bab i pendahuluan a. latar...
Post on 13-Nov-2020
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia pada hakikatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan kesehatan di Indonesia dalam kurun waktu 30 tahun terakhir ini
telah menunjukkan berbagai perkembangan, tetapi dalam awal milenium ke-3 ini
pembangunan kesehatan menghadapi tantangan strategis yang mendasar, baik
eksternal maupun internal. Berbagai tantangan tersebut pada akhirnya
mempengaruhi percepatan pembangunan kesehatan yang diharapkan.1
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu
hak dasar rakyat yang sangat fundamental. Pembangunan kesehatan juga
sekaligus sebagai investasi pembangunan nasional, dengan demikian
pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Dalam
kaitan ini pembangunan nasional perlu berwawasan kesehatan. Diharapkan setiap
program pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunan kesehatan,
dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap tercapainya nilai-nilai dasar
pembangunan kesehatan.
1Rachmat, Hapsara,Habib, 2013, Percepatan Pembangunan Kesehatan Di Indonesia,
Gadjah Mada University Press, hal 21
2
Untuk terselenggaranya pembangunan nasional berwawasan kesehatan,
perlu dilaksanakan kegiatan advokasi, sosialasi, orientasi, kampanye dan
pelatihan, sehingga semua pelaku pembangunan nasional (stakeholders)
memahami dan mampu melaksanakan pembangunan nasional berwawasan
kesehatan. Selain itu perlu pula dilakukan penjabaran lebih lanjut dari
pembangunan nasional berwawasan kesehatan, sehingga benar-benar dapat
dilaksanakan dan diukur tingkat pencapaian dan dampak yang dihasilkan. Dalam
penyelenggaraan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, pengembangan
hukum kesehatan di masa mendatang menjadi sangat penting untuk menjamin
terwujudnya kepastian hukum, keadilan hukum, dan manfaat hukum.2
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sesuai
apa yang menjadi definisi dari kesehatan, maka jelas sudah bahwa kesehatan
merupakan hal pokok yang menjadi hak-hak bagi setiap orang,ini juga tercermin
didalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) yang menyatakan hak
memperoleh pelayanan kesehatan. Berdasarkandata terakhir menunjukkan bahwa
saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan
kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti
Askes, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang dianggap
dikesampingkan dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan
masyarakat kecil dan pedagang.
2Ibid, hal 87
3
Pelayanan publik dibidang kesehatan merupakan fungsi pemerintah dalam
menjalankan dan menberikan hak dasar yang dipahami seluruh komponen
masyarakat sebagai hak untuk dapat menikmati kehidupan yang bermartabat dan
hak yang diakui dalam peraturan perundang-undangan, dalam peranannya
pemerintah selaku penyedia layanan publik harus secara profesional dalam
menjalankan aktivitas pelayanannya ,tidak hanya menjalankan begitu saja tetapi
dituntut harus berdasarkan prinsip-prinsip Good Governance. Hal yang paling
penting dalam proses pemenuhan hak dasar rakyat adalah masalah hak untuk
memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan pemerintah. Akses terhadap hak-hak
dasar rakyat seperti ini harus terakomodasi dalam pembangunan. Tanpa
pemenuhan kebutuhan dasar, sulit mengharapkan adanya partisipasi yang
berdasarkan pada kemerdekaan dan kesetaraan. 3
Menurut Pasal 1Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik, dalam hal ini
pemerintah dalam menjalankan pelayanan harus berdasarkan perundang-undangan
dan mekanisme Good Governance serta harus siap menerima konsekuensi dari
apa yang telah diselenggarakan melalui penegakan hukum administrasi. Melihat
apa yang menjadi rumusan dalam pembangunan nasional di bidang kesehatan
memang beban berat rasanya berada dipundak pemerintah, adapun yang menjadi
dasar-dasar pembangunan nasional itu sendiri diantaranya semua warga negara
3Ibid, hal 85
4
berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal agar dapat bekerja dan hidup
layak sesuai dengan martabat manusia. Pemerintah dan masyarakat bertanggung
jawab dalam memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat serta
penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secara
serasi dan seimbang oleh pemerintah dan masyarakat.
