bab ii tinjauan pustaka 2.1 pengertian dan proses komunikasieprints.umm.ac.id/60252/3/bab ii.pdf ·...
Post on 27-Nov-2020
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Proses Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari
kata latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.
Dalam hal ini adalah makna, maka jika ada dua orang yang saling berinteraksi
selama ada kesamaan makna didalamnya maka kedua percakapan tersebut dapat
dikatakan komunikatif.
Menurut (Carl Hovland, dalam Effendy, 1986: 12-13). Ilmu komunikasi
adalah upaya tersususn untuk menjabarkan secara rinci dalam menyampaikan
informasi melainkan membentuk opini publik serta sikap publiklah yang menjadi
peran penting. komunikasi merupakan proses memperbaiki tingkah laku individu
(communication is the process to modify the behavior of other individuals).
Untuk memahami penafsiran komunikasi peneliti memilih suatu contoh
model komunikasi dari David K. Berlo (dalam Mulyana 2007:162)
menggambarkan proses komunikasi dengan model SMCR (source (sumber),
message(pesan), channel (saluran), receiver (penerima)).Berlo menjelaskan
dalam sebuah proses komunikasi dibutuhkan beberapa unsur yaitu,sumber
adalah pihak yang menciptakan pesan; Pesan adalah terjemahan gagasan
kedalam kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat; saluran adalah medium yang
membawa pesan dan penerima adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi.
10
a. Source (sumber)
Pengirim pesan dipengaruhi oleh faktor-faktor: keterampilan
komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya.
b. Message (pesan)
Pesan dikembangkan berdasarkan elemen, struktur, isi, perlakuan,
dan kode.
c. Channel (saluran)
Berhubungan dengan panca indra : melihat, mendengar, membaui,
dan merasai (mencicipi)
d. Receiver (penerima)
Penerima pesan dipengaruhi oleh faktor-faktor: keterampilan
komunikasi, sikap, pengtahuan, sistem sosial, dan budaya (David
K. Berlo dalam Mulyana 2007:162).
. Komponen-komponen Model Komunikasi David K.Berlo
2.1 Model Komunikasi David K.Berlo
sumber: (http://lotsoflovecs.blogspot.com/)
11
Model komunikasi ini memperlihatkan bahwa komunikasi komunikasi
terjadi dari adanya komunikator (individu/kelompok) yang memberikan pesan
yang dituangkan melalui sebuah saluran dan diterima oleh panca indra penerima
pesan atau komunikan
2.2 Jenis Komunikasi
Dibagi menjadi dua jenis yaitu, komunikasi Verbal dan Komunikasi
Non Verbal.
2.2.1 Komunikasi Verbal
Pada dasarnya sebuah proses komunikasi adalah suatu usaha menyampaikan
suatu gagasan untuk menerima umpan balik dari gagasan yang disampaikan.
Orang lain dapat memahami apa yang kita sampaikan maka, gagasan yang
dinyatakan itu harus jelas bagi seorang komunikator terlebih dahulu. Secara
definitive komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang menggunakan kata-
kata, baik lisan maupun tulisan. Dalam komunikasi verbal bahasa merupakan
bagian terpenting melalui simbol dan kode-kode tertentu.( Nurudin, 2016:118-
120).
Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal. Bahasa
dapat didefenisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut yang di gunakan dan di pahami suatu
komunitas. (Mulyana, 2000:237-238)
Dalam bukunya Communication in Our Lives, Julia T.Wood pernah
mengemukakan,setidaknya ada tiga prinsip dalam Komunikasi Verbal yakni: (1)
12
interpretasi menciptakan makna, (2) komunikasi adalah aturan yang dipandu, dan
(3) penekanan memengaruhi makna.
2.2.2 Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah segala bentuk komunikasi tanpa menggunakan
lambang-lambang verbal seperti kata-kata baik dalam bentuk percakapan maupun
tulisan. Singkatnya komunikasi non verbal dapat berupa lambang-lambang seperti
gerakan tangan, warna, ekspresi wajah dan lainnya.
