bab ii landasan teori a. penelitian sejenis yang …repository.ump.ac.id/5274/3/dhita putri...
Post on 07-Feb-2020
0 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Sejenis yang Relevan
Penelitian mengenai Cara Pembentukan Kata Gaul Dalam Ragam Bahasa
SMS pada Status Siswa Dalam Lingkungan Sekolah SMP Negeri 2 Ajibarang berbeda
dengan penelitian sejenis yang telah ada. Untuk membuktikkannya, peneliti
membedakan penelitian yang telah ada sebelumnya, maka peneliti meninjau tiga
laporan penelitian yaitu skripsi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto
yang berjudul Ragam Bahasa Gaul dalam Wacana Iklan Kartu Selular pada Harian
“Kompas” oleh Waluyaningsih, NIM 0601040040 tahun 2010, Kajian Pembentukan
Kata Ragam Bahasa ALAY Dalam Status Jejaring Sosial FACEBOOK oleh Achmad
Harun Arrosyid, NIM 0901040034 tahun 2013 dan Proses Pembentukan Kata Dalam
Ragam Bahasa Gaul Pada Tabloid GAUL Edisi 15-21 Tahun 2012 oleh Riana, NIM
0801040049.
1. Ragam Bahasa Gaul dalam Wacana Iklan Kartu Selular pada Harian
Kompas oleh Waluyaningsih, NIM 0601040040 tahun 2010
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan ragam
bahasa gaul dalam wacana iklan kartu selular pada harian Kompas serta aspek dan
efek komunikasinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, penerapannya melalui tiga tahap: (a) tahap penyediaan data, dalam hal ini
penyediaan data menggunakan merode simak, metode cakap, dan teknik catat; (b)
tahap analisis data, dalam metode ini menggunakan metode padan dan metode agih;
6
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
7
dan (c) tahap penyajian data, dalam tahap ini menggunakan metode penyajian formal
dan penyajian informal.
Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian berjudul Cara Pembentukan Kata
Gaul Dalam Ragam Bahasa SMS pada Status Siswa dalam Lingkungan Sekolah SMP
Negeri 2 Ajibarang tahun 2015 berbeda dengan penelitian terdahulu. Oleh karena itu
penelitian ini perlu dilakukan. Yang membedakan dari penelitian yang terdahulu
adalah data dan sumber datanya. Penelitian yang terdahulu datanya adalah berupa
ragam bahasa gaul dan sumber datanya berupa wacana iklan kartu selular pada harian
kompas. Sedangkan penelitian yang berjudul Pembentukan Kata Gaul Dalam Bahasa
SMS pada Status Siswa dalam Lingkungan Sekolah SMP Negeri 2 Ajibarang yaitu
datanya berupa kata gaul dalam tuturan SMS dan sumber datanya berupa SMS, yaitu
SMS yang dikirim dan diterima dari handphone siswa.
2. Kajian Pembentukan Kata Ragam Bahasa Alay Dalam Status Jejaring
Sosial FACEBOOK oleh Achmad Harun Arrosyid, NIM 0901040034
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan ragam
bahasa Alay dalam status jejaring Facebook. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif, dan penerapannya melalui tiga tahap; (a) tahap
penyediaan data, dalam tahap ini menggunakan metode simak dan metode catat, (b)
tahap analisis data, dalam tahap ini menggunakan metode agih, (c) tahap penyajian
hasil analisis data, dalam tahap ini menggunakan metode penyajian informal maupun
formal.
Berdasarkan kajian pustaka tersebut, maka penelitian yang berjudul Cara
Pembentukan Kata Gaul dalam Ragam Bahasa SMS pada Status Siswa dalam
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
8
Lingkungan Sekolah SMP Negeri 2 Ajibarang tahun 2015 berbeda dengan penelitian
terdahulu. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan. Yang membedakan dari
penelitian terdahulu yaitu data dan sumber datanya. Pada penelitian terdahulu datanya
adalah berupa kata ragam bahasa Alay dan sumber datanya berupa status para pemilik
facebook. Sedangkan penelitian yang berjudul Cara Pembentukan Kata Gaul dalam
Ragam Bahasa SMS pada Status Siswa dalam Lingkungan Sekolah SMP Negeri 2
Ajibarang tahun 2015, datanya adalah berupa kata gaul dalam tuturan SMS dari siswa
dan sumber datanya adalah berupa SMS, yaitu SMS yang dikirim dan diterima dari
handphone siswa.
3. Pembentukan Kata Dalam Ragam Bahasa Gaul pada Tabloid GAUL Edisi
15-21 Tahun 2012 oleh Riana, NIM 0801040049
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan kata gaul pada
tabloid Gaul. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif,
penerapannya melalui tiga tahap; (a) tahap penyediaan data, dalam tahap ini
penyediaan datanya menggunakan metode pustaka, (b) tahap analisis data, dalam
tahap ini menggunakan metode agih, teknik lesap dan teknik ganti, (c) tahap penyajian
hasil analisis data, dalam tahap ini menggunakan metode penyajian informal dan
formal.
