bab ii tinjauan pustaka a. landasan teorieprints.umm.ac.id/57055/3/bab ii.pdftingkat subkontrak, dan...
Post on 29-Jan-2020
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Penjadwalan
a. Pengertian Penjadwalan
Penjadwalan merupakan salah satu usaha yang dilakukan
perusahaan untuk mengatur proses operasi perusahaan. Proses operasi
akan lebih mudah dijalankan apabila telah dirancang dan diatur dengan
baik. Dengan penjadwalan, perusahaan dapat mengetahui kapan harus
memulai dan mengakhiri suatu pekerjaan.
Penjadwalan dapat menunjang perusahaan dalam proses
pengambilan keputusan operasional. Keputusan penjadwalan berkaitan
dengan perancangan proses dan kapasitas serta tata letak dan
sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan (Heizer & Render,
2016). Sehingga penjadwalan berfungsi untuk mengefektifkan dan
mengefisienkan penggunaan sumber daya perusahaan.
Penjadwalan penting dilakukan agar aset yang dimiliki
perusahaan dapat dipergunakan secara maksimal. Penjadwalan dapat
membantu perusahaan dalam menentukan waktu penyelesaian dan
biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu proses operasi. Sehingga
penjadwalan dapat mendukung perusahaan dalam proses pencapaian
tujuan.
9
b. Jenis Penjadwalan
Menurut Heizer & Render (2016), penjadwalan dibagi menjadi
tiga, yakni penjadwalan jangka pendek, penjadwalan jangka menengah,
serta penjadwalan jangka panjang. Adapun penjelasannya adalah
sebagai berikut :
1) Penjadwalan jangka pendek terdiri dari pembebanan pusat kerja
dan pengurutan pekerjaan. Pada penjadwalan jangka pendek
biasanya menggunakan periode hari atau jam sehingga digunakan
untuk menjadwalkan kegiatan operasi.
2) Penjadwalan jangka menengah dipakai pada saat perencanaan
agregat atau penjadwalan induk. Perencanaan agregat terdiri dari
utilitas fasilitas, kebutuhan karyawan, dan subkontrak. Sedangkan
pada jadwal induk terdiri dari MRP dan pemecahan perencanaan
induk.
3) Penjadwalan jangka panjang dilakukan untuk menjadwalkan
proyek perusahaan dengan jangka waktu tahunan. Penjadwalan
jangka panjang biasanya digunakan saat merencanakan kapasitas,
yang terdiri dari ukuran fasilitas dan pengadaan peralatan.
Dalam menentukan jenis penjadwalan yang tepat untuk
diterapkan, perusahaan harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan aset
yang dimiliki. Penjadwalan berdasarkan jangka waktu ini dilakukan
10
untuk mengoptimalkan aset yang dimiliki perusahaan sehingga
memudahkan perusahaan dalam mencapai tujuannya.
c. Kategori Penjadwalan
Teknik penjadwalan yang benar bergantung pada volume
pesanan, sifat alami operasi dan kompleksitas pekerjaan, serta
kepentingan dari keempat kategori ( Heizer dan Render, 2016). Berikut
keempat kategori tersebut :
1) Meminimalkan waktu penyelesaian, dengan menentukan waktu
penyelesaian rata-rata untuk setiap pekerjaan.
2) Memaksimalkan utilisasi, dengan menghitung persentase waktu
suatu fasilitas yang digunakan.
3) Meminimalkan persediaan barang setengah jadi (work in process-
WIP), dengan menentukan jumlah pekerjaan rata-rata dalam
sistem. Semakin banyaknya pekerjaan dalam sistem, maka
persediaan WIP akan tinggi. Begitu pun sebaliknya, semakin
sedikit pekerjaan dalam sistem, maka persediaan yang ada lebih
rendah.
4) Meminimumkan waktu tunggu pelanggan, dengan menentukan
jumlah perpanjangan rata-rata.
Keempat kategori di atas digunakan untuk mengevaluasi kinerja
penjadwalan. Selain itu penjadwalan yang baik harus sederhana, jelas,
mudah dipahami, mudah dilaksanakan, fleksibel dan realistis. Sehingga
11
memudahkan karyawan perusahaan dalam menerapkan penjadwalan
tersebut.