Pembangunan kesehatan dewasa ini telah menunjukkan berbagai
kemajuan. Meskipun demikian ada beberapa tantangan yang perlu disikapi, seperti
pelaksanaan upaya promotif preventif. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan mengamanatkan bahwa kesehatan adalah investasi berharga
yang pelaksanaannya didasarkan pada paradigma sehat. Dengan diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
dan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial, diharapkan sistem pembiayaan kesehatan dapat disempurnakan.4
Dalam upaya mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya,
sebagaimana tujuan pembangunan kesehatan, maka Pemerintah Indonesia sejak
tanggal 1 Januari 2014 akan menerapkan Jaminan Kesehatan Nasional bagi
seluruh rakyatnya secara bertahap hingga 1 Januari 2019. Jaminan kesehatan ini
merupakan pola pembiayaan yang bersifat wajib, artinya pada tanggal 1 Januari
2019 seluruh masyarakat Indonesia (tanpa terkecuali) harus telah menjadi peserta.
Melalui penerapan Jaminan Kesehatan Nasional ini, diharapkan tidak ada lagi
masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat miskin yang tidak berobat ke
fasilitas pelayanan kesehatan di kala sakit karena tidak memiliki biaya.5
4Ibid, hal 3
5Azwar, Azrul, Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta 1996.
5
Pemanfaatan dana kesehatan dilakukan dengan memperhatikan aspek
teknis maupun alokatif sesuai peruntukannya secara efisien dan efektif untuk
terwujudnya pengelolaan pembiayaan kesehatan yang transparan, akuntabel, serta
menerapkan prinsip penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik. Pembelanjaan
dana kesehatan diarahkan terutama melalui jaminan pemeliharaan kesehatan, baik
yang bersifat wajib maupun sukarela serta dalam upaya peningkatan akses dan
mutu pelayanan kesehatan.
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional, ditetapkan bahwa sistem jaminan sosial nasional (SJSN)
bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang
layak bagi setiap peserta dan atau anggota keluarganya. Dalam pasal 19 Undang-
Undang tersebut, ditetapkan bahwa jaminan kesehatan di selenggarakan
dengantujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.6
BPJS kesehatan adalah salah satu jenis asuransi kesehatan yang menjadi
progam pemerintah Indonesia. BPJS kesehatan pada prinsipnya sama dengan
asuransi kesehatan, yaitu BPJS kesehatan memberikan adalah rawat inap untuk
pelayanan kesehatan tingkat pertama, tingkat lanjutan dan gawat darurat.7
Dan terkait pasal 14 UU No. 24 Tahun 2011 Tentang BPJS Kesehatan di
jelaskan bahwa :
“Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di
Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS.”
6Rachmat, Hapsara,Habib, Op.Cit, hal 6 7http://www.finansialku.com/memilih-asuransi-kesehatan-untuk-keluarga/ di akses
tanggal 14 juli 2014
6
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial
Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari
2014. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101
Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan
Kesehatan Nasional).8
Mengacu pada Undang-undang yang berkaitan yakni pada Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan terlihat bahwa regulasi yang
ada sesungguhnya sudah mengatur dengan gamblang terkait hak-hak dan
kewajiban terutama pemerintah baik pusat maupun daerah untuk mampu
memberikan pelayanan khususnya di bidang kesehatan terhadap masyarakat
secara luas dengan maksimal dan sebaik mungkin. Berkaitan pula dengan apa
yang tercantum dalam konstitusi kita bagaimana seharusnya rakyat atau
masyarakat memperoleh jaminan itu, saat ini yang menjadi perhatian penuh
bukanlah pada regulasinya melainkan pada implementasi dari regulasi yang ada.
Melihat pada Bab III dan Bab IV Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
seyogyanya pemerintah pusat maupun daerah secara cerdas mampu menerapkan
apa yang diperintahkan oleh Undang-Undang yang sesuai amanat.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang
dibentuk untuk menyelenggarakan programjaminan sosial di Indonesia menurut
8http://www.depkes.go.id/resources/download/jkn/buku-pegangan-sosialisasi-jkn.pdf/ di
akses tanggal 14 juli 2014
7
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun
2011. Sesuai Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba.Organisasi nirlaba atau
organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk
mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik untuk suatu
tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat
mencari laba (moneter).
BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang
dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011
tentang BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak
tanggal 1 Januari 2014. Setelah program BPJS Kesehatan mulai berjalan sejak 1
Januari 2014 lalu ternyata masih banyak keluhan dan kekurangan dari Program
BPJS Kesehatan ini. Setelah dari awal tahun 2014 BPJS Kesehatan telah dimulai
di Indonesia. Ternyata ada banyaksekali keluhan- keluhan yang terjadi di
masyarakat. Baik itu dalam segi pelayanan, maupun dalam hal migrasi dari
pengguna Askes menjadi menggunakan BPJS Kesehatan.
Menurut beberapa sumber, memang penggunaan BPJS ini lebih bersifat
universal atau menyeluruh bagi semua kalangan. Namun ternyata kemudahan
kemudahan yang “dijanjikan” sepertinya belum bisa dinikmati oleh seluruh
kalangan masyarakat. Baik itu kalangan yang sebelumnya menggunakan Askes
dan Jamsostek, maupun kalangan masyarakat yang menggunakan Jamkesmas
serta masyarakat biasa.9
9http://www.imamboll.com/2014/03/keluhan-dan-kekurangan-program-bpjs.html/ diakses
tanggal 27 september 2014
8
Sebanyak 600 warga Timika, Papua, sudah mendaftar ke Kantor Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kabupaten Mimika sebagai peserta BPJS
Kesehatan Mandiri.
Kepala Operasional BPJS Kesehatan Mimika Frida Jane Imbiri kepada
Antara, Kamis, mengatakan “masih terbuka kesempatan bagi warga yang belum
memiliki jaminan kesehatan untuk mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan
Mandiri.Syaratnya, mereka harus mengisi formulir yang disediakan, melengkapi
data diri dengan menyerahkan kartu keluarga, kartu tanda penduduk, pas foto 3x4
cm dan bersedia membayar iuran sesuai kemampuan yaitu untuk kelas I Rp59
ribu/orang, kelas II Rp42.500/orang dan kelas III Rp25.500 per orang.”
Ini amanah UU Nomor 40 tahun 1999 yang mewajibkan seluruh
masyarakat Indonesia memiliki jaminan kesehatan. Saat ini BPJS Kesehatan
Mimika masih melakukan pengentrian data anggota TNI, Polri beserta keluarga
mereka. BPJS Kesehatan Mimika diberikan target waktu harus merampungkan
pencetakan kartu BPJS Kesehatan anggota TNI dan Polri beserta keluarga mereka
hingga akhir Februari 2013.
Jumlah anggota TNI, Polri dan keluarga mereka yang akan dicetak kartu BPJS
Kesehatannya yaitu TNI sebanyak lebih dari 6.000 orang dan Polri (termasuk Brimob)
lebih dari 1.800 orang.Selain itu, BPJS Kesehatan Mimika terus melakukan sosialisasi
ke berbagai badan usaha maupun organisasi kerukunan masyarakat tentang manfaat
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Secara keseluruhan yang menjadi peserta program BPJS Kesehatan di
Kabupaten Mimika yaitu pemegang kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin
(Jamkesmas) sebanyak 182 ribu jiwa, PNS, Pensiunan dan keluarga mereka
9
sebanyak lebih dari 9.000 jiwa, TNI, Polri dan anggota keluarga mereka sebanyak
lebih dari 7.800 jiwa, ditambah sekitar 5.000 peserta Jaminan Pelayanan
Kesehatan (JPK) yang sebelumnya dikelola oleh PT Jamsostek.Saat ini terdata
sebanyak 330 badan usaha di Mimika yang wajib menyerahkan daftar tenaga
kerjanya ke BPJS Kesehatan sebagai peserta BPJS Kesehatan.Belum semua badan
usaha melakukan registrasi atau mendaftar kembali badan usahanya dan data
karyawannya ke BPJS Kesehatan Mimika..10
Seperti yang terjadi di Rumah Sakit Soetomo Surabaya peserta BPJS yang
sakit harus mengantri berhari-hari untuk mendapatkan kamar dan juga pasien
yang menginap di Rumah sakit juga di kenakan tarif Rp.5000 per malamnya,
sehingga disini jelas terlihat BPJS masih sangat berantakan dari segi
pelayanannya.11 Hal yang sama juga terjadi di Bengkulu tepatnya pasien yang
