bab ii kajian pustaka a. landasan teori 1. media sosialrepository.ump.ac.id/4042/3/bab ii_yeni yen...
Post on 01-Apr-2018
236 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Media Sosial
a. Pengertian Media sosial
Pada dasarnya media sosial merupakan perkembangan
mutakhir dari teknologi-teknologi perkebangan web baru berbasis
internet, yang memudahkan semua orang untuk dapat berkomunikasi,
berpartisipasi, saling berbagi dan membentuk sebuah jaringan secara
online, sehingga dapat menyebar luaskan konten mereka sendiri.
Sesuai dengan pendapat Zarella (dalam Aditya, R. 2015: 51) media
sosial adalah situs yang menjadi tempat orang-orang berkomunikasi
dengan teman-teman mereka, yang mereka kenal di dunia nyata dan
dunia maya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
media sosial merupakan salah satu bentuk perkembangan dari adanya
internet. Melalui media sosial, seseorang dapat saling terhubung
dengan setiap orang yang tergabung dalam media sosial yang sama
untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Media sosial memiliki
sifat yang lebih interaktif apabila dibandingkan dengan bentuk media
tradisional seperti radio, maupun televisi. Melalui media sosial, kita
dapat secara langsung berinteraksi dengan orang lain, baik melalui
9 Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
10
komentar dalam media sosial maupun dengan sekedar memberikan like
pada setiap postingan seseorang.
b. Penggunaan Media Sosial
Salah satu bentuk baru dalam berkomunikasi yang ditawarkan
dalam dunia internet adalah media sosial. Menggunakan media sosial
dalam internet, penggunaan bisa meluaskan perkataan ataupun hal
yang dialami. Seperti yang diutarakan oleh Kaplan dan Haenlein dalam
jurnal Internasional (Curran & Lennon, 2011), media sosial adalah
“sebuah kelompok jaringan yang berbasis aplikasi dalam internet yang
dibangun berdasarkan teknologi dan konsep web 2.0, sehingga dapat
membuat pengguna (user) menciptakan dan mengganti konten yang
disebarkan”. Istilah “web 2.0” digunakan secara khusus untuk
menjelaskan teknologi semacam wikis, weblogs, dan media internet
lainnya. Web 2.0 penting untuk media sosial karena mampu
mempercepat pertumbuhan dari media sosial.
Era globalisasi saat ini perkebangan teknologi semakin pesat.
Dengan perkembangan teknologi saat ini, banyak hal yang dapat
dikerjakan dengan mudah. Salah satunya dalam hal berkomunikasi.
Jika dahulu kala orang berkomunikasi dengan bertatap muka secara
langsung agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik,
namun sekarang orang tidak harus bertatap muka secara langsung agar
dapat berkomunikasi, sehingga komunikasi dapat berlangsung lebih
mudah dengan adanya teknologi.
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
11
Berbagai teknologi telah dikembangkan para ilmuwan agar
memudahkan manusia dalam berkomunikasi, mulai dari radio, telepon,
televisi, hingga internet. Kemajuan teknologi sekarang ini, orang dapat
berkomunikasi dengan orang lain setiap detik. Baik itu dengan orang
yang dikenal hingga orang yang tidak dikenal. Komunikasi tersebut
bisa terjadi dengan dua arah maupun satu arah. Teknologi mulai dari
radio hingga internet memungkinkan komunikasi yang sulit dilakukan
menjadi bisa dilakukan. Salah satunya dari sekian banyak temuan para
ahli, yang fenomenal adalah media internet.
c. Dampak Negatif dan Dampak Positif Media Sosial
Dewasa ini di tengah-tengah era globalisasi tidak bisa
dipungkiri hadirnya sosial media semakin dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari, akan tetapi sosial media menghapuskan
batasan-batasan dalam bersosialisasi, dalam sosial media tidak ada
batasan ruang dan waktu dan dengan siapa mereka berkomunikasi,
mereka dapat berkomunikasi kapanpun dimana pun mereka berada dan
dengan siapapun. Maka tidak dapat dipungkiri bahwa sosial media
memiliki pengaruh besar dan berdampak dalam kehidupan seseorang.
Adapun dampak positif media sosial menurut Zukria (dalam
Kairuni, N. 2016) adalah:
1) Mempermudah kegiatan belajar, karena dapat digunakan
sebagai sarana untuk berdiskusi dengan teman sekolah
tentang tugas (mencari informasi)
2) Mencari dan menambah teman atau bertemu kembali
dengan teman lama. Baik itu teman di sekolah, di
lingkungan bermain maupun teman yang bertemu melalui
jejaring sosial lain
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
12
3) Menghilangkan kepenatan pelajar, itu bisa menjadi obat
stress setelah seharian bergelut dengan pelajaran di sekolah.
