bab ii teoritis
Post on 01-Jan-2016
101 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 KONSEP DASAR
2.1.1 Pengertian
Ada beberapa pengertian anus imperforata atau atresia ani yang
dikemukakan oleh beberapa ahli meliputi :
Malformasi kongenitas yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi
anus, rektum atau batas diantara keduanya (betz, 2002). Menurut Wong, 2003
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak ada lubang atau
saluran anus.
Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi
atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak
adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital
disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang
seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi
karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang
mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya
atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama
lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan
tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya.
Anoplasty adalah suatu tindakan pembedahan untuk mebuat lubang anus
pada malformasi fistel rendah misalnya pada nocutan, anus vestibular yang tidak
adekuat pada anus membranoseus.
Indikasi operasi ini adalah bila adanya gejala klinis keluarnya cairan
mekonium dari lubang sekitar vestibulum dan kulit skrotum. Komplikasi yang
ditimbulkan dari operasi ini antara lain terjadinya perdarahan, komplikasi pasca
operasi; infeksi dan stenosis. Perawatan yang diperlukan pascabedah adalah
pembersihan luka operasi/spooling dengan povidon iodine 10%. Rendam duduk
setiap hari mulai hari ketiga dan minggu kedua mulai dilakukan businasi hingga
would healing selesai.
4
2.1.2 Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur
sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12
minggu/3 bulan
c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik
didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang
terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar anomali ini neonatus ditemukan dengan obstruksi
usus.
Tanda berikut merupakan indikasi beberapa abnormalitas:
a. Tidak adanya apertura anal
b. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
c. Mekonium yang keluar dari suatu orifisium abnormal
d. Muntah dengan abdomen yang kembung
e. Kesukaran defekasi, misalnya dikeluarkannya feses mirip seperti
stenosis
Untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir
harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang
dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus, tau dapat juga dengan jari
kelingking yang memakai sarung tangan. Jika terdapat kelainan, maka
termometer atau jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan
penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam
24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.
2.1.4 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada penderita atresia ani antara lain:
a. Asidosis hiperkioremia
b. Infeksi uretra (akibat prosedur bedah)
5
c. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan
d. Komplikasi jangka panjang; inversi mukosa anal, stenosis(akibat
kontriksi jaringan perut diastomosis)
e. Masalah atau keterlambatan yang berhubungan dengantoilet training
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
g. Prolap mukosa anorektal
h. Fistula kambuhan (karena ketegangan, diare, pembedahan dan infeksi)
6
2.1.5 Patofisologi
Gangguan pertumbuhan
Fusi
Pembentukan anus dari tonjolanembrionik
Atresia ani
Feses tidak keluar vistel rekto vaginal
Feses menumpuk feses masuk ke uretra
Tek. Intraabdominal Reabsorbsi sisa Mikroorganisme
metabolisme oleh tubuh masuk ke sal.kemih
Anoplasty, Mual muntah Keracunan Dysuria
colostomi
Perubahan defekasi Trauma jaringan
Pengeluaran tak terkontrol
Iritasi mukosa Nyeri Perawatan tdk adekuat
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
7
Resti Gg. nutrisi krg dari kebutuhan
Gg. Eliminasi BAK
Resti nyeri
Gg. Rasa nyaman
Gg. Rasa nyaman
Resti kerusakanIntegritas kulit
Resti infeksi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan suatu keadaan atresia ani
meliputi:
a. Pemeriksaan rektal digital dan visual yang menrupakan pemeriksaan
diagnostik yang umum dilakukan pada gangguan ini.
b. Jika ada fistula, urine dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel
epitel mekonium
c. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangen steen rice) dapat
menunjukkan adanya kumpulan edara dalam ujung rektum yang buntu
pada mekonium yang mencegah udara sampai ke ujung kantong
rektum
d. Ultrasonografi dapat digunakan untuk menunjukkan letak rektal
kantong
e. Pemeriksaan radiologis.