Berdasarkan kajian pustaka tersebut, maka penelitian yang berjudul Cara
Pembentukan Kata Gaul dalam Ragam Bahasa SMS pada Status Siswa dalam
Lingkungan Sekolah SMP Negeri 2 Ajibarang tahun 2015 berbeda dengan penelitian
yang terdahulu. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan. Yang membedakan dari
penelitian yang terdahulu adalah data dan sumber datanya. Data dari penelitian yang
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
9
terdahulu adalah kata ragam bahasa gaul yang terdapat dalam wacana tabloid Gaul
edisi 15-21 tahun 2012, dan sumber datanya berupa data tulis. Sedangkan penelitian
yang berjudul Cara Pembentukan Kata Gaul dalam Ragam Bahasa SMS pada Status
Siswa dalam Lingkungan Sekolah SMP Negeri 2 Ajibarang tahun 2015, datanya
adalah berupa kata gaul dalam tuturan SMS dari siswa dan sumber datanya adalah
berupa SMS, yaitu SMS yang dikirim dan diterima dari handphone siswa.
B. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dipergunakan oleh para
anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan
diri (Kridalaksana, 2008:24). Pengertian bahasa menurut Dardjowidjodjo (2005:16)
bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu
masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya,
berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama. Beberapa hal menarik yang
dapat disimpulkan dari batasan pengertian itu adalah bahasa merupakan sistem.
Sebagai sistem bahasa bersifat arbitrer. Kata arbitrer dapat diartikan sewenang-
wenang, berubah-ubah tidak tetap, mana suka. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer
itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi
itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Artinya,
hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya tidak bersifat wajib, bisa
berubah, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna
tertentu. Bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi, baik dengan orang lain maupun
diri sendiri.
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
10
C. Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa untuk manusia adalah sebagai sarana komunikasi vital dalam
hidup ini. Bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama kita umat manusia dengan
makhluk hidup yang lainnya didunia ini (Tarigan, 1993:5). Bahasa dipakai oleh
masyarakat untuk berinteraksi, bercakap yang baik, tingkah laku yang baik, dan sopan
santun (Moeliono, Peny, 2005:103) oleh karena itu fungsi bahasa sebagai sarana
komunikasi vital, bahasa juga berfungsi baik dalam percakapan maupun tingkah laku
yang sopan dan santun.
D. Ragam Bahasa
Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa
Indonesia yang masing-masing pada asasnya tersedia bagi tiap-tiap pemakai bahasa.
Ragam ini dapat disebut langgam atau gaya, pemilihannya bergantung pada sikap
penutur terhadap orang yang diajak berbicara atau terhadap pembacanya. Sikapnya itu
dipengaruhi oleh umur dan kedudukan yang disapa, pokok persoalan yang hendak
disampaikannya, dan tujuan penyampaian informasinya. Dalam ragam bahasa
menurut sikap, kita berhadapan dengan pemilihan bentuk-bentuk bahasa tertentu yang
menggambarkan sikap kita yang kaku, resmi, yang adab, yang dingin, yang hambar,
yang hangat, yang akrab, atau yang santai. Perbedaan berbagai gaya itu tercermin
dalam kosakata dan tata bahasa.
E. Pengertian Ragam Bahasa Gaul
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dipergunakan oleh para
anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
11
diri (Kridalaksana, 2008:24). Beberapa hal menarik yang dapat disimpulkan dari
batasan pengertian itu adalah bahasa merupakan suatu sistem. Sebagai suatu sistem
bahasa yang bersifat arbitrer. Bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi, baik dengan
orang lain maupun diri sendiri.
Bahasa gaul, bahasa prokem merupakan bahasa pergaulan. Bahasa ini kadang
merupakan bahasa sandi, yang dipahami oleh kalangan tertentu. Bahasa ini konon
dimulai dari golongan preman. Bahasa gaul adalah dialek nonformal baik berupa slang
atau prokem yang digunakan oleh kalangan tertentu, bersifat sementara, dan hanya
berupa variasi bahasa. Penggunaannya meliputi: kosakata, ungkapan, singkatan,
intonasi, pelafalan, pola, serta konteks.
Bahasa gaul atau bahasa prokem adalah ragam bahasa Indonesia nonstandar
yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh
ragam yang disebut sebagai bahasa gaul. Pada masa sekarang, bahasa gaul banyak
digunakan oleh kawula muda, meski kawula tua pun ada juga yang menggunakannya.
Bahasa ini bersifat temporal dan rahasia, maka timbul kesan bahwa bahasa ini adalah
bahasa rahasianya para pencoleng atau penjahat, padahal sebenarnya tidak demikian.