Misalnya, mengomentari situs orang lain yang terkadang
lucu dan menggelitik, bermain game, dan lain sebagainya.
Adapun dampak negatif yang ditimbulkan dari media sosial adalah:
1) Berkurangnya waktu belajar, karena keasyikan
menggunakan media sosial.
2) Mengganggu konsentrasi belajar di sekolah.
3) Merusak moral pelajar, karena sifat remaja yang labil,
mereka dapat mengakses atau melihat gambar porno milik
orang lain dengan mudah.
4) Menghabiskan uang jajan, untuk mengakses internet.
5) Mengganggu kesehatan, terlalu banyak menatap layar
handphone maupun komputer atau laptop dapat
mengganggu kesehatan.
Menurut pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media sosial memiliki dampak positif dan juga memiliki
dampak negatif dalam penggunaannya. Penggunaan media sosial dapat
diakses setiap waktu dan dalam penggunaan media sosial juga tidak
memiliki batasan dalam bersosialisasi. Seseorang dapat berkomunikasi
dengan siapa saja, baik dengan orang yang dikenal ataupun orang yang
tidak dikenal.
2. Komunikasi
Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting.
Bukan hanya dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan
manusia secara umum. Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam
kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama dengan cara
melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana samapai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara
manusia berkomunikasi secara drastis.
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
13
a. Pengertian Komunikasi
Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan
dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya,
bahkan ingin mengetahui yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu
ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.
Effendy, Onang Uchana (2005: 11-16) Proses komunikasi pada
hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa
merupakan gagasan, informasi opini dan lain-lain yang muncul dari
benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya
yang muncul dari lubuk hati.
Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah
memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator
menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena
komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh atau
jumlahnya yang banyak, media itu bisa melalui surat, telepon, teleks,
surat kabar, majalah, radio, televisi, film, bahkan satelit dan masih
banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.
Menurut teori di atas dapat disimpulkan yaitu komunikasi
merupakan suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
14
media. Lambang sebagai media primer, dalam proses komunikasi
adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lainnya yang secara
langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator
kepada komunikan.
b. Tujuan Komunikasi di Sekolah
Komunikasi di sekolah merupakan salah satu unsur kegiatan
yang penting dalam pendidikan. Selain, itu komunikasi merupakan
syarat dalam kehidupan oerganisasi pendidikan. Komunikasi sebagai
upaya untuk membuat orang-orang yang terlibat di dalamnya mengerti
dan memahami fungsi dan tugasnya masing-masing. Penyampaian
pesan kepada penerima dan media yang digunakan dalam komunikasi
harus ada dalam keserasian, sehingga terhindar dari gangguan-
gangguan yang mengakibatkan kesalah pahaman. Sesuai dengan
pendapat (Hidayat, S. 2007: 2) mengatakan bahwa ketidaksamaan
pengertian antara penerima dan pengirim informasi akan menimbulkan
kegagalan dalam berkomunikasi.
Keberhasilan dalam berkomunikasi dapat dilihat dari seberapa
jauh orang yang sedang terlibat dalam komunikasi tersebut dapat
menerima pesan tersebut dengan baik. Pesan yang disampaikan juga
memiliki informasi yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Sesuai dengan pendapat (Umar, M. 2016: 23) dalam
penelitiannya menyatakan komunikasi dalam pendidikan dilakukan
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
15
kepada masyarakat tidak cukup hanya dengan informasi verbal saja.
Informasi ini perlu dilengkapi dengan pengalaman nyata yang
ditunjukkan kepada masyarakat, agar timbul citra positif tentang
pendidikan.
Uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi di
sekolah bertujuan agar terhindar dari gangguan-gangguan yang
mengakibatkan adanya kesalah pahaman antar anggota di dalam
lembaga sekolah. Selain itu, dengan adanya komunikasi dalam
pendidikan akan mempermudah dalam memberi dan menerima
informasi dari pihak yang satu dengan pihak yang lain. Penyampaian
informasi tersebut juga harus memiliki kebenaran tersendiri.
Informasi-informasi tersebut dapat dipertanggung jawabkan.