Ada beberapa fungsi dari pesan non verbal gabungn pendapat dari Paul
Ekman dan Mark L.Knapp yakni : (1) menekankan (2) melengkapi (3)
menunjukkan kontradiksi (4) mengatur (5) mengulangi (6) menggantikan dan
melihat kejujuran. (Nurudin,2016:134-135)
2.3 Komunikasi Sebagai Proses Budaya
Asumsi dasarnya adalah komunikasi merupakan suatu proses budaya.
Artinya, komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain adalah
sebuah pertukaran kebudayaan.
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya
(Koentjaraningrat, 1997 dalam Nurudin, 2014: 49-52). Dari pernyataan itu dapat
dilihat dalam kebudayaan terdapat gagasan,budi dan karya akan menjadi sebuah
13
kebudayaan jika dengan belajar. selain itu,jika dipahami secara menyeluruh akan
menemukan bentuknya.
Kebudayaan tidak hanya sekedar konsep melainkan adanya wujud
budaya:
a. Wujud sebagai suatu kompleks gagasan, konsep dan pikiran manusia;
b. Wujud sebagai suatu kompleks aktivitas;
c. Wujud sebagai benda.
Salah satu wujud dari kebudayaan adalah komuNikasi. Sebab
komunikasi akan terwujud hanya bisa terwujud setelah sebelumnya ada suatu
gagasan yang akan dikeluarkan oleh pikiran individu. Dan pada akhirnya,
komunikasi yang dilakukan tersebut tak jarang membuahkan suatu bentuk fisik,
contohnya karya seni seperti sebuah gedung. Bukankah gedung dibangun karena
ada rancangan, ide lalu dibicarakan (dengan kerabat, tukang ataupun arsitek) dan
berdirilah sebuah wujud dari kebudayaan. Dengan kata lain, komunikasi juga
disebut sebagai proses budaya yang ada dalam masyarakat.
Seperti halnya pada ritual adat Pati Ka du’a Bapu ata mata (pemberian
makan pada leluhur) di Danau Kelimutu, Kabupaten Ende,Flores-NTT ini.
sebelum di mulainya ritual puncak para Mosalaki (Tetua Adat) Desa penyangga
Gunung Kelimutu ini duduk berkumpul didalam sebuah Kuwu
(Tempat/pondok/Gazebo) untuk mendiskusikan segala macam persiapan
perlengkapan yang akan dibawa atau dipersembahkan. Sambil berkumpul di
dalam Kuwu para tetua adat ini menyiapkan sesajian makanan dan minuman yang
diletakkan di atas Pane (piring yang terbuat dari tanah liat). Setelah semua
14
sesajian terkumpul didepan para mosalaki. Lalu para Mosalaki satu persatu
bergegas meninggalkan Kuwu sambil membawa sesajian menuju altar/ tempat
persembahan sebagai lokasi upacara yang berada di dekat area Danau Kelimutu.
2.4 Hubungan Budaya dan Komunikasi
Kebudayaan berhubungan dengan kehidupan manusia. Manusia belajar
berpikir, merasa, percaya, dan mengupayakan apa yang patut menurut tradisinya.
Bahasa, pertemanan, tata cara makan, praktik komunikasi, aktivitas sosial,
aktivitas ekonomi, politk dan teknologi, semuanya itu sesuai bentuk budayanya.