Faktor kerahasiaan ini menyebabkan kosakata yang digunakan dalam bahasa gaul
sering kali berubah. Para remaja menggunakan bahasa gaul ini dalam ragam lisan dan
ragam tulis, atau juga dalam ragam berbahasa dengan menggunakan media tertentu,
misalnya, berkomunikasi dalam SMS.
Saat ini bahasa gaul telah banyak digunakan dan menjadi umum. Bahasa gaul
sering digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di
lingkungan sosial bahkan dalam media-media populer serperti TV, radio, dunia
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
12
perfilman nasional, dan digunakan sebagai publikasi yang ditujukan untuk kalangan
remaja oleh majalah-majalah remaja populer. Oleh sebab itu, bahasa gaul dapat
disimpulkan sebagai bahasa utama yang digunakan untuk komunikasi verbal oleh
setiap orang dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti halnya bahasa Indonesia, bahasa gaul juga mengalami perkembangan.
Perkembangan tersebut dapat berupa penambahan dan pengurangan kosakata. Tidak
sedikit kata-kata yang akan menjadi kuno (usang) yang disebabkan oleh tren dan
perkembangan zaman. Maka dari itu, setiap generasi akan memiliki ciri tersendiri
sebagai identitas yang membedakan dari kelompok lain. Dalam hal ini, bahasalah
sebagai representatifnya.
F. Awal Mula Bahasa Gaul
Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara
remaja sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini karena, remaja memiliki bahasa
tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh
kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok
usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya.
Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan
kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat
kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsana
dan Partana, 2002:150).
Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup
di lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya sangat
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
13
beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya. Bahasa prokem berfungsi
sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan
bahasa prokem, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat
yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.
Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan
tuntutan perkembangan nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai
dengan perkembangan usia remaja. Selain itu, pemakainnya pun terbatas pula di
kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di luar
lingkungan kelompoknya, bahasa yang digunakannya beralih ke bahasa lain yang
berlaku secara umum di lingkungan masyarakat tempat mereka berada. Jadi,
kehadirannya di dalam pertumbuhan bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah tidak
perlu dirisaukan karena bahasa itu masing-masing akan tumbuh dan berkembang
sendiri sesuai dengan fungsi dan keperluannya masing-masing.
Sebuah artikel di Kompas berjudul So What Gitu Loch….(2006: 15)
menyatakan bahwa bahasa prokem atau bahasa prokem sebenarnya sudah ada sejak
1970-an. Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakan isi obrolan
dalam komunitas tertentu. Oleh karena sering digunakan di luar komunitasnya, lama-
lama istilah-istilah tersebut jadi bahasa sehari-hari.
Pada mulanya pembentukan bahasa slang, prokem, cant, argot, jargon dan
colloquial di dunia ini adalah berawal dari sebuah komunitas atau kelompok sosial
tertentu yang berada di kelas atau golongan bawah (Alwasilah, 2006:29). Lambat laun
oleh masyarakat akhirnya bahasa tersebut digunakan untuk komunikasi sehari-hari.
Terdapat berbagai alasan kenapa masyarakat tersebut menggunakan bahasa-bahasa
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
14
yang sulit dimengerti oleh kelompok atau golongan sosial lainnya. Alasan esensialnya
adalah sebagai identitas sosial dan merahasiakan sesuatu dengan maksud orang lain
atau kelompok luar tidak memahami.
G. Cara Pembentukan Kata Gaul
1. Dalam Wikipedia mengemukakan ciri-ciri bahasa gaul, sebagai berikut:
a. Kosakata khas: berkata → bilang; berbicara → ngomong; cantik →kece; dia →
doi, doski; kaya →tajir; bahaya →berabe; ayah → bokap; ibu → nyokap; cinta
→cintrong; aku →gua, gue, gwa; kamu → lu, lo, elu; kita → kite dll.
b. Penghilangan huruf (fonem) awal: sudah → udah; saja → aja; sama → ama;
memang → emang, dll.
c. Penghilangan huruf “h”: habis → abis; hitung → itung; hujan → ujan; hilang →
ilang; hati → ati; hangat → anget; tahu → tau; lihat → liat; pahit → pait; tahun
→ taon; bohong → boong, dll.
d. Penggantian huruf "a" dengan "e": benar → bener; cepat → cepet; teman→ temen;
cakap → cakep; sebal → sebel; senang → seneng; putar → puter; seram →serem.
e. Penggantian diftong "au", "ai" dengan "o" dan "e": kalau → kalo; sampai →
sampe; satai → sate; gulai → gule; capai → cape; kerbau → kebo; pakai → pake;
mau (bukan diftong) → mo, dll.
f. Pemendekan kata atau kontraksi dari kata/frasa yang panjang: terima kasih →
makasi/trims; bagaimana → gimana; begini → gini; begitu → gitu; ini → nih; itu
→ tuh.