3. Pembentukan Karakter
Karakter merupakan potret diri seseorang yang sesungguhnya
setiap orang memiliki karakter dan itu bisa menggambarkan diri seseorang
yang sebenarnya apakah baik atau buruk. Karakter dapat diartikan sebagai
kumpulan perilaku yang tampil di depan umum maupun di saat sendiri,
dirangkai cesara konsisten dalam kehidupan. Pola perilaku yang dilakukan
berulang-ulang apakah baik atau buruk akan membentuk dan memperkuat
karakter.
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
16
a. Pengertian Karakter
Yaumi (2014: 7-8)menyatakan bahwa karakter adalah
moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan, dan sikap seseorang yang
ditunjukkan kepada orang lain melalui tindakan. Karakter dimaknai
sebagai sebuah dimensi yang positif dan konstruksif. Jika dilihat dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) dalam (Elfindri, dkk, 2012:
27), menyatakan bahwa karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak,
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lainyaitu
tabiat dan watak. Sehingga dapat dikemukakan bahwa karakter anak
yang diharapkan adalah kualitas mental atau kekuatan moral, akhlak
atau budi pekerti yang merupakan kepribadian khusus yang harus
melekat kepada anak-anak bangsa ini.
Rumusan dari Kementrian Pendidikan Nasional dalam
(Salahudin & Alkrienchie, 2013: 42), menyatakan bahwa khususnya
Direktorat Pendidikan Tinggi menjelaskan bahwa secara umum, arti
karakter adalah karakter mendemokrasikan etika atau sistem nilai
personal yang ideal (baik dan penting) untuk eksistensi diri dan
berhubungan dengan orang lain. Karakter merupakan aspek yang
sangat dominan dalam diri seseorang. Karena secara umum karakter
merupakan suatu kebiasaan dan jati diri yang melekat pada seseorang.
Selain itu karakter juga akan membawa seseorang supaya memiliki
akhlak dan tanggungjawab dalam kehidupan yang baik.
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
17
Suyadi (2013: 5)Pengertian secara khusus, karakter adalah
nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata
berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang
terparti dalam diri dan berwujud dalam perilaku. Katakter diartikan
sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa karakter
yang dimiliki oleh seseorang pada dasarnya terbentuk melalui proses
pembelajaran yang cukup panjang. Karakter manusia bukanlah sesuatu
yang dibawa sejak lahir. Lebih dari itu, karakter merupakan bentukan
dari lingkungan dan juga orang-orang yang ada di sekitar lingkungan
tersebut. Karakter dibentuk melalui proses pembelajaran di beberapa
tempat, seperti rumah, sekolah, dan di lingkungan sekitar tempat
tinggal. Pihak-pihak yang berperan penting dalam pembentukan
katarakter seseorang yaitu keluarga, guru, dan teman sebaya. Karakter
seseorang biasanya akan sejalan dengan perilakunya. Bila seseorang
selalu melakukan aktivitas yang baik seperti sopan dalam berbicara,
suka menolong, ataupun menghargai sesama, maka kemungkinan
besar karakter orang tersebut juga baik, akan tetapi jika perilaku
seseorang buruk seperti suka mencela, suka berbohong, suka berkata
yang tidak baik, maka kemungkinan besar karakter orang tersebut juga
buruk.
b. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
18
hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat
ini. Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi dalam (Kesuma,
dkk, 2012: 5-6) menyatakan bahwa “sebuah usaha untuk mendidik
anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungan.
Adanya pendidikan karakter maka akan membantu membentuk
sebuah watak, sifat-sifat dan budi pekerti seseorang, sehingga kelak
akan melahirkan sebuah karakter pribadi yang baik. Jika seseorang
telah memiliki karakter yang baik maka orang tersebut akan dapat
menempatkan diri dan memberikan hal yang positif di sekitarnya. Oleh
karena itu pendidikan karakter sebaiknya diterapkan sejak dini agar
lebih efektif.
Pendidikan karakter dalam seting sekolah sebagai
“Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan
perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu
yang dirujuk oleh sekolah”.
Definisi ini mengandung makna:
1) Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang
terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua
mata pelajaran;
2) Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku
anak secara utuh. Asumsinya anak merupakan organisme
manusia yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan
dikembangkan;
3) Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai
yang dirujuk sekolah (lembaga).
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
19
Pada dasarnya pembelajaran yang dilakukan disekolah
hanyalah untuk mengajarkan nilai-nilai karakter yang baik bagi siswa.
