Java Script yang terdapat di file
sendiri, di bagian awal <head> harus ditentukan dahulu nama file .js yang
dimaksud.
2.11 JSON
JSON (dilafalkan "Jason"), singkatan dari Java Script Object Notation
atau notasi objek Java Script, adalah suatu format ringkas pertukaran data
komputer. Formatnya berbasis teks dan terbaca manusia serta digunakan untuk
merepresentasikan struktur data sederhana dan larik asosiatif (disebut objek).
Format JSON sering digunakan untuk mentransmisikan data terstruktur melalui
suatu koneksi jaringan pada suatu proses yang disebut serialisasi. JSON dianggap
sebagai format data yang tak tergantung pada suatu bahasa.
Kode untuk pengolahan dan pembuatan data JSON telah tersedia untuk
banyak jenis bahasa pemrograman. Situs json.org menyediakan daftar
komprehensif pengikatan JSON yang tersedia, disusun menurut bahasa. JSON
(Java Script Object Notation) terdiri dari dua strukutur, yaitu:
1. Kumpulan sepasang nama atau nilai. Beberapa bahasa dalam hal ini
dinyatakan sebagai objek (object), record, struktur (struct), dictionary,
hash table, key list, atau associative array.
30
2. List values yang diurutkan (an ordered list of values). Sebagian besar
bahasa, hal ini dinyatakan sebagai larik (array), vektor (vector), daftar
(list), atau urutan (sequence).
Struktur-struktur data ini disebut sebagai struktur data universal karena
pada dasarnya, semua bahasa pemprograman modern yang mendukung struktur
data ini dalam bentuk yang sama maupun berlainan. Hal ini dapat disebut
demikian karena format data mudah ditukarkan dengan bahasa-bahasa
pemprograman yang juga berdasarkan pada struktur data tersebut. JSON (Java
Script Object Notation) menggunakan bentuk sebagai berikut:
1. Objek adalah sepasang nama/nilai yang tidak diurutkan. Objek dimulai
dengan lambang “ { “ (kurung kurawal buka) dan diakhiri dengan “ }
” (kurung kurawal tutup). Setiap nama diikuti dengan tanda “ : ” (titik dua)
dan setiap pasangan nama/nilai dipisahkan oleh tanda “ , ” (koma).
2. Larik adalah kumpulan nilai yang terurutkan. Larik dimulai dengan
“[“ (kurung siku buka) dan diakhiri dengan “]“ (kurung siku tutup). Setiap
nilai dipisahkan oleh “ , “ (koma)
3. Nilai (value) dapat berupa sebuah string dalam tanda kutip ganda, atau
angka, atau true atau false atau null, atau sebuah objek atau sebuah larik.
Struktur-struktur tersebut dapat disusun bertingkat.
4. String merupakan kumpulan dari nol atau lebih karakter unicode, yang
dibungkus dengan tanda kutip ganda. String dapat digunakan dalam
backslash escapes "\" untuk membentuk karakter khusus. Sebuah karakter
mewakili karakter tunggal pada string. String sangat mirip dengan string C
atau Java.
5. Number adalah sangat mirip dengan angka yang terdapat di C atau Java,
kecuali format oktal dan heksadesimal tidak digunakan.
Whitespace dapat disisipkan di antara pasangan tanda-tanda tersebut,
kecuali beberapa detil encoding yang secara lengkap dipaparkan oleh bahasa
pemrograman yang bersangkutan.
31
2.12 Database
Database adalah kumpulan informasi yang terorganisasi sehingga dapat
dengan mudah diakses, dikelola, dan diperbarui. Data dalam database diatur
menurut model database. Model yang paling umum digunakan sekarang adalah
model relasional. Model-model lain seperti model hierarkis dan model jaringan
menggunakan lebih eksplisit representasi hubungan. Sebuah Sistem Manajemen
Basis Data (DBMS) adalah software yang mengatur penyimpanan data. DBMS
mengendalikan penciptaan, pemeliharaan, dan penggunaan penyimpanan
database struktur dari sebuah organisasi dan para pengguna. Hal ini
memungkinkan organisasi untuk menempatkan kontrol pembangunan database di
tangan Database Administrator (DBAs) dan spesialis lain. Sebuah DBMS dengan
sistem yang besar memungkinkan pengguna dan perangkat lunak lain untuk
menyimpan dan mengambil data dalam cara yang terstruktur.
2.13 MySQL
MySQL adalah sebuah perangkat lunak sistem manajemen basis data SQL
(Database Management System) atau DBMS yang multithread, multi-user,
dengan sekitar 6 juta instalasi di seluruh dunia. MySQL AB membuat MySQL
tersedia sebagai perangkat lunak gratis dibawah lisensi GNU General Public
License (GPL), tetapi user juga menjual dibawah lisensi komersial untuk kasus-
kasus dimana penggunaannya tidak cocok dengan penggunaan GPL. Proyek-
proyek seperti Apache, dimana perangkat lunak dikembangkan oleh komunitas
umum dan hak cipta untuk kode sumber dimiliki oleh penulisnya masing-masing,
MySQL dimiliki dan disponsori oleh sebuah perusahaan komersial Swedia
MySQL AB, dimana memegang hak cipta hampir atas semua kode sumbernya.