2. Menurut Sudarsani (2012) mengemukakan teknis pembentukkan ragam bahasa
alay ada 4 cara yaitu:
a. Menulis kalimat dengan mencampuradukkan antara bahasa asing dengan bahasa
Indonesia. Contoh: aq agy dHumz yang maksudnya „aku lagi di rumah‟, kata
rumah menjadi yaitu home dalam bahasa Inggris.
b. Kata-kata bahasa Indonesia yang digunakan divariasikan hurufnya. Contohnya
yang paling umum, mengganti huruf “k” menjadi “q” maksudnya “aku” menjadi
„aqu‟, huruf “t” menjadi “d” atau “dh” seperti kata “ingat” menjadi “ingad”‟.
c. Pengulangan huruf dalam satu kata berulang-ulang tanpa pemaknaan berarti dan
menambahkan huruf lagi di belakangnya. Contohnya menulis “dalam” dengan
“dalemmb” atau menulis “jalan” dengan “jallandh”.
d. Penulisan dengan cara pencampuran huruf besar, huruf kecil, terkadang dengan
angka dan simbol-simbol.
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
15
1. Menurut Mastuti (2008:56-58) cara pembentukkan ragam bahasa gaul
mempunyai 11 cara, yaitu:
a. Proses nasalisasi „kata kerja aktif-in‟ untuk membentuk kata kerja aktif transitif.
b. Bentuk pasif 1: “di‟+ kata dasar + in”
c. Bentuk pasif 2: “ke + kata dasar”
d. Penghilangan huruf (fonem) awal,
e. Penghilangan huruf “h” pada awal suku kata bentuk baku,
f. Pemendekkan kata atau kontraksi dari dua kata yang berbeda,
g. Penggunaan istilah lain,
h. Penggantian huruf “a” dengan “e”
i. Penggantian diftong “au” dengan “o” dan “ai” dengan “e”,
j. Pengindonesiaan bahasa asing (Inggris),
k. Penggunaan bahasa Inggris secara utuh.
Selain itu, menurut Mastuti (2008:70) ragam bahasa gaul juga dapat dibentuk
dari singkatan atau akronim, serta istilah-istilah baru yang sangat asing dan bahka
tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut Kridalaksana
(1992:162) bentuk-bentuk kependekkan meliputi: (1) singkatan, (2) penggalan, (3)
akronim, dan (4) kontraksi.
2. Menurut Badudu (1985:63) :
Menurut Badudu (1985:63) ada beberapa gejala bahasa yang meliputi: (1)
penambahan fonem (protesis, epentesis, paragog), (2) penghilangan fonem (aferesis,
sinkop, apokap), (3) kontraksi, (4) metatesis, (5) adaptasi.
a. Penambahan Fonem
1) Protesis
Protesis adalah penambaha fonem di depan kata (Badudu, 1985:63).
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia protesis adalah penambahan vocal
atau konsonan di awal kata. Dari pengertian protesis yang di kemukakan oleh pakar di
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
16
atas, dapat disimpulkan bahwa protesis adalah penambahan fonem vokal atau
konsonan di depan kata. Misalnya:
lo → elo
desa → ndesa
2) Epentesis
Epentesis adalah penambahan fonem di tengah kata (Badudu, 1985:63).
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:377) epentesis
adalah penambahan vokal atau konsonan di tengah kata. Dari pengertian epentesis
yang dikemukakan oleh pakar di atas dapat disimpulkan bahwa epentesis adalah
penambahan fonem vokal atau konsonan di tengah kata. Misalnya:
perih → peurih
apa → apha
3) Paragog
Paragog adalah penambahan fonem di akhir kata di akhir kata (Badudu,
1985:63). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:1020)
paragog adalah penambahan fonem atau bunyi di akhir sebuah kata. Dari pengertian
paragog yang dikemukakan oleh pakar di atas, dapat disimpulkan bahawa paragog
adalah penambahan fonem vokal atau konsonan di akhir kata. Misalnya:
aku → akuh
ini → inih
b. Penghillangan Fonem
1) Aferesis
Aferesis adalah penghilangan fonem pada awal kata (Badudu, 1985:63).
Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:14) aferesis adalah
penanggalan huruf awal atau suku awal kata. Adapun penghilangan suku di awal kata
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
17
termasuk dalam pemendekkan atau penggalan (Kridalaksana, 1992:161). Dari
pengertian aferesis yang dikemukakan oleh pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa
aferesis adalah penghilangan fonem vokal atau konsonan di awal kata. Misalnya:
lagi → agi
sama → ama
2) Sinkop
Sinkop adalah proses penghilangan fonem di tengah kata (Badudu, 1985:63).
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:1314) sinkop
adalah hilangnya bunyi atau huruf di tengah kata. Dari pengertian sinkop yang
dikemukakan oleh pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa sinkop adalah penghilangan
fonem vokal atau konsonan di tengah kata. Misalnya:
bangun → banun
mau → mu
3) Apokop
Apokop adalah proses penghilangan fonem pada akhir kata (Badudu, 1985:63).
Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:82) apokop adalah
hilangnya satu bunyi atau lebih pada akhir sebuah kata. Dari pengertian apokop yang
dikemukakan oleh pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa apokop adalah
penghilangan fonem vokal atau konsonan di akhir kata. Misalnya:
ada → ad
apa → ap
3. Menurut Kridalaksana (1992:162) pembentukan kata (gaul) meliputi: bentuk
pemendekkan, yang dibagi menjadi empat, yaitu: singkatan, penggalan, akronim,
dan kontraksi.
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
18
a. Singkatan
Singkatan adalah salah satu hasil proses pemendekkan yang berupa huruf atau
gabungan huruf, yang dieja huruf demi huruf (Kridalaksana, 1992:162). Singkatan
adalah pengekalan huruf awal dari sebuah leksem atau huruf-huruf awal dari
gabungan leksem. Misalnya singkatan ABRI yang kepanjangannya adalah Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia. Pada singkatan ini diambil huruf pertama pada setiap
unsur. Terkadang singkatan sudah dianggap seperti kata. Karena itu, dapat
dipendekkan atau disingkatkan lagi ketika singkatan tersebut ditambah dengan unsur
lain (Chaer, 2007:191). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2008:1313)
singkatan adalah hasil menyingkat (memendekkan) berupa huruf atau gabungan huruf.
Bentuk-bentuk singkatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:25-27) yaitu:
1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti denga
tanda titik. Misalnya
M.B.A Master of Business Administration
M.Sc Master of Science
S.E Sarjana Ekonomi
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan dan
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
3) Lambang kimia, singkatan, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
cu kuprum
tNT trinitrotoluene
cm sentimeter
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
19
4) Penggalan
Penggalan adalah proses pemendekkan yang mengekalkan salah satu bagian
dari leksem (Kridalaksana, 1992:162). Misalnya:
semua → mua
belum → lum
b. Akronim
Akronim adalah proses pemendekkan yang menggabungkan huruf atau suku
kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit
banyak memenuhi kaidah fonotaktik bahasa Indonesia (Kridalaksana, 1992:162).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:29) akronim adalah kependekkan yang
berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan
sebagai kata yang wajar. Bentuk-bentuk akronim dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2001:27), yaitu:
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan suku kata
atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal
kapital. Misalnya:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf
kecil. Misalnya:
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
20
pemilu pemilihan umum
radar radio detecting and rangiang
rapim rapat pimpinan
c. Kontraksi
Kontraksi yaitu proses pemendekkan yang meringkaskan leksem dasar atau
gabungan dari leksem (Kridalaksana, 1992:162). Menurut Badudu (1985:64) kontraksi
memiliki gejala adanya satu atau lebih fonem yang dihilangkan kadang-kadang ada
perubahan atau penggalan fonem. Misalnya:
tak tidak
takkan tidak akan
tiada tidak ada
4. Menurut Fanayun (2010:64)
Menurut Fanayun (2010:64) proses pembentukan kata ragam bahasa alay
meliputi: (a) penggunaan istilah lain; (b) penggantian huruf; (c) kombinasi huruf
capital dan huruf kecil; (d) kombinasi huruf dan angka; (e) kombinasi huruf, angka,
simbol dan singkatan; (f) bentuk berimbuhan; (g) bentuk berulang; (h) akronim
a. Penggunaan Istilah Lain
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat makna konsep,
proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Ada dua macam istilah (1)
istilah khusus; dan (2) istilah umum (Depdiknas (2008: 552). Istilah khusus adalah
kata yang pemakainya dan maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu, sedangkan
istilah umum ialah kata yang menjadi unsur bahasa umum. Misalnya:
novi „nonton televisi‟ bonyok „bokap-nyokap duren „duda keren‟