misalnya ketika kita menggunakan dialeg jawa,ritual ngaben di Bali,menelpon
menggunakan smartphone. Hal ini terjadi karena dari apa yang dilakukan berasal
dari peran kebudayaanya. Porter & Samover dalam (Mulyana dan Rahmat, 2006)
Budaya berkaitan dan ada dimana saja, baik dalam bentuk fisik, lingkungan
sosial berpengaruh pada hidup manusia. Sejak dalam kandungan hingga manusia
mati apa yang dilakukan akan sesuai dengan budaya yang melekat pada diri
manusia. Berarti budaya dan komunikasi tidak bisa diputuskan, cara kita
mengirm pesan , menerima dan memaknai pesan juga tergantung pada budaya
yang ada. Dan bagaimana tingkahlaku yang dilakukan dalam keseharian
dipengaruhi oleh budaya. Sebagai landasan komunikasi budaya akan beraneka
ragam sehingga praktik komunikasinya akan beragam. (Sihabudin, 2011:19-20)
15
2.5 Komunikasi Ritual
Komunikasi ritual adalah salah satu peran komunikasi yang dipakai
sebagai penyempurnaan identitas seseorang sebagai manusia, kelompok sosial,
dan sebagai wujud dunia. seseorang yang melaksanakan komunikasi ritual
berpegang teguh pada adat istiadat keluarga, suku, bangsa, ideologi, atau agama
yang dianut. Berikut bentuk komunikasi ritual yakni, acara nikahan, siraman,
berdoa.
Menurut (Rothenbuhler, dalam Yermia.D.M,2011) ritual selalu di identikkan
dengan rutinitas. Rothenbuhler kemudian menjelaskan bahwa, Ritual is the
voluntary performance of appropriately patterned behavior to symbolically
effect or participate in the serious life. selanjutnya, Couldry (2005:60)
mengartikan ritual sebagai suatu habitual action (praktik turun temurun),
kegiatan formal dan juga berisi nilai-nilai transpedental. Mengamati pikiran-
pikiran dan dipahami ritual erat kaitan dengan suatu aksi yang dilakukan secara
turun-temurun sesuai kebiasaan atau tingkahlaku yang tersistem. aksi yang
dilakukan menyimbolkan suatu dampak dalam hidup bermasyarakat. Lebih
jelasnya, Rohtenbuhler (1998) menjabarkan kurang lebih karakteristik dari ritual
itu sendiri yakni: “ritual sebagai aksi, pertunjukan (performance), kesadaran dan
kerelaan, irasionalitas, ritual bukanlah sekedar rekreasi, kolektif, ekspresi dari
relasi sosial, subjunctive dan not indicative, efektifitas simbol-simbol, condensed
symbols, ekspresif atau perilaku estetik, customary behavior, regulary recurring
behavior, komunikasi tanpa informasi, keramat”.
16
Berkomunikasi adalah suatu cara dari ritual. Semua bentuk ritual
adalah komunikatif. Ritual erat kaitannya dengan tingkah laku simbolik dari
kondisi sosial. sebab itu ritual adalah ssebuah cara untuk mengatakan sesuatu.
Sehingga disebut komunikasi ritual. Istilah tersebut dikenalkan oleh James
W.Carey (1992). mengungkapkan bahwa, in a ritual definition, communication
is linked to terms such as sharing, participation, association, fellowship, and the
possession of a common faith. artinya didalam pandangan ritual, komunikasi erat
kaitan dengan berbagi, berperanserta, perkumpulann, pertemanan, dan memiliki
keyakinan iman bersama. Kemudian Carey menambahkan, dalam perspektif
ritual, komunikasi tidak secara langsung ditujukan untuk menyalurkan secara
luas pesan di suatu ruang, tapi lebih pada pemeliharaan sebuah kelompok di satu
waktu. Komunikasi yang dibentuk juga tidak suatu tindakan untuk membagikan
informasi tetapi untuk menghadirkan kembali kepercayaan-kepercayaan
bersama. (Yermia,D.M,2011)
2.5.1 Ciri-Ciri Komunikasi Ritual
(Hamad,2006:3) mengatakan didalam mengartikan komunikasi ritual,
terdapat ciri-ciri komunikasi ritual yakni:
a. Komunikasi ritual berhubungan dengan aktivitas berbagi, partisipasi,
berkumpul, di satu kelompok yang mempunyai sebuah kepercayaan yang
sama.
b. Komunikasi tidak secara langsung diarahkan untuk menjaga kesatuan
kelompok.