2. Perencanaan Agregat
a. Pengertian Perencanaan Agregat
Perencanaan agregat (aggregate planning) berhubungan dengan
penentuan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah,
biasanya antara 3 hingga 18 bulan ke depan. Perencanaan agregat
membantu para manajer operasi dalam menentukan jalan terbaik untuk
memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai
produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur,
tingkat subkontrak, dan variabel lain yang dapat dikendalikan (Heizer
dan Render, 2016).
Tujuan utama dari perencanaan agregat (Robert dan Richard,
2016) adalah mendeskripsikan kombinasi yang optimal dari tingkat
produksi, tingkat tenaga kerja, dan persediaan yang dimiliki oleh
perusahaan. Tingkat produksi (production rate) merupakan jumlah unit
yang terselesaikan selama kurun waktu tertentu. Tingkat tenaga kerja
(workforce level) adalah jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama
proses produksi. Persediaan yang dimiliki perusahaan (inventory on
hand) adalah persediaan yang belum dipakai oleh perusahaan yang
didapat dari periode sebelumnya.
Tujuan perencanaan agregat selanjutnya adalah menekan biaya
pada periode perencanaan. Bagi perusahaan manufaktur, jadwal agregat
12
berhubungan dengan sasaran strategis perusahaan dan rencana produksi.
Sedangkan bagi perusahaan jasa, penjadwalan agregat menghubungkan
sasaran dengan jadwal pekerja.
b. Sifat-sifat perencanaan agregat
Perencanaan agregat mengkombinasikan sumber daya yang
sesuai ke dalam jangka waktu keseluruhan. Dengan memprediksikan
permintaan, kapasitas fasilitas, tingkat persediaan, ukuran tenaga kerja,
dan input yang saling berhubungan, para manajer operasi dapat
menganalisis rencana operasi perusahaan.
Kegiatan untuk menguraikan perencanaan agregat secara rinci
disebut disagregasi (disaggregation). Disagregasi menghasilkan sebuah
jadwal produksi induk (master production schedule), yang
menyediakan input bagi sistem perencanaan kebutuhan material
(material requirement planning-MRP system). Jadwal produksi induk
digunakan untuk menangani pembelian komponen produksi yang
dibutuhkan selama proses pembuatan produk hingga menjadi produk
akhir. Jadwal kerja yang terperinci bagi orang-orang dan prioritas
penjadwalan bagi produk menghasilkan tahap akhir sistem perencanaan
produksi (Heizer dan Render, 2016).
Perencanaan agregat mampu membantu manajer operasi dalam
menentukan tingkat output untuk sebuah fasilitas yang dimiliki
perusahaan selama 3 hingga 18 bulan mendatang. Sehingga dapat
13
ditekankan bahwa perencanaan agregat adalah bagaimana membuat
keputusan mengenai kapasitas jangka menengah.
c. Pemuatan Pekerjaan-Pekerjaan
Terdapat dua bentuk pemuatan pekerjaan, yakni : berorientasi
pada kapasitas dan berkaitan dengan penugasan tertentu. Pemuatan dari
sudut padang kapasitas menggunakan kendali input-output sedangkan
untuk pengerjaan penugasan tertentu menggunakan Diagram Gantt dan
metode penugasan pemrograman linear (Heizer dan Render, 2016).
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1) Kendali Input-Output
Penentuan jadwal yang efektif bergantung pada penyesuaian
jadwal dan tingkat kinerja. Kendali input-output (input-output
control) memungkinkan bagian operasional mengelola aliran
pengerjaan di tempat fasilitas. Kelebihan beban fasilitas akan
mengarah pada tidak efektif dan kualitas yang dihasilkan,
sedangkan kekurangan beban akan menghasilkan kapasitas yang
menganggur dan sumber daya yang terbuang.
2) Diagram Gantt
Diagram Gantt (Gantt Charts) merupakan alat bantu visual
yang dapat digunakan untuk proses pemuatan dan penentuan
jadwal. Diagram Gantt mampu menampilkan pemuatan dan waktu
diam dari beberapa departemen, mesin, atau tempat fasilitas
14
sehingga memudahkan para manajer untuk melakukan
penyesuaian yang tepat.
3) Metode Penugasan
Metode penugasan (assignment method) merupakan
pemrograman linear yang menetapkan tugas dan sumber daya yang
dimiliki perusahaan. Tujuannya adalah meminimalkan total biaya
atau waktu yang diperlukan untuk menjalankan tugas yang
diberikan. Karakteristik metode penugasan adalah hanya satu
pekerjaan atau pekerja yang akan ditugaskan untuk menangani satu
mesin atau proyek.