telah dirawat Inap di RSUD M Yunus karena menderita gagal ginjal dan infeksi
empedu, dan pasien ini menggunakan layanan BPJS namun harus terpaksa
meninggalkan Rumah Sakit karena pihak Rumah Sakit meminta pasien tersebut
untuk meninggalkan Rumah Sakit dengan alasan masa perawatan menggunakan
BPJS sudah habis.12 Kejadian tentang pelayanan BPJS yang kurang efektif juga
terjadi pada pasangan Ian Muhammad dan Ayu Denta yang ditolak melamjutkan
pengobatan di RSCM, dan juga BPJSnya ditolak. Ayu denta melahirkan seorang
bayi laki laki di bidan Posyandu, saat itu sudah terlihat kelainan, warna bayi agak
menguning, setelah itu Ayu membawa anak laki-lakinya ke Rumah Sakit Umum
daerah (RSUD) Bekasi. Dan disanalah bayi pasangan Ian Muhammad dan Ayu
10http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/02/06/n0jz5y-600-warga-timika-
jadi-peserta-bpjs-mandiri/ diakses tanggal 28 september 2014 11 Koran Surya, 14 januari 2015 12 Koran kompas, 15 oktober 2014
10
Denta baru diketahui bahwa bayinya menderita penyumbatan hati dan harus
melakukan cangkok hati. Bayi pasangan ini pun mendapat perawatan selama
empat hari di RSUD Bekasi. Setelah itu, pihak Rumah sakit merujuki bayi
tersebut untuk dibawa ke Rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Alasannya, RSUD Bekasi tidak memiliki fasilitas pengobatan yang memadai
untuk pasien penderita penyumbatan hati. Ayu beserta suami pun mengikuti
anjuran RSUD. Pada tanggal 14 maret 2014, mereka mebawa bayi mereka ke
RSCM dengan harapan mendapat penanganan yang baik. Namun, setelah tiga
minggu dirawat di RSCM, pihak Rumah Sakit menganjurkan agar bayinya dibawa
pulang kembali. Dan Ayu diminta harus menyiapkan uang sekitar Rp 2 miliar
untuk biaya operasai dan perawatan apabila ingin bayinya sembuh. Ketika ayu
menyodorkan surat BPJS kesehatan kepada pihak Rumah Sakit, ditolak.
Alasannya, biaya dari BPJS Kesehatan tidak mampu menutupi semua biaya
pengobatan. Sehingga Ayu Denta kecewa karena BPJS Kesehatan tidak dapat
menjadi penolong bagi anaknya.13 Dengan banyaknya keluhan dari masyarakat
tentang pelayanan BPJS ini menunjukkan bahwa hingga saat ini Pelaksanaan
BPJS belum bisa dikatakan efektif dan masih jauh dari kesempurnaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan BPJS kesehatan menurut UU No. 24 tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial di RS Drs.Moh. Anwar
Sumenep dan Kantor BPJS Sumenep ?
13 Koran kompas, 13 mei 2014
11
2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
BPJS kesehatan di RS Drs.Moh. Anwar Sumenep dan Kantor BPJS Sumenep ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pelaksanaan BPJS kesehatan menurut UU No. 24 tahun
2011 di RS Drs.Moh. Anwar Sumenep dan Kantor BPJS Sumenep
2. Untuk mengetahui Apa saja yang menjadi faktor pendukung atau
penghambat dalam pelaksanaan BPJS kesehatan di RS Sumenep
D. Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis, dalam hal ini adalah
manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu
pengetahuan tentang ilmu hukum pada umumnya dan ilmu tentang BPJS
kesehatan pada khususnya yaitu dalam pelaksanaan BPJS kesehatan
menurut UU No. 24 tahun 2011 di RS Drs.Moh. Anwar Sumenep
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Penulis
Di samping sebagai salah satu persyaratan untuk diperolehnya gelar
S1, juga untuk menambah pengetahuan tentang proses pelaksanaan
BPJS kesehatan yang sudah ditetapkan oleh Undang-Undang, dan
sudah berjalan sesuai dengan Undang-Undang atau tidak . sehingga
dapat mengetahui berjalannya BPJS kesehatan di Kabupaten Sumenep
sudah berjalan baik atau tidak.