17
c. Komunikasi dibentuk tidak langsung untuk membagikan informasi tetapi
untuk menghadirkan lagi keyakinan bersama disuatu komunitas.
d. Pola komunikasi yang dibentuk seperti acara sakral dimana setiap individu
secara bersama bersekutu dan berkumpul contohnya melakukan doa
bersama.
e. Bahasa yang dipakai baik memakai artifisial (buatan) maupun simbol (secara
umum dibentuk berupa tarian, permainan, cerita, dan bahasa tutur) diarahkan
untuk menegaskan,melukiskan suatu yang sedang terjadi dan mudah retak
didalam suatu aktivitas sosial.
f. Sama halnya didalam acara ritual,komunikasi dibuat melibatkan drama suci,
tidak hanya jadi pengawas atau khalayak.
g. Agar komunikasi terlarut suasana proses komunikasi, simbol memilih
komunikasi sebaiknya berangkat dari ciri khas kelompoknya, seperti
keunikannya, keaslian dan hal baru untuk mereka.
h. Komuniikasi ritual atau komunikasi eksprhesif (tergantung dari
emosi/keadaan dan pemahaman bersama masyarakat. Juga lebih tekankan
akan pemuasan “intrinsic”dan mengirim/ menerima.
i. Pesan yang ditujukan didalam komunikasi bersifat tidak terbuka (latent), dan
bermakna dobel (ambiguous) bergantung pada perkumpulan dan simbol-
simbol komunikasi yang dipakai oleh suatu etnis.
j. Di tengah media dan pesan susah terpisah. Media dapat menjelma jadi pesan.
k. Pengunaan simbol tertuju pada mengisyaratkan ide dan bernilai terkait
budaya, pergelaran ritual persembahan.
18
2.6 Pengertian Simbol
Secara etimologis, simbol (symbol) berasal dari kata yunani sym-ballein
yang berarti melemparkan bersama suatu (benda,perbuatan) dikaitkan dengan
sebuah gagasan. (Hartoko & Rahmanto, 1998:133). Ada pun yang mengatakan
symbolos, yang berarti tanda atau ciri yang mengatakan suatu hal pada seorang
(Herusatoko,2000:10). lazimnya simbol terbentuk bersumber dari metonimi
(metonimy), yaitu nama untuk benda lain yang berafiliasi atau sebagai
pengenalnya (seperti si kaca mata digunakan oleh seorang yang berkaca mata)
dan metafore (metaphor), yaitu penggunaan kata atau ungkapan lain pada objek
atau gagasan berlandaskan kias persamaan (contohnya kaki gunung, kaki meja,
bersumber kias pada kaki manusia) (Kridalaksana,2001:136-138).
Seluruh simbol menyangkutkan tiga unsur:simbol itu,suatu penunjuk atau
lebih, dan kaitan celah simbol dengan penunjuk. Tiga hal ini adalah asas
keseluruhan makna simbolis. Didalam KKBI karangan WJS Poerwadarminta
menyebutkaan, simbol atau lambang merupakan sebuah tanda, karya seni, kata-
kata, lencana, dan lainnya, menyatakan suatu hal, atau mempunyai tujuan
khusus. contohnya, warna putih merupakan lambang kemurnian,padi lambang
kesuburan, dan batik adalah salah satu warisan yang menjadi identik dengan
negara Indonesia.
Simbol tidak bisa disikapi dengan cara isolatife, terpisah dari kaitan
asosiatifnya dengan simbol lain. Meski demikian berlainan dengan bunyi, simbol
mempunyai satuan bentuk dan makna. Berlainan juga dengan tanda (sign),
19
lambang adalah ungkapan atau suatu yang dapat dianologikan sebagai kata yang
terkait dengan (1) menafsirkan yang dipakai, (2) kaidah yang dipakai cocok
dengan jenis wacananya, dan (3) karya memberi makna cocok dengan intensi
yang pakai. Simbol yang ada didalam saling berkaitan dengan tiga unsur yang
disebut bentuk simbolik. Umumnya simbol bisa dibedakan (Hartoko &
Rahmanto,1998:133):
1. Simbol umum, berkaitan dengan arketipos, contohnya tidur, tertawa sebagai
simbol bergembira
2. Simbol cultural berdasarkan budaya tertentu (contohnya gamelan alat musik
tradisional suku Jawa)
3. Simbol individu khusus yang biasanya bisa dipahami dalam kerangka
keutuhan karya individu
.
