bab ii tinjauan pustaka a. mual muntah 1. pengertian …repository.poltekkes-tjk.ac.id/491/4/bab...
Post on 29-Feb-2020
72 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mual Muntah
1. Pengertian Mual Muntah
Mual muntah adalah gejala yang wajar atau sering terdapat pada
kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada yang
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya terjadi enam minggu
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung kurang lebih 10 minggu
(Wiknjosastro, 2007). Mual muntah adalah keluhan umum yang disampaikan
pada kehamilan muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal
pada wanita karena terdapat peningkatan hormon esterogen, progesteron dan
dikeluarkannya Hormone Chorionic Gonadothropin plasenta.
Hormon-hormon inilah yang diduga menyebabkan mual muntah
(Manuaba, 2009). Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual
ini mulai dialami sejak awal kehamilan. Mual muntah saat hamil muda sering
disebut morning sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi setiap
saat. Pada beberapa kasus dapat berlanjut sampai kehamilan trimester kedua dan
ketiga, tapi ini jarang terjadi.
Vikanes (2010) yang menyatakan mual dan muntah adalah komplikasi
umum pada awal kehamilan yang terjadi antara 50 sampai 90% dari wanita hamil,
meskipun 28% dari wanita hanya mengalami mual. Mual dan muntah selama
kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan dalam sistem endokrin yang
terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan karena tingginya fluktuasi HCG
8
(Human Chorionic Gonadotropin), khususnya periode mual muntah gestasional
karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) dalam serum.
2. Penyebab Mual dan Muntah
Mual dan muntah biasanya disebabkan oleh perubahan dalam sistem
endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya
fluktuasi kadar human chorionic gonadotropin (HCG), mencapai kadar tertinggi
pada saat usia kehamilan 12-16 minggu, disekresikan oleh sel-sel trofoblas
blastosit. Human chorionic gonadotropin melewati kontrol ovarium di hipofisis
dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan progesteron
(Tiran, 2009). Human chorionic gonadotropin dihasilkan oleh plasenta yang
berkembang. Human chorionic gonadotropin merupakan penyebab kejadian mual
dan muntah dengan bekerja pada (chemoreseptor trigger zone) di pusat muntah
melalui rangsangan otot dari poros lambung (Irianti, dkk 2014).
Faktor predisposisi dan faktor-faktor lain penyebab mual dan muntah adalah:
a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida,
molahidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada
molahidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor
hormon memegang peranan karena pada kedua keadaan ini HCG dibentuk
berlebihan (Prawirohardjo, 2002).
b. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan,
ini merupakan faktor organik (Prawirohardjo, 2002).
9
c. Alergi sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut
sebagai salah satu faktor organik (Prawirohardjo, 2002).
d. Faktor psikologi dalam kehamilan memegang peranan yang penting. Rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik
mental yang dapat mempererat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar
terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup
(Prawirohardjo, 2002).
e. Sosial ekonomi juga menjadi faktor dan penentu dalam proses kehamilan yang
sehat. Dengan ekonomi yang cukup, maka dapat memeriksa kehamilan dan
melakukan persiapan yang baik. Persiapan yang baik awal kehamilan akan
membuat proses kehamilan berlangsung dengan baik (Prawirohardjo, 2002).
3. Faktor-faktor Terjadinya Mual dan Muntah
Faktor-faktor yang mempengaruhi mual muntah menurut (Tiran, 2008)
adalah:
a. Hormonal
Mual dan Muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan
dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh
tingginya fluktuasi kadar HCG (human chorionic gonadotrophin) khususnya
karena periode mual atau muntah gestasional yang paling umum adalah pada 12-
16 minggu pertama, yang pada saat itu, HCG mencapai kadar tingginya. HCG
sama dengan LH (lutenizing hormone) dan disekresikan oleh sel-sel trofoblas
blastosit. HCG melewati kontrol ovarium di hipofisis dan menyebabkan korpus
luteum terus memproduksi estrogen dan progesteron, suatu fungsi yang nantinya
10
diambil alih oleh lapisan korionik plasenta. HCG dapat dideteksi dalam darah
wanita dari sekitar tiga minggu gestasi (yaitu satu minggu setelah fertilisasi),
suatu fakta yang menjadi dasar bagi sebagian besar tes kehamilan.
b. Faktor Psikososial
Masalah psikologis dapat memprediksi beberapa wanita untuk mengalami
mual dan muntah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala yang sudah ada atau
mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala normal. Kehamilan yang tidak
direncanakan, tidak nyaman atau tidak di inginkan, atau karena beban pekerjaan
atau finansial akan menyebabkan penderitaan batin, ambivalensi, dan konflik.
Kecemasan berdasarkan pengalaman melahirkan sebelumnya, terutama
kecemasan akan datangnya hiperemesis grvidarum atau preeklamsia.
Wanita yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan, rentan
terhadap masalah dengan distress emosional menambah ketidaknyamanan fisik.
Syok dan adaptasi yang di butuhkan jika kehamilan di temukan kembar, atau
kehamilan terjadi dalam waktu berdekatan, juga dekat menjadi faktor emosional
yang membuat mual dan muntah menjadi lebih berat. Misbah (2014)
menunjukkan bahwa ibu hamil yang berumur 20-35 tahun paling banyak
menderita mual dan muntah dibandingkan yang tidak mengalami mual dan
muntah.
c. Pekerjaan
Perjalanan ke tempat kerja yang mungkin terburu-buru di pagi hari tanpa
waktu yang cukup untuk sarapan dapat menyebabkan mual dan muntah.