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pengobatan atresia ani meliputi :
a. Medik
Eksisi membran anal
Fistula, yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan
setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus
b. Keperawatan: Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai
kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan
jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama
hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan
operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus
buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi. Serta
memperhatikan kesehatan bayi.
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN
8
2.2.1 Pengkajian
a. Pengukuran meliputi: suhu tubuh, nadi, pernafasan, tekanan darah, tinggi
badan, berat badan, lingkar kepada (kurang dari 2 tahun)
b. Kardiovaskular
i. Nadi; denyut apeks- frekwensi, irama dan kualitas
ii. Nadi perifer-ada atau tidak, jika ada kaji frekwensi, irama dan kualitas.
iii. Tekanan darah
iv. Lingkar dada (thoraks), adanya deformitas thoraks, bunyi jantung
murmur dan titik impuls maksimum
v. Tampilan umum; tingkat aktivitas, tinggi dan berat badan, perilaku
gelisan dan ketakutan, jari tabuh (clubbing) pada tangan dan kaki
vi. Kulit; pucat, sianosis-membran mukosa, ekstremitas, dasar kuku. Kaji
adanya diaforesis dan suhu
vii. Edema; periorbital dan ekstremitas
c. Respiratori
i. Bernafas; frekwensi pernafasan, kedalaman dan kesimetrisan. Kaji pola
nafas;apnea, takipnea, pernafasan cuping hidung, retraksi (supra sternal,
interkostal, subkostal dan supra klavikular) dan kaji posisi yang
nyaman.
ii. Hasil auskultasi thoraks; bunyi nafas merata, bunyi nafas abnormal
(ronki basah atau kering), fase inspirasi dan ekspirasi memanjang,
serak, batuk dan stridor.
iii. Hasil pemeriksaan thoraks; lingkar dada dan bentuk dada.
iv. Tampilan umum; warna- merah muda, pucat, sianosis dan akrosianosis.
Tingkat aktivitas, perilaku- apatis, tidak aktif, gelisah dan ketakutan.
d. Neurologik
i. Tanda vital, meliputi; suhu, pernafasan, denyut jantung, tekanan darah
dan tekanan nadi.
ii. Pemeriksaan kepala, meliputi; fontanel-menonjol, rata atau cekung.
Lingkar kepala(< 2 tahun) dan bentuk umum.
iii. Reaksi pupil, reaksi terhadap cahaya dan keasamaan respon
9
iv. Tingkat kesadaran; kewaspadaan-respon terhadap panggilan dan
perintah, irritabilitas, letargi dan rasa mengantuk, orientasi terhadap diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
v. Afek; alam perasaan dan labilitas.
vi. Aktivitas kejang ; jenis dan lamanya
vii. Fungsi sensori; reaksi sensori terhadap nyeri dan terhadap suhu
viii. Refleks; tendon superfisial dan dalam, adanya patologik
ix. Kemampuan intelektual(tergantung tingkat perkembangan);
kemampuan menulis dan menggambar dan kemampuan membaca.
e. Gastrointestinal
i. Hidrasi; turgor kulit, membran mukosa, asupan dan haluaran
ii. Abdomen; nyeri, kekakuan, bising usus, muntah--jumlah, frekwensi dan
karakteristiknya, feses—jumlah, frekwendi dan karakteristiknya, kaji
ada tidaknya kram, tenesmus.
f. Renal
i. Fungsi ginjal; nyeri tekan pinggang atau supra pubik, disuria, pola
berkemih(lancar atau meneter, frekwensi atau inkontinens, urgensi,
adanya asites, adanya edema(periorbital, skrotum dan tungkai bawah)
ii. Karakteristik urin dan urinasi; urin tampak bening atau keruh, warna
urin(kuning sawo, medah muda atau cokelat kemerahan), bau
urine(amonia, aseton atai sirup maple), berat jenis.
iii. Genitalia; iritasi dan sekret.