Pemuatan pekerjaan yang telah dirancang oleh para manajer
operasi bertujuan untuk meminimumkan biaya dan waktu penyelesaian
suatu aktivitas operasi. Dengan menerapkan salah satu metode
pemuatan, diharapkan mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi
suatu aktivitas operasi perusahaan
3. Pengendalian Kualitas
a. Pengertian Pengendalian Kualitas
Kualitas merupakan kemampuan barang dan jasa dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan (Heizer dan Render, 2016). Kualitas
menurut Martono (2018) yaitu bentuk kepuasan pelanggan terhadap
barang atau jasa yang diharapkan. Perusahaan yang baik adalah
perusahaan yang mampu memenuhi harapan para pelangganya. Sehingga
suatu perusahaan perlu menentukan standar kualitas dari suatu produk
15
atau jasa yang ditawarkan karena akan berkaitan dengan loyalitas para
pelanggannya.
b. Alat Pengendalian Kualitas
Dalam upaya pengendalian kualitas terdapat 7 alat atau yang
biasa disebut QC 7 tools (QC Seven Tools) (James dkk, 2014). Tujuh
macam alat dan teknik tersebut digunakan untuk mengidentifikasi
dan menganalisa permasalahan yang berkaitan dengan kualitas dalam
produksi. 7 macam alat pengendalian kualitas tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Check Sheet
Check Sheet atau lembar periksa adalah format berbentuk
dokumen untuk mencatat dan mengumpulkan data secara langsung
di lokasi penelitian. Data tersebut dapat berupa data kuantitatif dan
kualitatif. Check Sheet membantu analis menemukan fakta atau pola
yang dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
2) Cause and Effect Diagram
Cause and Effect Diagram atau yang sering disebut dengan
Diagram sebab akibat adalah diagram yang digunakan untuk
mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan penyebab dari suatu
permasalahan. Cause and Effect Diagram dikenal juga dengan
Ishikawa Chart, ada juga yang menyebutnya sebagai Fishbone
Chart karena bentuknya seperti tulang ikan.
16
3) Control Chart
Control Chart atau peta kendali merupakan grafik yang
dipergunakan untuk mempelajari berbagai perubahan proses dari
waktu ke waktu. Dalam Control Chart terdapat batas tertinggi
(upper limit) dan batas terendah (lower limit).
4) Histogram
Histogram merupakan grafik yang menunjukkan seberapa
sering suatu nilai itu terjadi pada saat proses pengambilan data
(distribusi frekuensi).
5) Scatter Diagram
Scatter Diagram atau diagram tebar adalah diagram yang
menunjukkan kemungkinan hubungan antara dua macam variabel
dan menunjukkan keeratan hubungan antara dua macam variabel
tersebut sehingga disebut juga sebagai koefisien korelasi.
6) Pareto Diagram
Pareto Diagram adalah grafik berbentuk batang yang
digunakan untuk mengetahui penyebab permasalahan dan
menunjukkan faktor mana yang lebih signifikan. Urutan Pareto
Diagram dari yang paling banyak (paling sering terjadi) sampai ke
urutan paling sedikit (paling jarang terjadi).
7) Stratification
Stratifikasi adalah pembagian dan pengelompokan data ke
kategori-kategori yang lebih kecil dan mempunyai karakteristik
17
yang sama. Tujuan dari stratifikasi adalah untuk
mengidentifikasikan faktor-faktor penyebab suatu permasalahan.
4. Check Sheet
a. Pengertian Check Sheet
Check Sheet menurut Nasution (2010) adalah suatu piranti yang
digunakan untuk menghitung seberapa sering suatu kejadian terulang.
Check Sheet dapat mencatat data secara mudah dan sederhana sehingga
meminimalisir kemungkinan kesalahan yang terjadi saat pengumpulan
data. Check Sheet berbentuk formulir yang dirancang untuk mencatat
data sehingga pencatat cukup menandai kolom yang telah tersedia
(Heizer dan Render, 2016).