Tergantung pada sifat kerjaan wanita, aroma, zat kimia, atau lingkungan dapat
menambahkan rasa mual wanita dan menyebabkan mereka muntah.
11
Merokok terbukti memperburuk gejala mual dan muntah, tetapi tidak jelas
apakah ini disebabkan oleh olfaktorius (penciuman) atau efek nutrisi, atau apakah
data di buat asumsi mengenai hubungan antara kebiasaan praktik dan distress
psikoemosional. Tentu saja banyak wanita yang mengalami mual dan muntah
akan membenci bau asap rokok dan tembakau.
d. Paritas
Pada primigravida menunjukkan kurangnya pengetahuan, informasi dan
komunikasi yang buruk antara wanita dan pemberi asuhannya turut
mempengaruhi persepsi wanita tentang gejala mual dan muntah. Pada
multigravida dan grandemultigravida sudah mempunyai pengalaman, informasi
dan pengetahuan tentang gejala mual muntah sehingga mampu mengatasi
gejalanya.
4. Tanda Gejala Mual dan Muntah
Tanda gejala yang dialami ibu hamil dengan mual dan muntah adalah
kepala pusing terutama pagi hari disertai mual dan muntah sampai kehamilan
umur 4 bulan. Keadaan ini merupakan suatu keadaan yang normal, namun dapat
menjadi tidak normal apabila mual dan muntah terjadi terus menerus dan
mengganggu keseimbangan gizi, cairan, dan elektrolit tubuh. Ibu hamil yang
mengalami mual dan muntah yang berkelanjutan dapat terkena dehidrasi sehingga
mengakibatkan gangguan pada kehamilannya (Manuaba, 2010).
5. Tingkatan Mual dan Muntah
Mual muntah merupakan gejala dan tanda yang sering menyertai gangguan
gastrointestinal. Mual muntah dapat dianggap sebagai suatu fenomena yang
terjadi dalam tiga stadium yaitu mual, retching (sebelum muntah), muntah.
12
a. Stadium pertama, mual dapat dijelaskan sebagai perasaan yang sangat tidak
enak dibelakang tenggorokan dan epigastrium sering menyebabkan muntah.
Terdapat berbagai aktivitas saluran cerna yang berkaitan dengan mual seperti
meningkatnya saliva, menurunnya tonus lambung dan peristaltik.
b. Stadium kedua, retching merupakan suatu usaha involunter untuk muntah,
sering kali menyertai mual dan terjadi sebelum muntah, terdiri atas gerakan
pernafasan spasmodik melawan glotis dan gerakan inspirasi dinding dada dan
diafragma.
c. Stadium ketiga, muntah merupakan suatu refleks yang menyebabkan dorongan
ekspirasi isi lambung dan usus ke mulut. Pusat muntah menerima masukan
dari korteks serebral, organ vestibular, daerah pemicu kemoreseptor
(Chemoreseptor Trigger Zone) (Price & Wilson 2005, dalam Anggi, 2010).
6. Waktu dan Durasi Mual dan Muntah
Mual muntah dapat terjadi sepanjang hari atau tidak terjadi sama sekali
pada pagi hari, studi prospektif pada 160 wanita oleh Lacroix at all (2000) bahwa
74% melaporkan kejadian mual dan muntah terjadi pada pagi hari hanya sebesar
1,8%, sedangkan kejadian mual dan muntah yang terjadi sepanjang hari sebanyak
80%. Menurut Vellacoatt at, all sebanyak 76% wanita terbukti mengalami mual
dan muntah (Tiran, 2009). Dalam survey ditemukan bahwa kejadian mual dan
muntah saat kehamilan biasanya mereda atau meningkat pada akhir trimester
pertama, hilangnya gejala terjadi sebanyak 27%, hingga pada minggu ke 12,
meskipun ibu hamil yang mengalami mual dan muntah merasa berkurang mual
muntahnya pada minggu ke 22 kehamilan.
13
7. Pengaruh Mual dan Muntah
Menurut Wiknjosastro (2007) mual dan muntah tidak menimbulkan efek
negatif bagi ibu dan janin jika dalam keadaan normal, namun mual muntah yang
terus-menerus dapat menjadi hiperemesis gravidarum yang dapat meningkatkan
resiko terjadinya gangguan pada kehamilan. Gejala mual dan muntah pada wanita
hamil lebih berpotensi mengalami dehidrasi, kekurangan cadangan karbohidrat
dan lemak dalam tubuh, dapat pula terjadi robekan kecil pada selaput lendir
esofagus dan lambung atau sindroma Mallary Weiss akibat perdarahan
gastrointestinal.
8. Penatalaksanaan Mual dan Muntah
Secara keseluruhan penatalaksanaan untuk mual muntah harus tergantung
pada angka kesakitan yang dirasakan ibu, pengaruh yang kuat pada kualitas
kehidupan seorang wanita dan aman bagi bayi. Penatalaksanaan dimulai dari
perubahan pola makan dan pola hidup sampai penggunaan supplement vitamin,
terapi antiemetic, sampai pada hospitalisasi. Penatalaksaan umum dimulai dari
intervensi nonfarmakologi, terapi obat-obatan diperlukan jika mual dan muntah
tidak dapat diatasi.