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
21
b. Penggantian Huruf
Penggantian huruf terdapat dalam bahasa tulis. Menurut Wijaya (2010:27)
dalam bahasa lisan terdapat perubahan bunyi (vokal dan konsonan) yaitu seperti
dalam perubahan yang dilakukan untuk meniru ucapan anak-anak. Misalnya:
celamat „selamat‟
cayang „sayang‟
teyus „terus‟
c. Kombinasi Huruf Kapital dan Huruf Kecil
Kombinasi huruf kapital dan huruf kecil adalah ragam bahasa alay yang
menggunakan huruf kecil kemudian dikombinasikan dengan huruf kapital dengan
beberapa singkatan (Fanayun, 2010:64). Misalnya:
mBrikan „memberikan‟
sLmNa „selamanya‟
pJaLnaN „perjalanan‟
KrMat „keramat‟
sMpUrNa „sempurna
d. Kombinasi Huruf dan Angka
Kombinasi huruf dan angka adalah ragam bahasa alay yang menggunakan
angka sebagai pengganti huruf (Fanayun, 2010:64). Misalnya:
Angka 1
Makna: I, L
Contoh: k1o g1tu „kalo gitu‟
Angka 2
Makna: Z, tu (two)
Contoh: 2mN kYk g2 „zaman kayak gitu‟
Angka 3
Makna: E
Contoh: b3sok pRgi ma3n yukzz „besok pergi main yuk‟
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
22
Angka 4
Makna: untuk (for)
Contoh: thx 4coment „thanks buat commentnya‟
Angka 5
Makna: S, ma
Contoh: 5g mw kcNa 5 cpa? „mang mau kesana sama siapa?‟
Angka 6
Makna: G, ga, gi, gue
Contoh: w 6 tw jd tw ga „gue nggak tahu jadi atau nggak‟
Angka 7
Makna: L. T
Contoh: 7eLaKi boaYa dRa7z „lelaki buaya darat‟
Angka 8
Makna: B, eight, eit (seperti di c8=ceit pelafalan untuk chat atau sk8er =
skeiter)
Contoh: kMrEntz w 8iz c8 m dY „kemarin aku habis chat sama dia‟
Angka 9
Makna: G, P
Contoh: 9 teu „nggak tahu‟
Angka 0
Makna: O
Contoh: naMe w iN0 „nama gue Ino‟
e. Kombinasi Huruf, Angka, Simbol dan Singkatan
Kombinasi huruf, angka, simbol, dan singkatan adalah ragam bahasa alay yang
menggunakan simbol-simbol yang dikenal ataupun tidak bagi orang lain. Dalam
pemilihan simbol yang terpenting adalah kemiripan simbol dengan aksara tertentu
dalam bahasa Indonesia (Fanayun, 2010:64). Misalnya:
Tanda seru (!)
Makna: i
Contoh: mn9k!n nNt! „mungkin nanti‟
Tanda kutip (“)
Makna: diulang dua kali
Contoh: jLan” „jalan-jalan‟
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
23
f. Bentuk Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah bentuk kata yang mengakibatkan munculnya makna.
Imbuhan terdiri dari perfiks, infiks, sufiks, konfiks, dan gabungan. Jika imbuhan
tersebut diletakkan, baik pada loksem maupun pada kata, umumnya menghasilkan
kata berimbuhan. Misalnya kata berimbuhan berdatangan yang leksemnya datang,
mendapat imbuha ber-an. Kata berdatangan bermakna banyak orang datang. Dengan
kata lain, kata berdatangan bermakna proses datangnya banyak orang yang datang dari
berbagai tempat (Pateda, 2001:142)
g. Bentuk Berulang
Kata ulang merupakan bentuk morfologis yang telah mengalami proses
pengulangan dari bentuk dasarnya. Bentuk-bentuk tersebut merupakan bentuk
morfologis yang dihasilkan dari proses pembentukkan kata dengan cara mengulang
bentuk dasar (reduplikasi). Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan
satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagainya, baik dengan variasi fonem
maupun tidak. Hasil pengulangan disebut dengan kata ulang, sedangkan satuan yang
diulang merupaka bentuk dasar (Ramlan, 2012:65). Proses pengulangan atau
reduplikasi merupakan pengulangan sistem gramatik. Pengulangan yang dimaksud
disini adalah pengulangan baik seluruhnya maupun sebagian, baik perubahan bunyi
ataupun tidak. Satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.
h. Akronim
Akronim adalah hasil pemendekkan yang berupa kata atau yang dapat
dilafalka sebagai data. Wujud dari pemendekkan dapat berupa pengekalan huruf-huruf
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
24
pertama, pengekalan suku-suku kata dari gabungan leksem, atau bisa juga teratur
(Chaer. 2007:192). Menurut Pateda (2001:150) akronim adalah pemendekkan dua
kata atau lebih menjadi satu kata saja. Dengan kata lain akronim merupakan kata.
Maknanya merupakan kata kepanjangan tersebut (Pateda, 2001:150).