Tabel 2.1. Contoh Check Sheet
Sumber : Heizer dan Render (2016)
b. Fungsi Check Sheet
Check Sheet memiliki banyak fungsi yang tujuannya adalah untuk
mempermudah proses pengumpulan data sehingga hasilnya mudah
Jam
Cacat 1 2 3 4 5
A III I I II
B II II I III
C I III II
18
untuk digunakan dan dianalisis. Fungsi check sheet adalah sebagai
berikut :
a) Pemeriksaan distribusi proses produksi
b) Pemeriksaan item cacat
c) Pemeriksaan lokasi cacat
d) Pemeriksaan penyebab cacat
c. Jenis Check Sheet
Beberapa jenis check sheet yang biasa digunakan (Herjanto, 2008),
antara lain :
a) Check sheet untuk Distribusi Proses Produksi
Check sheet digunakan untuk mencatat ukuran, berat, dan diameter
yang dihasilkan dari suatu proses produksi.
b) Check sheet untuk Defective Item
Check sheet digunakan untuk mencatat jumlah defect (cacat), dan
persentase defect.
c) Check sheet untuk Defective Location
Check sheet digunakan untuk mencatat lokasi defect. Pencatatan
lokasi dibuat dengan menggambar produk dan tanda-tanda yang
muncul dari lokasi defect.
d) Check sheet untuk Defective Cause
Check sheet digunakan untuk mencatat faktor-faktor penyebab
defect. Setelah data terkumpul kemudian dianalisa lebih mendalam
mengenai sebab-akibat menggunakan Scatter Diagram.
19
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah referensi yang digunakan untuk menemukan
berbagai inspirasi dan ilmu yang dapat diandalkan. Penelitian terdahulu juga
digunakan sebagai dasar atau acuan baik dari segi penulisan, tema, maupun
metode yang digunakan sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam
penulisan. Penelitian terdahulu dapat menunjang penelitian yang akan
dilakukan sehingga dapat menyempurnakan penelitian yang sudah ada
sebelumnya. Dari sekian banyak penelitian terdahulu mengenai penjadwalan
dan saluran distribusi, terdapat beberapa penelitian yang dapat dijadikan acuan
penelitian ini.
Acuan penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh
Anisya dkk (2015) pada Perusahaan Furniture yang memproduksi Nas Shoes.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perencanaan agregat yang sesuai
sehingga diperoleh biaya yang optimal. Perhitungan perkiraan menggunakan
regresi linier, moving average, dan eksponensial smoothing sedangkan
perhitungan biaya produksi menggunakan metode perencanaan agregat,
metode transportasi, metode kerja permanen dan metode coba-coba. Hasil
penelitian dari perhitungan master perencanaan produksi menggunakan
metode perencanaan agregat dengan tiga alternatif yaitu transportasi, tenaga
kerja tetap dan coba-coba terakhir, sehingga diperoleh hasil optimal ada pada
transportasi alternatif dengan biaya produksi $120.892,10 dan biaya
pengurangan sebesar $137,90 dan total produksi sama dengan 2626 unit selama
6 bulan.
20
Penelitian mengenai pengendalian kualitas menggunakan metode seven
tools dilakukan oleh Iswandi dkk (2016). Tujuan penelitian adalah mengetahui
pengendalian kualitas dari produk tempe. Dengan check sheet diperoleh data
penyebab kecacatan produk. Jenis cacat yang disebabkan karena dimakan
hewan sebanyak 66 produk, kemasan rusak sebanyak 62 produk, bentuk tidak
rata sebanyak 61 produk, dan produk berwarna kehitaman sebanyak 53 produk.
Jenis cacat yang paling dominan disebabkan karena dimakan hewan. Faktor
penyebabnya adalah manusia, material, alat produksi, dan metode kerja. Cacat
tersebut dapat terjadi karena tidak adanya fasilitas alat untuk proses fermentasi
tempe.
Penelitian mengenai pengendalian kualitas menggunakan metode seven
tools selanjutnya dilakukan oleh Hendra G. (2013) pada pabrik cat CV X di
Surabaya. Tujuan penelitian adalah mengendalikan kualitas produksi cat. Hasil
penelitian menggunakan check sheet diperoleh data rata-rata jumlah produksi
dan rata-rata kecacatan produk. Rata-rata jumlah produksi di bagian
pengepakan sebesar 2.880 unit dan rata-rata kecacatan produknya sebesar 107
unit. Sedangkan rata-rata jumlah produksi di bagian pencampuran sebesar
11.671 unit dan rata-rata kecacatan produknya sebesar 416 unit. Persentase
kecacatan produksi diatas batas toleransi perusahaan, yaitu sebesar 3,7% dan
3,6%. Sehingga perbaikan-perbaikan yang dilakukan perusahaan didasarkan
pada tingkat prioritas yang paling utama.