Pertimbangan yang ada yaitu dengan pendekatan terapi nonfarmakologi
(perubahan diet, suplemen multivitamin, teknik relaksasi, minyak aromaterapi,
pengobatan herbal, akupresur, akupunktur, relaksasi, terapi psikologi) dan terapi
farmakologi (vitamin B6, domperidon, ondansentron), petugas kesehatan harus
mengerti bahwa penatalaksanaan yang adekuat dengan menggabungkan terapi
nonfarmakologi dan terapi farmakologi Tiran, 2008).
14
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan ibu hamil dengan mual muntah
menurut Maulana (2008) adalah:
a. Makan makanan yang mengandung karbohidrat dan protein yang dapat
membantu mengatasi rasa mual. Banyak mengonsumsi buah dan sayuran dan
makanan yang tinggi karbohidrat seperti roti, kentang, biskuit, dan sebagainya.
b. Hindari makanan yang berlemak, berminyak, dan pedas yang akan
memperburuk rasa mual.
c. Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah. Minumlah air
putih ataupun jus. Hindari minuman yang mengandung kafein.
d. Vitamin B6 efektif untuk mengurangi rasa mual pada ibu hamil.
Pemakaiannya juga membutuhkan konsultasi dengan dokter.
e. Makan dalam jumlah sedikit tapi sering, jangan makan dalam jumlah atau
porsi besar karena itu hanya akan membuat bertambah mual.
f. Pengobatan tradisional: jahe biasanya juga dapat digunakan mengurangi rasa
mual.
g. Minum sup atau makanan yang berada diantara makanan utama.
h. Makan makanan yang mengandung lemak, protein yang rendah seperti ikan,
ayam tanpa kulit, telur dan sebagainya.
i. Makan makanan dalam jumlah yang sedikit dalam setiap 2-3 jam.
9. Pengukuran Mual dan Muntah
Kewenangan bidan dalam kasus HEG adalah melakukan penatalaksanaan
pada HEG ringan dengan deteksi dini untuk dilakukan pengalihan asuhan.
Instrumen yang dapat digunakan oleh bidan untuk menilai HEG yaitu dengan
Pregnancy Unique Quantification Of Emesis / Nausea (PUQE). PUQE adalah
15
penilaian kuantitas dari mual dan muntah untuk menghindari subjektivitas dari
keluhan mual dan muntah. Indeks PUQE ini merupakan revisi dari indeks Rhodes
yang digunakan untuk penilaian mual muntah pada pasien kemoterapi. Pada
indeks PUQE ada 3 jenis pertanyaan yang dinilai yaitu :
a. Perubahan berat badan
b. Ada tidaknya dehidrasi
c. Indeks laboratorium (ketidakseimbangan elektrolit)
Pengukuran mual dan muntah dalam 24 jam menggunakan indeks PUQE dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Indeks PUQE Mual dan muntah dalam 24 jam terakhir
Lama merasakan mual dan muntah dalam 24 jam terakhir
> 6 jam
(5 poin)
4-6 jam
(4 poin)
2-3 jam
(3 poin)
≤ 1 jam
(2 poin)
Tidak semuanya
(1 poin)
Mual dan muntah dalam 24 jam terakhir
7 lebih
(5 poin)
5-6 kali
(4 poin)
3-4
(3 poin)
1-2
(2 poin)
Tidak ada
(1 poin)
Rata-rata mual dan muntah tanpa menyebabkan dehidrasi dalam 24 jam
terakhir
7 lebih
(5 poin)
5-6
(4 poin)
3-4
(3 poin)
1-2
(2 poin)
Tidak ada
(1 poin)
Sumber : Irianti, dkk (2014)
Pengukuran mual dan muntah dalam 12 jam menggunakan indeks PUQE dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Indeks PUQE Mual dan muntah dalam 12 jam terakhir
Lama merasakan mual dan muntah dalam 12 jam terakhir
>6 jam
(5 poin)
4-6 jam
(4 poin)
2-3 jam
(3 poin)
≤ 1 jam
(2 poin)
Tidak semuanya
(1 poin)
Mual dan muntah dalam 12 jam terakhir
7 lebih
(5 poin)
5-6
(4 poin)
3-4
(3 poin)
1-2
(2 poin)
Tidak ada
(1 poin)
Rata-rata mual dan muntah tanpa menyebabkan dehidrasi dalam 24 jam
terakhir
7 lebih
(5 poin)
5-6
(4 poin)
3-4
(3 poin)
1-2
(2 poin)
Tidak ada
(1 poin)
Sumber : Irianti, dkk (2014)
16
Skor yang didapatkan dari penilaian tersebut dikategorikan kedalam:
a. Mual dan muntah ringan bila nilai indeks PUQE ≤ 6
b. Mual dan muntah sedang bila nilai indeks PUQE 7-12
c. Mual dan muntah berat bila nilai indeks PUQE ≥ 13
B. Terapi Mual dan Muntah dengan Aromaterapi Jahe
1. Pengertian Aromaterapi
Aromaterapi merupakan penggunaan minyak esensial untuk tujuan
penanganan yang meliputi: pikiran, tubuh, dan semangat. Aromaterapi adalah
penggunaan minyak esensial, yang diperoleh dari tanaman aromatik, untuk sifat
terapeutik (Buckle, 2014). Aromaterapi klinis diakui sebagai bagian dari
keperawatan holistik oleh American association holistik perawat dan oleh
sebagian besar negara dewan keperawatan. Aromaterapi adalah suatu cara
perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak
esensial atau (essential oil) (Jaelani, 2017).