Karakter yang baik lah yang harus dikembangkan dan diterapkan
dimanapun siswa itu berada sedangkan karakter yang buruk harus
mereka tinggalkan dan jangan sampai dikeluarkan disaat mereka
berada.
Yaumi (2014:8-9) Pendidikan karakter adalah upaya sengaja
untuk membantu orang mengerti, peduli tentang, dan berbuat atas
dasar nilai-nilai etik. Definisi ini pendidikan karakter merujuk pada
tiga komponen yang harus diolah, yakni: (1) Pikiran,yang ditujukan
dengan kata understand, (2) rasa, yang ditujukan dengan kata care
about, dan (3) raga, yang ditujukan dengan kata act upon core
ethicalvalues. Pendidikan karakter adalah suatu istilah yang luas yang
digunakan untuk menggambarkan kurikulum dan ciri-ciri organisasi
sekolah yang mendorong pengembangan nilai-nilai fundamental anak-
anak di sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter disekolah saling terkait dengan semua mata
pelajaran yang guru-guru berikan. Sehingga siswa dapat lebih banyak
mendapatkan bebagai macam karakter yang sesuai dengan karakter
mereka masing-masing. Agar mereka dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari dengan lebih baik. Peranan sekolah disini juga
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
20
sangat berpengaruh penting bagi perkembangan karakter siswa karena
dengan adanya program pembelajaran yang efektif dari sekolah maka
siswa dapat lebih memahami sebuah karakter yang dapat mereka bawa
dalam bermasyarakat kelak.
c. Tujuan Pendidikan Karakter dalam Seting Sekolah
Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan
mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan
dan memenuhi sumberdaya manusia, pendidikan tentunya memiliki
peran yang sangat penting. (Kesuma Dkk, 2012: 7-10) Menyampaikan
bahwa pada hakikatnya, tujuan pendidikan tidak boleh melupakan
landasan konseptual filosofi pendidikan yang membebaskan dan
mampu menyiapkan generasi masa depan untuk dapat bertahan hidup
(survive) dan berhasil menghadapi tantangan-tantangan zamannya.
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlaq mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis derta bertanggung jawab. Mencermati fungsi pendidikan
nasional, yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
dan peradaban bangsa seharusnya memberikan pencerahan yang
memadai bahwa pendidikan harus berdampak pada watak manusia
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
21
atau bangsa Indonesia.
“Mengembangkan kemampuan” aliran konstruktivisme, yang
mempercayai bahwa peserta didik adalah manusia yang potensial dan
dapat dikembangkan secara optimal melalui proses pendidikan.
Kemampuan watak yang perlu dikembangkan dalam pendidikan atau
kemampuan akademik, kemampuan sosial, kemampuan religi, inipun
belum secara jelas dipahami dari pernyataan UUSPN tersebut.
Tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi
pengetahuan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud
dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses
sekolah (setelah lulus dari sekolah). Tujuan kedua pendidikan karakter
adalah mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. Tujuan ketiga dalam
pendidikan karakter seting sekolah adalah membangun koneksi yang
harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan
tanggung jawab pendidikan karater secara bersama.
Tujuan pendidikan karakter adalah terwujudnya kesatuan
esensial subjek dengan perilaku dan sikap/nilai hidup yang dimilikinya
Adisusilo, S (2014: 78). Dasar pendidikan karakter menunjukkan
adanya nilai-nilai dari sikap dan perilaku seseorang. Karakter
merupakan aspek penting dalam melangsungkan kehidupan.
Sesuaidengan pendapatnya (Samani & Hariyanto, 2012: 45)
mengatakan bahwa: “Pendidikan karakter dapat dimaknai dengan
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
22
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,
pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, melihara apa
yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari
dengan sepenuh hati”.
Dapat disimpulkan dari teori-teori di atas, bahwa karakter
merupakan keseluruhan tingkah laku yang ada pada diri manusia
dengan sifat-sifat yang dimilikinya secara unik. Karakter yang
dihasilkan olah pikir, olah hati, olah rasa, serta olahrga seseorang atau
sekelompok orang. Lingkungan sendiri merupakan salah satu faktor
yang penting dan memiliki peran yang besar dalam pendidikan
karakter. Karena lingkungan membantu peserta didik melakukan
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses pendidikan karakter
sangat ditentukan oleh faktor lingkungan ini. Dapat diartikan bahwa
lingkungan fisik dan budaya sekolah, manajemen sekolah, kurikulum,
pendidik, dan metode mengajar.
d. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter
Tidak ada petunjuk teknis yang paling efektif untuk dilakukan
dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter.