10
2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.3.1 Pre operatif
1. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan pada status
kesehatan ditandai dengan peningkatan ketakutan, penurunan
kepercayaan diri
2. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang mengingat dan salah
interpretasi informasi ditandai dengan tingkah laku tidak kooperati
(agitasi, apatis dan bermusuhan)
2.3.2 Pasca operatif
1. Inefektif pola napas berhubungan dengan neuromuskular,
ketidakseimbangan perseptual/kognitif, peningkatan ekspansi paru,
obstruksi trakeobronkial ditandai dengan perubahan pada
frekwensi dan kedalaman pernafasan, pengurangan kapasitas vital,
apnea, sianosis.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pembatasan pemasukan cairan secara oral (proses
penyakit/prosedur medis/adanya rasa mual)
3. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kuli, jaringan, dan
integritas otot ditandai dengan adanya keluhan nyeri, perubahan
pada tonus otot: ekspresi wajah rasa sakit
4. Kerusakan integritas jaringan /kulit berhubungan dengan interupsi
mekanis pada kulit/jaringan, tindakan medis: akumulasi drain
ditandai dengan gangguan pada permukaan/lapisan kulit dan
jaringan.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar tentang kondisi, prognosis,
pengobatan) berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak
mengenal sumber informasi ditandai dengan
penanyaan/permintaan informasi dan pernyataan kesalahan konsep.
11
2.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan
Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan
ditandai dengan peningkatan ketakutan, penurunan kepercayaan diri
Tujuan: ketakutan/kecemasan dapat diatasi, pasien dan keluarga kooperatif
menjalani proses pengobatan dan perawatan
Kriteria hasil:
Menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam
berhadapan dengan mereka.
Tampil santai, dapat beristirahat/tidur cukup
INTERVENSI RASIONAL Informasikan pasien/orang terdekat
tentang peran advokat perawat intraoperatif
Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskandilakukan penundaan prosedur pembedahan
Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual
Beritahu pasien kemungkinan dilakukannya anastesi lokal atau spinal dimana rasa pusing atau mengantuk mungkin akan terjadi.
Kembangkan rasa percaya/hubungan, turunkanrasa takut akan kehilangan kontrol pada lingkungann yang asing
Rasa takut yang berlebihan atau terus. Menerus akan mengakibatkan reaksi stres yang berlebihan, resiko potensial dari pembalihan reaksiterhadap prosedur/zat anastesi
Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien untuk menghadapi secara realistik
Mengurangi ansietas/rasa takut bahwa pasien mungkin melihat prosedur
12
2. Diagnosa Keperawatan
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang mengingat dan salah interpretasi
informasi ditandai dengan tingkah laku tidak kooperati (agitasi, apatis dan
bermusuhan)
Tujuan: Pengetahuan keluarga dan pasien terpanuhi
Kriteria Hasil :
Mengutarakan pemahaman proses penyakit/proses praoperasi dan
harapan pascaoperasi
Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari
suatu tindakan.
INTERVENSI RASIONAL Kaji tingkat pemahaman pasien
Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan
Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai kebutuhan
Informasikan pasien/orang terdekat mengenai rencana perjalanan, komunikai dokter/ orang terdekat
Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran pascaoperasi
Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat pilihan terapi berdasarkan informasi dan setuju untuk mengikuti prosedur.
Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasien untuk belajar
Informasi logistik mengenai jadwal dan kamar operasi juga dimana dan kapan ahli bedah akan berkomunikasi dengan orang terdekat untuk mengurangi stres dan menjelaskan kesalahan konsep, mnecegah kebingungan dan keraguan akan kesehatan pasien.
Pasca operatif
13
1. Diagnosa Keperawatan
Inefektif pola napas berhubungan dengan neuromuskular,
ketidakseimbangan perseptual/kognitif, peningkatan ekspansi paru,
obstruksi trakeobronkial ditandai dengan perubahan pada frekwensi
dan kedalaman pernafasan, pengurangan kapasitas vital, apnea,
sianosis.
Tujuan : Pola nafas efektif
Kriteria hasil : Menetapkan pola nafas yang normal/efektif dan bebas dari
sianosis atau tanda-tandahipoksia lainnya.