Minyak esensial atau essential oil merupakan bahan baku utama untuk
kepentingan sediaan aromaterapi. Aromaterapi mempunyai efek yang positif
karena diketahui bahwa aroma segar dan harum merangsang sensori, reseptor dan
pada akhirnya mempengaruhi organ yang lain sehingga dapat menimbulkan efek
kuat terhadap emosi. Aroma ditangkap oleh reseptor dihidung yang kemudian
memberikan informasi lebih jauh kearah otak yang mengontrol emosi dan memori
maupun memberikan informasi ke hipotalamus yang merupakan pengatur sistem
internal tubuh termasuk sistem seksualitas, suhu tubuh, dan reaksi terhadap stress
(Shinobi, 2004).
17
2. Manfaat Aromaterapi
Aromaterapi klinis juga digunakan oleh dokter, terapis pijat, praktisi
perawat,terapis okupasi dan banyak petugas kesehatan lain nya (Cordell &
Buckle, 2013).
Berdasarkan pengalaman empiris pada masa lampau, aromaterapi meliliki
banyak khasiat dan manfaat yang cukup banyak. Adapun manfaat yang penting
yang dapat diperoleh dari aromaterapi adalam sebagai berikut :
a. Merupakan bagian utama dari parfum keluarga, yaitu dengan memberikan
sentuhan, keharuman, dan suasana wewangian yang menyenangkan, ketika
sedang berada dirumah atau bepergian.
b. Dapat digunakan sebagai pelengkap kosmetika seperti body lotion, body
scrub, body wash, body mask, massage oil, berbal bath, dan sebagainya,
sehingga dapat menjadikan kulit tubuh lebih halus, bersih, segar, dan tampak
aura kecantikannya.
c. Merupakan salah satu metode perawatan yang tepat dan efisien dalam
menjaga tubuh agar tetap sehat.
d. Banyak dimanfaatkan dalam pengobatan, khususnya untuk membantu
penyembuhan beragam penyakit, meskipun lebih ditujukan sebagai terapi
pendukung (support therapy).
e. Dapat membantu kelancaran fungsi sistem tubuh (improving body functions),
antara lain, dengan cara mengembalikan keseimbangan bioenergi tubuh.
f. Membantu meningkatkan stamina dan gairah seseorang, walaupun
sebelumnya tidak atau kurang memiliki gairah semangat hidup.
18
g. Menumbuhkan perasaan yang tenang pada jasmani, pikiran dan rohani serta
menciptakan suasana yang tenang dan dapat menjauhkan perasaan cemas dan
gelisah.
h. Mampu menghadirkan rasa percaya diri, sikap yang berwibawa, jiwa
pemberani, sifat familiar, perasaan gembira, damain dan juga suasana
romantis.
i. Merupakan bahan antiseptik dan antibakteri alami yang dapat menjadikan
makanan ataupun jasad renik menjadi lebih awet (Jaelani, 2017).
3. Jenis-Jenis Aromaterapi
Terapi dengan menggunakan minyak esensial dapat dilakukan secara
internal maupun eksternal. Penggunaan cara terapi yang tepat akan sangat
membantu daya kerja bahan aktif sekaligus efisien dan akurat dalam penggunaan
sediaan aromaterapi. Meskipun demikian, setiap bahan yang akan digunakan perlu
diketahui terlebih dahulu efektivitas bahan aktifnya. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh efek terapi yang optimal dan tepat guna.
a. Terapi Internal
Terapi internal adalah terapi dalam bentuk minyak maupun cairan encer,
minyak esensial yang murni dapat dikonsumsi langsung secara oral (dimakan atau
diminum lewat mulut) dan inhalasi (dihirup lewat hidung). Beberapa produk
berbahan baku minyak esensial ini juga telah diproduksi antara lain dalam bentuk
tablet hisap (Jaelani, 2017).
1) Terapi melalui Oral
Terapi melalui oral adalah terapi dengan cara penggunaan minyak esensial
pada prinsipnya hampir sama seperti ketika kita menggunakan obat-obatan dalam
19
terapi oral lain. Sebelum mulai terapi, minyak esensial yang akan digunakan harus
diencerkan terlebih dahulu kedalam pelarut air yang non alkohol dalam
konsentrasi kurang dari 1%, konsentrasi pengenceran ini tergantung pada
beberapa faktor antara lain: jenis penyakit yang akan diobati, minyak esensial
yang akan dipakai, metoda terapi yang digunakan.
Dalam aromaterapi internal, bahan-bahan yang telah dikonsumsi akan
masuk kedalam sistem jaringan tubuh bagian dalam (lambung). Bahan-bahan
tersebut akan menjadi granul-granul halus dimana zat aktifnya akan lebih mudah
terlepas dan larut. Tahap ini disebut fase biofarmasi. Zat yang larut tersebut
selanjutnya akan mengalami absorpsi, distribusi, metabolisme dan juga eksresi
dalam tubuh dan disebut fase farmakokinetik. Sediaan berupa zat aktif tersebut
juga akan mengalami fase farmakodinamika dimana zat aktif dalam sediaan
minyak tersebut akan berinteraksi dengan reseptor ditempat sasaran kerja untuk
kemudian memberikan efek terapinya.