Tidak terdapat juga strategi pelaksaan yang bisa berlaku umum yang
sesuai dengan seluruh kondisi lingkungan sekolah. Namun secara
teoritis terdapat beberapa prinsip yang dapat digeneralisasi untuk
mengukur tingkat keberhasilan suatu pelaksanaan pendidikan karakter.
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
23
Lickona, Schaps, dan Lewis (2010) dalam CEP’s Eleven Principles of
effective Character Education dalam Yaumi (2014: 11) menguraikan
sebelas prinsip dasar dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan
pendidikan karakter. Kesebelas prinsip yang dimaksud adalah:
1) Komunitas sekolah mengembangkan nilai-nilai etika dan
kemampuan inti sebagai landasan karakter yang baik.
2) Sekolah mendefinisikan karakter secara komprehensif
untuk memasukkan pemikiran, perasaan, dan perbuatan.
3) Sekolah menggunakan pendekatan komprehensif, sengaja,
dan proaktif untuk mengembangkan karakter.
4) Sekolah menciptakan masyarakat peduli karakter.
5) Sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk melakukan tindakan moral.
6) Sekolah manawarkan kurikulum akademik yang berarti dan
menantang yang menghargai semua peserta didik
mengembangkan karakter, dan membantu mereka untuk
mencapai keberhasilan.
7) Sekolah mengambangkan motivasi diri peserta didik.
8) Staf sekolah adalah masyarakat belajar etika yang membagi
tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan karakter
dan memasukkan nila-nilai inti yang mengarahkan peserta
didik.
9) Sekolah mengembangkan kepemimpinan bersama dan
dukungan yang besar terhadap permulaan atau perbaikan
pendidikan karakter.
10) Sekolah melibatkan anggota keluarga dan masyarakat
sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter.
11) Sekolah secara teratur menilai dan mengukur budaya dan
iklim, fungsi-fungsi staf sebagai pendidik karakter serta
sejauh mana peserta didik mampu memanifestasikan
karakter yang baik dalam pergaualan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
menunjang keberhasilan pendidikan karakter tidak ada yang paling
efektif secara teknis. Beberapa prinsip-prinsip dasar dalam menunjang
keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter yaitu komunitas
sekolah, pendefisian karakter, masyarakat, keluarga, staf sekolah, dan
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
24
lain-lainnya.
e. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter
Ruang lingkup atau sasaran dari pendidikan karakter adalah
satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Menurut Ramayulis
dalam (Salahudin & Alkrienciehie, 2013: 65) mengatakan bahwa
adapun asas-asas mengajar dalam pendidikan karakter adalah motivasi,
aktivitas, minat dan perhatian, keperagaan, individual, pengulangan,
keteladanan, pembiasaan. Asas-asas mengajar ini harus dijadikan
acuan dalam menerapkan pendidikan karakter, baik di sekolah,
keluarga, maupun di masyarakat.
Lickona (2013: 99-536) menjelaskan bahwa: “Guru memiliki
kekuasaan untuk mempengaruhi nilai dan karakter anak-anak
setidaknya dalam tiga macam cara:
1) Guru dapat menjadi pengasuh yang efektif.
2) Guru dapat menjadi teladan.
3) Guru dapat menjadi seorang pembimbing etis.
Menyadari arti penting dari hubungan guru siswa ini menuntut
seorang guru agar memiliki visi moral. Menjadi seorang pendidik
moral menuntut guru untuk melihat signifikasi moral dari interaksi
sosial bahkan pada hal-hal kecil sekalipun, membayangkan pengaruh
jangka panjangnya dari pengalaman anak-anak di sekolah terhadap
nilai-nilai dan karakter mereka dan masyarakat seperti apa yang suatu
saat kelak akan mereka bantu pembentukannya, memandang pekerjaan
mengajar seperti yang dulu ada sebagai panggilan khusus “pembentuk
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
25
moral”.
Masyarakat ikut andil dalam membangun karakter anak-anak,
penting bagi sekolah yang sedang melaksanakan pendidikan nilai
untuk melibatkan tidak hanya orang tua. Keterlibatan masyarkat secara
luas sangat membantu: keterlibatan tersebut membantu
mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan untuk nilai-nilai yang
harus diajarkan, keterlibatan tersebut membuka jalan bagi
terbentuknya keahlian etis yang berharga di dalam masyarakat, dan
keterlibatan tersebut menginformasikan kepada publik dan
menciptakan publisitas positif atas bebagai upaya yang
dilakukansekolah dalam bidang ini.”