Penelitian mengenai pengendalian kualitas menggunakan metode seven
tools berikutnya dilakukan oleh Iswandi dkk (2016). Penelitian tersebut
21
bertujuan untuk memberikan informasi dan solusi atas masalah kecacatan yang
terjadi pada UD Wing On yang memproduksi karton kotak makan. Hasil
penelitian menggunakan check sheet diperoleh 3 jenis penyebab kecatatan,
yaitu lipatan sobek, tidak putus, dan meleset. Jenis kecacatan yang disebabkan
karena lipatan sobek sebanyak 3.451 unit, tidak putus sebanyak 2.590 unit, dan
meleset sebanyak 1.999 unit. Solusi perbaikan yang dilakukan adalah
meningkatkan pengawasan, menunjuk karyawan yang bertanggungjawab
dalam proses produksi, dan memberi sanksi yang tegas.
Penelitian mengenai saluran distribusi yang dilakukan oleh Thessa dkk
(2018) pada CV. Karya Abadi Manado bertujuan untuk menganalisis saluran
distribusi dan bagaimana perusahaan mengatur frekuensi pengiriman order
barang dalam jumlah tertentu terhadap operasional harian. Metode yang
digunakan adalah deskriptif kuantitatif dimana hasil penelitian menunjukkan
bahwa dalam menjalankan aktivitas distribusi fisik, perusahaan mengutamakan
transportasi dalam melaksanakan distribusinya. Terdapat faktor penghambat
yang memperlambat kelancaran distribusi barang. Sehingga strategi yang tepat
dapat diselaraskan dengan pengawasan aktifitas distribusi yang maksimal.
Penelitian mengenai saluran distribusi berikutnya dilakukan oleh Nisia
(2013) di Kelurahan Rurukan Kota Tomohon. Tujuan penelitian adalah
mengetahui proses produksi, kebutuhan, dan sistem rantai pasokan sayuran
wortel yang dihasilkan oleh para petani. Penelitian tersebut menggunakan
metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan proses produksi sayuran
wortel melalui pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan panen.
22
Mayoritas petani telah bercocok tanam lebih dari 10 tahun sehingga telah
memahami cara bercocok tanam yang baik. Saluran distribusi yang dilakukan
menggunakan model saluran distribusi sederhana (model saluran distribusi 1
sampai dengan 3 tingkat). Di pasar tradisional maupun di supermarket Kota
Tomohon, banyak dijual wortel hasil produksi para petani Kelurahan Rurukan.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dijabarkan, terdapat
persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaan yang terdapat
dalam penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah tema dan metode yang
menjadi pokok bahasan. Tema penelitian yaitu penjadwalan dan saluran
distribusi, sedangkan metode yang digunakan adalah metode seven tools dan
metode kualitatif. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian saat
ini adalah objek penelitian, langkah-langkah penelitian dan keluaran yang
dihasilkan. Pada penelitian terdahulu perusahaan yang diteliti adalah
perusahaan manufaktur, sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan
jasa sebagai objek.
C. Kerangka Pikir
Sumber : Heizer dan Render (2016); diolah
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Data Penjadwalan
- Kuantum
- Mitra
- Durasi
Perpanjangan
Waktu
Penyelesaian
Masalah
Penjadwalan
23
Penjadwalan adalah salah satu acuan yang dapat digunakan oleh
perusahaan sebelum melaksanakan kegiatan operasinya. Dengan
mengevaluasi penjadwalan movement nasional tahun 2018, Perum BULOG
dapat mengetahui berapa banyak pelaksanaan movement nasional yang
mengalami permasalahan selama kurun waktu satu tahun dan
mengidentifikasi penyebab permasalahan tersebut. Dengan mengetahui
penyebab permasalahan, perusahaan dapat menemukan alternatif
pemecahan masalahnya. Alternatif pemecahan masalah tersebut dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan guna penyusunan penjadwalan
movement nasional berikutnya sehingga dapat meminimalisir permasalahan
yang mungkin terjadi pada saat pelaksanaan movement.
top related