2) Terapi melalui Inhalasi
Terapi inhalasi sangat berguna untuk mengatasi dan meringankan keadaan
yang berhubungan dengan kondisi kesehatan tubuh seseorang khususnya penyakit
yang berhubungan dengan gangguan saluran pernapasan dan gangguan sistem
tubuh lainnya. Cara terapi ini adalah untuk menyalurkan khasiat zat-zat yang
dihasilkan oleh minyak esensial secara langsung dengan mengalirkan uap minyak
esensial secara langsung atau alat bantu aromaterapi seperti tabung inhaler dan
spray, anglo, lilin ataupun pemanas listrik. Terapi inhalasi dapat diketahui dengan
sensor indera penciuman pada manusia memiliki tingkat kepekaan lebih tajam dan
20
sesitif. Terapi melalui inhalasi ini memiliki efek yang kuat terhadap organ-organ
sensorik yang dilalui bahan aktif minyak esensial.
Aroma zat-zat minyak esensial yang berupa tetes-tetes uap halus atau
dalam bentuk lainnya itu akan membasahi saluran pernapasan yaitu dengan cara
membasahi bagian selaput lendir pada hidung, faring, laring, trakhea, bronkus,
bronkhioli dan alveoli. Uap asap minyak esensial ini juga bisa mempengaruhi
kondisi psikis seseorang melalui rangsangan yang diterima oleh ujung syaraf
penciuman yang terdapat didalam selaput lendir hidung, atau daerah respon syaraf
pada organ lain yang dilalui tetes uap minyak esensial tersebut (Jaelani, 2017).
Minyak yang umum digunakan adalah peppermint atau jahe untuk mual, lavender
untuk relaksasi, rose baik digunakan dalam suasana sedih, floral citrus dapat
memberikan kesegaran (Western Australia Departement of Health, 2007).
b. Terapi Eksternal
Secara umur penggunaan aromaterapi lebih banyak dilakukan secara
eksternal diluar tubuh dibandingkan secara internal dari dalam tubuh. Sebagai
bahan untuk obat-obatan minyak esensial mudah terserap bila kontak langsung
dengan lapisan kulit. Meskipun demikian terapi ini lebih optimal jika dilakukan
dengan cara yang tepat. Beberapa metoda yang sering dilakukan berupa pemijatan
dan terapi air (Jaelani, 2017).
1) Terapi Pemijatan (Massage)
Pemijatan termasuk salah satu cara terapi yang sudah berumur tua.
Meskipun metoda ini tergolong sederhana namun cara terapi ini masih sering
digunakan dan semakin banyak para ahli kesehatan yang menggunakan untuk
pengobatan modern.
21
2) Terapi Air (Hidrotherapy)
Terapi terapi air bertujuan untuk untuk menjaga dan mengembalikan
kondisi tubuh agar tetap segar, sehat, harum dan selalu terjaga keindahannya.
Cara penggunaan minyak jahe dalam aromaterapi adalah sebagai berikut:
a) Menghirup uap minyak jahe
Untuk melancarkan hidung tersumbat, kelelahan, rasa mual dan muntah,
pilek, flu, perasaan kesepian dan jenuh, dan meningkatkan gairah seksual.
Pembakaran murni dilarang di dalam unit maternitas, tetapi penguap elektrik
adalah yang paling cocok dan aman untuk digunakan di institusi. Satu sampai dua
tetes minyak esensial diteteskan dan penguap dinyalakan selama 10-15 menit per
jam untuk mencegah intiksikasi minyak yang telah dipilih. Jika wanita ingin
menguap minyak esensial di rumah melalui sebuah alat dengan pembakar murni,
mereka harus dianjurkan untuk menggunakanna secra tepat dan diinformasikan
tentang implikasi keamanannya (Medforth, et al. 2012)
b) Sebagai minyak pijat (body massage)
Meringankan rasa sakit pada arthritis, reamtik, kelelahan, mual, pilek, flu,
pegal linu, gangguan pencernaan, dan melancarkan peredaran darah.
a) Sebagai Kri/Lotion
Mengurangi rasa sakit pada arthritis, pegal linu, rematik, bengkak, diare
dan melancarkan peredaran darah.
b) Kompres panas
Mengurangi rasa sakit pada arthritis, reamtik, pegal linu, dan gangguan
pencernaan.
22
c) Tetes pada sapu tangan/tissue
Dihirup oleh hidung untuk keperluan yang cepat, mengobati mual selama
kehamilan, gangguan pencernaan, flu, pilek, mabuk laut, mabuk perjalanan.
4. Kelebihan dan Keunggulan Aromaterapi
Menurut Jaelani (2017), beberapa keunggulan dan kelebihan aromaterapi
antara lain:
a. Biaya yang dikeluarkan relatif murah
b. Bisa dilakukan dalam berbagai tempat dan keadaan
c. Tidak mengganggu aktivitas yang bersangkutan
d. Dapat menimbulkan rasa senang pada orang lain
e. Cara pemakaiannya tergolong praktis dan efisien
f. Efek zat yang ditimbulkan tergolong cukup aman bagi tubuh
g. Khasiatnya terbukti cukup manjur dan tidak kalah dengan metode terapi
lainnya.