MySQL memiliki beberapa keistimewaan, antara lain:
1. Portabilitas.
MySQL dapat berjalan stabil pada berbagai sistem operasi seperti
Windows, Linux, FreeBSD, Mac Os X Server, Solaris, Amiga dan masih
banyak lagi.
32
2. Open Source.
MySQL didistribusikan sebagai software open source, dibawah lisensi
GPL sehingga dapat digunakan secara gratis.
3. Multi-user.
MySQL dapat digunakan oleh beberapa pengguna dalam waktu yang
bersamaan tanpa mengalami masalah atau konflik.
4. Performance tunin'
MySQL memiliki kecepatan yang menakjubkan dalam menangani query
sederhana, dengan kata lain dapat memproses lebih banyak SQL per
satuan waktu.
5. Ragam tipe data.
MySQL memiliki ragam tipe data yang sangat kaya seperti signed atau
unsigned integer, float, double, char, text, date, timestamp
dan lain-lain.
6. Perintah dan Fungsi.
MySQL memiliki operator dan fungsi secara penuh yang mendukung
perintah Select dan Where dalam perintah (query).
7. Keamanan.
MySQL memiliki beberapa lapisan keamanan seperti level subnetmask,
nama host, dan izin akses user dengan sistem perizinan yang mendetail
serta sandi terenkripsi.
8. Skalabilitas dan Pembatasan.
MySQL mampu menangani basis data dalam skala besar, dengan jumlah
rekaman (records) lebih dari 50 juta dan 60 ribu tabel serta 5 milyar baris.
Batas indeks yang dapat ditampung mencapai 32 indeks pada tiap
tabelnya.
9. Antar Muka.
MySQL memiliki antar muka (interface) terhadap berbagai aplikasi dan
bahasa pemrograman dengan menggunakan fungsi API (Application
Programming Interface).
33
10. Struktur tabel.
MySQL memiliki struktur tabel yang lebih fleksibel dalam menangani
ALTER TABLE, dibandingkan basis data lainnya semacam PostgreSQL
ataupun Oracle.
2.14 Snapping
Fungsi snapping yang terdapat pada beberapa software SIG adalah suatu
tool yang sangat berguna untuk mendeteksi titik (Vertex), ujung garis (End), atau
tepi (Edge) dari vektor shapefile. Tool ini sangat bermanfaat untuk
menghubungkan atau menghimpitkan antar garis atau titik dalam proses digitasi,
sehingga bisa mereduksi kesalahan dalam digitasi berupa garis yang tidak
bersambung atau berhimpit. Snapping tool bisa diaktifkan dengan pilih Editor >
Snapping > Snapping Toolbar. Selanjutnya akan muncul toolbar “Snapping
Environment”. Klik snapping yang diinginkan pada snapping tool bar.
Snapping yang terdapat di beberapa software GIS berbeda dengan
snapping yang dilakukan dalam penelitian ini akan menggunakan sebuah fungsi
yang dibangun menggunakan Java Script. Fungsi ini akan membuat sebuah
marker bersambung dengan marker lainnya (polyline) dan ketika user akan
menggabungkan antara marker satu dengan yang lain, fungsi ini akan mencari
marker terdekat dan menghubungkannya sehingga terbentuklah polygon.
2.15 Metode Pengembangan Sistem Sekuensial Linier (Waterfall Model)
Metode pengembangan sistem sekuensial linier atau yang sering disebut
dengan siklus kehidupan klasik atau model air terjun (waterfall model)
memberikan sebuah pendekatan pengembangan sistem yang sistematik dan
sekuensia, dimulai pada fase perencanaan sistem, analisis, desain, kode, pengujian
dan pemeliharaan (Pressman, 2003).
1. Perencanaan atau rekayasa dan pemodelan sistem
Fase ini merupakan fase ketika dilakukan identifikasi sistem, studi
kebutuhan pengguna dan studi kelayakan sistem baik secara teknis
maupun teknologi serta penjadwalan pengembangan sistem.
34
2. Analisis kebutuhan perangkat lunak
Fase ini merupakan fase pengumpulan kebutuhan, identifikasi kebutuhan
dan difokuskan pada sistem yang akan dibangun dengan meliputi
identifikasi domain informasi, tingkah laku sistem, unsur kerja dan antar
muka sistem. Kebutuhan untuk sistem didokumentasikan dan
dikonsultasikan lagi bagi pengguna.
3. Desain
Fase ini difokuskan pada proses desain struktur data, arsitektur sistem,
representasi interface dan algoritma program.
4. Kode
Hasil dari desain harus diterjemahkan ke dalam bentuk program komputer
yang kemudian menghasilkan suatu sistem.
top related