bab ii tinjauan pustaka 2.1 teh herbaleprints.umm.ac.id/62542/2/bab ii.pdf · obat yang secara...
Post on 18-Jan-2021
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teh Herbal
Herbal tea atau teh herbal merupakan produk minuman teh, bisa dalam
bentuk tunggal atau campuran herbal. Selain dikonsumsi sebagai minuman biasa,
teh herbal juga dikonsumsi sebagai minuman yang berkhasiat untuk meningkatkan
kesehatan. Khasiat yang dimiliki setiap teh herbal berbeda, tergantung bahan
bakunya. Campuran bahan baku yang digunakan merupakan herbal atau tanaman
obat yang secara alami memiliki khasiat untuk membantu mengobati jenis penyakit
tertentu (Dewata, 2017). Adapun macam-macam bahan teh herbal yaitu teh herbal
umumnya campuran dari beberapa bahan yang biasa disebut infusi. Infusi terbuat
dari kombinasi daun kering, biji, kayu, buah, bunga dan tanaman lain (Ravikumar,
2014), Menurut Winarsi, (2011) teh herbal dapat dikelompokkan menjadi 2
golongan, yaitu teh herbal dan non herbal. Teh nonherbal dikelompokkan lagi
menjadi tiga golongan yaitu teh hitam, teh hijau danteh olong. Teh herbal
merupakan hasil pengolahan dari bunga berry, kulit, daundan akar berbagai
tanaman.
Teh herbal merupakan campuran herbal yang terbuat dari daun, biji,dan akar
berbagai tanaman dan lebih dikenal sebagai tisane. Tisane dibuat dari kombinasi
kering daun, biji, rumput-rumputan, kacang-kacangan, buah-buahan dan bunga dari
8
tumbuhan. Teh herbal tidak dapat disebut sebagai teh seduh karna teh herbal tidak
berasal dari tanaman camelia sinensis tempat teh dibuat sebagai minuman
(Ravikumar, 2014). Salah satu jenis tanaman yang daunnya dapat dimanfaatkan
untuk teh herbal adalah daun alpukat (Persea americana mill) yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat tradisional (Rauf, 2017). Ukuran tanaman bermacam-
macam dari (9-20 m). Alpukat ini tergolongbukan buah musiman yang pada waktu
tertentu saja berbuah. tetapi ada beberapa varietas yang tidak dapat berbunga karena
disebabkan oleh gugurnya daun yang sangat cepat.
Daun alpukat memiliki panjang sekitar 7-41 cm (Yasir, 2010). Daun ini
memiliki bentuk bundar atau ovaalis memanjang, tebal dan penyebaran daunnya
berdesakan di ujung ranting selain itu memiliki pangkal dan ujung yang meruncing,
tepi rata. Pertulangannya daun menyirip dengan panjang 5-20 cm. Daun alpukat
muda berwarna merah dan berbulu dan menjadi hijau gelap ketika dewasa
(Dalimartha, 2008).
Alpukat merupakan tanaman yang berada di derah tropis seperti indonesia.
Buah alpukat merupakan buah yang banyak digemari oleh masyarakat. Hal ini,
karena alpukat memiliki cita rasa yang enak dan juga memiliki kandungan
antioksidan dan zat gizi seperti lemak 9,8 g atau 100 g daging buah (Afrianti,
2010).
9
2.2 Klasifikasi Alpukat
Gambar 2.1. Daun Alpukat (Persea americana Mill)
(Sumber: Dokumentasi pribadi,2018)
Klasifikasi ilmiah alpukat (Persea americana Mill.) berdasarkan
taksonominya sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
Spesies : Persea americana Mill.
((Sumber: Siska, 2002)
10
Tanaman alpukat (persea americana mill) disebut dengan tanaman yang
dapat digunakan sebagai obat tradisonal terutama pada bagian daun. Daun alpukat
memiliki kandungan kimia yakini saponin, alkaloid, tanin, flavanoid, polifenol, dan
quersetin (Rauf, 2017). Flavanoid ini berfungsi di dalam tubuh sebagai antioksidan
yang melindungi struktur sel, meningkatkan kinerja vitamin C, anti inflamasi dan
antibiotik yang dapat mengangu mikrooganisme dan virus. Quersetin berfungsi
untuk melindungi tubuh dari jenis penyakit degenarative melalui pencegahan proses
perioksidasi lemak (Anggorowati, 2016).