5. Sejarah Jahe
Induk jenis Zingiber yang berasal dari keluarga Zingiberaceae memiliki
tidak kurang dari 100 spesies (tumbuh-tumbahan hijau) yang berasal dari wilayah
Asia tropis. Jahe (Zingiber Officinale) adalah salah satu jenis tumbuhan hijau
tropis yang berganti daun yang berasal dari wilayah pesisir India.
Jahe bermanfaat karena komposisinya mengandung energi yang sangat
besar. Dari fisiknya, jahe memiliki bentuk daun tegak lurus berukuran tinggi 3-4
kaki. Pada saat musim panas bungan tumbuhan ini menghasilkan bau wangi.
Tumbuhan jahe banyak digunakan sebagai obat-obatan, kosmetik, pengharum
23
ruangan, serta bahan makanan lainnya. Kata “ginger” (yang berarti jahe, dalam
bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani Zingiberis. Namun sebelum
Zingiberis, jahe bernama Zindschebil, yang berarti akar Zindschi (India).
Sementara nama spesies Zingiber Officinale berasal dari bahasa latin, Officina
yang berarti “ruang kerja”. Dari kata itu terbukti unsur pokok jahe dapat
dipergunakan sebagai obat-obatan tanpa resep dokter, yang kelak akan menjadi
tumbuh-tumbuhan popular. Kini, oleh para ahli obat tanaman ini banyak dijadikan
ramuan obat-obatan tradisional (Ferry, 2009).
Sejak abad ke 16 Jamaika telah menjadi produsen jahe terbesar di dunia.
Oleh karena itu, tidak aneh jika awal mula obat-obatan jahe berasal dari Jamaika.
Namun, produksi dan kualitas jahe asal Jamaika terus mengalami penurunan,
akibatnya orang mulai beralih ke China. Jahe kini telah menjadi tumbuhan
komersil di semua wilayah tropis dan hangat, misalnya India (Cochin, Calicut,
dan Bengal), Afrika (Nigeria dan Sierr Leone), China, Jamaika, Australia dan
Florida.
Menurut teori (Nikita, 2011) berbagai upaya preventif untuk mengurangi
mual dan muntah dapat menggunakan cara-cara alamiah sehingga dapat
memberikan intervensi berlebihan pada ibu hamil, salah satu caranya dengan
mengunakan aromaterapi jahe untuk mengurangi mual dan muntah. Jahe sebagai
salah satu jenis tanaman herbal mempunyai banyak keunggulan dibandingkan
dengan tanaman herbal lainya, khususnya bagi ibu hamil yang sedang mengalami
mual muntah. Keunggulan pertama jahe adalah kandungan mengandung minyak
terbang (minyak atsiri) yang menyegarkan dan memblokir reflek muntah sedang
gingerol sehingga dapat melancarkan peredaran darah dan syaraf-syaraf bekerja
dengan baik.
24
6. Jenis-jenis Jahe
Menurut Harmono dan Andoko (2005), jahe dibedakan menjadi 3 jenis
berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas
jahe, yaitu :
a. Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak,
rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari
kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini biasa dikonsumsi baik saat berumur
muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.
b. Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit, ruasnya
kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen
setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe
gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok
untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak
atsirinya.
c. Jahe merah, rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih
kecil sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga
memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga
cocok untuk ramuan obat-obatan.
7. Kandungan Jahe
Jahe memiliki beberapa kandungan kimia yang berbeda. Beberapa
kandungan kimia pada tiga jenis jahe dapat dilihat pada tabel 3.
25
Tabel 3. Karakteristik Jenis Jahe
Karakteristik
Jahe Besar Jahe Kecil Jahe Merah
Minyak atsiri (%) 1,62-2,29 3,05-3,48 3,90
Pati (%) 55,10 54,70 44,99
Serat (%) 6,89 6,59 8,99
Sumber : Setyaningrum dan Saparinto (2013).
Selain kandungan-kandungan tersebut, rimpang jahe juga mengandung
senyawa fenolik. Beberapa komponen bioaktif dalam ekstrak jahe antara lain (6)-
gingerol, (6)-shogaol, diarilheptanoid dan curcumin. Rimpang jahe juga
mempunyai aktivitas antioksidan yang melebihi tokoferol (Kikuzaki dan
Nakatani, 1993).
Kandungan lain yang terdapat pada jahe antara lain minyak atsiri yang
terdiri dari senyawa-senyawa seskuiterpen, zingiberen, zingeron, oleoresin,
kamfena, limonen, borneol, sineol, sitral, zingiberal, dan felandren. Minyak atsiri
umumnya berwarna kuning, sedikit kental, dan merupakan senyawa yang
memberikan aroma yang khas pada jahe (Soepardie, 2001).
Menurut Lette & Allue (2016) mengatakan jahe efektif sebagai
pengobatan yang aman untuk mual dan muntah pada kehamilan. Jahe diperkirakan
dapat meningkatkan tonus otot usus dan merangsang aliran air liur, empedu, dan
sekresi lambung. Salah satu kandungan senyawa jahe adalah diterpenoid yang
telah terbukti memiliki aktivitas yang mirip dengan neurotrasmitter 5-HT3
antagonis seperti ondansentron dan obat emetik lainnya.