INTERVENSI RASIONAL Pertahankan jalan udara pasien
dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang aliran uudara faringeal oral
Auskultasi suara nafas. Dengarkan adanya kumur-kumur, mengi, crow, dan/atau keheningan setelah ekstubasi
Observasi frekwensi dan kedalaman pernafasan, perluasan rongga dada, retraksi atau pernafasan cuping hidung, warna kulit dan aliran udara.
Pantau tanda vital secara terus menerus
Observai pengembalian fungsi otot pernafasan, terutama otot-otot pernafasan.
Mencegah obstruksi jalan nafas
Kurangnya suara nafas adalah indikasi adanya obstruksi oleh mukus atau lidah dan dapat dibenahi dengan mengubah posisi ataupun penghisapan.
Dilakukan untuk memastikan efektifitas pernafasan sehingga upaya memperbaikinya dapat segera dilakukan.
Meningkatnya pernafasan, takikardia, dan /atau bradikardia menunjukkan kemungkinan terjadinya hipoksia.
Setelah pemberian obatobat relaksasi otot selama massa intraoperatif, pengembalian fungsi otot pertama kali terjadi pada diafragma, otot-otot interkostal dan laring yang akan diikuti dengan relaksasi otot-otot utama, spt: leher, bahu dan abdominal.
2. Diagnosa keperawatan
14
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pembatasan pemasukan cairan secara oral (proses penyakit/prosedur
medis/adanya rasa mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat,
sebagaimana ditunjukkan dengan adanya tanda-tanda vital yang stabil, palpasi
denyut nadi dengan kualitas yang baik, turgor kulit normal, membran mukosa
lembab dan pengeluaran urine yang sesuai
INTERVENSI RASIONAL Ukur dan catat pemasukan dan
pengluaran (termasuk pengeluaran cairan gastrointestinal). Tinjau ulang catatan intraoperatif
Kaji pengeluaran urinalis, terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan
Catat munculnya mual/muntah
Periksa balutan luka, alat drain pada interval regular, kaji luka untuk terjadinya pembengkakan
Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer
Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan/ keutuhan penggantian dan pilihan-pilihan yang mempengaruhi intervensi
Mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada sistem penitourinarius dan atau sistem yang berdekatan
Semakin durasi ansietas, semakin besar resiko untuk muntah. Mual yang bertahan labih dari 3 hari pascaoperasi mungkin dihubungkan dengan pilihan narkotik untuk mengontrol sakit atau terapi obat-obatan lainnya.
Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada hipovolemia/hemoragi
Kulit yang dingin dan lemba, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk penggantian cairan tambahan.
3. Diagnosa Keperawatan
15
Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kuli, jaringan, dan
integritas otot ditandai dengan adanya keluhan nyeri, perubahan pada
tonus otot: ekspresi wajah rasa sakit
Tujuan : Nyeri dapat teratasi secara nonfarmakologi, pasien relaks
Kriteria hasil :
mengatkan bahwa rasa sakit telah terkontrol/hilang
tampak santai, dapat beristirahat/tidur dan ikut dserta dalam
aktivitas sesuai kemampuan
INTERVENSI RASIONAL catat umur dan berat badan pasien,
masalah medis/psikologis yang muncul kembali, sensitivitas idiosinkratik analgetik dan proses intraoperasi (ukuran insisi. Penggantian saluran, zaat-zat anastesi) yang digunakan.
Evaluasi rasa sakit secara reguler (mis; setiap 2 jam) catat karakteristik, lokasi dan intensitas (skala 0-10)
Ajarkan penggunaan teknik relaksasi misalnya, latihan nafas dalam, bimbingan imajinasi dan visualisasi.
Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan sesuai kebutuhan
Lakukan reposisi sesuai petunjuk misalnya semi fowler: miring
Pendekatan pada manajemen rasa sakit pascaoperasiberdasarkan kepada faktor-faktor variasi multipel
Sediakan informasi mengenai kebutuhan/efektifitas intervensi.