Di dalam bahasa komunikasi, simbol sering di artikan sebagai lambang.
lambang merupakan suatu yang dipakai untuk tertuju kepada suatu yang lain,
bersumber dari persetujuan sekelompok individu. Lambang mencakup
ungkapan (pesan verbal) tingkah laku nonverbal, dan objek maknanya
disetujui bersama,contohnya mengibarkan bendera didepan rumah untuk
menunjukkan penghargaan dan bentuk cinta terhadap negara. Kemahiran
seseorang memakai simbol verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan
menangani hubungan antara manusia dan objek (baik nyata maupun abstrak)
tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut. (Sobur,2013:155-156).
20
2.7 Makna dalam komunikasi
ketiga hal yang coba dijelaskan oleh para filsuf dan linguis berkaitan
dengan upaya menggambarkan istilah makna. Tiga hal itu yakni: (1) mengartikan
makna kata secara alamiah, (2) deskripsikan kalimat secara alamiah, dan (3)
mengartikan makna dalam proses komunikasi (Kempson,1977:11). Dalam
hubungan itu Kempson berpandangan untuk menerangkan sebutan makna harus
diamati dari segi : (1) kata ; (2) kalimat; dan (3) apa yang dibutuhkan pembicara
untuk berkomunikasi.
Sehingga ada berbagai perspektif yang menerangkan ihwal teori konsep
makna. Model proses makna (Wandell Johnsosn,dalam Devito,1997)
menunjukkan banyaknya keterkaitan komunikasi diantara manusia :
1. Makna berada didalam diri kita sendiri. Makna tidak hanya letak pada ungkapan
namun pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang
ingin kita komunikasikan. Tetapi kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap
menggambarkan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi adalah proses
yang kita gunakan untuk mereproduksi, di benak pendengar, apa yang ada dalam
benak kita. Reproduksi ini hanyalah sebuah proses persial dan selalu bisa salah.
2. Makna beralih. Kata-kata cendrung statis. Berbagai kata yang dipakai manusia 200
atau 300 tahun yang lalu. Tapi makna dari kata-kata ini terus berganti, hal ini khusus
terjadi pada dimensi emosional dari makna. Bandingkan misal, makna kata-kata
berikut bertahun-tahun yang lalu dan sekarang, hubungan diluar pernikahan,obat-
obatan,agama,hiburan (Di negara Amerika , kata-kata tersebut diterima dengan
cara berbeda sekarang ini dan dimasa lalu).
21
3. Makna membutuhkan acuan. Meski tidak semua komunikasi mengacu pada dunia
nyata, komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia
atau lingkungan eksternal. Obsesi seorang paranoid yang selalu merasa diawasi
dan teraniaya memadai
4. Penyingkatan yang berlebih akan merubah makna. Berlandaskan hubungan
dengan gagasan bahwa makna membutuhkan acuan adalah masalah komunikasi
yang timbul akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkannya dengan acuan
yang konkret dan dapat diamati. Bila kita berbicara tentang cinta, persahabatan,
kebahagiaan, kebaikan, kejahatan, dan konsep-konsep lain yang serupa tanpa
mengaitkannya dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna
dengan lawan bicara. Mengatakan kepada seorang anak untuk “manis” dapat
mempunyai banyak makna. Penyingkatan perlu dikaitkan dengan objek, kejadian,
dan perilaku dalam dunia nyata: Berbuat manislah dan bertindak sendiri selagi
bapak masak. Bila anda telah membuat hubungan seperti ini, anda akan bisa
membagi apa yang anda maksudkan dan tidak membiarkan keseluruhan tindak
komunikasi berubah.