26
Komponen kimia jahe lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi Kimia Jahe
Komponen Jumlah
Jahe Segar Jahe Kering
Energy (KJ) 184,0 1424,0
Protein (g) 1,5 9,1
Lemak (g) 1,0 6,0
Karbohidrat (g) 10,1 70,8
Kalsium (mg) 21 116
Phospat (mg) 39 148
Besi (mg) 4,3 12
Vitamin A (SI) 30 147
Thiamin (mg) 0,02 -
Niasin (mg) 0,8 5
Vitamin C (mg) 4 -
Serat kasar (g) 7,53 5,9
Total abu (g) 3,70 4,8
Magnesium (mg) - 184
Natrium (mg) 6,0 32
Kalium (mg) 57,0 1342
Seng (mg) - 5
Sumber : Koeswara (1995)
Jahe merah memiliki rasa pedas yang lebih tinggi, hal itu disebabkan
karena kandungan oleoresin pada jahe merah lebih tinggi dibanding jahe gajah
dan jahe emprit. Kandungan oleoresin setiap jenis jahe berbeda-beda. Oleoresin
jahe bisa mencapai sekitar 3%, tergantung jenis jahe. Kandungan minyak atsiri
dan oleoresin yang cukup tinggi pada rimpang jahe merah dipercaya
menyebabkan jahe merah memiliki peranan penting dalam dunia pengobatan, baik
pengobatan tradisional maupun untuk skala industri dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi.
8. Manfaat Jahe
Struktur kimia jahe mengandung senyawa seperti oleoresin, geranial,
neral, b-fellandren, sineol, borneol, bisabolen, zingiberene, gingerol, shogaol,
27
diterpenes, lypids, protein, pati dan vitamin. Tanaman ini dilaporkan memiliki
efek anti inflamasi, antimikroba, anti kanker, anti diabetes, anti lipidemik dan
antimetik. Selama lebih dari 2.500 tahun, rimpang jahe telah digunakan untuk
mengobati gangguan pencernaan, serta nyeri sendi dan otot (Alparslan dan
Ozkarman, 2013).
Berdasarkan review artiket dari beberapa peneliti yang dilakukan oleh
Banerjee (2011) manfaat jahe adalah sebagai berikut: berpengaruh terhadap sistem
kardiovaskuler yaitu membantu untuk mengurangi tekanan darah dan beberapa
kerja jantung, memberikan bantuan terhadap serangan sakit kepala, mengurangi
mual dan muntah, anti inflamasi, menghambat pertumbuhan bakteri, menekan
pertumbuhan sel-sel kanker pada usus besar dan masih banyak manfaat lain dari
jahe. Kandungan air dan minyak tidak menguap pada jahe berfungsi sebagai
enhancer yang dapat meningkatkan permeabilitas oleoresin menembus kulit tanpa
menyebabkan iritasi atau kerusakan hingga ke sirkulasi perifer (Swarbrick dan
Boylan, 2002).
9. Mekanisme Jahe dalam Mengurangi Mual Muntah dalam Kehamilan
Jahe bekerja menghambat reseptor serotonin dan menimbulkan efek
antiemetik pada sistem gastrointestinal dan sistem susunan saraf pusat. Pada
percobaan binatang, gingerol meningkatkan transport gastrointestinal. Gingerol
dan komponen lainnya dari jahe diketahui mempunyai aktivitas sebagai anti-
hidroksitriptamin melalui percobaan pada ileum babi. Galanolakton merupakan
unsur lain yang terkandung pada jahe, adalah suatu antagonis kompetitif pada
ileus 5- HT reseptor, yang menimbulkan efek anti-emetik. Efek jahe pada susunan
28
saraf pusat ditunjukkan pada percobaan binatang dengan gingerol, terdapat
pengurangan frekuensi muntah (Dermarderosian, 2006).
Selain itu, studi lain menemukan bahwa jahe menurunkan gejala motion
sickness pada responden yang sehat dalam kaitannya sebagai anti inflamasi,
ekstrak jahe telah memperlihatkan kemampuan untuk menghambat aktivasi TNF
(Tumour Necrosing Factor). Jahe juga mempunyai kandungan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai anti radang, sehingga jahe dapat menghambat proses
peradangan yang disebabkan oleh infeksi H.pylori. Oleh karena itu, frekuensi
mual dan muntah yang disebabkan oleh infeksi H.pylori dapat dikurangi
(Frondoza, 2004).
10. Pengaruh Aromaterapi Jahe Terhadap Mual dan muntah
Hasil penelitian Sugita (2017) bahwa sebelum dan sesudah pemberian
aromaterapi jahe mempunyai pengaruh untuk mengurangi mual dan muntah
dengan p value α < (0,05). Menurut penelitian Pramote (2010) bahwa jahe efektif
untuk mengurangi mual dan muntah selama hamil karena penggunaan aromaterapi
untuk mengatasi mual dan muntah tidak akan meningkatkan resiko negatif pada
janin serta penggunaan jahe sudah dipakai sebagai obat anti muntah dan agen anti
pembawa penyakit dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan hasil p value
yaitu 0,002 < α (0,05) ini menunjukkan bahwa ada pengaruh aromaterapi jahe
terhadap frekuensi mual dan muntah.
Hasil penelitian Pramote (2010) bahwa jahe efektif untuk mengurangi
derita mual muntah selama hamil, karena penggunaan aroma terapi untuk
mengatasi mual dan muntah tidak akan meningkatkan risiko negatif pada janin
29
serta penggunaan jahe sudah dipakai sebagai obat anti muntah dan agen anti
pembawa penyakit. Penelitian Saswita (2010) yang mengatakan bahwa terjadi
penurunan mual muntah setelah menggunakan aroma terapi jahe. Aroma terapi
jahe yang diberikan pada ibu hamil trimester I efektif dalam mengurangi emesis
gravidarum.