Menurut penelitian Rauf (2017), semakin muda teh bubuk daun
alpukatmaka aktivitas antioksidan semakin tinggi.Hal ini disebabkan karena daun
muda memiliki kadar total fenol dan flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan daun
tua. Aktivitas antioksidan meningkat seiring dengan meningkatnya kadar total fenol
dan flavonoid yang merupakan senyawa bioaktif yang berperan sebagai
antioksidan. Penurunan aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh oksidasi yang terjadi
selama proses pengeringan sehingga senyawa yang bersifat sebagai antioksidan
rusak, seperti diketahui bahwa antioksidan bersifat tidak tahan panas dan mudah
menguap.
Senyawa yang terkandung pada daun alpukat digunakan sebagai obat untuk
beberapa penyakit yakni batu ginjal, anti radang, anti hipogligemia, anti diuretik
dan anti bakteri (Rauf, 2017). Daun alpukat yang digunakan sebagai teh memiliki
khasiat untuk menyembuhkan nyeri saraf, nyeri lambung, bengkak pada saluran
pernapasan, dan haid tidak teratur (Anggorowati, 2016).
11
2.3 Penyeduhan Teh Herbal
Penyeduhan teh herbal sangat berperan untuk mendapatkan antioksidan
yang optimal. Pengolahan tersebut berkaitan dengan suhu air dan waktu pada proses
penyeduhan, yang mana semakin lama teh direndam maka senyawa dalam teh
semakin terekstrak dan akan menyebabkan terjadi oksidasi, artinya senyawa yang
bermanfaat bagi tubuh manusia mengalami penurunan fungsi bahkan berdampak
negatif (Mutmainnah, 2018). Hal ini sejalan pendapat Sutisna (2016), dalam jurnal
pengaruh suhu celup terhadap teh herbal oleh Ardianta (2019), Pola penyajian teh
di setiap negara berbeda-beda. Cina, daun teh direndam dalam air panas (70-80OC
untuk teh hijau, 80-90OC untuk teh oolong dan 100OC untuk teh hitam) selama 20-
40 detik, dan daun teh yang sama biasanya digunakan berulang kali (tujuh kali).
Berbeda halnya dengan di Jepang yang menyiapkan teh hijau dengan menyeduh teh
dalam air panas selama sekitar 2 menit dan menggunakannya untuk 2-3 seduhan.
Perendaman teh dengan air panas menghasilkan total flavonoid sebesar 88,5 mg/g
pada suhu 85OC dengan lama 3 menit. Suhu penyeduhan akan mempengaruhi
kandungan senyawa dan aktivitas antioksidan yang diseduh.
2.4 Antioksidan
Antioksidan merupakan substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir
radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas
terhadap sel normal, protein, dan lemak. Antioksidan menstabilkan radikal bebas
dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan
menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal babas yang dapat
menimbulkan stres oksidatif (Waji dan Sugrani, 2009).
12
Antioksidan secara biologis merupakan senyawa yang dapat menangkal
atau meredam dampak negatif oksidan. Antioksidan bekerja dengan cara
mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga
aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat di hambat. Antioksidan dibutuhkan tubuh
untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Ada beberapa pengelompokan
antioksidan (Waji dan Sugrani, 2009), yaitu
1. Antioksidan enzimatis dan antioksidan non enzimatis.
a. Antioksidan enzimatis misalnya enzim superoksida dismutase (SOD),
katalase dan glutation peroksidase.
b. Antioksidan non enzimatis, dibagi dalam 2 kelompok lagi : Antioksidan
larut lemak, seperti tokoferol, karotenoid, flavonoid, quinon, dan bilirubin.
Antioksidan larut air, seperti asam askorbat, protein pengikat logam.
Kerusakan oksidatif atau kerusakan akibat radikal bebas dalam tubuh pada
dasarnya bisa diatasi oleh antioksidan endogen seperti enzim catalase, glutathione
peroxidase, superoxide dismutase, dan glutathione S-transferase. Tetapi jika senyawa
radikal bebas terdapat berlebih dalam tubuh atau melebihi batas kemampuan proteksi
antioksidan seluler, maka dibutuhkan antioksidan tambahan dari luar atau antioksidan
eksogen untuk menetralkan radikal yang terbentuk.