Dapat mengidentifikasi rasa sakit akut dan ketidaknyamanan
Pahami penyebab ketidaknyamanan (misalnya sakit otot dari pemberian suksinilkolin dapat bertahan sampai 48 pacaoperasi, sakit kepala dan sakit tenggorokan)
Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatnkan sirkulasi.
4. Diagnosa Keperawatan
16
Kerusakan integritas jaringan/kulit berhubungan dengan interupsi
mekanis pada kulit/jaringan, tindakan medis: akumulasi drain ditandai
dengan gangguan pada permukaan/lapisan kulit dan jaringan.
Tujuan: Kesembuhan luka sesuai waktu dan komplikasi dapat cegah
Kriteria hasil:
Mencegah menyembuhan luka
Mendemonstrasikan tingkah laku.teknik untuk meningkatkan
kesembuhan untuk mencegah komplikasi.
INTERVENSI RASIONAL Beri penguatan pada balutan
awal/penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptik yang ketat
Secara hati-hati lepaskan perekat (sesuai arah pertumbuhan rambut) dan pembalut pada waktu mengganti.
Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit
Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka
Biarkan terjadi kontak antara luka dengan udara sesegera mungkin atau tutup dengan kain kasa tipis sesuai kebutuhan
Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi. Mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi
Mengurangi resiko trauma kulit dan gangguan kulit dan gangguan pada luka
Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka/ berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius
Mencegah kontaminasi luka
Membantu mengeringkan luka dan memfasilitasi proses penyembuhan luka. Pemberian cahaya mungkin diperlukan untuk mencegah iritasi bila tepi luka/sutura bergesekan dengan pakaian lenen
5. Diagnosa keperawatan
17
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar tentang kondisi, prognosis,
pengobatan) berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi
ditandai dengan penanyaan/permintaan informasi dan pernyataan
kesalahan konsep.
Tujuan : Pengetahuan pasien dan keluarga dapat terpenuhi
Kriteria Hasil :
Menuturkan pemahaman kondisi, efek prosedur dan pengobatan
Dengan tepat menunjukkan prosedur yang diperluakan dan
menjelaskan alasan suatu tindakan
INTERVENSI RASIONAL Tinjau ulang pembedahan/prosedur
khusus yang dilakukan dan hadapan masa depan
Diskusikan terapi obat-obatan, meliputi penggunaan resep dan analgesik yang dijual bebas.
Informasikan pentingnya diet dan nutrisi danpemasukan cairan adekuat
Libatkan orang terdekat dalam program pengajaran, menyediakan instruksi tertulis/materi pengajaran
Identifikasi sumber-sumber yang tersedia, misalnya layanan perawatan dirumah, kunjungan perawat, terapi luar
Sediakan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
Meningkatkan kerja sama dengan regimen; mengurangi resiko reaksi merugikan/efek-efek yang tidak menguntungkan
Sediakan elemen yang dibutuhkan untuk regenerasi/penyembuhan jaringan dan mendukung perfusi jaringan dan fungsi organ
Memberikan sumber-sumber tahanan untuk referensi setelah penghentian.
Meningkatkan dukungan untuk pasien selama periode penyembuhan dan memberikan eveluasi tambahan pada kebutuhan yang sedang berjalan/perhatian baru.
18
Pada pasien atresia ani yang telah dilakukan kolostomi ada beberapa diagnosa
yang mungkin akan muncul antara lain:
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan invasi struktur tubuh,
pemasanga drainase ditandai dengan kerusakan integritas kulit bagian
abdomen, luka insisi.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia lama, ganggguan masukan saat
preoperasi, status hipermetaboli (penyakit inflamasi, proses
penyembuhan) ditandai dengan penurunan berat badan,
diare/konstipasi secara tiba-tiba
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengankehilangan cairan yang berlebihan melalui jalan nornal/tidak
normal (seperti muntah, diare, berkeringat, NGT, drainase),
pembatasan cairan menurut anjuran medik ditandai dengan mukosa
bibir kering, ketidakelastisan turgor kulit, ketidakseimbangan intake
dan output cairan.
4. Resiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan
penempatan kolostomi pada kolon sigmoid atau asenden,
ketidakadekuatan intake cairan ditandai dengan munculnya tanda dan
gejala diare/konstipasi.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya pembuatan stoma,
kahilangan kontrol usus eliminasi, gangguan struktur tubuh, proses
pengobatan ditandai dengan menyatakan perubahan citra tubuh,
perubahan pada fungsi organ dan ketidakpenerimaan pada kondisi
tubuh.
19
Intervensi keperawatan pada pasien dengan pemasangan kolostomi
No.
Dx
Tujuan/kriteria
evaluasi
Intervensi keperawatan Rasional
1. Meningkatkan
penyembuhan luka
Terbebas dari infeksi
1. Observasi luka, catat
karakter drainase
2. Ganti balutan sesuai dengan
kebutuhan, sesuai dengan
tehnik aseptik
3. Dorong posisi miring
dengan posisi kepala tinggi.
Hindari duduk secara lama
4. Irigasi luka sesuai indikasi,
gunakan cairan garam faal.
Larutan hydrogen peroksida
atau larutan antibiotik
Perdarahan pasca operasi
paling sering terjadi pada
48 jam pertama, dan
munculnya infeksi sangat
sering.
Sejumlah besar drainase
serosa menuntut
penggantian balutan
dengan sering karena bisa
menimbulkan potensial
infeksi.
Meningkatkan drainase
pada luka peritoneal,
menurunkan resiko
pengmpulan. Duduk lama
meningkatkan penekanan
peritoneum dan
memperlambat
penyembuhan luka.
Untuk mencegah inflamasi
dan mempercepat proses
penyembuhan (3-5 hari)
2. Mempertahankan 1. Lakukan pengkajian nutrisi Mengidentifikasi
20
BB, menunjukkan
peningkatan BB
bertahap dengan
nilai laboratorium
baik dan bebas
malnutrisi.
dengan seksama
2. Auskultasi bising usus
3. Mulai dengan makan
makanan cair terlebih
dahulu
4. Anjurkan klien untuk
makan yogurt dan mentega
susu
kekurangan nutrisi dan
membantu memilih
intervensi.
Kembalinya bising usus
menunjukkan kesiapan
untuk menerima makanan
lagi.
Menurunkan insiden kram
abdomen, mual
Menurunkan pembentukan
bau pada makanan.
3. Mempertahankan
hidrasi kuat dengan
bukti membrane
mukosa lembab,
turgor kulit baik dan
penghisapan kapiler
baik
Menunjukkan TTV
stabil
Menunjukkan
keseimbangan
intake dan output
cairan
1. Awasi masukan dan
pengeluaran cairan dengan
cermat, ukur feses cair dan
hitung BB setiap hari.
2. Awasi TTV, catat hipotensi
postural, tachikardi.
Evaluasi turgor kulit,
pengisian kapiler dan
membrane mukosa
3. Batasi pemasukan es,
selama intubasi gaster
4. Barikan cairan IV sesuai
indikasi.
Memberi indikator
langsung keseimbangan
cairan
Menunjukkan status
hidrasi atau kemungkinan
untuk meningkatkan
kebutuhan cairan
Es batu dapat
meningkatkan sekresi
lambung dan mencuci
elektrolit
Dapat diperlukan untuk
mempertahankan perfusi
jaringan adekuat pada
organ
4. Membuat pola 1. Pastikan kebiasaan defekasi Membantu dalam
21
eliminasi sesuai
dengan kebutuhan
fisik dan gaya hidup
dengan ketepatan
jumlah dan
konsistensi
pasien dan gaya hidup
sebelumnya.
2. Tinjau ulang pola diet dan
jumlah makanan.
3. Libatkan pasien dalam
perawatan colostomy secara
bertahap
pembentukan jadwal
irigasi efektif untuk pasien
kolostomi
Masukan adekuat dari
serat dapat membantu
pencegahan konstipasi dan
pengkonsumsian cairan
yang banyak menentukan
konstipasi feses.