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran
keluarga, masyarakat, dan guru sangat penting dalam pendidikan
karakter bagi anak. Karakter mereka dibentuk dari kerjasama antar
ketiga pihak yang saling membantu untuk membentuk moral anak
menjadi baik. Peranan media massa juga berpengaruh baik dan buruk
dalam pembentukan karakter oleh sebab itu peran keluarga yang paling
utama dalam pendidikan karakter anak.
f. Faktor Keberhasilan Pendidikan Karakter
Penyelenggaraan pendidikan, terutama pendidikan formal
merupakan tanggung jawab bersama. Tidak mungkin bisa
terselenggara dengan baik dan maksimal apabila hanya pihak lain
didalamnya. Demikian juga halnya dengan pengembangan pendidikan
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
26
karakter peserta didik di satuan pendidikan, membutuhkan adanya
peran serta aktif dari pihak-pihak terkait. Menurut Zubaedi (2011: 177-
182) ada sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan proses pendidikan karakter. Tinjauan ilmu akhlak
diungkapkan bahwa segala tindakan dan perbuatan manusia yang
memiliki corak berbeda antara satu sama lainnya, pada dasarnya
merupakan akibat adanya pengaruh dari dalam diri manusia (insting)
dan motivasi yang disuplai dari luar dirinya seperti milieu, pendidikan,
dan aspek warotsah. Faktor niat atau kemauan anak yang besar juga
akan mempermudah dalam pembentukan karakter. Karakter anak yang
masih polos dan labil akan sangat mudah di arahkan ke hal-hal yang
positif, agar dapat membentuk karakter yang baik. Orang tua, guru,
serta masyarakat pun ikut andil dan tidak terlepas dari pembentukan
karakter anak.
1) Faktorinsting (naluri). Refleksi sikap, tindakan, dan
perbuatan manusia yang dimotori oleh insting seseorang
(dalam bahasa arab disebut gharizah). Insting seperangkat
tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para psikolog
menjelaskan bahwa insting (naluri) motivator penggerak
yang mendorong lahirnya tingkah laku.
2) faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan
karakter adalah adat/kebiasaan. Adat/kebiasaan adalah
tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan berulang-
ulang dan sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti
berpakaian, makan, tidur, olahraga. Menurut Abu Bakar
Zikri berpendapat: Perbuatan manusia, apabila dikerjakan
secara berulang-ulang sehingga menjadi mudah
melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan. 3) Faktor yang mempengaruhi berhasil atau gagalnya
pendidikan karakter adalah keturunan (wirotsah/heredity). Secara langsung atau tidak langsung keturunan sangat mempengaruhi pembentukan karakter atau sikap seseorang.
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
27
Melalui ilmu pendidikan kita mengenal perbedaan pendapat anatara aliran nativisme yang dipelopori oleh Schopenhaur berpendapat seseorang ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Pendidikan tidak dapat mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang. Menurut aliran empirisme, seperti dikatakan oleh John Locke dalam teori tabula rasa, bahwa perkembangan jiwa anak itu mutlak ditentukan oleh pendidikan dan lingkungannya. Menyikapi dua aliran konfrontatif ini, timbul teori konvergensi yang bersifat mengompromikan kedua teori ini dengan menekankan bahwa “dasar” dan “ajar” secara bersama-sama mempengaruhi perkembangan jiwa manusia.
4) Faktoryang berpengaruh terhadap pendidikan karakter adalah lingkungan. Salah satu aspeknya yaitu sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor lingkungan di mana seseorang berada. Lingkungan artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup, meliputi tanah dan udara, sedangkan lingkungan manusia adalah apa yang mengelilinginya, seperti angin, lautan, udara dan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada
keberhasilan pendidikan karakter terdapat faktor-faktor yang paling
mempengaruhi yaitu faktor insting, adat/kebiasaan, keturunan, dan
lingkungan. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh dalam
pembentukan karakter anak dengan adanya faktor-faktor tersebut
diharapkan anak akan menjadi lebih baik. Kerjasama dari berbagai
pihakpun sangat berpengaruh dalam pemebentukan karakter anak.