2. Antioksidan primer
Antioksidan primer bekerja untuk mencegah pembentukan senyawa radikal
baru, yaitu mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang
dampak negatifnya sebelum senyawa radikal bebas bereaksi. Antioksidan primer
13
mengikuti mekanisme pemutusan rantai reaksi radikal dengan mendonorkan atom
hidrogen secara cepat pada suatu lipid yang radikal, produk yang dihasilkan lebih
stabil dari produk awal. Antioksidan primer sifatnya sebagai pemutus reaksi
berantai (chain-breaking antioxidant) yang bisa bereaksi dengan radikal-radikal
lipid dan mengubahnya menjadi produk-produk yang lebih stabil.
3. Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder bekerja dengan cara mengkelat logam yang bertindak
sebagai pro-oksidan, menangkap radikal dan mencegah terjadinya reaksi berantai.
Antioksidan sekunder berperan sebagai pengikat ion-ion logam, penangkap
oksigen, pengurai hidroperoksida menjadi senyawa non radikal, penyerap radiasi
UV atau deaktivasi single oksigen. Lipida pangan umumnya mengandung ion-ion
logam dalam jumlah sangat kecil yang mungkin berasal dari enzim-enzim yang
diaktifkan oleh logam, berasal dari peralatan pemurnian minyak atau berasal dari
proses hidrogenasi.
4. Antioksidan tersier
Antioksidan tersier bekerja memperbaiki kerusakan biomolekul yang
disebabkan radikal bebas. Contoh antioksidan tersier adalah enzim-enzim yang
memperbaiki DNA dan metionin sulfida reduktase. Berdasarkan sumbernya
antioksidan dibagi dalam dua kelompok, yaitu antioksidan sintetik (antioksidan
yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan
hasil ekstraksi bahan alami).
14
5. Antioksidan alami
a. Vitamin A
Pertumbuhan dan perkembangan tubuh sangat diperlukan vitamin A untuk
fungsi sistem imun dan proses penglihatan. Konsumsi vitamin A yang cukup dalam
jangka waktu beberapa tahun, di dalam hati akan tertimbun cadangan vitamin A yang
dapat memenuhi kebutuhan sampai sekitar tiga bulan tanpa konsumsi vitamin A dari
makanan.
Tabel 2.1 Sumber Alamiah Zat Gizi Antioksidan
No.
Komponen
Antioksidan
Bahan Pangan
1 Vitamin A Jeruk, buah berwarna kuning, mentega,
margarine.
2 Vitamin E Biji bunga matahari, tomat, biji-bijian yang
mengandung kadar minyak tinggi, kacang-
kacangan, susu dan produk-produknya
3 Vitamin C Buah-buahan : jeruk, kiwi, anggur, pisang, apel,
tomat, pir, melon, sayuran (sebagian rusakan
selama pemasakan), kentang.
4 Vitamin B2 Susu, produk-produk susu, daging, ikan, telur,
serealia tanpa polis, kacang-kacangan.
5 Karotenoid
(prekursor
vitamin A)
Wortel, melon, daun hijau, sitrus.
15
6 Seng (Zn) Makanan sumber hewani : daging merah,
krustase, ikan, susu.
7 Tembaga (Cu) Kadar pada makanan tergantung pada konsentrasi
Cu dalam tanah, hati, serealia
8 Selenium Kadar pada makanan tergantung pada konsentrasi
dalam tanah : serealia, daging, ikan
9 Protein :
Giladin
gandum
ovalbumin
Grup amid berbagai residu glutamine sangat
penting gandung, telur
(Sumber : Prosiding Seminar (1996) dikutip olehWaji dan Sugrani (2009)).
b. Quercetin
Quercertin merupakan salah satu antioksidan kuat dan merupakan
bioflavonoid utama yang terdapat dalam diet sehari-hari. Senyawa ini banyak
didapatkan pada buah, sayuran, dan tumbuh-tumbuhan antara lain pada bawang
merah, kelompok berries, biji-bijian, teh, rempah-rempah, dan anggur merah
(Pitoyo dan Fatmawati, 2012).
c. Karotenoid
Karotenoid dapat meredam radikal bebas, karena karotenoid merupakan
kelompok pigmen dan antioksidan alami yang, yang menyebabkan warna kuning
orange dan merah pada tanaman. Pigmen ini ditemukan pada tumbuhan tingkat
tinggi seperti pada alga, jamur, dan bakteri, pada jaringan non photosintesis dan
16
fotosintesis bersama dengan klorofil. Selain itu karotenoid juga ditemukan pada
hewan seperti ikan, burung, dan serangga (Waji dan Sugrani, 2009).