Suatu penelitian melaporkan bahwa jahe sangat efektif menurunkan
metoklopamid senyawa penginduksi mual dan muntah. Dalam tinjauan literatur
tentang uji klinis yang menggunakan jahe untuk pengobatan mual dan muntah
selama kehamilan, didapatkan bahwa penggunakan jahe adalah aman dan efektif,
pilihannya sebanding dengan vitamin B6.
Hasil penelitian Fizcher (1990) dengan sampel 30 wanita hamil dengan
hiperemesis gravidarum digunakan pengobatan dengan bubuk jahe 4 x 250 mg
per hari selama 4 hari dengan kontrol 4 x kapsul plasebo per hari dengan hasil
jahe mengurangi keluhan mual dan jumlah serangan muntah secara bermakna (p =
0,035). Hasil penelitian kedua Vutyavanich T, et all (2001) dengan sampel 70
wanita hamil dengan pengobatan bubuk jahe 4 x 250 mg per hari selama 4 hari
dengan kontrol 4 x kapsul plasebo per hari dengan hasil jahe mengurangi gejala
mual (p = 0,014) dan jumlah serangan muntah (p < 0,001). Hasil penelitian ketiga
Hemmatzadeh (2007) dengan sampel 60 wanita hamil dengan pengobatan bubuk
jahe 1 gr per hari selama 4 hari dengan kontrol metoclopramid 3 x 10 mg dengan
hasil menunjukkan 90% pada kelompok jahe melaporkan pengurangan rasa mual
dan muntah dibandingkan dengan 63,4% pada kelompok metoclopramid (p =
0,04). Hasil penelitian Dwi Rukma Santi (2013) tentang pengaruh aromaterapi
jahe terhadap rasa mual muntah di Puskesmas Regel Kabupaten Nuban
menyatakan bahwa perbandingan rasa mual muntah pretest dan posttest pada
30
pemberian aromaterapi berdasarkan uji Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan α =
0,05 diperoleh p value = 0,0001 (p < 0,05), yang berarti ada pengaruh aromaterapi
jahe terhadap rasa mual muntah pada ibu hamil di Puskesmas Rengel Kabupaten
Tuban.
C. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah tinjauan dari teori dan hasil-hasil penelitian yang
lain yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin diteliti. Hal ini dimaksud
agar peneliti mempunyai wawasan yang luas sebagai dasar untuk
mengembangkan dan mengidentifikasi variabel-variabel yang diteliti serta
menghindari pengulangan dari penelitian-penelitian yang dilakukan orang lain
(Notoatmodjo, 2012).
Kerangka teori pada penelitian ini seperti pada gambar 1.
7
Sumber: Tiran (2008)
Gambar 1. Kerangka Teori.
Terapi farmakologi
1. Vitamin B6
2. Domperidon
3. Ondansentron
Pengurangan frekuensi
mual dan muntah pada ibu
hamil dengan emesis
gravidarum
Terapi non farmakologi
1. Perubahan diet
2. Suplemen
multivitamin
3. Teknik relaksasi
4. Minyak aromaterapi
5. Pengobatan herba
6. Akupresur
7. Akupunktur
8. Relaksasi
9. Terapi psikologi
31
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan formulasi atau simplifikasi dari
kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut, yaitu terdiri
dari variabel-variabel serta hubungan variabel yang satu dengan yang lain
(Notoatmodjo, 2012).
Kerangka konsep pada penelitian ini seperti pada gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Konsep.
E. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian
tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan,
pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah mual dan muntah pada ibu
hamil dan variabel independen penelitian ini yaitu aromaterapi jahe.
F. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian, patokan duga
atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
tersebut (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan kerangka teori hipotesis penelitian ini
adalah “Adanya pengaruh aromaterapi jahe (zingiber officinale) untuk
mengurangi mual dan muntah pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Tejo Agung
Kota Metro Tahun 2019”.
Aromaterapi jahe
Penurunan
frekuensi mual dan
muntah
Mual muntah
32
G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,
2010). Definisi operasional ini penting dan diperlukan agar pengukuran variabel
atau pengumpulan data (variabel) konsisten antara sumber data (responden) yang
satu dengan yang lainnya, oleh karena itu untuk mendapatkan kejelasan dalam
penelitian ini perlu adanya sebuah definisi operasional.
Definisi operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur Cara Ukur
Hasil
ukur Skala
Aromaterapi
jahe
Terapi relaksasi
yang menggunakan
minyak essensial
jahe menggunakan
tungku aromaterapi
dengan cara
lakukan tarikan
nafas sebanyak 3
kali selama 5-10
menit pada pagi
dan sore hari 3 kali
dalam 1 minggu.
Checklist Observasi
wawancara
Dilakukan
Nominal
Mual dan
muntah
Gejala mual dan
muntah yang wajar
sering ditemukan
pada kehamilan
yang biasanya
terjadi pada pagi
hari
Indeks
PUQE
(Pregnancy
Unique
Quantificati
on of
Emesis/
Nausea)
Observasi
wawancara
Nilai
Indeks
PUQE
1-13
Rasio
top related