12
b) Bagi RS. Drs.Moh. Anwar
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi RS. Drs.Moh. Anwar
dalam menjalankan BPJS kesehatan sesuai dengan UU No. 24 tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan lebih
memperbaiki sistem kerja yang lebih baik lagi dalam pelaksanaan
BPJS Kesehatan sesuai dengan UU yang berlaku.Sehingga
masyarakat yang menggunakan BPJS Kesehatan akan merasa puas
dengan pelayanan dari pihak Rumah Sakit.
c) Bagi Masyarakat
Mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang BPJS kesehatan
serta kegunaan dan kelebihan dari BPJS kesehatan. Dan masyarakat
juga lebih mengerti kegunaan serta kelebihan jika menggunakan BPJS
Kesehatan yang sesuai dengan UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.
E. Metode Penelitian
1. Metode pendekatan
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah yuridis
sosiologis. Penelitian hukum yang hendak menelaah efektivitas suatu
perundang-undangan (berlakunyahukum) pada dasarnya merupakan
penelitian perbandingan antara realitas dengan ideal hukum.14 Jadi disni
penulis akan membandingkan antara realitas hukum dan ideal hukum
apakah sudah efektif berjalan sesuai dengan peraturan perundang-
14Amiruddin & Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT
Raja Grafindo Persada, hal 137
13
undangan. Dengan ini maka penulis akan mewawancarai para informan
dari pihak Rumah sakit, Kantor BPJS Kesehatan dan juga pengguna BPJS
Kesehatan itu sendiri. Dan untuk mengetahui realitas hukum penulis akan
menyebar angket untuk para pengguna BPJS Kesehatan dan juga akan
mewawancarai langsung dari pihak Rumah Sakit dan juga pihak BPJS
Kesehatan di Kota Sumenep. Dengan begitu penulis akan membandingkan
keadaan di lapangan dengan peraturan perundang-undangan yang
mkengatur tentang BPJS Kesehatan, apakah sudah berjalan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di RS Drs.Moh.Anwar Sumenep. Rumah
sakit yang beralamat di Jl. Dr. Cipto No. 42 Sumenep ini adalah Rumah
sakit dengan tipe C, yang secara langsung menangani banyak pasien yang
menggunakan BPJS Kesehatan. Dan yang menjadi alasan penulis untuk
melakukan penelitian di RS.Drs.Moh.Anwar Sumenep ini karena penulis
berasal dari kota Sumenep. Sehingga ingin mengetahui lebih jauh tentang
pelaksanaan BPJS di kota asal penulis.
3. Sumber data
Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
pengumpulan informasi dari pihak Rumah sakit dan pengguna Jasa BPJS
Kesehtan dalam bentuk ucapan /kata-kata dan tingkah laku para informan
sebagai data primer dan dokumen-dokumen yang mendukung pernyataan
informan. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan tujuan
penelitian, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
14
a. Data Primer
Adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan
responden, dokumen-dokumen di RS Drs.Moh.Anwar Sumenep dan
Kantor BPJS Kesehatan, interview maupun laporan dalam bentuk
tidak resmi yang nantinya kemudian akan diolah oleh peneliti.
b. Data Sekunder
Adalah data pelengkap yang diperoleh secara langsung dari literatur,
laporan-laporan, dokumen-dokumen, buku, majalah, buletin,
peraturan perundang-undangan yaitu UU No. 24 Tahun 2011 tentang
BPJS Kesehatan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional, berita-berita sajian media cetak
maupun media online yang berkaitan dengan masalah penelitian.
4. Metode Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut. :
a. Interview / Wawancara
Yaitu suatu suatu cara untuk mendapatkan dan mengumpulkan data
melalui tanya jawab dan dialog atau diskusi dengan informan yang
dianggap mengetahui banyak tentang masalah penelitian. Sehingga
menjadi data yang akurat untuk penulis. Dan dalam wawancara
tersebut ada beberapa Responden sebagai berikut :
1. Responden yang dipilih dengan metode perposive sampling
a. Pihak RS Drs.Moh.Anwar Sumenep
Adalah pihak yang menangani langsung pasien yang masuk ke
RS yang juga menggunakan BPJS Kesehatan, yaitu perawat
15
yang menangani pasien yang masuk ke RS dan juga Direktur
utama RS.
b. Pihak BPJS Kesehatan
Adalah pihak yang menangani sekelompok masyarakat yang
menggunakan BPJS Kesehatan, yaitu Kepala Operasional BPJS
Kesehatan Sumenep yang menangani langsung para pendaftar
yang sudah aktif menjadi anggota BPJS Kesehatan.