5. Menurut Peneliti
Dari keenam pendapat tersebut, peneliti dapat merangkum dan menyunting
macam-macam cara pembentukan kata gaul yaitu (1) secara fonologis dan (2) secara
morfologis. Secara fonologis meliputi: (a) penghilangan huruf (fonem); (b)
penghilangan huruf “h”; (c) penggantian huruf “a”; (d) penggantian diftong “au”, “ai”,
“o” dan “e”; (e) kata-kata bahasa Indonesia yang digunakan divariasikan hurufnya; (f)
penghilangan huruf dalam satu kata berulang-ulang tanpa pemaknaan berarti; (g)
penulisan dengan cara pencampuran huruf besar, kecil, angka dan simbol; (h)
penghilangan huruf (fonem) awal; (i) penghilangan huruf “h” pada fonem awal; (j)
penggantian huruf “a” dengan “e”; (k) penggantian diftong “au” dengan “o”; (l)
penambahan fonem; (m) protesis; (n) epentesis; (o) paragog; (p) penghilangan fonem;
(q) aferesis; (r) sinkop; (s) apokop; (t) penggantian huruf; (u) kombinasi huruf dan
angka. Kemudian secara morfologis meliputi: (a) kosakata khas; (b) pemendekan kata
atau konraksi dari frasa yang panjang; (c) menulis kalimat dengan
mencampuradukkan bahasa asing dengan bahasa Indonesia; (d) proses nasalisasi „kata
kerja aktif-in‟; (e) bentuk pasif “di + kata dasar + in”; (f) bentuk pasif “ke + kata
dasar”; (g) pemendekkan kata atau kontraksi dari dua kata yang berbeda; (h)
penggunaan istilah lain; pengindonesiaan bahasa asing (Inggris); (i) penggunaan
bahasa Inggris yang utuh; singkatan; (j) penggalan; (k) akronim; (l) kontraksi; (m)
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
25
penggunaan istilah lain; (n) kombinasi huruf capital dan huruf kecil; (o) kombinasi
huruf, angka, symbol, dan singkatan; (p) bentuk berimbuhan; (q) bentuk berulang.
a. Fonologi (Fonologis)
Fonologi dari Tatabahasa yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada
umumnya dalam ilmu Bahasa disebut fonologi (Keraf, 1984:30). Tiap bunyi ujaran
dalam suatu bahasa mempunyai fungsi untuk membedakan arti. Bila bunyi ujaran itu
sudah dapat membedakan arti maka ia disebut fonem (phone = bunyi, -ema: adalah
suatu akhiran dalam bahasa Yunani yang berarti, mengandung arti).
Ragam bahasa gaul memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata
yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan
diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih
pendek seperti „permainan – mainan, pekerjaan – kerjaan.
b. Morfologi (Morfologis)
Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk
bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan
arti kata atau morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-
perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan,
1983:16-17).
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti „bentuk‟
dan kata logi yang berarti „ilmu mengenai bentuk‟. Jadi, secara harfiah kata morfologi
berarti „ilmu mengenai bentuk‟. Jika dikatakan morfologi membicarakan masalah
bentuk-bentuk dan pembentukkan kata, maka semua satuan bentuk sebelum menjadi
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
26
kata, yakni morfem dengan segala bentuk dan jenisnya perlu dibicarakan (Chaer,
2008:3). Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai pengertian morfologi, maka
dapat disimpulkan bahwa morfologi merupakan salah satu bidang linguistik yang
membicarakan seluk-beluk bentuk kata.
H. Relasi Makna
Hubungan atau relasi makna (analog dengan apa yang dianalisis Cruse, 2004)
adalah hubungan yang tidak kontroversi atau tidak berlawanan, tetapi mengacu pada
hubungan apa yang terjadi antara unit-unit makna. Relasi makna meliputi: (1)
antonimi; (2) hiponimi; (3) homonimi; (4) polisemi; (5) sinonimi.
1. Antonimi
Antonim atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah satuan
ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang
satu dengan yang lain (Chaer, 2012:299). Istilah antonimi (bahasa Inggris: antonymy)
berasal dari kata Yunani Kuno, onoma (nama) dan anti (melawan) (Djajasudarma,
2009:73). Secara harfiah adalah nama lain untuk benda yang lain, atau ada yang
mengatakan bahwa antonimi adalah oposisi makna dalam pasangan leksikal yang
dapat dijenjangkan (Kridalaksana,2002:16). Antonimi merupakan hubungan di antara
kata-kata yang dianggap memiliki pertentangan makna. Verhaar (2012:395) hubungan
keantoniman berlaku timbal balik: kita dapat mengatakan bahwa mudah adalah
antonim dari sukar, ataupun sebaliknya: sukar adalah antonim dari mudah.
Pertentangan makna bila ditinjau secara sepintas nampak sangat sederhana.
Misalnya panas berlawanan dengan dingin, dan atas berlawanan dengan bawah.
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
27
Pertentangan makna pada umumnya ada yang menganggap terdiri dari pasangan-
pasangan yang sudah tertentu sehingga suatu kata hanya dapat dipertentangkan
dengan satu kata lain.
2. Hiponimi
Istilah hiponimi (Ing: hyponymy berasal dari bahasa Yunani Kuno onoma =
nama, dan hypo = di bawah). Secara harfiah istilah hiponimi bermakna nama yang
termasuk di bawah nama lain. Hubungan kehiponiman dalam pasangan kata adalah
hubungan antara yang lebih kecil (secara ekstensional) dan yang lebih besar (secara
ekstensional pula) (Verhaar, 2012:396).
3. Homonimi
Istilah homonim (Inggris: homonymy) berasal dari bahasa Yunani Kuno,
onoma = nama dan homos = sama. Secara harfiah, homonimi adalah nama sama untuk
benda yang berlainan (Pateda, 2010:211). Kehomoniman adalah hubungan di antara
dua kata (atau lebih), sedemkian rupa sehingga bentuknya sama dan maknanya
berbeda (Verhaar, 2012:395).