Rehabilitasi dapat
dipermudah dengan
mendorong pasien mandiri
dan terkontrol
5. Meyatakan
penerimaan diri
sesuai, menerima
perubahan diri tanpa
harga diri yang
negative
Menunjukkan
penerimaan dengan
melihat dan
menyentuh stoma
dan berpartisipasi
dalam perawatan
1. Dorong pasien untuk
menyatakan tentang tentang
kolostomi, akui bahwa
perasaan yang dialami
sangat wajar, bari os
dukungan
2. Kaji ulang kenapa harus
dilakukan pembedahan.
3. Berikan kesempatan pasien
untuk memegang stomanya
dan ikut serta dalam
perawatan kolostomi
Membantu pasien untuk
menyadari perasaannya
dan tidak perlu merasa
bersalah dan akui bahwa
ini demi kabaikannya.
Menyatakan ini untuk
kebaikannya, sebagai
mempermudannya untuk
BAB
Kemandirian dalam
perawatan colostomy,
meningkatkan kepercayaan
diri.
22
Pada pasien atresia ani yang telah dilakukan pembuatan anus buatan atau
anoplasty dapat dilakukan asuhan keperawatan sebagai berikut:
A. Pengkajian
1. Dasar data pengkajian pasien tergantung pada masalah dasar, lama
rawatan, dan beratnya (misalnya: obstruksi, perforasi, inflamasi,
kerusakan kongengital).
2. Penyuluhan / pembelajaran:
Pertimbangan: RDG menunjukkan rata-rata lama dirawat 4-9
hari
Rencana pemulangan: bantuan dalam masalah diet dan
tambahan suplai mungkin dibutuhkan.
3. Prioritas Keperawatan:
Membantu pasien/orang terdekat dalam penilaian psikologis
Mencegah komplikasi
Mendukung perawatan diri mandiri
Memberikan informasi tentang prosedur/prognosis, kebutuhan
pengobatan, potensial komplikasi dan sumber komuniti.
4. Tujuan pemulangan;
Penilaian untuk perubahan yang dirasa/actual
Komplikasi dicegah atau minimal
Kebutuhan perawatan diri dipenuhi sendiri/dengan bantuan
orang lain dalam kondisi khusus.
Prosedur/prognosis, program terapi, potensial komplikasi
dipahami dan sumber pendukung teridentifikasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ganguan masukan
gizi saat preoperasi, status hipermetabolik (penyakit inflamasi, proses
peyembuhan) d/d penurunan BB, diare/kontipasi secara tiba – tiba
2. Konstipasi/diare b/d perubahan fungsi usus, ketidakadekuatan intake
cairan, peningkatan atau penurunan peristaltic usus d/d munculnya
tanda dan gejala diare/konstipasi
23
3. Kerusakan integritas kulit b/d lika insisi, invasi struktur tubuh,
pemasangan drainase d/d kerusakan intergitas kulit bagian anus luka
insisi.
4. Nyeri akut b/d luka insisi post operasi, adnya ansietas d/d laopran
nyaeti, perilaku berhti-hati, gelisah, adanya perubahan tanda-tanda
vital
5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan
cairan yang berlebihan melalui jalan normal/tidak normal (seperti
muntah, diare, berkeringat, NGT, drainase), pembatasan cairan
menurut anjuran medic d/d mukosa bibir kering, kurang,
ketidakelestisan turgor kulit, ketidakseimbangan intake dan output
cairan.
C. Intervensi Keperawatan
No.Dx
Tujuan/Kriteria evaluasi Intervensi Keperawatan Rasional
1 Memperthankan BB, menunujukan peningkatkan BB bertahap secara bertahap dengan nilai laboraturim baik dan bebas malnutrisi
1. Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama
2. Auskultasi bising usus
3. Mulai dengan makan makanan cair terlebih dahulu.
4. Anjurkan klien untuk makan yogurt dan mentega susu
Mengidentifikasi kekurangan nutrisi dan membantu memilih intervensi
Kembalinya bising usus menunjukan kesiapan untuk menerima makanan lagi.