5. Makna tidak dibatasi jumlahnya. Pada waktu tertentu, jumlah kata dari suatu
bahasa terbatas, namun maknanya tidak terbatas. Karena itu, kebanyakan kata
mempunyai banyak makna. Ini bissa menimbulkan masalah bila sebuah kata
diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi. Bila ada
keraguan, lebih baik menanyai bukan menduga; ketidaksetujuan bisa menghilang
jika makna yang dibagikan tiap-tiap pihak ketahuan.
22
6. Makna dikomunikasikan cuma setengah. Makna yang didapati dari suatu
peristiwa (event) bersifat multiaspek dan sangat kompleks, tapi cuma sebagian
saja dari makna ini yang sungguh-sungguh bisa dijelaskan. Banyak dari makna-
makna ini yang benar-benar dapat dijelaskan. Banyaknya dari makna tersebut
tetap tertinggal dalam diri kita. Karena, pemahaman yang sesungguhnya-
bertukaran makna secara lengkap kemungkinan adalah sasaran ideal yang dicapai
tapi tidak pernah dicapai. (Sobur,2013:258-259).
Dari model proses makna yang dijelaskan, peneliti memilih dua
proses makna yakni makna adanya didalam diri individu dan penyingkatan yang
berlebih akan merubah makna. Sama halnya acara ritual Pati Ka Du’a Bapu Ata
Mata. Masyarakat desa penyangga gunung Kelimutu yang mendiami sekitar
wilayah Gunung Kelimutu mengartikan dalam bahasa Lio, Pati Ka berarti
memberikan makan, Du’a Bapu berarti nenek moyang (Leluhur) dan ata mata
berarti orang yang telah tiada jadi arti ritual tersebut memberi makan pada arwah
leluhur yang telah tiada. Secara penyingkatan jika tidak berdasarkan acuan dan
dihubungkan dengan objek,peristiwa, dan tingkahlaku seorang atau yang bukan
suku Lio tidak akan bisa berbagi makna yang dimaksudkan dalam ritual yang
diadakan.
Dalam arti memberi makan pada arwah leluhur ini, merupakan
penyingkatan arti sehingga mengubah makna dari ritual. Makna berubah yang
dimaksud adalah Upacara Pati Ka Dua Bapu Ata mata ini erat dengan
kepercayaan masyarakat terhadap legenda dari Danau Kelimutu. Masyarakat suku
Lio percaya bahwa jiwa atau arwah akan datang ke Danau Kelimutu setelah ia
23
meninggal dan tinggal di kawah itu untuk selamanya sesuai usia dan amalannya.
Pemberian makan arwah dalam ritual tersebut dimaksudkan atau dimaknai untuk
mengucapkan rasa syukur di tahun yang telah terlewati, serta memanjatkan doa
terakhir demi kemakmuran hidup, kesehatan dan kehidupan yang menyenangkan
di tahun mendatang.
2.8 Interaksi Simbolik
Menurut kamus komunikasi (Effendy,1989:184) defenisi interaksi adalah
proses saling mempengaruhi dalam bentuk perilaku atau kegiatan di antara
anggota-anggota masyarakat, dan defenisi simbolik (Effendy,1989:352) adalah
bersifat melambangkan sesuatu. Simbolik berasal dari bahasa latin”Symbolic
(us)” dan bahasa Yunani “Symbolicos”. (Susanne K. Langer dalam Mulyana,
2008:92), dimana salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan
simbolisasi atau penggunaan lambang, dimana manusia adalah satu-satunya
hewan yang menggunakan lambang. Keunggulan manusia yang lain dan
membedakan dari bentuk lain adalah keistimewaan mereka sebagai animal
symbolicum (Ernst Cassirer dalam Mulyana, 2008: 92).