4. Polisemi
Palmer (1976:65) mengatakan, “ It is also the case that the same word may
have a set of different meanings,” suatu kata yang mengandung seperangkat makna
yang berbeda, mengandung makna ganda. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (2003:70) polisemi (kepoliseman) yaitu kepoliseman
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
28
itu timbul karena pergeseran oleh makna atau tafsiran yang berbeda. Jadi, polisemi
adalah kata yang mengandung makna lebih dari satu atau ganda.
5. Sinonimi
Sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya
kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya (Chaer,
2012:297). Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu
onoma yang berarti „nama‟, san syn yang berarti „dengan‟. Maka secara harfiah kata
sinonimi berarti „nama lain untuk benda atau hal yang sama‟. Sering dikatan bahwa
kata-kata yang sinonim memiliki makna yang “sama”, dengan hanya bentuk-bentuk
yang berbeda (Verhaar, 2012:394).
I. Short Message Service (SMS)
Short Message Service yang disingkat SMS, yang merupakan pesan singkat
berupa teks yang dikirim dan diterima antar sesama pengguna handphone. Dalam
layasan SMS kapasitas jumlah karakter pengirim pesannya bersifat singkat. Hal itulah
yang kemudian menuntut adanya tindak peringkasan ujaran bahasa yang dikirimkan
melalui layanan SMS. Di sini, kreativitas peringkasan bahasa, baik dengan cara
singkatan, simbol, tanda elipsis, dan permainan angka, sangat dibutuhkan sebab untuk
berkomunikasi tertulis dibatasi tarif.
SMS adalah satu satu cara berkomunikasi melalui handphone dengan cara
menuliskan pesan-pesan singkat menggunakan bahasa dan simbol untuk mendapatkan
kreasi yang baru dalam melakukan SMS. SMS merupakan salah satu cara
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
29
berkomunikasi yang sangat disukai oleh semua kalangan, mulai dari kalangan anak-
anak sampai kalangan orang tua.
Alasan mengapa SMS sangat disukai oleh semua kalangan yaitu masalah
harga, berkomunikasi dengan SMS harganya sangat murah dan dapat dijangkau oleh
semua kalangan. Kemudian dengan SMS juga kita dapat menuliskan kata-kata dengan
sejelas-jelasnya. Akan tetapi secara ketatabahasaan, bentuk bahasa SMS menyimpang
dari kaidah resmi bahasa Indonesia. Hal itu disebabkan oleh adanya kerumpangan
ejaan bahasanya, penggunaan kata tidak baku, dan penggunaan simbol-simbol yang
tidak sesuai dengan fungsinya. Itu jika ditinjau dari tataran tata bahasa baku Bahasa
Indonesia. Oleh sebab itu, apabila bahasa SMS dipakai dalam forum resmi akan
mengalami kesalahan yang fatal. Bahasa SMS adalah bahasa khusus dan sebaiknya
hanya dipakai dalam situasi yang khusus pula, sama seperti bahasa gaul atau bahasa
daerah.
Kemudian dalam SMS juga ada pembentukan kata dengan penggabungan dua
kata dan memotong kata menjadi lebih pendek. Istilah ini disebut blending
dan clipping. Hal itu masuk dalam proses kontraksi dan akronim. Kontraksi
merupakan penyusutan fonem yang terjadi dalam dua kata atau lebih yang dijadikan
satu. Akronim adalah singkatan yang dibentuk dari huruf-huruf kata uraian (Tarigan,
1993:106-107).
Remaja adalah generasi yang sangat ingin menunjukan eksistensinya. Mereka
adalah anak-anak yang belum dewasa. Karena status barunya sebagai remaja, mereka
ingin mencoba banyak hal-hal, baik hal-hal yang positf maupun hal-hal yang dianggap
kurang pantas untuk dilakukan. Bila ada remaja yang tidak tahu tentang
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
30
perkembangan “dunia” maka remaja tersebut dikucilkan dan dianggap ketinggalan
jaman.
Keinginan remaja untuk dianggap oleh dunia menimbulkan remaja mencoba
berbagai macam hal. Mulai dari hal ringan sampai hal yang berat karena mereka tidak
mau dianggap remaja yang tidak tahu apa-apa dan ketinggalan jaman. Salah satunya
yaitu dengan menggunakan sms gaul. Alasannya sama yaitu ingin dianggap, termasuk
ingin dianggap gaul dan gaya. SMS gaul adalah salah satu bentuk kreatifitas remaja
dalam mengembangkan ide-ide apa yang ada dalam diri mereka. Namun pemakaian
SMS gaul harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dengan siapa mereka
berkomunikasi.
Cara Pembentukkan Kata..., Dhita Putri Setyarini, FKIP UMP, 2016
top related