Menurunkan insiden kram abdomen, mual
Menurukan pembentukan bau pada makanan.
2 Membuat pola eliminasi sesuai dengan kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan
1. Pastikan kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelumnya.
Membantu dalam pembentukan jadwal irigasi efektif untuk pasien kolostomi.
24
jumlah dan konsistensi 2. Selidiki perlambatan
awitan/tidak adnya pengeluaran. Auskultasi bising usus.
3. Tinjau ulang pola diet dan jumlah makanan.
4. Tinjau ulang fisiologi kolon dan diskusikan penatalaksanaanpasca operasi
Pasca operasi biasnya membaik antara 24-48 jam dan sistim pencernaan akan kembali selama 12-24 jam.
Masukan adekuat dari serat dapat membantu pencegahan konstipasi dan pengkonsumsian cairan yang banyak menentukan konsistensi feses.
Mengetahui pengetahuan pasien, untuk perawatan diri secara mandiri
3 Meningkatkan penyembuhan luka dengan tepat waktu
Terbebas dari infeksi
1. Observasi luka, catat karakteristik drainase.
2. Ganti balutan sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan tehnik aseptic.
3. Dorong posisi miring denga posisi kepala tinggi. Hindari duduk secara lama
Perdarahan pasca operasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama, dan munculnya infeksi sangat sering.
Sejumlah besar drinase serosa menuntut penggatian balutan dengan sering, karena bisa menimbulkan potensial infeksi.
Meningkatkan drainase pada luka peritoneal, menurunkan resiko pengumpulan.
25
4. Irigasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan garam faal. Larutan hydrogen peroksida atau larutan antibiotic
Duduk lama meningkatkan penekanan peritoneum, dan memperlambat penyembuhan luka.
Untuk pencegahan inflamasi dan mempercepat proses penyembuhan (3-5 hari)
4 Menytakan nyeri hilang ataupun terkontrol
Kemampuan untuk beristirahat ataupun tidur
Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi, dan kemampuan umum sesuai indikasi situasi individu
1. Kaji nyeri, catat lokasi dan karakteristik, intensitas (skala 0-10)
2. Beri tindakan kenyamanan, misalnya; perawatan mulut, pijatan pada punggung, ubah posisi.
3. Dorong penggunaan tehnik relaksasing
4. Selidiki apakah ada
Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesic, atau dapat menyatakan komplikasi,
Mencegah pengeringan mukosa oral dan ketidaknyamanan. Menurunkan ketgangan otot, meningkatkn relaksasi dan mampu meningkatkan kemampuan koping
Membantu klien untuk istirahat lebih efektif, dan memfokuskan perhatian sehingga mengurangi rasa nyeri dan ketidaknyamanan.
Diduga adanya
26
laporan peningkatan tekanan abdominal secara sengaja ataupun nyeri takan.
5. Beri obat sesuai indikasi misalnya analgesic
inflamasi, dan memerlukan intervensi medic secapatnya
Menurunkan nyeri dan meningkatkan ketidaknyamanan.
5 Mempertahankan hidrasi kuat dengan bukti membrane mukosa lembab, tugor kulit baik dan pengisapan kapiler baik
Menunjukkan TTV stabilMenunjukan keseimbangan intake dan output cairan
1. Awasi masukan dan pengeluran cairan dengan cermat, ukur feses cair dan hitung BB setiap hari.
2. Awasi TTV, catat hipotensi postural, tachikardia,. Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membrane mukosa.
3. Batasi pemasukan es, selama intubasi gaster
4. Berikan cairan IV sesuai dengan indikasi
Memberikan indicator langsung keseimbangan cairan.
Menunjukkan status hidrasi atau kemungkinan untuk meningkatkan kebutuhan cairan.
Es batu dapat meningkatkan sekresi lambung dan mencuci elektrolit.
Dapat diperlukan untuk memperthankan perfusi jaringan adekuat pada organ.
27
top related