4. Sopan Santun
a. Pengertin Sopan Santun
Menurut Purwadarminta dalam jurnalnasional (Wahyu, S. S,
2015) secara etimologis sopan santun berasal dari dua kata, yaitu kata
sopan dan santun. Keduanya telah digabung menjadi sebuah kata
majemuk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sopan santun dapat
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
28
diartikan sebagai berikut: “Sopan, hormat dengan tak lazim (akan,
kepada) tertib menurut adab yang baik. Atau bisa dikatakan sebagai
cerminan kognitif (pengetahuan). Santun: halus dan baik (budi
bahasanya, tingkah lakunya) sopan, sabar, tenang atau bisa dikatakan
cerminan psikomotorik (penerapan pengetahuan sopan ke dalam suatu
tindakan). Jika digabungkan kedua kalimat tersebut, sopan santun
adalah pengetahuan yang berkaitan dengan penghormatan melalui
sikap, perbuatan atau tingkah laku, budi pekerti yang baik, sesuai
dengan tata krama, peradaban, dan kesusuilaan.
Seseorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang baik maka
orang tersebut memiliki sopan santun yang baik. Sopan santun atau
tata krama menurut Taryati, dkk. (1995:71) dalam jurnal (Suharti,
2004: 61-62) adalah suatu tata cara atau aturan yang turun-temurun
dan berkembang dalam suatu budaya masyarakat, yang bermanfaat
dalam pergaulan dengan orang lain, agar terjalin hubungan yang akrab,
saling pengertian, hormat menghormati menurut adat yang telah
ditentukan.
Berdasarkan penjelasan dari teori di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa sopan santun adalah sikap dan perilaku yang baik
seperti menghargai dan menghormati orang lain terhadap apa yang
dilihat, dirasakan, dalam situasi dan kondisi apapun yang berlandaskan
aturan-aturan atau tata tertib yang terdapat di lingkungan tersebut.
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
29
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Hasanudin Dede, 2014. Telaah Budaya dan Karakter dalam Pola-pola
Komunikasi di Dunia Maya. Volume II, Nomor 2
Penelitian ini mengungkapkan tentang penggunaan bahasa secara
langsung di dunia maya, mengetahui aturan bahasa Indonesia yang
digunakan dimedia sosial, menggambarkan penggunaan bahasa di media
sosial, klarifikasi data yang digunakan dimedia sosial, menafsirkan data
agar dapat dipahami pola dan maknanya. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan komunikasi
langsung antara masyarakat yang melakukan jejaring sosial. Penelitian ini
menghasilkan asumsi seperti berbagai variasi bahasa yang selalu
diungkapkan dimedia sosial, banyak komentar yang dibuat didunia maya
menggunakan bahasa yang kurang baik dan kurang sopan untuk
disampaikan. Bahasa kesatuan yang rendah ditampilkan dalam komentar
media sosial, hampir semua pengguna kurang memperhatikan penggunaan
kesatuan bahasa saat membuat kritik. Penelitian ini dikatakan relevan
karena sama-sama meneliti tentang dampak dari penggunaan media sosial
terhadap katakter sopan santun.
2. Kim, Junghyun & Lee, Jong-Eun Roselyn, 2011. The Facebook Paths to
Happiness: Effects of the Number of Facebook Friends and Self-
Presentation on Subjective Well-Being. Volume 14
Penelitian ini mengungkapkan bahwa facebook meningkatkan
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
30
kesejahteraan penggunanya dengan berfokus pada jumlah teman facebook
dan strategi presentasi diri (positif vs jujur). Dari data survei cross-
sectional dari pengguna facebook menggungkapkan bahwa jumlah teman
facebook memiliki hubungan positif dengan kesejahteraan subjektif, tetapi
hubungan ini tidak dimediasi oleh dukungan sosial yang dirasakan. Selain
itu, ditemukan bahwa ada lengkung negatif (terbalik kurva U), sedangkan
yang positif presentasi diri memiliki efek langsung pada kesejahteraan
subjektif, presentasi diri memiliki efek tidak langsung yang signifikan
pada kesejahteraan subjektif melalui dukungan sosial yang dirasakan. Di
sisi lain, presentasi diri dapat meningkatkan kebahagiaan, berakar pada
dukungan sosial yang diberikan oleh teman-teman Facebook. Penelitian di
atas dikatakan relevan karena fokus dalam penelitian ini sama-sama
membahas terkait dengandampak negatif dan dampak positif dalam
penggunaan media sosial facebook.
3. Curran, James, M, 2012, Social Networks and Older Users: An
Examination of Attitudes and Usage Intentions. University of South
Florida Sarasota-Manatee.