d. Vitamin C
Salah satu contoh antioksidan alami yaitu vitamin C. Menurut Waji dan
Sugrani (2009), vitamin C (Ascorbic Acid) terdapat dalam seluruh jaringan hidup
dan dapat mempengaruhi reaksi oksidasi-reduksi dalam jaringan tersebut. Sumber
utama vitamin C terdapat pada sayuran dan buah-buahan.
e. Vitamin E
Vitamin E merupakan sebuah senyawa fenolik dan umumnya senyawa fenolik
dapat menangkap radikal bebas. Vitamin E merupakan antioksidan larut lemak yang
utama dan terdapat dalam membran seluler dimana vitamin ini mereduksi radikal bebas
lipid lebih cepat dari pada oksigen. Vitamin E dengan nama kimia tokoferol dikenal
sebagai antiosidan yang dipercaya dapat mencegah berbagai macam penyakit seperti
kanker, jantung koroner, katarak dan sebagainya dengan cara menjinakkan molekul-
molekul radikal bebas yang berbahaya serta menghambat laju proses penuaan.
f. Antosianin
Antosianin adalah pigmen yang memberikan warna merah keunguan pada
sayuran, buah-buahan dan tanaman bunga yang merupakan senyawa flavonoid
yang busa melindungi sel dari sinar ultraviolet. Antosianin pada tanaman hadir
bersamaan dengan pigmen alami seperti flavonoid, karotenoid, anthaxanthin, dan
betasianin.(Astawan dan Kasih, 2008).
g. Isoflavon
17
Iisoflavon merupakan salah satu golongan flavonoid yang dapat membantu
mengurangi resiko penyakit jantung koroner, prostat dan kanker. Isoflavon bersifat
sebagai fitoestrogen karena kemampuan isoflavon yang dapat berinteraksi dengan
reseptor estrogen pada sel. Isoflavon berpotensi sebagai pelindung dan pencegah
penyakit-penyakit kardiovaskular, kanker dan osteoporosis), sehingga isoflavon dapat
dimanfaatkan sebagai komponen pangan agar menjadi pangan fungsional.
h. Selenium
Selenium adalah mineral yang penting untuk sintesis protein dan aktivitas
enzim glutation peroksidase. Defisiensi Se pada manusia bisa menyebabkan
nekrosis hati dan penyakit degeneratif. Manusia yang kekurangan selenium akan
lebih berisiko menderita kanker dibandingkan mereka yang berkecukupan selenium
(Winarsi,2007).
Fungsi zat antiokisidan adalah untuk memperkecil terjadinya proses oksidasi
baik dalam makanan maupun dalam tubuh. Dalam makanan, antioksidan
diharapkan dapat menghambat oksidasi dari lemak dan minyak, memperkecil
terjadinya proses kerusakan dalam makanan, memperpanjang masa pemakaian
dalam industri makanan, meningkatkan stabilitas lemak yang terkandung dalam
makanan serta mencegah hilangnya kualitas sensori dan nutrisi. Peroksidasi lipid
adalah salah satu faktor yang cukup berperan dalam kerusakan selama dalam
penyimpanan dan pengolahan makanan. Antioksidan selain digunakan dalam
industri farmasi, tetapi antioksidan juga digunakan secara luas dalam industri
makanan, industri petroleum, industri karet dan sebagainya. Dalam tubuh
antioksidan diharapkan juga mampu menghambat proses oksidasi. Proses oksidasi
18
yang terjadi secara terus menerus dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif
dan penuaan dini (Waji dan Sugrani, 2009). Dan memiliki manfaat dari antioksidan
(Waji dan Sugrani, 2009), yaitu :
1. Konsumsi antioksidan bisa memperkuat otot
Selain untuk mencegah kanker atau menjaga kesehatan kulit antioksidan
yang terdapat dalam vitamin C dan E juga dapat membantu menjaga kekuatan otot.
Sebuah penelitian pada orang dewasa membuktikan bahwa asupan vitamin C dan
E yang cukup dapat meningkatkan kekuatan otot. Asupan makanan yang tinggi
antioksidan mempunyai peranan penting dalam menjaga fungsi otot pada orang
dewasa. Resiko utama yang terjadi apabila kekuatan otot menurun dapat
mengakibatkan cacat atau kerapuhan. Konsumsi vitamin C yang baik adalah
sebesar 144 miligram dan vitamin E sebesar 11 miligram per hari.