Defenisi interaksi adalah hal yang saling melakukan aksi, berhubungan,
mempengaruhi: antar hubungan (Kam,2001:438). Dan defenisi simbolis adalah
sebagai lambang; menjadi lambang; mengenai lambang (Kam,2001:1066). Oleh
karena itu Interaksi Simbolik adalah suatu paham yang menyatakan bahwa
hakekat terjadinya interaksi sosial antara individu dan antar individu dengan
kelompok, kemudian antara kelompok dengan kelompok dalam masyarakat, ialah
24
komunikasi suatu kesatuan pemikiran dimana sebelumnya pada diri masing-
masing yang terlibat berlangsung internalisasi atau pembatinan (Effendy,
1989:352).
Defenisi singkat dari ketiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain:
1. Pikiran (Mind)
Kemampuan untuk menggunakan symbol yang mempunyai makna sosial
yang sama dimana,tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui
interaksi dengan individu lain.
2. Diri (Self)
Kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut
pandang pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolik adalah satu
cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan diri-sendiri (the self) dan dunia
luarnya.
3. Masyarakat
Sebuah tatanan hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikontruksikan
oleh setiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam
perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela yang pada akhirnya
mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakat.
“Mind, self, and society” merupakan karya George Herbert Mead yang paling terkenal
(Mead, 1934 dalam West Turner,2008:96), dimana dalam buku tersebut
memfokuskan pada tiga konsep yang dibutuhkan untuk menyusun diskusi
25
mengenai teori interaksi simbolik. Tiga tema dasar yang mendasari pemikiran
George Herbert Mead yakni :
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia
2. Pentingnya konsep mengenai diri
3. Hubungan antara individu dangan masyarakat
Tema pertama pada interakasi simbolik berfokus pada pentingnya
membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik
tidak dapat dipisahkan dari proses komunikasi, karena awalnya makna tidak ada
artinya, sehingga di kontruksi secara interpretif oleh individu melalui proses
interaksi. Untuk menciptakan makna yang disepakati secara bersama. Hal ini
sesuai dengan tiga dari tujuh asumsi karya Herbert Blumer (1969) dalam West-
Turner (2008: 99) dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut: Manusia
bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain
kepada mereka, Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia Makna
dimodifikasi melalui proses interpretif. Individu-individu mengembangkan
konsep diri melalui interaksi dengan orang lain, Konsep diri memberikan sebuah
motif penting untuk berperilaku, Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi
oleh proses budaya dan sosial, Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi social.
26
2.9 Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti membuat batasan dan apa yang ingin
peneliti teliti. Adapun fokus penelitian ini adalah apa Makna Simbol Komunikasi
Beras Merah pada Ritual Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata (pemberian Makan Pada
roh Leluhur Yang Telah tiada di Danau Kelimutu, Kabupaten Ende,Flores-NTT)
menurut masyarakat desa Pemo. Dimana acara yang digelar setiap setahun sekali
di Danau Kelimutu sebagai ucapan rasa syukur atas tahun yang terlewati dan
memanjatkan doa terakhir demi kemakmuran hidup.
Yang peneliti maksud dengan Makna Simbol Sesajian Beras Merah pada
Ritual Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata Memberi Makan Pada Arwah Leluhur Yang
Telah tiada adalah arti keseluruhan yang terkandung dalam Sesajian Beras Merah
yang ada didalam Ritual Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata di Danau Kelimutu.
Dimana jika di artikan secara biasa Beras Merah merupakan salah satu makanan
pokok yang di makan pada umumnya tetapi, berbeda pada Upacara Ritual Pati
Ka Du’a Bapu Ata Mata, Beras Merah yang merupakan sesajian dalam ritual di
lambangkan sebagai Hasil Panen,Kesehatan dan Kemakmuran bagi masyarakat
Suku Lio yang mendiami wilayah Gunung Kelimutu,Kab.Ende,Flores-NTT.
top related