Penelitian ini membahas lebih dari 50 tahun pengguna jaringan
sosial. Presentase penggunaan dari jaringan sosial telah meningkat pesat.
Penelitian ini mengembangkan dan menguji model yang menggambarkan
bagaimana keyakinan yang mempengaruhi sikap pengguna terhadap
jaringan sosial dan bagaimana sikap yang mempengaruhi niat penggunna
untuk terlibat dalam pelaku jejaring sosial yang berbeda. Penelitian ini
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
31
menghasilkan bahwa pengguna yang lebih tua dari situs jejaring sosial
muncul untuk menemukan jejaring sosial yang berguna, menikmati
penggunaan media sosial, memiliki sikap positif terhadap mereka yang
mengggunakan media sosial.
Penelitian di atas dikatakan relevan karena fokus dalam penelitian
ini sama-sama membahas terkait dengan keyakinan yang mempengaruhi
sikap pengguna terhadap jaringan sosial dan bagamana keyakinan yang
mempengaruhi sikap pengguna terhadap jejaring sosial dan bagaimana
sikap yang mempengaruhi niat pengguna untuk terlibat dalam pelaku
jejaring sosial yang berbeda.
C. Kerangka Pikir
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri
kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat
komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain
Mulyana (2007:5). Komunikasi merupakan suatu kebutuhan manusia sebagai
pembentukan diri, dalam berkomunikasi maka dapat mengetahui karakter dari
masing-masing individu dalam melakukan komunikasi dengan orang lain.
manusia yang tidak pernah melakukan komunikasi dengan manusia lainnya
tidak mungkin mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. Konsep
diri yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan orang dekat
lainnya disekitar kita, termasuk kerabat. Komunikasi tidak hanya sebagai
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
32
pembentukan konsep diri saja akan tetapi komunikasi juga sebagai aktualisasi
diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang
disebut aktualisasi diri atau lebih tepatnya eksistensi diri. Manusia melakukan
komunikasi agar dirinya dapat dikenali oleh banyak orang, kemudian
komunikasi juga untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan juga
untuk memperoleh kebahagian. Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri
untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan
orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan
minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan
kebahagiaan. Komunikasi dalam bentuk apapun, merupakan bentuk dasar
adaptasi terhadap lingkungan.
Melalui observasi peneliti menemukan suatu permasalahan, terkait
dengan komunikasi menggunaka media sosial. Manusia pada zaman sekarang
menggunakan media sosial sebagai komunikasi dengan orang lain. Siswa di
SD Negeri 2 Berkoh Purwokerto Selatan sudah banyak yang menggunakan
media sosial sebagai komunikasi. Media sosial tersebut digunakan siswa untuk
menambah eksistensi diri mereka, akan tetapi mereka tidak memperhatikan
etika dalam berkomunikasi. Siswa tersebut melakukan komunikasi dengan
gurunya melalui media sosial, akan tetapi siswa tersebut menganggap guru
mereka adalah teman mereka di media sosial, padahal seharusnya mereka
harus memperhatikan dengan siapa mereka berbicara dan kalimat yang seperti
apa yang cocok digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Etika dalam berkomunikasi sangatlah penting diperhatikan pada
kegiatan sehari-hari, melihat komunikasi dapat dengan mudah dilakukan
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
33
dengan menggunakan media sosial maka perlu akan adanya pendidikan
karakter sopan santun. Pendidikan karakter sopan santun berguna untuk
membangun kepribadian siswa lebih baik lagi, agar komunikasi yang
dilakukan dapat terjalin dengan baik dan juga sesuai dengan etika komunikasi.
Siswa harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar
kemanusiaan yang sekurang-kurangnya mencakup tiga ranah yang paling
dasar yakni afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketaqwaan, akhlak
mulia termasuk di dalamnya budi pekerti dan kepribadian yang unggul.
Dimasukkannya pendidikan karakter yang menyatu pada mata pelajaran yang
ada pada semua jenjang pendidikan memungkinkan siswa untuk memahami
peduli dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai atau etika serta dapat
bertanggungjawab baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Kerangka pikir penelitian ini, dapat dijelaskan pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Komunikasi dengan media
sosial
Dampak penggunaan
media sosial terhadap
siswa:
1. Penulisan tidak
sesuai dengan EYD
2. Sikap siswa kurang
sopan dalam
berkomunikasi
dengan guru melalui
media sosial
Pendidikan karakter
sopan santun
Dampak Media Sosial..., Yeni Yen Pangesti, FKIP UMP, 2017
top related