2. Antioksidan untuk menghambat penuaan (antiaging)
Stres selain menyebabkan penuaan dini (aging) juga meningkatkan risiko
berbagai penyakit degeneratif yang mengancam seperti diabetes, jantung, stroke,
gagal ginjal dsb. Hal tersebut dipicu oleh pola makan yang salah, gaya hidup yang
salah, serta stres yang berkepanjangan baik akibat pekerjaan, rumah tangga,
maupun lingkungan sosial.
Struktur sel yang berubah turut mengubah fungsinya, yang akan mengarah
pada proses munculnya penyakit, hal tersebut dapat terjadi pada kulit maupun organ
yang lain. Dengan demikian pada individu yang hidup dengan stres tinggi,
pekerjaan yang melelahkan, bekerja di bawah paparan sinar matahari dan polusi
udara memerlukan antioksidan eksogen agar radikal bebas yang berlebihan dapat
19
diperangkap oleh antioksidan tersebut. Antioksidan tersebut diperoleh dari bahan
makanan yang mengandung vitamin C, E, dan betacaroten, serta senyawa
flavonoid.
Antioksidan alami yang terdapat pada sayur dan buah segar yang merupakan
antioksidan terbaik, selain itu antioksidan dalam bentuk suplemen dapat
dikonsumsi setiap hari. Konsumsi vitamin A, C dan E sebagai antioksidan dapat
mencegah penuaan dini dan diberikan sesuai kebutuhan. Beberapa suplemen seperti
omega-3, alpha lipoic– acid, ubiquinon, arginin, Zinc, juga akan sangat membantu
proses peremajaan dan memperlambat proses penuaan.
3. Pencegahan Penyakit
a. Kanker hati oleh aflatoksin B1 (AFB1)
Aflatoksin B1 diproduksi oleh kapang Aspergillus flavus yang tumbuh pada
bahan pangan seperti jagung, kacang tanah dapat menyebabkan terjadinya kanker
hati. Fasilitas gudang tempat penyimpanan hasil pertanian yang kurang memadai
seperti yang terdapat didaerah yang panas dan lembab seperti yang terdapat di
negara-negara Asia dan Afrika, hal ini mengakiatkan berkembangnya kapang tersebut
yang pada akhirnya meningkatnya resiko timbulnya penyakit kanker hati
(hepatocelluler carcinoma).
Klorofil merupakan salah satu antioksidan, yang dapat menetralkan beberapa
macam oksidan secara in vitro. Penelitian telah dilakukan terhadap 180 orang laki-laki
di Cina yang mempunyai resiko tinggi mengidap penyakit kanker hati karena tingginya
AFB1 dan tingginya prevalensi penyakit infeksi kronis hepatitis B.
20
b. Anti Kanker dan Mengatasi Diabetes
Likopen merupakan salah satu antioksidan, karena kemampuan likopen
untuk melawan radikal bebas. Likopen mempunyai aktivitas antioksidan dua kali
lebih kuat dibandingkan dengan beta karoten. Likopen dapat mencegah terjadinya
oksidasi LDL (low density protein).Oleh karena itu dengan mengonsumsi likopen
dapat mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah sehingga mengurangi
resiko penyakit jantung dan stroke.
2.5 Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Aktivitas antioksidan suatu senyawa atau ekstrak dapat diuji dengan
mengukur daya tangkap terhadap radikal bebas (radical scavenging activity)
menggunakan radikasl sintetik DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl) (Santoso,
2017). Menurut Santoso (2017) senyawa antioksidan atau ekstrak dilarutkan dalam
metanol pada konsentrasi tertentu.
DPPH menerima elektron atau radikal hidrogen akan membentuk
molekuldiamagnetik yang stabil. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara
transferelektron atau radikal hidrogen pada DPPH, akan menetralkan radikal bebas
dari DPPH. Warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang
danabsorbansi pada panjang gelombang 516 nm akan hilang jika semua elektron
padaradikal bebas DPPH menjadi berpasangan. Perubahan ini dapat diukur
sesuaidengan jumlah elektron atau atom hidrogen yang ditangkap oleh molekul
DPPHakibat adanya zat reduktor.Suatu zat mempunyai sifat antioksidan bila nilai
IC50kurang dari 200 ppm. Bila nilai IC50 yang diperoleh berkisar antara 200-
21
1000ppm, maka zat tersebut kurang aktif namun masih berpotensi sebagai
zatantioksidan (Amalia,2018.
Metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl) merupakan metode pengujian
aktivitas antioksidan yang sederhana dan cepat. Gugus kromofor dan auksokrom
DPPH memberikan serapan yang kuat pada panjang gelombang dengan warna
ungu. Warna ungu akan berubah menjadi kuning ketika terdapat senyawa
antioksidan yang meredam radikal bebas DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl)
(Sadeli, 2016). Warna-warna yang dihubungkan denganpanjang gelombang
diringkas pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Hubungan warna dengan panjang gelombang sinar
Panjang
gelombang
Warna yang diserap
Warna yang diamati/warna
komplementer
400-435 nm
450-480 nm
480-490 nm
490-500 nm
500-560 nm
560-580 nm
580-595 nm
595-610 nm
610-750nm
Ungu
Biru
Biru kehijauan
Hijau kebiruan
Hijau
Hijau kekuningan
Kuning
Organe
Merah
Hijau kekuningan
Kuning
Organe
Merah
Merah anggur
Ungu
Biru
Biru kekuningan
Hijau kebiruan
(Sumber : Gandhar dan Rohman(2017) dikutip Amalia (2018))
22
2.6 Penelitian Sebagai Sumber Belajar
Penelitian yakni suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan dan
mempersoalkan mengenai cara-cara melaksanakan penelitian sampai menyusun
laporannya berdasarkan fakta atau gejala secara ilmiah. Kegiatan penelitian dapat
dijadikan sebagai sumber belajar. Sumber belajar dapat berasal dari berbagai bentuk
yang merujuk pada bahan ajar yaitu buku, majalah, brosur, poster, ensiklopedia,
film, slides, video, internet, wawancara, taman, museum, kebun binatang, pabrik,
dan toko (Prastowo, 2018).
Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu sumber belajar yang
dirancang yaitu sumber belajar yang dibuat untuk menunjang kegiatan
pembelajaran. Contoh sumber belajar yang dirancang antara lain buku pelajaran,
bahan ajar, powerpoint, dan program slide suara. Sumber belajar yang sudah ada
dan tinggal dimanfaatkan adalah sumber belajar yang tidak dirancang atau dibuat,
tetapi dapat langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Contoh sumber
belajar ini yaitu, sawah, kebun binatang, surat kabar, televisi, radio, dan lain-lain
(Falahudin, 2014).
Menurut Djohar (1987) yang dikutip oleh Susilo (2014), menyatakan bahwa
hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi jika telah
dilakukan pengkajian. Syarat-syarat sumber belajar antara lain :
1. Kejelasan potensi
Kondisi lingkungan yang ada di lingkungan sekitar dapat diangkat dan
dijadikan sebagai sumber belajar yang menarik bagi siswa, karena proses
belajar mengajar tidak hanya dapat dilakukan di dalam kelas, akan tetapi
dapat pula dilakukan diluar ruangan kelas. Potensi yang ada di lingkungan
23
sekitar dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan
belajar siswa yakni dapat mengetahui secara langsung di area perkebunan,
yaitu tanaman alpukat yang memiliki kandungan yang terletak pada daunnya.
2. Kejelasan informasi yang diungkap
Informasi yang akan diungkap berdasarkan hasil penelitian yang
berbasis pada potensi lokal sehingga dekat dengan sekolah-sekolah setempat.
Informasi yang dapat diungkap dari hasil penelitian eksplorasi ini berupa
proses dan produk penelitian. Informasi berupa proses dalam penelitian ini
yaitu menggunakan pendekatan penelitian eksplorasi dengan sistem jelajah,
sehingga memudahkan siswa untuk melakukannya. Informasi produk
penelitian ini berupa laporan penelitian yang dilengkapi dengan metodologi
yang jelas dan dokumen-dokumen foto hasil identifikasi kadar antioksidan
yang terkandung di daun alpukat.
3. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran
Potensi lokal yang ditemukan di area perkebunan tanaman alpukat jika
dikaitkan dengan tujuan pembelajaran pada materi biologi yang berkaitan zat
antioksidan yang mengacu pada kurikulum 2013 maka ada kesesuaiannya
yang terangkum, yaitu dapat mengetahui perkebunan tanaman alpukat dan
kadar antioksidan yang terkandung di dalam daun alpukat, dapat melakukan
pengamatan dan mengidentifikasi kadar antioksidan yang terkandung dalam
daun alpukat, mampu membuat eksperiman yang berkaitan dengan daun
alpukat, seperti teh herbal daun alpukat.
4. Kejelasan sasaran
24
Kejelasan sasaran untuk materi biologi yang berkaitan dengan kadar
antioksidan yang terkandung dalam daun alpukat dan memberikan
kemudahan bagi guru dalam menerapkan pendekatan saintifik dalam
pembelajarannya.
5. Kejelasan pedoman eksplorasi
Pedoman penelitian agar diperoleh hasil yang maksimal diperlukan
prosedur kerja penelitian yang meliputi penentuan tempat penelitian, alat dan
bahan, cara kerja, pengolahan data serta penarikan kesimpulan. Keterbatasan
waktu yang ditentukan di sekolah dan kemampuan siswa menjadi
pertimbangan, karena dengan adanya pemilihan kegiatan yang akan
dilaksanakan siswa, agar kegiatan berjalan sesuai dengan yang diharapkan
maka: harus menyesuaikan waktu agar proses pembelajaran dapat
berlangsung dan mengalokasikan waktu untuk kegiatan ekstra kurikuler dan
intra kurikuler.
6. Kejelasan perolehan yang diharapkan
Perolehan yang diharapkan disesuaikan dengan standar isi kurikulum
2013, maka perolehan yang dimaksud berupa: 1). perolehan kognitif siswa
yaitu mampu menggunakan cara berpikir tingkat tinggi untuk mendapatkan
pengetahuan melalui kegiatan inquiry discovery. 2) perolehan afektif, siswa
akan memiliki sikap-sikap ilmiah yang positif dalam ikut serta menjaga,
memelihara, dan memanfaatkan alam dan lingkungan untuk tujuan-tujuan
kebaikan. 3) perolehan psikomotirik, siswa memiliki keterampilan-ketrampilan
seperti keterampilan menggali informasi, menganalisis, berkomunikasi, dan
25
lain sebagainya yang lebih pada melatih kemandirian siswa untuk bisa
mengimplementasikan ilmu yang diperoleh disekolah saat berada ditengah-
tengah masyarakat dan lingkungannya.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber
belajar adalah suatu bentuk baik media cetak dan elektronik yang memberikan
informasi seperti pada penelitian ini yang dapat meberikan pengetahuan tentang
adanya pengaruh suhu dan lama penyeduhan teh herbal daun alpukat terhapat kadar
antioksidan sebagai sumber belajar biologi.
2.6.1 Tujuan Sumber Belajar
Sumber belajar bertujuan agar dapat membantu siswa dalam mempelajari
berkaitan dengan pelajaran biologi khususnya pengaruh suhu dan lama penyeduhan
teh herbal daun alpukat (persea americana miller) terhadap kadar antioksidan, baik
dalam bentuk media cetak dan elektronik, yang pada akhirnya meningkatkan
pengetahuan siswa tentang pelajaran biologi dan memperoleh informasi serta
mempermudah mempelajari mata pelajaran biologi yang berkaitan dengan
pengaruh suhu dan lama penyeduhan teh herbal daun alpukat (persea americana
miller) terhadap kadar antioksidan
26
2.7 Kerangka Konsep
jh
Gambar 2.6 Kerangka Konseptual Pengaruh Suhu dan Lama Penyeduhan Teh Herbal Daun
Alpukat (Persea Americana Miller)Terhadap Kadar Antioksidan sebagai
Sumber Belajar Biologi
Sumber Belajar
Biologi
Variasi Naik Turunya
Kadar antioksidan
Larutnya antioksidan
pada air seduhan teh
herbal daun alpukat
Lama perendaman :
1 menit, 5 menit dan 10
menit
Suhu air penyeduh :
70OC, 80OC, 90OC dan
100OC.
Teh Herbal Daun
Alpukat
Kandungan
antioksidan daun
alpukat : Saponin,
Alkaloid, Tanin,
Flavanoid, Polifenol,
Quersetin
27
2.7 Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh variasi suhu dan lama penyeduhan terhadap kadar antioksidan teh herbal
daun alpukat (Persea Americana Miller).
top related