2. Responden yang dipilih dari metode Random Sampling
a. Populasi
Yaitu responden yang dipilih dari jumlah pasien yang
mengalami permasalahan dibulan Februari 2015 yang berobat
dan menggunakan BPJS Kesehatan di RS Drs.Moh.Anwar
Sumenep pada Bulan Februari 2015.
b. Sampel
Yaitu dipilih dari 22 orang dari jumlah pasien yang mengalami
permasalahan dibulan Februari 2015 yaitu :
1. Bapak Mudahri
2. Ibu Supiah
3. Ibu Samsiyah,
4. Bapak Ruslan
5. Bapak Samsuri
6. Ibu Kusmari
7. Bapak Bahrudin
8. Bapak Soli
9. Bapak Kusnadi
16
10. Ibu Fitriyani
11. Ibu Mariah
12. Ibu Farida
13. Bapak Muslihat
14. BapakKafrawi
15. Ibu Kusmiyati
16. Ibu Salamah
17. Ibu Hasanah
18. Ibu Santi
19. Bapak Walidin
20. Bapak Fahrudin
21. Bapak Azziz
22. Bapak Jumali
b. Dokumentasi
Yaitu penulis akan mengumpulkan data-data melalui tanya jawab
langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan. Dan dalam tanya
jawab tersebut akan disertai dengan dokumentasi bersama
Responden-Responden.
c. Observasi
Yaitu penulis melakukan kegiatan pengamatan tentang sistem kerja
dan efektifitas dari pelaksanaan BPJS Kesehatan di RS
Drs.Moh.Anwar Sumenep dan di Kantor BPJS Kesehatan sumenep.
Dan secara langsung pada objek penelitian di RS.Drs.Moh.Anwar
Sumenep dan Kantor BPJS Kesehatan.
17
d. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data sekunder dan teknik
pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukkan pada subyek
penelitian, dalam hal-hal data diperoleh dari literatur-literatur dan
majalah-majalah maupun berita-berita yang ada di media cetak
maupun media online.
5. Metode Analisa Data
a. Deskriptif Kualitatif
Adalah suatu metode dalam meneliti kasus sekelompok manusia, suatu
objek, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang. Tujuan dari penelitian diskriptif kualitatif ini adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta , sifat serta hubungan antara
fenomena yang di selidiki.15
F. Rencana Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan penulisan ini, peneliti akan membuat sistematika
penulisan dengan tujuan agar dapat dijadikan bahan acuan dalam penulisan, dapat
dipertanggungjawabkan, mempermudah penulisan, dan agar terlihat sistematis.
1. BAB I : PENDAHULUAN
Subtansi dalam pendahuluan meliputi beberapa sub bab yang terdiri dari
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian ,
kegunaan penelitian, metode penelitian, sistematika penelitian.
15 Moh.Nazir,Ph. D, 2005, Metode Penelitian, Jakarta, PT.Ghalia Indonesia, hal 54
18
2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini terisi uraian tentang teori-teori, doktrin, pendapat ahli hukum,
kajian yuridis sesuai dengan hukum yang berlaku yang akan di pakai oleh
peneliti untuk mendukung analisa terhadap masalah yang diteliti.
3. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas hasil dari penelitian yang akan dikaji dan
dianalisa secara sistematis berdasarkan tinjauan pustaka yang sudah ada
dalam Bab II.
4. BAB IV : PENUTUP
Bab yang terakhir ini terdiri dari dua sub bab yaitu kesimpulan dan saran.
Kesimpulan yang dimaksud adalah apa yang disimpulkan oleh peneliti
dari hasil analisa pada Bab III. Dari kesimpulan tersebut maka timbul
hal-hal yang akan menjadi saran dan rekomendasi dalam permasalahan
yang sudah diteliti.
top related